• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Media Elektronik

2.1.1. Definisi Media Elektronik

Media elektronik adalah informasi atau data yang dibuat, disebarkan, dan diakses dengan menggunakan suatu bentuk elektronik, energi elektromekanikal, atau alat lain yang digunakan dalam komunikasi elektronik. Yang termasuk ke dalam media elektronik antara lain : televisi, radio, komputer, handphone, dan alat lain yang mengirim dan menerima informasi dengan menggunakan elektronik (Surya, 2012).

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), media elektronik adalah sarana media massa yang menggunakan alat-alat elektronik modern, seperti radio, televisi, komputer, handphone, dll (Alwi, 2007).

2.1.2. Jenis Media Elektronik

Beberapa jenis media elektronik yang banyak digunakan di Indonesia, antara lain (Surya, 2012 ; Alwi, 2007 ; Dreilinger, 2014) :

a. Televisi

TV atau televisi berasal dari bahasa Yunani yaitu tele yang berarti jauh dan bahasa Latin yaitu viso yang berarti penglihatan. Jadi, TV bisa diartikan sebagai suatu alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual atau penglihatan.

b. Radio

Radio adalah transmisi sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik baik lewat udara atau ruangan hampa udara

c. Telepon seluler atau handphone

Telepon seluler atau handphone adalah alat komunikasi modern tanpa kabel atau wireless sehingga mudah dibawa kemana-mana.

(2)

Fungsinya hampir sama dengan telepon konvensional yang ada di rumah, hanya saja telepon seluler bisa digunakan untuk mengirim dan menerima pesan singkat melalui layanan short messaging service (SMS). Beberapa jenis telepon seluler ada yang disertai berbagai fitur lain seperti bluetooth, kabel data, dan internet yang semakin memudahkan pertukaran informasi.

d. Komputer/laptop

Komputer berasal dari kata computare yang berarti menghitung Komputer adalah mesin yang dapat memanipulasi, menyimpan, dan mengolah data sesuai dengan prosedur dan instruksi yang diberikan. Komputer dan laptop sebenarnya sama dari segi fungsi hanya saja laptop terkesan lebih canggih dan praktis, karena sifatnya yang mobile dan harganya yang lebih mahal.

e. Smartphone dan tablet computer

Smartphone memiliki fungsi dasar yang sama seperti telepon seluler biasa, yaitu sebagai alat komunikasi dengan fitur telepon dan pesan singkat, hanya saja smartphone atau telepon pintar ini lebih canggih karena adanya fitur-fitur tambahan yang tidak dimiliki telepon seluler biasa. Sedangkan tablet computer adalah komputer portabel lengkap yang bersifat mobile dengan layar sentuh sebagai piranti input yang menggunakan stylus, pena digital, atau ujung jari, tidak seperti komputer biasa yang menggunakan keyboard atau mouse.

f. Alat elektronik lain

2.1.3. Dampak Positif Penggunaan Media Elektronik

Media elektronik banyak digunakan sebagai sarana hiburan, pendidikan , relaksasi, informasi dan komunikasi. Semua orang bisa mempelajari budaya luar, memahami sudut pandang orang lain, memperoleh inspirasi, dan mempromosikan kreativitasnya. Selain itu, manfaat yang lain adalah adanya dukungan keamanan, keselamatan, serta dukungan sosial yang ditawarkan oleh komunikasi modern (Kuswandi, 1996).

(3)

Berbagai riset akademik menunjukkan bahwa anak-anak tidak hanya belajar dari buku saja, melainkan juga sarana pembelajaran lain seperti televisi, komputer, dan internet. Banyak informasi yang tidak ada di dalam buku bisa mereka dapatkan dengan mengakses informasi yang ada di berbagai media elektronik (Sparks, 2002).

Dengan media elektronik, semua orang bisa mendapat informasi dan berita terkini, baik dari dalam negeri ataupun mancanegara. Selain mudah didapat, semua informasi ini juga dapat diakses dengan cepat sehingga menjadikan masyarakat di dunia modern ini menjadi lebih up to date (Saleem dan Anderson, 2012).

2.1.4. Dampak Negatif Penggunaan Media Elektronik

Media elektronik tentunya juga mempunyai berbagai dampak negatif, seperti berkurangnya waktu untuk melakukan aktivitas lain yang sebenarnya lebih bermanfaat, seperti membaca dan mengerjakan pekerjaan rumah, oleh karena anak terlalu sibuk dengan media elektroniknya (Canadian Paediatric Society, 2003).

Menonton televisi terlalu sering dapat membentuk pola pikir yang sederhana dan kurang kritis. Selain itu, anak menjadi lebih malas belajar dan berinteraksi dengan orang lain karena lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan media elektronik seperti televisi dan komputer. Penggunaan media lain seperti handphone juga membatasi kemampuan anak dalam berkomunikasi tatap muka dan mengekspresikan diri (Sparks, 2002).

Konten dari media elektronik, seperti pornografi yang mudah diakses lewat internet dan tayangan televisi yang berbau kekerasan, drama dan konflik dapat mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku dari remaja (Sparks, 2002).

(4)

2.2. Tidur

2.2.1. Definisi Tidur

Tidur berasal dari bahasa Latin somnus yang berarti suatu periode pemulihan, keadaan fisiologis dimana tubuh dan pikiran beristirahat. Walaupun tidur sering dianggap sebagai suatu keadaan tidak aktif, sebenarnya tidur merupakan keadaan aktif, penting, dan involunter, karena pada suatu tahap tertentu konsumsi oksigen oleh otak lebih tinggi daripada normal. Tidur juga bisa diartikan sebagai bagian dari periode alami kesadaran dimana tubuh mengalami proses perbaikan yang dicirikan oleh kesadaran yang rendah dan metabolisme tubuh yang minimal (National Institutes of Health, 2003). Sedangkan menurut Guyton & Hall (1997), tidur adalah suatu keadaan tidak sadar yang dialami seseorang, yang hanya bisa dibangunkan kembali jika ada stimulus dan sensori yang cukup.

Tidur memiliki peranan tersendiri bagi otak. Tidur memberikan waktu bagi otak untuk pulih kembali dan mengalami regenerasi. Selama tidur, otak dapat mengolah informasi, memori, dan memberikan kita kesempatan untuk belajar dan berfungsi secara efektif pada siang hari (Robotham, Chakkalackal dan Cyhlarova, 2011).

2.2.2. Fisiologi Tidur

Siklus tidur-terjaga pada manusia, yang terdiri dari 8 jam tidur di malam hari dan 16 jam terjaga di siang hari, diatur oleh dua faktor : sleep homeostasis dan circadian rhythms (NSF, 2006).

Homeostasis berasal dari bahasa Yunani homeo yang berarti konstan dan stasis yang berarti stabil. Homeostasis adalah suatu proses dimana tubuh berusaha untuk mempertahankan kondisi internalnya, seperti tekanan darah, suhu tubuh, dan keseimbangan asam-basa, dalam keadaan stabil. Jumlah tidur yang kita butuhkan setiap malam juga diatur oleh kontrol homeostasis (NSF, 2006).

(5)

Neurotransmitter yang berperan dalam proses kontrol homeostasis ini belum sepenuhnya dimengerti, akan tetapi banyak bukti menunjukkan adanya peran dari adenosin, yaitu suatu nukleosida purin yang dilepas oleh sel sebagai suatu neurotransmitter inhibitorik. Konsentrasi adenosin dalam darah meningkat dengan adanya metabolisme sel (Latini & Pedata, 2001 dalam Blanco-Centurion et al., 2006) dan karena metabolisme otak meningkat selama kita terjaga, konsentrasi adenosin juga meningkat saat kita terjaga. Adenosin akan terakumulasi dan menghambat aktivitas neuron di regio otak yang berperan dalam pengaturan kesadaran. Kadar adenosin yang terus berakumulasi ini akan menimbulkan keinginan untuk tidur yang semakin lama semakin kuat dan semakin sulit untuk dilawan. Sebaliknya, konsentrasi adenosin menurun saat tidur, yang kemudian menurunkan kebutuhan untuk tidur. Beberapa zat, seperti kafein yang memiliki reseptor yang mirip dengan reseptor adenosin akan memblok reseptor adenosin dan menghambat proses ini (NINDS, 2007).

Ritme sirkadian adalah suatu perubahan bersiklus dan berfluktuasi dari kondisi tubuh, seperti suhu, kadar hormon, dan tidur, yang terjadi selama 24 jam dan diatur oleh “jam” biologis otak. Pada manusia, jam biologis terdiri dari sekelompok neuron di anterior hipotalamus atau dikenal dengan suprachiasmatic nucleus (SCN) (Japardi, 2002 ; NINDS, 2007). Neuron-neuron ini mengontrol produksi melatonin, yaitu hormon yang berperan dalam regulasi tidur dan banyak diproduksi saat gelap. Selama tidur, kadar melatonin meningkat tajam. Nervus optikus yang letaknya di bawah SCN mengirimkan sinyal dari mata ke SCN mengenai kadar pencahayaan yang ada di lingkungan sekitar. Ritme dari jam biologis ini disesuaikan dengan lingkungan fisik eksternal dan aktivitas harian seseorang. Pada manusia, pencahayaan adalah faktor eksternal yang paling berperan dalam pengaturan ritme jam biologis ini. Terang dan gelap adalah sinyal eksternal yang berfungsi sebagai pengatur jam biologis dan penentu kapan kita perlu untuk bangun dan kapan untuk tidur (NSF, 2006).

(6)

Gambar 2.1. Suprachiasmatic Nucleus

Sumber : Information about Sleep (National Institute of Health, 2003)

Dengan demikian, proses homeostasis cenderung membuat kita semakin mengantuk seiring berjalannya waktu terjaga, tanpa memandang siang atau malam. Sedangkan ritme sirkadian cenderung membuat kita tetap terjaga di saat ada cahaya dan tidur saat gelap. Oleh karena proses regulasi yang kompleks ini, disepakati bahwa kualitas tidur yang baik akan diperoleh ketika jadwal tidur disesuaikan dengan ritme sirkadian dan siklus siang-malam. Selain itu, ritme sirkadian juga bersifat intoleran atau sulit untuk beradaptasi terhadap perubahan jadwal tidur dan terjaga, seperti yang terjadi pada orang-orang yang berpergian ke luar negeri dengan pesawat atau orang-orang-orang-orang yang bekerja di malam hari (NSF, 2006).

Neurotransmitter lain yang berperan dalam regulasi tidur dan produksinya dipengaruhi oleh pencahayaan adalah serotonin. Serotonin adalah neurotransmitter yang dilepaskan oleh Bulbar Synchronizing Region (BSR), yaitu sel khusus di sistem tidur raphe nuclei pada pons dan medulla. Kadar serotonin dalam otak mencapai kadar tertingginya saat kita terjaga dan aktif, dan produksinya meningkat saat pencahayaan sekitar lebih terang.

(7)

Inilah alasan mengapa kita merasa lebih lelah di malam hari dan adalah ide yang bagus untuk mematikan lampu saat kita hendak tidur. Hal lain yang mempengaruhi produksi serotonin adalah sistem imun, yang kemudian menjelaskan mengapa kita tidur lebih banyak saat kita sedang sakit (Robotham, Chakkalackal dan Cyhlarova 2011 ; NSF, 2006).

2.2.3. Tahapan Tidur

Walaupun tidur seringkali diidentikkan dengan keadaan dimana tubuh dan pikiran beristirahat, sebenarnya tidur adalah suatu proses aktif yang bersifat fisiologis. Saat tidur, beberapa organ utama tetap berfungsi walaupun metabolisme tubuh mulai menurun (National Institutes of Health, 2003).

Ada dua jenis tidur : tidur rapid eye movement (REM) dan tidur non-REM (Nnon-REM) atau tidur gelombang-lambat (Ganong, 2008). Menurut Robotham, Chakkalackal dan Cyhlarova (2011), ada tiga parameter yang bisa digunakan untuk menilai aktivitas tidur, yaitu :

1. Aktivitas listrik dalam otak yang dinilai dengan electroencephalogram (EEG),

2. Tonus otot yang dinilai melalui electromyogram (EMG), dan 3. Pergerakan mata yang dinilai melalui electrooculogram (EOG).

Sistem aktivasi retikular (Reticular Activating System atau disingkat RAS) terletak pada bagian teratas batang otak dan terdiri dari sel khusus yang berfungsi mempertahankan kewaspadaan dan kondisi terjaga. Berbagai stimulus sensoris seperti stimulus visual, auditori, nyeri, dan taktil diterima oleh RAS. Aktivitas korteks serebri, seperti proses emosi atau pikiran, juga menstimulasi RAS. Kondisi terjaga merupakan hasil dari neuron dalam RAS yang mensekresikan katekolamin seperti norepinephrin. Tidur juga dapat dihasilkan dari disekresikannya serotonin oleh sel tertentu dalam sistem tidur raphe nuclei pada pons dan medulla. Daerah otak tempat dihasilkannya serotonin ini disebut juga daerah sinkronisasi bulbar (Bulbar Synchronizing Region atau disingkat BSR) (Crisp & Taylor, 2005).

(8)

Kondisi terjaga atau tertidur seseorang bergantung kepada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat yang lebih tinggi (misalnya pikiran), reseptor sensori perifer (misalnya stimulus bunyi atau cahaya) dan sistem limbik (cahaya). Ketika seseorang mencoba untuk tidur, ia akan menutup mata dan berada dalam posisi relaks sehingga stimulus ke RAS akan menurun. Jika ia tidur di ruangan yang gelap dan tenang, maka aktivasi RAS akan semakin menurun. Selanjutnya, BSR akan mengambil alih kerja RAS dan menyebabkan tidur (Crisp & Taylor, 2005).

A. Tidur NREM

Tidur NREM ditandai dengan terjadinya penurunan aktivitas fisiologis. Semakin bertambah dalamnya tidur, gelombang otak yang terukur oleh EEG akan semakin lambat dan amplitudonya semakin besar, pernapasan dan denyut jantung mulai melambat, dan tekanan darah pun menurun (NSF, 2006).

Tidur NREM selanjutnya dibagi menjadi 4 stadium (NSF, 2006 ; Robotham, Chakkalackal dan Cyhlarova, 2011 ; Ganong, 2008 ; Sherwood, 2001) :

1. Stadium 1 :

• Merupakan tahap awal dari keseluruhan tahapan tidur • Merupakan bentuk tidur yang ringan atau dangkal • Peralihan dari kondisi terjaga menuju kondisi tertidur

• Berlangsung selama 3-5 menit dan dapat dengan mudah dibangunkan

• Gambaran EEG menunjukkan gelombang theta, gelombang yang lebih kecil dan berfrekuensi lebih rendah daripada gelombang alfa

• Pernafasan melambat dan aktivitas otot yang diukur dengan EMG menunjukkan penurunan pergerakan

(9)

• Pada stadium ini seseorang bisa merasakan kedutan otot yang tiba-tiba dan pendek (hypnic jerks), yang terkadang membangunkan seseorang dari tidurnya

• Seseorang mungkin saja dapat mengetahui keadaan sekitarnya, sehingga beberapa orang melaporkan pengalaman out-of-body 2. Stadium 2

• Berlangsung beberapa menit setelah tahap pertama tidur NREM

• Pergerakan mata sudah mulai berhenti, pernafasan dan denyut jantung melambat

• Kewaspadaan terhadap dunia luar mulai menurun • Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta simetris

• Gelombang otak menjadi lebih lambat dan sesekali timbul letupan gelombang yang cepat yang disebut kumparan tidur (sleep spindles)

• Memiliki K-complex, aktivitas EEG bervoltase tinggi dengan sharp downward spike dan diikuti slower upward component • Merupakan bagian terbesar dari siklus tidur manusia (45-50%

tidur pada orang dewasa) dan terkadang disebut sebagai tidur yang sebenarnya

3. Stadium 3 dan 4 :

• Tahap terakhir dari tidur NREM dan disebut tidur gelombang-lambat

• Terjadi peralihan dari gelombang theta pada stadium 1 dan 2 NREM menjadi gelombang delta yang merupakan gelombang terbesar dan terlambat

• Stadium 3 dan 4 hampir tidak bisa dibedakan, kecuali pada stadium 3, tidur terdiri kurang dari 50% gelombang delta, sedangkan pada stadium 4, tidur terdiri lebih dari 50% gelombang delta

(10)

• Tekanan darah menurun, pernapasan melambat, dan suhu tubuh bahkan turun lebih rendah lagi, dimana tubuh menjadi tidak bergerak

• Seseorang menjadi sangat sulit untuk dibangunkan dari tidurnya, dan kalaupun ia terbangun, ia akan merasa pusing atau disorientasi selama beberapa menit

• Mengompol, mimpi buruk di malam hari, dan berjalan dalam tidur pada anak terjadi selama stadium ini.

B. Tidur REM

Tidur REM adalah suatu periode aktif dari tidur yang ditandai dengan aktivitas otak yang tinggi dimana metabolisme otak meningkat hingga 20%. Aktivitas EEG menunjukkan gelombang yang cepat dan tidak sinkron, sama seperti aktivitas EEG saat kita dalam kondisi terjaga. Pada stadium ini, pernapasan semakin cepat, irreguler, dan dangkal; mata bergerak dengan cepat dan dalam keadaan tertutup, otot-otot ekstremitas mengalami kelumpuhan sementara akibat inhibisi kuat pada spinal muscle control areas, dan denyut jantung serta tekanan darah meningkat. Stadium ini adalah stadium dimana mimpi terjadi karena bagian otak yang mengatur emosi, sensasi dan memori menjadi lebih aktif (NSF, 2006).

(11)

Gambar 2.2. Gelombang otak selama berbagai tahapan tidur Sumber : Sleep-wake and Other Biological Rhythms: Functional

Neuroanatomy (Stiller & Postolache, 2005)

Siklus tidur yang lengkap terdiri dari siklus REM dan NREM yang bergantian setiap 90-110 menit dan berulang sebanyak 4-6 kali setiap malam. Di awal tidur, siklus REM lebih singkat daripada NREM. Namun, lama-kelamaan siklus REM akan semakin panjang, sedangkan NREM semakin singkat hingga pada akhirnya ketika pagi menjelang, hampir semua tidur berada dalam stadium 1 dan 2 REM (NSF, 2006).

(12)

2.2.4. Gangguan Tidur

Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association, membagi gangguan tidur menjadi : insomnia primer, hipersomnia primer, narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernapasan, gangguan tidur ritme sirkadian, mimpi buruk, teror tidur, tidur berjalan, gangguan tidur terkait kondisi medis umum, dan gangguan tidur yang diinduksi oleh zat.

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) membagi gangguan tidur secara garis besar menjadi dissomnia dan parasomnia. Dissomnia adalah suatu kondisi psikogenik primer yang ditandai adanya gangguan baik dari segi jumlah, kualitas ataupun waktu tidur, yang berkaitan dengan faktor emosional. Dissomnia digolongkan lagi menjadi : insomnia, hipersomnia, dan gangguan jadwal tidur. Parasomnia adalah peristiwa abnormal dan episodic yang terjadi saat tidur, seperti berjalan dalam tidur (somnambulism), terror tidur, dan mimpi buruk. Penggolongan gangguan tidur lain berdasarkan PPDGJ III adalah gangguan tidur organik, gangguan nonpsikogenik termasuk narkolepsi dan katapleksi, henti napas saat tidur (sleep apnea), gangguan pergerakan episodik termasuk mioklonus nocturnal, dan mengompol (enuresis).

2.2.5. Kuantitas dan Kualitas Tidur

Kuantitas dan kualitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kuantitas tidur berarti waktu atau durasi tidur yang dibutuhkan seseorang, sedangkan kualitas tidur berarti kepuasan yang dirasakan seseorang terhadap tidurnya, sehingga ia tidak menunjukkan tanda-tanda kurang tidur seperti mata merah, kelopak mata membengkak, sakit kepala, mudah lelah, dan mengantuk di siang hari (Hidayat, 2006 dalam Sagala, 2013).

Pada manusia, durasi tidur yang diperlukan seseorang bervariasi antara satu individu dengan individu yang lain, tergantung pada usia dan

(13)

faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhannya akan tidur. Seiring bertambahnya usia seseorang, durasi tidur yang dibutuhkannya akan semakin singkat. Kebutuhan tidur berdasarkan usia menurut National Sleep Foundation adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. Kebutuhan tidur berdasarkan usia

Usia Durasi 0-2 bulan 12-18 jam 3-11 bulan 14-15 jam 1-3 tahun 12-14 jam 3-5 tahun 11-13 jam 5-10 tahun 10-11 jam 11-17 tahun 8,5-9,5 jam

18 tahun ke atas 7-9 jam

Sumber : How Much Sleep Do We Really Need? (NSF, 2006)

Sedangkan hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang antara lain (Daswin, 2013) :

a. Penyakit

Beberapa penyakit dapat meningkatkan kebutuhan seseorang akan tidur, seperti penyakit, terutama infeksi limpa oleh karena kaitannya dengan keletihan. Banyak juga keadaan sakit lain, seperti nyeri, yang dapat menyebabkan pasien sulit untuk tidur atau bahkan tidak tidur sama sekali.

b. Rasa lelah

Kelelahan akibat aktivitas yang tinggi menyebabkan seseorang memerlukan tidur yang lebih banyak untuk mengganti energi yang telah dikeluarkan.

(14)

c. Stress psikologis

Seseorang dengan stress psikologis biasanya akan merasa gelisah sehingga sulit untuk tertidur.

d. Obat

Beberapa obat dapat mempengaruhi proses tidur, seperti diuretik yang dapat menyebabkan insomnia, antidepressan yang menekan sistem saraf pusat, kafein yang meningkatkan perangsangan simpatis sehingga individu menjadi sulit tidur, dan beta bloker yang menimbulkan insomnia.

e. Nutrisi

Ketika kebutuhan nutrisi seseorang tercukupi, maka proses tidur juga akan terjadi dengan cepat dan mudah. Konsumsi makanan tinggi protein akan mempercepat proses tidur, oleh karena dihasilkannya asam amino triptofan dari proses pencernaan protein.

f. Lingkungan

Lingkungan yang aman, tenang dan nyaman dengan pencahayaan minimal akan memudahkan seseorang untuk tertidur.

g. Motivasi

Motivasi adalah keinginan seseorang untuk tidur. Adanya keinginan seseorang untuk tidak tidur akan menimbulkan gangguan proses tidur.

Remaja perlu mendapat perhatian lebih karena kualitas tidur akan berdampak pada performanya di sekolah. Para peneliti yang meneliti tidur menyadari perbedaan perubahan pola tidur pada remaja, yaitu mereka cenderung tidur lebih malam dan terlambat bangun keesokan paginya. Selain itu, mereka juga cenderung lebih waspada pada malam hari sehingga lebih sulit untuk tertidur (NSF, 2006 ; Zimmerman, 2008).

(15)

2.2.6. Efek Kurang Tidur terhadap Kesehatan

Kurang tidur, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, dapat menimbulkan berbagai efek negatif, seperti (NSF, 2006 ; Ononogbu et al., 2014 ; Durmer & Dinges, 2005 ; Tanjung & Sekartini, 2004) :

a. Membatasi kemampuan dalam belajar, mendengar, berkonsentrasi, memori, dan memecahkan masalah

b. Memicu terjadinya perubahan mood, gangguan fungsi kognitif dan performa motorik serta perubahan hormonal

c. Menyebabkan seseorang lebih mudah berjerawat dan masalah kulit lainnya d. Memicu terjadinya perilaku agresif dan mudah marah

e. Meningkatkan risiko penggunaan alkohol dan rokok f. Meningkatkan risiko penyalahgunaan zat terlarang

g. Meningkatkan nafsu makan yang kemudian menyebabkan berat badan berlebih atau obesitas

h. Meningkatnya kebutuhan konsumsi kafein agar tetap terjaga

i. Menimbulkan dampak jangka panjang terhadap kesehatan, seperti : mudah cemas atau depresi, peningkatan indeks massa tubuh (IMT), metabolisme glukosa yang abnormal yang, penurunan fungsi imun, peningkatan risiko penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, dan peningkatan risiko kecelakaan

2.3. Pengaruh Penggunaan Media Elektronik terhadap Kualitas Tidur

Ada beberapa penjelasan teoritis yang dapat menjelaskan bagaimana penggunaan media elektronik dapat mempengaruhi kualitas tidur, antara lain (Zimmerman, 2008 ; Garrison, Liekweg, dan Christakis, 2011) :

a. Waktu untuk media elektronik dapat secara langsung menggantikan waktu tidur

Media elektronik dalam penggunaannya bersifat tidak terbatas, artinya seseorang bebas menggunakan media elektronik tersebut kapan saja. Oleh karena itu, waktu yang seharusnya digunakan untuk aktivitas lain,

(16)

misalnya tidur, seringkali dihabiskan untuk menggunakan media elektronik. Teori ini kemudian menyimpulkan bahwa penggunaan media elektronik tidak hanya mempengaruhi jumlah atau durasi tidur seseorang, melainkan juga kualitas tidurnya akibat waktu tidur yang tidak teratur.

b. Konten media elektronik yang terlalu menarik bagi anak di waktu tidur Tayangan yang menarik atau yang mengandung kekerasan dapat mengakibatkan perubahan fisiologis seperti meningkatnya stress dan juga sekresi hormon-hormon yang meningkatkan kewaspadaan sehingga anak menjadi sulit tertidur. Selain itu, menonton tayangan yang menyeramkan, mengandung konflik atau kekerasan dapat memicu terjadinya mimpi buruk dan terbangun di malam hari yang akhirnya menurunkan kualitas tidur.

c. Menurunnya sekresi melatonin akibat paparan cahaya media elektronik Melatonin adalah hormon yang disekresikan oleh kelenjar pineal dan berperan dalam regulasi tidur. Normalnya, melatonin yang menginduksi terjadinya tidur akan meningkat kadarnya di malam hari. Namun, adanya pencahayaan yang cukup, termasuk cahaya yang berasal dari media elektronik, akan menekan produksi hormon ini dan menunda onset tidur.

d. Meningkatnya aktivasi otonom akibat stimulasi yang berlebihan

Menonton televisi atau menggunakan alat elektronik lain di malam hari menyebabkan otak terstimulasi secara terus-menerus, sehingga individu tersebut menjadi sulit untuk rileks dan cenderung untuk tetap terjaga.

e. Menurunnya aktivitas fisik akibat penggunaan media elektronik

Penggunaan media elektronik akan mengambil alih waktu yang seharusnya digunakan untuk melakukan aktivitas fisik, padahal aktivitas fisik sangat membantu untuk mendapatkan tidur yang berkualitas.

Gambar

Gambar 2.1. Suprachiasmatic Nucleus
Tabel 2.1. Kebutuhan tidur berdasarkan usia

Referensi

Dokumen terkait

Rizka Argi Putra, D1213063, STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PENERARAN KEBIJAKAN TRANSPORTASI (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Dinas Perhubungan Komunikasi

Pengaruh pelatihan berpikir positif pada efikasi diri akademik mahasiswa studi eksperimen pada mahasiswa fakultas psikologi UNDIP Semarang.. Hubugan tingkat kecemasan

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang

Faktor eksternal terdiri dari peluang ( opportunies ): permintaan kacang hijau yang cenderung meningkat; memiliki keunggulan bagi pangan pokok dan pangan sehat, harga jual

PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS.. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Simpulan hasil penelitian penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dinyatakan berhasil meningkatkan keterampilan guru mengelola pembelajaran dan hasil belajar

Menurut Varga dan Kolver (1997), kecernaan serat bukan merupakan nilai yang statis karena merupakan kompetisi antara kecepatan pencernaan itu sendiri dengan laju

[r]