• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA Dalam penelitian ini, adapun konsep yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian adalah :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2. KAJIAN PUSTAKA Dalam penelitian ini, adapun konsep yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian adalah :"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

10

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini, adapun konsep yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian adalah :

2.1. Rural Development

Konsep pembangunaan merupakan konsep yang tidak bisa lepas dari akfitas dunia saat ini. Pembangunan tidak menggambarkan satu fenomena perubahan sosial secara umum. Namun perubahan rural dan urban yang berjalan seiring waktu. Perubahan yang terjadi dapat dilihat pada nilai, norma, institusi, metode produksi, perilaku masyarakat, dan bagaimana distribusi berlangsung. Masyarakat rural memiliki aturan yang tidak tetap, namun berkembang. Pembangunan sering dikaitkan sebagai bentuk tindakan atau intervensi yang mempengaruhi perubahan sosial. Konsep pembangunan adalah konsep yang dinamis di mana konsep ini menghasilkan adanya perubahan bentuk atau kondisi. Seluruh masyarakat sosial mengalami perubahan, pembangunan memiliki berbagai definisi, namun secara garis besar terdapat ciri-ciri1, antara lain:

a. Pembangunan melibatkan ide baru kedalam suatu sistem sosial untuk meningkatkan produksi, pendapatan dan taraf hidup melalui peningkatan metode produksi modern dan organisasi sosial.

b. Pembangunan menghasilkan perubahan secara total dari masyarakat tradisional atau pre-modern mejadi masyarakat berteknologi dan memiliki organiasi asosiasi sosial yang berkarakteristik pada negara barat.

c. Pembangunan menghasilkan masyarakat yang mampu membentuk masa depan bagi diri sendiri. Bisa dikatakan bahwa pembangunan merupakan pengalaman dalam bebas memilih apapun bagi yang kemudian membawa martabat dan harga diri bagi masyarakat tersebut. Pembangunan diawali dengan potensi yang ada dalam masyarakat tersebut kemudian meningkat dan berkembang seiring waktu.

Dalam pembangunan, harus terdapat tiga elemen antara lain: ekonomi, sosial, dan manusia. Pembangunan ekonomi atau peningkatan produksi barang yang dibutuhkan

1 The Framework of Development. Retrieved from http://www.fao.org/docrep/t0060e/T0060E02.htm 7 Januari 2019 (18.21)

(2)

11

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sosial berarti ketentuan mengenai fasilitas dan jasa sosial (kesehatan, penduduk, dan kesejahteraan) yang merupakan kebutuhan non-produktif dalam suatu masyarakat. Manusia merupakan pembangunan pada masyarakat tersebut, secara individual maupun kelompok untuk menuju potensial skill dan keahlian secara maksimal sebagai modal membentuk perubahan dalam masyarakat sosial tersebut.

Pembangunan memiliki salah satu poin penting yang tidak bisa ditinggalkan, yaitu pembangunan wilayah rural. Pembangunan rural tidak bisa dilepaskan dari pembangunan agrikultur. Pada umumnya, keberhasilan pembangunan memiliki dua pilar yang sama penting dan harus dibangun bersamaan, antara lain: industrialisasi kota dan pembangunan agrikultur di wilayah rural. Terdapat alasan penting mengapa pembangunan wilayah rural sangat penting, lebih dari setengah penduduk dunia di negara-negara berkembang (Asia, Afrika, dan Amerika Latin), tinggal di wilayah rural dan menggantungkan hidupnya pada sektor agrikultur.2 Sebagian besar dari mereka masih miskin dan hanya sedikit mengetahui perkembangan teknologi. Agrikultur merupakan sektor vital dalam perekonomian setiap negara karena sektor ini berperan banyak dalam produksi untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun pendapatan bagi negara apabila diekspor. Sektor produksi dan jasa lain akan terganggu apabila sektor agrikultur memiliki permasalahan. Sebagai contoh, industri pangan tidak akan mampu memproduksi apabila hasil agrikultur tidak mampu memenuhi permintaan. Maka dari itu, untuk melihat pembangunan agrikultur, tidak bisa melepaskan pembangunan rural begitu saja. Pembangunan agrikultur dan rural harus berjalan sejajar.

2.2. Food Security

Ketahanan pangan adalah sebuah konsep yang cukup fleksibel untuk mendefinisikan penggunaan suatu kebijakan. Konsep ini memiliki beragam definisi yang bisa digunakan. Evolusi dari konsep ketahanan pangan pada suatu kebijakan merefleksikan kerumitan isu kebijakan yang dibahas. Konsep ini terakhir kali didefinisikan ulang pada World Food Summit di bulan November 1996. Kontrasnya definisi ketahanan pangan yang muncul di tahun 1974, 1996, dan definisi dari Food and Agriculture Organization (FAO) dan World Bank tahun 1980an memberi berbagai macam karakteristik. Konsep permulaan dari ketahanan pangan muncul pada tahun 1970an pada diskusi internasional disaat itu untuk menghadapi krisis pangan global.

(3)

12

Fokus utama pada konsep ini adalah pemecahan masalah dalam menyiapkan cadangan pangan dan kestabilan harga untuk makanan pokok di taraf internasional maupun nasional. Hal ini mendorong dilaksankananya World Food Conference tahun 1974 dan adanya dialog yang membahas mengenai kebijakan seputar pemenuhan kebutuhan pangan.

Fokus masyarakat global dalam hal pangan pada tahun 1974 adalah kuantitas dan stabilitas cadangan pangan. Maka dari itu definisi yang muncul pada World Food Summit tahun 1974 adalah: “ketersediaan pangan sepanjang waktu terutama bahan pangan pokok dan kestabilan konsumsi, produksi serta harga.” Pada tahuh 1983, FAO mengembangkan konsep tersebut bahwa perlunya keseimbangan antara permintaan dan persediaan untuk mencapai ketahanan pangan. “memastikan bahwa setiap orang memiliki akses secara fisik dan ekonomi untuk bahan pangan pokok yang diperlukan” Di tahun 1986, World Bank melaporkan bahwa ketahanan pangan berkaitan dengan kemiskinan “poverty and hunger” di mana isu ketahanan pangan disaat itu dipengaruhi oleh krisis ekonomi dan konflik.3

Pada tahun 1990an, ketahanan pangan membawa spektrum individu pada level global. Dalam hal ini, ketahanan pangan juga harus dilihat dari nutrisi yang harus terpenuhi dalam setiap individu, bukan sekedar kuantitas saja. Tahun 1994, United Nations Development Programme (UNDP) Human Development Report mendorong konstruksi human security dalam aspek ketahanan pangan. Konsep ini mendekati hak asasi manusia pada perspektif pembangunan. Pada tahun 1996 World Food Summit mengadopsi definisi “ketahanan pangan dalam tingkat individual, rumah tangga, nasional, regional dan global dapat dicapai apabila setiap orang memiliki akses yang sama secara fisik dan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan preferensi makanan untuk bisa hidup dengan aktif dan sehat”4

Tercapainya ketahanan pangan dapat dilihat melalui tiga indikator antara lain : kemampuan masyarakat untuk membeli bahan pangan pokok , ketersediaan bahan pangan pokok, dan kualitas nutrisi yang dikandung dalam bahan makan pokok.5 Komunitas internasional menerima konsep ini sebagai tujuan yang harus dicapai dalam

3 Food Security : Concepts and Measurement. Retrieved from

http://www.fao.org/docrep/005/y4671e/y4671e06.htm 7 Januari 2019 (09.31) 4

ibid.

5 Global Food Security Index: Methodology. Retrieved from

(4)

13

ketahanan pangan. Namun fokus utama ada pada tindakan dan kebijakan yang diambil oleh negara maupun organisasi internasional untuk mencapai ketahanan pangan. Konsep ketahanan pangan menggambarkan interest masyarakat Indonesia dan Vietnam dalam mengambil kebijakan agrikultur dan pembangunan rural.

2.3. Teori Modernisasi – Tahapan Pertumbuhan Ekonomi (Walter Rostow)

Berakhirya perang dunia kedua menjadi awal mula pembangunan dunia dan mengakhiri masa kolonial. Kemenangan Amerika Serikat dan usaha yang dilakukan di bidang pembangunan kembali pasca perang menjadi landasan pembangunan dunia. Perang dingin mendorong Amerika Serikat untuk memperhatikan negara berkembang dan pemikiran Walter Rostow merupakan dasar teori dari kebijakan “Truman’s new world order”.

Pembangunan tidak dapat didefinisikan dalam satu makna universal, karena pembangunan bersifat normatif dan subjektif. Definisi pembangunan secara spesifik akan bergantung pada dasar teori atau posisi politik-ideologi negara dan pendekatan teori yang digunakan. Rostow merupakan pemikir dalam ruang lingkup pembangunan menuju masyarakat modern dengan fokus pada perekonomian. 6Dalam bukunya yang berjudul “The Stages of Economic Growth” Rostow menggambarkan perubahan masyarakat dalam suatu proses pembangunan dapat diidentifkasi dengan ciri tertentu pada setiap tahapnya. Terdapat lima tahap7, antara lain:

a. Tahap masyarakat tradisional: pada tahap ini, pembangunan didominasi pada sektor agrikultur dan adanya perubahan pada bidang ini.

b. Tahap pra-lepas landas: investasi mulai meningkat dan mendorong adanya pembangunan yang dinamis. Pembangunan ekonomi pada tahap ini, merupakan hasil dari revolusi industri.

c. Tahap lepas landas: pembangunan perekonomian menjadi dinamis di mana pertumbuhan ekonomi bergerak dengan sendirinya dan tidak perlu adanya dorongan besar dari pemerintah.

d. Tahap menuju kedewasaan: investasi terus meningkat 40 hingga 60 persen dan sektor industri didominasi oleh neo-technical seperti industri mesin dan elektronik.

6 W.W. Rostow. The Process of Economic Growth. (USA: W.W. Norton & Company, Inc. 1962) hlm 308-328 7

Development Theory Rostow’s Five-Stage Model of Development and 1st Relevance in Globalization.

Retrieved from http://friedmand.people.cofc.edu/Rostow%20Development%20Model%201960.pdf 1 Februari 2019 (19.40)

(5)

14

Untuk mencapai tahap ini, dibutuhkan kurang lebih 60 tahun dari tahap lepas landas.

e. Tahap konsumsi massa: tahap ini merupakan tahap terakhir dalam model pembangunan lima tahap Rostow. Pada tahap ini, masyarakat hidup dengan kemakmuran dan kelimpahan.

Tahap pra-lepas landas adalah masa transisi untuk menentukan langkah kedepannya dalam pembangunan berkelanjutan. Terdapat dua jenis tahap pra-lepas landas dalam sejarah, antara lain : pra-lepas landas biasa dan tahap pra-lepas landas yang terjadi di bangsa tertenut yang memiliki “born free”. Tahap pra-lepas landas biasa, terjadi di sebagian besar wilayah Eropa, Asia, Timur Tengah dan Afrika dimana tahap ini membutuhkan perubahan fundamental yang merubah masyarakat tradisional dalam berbagai indikator antara lain : merubah substasi struktur sosial , sistem politik dan teknik produksi. Sedangkan untuk jenis kedua, terjadi di negara-negara tertentu, antara lain : Amerika Serika, Australia, Selandia Baru, dan Kanada. Negara-negara ini terbentuk karena perpindahan masyarakat Inggris ke wilayah-wilayah tersebut, disamping itu, kondisi inggris sudah melewati masa trasisi. Sehingga negara-negara ini berkembang mengikuti proses yang sedang terjadi di Inggris. Negara-negara dengan jenis pra-lepas landas kedua, tidak memiliki struktur, politik, dan nilai masyarakat tradisional. Sehingga proses transisi hanya terlihat dari perubahan ekonomi dan teknik. Sedangkan para ekonom menyampaikan bahwa transisi membutuhkan adanya perubahan radikal yang mempengaruhi fundamental dari masyarakat, teknik produksi, dan metode bekerja. Rostow menyampaikan bahwa agrikultur merupakan salah satu indikator penting dalam tahap pra-lepas landas. Agrikultur adalah sumber pangan suatu negara dan pangan harus dipenuhi sejalan dengan meningkatnya penduduk. Yang perlu diperhatikan pada tahap ini antara lain proses distribusi pangan dari wilayah rural ke wilayah urban, karena pada tahap pra-lepas landas, penduduk cenderung berpindah ke wilayah urban, maka dari itu distribusi pangan harus diperhatikan dengan baik. disamping itu, agrikultur dibutuhkan untuk mendapat devisa asing bagi negara. Tujuan utama pembangunan agrikultur adalah sebagai modal untuk tahap berikutnya.

Tahap lepas landas memiliki dua jenis berbeda dalam masyarakat, hal ini terjadi karena beragamnya kondisi sebelum lepas landas. Jenis pertama yang merupakan jenis lepas landas paling umum dimana tahap lepas landas dicapai setelah terjadi adanya perubahan struktur politik sosial, maupun nilai dalam masyarakat. Sedangkan jenis kedua

(6)

15

tidak memiliki halangan politik, sosial maupun nilai masyarakat, namun adanya eksploitasi lahan dan sumber daya alam untuk mencapai kemakmuran. Jenis kedua terjadi pada negara Amerika Serikat, Australia dan Swedia.

Permulaan pada tahap lepas landas dapat disebut sebagai stimulus berupa revolusi politik yang mempengaruhi keseimbangan sosial, nilai, dan institusi ekonomi. Terdapat tiga kreteria dari tahap lepas landas, antara lain :

 Meningkatnya nilai investasi sebesar 5-10% dari pendapatan nasional (Net National Product(NNP))

 Berkembangnya satu atau lebih sektor manufaktur dengan tingkat pertumbuhan tinggi

 Munculnya kerangka politik, sosial dan institusional yang terus meluas di periode lepas landas tersebut.

Tahap konsumsi masal terdapat tiga indikator penting. Pertama, negara berambisi untuk menjadi pengaruh dan power di tingkat internasional, alokasi sumber daya terhadap militer meningkat serta kebijakan luar negeri yang diambil negara tersebut. Negara sudah tidak lagi berfokus pada tujuan di ruang lingkup nasional, tetapi sudah diluar batas negara. Kedua, negara menggunakan sumber daya ekonomi dewasa untuk kesejahteraan negara. Negara menggunakan powernya untuk menarik pajak dari masyarakat guna menginkatkan kesejahteraan bersama, untuk mencapai tujuan sosial. Ketiga, tingkat konsumsi yang tinggi diluar kebutuhan dasar seperti sandang dan pangan.

Setiap tahap dari model Rostow bersifat linear dan menuju titik maksimal dari suatu masyarakat. Disamping itu model ini berfokus pada bidang ekonomi dan sejarah sosial. Yang dimaksud dengan sejarah sosial adalah perubahan bertahap dari masyarakat sosial yang dapat dilihat sebagai proses dari pembangunan. Modernisasi adalah lawan dari tradisionalisme yang berpegang teguh pada tradisi. Keterbelakangan pembangunan atau kemiskinan adalah dampak dari faktor internal seperti mempertahankan tradisi struktur ekonomi dan sosial secara kaku. 8

Teori modernisasi Rostow memiliki banyak pengaruh terhadap strategi pembangunan antar lain: industrialisasi, modernisasi agrikultur, revolusi hijau, dan

8 W.W. Rostow, The Stages of Economic Growth : Second Edition. (USA: The Syndics of the Cambridge University Press. 1971) hlm 20-37

(7)

16

menjadi model dalam mengukur pembangunan suatu negara. Disamping itu, Rostow menggunakan pendekatan top-down di mana pembangungan berawal dari wilayah urban-industri ke wilayah peri-peri. Pendekatan top-down memiliki aktor utama yaitu pembuat kebijakan dalam hal ini negara untuk bertindak dalam pembangunan. Hasil maksimal bisa dicapai dengan adanya tujuan kebijakan yang konsisten dan jelas serta minimalnya jumlah aktor yang terlibat dalam menangani isu pembangunan.9 Teori pembangunan Rostow menggambarkan dasar pembangunan dari Indonesia dan Vietnam, sehingga cocok untuk menjabarkan perkembangan pembangunan tersebut.

2.4. Penelitian Terdahulu

a. Penulis : Frans B.M. Dabukke dan Muhammad Iqbal

Judul : Kebijakan Pembangunan Pertanian Thailand, India, dan Jepang serta Implikasinya bagi Indonesia.

Hasil penelitian :

Menganalisis kebijakan pembangunan pertanian di tiga negara yaitu Thailand, India, dan Jepang serta implikasinya bagi Indonesia. Ketiga negara tersebut memiliki kemiripan dalam situasi dan kinerja serta kebijakan pembangunan pertanian yang dapat dijadikan petikan pelajaran untuk mendukung kebijakan pembangunan pertanian Indonesia. Kebijakan merupakan salah satu askpek yang dapat meningkatkan daya saing komoditas pertanian bagi suatu negara. Ketiga negara memberi prioritas pada kebiajakan pembangunan untuk melindungi pasar domestik, meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui kebijakan dan subsidi serta tekonologi. Upaya Indonesia untuk meningkatkan pertanian antara lain melalui peningkatan tekonologi, inovasi dan pemberdayaan sumber daya manusia untuk pembangunan pertanian. Indonesia perlu meningkatkan produksi dengan lebih efisien dan efektif agar mampu bersaing dalam pasar global dan tantangan seperti gejolak harga pangan, pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, dan keterbatasan lahan dan air.

b. Penulis : Huynh Viet Khai dan Mitsuyasu Yabe

Judul : Technical Efficiency Analysis of Rice Production in Vietnam Hasil penelitian :

9 Top-down vs Bottom-up. Retrieved from https://essay.utwente.nl/61106/1/BSc_B_Liedl.pdf 2 Februari 2019 (11.32)

(8)

17

Menganasilis potensi agrikultur Vietnam melalui perkembangan tekonologi untuk meningkatkan produksi serta melihat kebijakan pemerintah untuk merubah posisi Vietnam sebagai importir menjadi eksportir di sektor agrikultur. Vietnam merupakan importir produk agrikultur pada akhir perang Vietnam, kemudian perubahan kebijakan secara menyeluruh pada perekonomian negar di tahun 1986 mendorong pembangunan agrikultur. Pemerintah harus berfokus pada peningkatan produksi agrikultur menggunakan kebijakan dan investasi di bidang irigasi dan pelatihan teknologi kepada petani. Pemberdayaan sumber daya manusia tidak dapat dikesampingkan di era modern.

c. Penulis : Yurike Ariesha, Zulkifli Alamsyah, dan Adlaida Malik

Judul : Analisis Komparasi Daya Saing Ekspor Lada Indonesia Terhadap Vietnam dan Malaysia di Pasar ASEAN

Hasil penelitian :

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perkembangan ekspor lada Indonesia, Vietnam, dan Malaysia di pasar ASEAN tahun 2000-2015 serta menganalisis daya saing ekspor lada ketiga negara tersebut. Ekspor lada Indonesia meningkat dengan rata-rata 14,54% per tahun pada periode 2000-2015. Sedangkan ekspor lada Vietnam meningkat sebesar 10,03% per tahun. Malaysia mengalami penurunan hingga -2,99% per tahun. Dengan indikator RCA, ketiga negara memiliki nilai lebih dari satu yang berarti bahwa negara-negara tersebut memiliki keunggulan komparatif. Nilai tertinggi dimiliki oleh negara Vietnam. Ketiga negara ini mendominasi pasar ASEAN.

d. Penulis : Yair Mundlak, Donald Larson dan Rita Butzer

Judul : Agricultural dynamics in Thailand, Indonesia and the Philippines Hasil penelitian :

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pertumbuhan sektor agrikultur dari tiga negara antara lain : Indonesia, Thailand dan Filipina. Ketiga negara tersebut memiliki iklim dan karakteristik yang cenderung sama. Teknologi dan kebijakan berpengaruh pada irigasi dan pupuk yang memaksimalkan produksi pada berbagai komoditas. Setiap negara memiliki komoditas unggul masing-masing. Disamping itu, kebijakan berkaitan erat dengan pasar, investasi dan infrastruktur yang menjadi dasar pembangunan agrikultur dari ketiga negara.

(9)

18

1.4.1. Signifikansi Penelitian

Masih belum ada penelitian yang membahas mengenai perbandingan kebijakan antara Indonesia dan Vietnam dalam memenuhi ketahanan pangan. Kebijakan agrikultur hanya dibahas dari masih-masing negara saja dan hanya berfokus pada penjabaran kebijakan yang dilakukan oleh kedua negara. Disamping itu masih belum ada penelitian yang menghubungkan dengan ketahanan pangan. Namun penelitian terdahulu dapat membantu dalam menggambarkan perkembangan kebijakan Indonesia dan Vietnam serta menjadi contoh dalam meneliti perbandingan kebijakan antar negara.

(10)

19

2.5. Kerangka Pemikiran

VIETNAM

INDONESIA

Doi moi (1986)

Tam Nong Policy

Tahap Pertumbuhan

Ekonomi Rostow

Mencapai ketahanan pangan

Rural Development

REPELITA 1 (1969)

Nawa Cita dan RPJMN 2015-2019

Food Security

(11)

20

Pembangunan Agrikultur Indonesia dan Vietnam berawal pada periode waktu yang cukup jauh. Indonesia diawali dengan REPELITA I pada tahun 1969, sedangkan pembangunan Agrikultur Vietnam muncul setelah adanya Doimoi di tahun 1986. Pada masa awal pembangunan Agrikultur ini akan digambarkan menggunakan Teori Modernisasi atau Tahapan Pertumbuhan Ekonomi yang dikemukakan oleh Walter W. Rostow. Kemudian seiring perkembangan pembangunan, saat ini Indonesia dan Vietnam memiliki landasan baru mengenai Pembangunan Agrikultur. Vietnam berlandaskan Tam Nong Policy, disisi lain Indonesia menggunakan Nawa Cita dan RPJMN 2015-2019 sebagai landasan dalam menentukan kebijakan Pembangunan Agrikultur kedepannya. Pembangunan Agrikultur tidak dapat dilepaskan dari Rural Development karena berjalan seiringan satu sama lain. Target dari penelitian ini adalah melihat keberhasilan negara Vietnam dan Indonesia dalam mencapai ketahanan pangan yang didefinisikan menggunakan Konsep Food Security.

Referensi

Dokumen terkait

 Informasi tentang kesulitan belajar siswa dapat digunakan oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukannya..  Kesahihan dan keandalan

Dengan terbatasnya alat produksi proses pembuatan Bakso Aci juga berdampak pada tidak terpenuhinya target produksi Bakso Aci (Nursalim et al., 2019). Dari uraian diatas maka

Menurut buku panduan penggunaan perpustakaan Undiksha 2012 bahwa layanan bebas pustaka adalah suatu layanan yang diberikan kepada anggota perpustakaan untuk

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbandingan bubur pepaya dan bubur terung belanda berpengaruh nyata terhadap nilai total padatan terlarut selai yang

Dalam upaya pengembangan literasi informasi terdapat beberapa potensi yang belum secara optimal dimanfaatkan, potensi tersebut antara lain potensi kewenangan,

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah titik lampu yang dipasang pada tiap ruang kuliah (kondisi eksisting) tidak sesuai dengan jumlah titik lampu pada

Sebagai kesimpulan dari beberapa defenisi tentang pariwisata tersebut dapatlah disebutkan bahwa pariwisata adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang- orang dalam perjalanan ke