• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN SISTEM PENGEMASAN BUNGA MAWAR POTONG (Rosa hybrida) SELAMA PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA PAJANGAN DESY NOFRIATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN SISTEM PENGEMASAN BUNGA MAWAR POTONG (Rosa hybrida) SELAMA PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA PAJANGAN DESY NOFRIATI"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN SISTEM PENGEMASAN BUNGA MAWAR POTONG

(Rosa hybrida) SELAMA PENYIMPANAN UNTUK

MEMPERPANJANG MASA PAJANGAN

DESY NOFRIATI

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2005

(2)

ABSTRAK

DESY NOFRIATI. F051030111. Kajian Sistem Pengemasan Bunga Mawar Potong (Rosa hybrida) Selama Penyimpanan Untuk Memperpanjang Masa Pajangan. Dibimbing oleh ROKHANI HASBULLAH dan SUROSO.

Bunga mawar potong banyak diminati karena memiliki kharisma tersendiri dan penampilan fisik yang menarik. Penampilan bunga mawar potong yang indah, anggun dan harum menyebabkan bunga potong ini dikenal dengan sebutan ratu segala bunga. Bunga mawar sangat mudah rusak, kerusakan terjadi baik pada saat pemetikan, pengangkutan maupun penyimpanan. Untuk mempertahankan kesegaran dan mendapatkan mutu bunga potong mawar yang baik diperlukan penanganan pascapanen seperti perendaman bunga dalam larutan pengawet (pulsing) serta penyimpanan dengan kemasan pada suhu rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi larutan pengawet dan model kemasan yang optimum selama penyimpanan dan menentukan perubahan mutu bunga selama masa pajangan .

Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama penentuan laju respirasi dan komposisi larutan pengawet (pulsing), tahap kedua penentuan model kemasan yang terbaik dalam memperpanjang kesegaran bunga mawar potong dan menentukan perubahan mutu bunga mawar potong selama masa pajangan yang terdiri dari bent neck, kelayuan, penyusutan panjang dan diameter tangkai, kadar air bunga, dan warna.

Larutan pengawet (pulsing) dengan komposisi 3% sukrosa + 25% glyserin + 300 ppm Na-Benzoat + 375 ppm asam sitrat menghasilkan peningkatan laju konsumsi O2

terkecil selama penyimpanan sehingga dapat menjaga kesegaran bunga dan menekan kelayuan sebesar 2.5% pada hari ke-3 masa pajangan.

Kemasan kotak karton berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen merupakan model kemasan yang memberikan hasil terbaik selama penyimpanan, yakni dapat menjaga kesegaran bunga hingga 10-11 hari, pada hari ke-5 masa pajangan persentase bent neck 62.5.0%, kelayuan 25.0%, penyusutan panjang tangkai 0.40 cm dan penyusutan diameter tangkai 0.33 mm, perubahan diameter mahkota bunga mencapai 6.3 cm dan warna masih dapat dipertahankan pada kisaran merah cerah pada hari ke-3 masa pajangan atau hari ke-8 setelah pemanenan.

Berdasarkan uji organoleptik terhadap penampakan bunga secara visual, bunga yang disimpan dengan kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen masih dapat diterima keindahannya hingga hari ke-5 masa pajangan atau hari ke-10 setelah pemanenan. Masa pajang bunga mawar dapat diperpanjang selama 1-3 hari dibandingkan bunga mawar yang tanpa perlakuan setelah pemanenan.

(3)

KAJIAN SISTEM PENGEMASAN BUNGA MAWAR POTONG

(Rosa hybrida) SELAMA PENYIMPANAN UNTUK

MEMPERPANJANG MASA PAJANGAN

DESY NOFRIATI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Teknologi Pasca Panen

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2005

(4)

PRAKATA

“Sesungguhnya segala sesuatu telah tercatat di Lauh Mahfuzh-Nya”. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan kasih sayang-Nya serta kehendak-Nya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2004 ini adalah bunga mawar potong, dengan judul Kajian Sistem Pengemasan Bunga Mawar Potong (Rosa hybrida) Selama Penyimpanan Untuk Memperpanjang Masa Pajangan.

Terima kasih kepada Bapak. Dr. Rokhani Hasbullah, MSi dan Dr. Suroso, M.Agr sebagai dosen pembimbing atas ketulusannya dalam memberi ilmu pengetahuan yang dimiliki. Semoga ilmu yang telah diberikan menjadi amal kebaikan di sisi Allah SWT.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua tercinta, Idham Nursi dan Ibunda Yunidar Cayo atas doa dan keikhlasan serta kesabaran dan juga semangat yang telah dicurahkan. Terima kasih kepada adinda tersayang (Adik dan Meidia) atas doa dan kesetiaan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi cinta kasih kita.

Ucapan terima kasih turut penulis sampaikan kepada Bapak Sulyaden di Lab TPPHP dan rekan-rekan TPP 2003 (Pak Erdi, Mbak Dian, Pak Hidayat, Meilan, Mbak Endang, Atik, Kak Icut, Mbak Ana, Ira, Muhdar, fahrul, Pak Theis, dan Pak Khaidir). TPP 2002 (Sholihati, Pak Suparno, Pak Endrico, Uni Wilda, TPP 2004 (Asri, Yani, Mala, Adnan, Pak ismail, Bayu, Mbak Rina, Mbak Ana, tesy).Teman-teman di HIMMPAS dan Forum Wacana, nurma dan adek-adek di Tarbiyah club yang turut memberi semangat kepada penulis serta pihak-pihak lain yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermamfaat.

Bogor, Juli 2005

(5)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komoditi hortikultura berupa tanaman hias bunga potong memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan mengingat keadaan alam Indonesia yang subur. Mawar merupakan salah satu komoditas florikultura yang penting untuk agribisnis. Sebagai tanaman hias, bunga mawar potong mempunyai nilai ekonomi tinggi. Bunga mawar potong banyak diminati karena memiliki kharisma tersendiri dan penampilan fisik yang menarik. Penampilan bunga mawar potong yang indah, anggun dan harum menyebabkan bunga potong ini dikenal dengan sebutan ratu segala bunga.

Kondisi ekonomi dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan ke-indahan membuat konsumsi tanaman hias terus meningkat pesat. Perkembangan pembangunan hotel, kawasan perumahan, perkantoran dan industri pariwisata mendorong peningkatan permintaan tanaman hias baik sebagai bunga potong maupun tanaman pot (Siswoputranto,1990). Lebih lanjut Soerojo (1991) me-nambahkan bahwa kebutuhan tanaman hias di dalam negeri cenderung meningkat dan memiliki prospek yang sangat baik.

Peningkatan permintaan bunga potong ini dirasakan oleh Indonesia sejak tahun 1986 – 1991 dengan ekspor komoditas bunga potong meningkat dari 476 kg menjadi 4881 kg. Nilai Ekspor komoditas bunga potong Indonesia sampai Februari 2004 mencapai US$ 162 850 dengan berat bersih 40 533 kg (BPS, 2004). Di Indonesia permintaan bunga mawar cenderung meningkat terutama di kota-kota besar seperti kota Jakarta menyerap bunga terbesar dengan omzet dan peredaran uang yang mencapai Rp. 25,8 M/tahun. Permintaan bunga mawar tidak kurang dari 20 000 kuntum/ hari. Data BPS pada tahun 2002 menunjukkan bahwa produksi bunga mawar potong Indonesia mencapai 55 708 137 tangkai.

Setelah pemanenan, mawar memiliki masa kesegaran selama 4-5 hari. Pendeknya umur kesegaran mawar disebabkan karena mawar memiliki kandungan air tinggi. Hal ini merupakan kendala utama yang dihadapai oleh produk hasil pertanian yang menyebabkan umur simpan produk menjadi pendek. Bunga potong yang

(6)

dipasarkan harus mempunyai kualitas yang baik diantaranya mempunyai masa kesegaran yang cukup panjang. Sifat tersebut sangat dipengaruhi oleh penanganan pascapanen, seperti perlakuan pulsing dengan pemberian larutan perendam sebagai pengawet segera setelah bunga dipanen sebelum pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi pulsing, adalah untuk memperpanjang umur kesegaran dan meningkatkan kemekaran kuncup bunga (Halevy et al., 1981).

Bunga mawar sangat mudah rusak dan layu. Kerusakan terjadi baik pada saat pemetikan, pengangkutan maupun penyimpanan. Untuk mempertahankan kesegaran dan mendapatkan mutu bunga mawar potong yang baik setelah diberi larutan pengawet, maka penanganan selama penyimpanan sebelum masa peragaan harus diperhatikan. Kerusakan dapat terjadi secara mekanis dan karena penguapan yang selalu terjadi selama pengangkutan atau penyimpanan. Untuk mendapatkan bunga mawar dengan masa simpan yang lama serta mengurangi persentase kerusakan harus memperhatikan penanganan sejak pemanenan, pengemasan dan penyimpanan sebelum tiba ke konsumen. Tingkat kehilangan hasil bunga potong sangat tinggi yaitu 2–25 persen di negara maju, dan 20–50 persen di negara berkembang, apabila penanganannya kurang memadai (Kader, 1992).

Pada kondisi tropis, penyimpanan bunga mawar harus pada suhu rendah agar bunga tersebut tidak cepat layu. Mengingat biaya yang cukup tinggi untuk membuat suhu mendekati 0oC, maka perlu dicari alternatif penyimpanan pada suhu yang lebih tinggi, tetapi mampu mencapai masa simpan yang cukup lama (Reid dan Lukaszewki, 1988). Penyimpanan suhu rendah dengan teknik atmosfer termodifikasi diharapkan dapat diperoleh kondisi yang optimum sehingga dapat mempertahankan kesegaran bunga potong selama masa peragaan. Penyimpanan dengan teknik atmosfer termodifikasi merupakan penyimpanan produk hasil pertanian dengan lingkungan udara yang mempunyai komposisi gas berbeda dengan udara normal, yaitu sesuai dengan pengaturan kosentrasi gas O2 dan CO2 yang diinginkan sehubungan dengan proses

kegiatan respirasi yang akan berlangsung.

Menurut Soesarsono (1981), penyimpanan dengan atmosfer termodifikasi pada bunga potong dilakukan dengan membungkus bunga dengan plastik kedap air seperti poliethilen atau pembungkus lain yang mempunyai permeabilitas tertentu terhadap O2

(7)

dan CO2 sehingga respirasi dapat dihambat. Penyimpanan dengan sistem atmosfer

termodifikasi akan lebih efektif bila dilakukan bersamaan dengan penyimpanan pada suhu rendah.

Selama masa pengakutan atau penyimpanan bunga mawar potong sering dikemas dengan film plastik dan dimasukkan ke dalam kotak karton. Oleh karena itu perlu dikaji penggunaan kemasan karton yang dikombinasikan dengan film plastik untuk mempertahankan kesegaran bunga selama penyimpanan sehingga dapat mempertahankan mutu bunga selama masa pajangan.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan perlakuan pasca panen yang paling tepat dalam upaya memperpanjang kesegaran bunga potong mawar selama masa pajangan.

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. menentukan komposisi larutan pengawet yang digunakan sebelum penyimpanan bunga mawar potong

2. menentukan model kemasan untuk penyimpanan bunga mawar potong 3. mengamati perubahan mutu bunga mawar potong selama masa pajangan 4. menentukan masa pajangan bunga mawar potong

(8)

TINJAUAN PUSTAKA

Bunga Potong

Bunga adalah bagian dari tumbuhan berbiji dan berfungsi sebagai alat reproduksi yang mempunyai empat bagian utama, yaitu sepal (daun kelopak), petal (daun mahkota), pistil (putik), dan stamen (benang sari). Daun kelopak merupakan bagian bunga yang terletak pada lingkaran terluar dan berwarna hijau, sedangkan daun mahkota merupakan bagian bunga yang biasanya berwarna cerah. Benang sari dan putik merupakan organ reproduksi yang biasanya bergabung dengan daun mahkota dan daun kelopak.

Bunga potong adalah bunga yang dimanfaatkan sebagai rangkaian bunga untuk berbagai keperluan dalam daur hidup manusia dan mempunyai nilai ekonomi. Bunga potong terdiri dari dari bunga potong anggrek dan bunga potong non anggrek. Berdasarkan tempat tumbuhnya, bunga dibagi menjadi dua kelompok yaitu bunga dataran tinggi seperti krisan, gladiol, mawar, gerbera, anyelir, dan bunga dataran rendah seperti anggrek, sedap malam dan melati (Balithi, 1995).

Setiap jenis bunga yang memiliki warna dan bentuk yang menarik dapat dipotong, tetapi tidak semua bunga yang dipotong bernilai ekonomis atau dapat diperjualbelikan. Menurut Rismunandar (1995), bunga potong yang memiliki persyaratan sebagai berikut :

1. Warna indah, bersih dan tidak bernoda, serta bau tidak terlalu menyengat 2. Bunga dapat bertahan lama setelah dipotong

3. Tangkai bunga cukup panjang dan kuat 4. Bunga tidak mudah rusak dalam pengepakan

5. Bunga dihasilkan dari tanaman yang subur dan mudah berbunga tanpa mengenal musim

Warna bunga potong yang dikehendaki adalah warna yang indah, ceria, bersih dan tidak bernoda. Warna bunga potong merah dan biru memiliki prospek pengembangan yang sangat baik. Warna-warna ini tetap akan disukai pada masa yang akan datang. Konsumen bunga potong dari Eropa dan Amerika kurang menyukai bunga dengan bau

(9)

wangi yang menyengat, tetapi cenderung menyukai bau wangi dan lembut. Sebaliknya, konsumen Asia lebih menyukai bunga dengan wangi yang semerbak.

Keteguhan bunga potong adalah sifat yang tidak cepat layu selama pengiriman, penyimpanan dan pemajangannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi keteguhan adalah saat yang tepat untuk melakukan pemotongan, kecepatan pengiriman, sistim pengemasan dan suasana keragaan (Rismunandar,1991).

Momentum pemotongan atau saat yang tepat untuk melakukan pemotongan bunga ditentukan oleh faktor-faktor berikut : (1) bentuk bunga, (2) waktu pemotongan: pagi, sore atau siang dan (3) kondisi lingkungan saat pemetikan cerah, basah atau hujan (Balithi, 2004).

Bunga Mawar

Mawar (Rosa hybrida) merupakan bunga yang sangat digemari. Mawar berasal dari Asia Tengah dan tersebar hingga ke belahan selatan bumi. Pemerintah Belanda mendatangkan mawar ke Indonesia dari benua Eropa. Mawar mempunyai 125 spesies, 95 spesies berasal dari Asia, 18 spesies dari Amerika dan sisanya dari Eropa dan Afrika. Klasifikasi bunga mawar menurut Sukarno dan Nampiah (1995) adalah :

Kingdom : Plantae Divisi : Spermathopyta Subdivisi : Anggiospermae Ordo : Rosales Famili : Rosaceae Genus : Rosa

Spesies : Rosa hybrida

Tanaman mawar umumnya merupakan tanaman perdu, batangnya berduri dengan tinggi tanaman antara 0.3 sampai 0.5 meter. Berakar tunggang dengan banyak cabang akar seperti serat dan akar rambut yang menyerupai benang. Daun mawar merupakan daun majemuk dengan 3 atau 5 berselang dan bersirip ganjil. Bunga ada yang tunggal dan ada pula yang tersusun indah dalam bentuk payung dengan perhiasan bunga setiap lingkaran 4-5 helai. Warna bunga bervariasi dari putih, merah, merah

(10)

muda dan ungu muda. Buah mawar adalah buah yang di dalamnya terdapat biji (Kartapraja,1995).

Tanaman mawar membutuhkan cahaya matahari penuh untuk pertumbuhan. Apabila kekurangan cahaya, tanaman akan kurang produktif untuk berbunga dan mempunyai batang yang tidak kokoh. Suhu optimum untuk pertumbuhan bunga mawar adalah 15,6 - 23,9oC (Edmon and Bailey, 1975), sedangkan menurut Hardjoko (1999), mawar dapat tumbuh dengan baik pada suhu diatas 30oC asalkan kelembabannya cukup tinggi yaitu antara 60-80%.

Menurut Sukarno dan Nampiah (1995), jenis mawar ditinjau dari sifat penampilannya dibagi menjadi lima kelompok yaitu (1) hybrid tea, sering digunakan untuk potong berbunga tunggal, berukuran lebih besar, susunan bunga kompak dan padat dengan tangkai bunga yang panjang, (2) floribunda, tangkainya agak panjang dan bunganya terdapat dalam rangkaian yang besar, (3) polyantha , dalam satu rangkai bunganya kecil-kecil (baby rose), (4) grandiflora, merupakan gabungan sifat-sifat

hybrid tea dan floribunda. Jenis ini sering digunakan sebagai bunga potong atau

tanaman taman, (5) climbing rose, merupakan mawar rambat dengan beragam bunga tunggal atau rangkap.

Menurut Hardjoko (1999), mawar dipanen setelah berumur 4-5 bulan tergantung dari varietas dan tingkat pertumbuhannya. Mawar dapat dipanen bila seluruh kelopak bunga telah membuka semua 1 atau 2 mahkota telah membuka. Ditambahkan oleh Murtiningsih dan Sutater (1995) bahwa kesegaran bunga akan lebih lama jika dipanen pada stadia tumbuh yang tepat. Mawar bila dipanen pada stadia mekar penuh kesegarannya tidak akan bertahan lama dan cepat layu dan sebaliknya bila dipanen terlalu awal dapat menyebabkan kuncup bunga akan gagal mekar.

Mawar termasuk golongan bunga yang mudah kehilangan air, maka sebaiknya memanen bunga mawar dilakukan pada pagi hari. Kandungan karbohidrat yang rendah dapat diperbaiki dengan larutan pengawet yang mengandung gula. Tidak dianjurkan panen pada saat suhu tinggi (siang hari). Demikian pula bila bunga dalam keadaan basah karena embun, air hujan atau sebab lainnya, sebaiknya panen ditunda hingga tidak basah lagi. Bunga yang basah mudah terserang jamur penyebab penyakit lainnya. (Murtiningsih dan Sutater,1995). Menurut Widyawan dan Prahastuti (1994) pemanenan

(11)

sebaiknya dilakukan sekitar jam 06.00 sampai 08.00 atau jam 16.00 sampai 17.00. Pada jam tersebut penghisapan air yang dilakukan oleh tanaman berlangsung lebih banyak dari pada penguapannya.

Standarisasi bunga mawar sangat penting karena kualitas bunga mawar sangat menentukan harga jual. Persyaratan mutu untuk ekspor umumnya lebih tinggi, sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh pembeli luar negeri. Syarat mutu untuk bunga mawar potong menurut Badan Standarisasi Nasional adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Syarat mutu bunga mawar potong (SNI - 4492 - 1998)

Jenis Mutu Satuan Persyaratan

AA A B C Panjang tangkai - tipe standar - tipe spray cm cm >65 >55 54 - 55 46 - 55 40 - 54 35 - 45 25 - 39 < 35 Diameter kuncup Kuncup ½ mekar - tipe standar - tipe spray cm cm >2.5 >1.5 >2.5 >1.5 >2.5 >1.5 >2.0 >1.2 Jumlah kuntum bunga

½ mekar pertangkai

- tipe spray kuntum >6 >6 >6

dapat kurang dari

>6

Benda asing/kotoran % 0 0 0 <5

Kesegaran bunga - Segar segar segar segar

Keseragaman kultivar - Seragam seragam seragam seragam

Warna bunga - Seragam seragam seragam seragam

Keadaan minimum Tangkai bunga - kuat/lurus, tidak pecah, tidak bercabang kuat/lurus, tidak pecah, tidak bercabang kuat/lurus, tidak pecah, tidak bercabang Kurang kuat/lurus, tidak pecah, tidak bercabang Daun pada 2/3 bagian

tangkai - lengkap dan sehat lengkap dan sehat lengkap dan sehat kurang lengkap dan sehat

Kerusakan dan cacat % 0 0 0 <5

Keberadaan air % 0 0 0 <5

Organisme penganggu % 0 0 0 <5

Toleransi % 3 5 10 <15

Keterangan : AA (kualitas ekspor)

Tipe spray : dalam satu tangkai terdapat enam kuntum bunga kecil Tipe standar : dalam satu tangkai hanya terdapat satu bunga besar

(12)

Pemanenan dan Fisiologi Pasca Panen

Pemanenan bunga berarti pemisahan bunga dari induknya, dan hal ini berarti bunga tidak lagi mendapatkan air dan makanan dari induknya, sedangkan bunga tersebut masih melakukan aktivitas transpirasi dan respirasi yang memerlukan air dan makanan. Durkin (1979) menyatakan bunga mawar yang masih menempel pada induknya dan mendapatkan air dan makanan dari induknya akan mengakhiri periode kesegarannya dengan pengguguran mahkota. Sedangkan pada mawar yang telah dipotong periode kesegaran akan diakhiri dengan kelayuan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kehilangan air pada waktu panen dan terhambatnya penyerapan air oleh udara yang memasuki tangkai pada waktu panen pada bagian yang dipotong.

Bunga yang dipanen pada kondisi yang tepat sudah mempunyai cadangan makanan berupa karbohidrat hasil sintesa yang disimpan pada tangkai atau organ lainnya (Hardenburg,1990). Faktor yang mempengaruhi kesegaran bunga setelah pemanenan adalah sebagai berikut :

1. Waktu yang tepat. Waktu pemetikan yang tepat adalah pagi hari sebelum matahari bersinar atau sore hari setelah matahari terbenam (Balithi, 2004). Bunga yang dipanen pada saat matahari penuh akan cepat layu karena tingginya respirasi.

2. Stadia pemetikan yang tepat. Pemetikan bunga sebaiknya dilakukan pada umur atau tingkat kematangan yang tepat (Hardenburg,1990) dan sudah berwarna. Bunga yang masih kuncup lebih mudah ditangani dan kurang rentan terhadap kerusakan dan kondisi lingkungan yang merusak seperti etilen dan suhu tinggi (Halevy dan Mayak,1979). Namun bila dipanen terlalu muda akan menyebabkan bunga tidak mampu mekar sempurna (Yayasan Bunga Nusantara, 1987) dan menyebabkan pembengkokkan tangkai (bent neck) (Torre et al., 2000; Direktoray Bina Produksi Hortikultura,1991; Salinger,1985; Hasek,1980). Mayak dan Halevy (1979) menyimpulkan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi kehilangan air pada jaringan leher (neck) yaitu : 1) tingkat transpirasi yang berhubungan dengan adanya daun pada pucuk bunga dan kemampuan stomata untuk menutup sebagai reaksi terhadap kekurangan air, 2)

(13)

tingkat penyerapan dan transportasi air, dan 3) kemampuan organ lain pada pucuk bunga untuk melengkapi persediaan air yang persediaannya terbatas. 3. Cara pemetikan yang benar. Pemetikan dilakukan dengan cara memotong

tangkai bunga 2/3 bagian dari panjang seluruhnya, tepat diatas mata tunas. Pemotongan sebaiknya menggunakan gunting atau pisau yang tajam atau pemangkas yang tajam dan bersih.

4. Perlakuan selanjutnya. Pada umumnya langkah-langkah penanganan bunga potong secara keseluruhan meliputi pemanenan, grading, pengikatan (bunching), penggunaan larutan pengawet, pengepakan, pendinginan, penyimpanan, penanganan selama pemasaran. Sistem pengelolaan yang baik hendaknya dapat memilih langkah yang dapat memaksimalkan periode kesegaran bunga dan menekan biaya yang diperlukan.

Penurunan mutu bunga segar dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut; (1) ketidakmampuan pembuluh batang untuk mengabsorbsi air yang disebabkan oleh adanya hambatan dari bakteri, jamur atau mikroorganisme lainnya, (2) kehilangan air yang terlalu banyak akibat suhu lingkungan yang tinggi, (3) kadar karbohidrat yang rendah karena kondisi penyimpanan yang kurang memadai untuk mendukung respirasi, (4) penyakit atau serangga dan (5) gas etilen yang dihasilkan oleh jaringan yang rusak atau membusuk.

Respirasi pada bunga potong berhubungan dengan penggunaan cadangan karbohidrat. Respirasi yang berlangsung cepat akan mengurangi cadangan karbohidrat sehingga menyebabkan kelayuan. Pada suhu rendah enzim-enzim yang berperan dalam proses respirasi dapat diperlambat aktivitasnya (Prince et al., 1988).

Tujuan penanganan pasca panen bunga potong menurut Yayasan Bunga Nusantara (1987) adalah sebagai berikut :

1. Memperkecil respirasi dan transpirasi 2. Mencegah infeksi dan luka

3. Memelihara estetika dan penampakkan 4. Memperoleh harga yang tinggi

Untuk menghambat penguapan dapat dilakukan pembungkusan dengan plastik seperti polietilen. Bahan-bahan yang dapat menyerap air yang berlebihan seperti kertas

(14)

dapat ditambahkan (Widjandi,1981). Dua hal yang menentukan ketahanan simpan bunga potong yaitu faktor genetik dan kondisi eksternal selama penyimpanan seperti suhu, kelembaban udara (RH), cahaya, dan sirkulasi udara. Bunga dengan kualitas rendah seperti bunga terlipat, patah, tergores atau luka fisik lainnya dapat merangsang produksi etilen, kehilangan air dan infeksi jasad renik (Murtiningsih dan Sutater,1995).

Menurut Ichimura et al.,(1998) bunga mawar potong akan lebih panjang kesegarannya apabila disimpan pada suhu rendah. Masa pajangan bunga mawar potong bisa dipertahankan sampai 15.5 hari apabila disimpan pada kelembaban udara (RH) ± 70% dan sebelumnya bunga mawar potong direndam dalam larutan pengawet.

Larutan Pengawet

Pengawetan bunga potong bertujuan untuk memperpanjang umur pajangan bunga. Cara ini dilakukan untuk memperlambat proses metabolisme pada bunga potong yang mengarah pada pelayuan. Teknik pengawetan bunga potong umumnya dilakukan adalah penggunaan larutan pengawet sebagai larutan perendam pada bunga potong segar.

Penggunaan zat pengawet guna menanggulangi kerusak dapat diterapkan pada penanganan bunga potong. Menurut Muhajir et al.,(1999), zat pengawet yang digunakan berfungsi sebagai penyedia karbohidrat, penghambat pertumbuhan mikroba yang dapat menyumbat pembuluh tangkai dan senyawa pengasaman.

Larutan pengawet digunakan pada empat macam perlakuan yaitu conditioning,

pulsing, bud opening, dan holding (Halevy dan Mayak,1979). Conditioning digunakan

untuk mengembalikan ukuran bunga setelah mengalami kekurangan air selama perjalanan dengan cara merendam dalam air (Roger,1973) Perlakuan bud opening dilakukan jika bunga dipanen pada tahap lebih awal dari masa panennya. Pulsing merupakan perlakuan dalam jangka waktu pendek sebelum pengiriman. Larutan holding merupakan larutan tempat dicelupnya bunga sampai terjual atau digunakan oleh konsumen untuk dirangkai dalam vas (Halevy dan Mayak, 1979). Menurut Kader (1992), pulsing adalah larutan dengan kadar sukrosa tinggi. Larutan ini digunakan pada saat bunga baru dipanen. Holding adalah larutan dengan kadar sukrosa rendah yang digunakan selama masa pajangan.

(15)

Larutan pengawet merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang kesegaran bunga potong. Tiga hal yang dilakukan berkenaan dengan pengawetan, yaitu menambahkan nutrisi, membuat pH air kurang dari tujuh, dan menghambat pertumbuhan jasad renik pembusuk (Amiarsi et al., 2002).

Gula berperan bagi kesegaran kuncup bunga, karena gula merupakan karbohidrat yang berguna dalam pertumbuhan dan pemekaran kuncup. Penambahan gula juga dapat menunda kelayuan. Air bergerak secara osmosis ke mahkota bunga sehingga mahkota mempunyai turgor yang tinggi dan kesegaran yang lama, sehubungan dengan banyaknya kandungan air. Sumber gula lain seperti laktosa dan maltosa hanya dapat digunakan apabila kosentrasinya rendah (Halevy dan Mayak, 1979). Sumber gula berupa glyserin dapat digunakan sebagai sumber makanan. Glyserin mempunyai kelarutan terhadap air yang tinggi dan memberikan kelembaban pada bahan. Selain itu, glyserin dapat dimanfaatkan sebagai plastisizer karena dapat mengurangi kekuatan ikatan hydrogen internal pada ikatan intermolekul, sehingga mampu meningkatkan mobilitas dan fleksibilitas rantai polimer, sehingga mampu meningkatkan mobilitas dan fleksibelitas rantai polimer (Aryani, 2002).

Bunga mawar potong yang direndam ke dalam glyserin 10% dan sukrosa 6% selama 24 jam dapat memberikan penyusutan bobot paling kecil yaitu 58.86% dengan penyusutan diameter bunga mawar terkecil 21.47% dan kadar air bunga 4.41% (basis basah) (Aryani, 2002). Menurut Luqman, (1992) larutan sukrosa 6% dapat mempertahankan kesegaran dan keharuman bunga. Larutan gula kurang dari 6% tidak menghasilkan energi yang optimal untuk kelangsungan hidup bunga, sehingga daya tahan dan kesegaran serta aromanya bertahan lebih singkat. Selanjutnya, penggunaan sukrosa lebih dari 6% mempunyai potensial osmotik yang lebih kecil dari cairan didalam sel sehingga tidak dapat melewati membran sel. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya plasmolisis yaitu cairan di dalam sel akan keluar.

Pada pH 3.5 - 4.5 bunga secara maksimum menyerap air. Pada kondisi tersebut timbulnya lendir pada permukaan tangkai bunga dapat dihambat, sehingga penyerapan air oleh tangkai bunga tidak terganggu (Halevy dan Mayak, 1979). Penyerapan air tersebut penting untuk menggantikan air yang hilang akibat penguapan pada permukaan bunga. Jika tidak terdapat air, maka bunga akan cepat layu. Untuk mencapai kondisi ini

(16)

perlu ditambahkan asam sitrat sebagai penurun pH dan mengurangi penyumbatan pada batang. Asam sitrat digunakan untuk menaikkan larutan pulsing pada sel-sel tanaman. Durkin (1979) menyatakan bahwa asam sitrat adalah senyawa penurun pH yang paling umum dipakai pada larutan pulsing dan sangat efektif untuk digunakan pada mawar. Dalam kasus yang lain, asam tartarat dan asam glikolat dapat digunakan untuk menurunkan pH bersamaan dengan gula.

Menurut Michael dan Reid (1992) pulsing memerlukan sukrosa 2 -20% dengan waktu tertentu (10 menit, suhu 21oC; 20 jam, suhu 2oC). Pulsing dengan larutan yang mengandung 20 ppm AgNO3 + 5% sukrosa + 320 ppm asam sitrat dapat

mempertahankan kesegaran bunga mawar potong selama masa pajangan (8.0 - 9.3 hari) (Amiarsi et al., 2002).

Pada larutan pulsing perlu ditambahkan zat pengawet yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan mikroba pada batang. Menurut Winarno (1984), asam benzoate (C6H5COOH) merupakan bahan pengawet yang luas penggunaannya dan

sering digunakan pada bahan yang asam. Bahan ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat efektif pada pH 2.5-4.0. Garam benzoate memiliki kelarutan yang lebih besar dibandingkan dengan asamnya, karena itu penggunaan Na-benzoat lebih umum digunakan. Wang dan baker (1979) menyatakan bahwa benzoate pada larutan pulsing berfungsi sebagai antioksidan dan dapat mengurangi produksi etilen.

Kualitas air yang digunakan dalam larutan pengawet mempunyai pengaruh penting dalam menjaga kualitas bunga. Idealnya air yang digunakan adalah air yang murni dan bersih (Salinger,1985). Air suling lebih baik digunakan daripada air kran dengan atau tanpa pengawet (Sacalis,1993). Air yang digunakan hendaknya tidak mengandung padatan terlarut lebih dari 200 ppm.

Kelayuan

Layu adalah terkulai atau mengkerutnya jaringan akibat perubahan sifat elastis karena menurunnya tegangan turgor. Mayak (1990), menyatakan bahwa kelayuan berhubungan dengan penurunan potensial air pada jaringan. Potensial air pada mahkota

(17)

bunga cenderung tetap sampai puncak kemekarannya, dan setelah itu menurun drastis. Ini merupakan salah satu indikasi terjadinya kelainan fisiologis.

Kelayuan erat kaitannya dengan penguapan air dari permukaan bunga (transpirasi). Transpirasi yang lebih besar dari penyerapan air mengakibatkan kekurangan air untuk mempertahankan kesegaran. Kelayuan akan ditandai dengan tidak adanya lagi tegangan permukaan mahkota sehingga mahkota tersebut cendrung lemas kearah bawah (Arimbawa,1997). Selain itu, kelayuan dapat terjadi karena bunga sudah mekar sempurna dan terlalu banyak kehilangan air. Tanda-tanda lain bunga layu yaitu mulai menggulungnya mahkota kearah luar, dan dikatakan layu kalau mahkota benar-benar sudah jatuh ke bawah karena sama sekali sudah tidak ada ketegaran mahkota (Ekowati,1997).

Kelayuan erat kaitannya dengan pembengkokkan batang (bent neck) dan kerontokkan mahkota. Bent neck merupakan salah satu kerusakan fisik pada bunga mawar potong sebagai akibat hilangnya air dalam jaringan tangkai bunga yang dapat mengidentikasikan bahwa bunga tersebut telah hilang kesegarannya.

Menurut Burdett (1970) dalam Torre et al.,(2000), hilangnya tekanan turgor berpengaruh berkurangnya pembentukan lignin pada tangkai bunga sehingga tangkai kehilangan ketegarannya, kemudian menyebabkan tangkai membengkok dan seiring bertambahnya masa pajangan tangkai bunga akan terkulai. Bent neck akan menghambat aliran air ke mahkota bunga sebagai akibat dari tersumbatnya pembuluh tangkai sehingga tidak ada lagi ketegaran pada mahkota bunga sehingga kerontokkan mahkota tidak dapat dicegah (Ekowati, 1997). Kehilangan air yang melebihi 10% dari berat komoditi mengakibatkan kelayuan yang serius (Sacharow et. al.,1970 dalam Widjandi et al.,1989).

Penyimpanan dengan Atmosfer Termodifikasi

Penyimpanan dengan teknik atmosfer termodifikasi adalah penyimpanan produk hasil pertanian dengan lingkungan udara yang mempunyai komposisi gas berbeda dengan udara normal melalui penggunaan film plastik pengemas. Kosentrasi gas O2 dan

CO2 di dalam kemasan berubah sehubungan dengan proses kegiatan pernafasan produk

(18)

Penggunaan teknik atmosfer termodifikasi dalam penyimpanan dan pengangkutan bunga semakin popular digunakan untuk menggantikan penyimpanan suhu dingin. Kandungan oksigen yang rendah disekitar bunga akan menghambat proses respirasi dan menurunkan tingkat kerusakan bunga. Meningkatnya kandungan CO2

dilingkungan bunga akan menurunkan laju respirasi, proses oksidasi dan menurunkan pengaruh etilen, namun jumlah yang tinggi mungkin akan meracuni bunga itu sendiri (Soekartawi,1996).

Menurut Widjandi (1981), penyimpanan dengan atmosfer termodifikasi pada bunga potong dilakukan dengan membungkus bunga dengan plastik kedap air seperti polietilen atau pembungkus lain yang mempunyai permeabilitas tertentu terhadap O2

dan CO2 sehingga respirasi dapat dihambat.

Menurut penelitian Corbineau dan Meudou (1988) dalam Neni Suswatini (1995), penyimpanan bunga mawar dengan teknik atmosfer termodifikasi 5– 10% CO2 dan 1–3% O2 dengan suhu 0oC dapat mempertahankan kesegarannya selama

3–4 minggu (Tabel 2). Tetapi bunga mawar yang digunakan adalah bunga mawar yang tumbuh didaerah sub tropis sehingga tahan disimpan pada suhu 0oC.

Tabel 2. Penyimpanan dengan modifikasi atmosfer pada suhu rendah (Corbineuau dan Meudon, 1988)

Jenis CO2 (%) O2 (%) Suhu (oC) Daya Simpan (minggu) Freesra 10 21 1 - 2 3 Carnation 5 1-3 0-1 4 Gladiol 5 1-3 1,5 3 Lili 10-15 21 1 3 Mawar 5-10 1-3 0 3-4 Tulip 5 21 1 1,5

Kosentrasi gas optimum untuk penyimpanan bunga mawar pada suhu 10oC adalah 2 persen O2 dan 10 persen CO2 selama 7 hari dapat mempertahankan kesegaran

bunga selama 6,76 hari (Ekowati,1997). Menurut Rini (2002), bunga mawar potong yang disimpan dalam ruang pendingin (5-6oC) dengan kosentrasi gas O2 2% dan CO2

(19)

Pengaturan komposisi udara selama penyimpanan atau pengangkutan akan memperlambat proses-proses metabolisme, kelayuan dan perkembangan mikroorganisme (Peleg, 1985). Zagory dan Kader (1988), menyatakan bahwa komposisi udara yang optimal dalam penyimpanan dapat menurunkan laju respirasi tanpa menimbulkan kerusakan akibat metabolisme pada produk yang disimpan. Prince dan Tayama (1988), menyatakan bahwa pada daerah yang dingin, pendinginan selain mengurangi respirasi, juga menghambat biosintesa etilen dan mengurangi kehilangan air. Suhu pendinginan tergantung jenis bunga.

Perlu dilakukan pra-pendinginan segera seelah panen. Sebab meskipun bunga potong sudah disimpan dalam ruang pendinginan dengan suhu optimum, penurunan suhu bunga berjalan cukup lambat sehingga proses metabolisme masih tetap tinggi. Akibatnya laju produksi etilen masih tinggi, sehingga terjadi akumulasi etilen. Menurut Muctadi (1992), metode yang cocok untuk bunga mawar adalah dengan hydro cooling. Cara yang termudah adalah dengan metode spray atau penyemprotan keseluruh permukaan bunga segera setelah panen.

Manfaat yang dapat diperoleh dari peyimpanan dengan teknik modifikasi atmosfer adalah (1) kosentrasi O2 yang rendah dapat menurunkan laju respirasi dan

oksidasi substrat sehingga umur komoditas akan lebih panjang, perombakan khlorofil tertunda dan produksi etilen rendah, (2) kandungan CO2 dalam sel yang tinggi

menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis seperti penurunan reaksi-reaksi sintesis pematangan (misalnya zat warna), penghambatan sintesis khlorofil, (3) adanya interaksi antara O2, CO2 dan suhu rendah dapat mengurangi susut bobot (Pantastico, 1986).

Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas memungkinkan terjadinya kondisi atmosfer termodifikasi serta dapat melindungi dan mengawetkan produk yang disimpan disamping produk yang disimpan menjadi lebih menarik. Film kemasan memberikan lingkungan yang berbeda pada produk yang disimpan karena laju perembesan O2 ke

dalam kemasan dan CO2 keluar kemasan sebagai akibat proses respirasi, berbeda-beda

tergantung dari jenis dan sifat kemasan yang digunakan. Film plastik memberikan perlindungan pula terhadap kehilangan air pada produk sehingga sampai waktu yang lama produk akan tetap kelihatan segar.

(20)

Laju penyerapan gas tergantung dari struktur film permeabel, ketebalan, luas permukaan, suhu, dan perbedaan kandungan gas antara bagian dalam dan luar kemasan. Parameter produk yang mempengaruhi laju penyerapan gas antara lain berat produk yang dikemas, laju kegiatan pernafasan, dan volume bebas dalam kemasan. Laju kegiatan pernafasan yang dikemas merupakan parameter penting untuk menentukan langkah-langkah optimasi selanjutnya, yaitu untuk mendapatkan lingkungan yang cocok dalam mempertahankan kesegaran.

Rokhani, et al., 2000 menyebutkan, kosentrasi gas pada kondisi ke-setimbangan (steady state) dapat dicapai apabila film plastik yang digunakan permeabel terhadap gas O2, CO2 dan N2. Koefisien permeabilitas plastik polipropilen dan polietilen dapat

meningkat seiring dengan peningkatan suhu penyimpanan. Penyimpanan buah segar dan sayur-sayuran di dalam kemasan plastik mensyaratkan spesifik permeability film kemasan yang digunakan.

Tabel 3. Koefisien permeabilitas, energi aktivasi dan rasio permeabilitas film plastik (Rokhani, et al., 2000)

Film Kemasan T (oC) Koefisien Permeabilitas ( ml.mm/m2.hari. atm) T (oC) Energi Aktivasi (kJ/mol) Rasio Permea-bilitas O2 CO2 O2 CO2 Polipropilen Polietilen-strech wrap Polietilen-low density a) Polipropilen-oriented (PP) b) Polivinil klorida (TPM-87) c) Polietilen-low density d) 25 25 25 21 25 25 8.58 x 101 2.05 x 102 2.07 x 102 3.90 x 101 6.73 x 101 2.78 x 102 1.73 x 102 8.28 x 102 9.03 x 102 1.13 x 102 3.85 x 101 1.42 x 103 8-26 8-26 0-25 - 0-22 - 14.0 20.7 42.6 - 38.4 43.1 29.4 25.2 38.9 - 39.3 34.3 2.0 4.0 4.4 3.9 5.7 5.1

a) Mannaperuma ang Singh (1989) b) Geeson et al., (1985) pada 21 oC

c) Hasil perhitungan Rokhani (1992) d) Hasil perhitungan Ex ate al., (1993)

Berdasarkan penelitian Gunadnya (1993) terhadap polietilen densitas rendah, polipropilen, strech film, dan white strech film dengan ketebalan 0.99, 0.61, 0.57 dan 0.58 mil, koefisien permeabilitas beberapa film telah diketahui, dapat dilihat pada Tabel 4.

(21)

Tabel 4. Koefisien permeabilitas film kemasan hasil perhitungan dan penetapan dalam ml.mil/m2. jam (Gunadnya, 1993) Jenis film kemasan 10oCa) 15oCa) 24oCb)

O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2

Polietilen densitas- - - - - 1002 3600 rendah

Polipropilen 265 364 294 430 229 656

Strech film 342 888 473 748 4143 6226 White strech film 226 442 291 412 1464 1470

a) hasil perhitungan b) hasil penetapan

Komposisi udara diruang penyimpanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat-sifat bahan segar yang disimpan. Kandungan oksigen, karbondioksida dan etilen saling mempengaruhi metabolisme komoditas. Agar tujuan penyimpanan bahan segar tercapai, perlu melakukan modifikasi komposisi udara disekitar komoditas tersebut. Modifikasi komposisi udara dilakukan dengan menurunkan kadar oksigen dan atau meningkatkan kandungan karbondioksida dapat dilakukan dengan pengemasan bahan segar dengan film plastik atau bahan lain (Rokhani,1996)

Model matematik untuk pengemasan sistem atmosfer termodifikasi (MAP) dinyatakan dalam persamaan Hayakawa et al., 1975 ;Mannaperuma and Singh, 1990; Exama et al., 1993; Fisman et al., 1995; Rokhani et al., 2001):

(1)

Dalam kondisi keseimbangan, konsentrasi gas O2 dan CO2 dapat ditentukan dengan

persamaan berikut :

(2)

(3)

xs adalah konsentrasi gas kesetimbangan, (y) merupakan konsentrasi gas diluar kemasan, (W) berat bahan dan (R) laju respirasi. Berdasarkan persamaan 2 dan 3

y x WR b AP dt dx V    1 1 1 R PA Wb y xs   2 2 2 R PA Wb y xs  

(22)

konsentrasi gas kesetimbangan dapat ditunjukan dengan persamaan berikut (Rokhani et al., 2001) :

(4) (5) Dimana : xs = konsentrasi gas kesetimbangan, desimal

xo = konsentrasi gas awal, desimal P = permeabilitas film plastik, m2/jam A = luas permukaan, m2

b = ketebalan film plastik, m t = waktu, jam

V = volume kemasan, m3

subskrip 1 dan 2 masing-masing menyatakan gas O2 dan CO2

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan O2 dan CO2 dalam

kemasan atmosfer termodifikasi antara lain suhu, kelembaban, permeabilitas kemasan, ketebalan, luas permukaan, jenis dan jumlah bahan (Rokhani et al., 2001).

Pertimbangan lain yang diperlukan untuk mendesain kemasan yaitu :1) ukuran dan bentuk kemasan harus disesuaikan dengan cara penanganan dan pemasaran bahan yang dikemas, 2) bahan kemasan tidak mengandung bahan kimia yang dapat bereaksi dengan bahan yang dikemas, 3) biaya kemasan sesuai dengan harga bahan yang dikemas.

Operasi penanganan produk setelah pengemasan perlu dipertimbangkan juga dalam menentukan jenis kemasan. Jika produk harus diberi perlakuan pra pendinginan dan disimpan dalam RH tinggi, maka kemasan yang digunakan adalah kemasan yang tidak menyerap air. Kemasan juga harus menyediakan ventilasi yang cukup untuk membuang panas yang dihasilkan oleh produk selama penyimpanan, khususnya pada kondisi bukan penyimpanan dingin. Menurut Ekowati (1997), bunga mawar potong selama penyimpanan pada suhu 10oC dikemas dengan plastik LDPE dan polipropilen dapat mempertahankan kesegaran bunga selama 9-10 hari.

 

         t bV PA x x x t x s1 s1 1 exp 0 1

 

         t bV PA x x x t x s2 s2 2 exp 0 2

(23)

Kemasan Karton

Secara umum kemasan untuk buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga dapat digolongkan menjadi dua yaitu kemasan fleksibel dan kemasan kaku (rigid packaging). Kemasan fleksibel biasa digunakan untuk kemasan dalam dan berfungsi untuk membungkus produk dan tidak melindungi produk dari tekanan dan tumpukan. Contohnya adalah karung plastik, kantong dari polipropilen, kantong plastik, dan plastik film. Film plastik yang banyak digunakan sebagai kemasan adalah jenis LDPE.

Kemasan kaku biasa digunakan sebagai kemasan luar dan dapat melindungi produk dari benturan, tekanan, tumpukan dan penanganan yang kasar. Contohnya yang umum dipakai untuk bunga adalah kotak karton bergelombang yang terbuat dari fibreboard.

Menurut FPI (2004), kemasan kotak karton (corrugated box) dibuat dari karton bergelombang yang memiliki tiga daya tahan dalam melindungi produk di dalamnya yaitu kotak karton memiliki ketahanan jebol, daya tahan susun dan daya tahan air. Ketahanan jebol dan daya tahan susun dari kotak karton sangat tergantung pada kualitas bahan yang digunakan. Sedangkan daya tahan air dapat ditingkatkan dengan menambahkan lapisan lilin pada permukaan kotak karton, baik pada bagian dalam maupun pada bagian luar sesuai kebutuhan. Kotak karton mempunyai bobot yang ringan sehingga akan mempermudah pembongkaran dan dinding kotaknya yang halus dibandingkan peti kayu menyebabkan gesekan antara komoditi dengan dinding kotak tidak berakibat buruk.

Kemasan karton yang dilipat dapat digunakan untuk pemasaran eceran. Untuk penyimpanan dan pengangkutan kecenderungan meningkat ke arah penggunaan karton tebal bergelombang (corrugated cardboard) lapis majemuk atau lapis tunggal Gambar 1.

Gambar 1. Kemasan karton tebal dengan sistem

(24)

Menurut Edmond et al., (1975), proses-proses yang perlu diperhatikan sebelum mengemas bunga potong antara lain proses respirasi, tranpirasi, dan laju pembelahan sel. Untuk mempertahankan mutu bunga potong, diusahakan proses-proses biologis ini berlangsung lambat dengan cara mengusahakan volume kemasan relatif kecil, tidak ada bahan penyerap air dan kemasan bersifat kedap gas.

Dalam keadaan sehari-hari kemasan bunga potong bisa berupa kotak karton walaupun masih terbatas pada penggunaan kotak karton bekas karena biayanya lebih murah jika dibandingkan dengan penggunaan kotak karton baru. Berdasarkan penelitian Widjandi et al.,(1989), kemasan yang cocok untuk anggrek yaitu memiliki lubang sirkulasi udara. Lubang didisain sedemikian rupa sehingga aliran udara atau uap air mengalir sempurna. Selain itu besar lubang perlu disesuaikan dengan kenyamanan dan kemudahan selama penanganan.

Pengemasan bunga potong, selain untuk tujuan pengawetan, juga bertujuan untuk menunjang kelancaran transportasi, distribusi dan juga sebagai alat persaingan pemasaran. Dengan menggunakan kemasan yang baik, bunga akan lebih awet atau tahan selama perjalanan menuju lokasi pemasaran.

Secara umum bentuk dan ukuran kemasan karton untuk bunga potong seperti anggrek dan mawar mengikuti stadarisasi kemasan karton untuk keperluan ekspor (Widjandi et al.,1989). Bentuk dan ukuran kemasan karton untuk bunga potong dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :

Gambar 2. Bentuk kemasan bunga potong

Ukuran kemasan kotak karton yang sering digunakan untuk bunga potong dapat dilihat pada Tabel 5, 6, dan 7 :

(25)

Tabel 5. Kotak karton untuk kemasan bunga potong

No. Kemasan Dimensi dalam (cm) Dimensi luar (cm) Kapasitas p l t p l t muat 1. E-1 100 25 10 101 26 11 60 - 80 2. E-2 69 24 8 70 26 9 40 3. D-1 60 15 7 61 15.5 7.5 20 4. D-2 100 40 40 101.5 41 41 600 5. I-1 88.5 38.5 30 90 40 31 600 6. I- 2 100 41 11 101 42 14 600 7. K-1 78 39 14.5 80 40 15 - Keterangan :

E-1 = kemasan anggrek untuk ekspor E-2 = kemasan anggrek untuk ekspor

D-1 = kemasan anggrek dan bunga potong lainnya untuk dalam negeri dan transpor antar pulau

D-2 = kemasan krisan untuk transport antar pulau I-1 = kemasan krisan impor dari Malaysia I-2 = kemasan anyelir impor dari New Zealand

K-1 = kemasan bunga potong segar yang diproduksi PT. Guru Indonesia

Kapasitas muat dihitung dalam satuan tangkai p = panjang

l = lebar t = tinggi

Kemasan karton yang efisien adalah kemasan yang dapat memberikan perlindungan menyeluruh secara optimal. Efisien diartikan sebagai kemasan karton yang memiliki volume relatif kecil tapi bisa diisi lebih banyak dan tidak terjadi kerusakan secara fisik (FPI, 2004).

(26)

Tabel 6. Luas dan volume masing-masing kemasan

No. Kemasan Dimensi dalam Dimensi luar Perbandingan Luas Volume Luas Volume (cm3/cm2) (cm2) (cm3) (cm2) (cm3) Dalam Luar 1. E-1 7 500 25 000 8 046 28 886 3.33 3.59 2. E-2 4 800 13 248 5 176 14 460 2.76 2.79 3. D-1 2 850 6 300 3 038 7 091 2.21 2.33 4. D-2 19 200 160 000 20 008 170 622 8.33 8.53 5. I-1 14 435 102 218 15 260 111 600 7.08 7.31 6. I- 2 11 302 45 100 11 916 50 904 3.99 4.27 7. K-1 9 477 44 109 10 000 48 000 4.65 4.80

Tabel 7. Besar lubang ventilasi untuk masing-masing kemasan

No. Kemasan Dimensi Jumlah Luas Persentase lubang lubang (cm) lubang lubang (cm2) terhadap

Luas Volume 1. E-1 Ø = 2.0 12 37.70 0.503 0.151 2. E-2 Ø = 2.2 4 15.21 0.317 0.115 3. D-1 Ø = 2.5 4 19.63 0.689 0.312 4. D-2 Ø = 5.5 4 143.03 0.745 0.089 5. I-1 Ø = 2.0 8 121.13 0.839 0.119 6. I- 2 Ø =3.0 8 56.55 0.500 0.125 Keterangan :

- Persen lubang dihitung terhadap dimensi dalam

- Pesen lubang terhadap luas dihitung dalam % (cm2/cm2) - Persen lubang terhadap volume dihitung dalam % (cm2/cm3) - Untuk kemasan K-1 tidak terdapat lubang ventilasi

Menurut Arimbawa (1997), bunga mawar yang dikemas dengan film plastik tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap perkembangan kelayuan selama masa pajangan hal ini dimungkinkan karena bunga mawar tersebut

dimasukkan dalam kemasan sekunder (kotak kardus) yang memiliki sirkulasi udara yang baik selama masa pengangkutan.

Untuk mempertahankan mutu bunga mawar selama masa pajangan perlu dilakukan perlakuan kemasan karton yang dikombinasikan dengan film plastik (Ekowati, 1997).

(27)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Penelitian dimulai bulan Desember sampai Mei 2005.

Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga mawar potong (Rosa hybrida) varietas Melano berwarna merah yang diperoleh dari kebun mawar Saung Krisna PT. Adhi Loji Cipanas, air dingin sebagai pre-cooling dan air suling sebagai bahan perendaman bunga selama dalam perjalanan menuju laboratorium. Bahan lain adalah formula pengawet yang terdiri dari sukrosa, glyserin, Na-benzoat dan asam sitrat yang berfungsi sebagai pulsing sebelum bunga potong mawar disimpan dalam ruang pendingin (10oC).

Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kotak kaca ukuran 20 x 20 x 40 cm3, lemari pendingin untuk penyimpanan suhu rendah. Gas Analiyzer Shimadzu untuk mengukur kosentrasi O2 dan CO2, Chromameter Minolta CR–200

untuk mengukur warna, timbangan, jangka sorong, penggaris, busur, gunting bunga dan kardus ukuran 60 x 15 x 7 cm3.

Prosedur Penelitian

Bunga mawar (Rosa hybrida) berwarna merah yang diperoleh dari kebun bunga mawar di daerah Cipanas yang dipetik pada umur panen 2-3 mahkota bunga telah keluar. Setelah pemanenan, tangkai bunga dipotong sepanjang 40 cm kemudian bunga segera diberi perlakuan pre-cooling dengan metode hydro cooling yang dilakukan dengan menyemprotkan (spraying) air dingin pada seluruh bagian bunga mawar potong. Pre-cooling ini merupakan pendinginan yang dilakukan sebelum bunga mawar potong diangkut atau disimpan. Perlakuan ini dimaksudkan untuk menurunkan panas lapang, menurunkan kepekaan bunga terhadap serangan mikroba, mengurangi jumlah air yang hilang dan memudahkan pemindahan kedalam ruang penyimpanan dingin atau sistem

(28)

transportasi. Bunga yang telah mendapat perlakuan pre-cooling diikat (bunching) dalam setiap ikatan terdapat 20 tangkai bunga. Setelah pengikatan, bunga dikemas dengan kertas pembungkus yang berbentuk kerucut. Selama pengangkutan bunga dari lapang ke laboratotium bunga mawar potong dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air suling.

(a) (b)

Gambar 3. (a) bunga mawar sebagai bahan percobaan,(b) penanganan bunga mawar pada saat pengangkutan

Penelitian dilakukan dua tahap, yaitu :

Tahap pertama: Penentuan laju respirasi dan komposisi zat larutan pengawet (

pulsing) dan laju respirasi bunga.

Tahap pertama ini bertujuan untuk menentukan komposisi larutan pengawet (pulsing) yang paling baik sehingga memberi masa pajangan bunga (vase life) yang lebih lama setelah penyimpanan. Bunga mawar dipotong pada pagi hari dari tanaman induknya, selanjutnya bunga direndam dalam larutan pulsing. Larutan pulsing terdiri dari natrium benzoat 300 ppm, asam sitrat 375 ppm (sampai pH larutan pulsing sekitar 3.5-4.5), sukrosa dengan tingkat kosentrasi 3%, 6% dan glyserin dengan tingkat kosentrasi 10%, 25% selama 24 jam.

Kemudian bunga potong mawar sebanyak 10 tangkai dimasukkan ke dalam kotak kaca berukuran 20 x 20 x 40 cm3, ujung tangkai bunga dipotong ± 1 cm untuk menghilangkan jaringan yang busuk kemudian ditutup rapat. Bagian sambungan tutupnya dilapisi lilin dan vaselin untuk mencegah kebocoran antara tutup dengan dinding kaca, sehingga tidak terjadi sirkulasi gas masuk dan keluar. Kemudian dimasukkan ke dalam ruang pendingin dengan suhu 10oC, RH 70–90% sebanyak dua

(29)

kali ulangan. Sebagai kontrol dilakukan perlakuan bunga mawar potong yang tidak direndam dalam larutan pengawet.

Kosentrasi gas dalam kotak kaca diukur untuk mengetahui laju respirasi bunga selama penyimpanan sehingga diketahui kosentrasi gas optimum selama penyimpanan. Pengukuran konsentrasi gas dilakukan melalui lubang yang telah dibuat pada kotak kaca dan dihubungkan dengan selang penghubung untuk pengukuran komposisi gas dalam wadah dengan menggunakan alat gas analyzer. Pengukuran komposisi dilakukan setiap hari selama 5 hari dan pada hari pertama pengukuran dilakukan setiap 3 jam. Laju respirasi ditetapkan sebagai laju produksi CO2 dan laju konsumsi O2 dalam ml/kg.jam.

Setelah masa penyimpanan, bunga dikeluarkan dari kotak kaca dan dipajang untuk mengetahui lama masa pajangan, kelayuan dan untuk mendapatkan derajat pembengkokan leher bunga (bent neck). Pemajangan dilakukan sampai bunga layu atau sudah tidak layak lagi untuk dipajang. Bagan alir tahap pertama dapat dilihat pada Gambar 4.

(30)

Gambar 4. Diagram alir proses penelitian tahap I Tahap kedua : Pengemasan bunga mawar potong.

Tahap kedua ini bertujuan untuk menentukan model kemasan bunga mawar. Penelitian ini terdiri dari 7 perlakuan model kemasan selama penyimpanan yaitu :

V1T1 = kardus berventilasi dengan diameter 2,5 cm terbuka

V1T2 = kardus berventilasi dengan diameter 2,5 cm ditutup plastik polietilen

Penyeragaman ukuran

Perendaman dalam larutan pulsing selama 12 jam :

(sukrosa 3% + glyserin10%), (sukrosa 3% + 25% glyserin) (sukrosa 6% + glyserin 10%), (sukrosa 6% + 25% glyserin)

(Na-benzoat 300 ppm + asam sitrat 375 ppm)

Penyimpanan dalam chamber T = 10oC, RH 70 – 90%

(selama 5 hari)

Pemajangan di suhu ruang T = ± 25oC, RH 65 - 80% (penentuan kelayuan dan bent neck)

Bunga mawar potong

Bunga mawar segar (panjang 40 cm)

10 tangkai bunga ditimbang

(31)

V1T3 = kardus berventilasi dengan diameter 2,5 cm ditutup plastik polipropilen

V2T1 = kardus berventilasi dengan diameter 3.5 cm terbuka

V2T2 = kardus berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup plastik polietilen

V3T3 = kardus berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup plastik polipropilen

K = tanpa ventilasi

Bunga mawar potong direndam dalam larutan pulsing terpilih selama 24 jam, dimasukkan ke dalam kemasan sebanyak 20 tangkai untuk masing-masing perlakuan kemasan. Bunga diikat per 10 tangkai dan ujung dibalut dengan kapas yang telah dibasahi dengan air aquades untuk menjaga kelembaban bunga dalam kemasan. Bunga dalam kemasan disusun saling menyilang untuk menghindari kerusakan fisik bunga mawar. Kemasan yang digunakan adalah kardus dengan ketebalan satu gelombang ukuran 60 x 15 x 7 cm3 yang dibuat ventilasi dan dikombinasikan dengan plastik polietilen dan polipropilen untuk menutupi ventilasi yang berperan sebagai pengkondisian udara termodifikasi. Untuk setiap kardus dibuat ventilasi, diameter ventilasi terdiri dari 2 variasi yaitu 2,5 cm dan 3.5 cm. Penutup kardus dibuat lubang yang dihubungkan dengan selang untuk pengukuran laju respirasi bunga selama dalam kemasan kardus.

Bunga yang telah dikemas disimpan di dalam ruang pendingin dengan suhu 10oC selama 5 hari. Pengukuran konsentrasi gas dalam kardus dilakukan melalui lubang yang telah disediakan yang dilakukan setiap 6 jam sekali selama 5 hari. Penentuan model kemasan terbaik ditunjukkan dengan kosentrasi gas dalam kemasan yang mendekati komposisi gas O2 dan CO2 optimum untuk bunga mawar. Setelah masa

penyimpanan berakhir, bunga dikeluarkan dari kotak kemasan untuk selanjutnya dipajang pada suhu ruang ± 25oC-27oC RH 65-80%. Penentuan perubahan mutu bunga dilakukan selama masa pajangan.

Penentuan mutu bunga mawar potong dilakukan untuk mendapatkan perlakuan kemasan terbaik yang dapat memberikan penampakkan visual bunga yang lebih baik selama masa pajangan. Penentuan mutu bunga mawar potong selama masa pajangan meliputi pengukuran penyusutan panjang tangkai, penyusutan diameter tangkai dan bunga, warna, bent neck, kelayuan, kadar air, dan susut bobot. Bagan alir tahap pengemasan dapat dilihat pada Gambar 5.

(32)

Gambar 5. Diagram alir proses penelitian tahap II

Penyeragaman ukuran (panjang 40 cm)

Perendaman dalam larutan pulsing terpilih selama 12 jam :

Penyimpanan

T = 10oC, RH 70-90% (selama 5 hari) Pengemasan dalam karton berventilasi dengan diameter :

V1T1= 2,5 cm terbuka

V1T2= 2,5 cm ditutup plastik polietilen

V1T3= 2,5 cm ditutup plastik polipropilen

V2T1= 3.5 cm terbuka

V2T2= 3.5 cm ditutup plastik polietilen

V2T3= 3.5 cm ditutup plastik polipropilen

K1 = tanpa ventilasi

Pengamatan perubahan mutu bunga (setiap hari sampai bunga layu)

Bunga mawar potong

20 tangkai bunga ditimbang

Pengukuran konsentrasi gas CO2 dan O2

Pemajangan di suhu ruang T = ± 25oC, RH 65-80%

(33)

Pengamatan dan Analisis

Pengamatan dan pengujian mutu bunga potong mawar setelah penyimpan meliputi :

1. Parameter fisik : a. panjang tangkai b. diameter tangkai

c. Diameter mahkota bunga d. bent neck

e. kelayuan f. warna g. kadar air 2. Parameter fisiologi: laju respirasi

3. Uji organoleptik yang meliputi warna, keharuman, kesegaran mahkota, bent neck dan penampakan keseluruhan.

Masa pajangan dihitung mulai dari bunga dikeluarkan dari penyimpanan sampai layu sedangkan masa kesegaran dihitung berdasarkan pada waktu bunga di panen sampai bunga mengalami kelayuan atau berdasarkan atas penjumlahan masa penyimpanan dengan masa pajangan. Waktu pengamatan berbeda dengan waktu pengamatan untuk komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran karena, bunga setelah dikeluarkan dari penyimpanan tidak langsung dikonsumsi dalam arti dimakan melainkan untuk dinikmati keindahannya. Oleh karena itu waktu pengamatannya adalah setelah waktu penyimpanan berakhir. Pengamatan terhadap parameter mutu dilakukan setiap hari.

Pengamatan dan pengujian dilakukan pada keadaan awal sebelum dilakukan penyimpanan, kemudian setiap hari setelah masa penyimpanan berakhir (selama masa peragaan). Pengamatan dihentikan apabila bunga sudah layu.

Panjang tangkai

Panjang tangkai bunga diukur dengan menggunakan mistar secara tegak lurus dari bawah kelopak bunga sampai ke ujung tangkai. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dan diambil rata-ratanya. Perhitungan penyusutan panjang tangkai adalah sebagai berikut :

(34)

T1

penyusutan (%) = x 100% T2

Keterangan : T1 = panjang awal tangkai (cm)

T2 = panjang akhir tangkai (cm)

Pengukuran diameter mahkota,panjang dan diameter tangkai

Pengukuran diameter mahkota bunga, panjang dan diameter tangkai dilakukan terhadap bunga potong mawar sebelum penyimpanan dan selama masa pajangan. Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan atau penyusutan yang terjadi karena proses metabolisme bunga selama masa pajangan. Pengukuran dilakukan menggunakan jangka sorong untuk diameter mahkota bunga dan penyusutan diameter tangkai bunga dan dilakukan pengukuran pada tiga titik yang berbeda, yaitu bagian bawah, tengah dan atas tangkai, kemudian dirata-ratakan. Perhitungan penyusutan panjang dan diameter tangkai bunga adalah sebagai berikut :

D1

penyusutan (%) = x 100 % D0

Keterangan : D1 = Diameter akhir tangkai atau bunga (cm)

D0 = Diameter awal tangkai atau bunga (cm)

Bent neck

Bent neck adalah terjadinya pembengkokkan tangkai pengamatan ini diamati

secara visual. Berdasarkan syarat mutu bunga mawar potong terhadap keadaan tangkai bunga, maka tangkai bunga yang masuk mutu adalah tangkai yang kuat dan lurus. Oleh karena itu setiap bagian tangkai yang telah membengkok dikatagorikan sebagai tangkai yang tidak lurus atau mengalami bent neck. Bagian bunga mawar yang paling lemah adalah leher bunga, pembengkokkan itu disebabkan karena ada pembuluh pada tangkai yang tersumbat.

Bent neck diamati mulai sebelum penyimpanan dilanjutkan setiap hari setelah

keluar dari penyimpanan. Persamaan yang digunakan untuk perhitungan persentase

(35)

Σ bunga yang mengalami bent neck

Bent neck (%) = x 100%

Σ sampel

Kelayuan

Kelayuan diamati secara visual mulai sebelum penyimpanan dan dilanjutkan setiap hari setelah keluar dari penyimpanan. Kelayuan ditandai dengan mulainya menggulung mahkota kearah luar dan dikatakan layu apabila mahkota benar-benar sudah jatuh kebawah karena sama sekali sudah tidak ada ketegaran mahkota. Persamaan yang digunakan untuk perhitungan kelayuan adalah :

Σ bunga yang mengalami kelayuan

Kelayuan (%) = x 100%

Σ sampel

Warna

Penampakan pada bunga mawar yang diamati adalah warna mahkota bunga. Warna bunga diukur dengan menggunakan alat chromameter (Monolta CR-200) dengan sistem L a b. Pengukuran dilakukan dengan cara menempelkan alat sensor pada bahan dan menembakkan sinar pada permukaan bahan. Nilai hunter L menunjukkan warna kromatik campuran merah hijau yang lainnya bergerak dari positif (0 sampai 100) untuk warna merah sampai negative (0 sampai 80) untuk warna hijau. Nilai hunter b menunjukkan warna kromatik campuran kuning sampai negative (0 sampai 70) untuk warna biru.

Menurut Mohsenin (1984), metode Munsell merupakan metode berdasarkan tiga notasi Munsell yaitu Hueo (hijau, merah, biru, kuning),value (nilai L atau kecerahan yang bergerak dari dark atau gelap sampai light/bright atau cerah dan Chroma (saturasi atau tingkatan kandungan warna yang bergerak dari weak atau muda sampai

vivid/strong atau tua). Nilai dari notasi tersebut kemudian diplotkan dalam Munsell color chart (Gambar 5). Pengukuran warna bunga mawar potong dilakukan pada 2

sampel untuk setiap kemasan dan setiap sampel yang ditembak pada 3 titik yang berbeda.

(36)

Gambar 6. Munsell color chart (L a b color chart)

Kadar air (AOAC, 1984)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menimbang berat sampel awal (1 -2 gram). Sampel dicacah (mahkota, kelopak bunga, tangkai dan daun) dan ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan. Pengeringan dilakukan pada suhu 105oC. Pengeringan dilakukan hingga dicapai bobot yang stabil yang berarti semua air bebas telah dilepaskan dari bahan. Untuk mengetahui bobot akhir dilakukan penimbangan dengan terlebih dahulu mendinginkan bahan dalam desikator. Perhitungan kadar air adalah sebagai berikut :

kadar air (%) = berat awal (W0) – berat akhir (W1) x 100%

berat awal (W0)

Keterangan : W0 = berat awal sebelum dikeringkan (gram)

(37)

Pengukuran laju respirasi

Laju respirasi dihitung dengan mengetahui berat bahan, volume bebas wadah dan perbedaan kosentrasi setelah waktu tertentu. Mannapperuma (1989), menyatakan persamaan laju respirasi sistim tertutup pada suhu tertentu dengan satuan ml/kg-jam seperti pada persamaan berikut :

(6) (7)

Keterangan : R = laju respirasi, ml/kg-jam x = kosentrasi gas, desimal t = waktu, jam

W = berat komoditas, kg V = volume kemasan , ml

subskrip 1 dan 2 masing-masing menyatakan gas O2 dan

CO2

Pengukuran laju respirasi dengan menggunakan alat gas Analyzer Shimadzu yang dinyatakan dalam ml gas (CO2, O2)/kg bahan.jam.

Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik merupakan persepsi konsumen terhadap bunga yang diuji yang dilakukan secara visual (Soekarto, 1993). Bunga yang diuji adalah keseluruhan perlakuan yang terdiri dari 20 tangkai bunga per vas pajangan dan masing-masing 2 ulangan yang diperagakan kepada 10 panelis. Panelis yang digunakan adalah panelis semi terlatih. Pengujian dilakukan setiap hari setelah bunga keluar dari penyimpanan. Uji yang digunakan adalah uji hedonik dengan parameter mutu penampakan, warna, aroma dan kegemaran. Skala hedoniknya mempunyai kisaran dari 1 sampai 5, berurutan mulai dari 1 (sangat tidak suka), 2 (tidak suka), 3 (netral), 4 (suka) dan 5 (sangat suka).

dt dx W V R 1 1  dt dx W V R 2 2 

(38)

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Analisis data menggunakan metode Analisis of Variant (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan apabila terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan. Uji ANOVA dapat dilakukan hanya jika syarat ANOVA terpenuhi, yaitu aditif (variable respon harus berupa penjumlahan), bebas (setiap data memiliki peluang yang sama untuk muncul dalam setiap pengumpulan data untuk setiap ulangan), distribusi data normal (data yang digunakan memiliki nilai tengah dan simpangan baku), dan ragam homogen (sebaran data tidak terlalu jauh).

Model matematis dari rancangan percobaan ini dikutip dari Matjik dan Sumertaya (2000).

Yijk = µ + Ai + ε k(i)

Keterangan :

Yik = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i yang terjadi karena pengaruh taraf ke-i faktor A

µ = Rata-rata sebenarnya A = Model kemasan

Ai = Pengaruh perlakuan ke-i

εk(i) = Pengaruh galat dari perlakuan ke-i pada ulangan yang ke-k dan diamati pada waktu ke-j

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Larutan Pengawet (Pulsing) terhadap Respirasi dan Mutu Bunga

Penurunan kosentrasi O2 dan CO2 merupakan bukti bahwa bunga mawar masih

melakukan proses respirasi setelah dipotong dari tanaman induknya, hal ini juga diungkapkan oleh Soekartawi (1996). Dengan berlangsungnya proses ini cadangan makanan dalam bunga akan menurun dan menaikkan suhu lingkungan sehingga akan menyebabkan bunga cepat mengalami kelayuan.

Penggunaan larutan pengawet (pulsing) dengan komposisi 3% sukrosa + 25% glyserin + 300 ppm Na-Benzoat + 375 ppm asam sitrat menghasilkan peningkatan laju konsumsi O2 terkecil selama penyimpanan pada suhu 10oC dengan laju produksi CO2

yang lebih rendah dibandingkan perlakuan yang lain. Gambar 7 menunjukkan grafik konsumsi O2 bunga mawar potong selama penyimpanan.

Gambar 7. Konsumsi O2 bunga mawar potong selama penyimpanan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4 5 Waktu (hari)

L

aju

r

es

p

ir

as

i (

m

l /k

g

.ja

m

)

3%sukrosa+10%glyserin 3%sukrosa+25%glyserin 6%sukrosa+10%glyserin 6%sukrosa+25%glyserin Kontrol

(40)

Gambar 7 menunjukkan laju penurunan produksi gas O2 hingga hari ke-5 penyimpanan

sebesar 12.8-4.8 ml/kg.jam. Analisis nilai sidik ragam pengaruh perlakuan larutan pengawet terhadap laju konsumsi O2 bunga mawar potong selama penyimpanan

menunjukkan ada perbedaan laju respirasi antar perlakuan (Lampiran 12).

Gambar 8. Produksi CO2 bunga mawar potong selama penyimpanan

Selama penyimpanan pada suhu 10oC, secara umum terjadi lonjakan produksi CO2 pada hari ke-3 (Gambar 8). Laju peningkatan produksi CO2 pada larutan pengawet

(pulsing) dengan komposisi 3% sukrosa + 25% glyserin + 300 ppm Na-Benzoat + 375 ppm asam sitrat sebesar sebesar 33.8-41.1 ml/kg.jam lebih rendah dari pada perlakuan lainnya. Larutan pengawet (pulsing) 6% sukrosa + 25% glyserin + 300 ppm Na-Benzoat + 375 ppm asam sitrat menunjukkan lonjakan produksi CO2 terbesar yaitu 68.3

ml/kg.jam diantara semua perlakuan. Secara umum pemberian larutan pengawet (pulsing) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap laju produksi CO2. Hal ini

dapat dilihat pada hasil analisis sidik ragam pengaruh perlakuan larutan pengawet terhadap laju produksi CO2 bunga mawar potong selama penyimpanan (Lampiran 10).

0 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4 5

Waktu (hari)

L a ju r e s p ir a s i (m l /k g .j a m ) 3%sukrosa+10%glyserin 3%sukrosa+25%glyserin 6%sukrosa+10%glyserin 6%sukrosa+25%glyserin Kontrol

Gambar

Tabel 1. Syarat mutu bunga mawar potong (SNI - 4492 - 1998)
Tabel 2.  Penyimpanan dengan modifikasi atmosfer pada suhu     rendah  (Corbineuau dan Meudon, 1988)
Tabel  3.  Koefisien  permeabilitas,  energi  aktivasi  dan  rasio  permeabilitas  film      plastik (Rokhani, et al., 2000)
Gambar 2. Bentuk kemasan bunga potong
+7

Referensi

Dokumen terkait