• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI

DOKTER SPESIALIS ORTHOAPEDI & TRAUMATOLOGI

INDONESIA

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ORTHOPAEDI &

TRAUMATOLOGI INDONESIA

INDONESIAN ORTHOPAEDIC ASSOCIATION

JAKARTA, AGUSTUS 2008

(6)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI

DOKTER SPESIALIS ORTHOAPEDI & TRAUMATOLOGI

INDONESIA

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ILMU ORTHOPAEDI &

TRAUMATOLOGI INDONESIA

INDONESIAN ORTHOPAEDIC ASSOCIATION

S e k r e t a r i a t:

Divisi Orthopaedi & Traumatologi / Departemen Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Jl Diponegoro No. 71, Jakarta 10430

Telp. 021-3909655, Telp/Fax : 021-3905894

(7)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

KATA SAMBUTAN

Ketua Pengurus Pusat PABOI

Assalamu’alaikum Wr. Wb., Salam Sejahtera.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

Kuasa atas berkat-Nya sehingga terbitlah Buku Standar Pendidikan Profesi Doker

Spesialis Orthopaedi & Traumatologi Indonesia ini.

Buku ini diterbitkan dengan tujuan agar setiap Pusat Pendidikan Dokter Spesialis

Orthopaedi dan Traumatologi di Indonesia mempunyai pedoman dan penuntun dalam

mendidik seorang dokter umum untuk menjadi seorang Dokter Spesialis Orthopaedi

dan Traumatologi yang memiliki kemampuan pengetahuan dan ketrampilan yang dapat

dipertanggung jawabkan. Kemampuan serta ketrampilan yang baik merupakan

persyaratan dasar yang sepatutnya dimiliki oleh seorang dokter spesialis orthopaedi

dan traumatologi yang ingin melakukan atau menjalani praktik kedokteran sebagai

dokter spesialis orthopaedi dan traumatologi. Kepada seluruh anggota tim penyusun

buku pedoman ini saya atas nama Perhimpunan Dokter Spesialiis Orthopaedi dan

Traumatologi Indonesia mengucapkan terima kasih yang sebesar-bewarnya atas jering

payah saudara-saudara. Semoga buku pedoman ini dapat digunakan sebaik-baiknya

oleh Institusi

– institusi Pendidikan Dokter Spesialis Orhtopaedi dan Traumatologi di

Indonesia.

Jakarta, Agustus 2008

Ketua PP PABOI

Dr. Bambang Nugroho, SpOT

(8)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

KATA PENGANTAR

Kolegium Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia

Dalam menyambut Undang-Undang No. 29 tahun 2004 perihal Praktik Kedokteran

pasal 26 dimana salah satu ayatnya menyatakan bahwa standar pendidikan profesi

dokter disusun oleh asosiasi institusi pendidikan kedokteran, Perhimpunan Dokter

Spesialis Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi termasuk Kolegium Ilmu Orthopaedi dan

Traumatologi Indonesia perlu mempersiapkan diri dengan berbagai kewajiban yang

diamanahkan dalam Undang-undang Praktik Kedokteran tersebut.

Untuk mengakomodasi amanah Undang-undang Praktik Kedokteran tersebut dianggap

perlu untuk menyusun pedoman Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis

Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap semua pihak yang

telah bekerja keras untuk ikut serta menyusun Standar Pendidikan Profesi Dokter

Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia. Kami menyadari bahwa Standa

Pendidikan Profesi ini masih jauh dari sempurna, karena itu standar ini akan selalu

disempurnakan secara berkala berdasarkan masukan dari berbagai pihak maupun dari

bukti-bukti empiris.

Kami mohon ma’af apabila selama proses penyusunan Standar Pendidikan Profesi

Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia ini terdapat hal-hal yang

kurang berkenan. Semoga di masa yang akan datang, proses penyusunan dapat

berlangsung lebih baik.

Akhir kata, semoga Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Orthopaedi dan

Traumatologi Indonesia bermanfaat bagi Institusi – institusi Pendidikan Dokter Spesialis

Orhtopaedi dan Traumatologi di Indonesia.

Jakarta, Agustus 2008

Ketua Kolegium Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia

Prof. Dr. H. Errol U. Hutagalung, SpB, SpOT

(9)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

DAFTAR ISI

Kata Sambutan Ketua PP PABOI ... i

Kata Pengantar Ketua Kolegium-IOT... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar Singkatan ... v

Pengertian Umum ………... vi

I. Pendahuluan ... 1

II. Standar Umum Pendidikan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi ... 2

1. Misi dan Tujuan Pendidikan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi ... 2

1.1. Misi Pendidikan

1.2. Tujuan Pendidikan

1.3. Otonomi dan Profesionalisme

1.4. Luaran Pendidikan

1.5. Sikap dan Perilaku professional Orthopaedi dan Traumatologi

2. Proses Pendidikan……… 3

2.1. Pendekatan Pembelajaran

2.2. Metode Pendidikan

2.3. Tahapan Pendidikan

2.4. Isi Pendidikan

2.5. Struktur, Kompetensi dan Lama Pendidikan Dokter Spesialis Orthopaedi dan

Traumatologi

2.6. Hubungan Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan

2.7. Manajemen Proses Pendidikan

2.8. Materi Pendidikan

3. Sistem Evaluasi ………. 11

3.1. Sistem Evaluasi Peserta Didik

3.2. Panduan Ujian Nasional

3.3. Tahapan Pendidikan

3.4. Kaitan Antara Penilaian dan Pendidikan

3.5. Umpan Balik Peserta Didik

3.6. Penghentian masa pendidikan

4. Peserta Didik Program Pendidikan Dokter Spesialis Orthopaedi & Traumatologi.. 14

4.1. Sistem Penerimaan Peserta Didik

4.2. Jumlah Peserta Didik

4.3. Bimbingan dan Konseling

4.4. Kondisi Kerja Peserta Didik

5. Staf Akademik ……….. 15

5.1. Sistem Penerimaan Staf

5.2. Sistem Pengembangan Staf

6. Sumber Daya Pendidikan ……… 15

6.1. Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan

6.2. Fasilitas Fisik

(10)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

6.3. Tim Klinik

6.4. Teknologi Informasi

6.5. Fasilitas Riset

6.6. Ekspertis Pendidikan

6.7. Pertukaran Staf

7. Evaluasi Program ……….

16

7.1. Sistem Evaluasi Program

7.2. Umpan Balik Pendidik dan Peserta Didik

7.3. Kinerja Luarang Pendidikan

7.4. Authorisation dan Monitoring of Training Settings

7.5. Keterlibatan Stake Holders

8. Administrasi Pendidikan dan Penyelenggaraan Program ……….. 17

8.1. Penyelenggaraan Program

8.2. Kepemimpinan Akademik

8.3. Alokasi Anggaran dan Sumber Dana

8.4. Interaksi dengan Sektor Kesehatan

9. Perbaikan Berkesinambungan ………. 18

10. Aturan Tambahan ……….. 18

III. Penutup ……… 19

Lampiran: ………. 20

- Kurikulum Program Pendidikan Dokter Spesialis Orthopaedi & Traumatologi

(11)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

DAFTAR SINGKATAN

KKI

Konsil Kedokteran Indonesia

MKKI

Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia

IPDS-IOT

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi

PPDS-IOT

Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi

IOT

Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi

KPS

Ketua Program Studi

SPS

Sekretaris ProgramStudi

CPC

Clinico Pathology Conference

MPPI

Minesota Multiphasic Personality Inventory

PABOI

Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia

(12)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

Pengertian Umum

Standar pendidikan profesi dokter spesialis orthopaedi dan traumatologi adalah

kriteria minimal yang harus dipenuhi oleh setiap Institusi Pendidikan Dokter Spesialis

Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi (IPDS-IOT) dalam melaksanakan penyelenggaraan

pendidikan.

IPDS-IOT di Fakultas Kedokteran diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran di

lingkungan Universitas Negeri, dimana pada pelaksanaanya menggunakan Rumah

Sakit pendidikan atau yang setingkat, dengan pengembangan satelit RS

pendidikan/jejaringnya.

IPDS-IOT sebagai bagian dari struktur fakultas kedokteran secara fungsional

melaksanakan pendidikan, penelitian dan secara profesional mengemban tugas

pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilingkungan rumah

sakit pendidikan dan satelitnya yang dilakukan oleh peserta pendidikan dalam bidang

akademis, yaitu strata diploma, sarjana, dan pasca sarjana, dan dalam bidang profesi,

yaitu dokter, spesialisasi I dan II.

Kolegium Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi bertugas dan bertanggung jawab

atas : (1) standar umum IPDS-IOT, (2) katalog IPDS-IOT, (3) kurikulum IPDS-IOT, (4)

Modul-modul pendidikan, dan (5) Standar Pelayanan Medis (SPM).

(13)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

BAB I

Pendahuluan

Pendidikan sudah lama disadari sebagai salah satu hal yang sangat penting.

Dengan pendidikan kita dapat menyejahterakan rakyat, meningkatkan rasa percaya diri

dan melakukan berbagai pembaharuan di berbagai bidang. Ironinya kenyataan di

Indonesia pendidikan seperti kurang mendapatkan perhatian terbukti dengan nilai

anggaran yang masih relatif kecil dibandingkan dengan bidang lainnya.

Perhatian lebih serius baru terlihat akhir-akhir ini yang tercantum pada

Undang-Undang (UU) Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 dimana termaktub perlunya

standar nasional pendidikan yang harus dijadikan acuan dalam pengelolaan

pendidikan.

Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia yang sudah berumur lebih dari 30 tahun

semakin banyak mengalami perkembangan dan tantangan. Perkembangan dibidang

keilmuan, pengetahuan dan alat pendukung seperti imaging, instrumentasi, biologi

molekuler bahkan, bahkan sel punca telah pula semakin pesat yang menjadi tantangan

bagi penyelenggara pendidikan untuk memfasilitasi insan orthopaedi dan traumatologi

Indonesia.

(14)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

BAB II

Standar Umum Pendidikan

Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi

1. Misi dan Tujuan Pendidikan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi

1.1. Misi Pendidikan

a) Melaksanakan pendidikan kepada dokter untuk menjadi seorang Spesialis Orthopaedi dan

Traumatologi dengan sistem pendidikan yang berpusat pada peserta didik (student

centered) sehingga inovasi tetap berkembang untuk meningkatkan efektifitas dalam bidang

pelayanan.

b) Menekankan pentingnya evidence based dalam pendidikan sehingga mampu menguasai

ilmu dalam bidang Orthopaedi dan Traumatologi secara mendalam dan mutakhir.

c) Mendidik peserta dengan mengetengahkan perkembangan baru sehingga terbiasa untuk

meningkatkan ilmu secara terus menerus.

1.2. Tujuan Pendidikan

a) Tujuan umum pendidikan Dokter Spesiali Orthopaedi dan Traumatologi adalah untuk

mendidik dan melatih dokter untuk menjadi dokter spesialis Orthopaedi dan Traumatologi

yang mempunyai yang mempunyai ciri-ciri:

1. Mempunyai rasa tanggung jawab dalam pengamalan ilmu kesehatan sistem

muskuloskeletal sesuai dengan kebijakan pemerintah

2. Mempunyai pengetahuan yang luas dalam bidangnya serta mempunyai keterampilan

dan sikap yang baik sehingga sanggup memahami dan memecahkan masalah

kesehatan sistem muskuloskeletal sistem muskuloskeletal secara ilmiah dan dapat

mengamalkan ilmu kesehatan sistem muskuloskeletal kepada masyarakat yang sesuai

dengan bidang keahliannya secara optimal.

3. Mampu menentukan, merencanakan dan melaksanakan pendidikan, penelitian secara

mandiri dan mengembangkan ilmu ke tingkat akademik yang lebih tinggi.

4. Mampu mengembangkan sikap pribadi sesuai dengan etik ilmu dan etik profesi.

b)

Tujuan khusus pendidikan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi adalah untuk

mendidik dan melatih dokter sehingga mampu menegakkan diagnosis dan melakukan

terapi dengan standar ilmu pengetahuan dan kemampuan optimal di tempat mereka

melakukan praktek dengan cirri-ciri:

1. Menjunjung tinggi kode etik kedokteran Indonesia

2. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi bedah orthopaedi &

traumatologi sesuai dengan tuntutan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan

3. Mampu mengembangkan pelayanan ilmu orthopaedi & traumatologi dilingkungannya

4. Mengerjakan ilmu orthopaedi & traumatologi sebagai profesi

5. Menjaga pengetahuan yang cukup tentang rehabilitasi cacad tubuh dan mampu

melaksanakan rehabilitasi prefentif

6. Mampu mengembangkan pengalaman belajarnya dengan memilih sumber-sumber

belajar yang sehat dapat menjurus keterampilan akademik tertinggi.

(15)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

1.3. Profesionalisme dan Kemandirian

Pada proses pendidikan Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi, sebelum mempelajari

hal-hal spesifik sebagai Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi, terlebih dahulu

diberikan pendidikan yang sangat mendasar di bidang orthopaedi dan traumatologi seperti ilmu

dan pengetahuan orthopaedi dasar dan keterampilan bedah dasar di bidang orthopaedi dan

traumatologi, bagaimana bersikap dan membina hubungan empati dengan pasien / keluarga

sehingga mampu memberikan pelayanan terbaik bagi penderita dan masyarakat (pelayanan

prima).

1.4. Hasil Akhir Pendidikan

Tingkat Kompetensi (level of competency)

Pemula/Pembekalan

Mampu melakukan kegiatan ilmu orthopaedi dan traumatologi dasar

Magang

Mampu melakukan kegiatan ilmu orthopaedi dan traumatologi lanjut di bawah bimbingan

staf pengajar

Mandiri

Mampu melakukan kegiatan ilmu orthopaedi dan traumatologi lanjut di bawah pengawasan

staf pengajar.

1.5. Sikap dan Perilaku profesional Orthopaedi dan Traumatologi

Kemanusiaan

Spesialis orthopaedi dan traumatologi memperlakukan setiap penderita sebagai insan

yang bermartabat dan menjunjung tinggi nilai-nilai budi luhur

Kesadaran akan keterbatasan

Dalam hal terjadi kesalah pahaman seorang spesialis orthopaedi dan traumatolgi

mengutamakan kejujuran dan menyadari suatu keterbatasan. Segala sesuatu yang diyakini

benar dalam suatu hal dapat saja terjadi kesalahan karena berbagai keterbatasan yang dimiliki

Etika

Menyangkut rahasia pasien, maka etika dalam mengelola sangat penting diutamakan

oleh seorang spesialis orthopaedi dan traumatologi.

Kebersamaan

Dalam upaya penegakan diagnosis yang melibatkan spesialis di luar orthopaedi dan

traumatologi, spesialis orthopaedi dan traumatologi harus mengutamakan semangat

kebersamaan, demikian pula dalam melakukan terapi yang seringkali membutuhkan suatu

kerjasama tim di bidang lain. Semangat kebersamaan sudah seharusnya diutamakan.

Ilmiah

Penambahan dan ikut serta secara aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan di

bidang orthopaedi dan traumatologi menjadi ciri spesialis orthopaedi dan traumatologi.

Penegakan dan pengambilan keputusan selalu merujuk kepada ilmu pengetahuan orthopaedi

dan traumatologi mutakhir yang tidak terlepas dari kesadaran akan keterbatasan diri.

2. Proses Pendidikan

2.1. Pendekatan Pembelajaran

Pendidikan dimulai dengan pengenalan sarana, prasarana, ruang lingkup serta

pembekalan teori dan keterampilan bedah. Peserta diberikan kesempatan mengikuti kursus

yang berkaitan dengan teori dan keterampilan bedah di bidang orthopaedi dan traumatologi.

Peserta diberikan kesempatan belajar di beberapa pusat pendidikan di dalam maupun di luar

(16)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

negeri untuk menambah wawasan dan kemampuan terbaru dibidang orthopaedi dan

traumatologi sesuai kemampuan dan ketersediaan kapasitas yang dimiliki.

Peserta mendapat bimbingan langsung melakukan operasi yang sesuai dengan teknik yang

diakui oleh dunia. Peserta diberikan kebebasan untuk melakukan konseling kepada KPS atau

tim yang ditentukan.

2.2. Metode Pendidikan

Pendidikan di bidang orthopaedi dan traumatologi yang berorientasi pada kemampuan

mengelola pasien yang terbagi pada kemampuan diagnosis dan kemampuan terapi. Selain itu

diharapkan juga spesialis orthopaedi dan traumatologi mampu melakukan penelitian untuk

memecahkan permasalahan yang muncul di lapangan ketika mengelola pasien tersebut.

Kemampuan diagnosis memerlukan pengetahuan dibidang membina hubungan empati dokter

dan pasien, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Kemampuan terapi memerlukan

keterampilan bedah dan non bedah, pengetahuan instrumentasi dan implant, dan kemampuan

analisis terhadap peluang capaian terapi bagi pasien.

Metode yang dapat digunakan antara lain:

1. Tutorial

2. Diskusi pasien dalam laporan jaga dan laporan operasi

3. CPC

4. Presentasi kasus

5. Baca journal

6. Penulisan makalah ilmiah

7. Referat

8. Stase subdivisi/seksi

9. Stase di pusat pendidikan lain

10. Paper akhir / penelitian

2.3. Tahapan Pendidikan

1. Bedah Dasar (3 semester)

2. Orthopaedi dan Traumatologi Dasar (1 semester/ semester IV)

3. Orthopaedi dan Traumatologi Lanjut 1 (2 semester/ semester V-VI )

4. Orthopaedi dan Traumatologi Lanjut 2 (2 semester/ semester VI-VII)

5. Chief Residen Orthoapedi dan Traumatologi (1 semester/ semester IX)

2.4. Isi Pendidikan

Isi pendidikan pada program pendidikan dokter spesialis orthopaedi dan traumatologi

ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang dijabarkan dalam kompetensi yang ingin

dicapai dan disusun dalam kurikulum Program studi spesialis I Ilmu orthopaedi dan

traumatologi (lampiran kurikulum pendidikan dokter spesialis orthopaedi dan traumatolgi)

(17)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

2.5. Struktur, Kompetensi dan Lama Pendidikan Dokter Spesialis Orthopaedi

dan Traumatologi

No.

POKOK BAHASAN ICD 10

Orthopaedi

Dasar OTL1 OTL 2

Chief

Resident SKS

SM1 - 4 SM 5-6 SM 7-8 SM 9

1 Biologi selular dan molecular muskuloskeletal S42.0 A2 A2 B2 A2 B3 A3 B4

2

2

Pembentukan, Pertumbuhan dan Dasar

Genetik Kelainan Muskuloskeletal A2 A2 B2 A2 B3 A3 B4

1

3 Surgical Anatomy and Approach A2 A2 B2 A2 B3 A3 B4

2

4 Biomekanik Muskuloskeletal dan Biomaterial A2 B1 A2 B2 A2 B3 A3 B4

2

5

Inflamasi, Degenerasi dan Neoplasma

Muskuloskeletal A2 B1 A2 B2 A2 B3 A3 B4

2

6 Imajing Orthopaedi A2 B1 A2 B2 A2 B3 A3 B4

1

7 Dasar Traumatologi Muskuloskeletal A2 A2 B2 A2 B3 A3 B4

1

8 Komplikasi Trauma Muskuloskeletal A2 B1 A2 B2 A2 B3 A3 B4

1

9 Dasar Osteosintesa A2 A2 B2 A2 B3 A3 B4

2

10

Orthopaedic research (Methodology and statistics)

A2 A2 A2 A3

2

Trauma Ekstremitas Bawah

5

11 Fraktur femur proksimal S72.0/S72.1/S72.2 A2 B2 A2 B3 A3 B4

12 Fraktur femur diafisis S72.3 A2 B2 A2 B3 A3 B4

13 Fraktur femur distal S72.4 A2 B2 A2 B3 A3 B4

14 Fraktur tibia proksimal S82.1 A2 B2 A2 B3 A3 B4

15 Fraktur tibia fibula diafisis S822 A2 B2 A2 B3 A3 B4

16 Fraktur tibia fibula distal S82.3 A2 B2 A2 B3 A3 B4

17 Fraktur Kalkaneus nor artikular S92.0 A2 B2 A2 B3 A3 B4

18 fraktur metatarsal, falang non artikular S92.3/S92.4/S92.5 A2 B2 A2 B3 A3 B4

19

Sindroma Kompartemen femur, tungkai bawah,

kaki A2 B2

A2 B3 A3 B4

20 Amputasi traumatik: femur, tungkai bawah, kaki S78/S88/S98 A2 B2 A2 B3 A3 B4

21

Trauma jaringan lunak, tendon fleksor &ekstensor kaki (sederhana) temasuk tendon Achiles

S96.1/S96.0 S86.0

A2 B2 A2 B3 A3 B4

22 Dislokasi panggul, lutut (sederhana)) S83.1 A2 B2 A2 B3 A3 B4

Trauma Ekstremitas Bawah 7

23 Fraktur Femur (kompleks) S72 A2 B2 A2 B3 A3 B4

24 Fraktur tungkai bawah (Kompleks) S82 A2 B2 A2 B3 A3 B4

25 Dislokasi panggul dan fraktur kaput femur A2 B2 A2 B3 A3 B4

26 Fraktur femur subtrokanter, pertrokanter, intertrokanter

S72.2/S72.1

A2 B2 A2 B3 A3 B4

27 Fraktur femur kolum S72.0 A2 B2 A2 B3 A3 B4

28 Fraktur femur interkondilus S72.4 A2 B2 A2 B3 A3 B4

29 Cedera patella dan mekanisme ekstensi S83.7 A2 B2 A2 B3 A3 B4

30 Dislokasi lutut traumatik akut S83.0/S83.1 A2 B2 A2 B3 A3 B4

31 Fraktur plato tibia S82.1 A2 B2 A2 B3 A3 B4

32 Fraktur plafon tibia S82.3 A2 B2 A2 B3 A3 B4

33 Fraktur &dislokasi pengelangan kaki S82.6/S93.0 A2 B2 A2 B3 A3 B4

34 Fraktur Kalkaneus (intraartikular) S92.0 A2 B2 A2 B3 A3 B4

35 Fraktur talus & dan dislokasi subtalar S92.1/S93.0 A2 B2 A2 B3 A3 B4

36

Fraktur dislokasi kaki tengah,kaki depan

termasuk cedera Lisfranc S93.3 A2 B2 A2 B3 A3 B4

37 Fraktur Pelvis S32.3/S32.5 A2 B2 A2 B3 A3 B4

38 Fraktur Acetabulum S32.4 A2 B2 A2 B3 A3 B4

39

Cedera Pelvis akut & resusitasi bedah (Fiksasi

(18)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

No. POKOK BAHASAN ICD 10

Orthopaedi

Dasar OTL1 OTL 2

Chief

Resident SKS SM1 - 4 SM 5-6 SM 7-8 SM 9

Trauma Ekstremitas Atas 7

40 Fraktur Klavikula S42.0 A2 B2 A2 B3 A3 B4

41 Fraktur humerus proksimal S42.2 A2 B2 A2 B3 A3 B4

42 Fraktur humerus diafisis S42.3 A2 B2 A2 B3 A3 B4

43 Fraktur humerus distal S52 A2 B2 A2 B3 A3 B4

44 Fraktur lengan bawah (antebrachii) S52.5 A2 B2 A2 B3 A3 B4

45 Fraktur radius distal non artikular S52.5 A2 B2 A2 B3 A3 B4

46 Fraktur metacarpal, falang non artikular

S62.2/S62.3

S62.5/S62.6 A2 B2 A2 B3 A3 B4

47

Cedera jaringan lunak tangan, kulit, kuku, tendon fleksor dan ekstensor (sederhana)

S66.1/S66.2

S60.1 A2 B2 A2 B3 A3 B4

48

Sindroma kompartemen akut lengan bawah

dan tangan A2 B2 A2 B3 A3 B4

49

Amputasi traumatic (non replantasi): jari, ujung jari, tangan, lengan bawah, lengan atas

S68.0/S68.1/S68.4

S68.8/S68.9 A2 B2 A2 B3 A3 B4

50 Dislokasi bahu, siku (sederhana) S.43.0/S53.0 A2 B2 A2 B3 A3 B4

Trauma Ekstremitas Atas 7

51 Cedera sendi AC dan sternoklavikular S43.1/S43.2 A2 B2 A2 B3 A3 B4

52 Fraktur scapula & disosiasi Skapulotorasik S42.1 A2 B2 A2 B3 A3 B4

53 Fraktur & dislokasi glenohumeral S43.0 A2 B2 A2 B3 A3 B4

54 Fraktur humerus proksimal (kompleks) S43.2 A2 B2 A2 B3 A3 B4

55

Fraktur Humerus dan komplikasi neurologis

(kompleks)) A2 B2 A2 B3 A3 B4

56 Fraktur interkondilus humerus S42.4 A2 B2 A2 B3 A3 B4

57 Fraktur dan dislokasi siku, instabilitas siku S53.1 A2 B2 A2 B3 A3 B4

58 Fraktur olekranon dan kaput radius S52.0/S52.1 A2 B2 A2 B3 A3 B4

59 Fraktur Galeazzi & Montegia S52.0 A2 B2 A2 B3 A3 B4

60 Fraktur radius distal intraartikular S52.1 A2 B2 A2 B3 A3 B4

61

Fraktur metacarpal, falang (intraartikular) termasuk skafoid& fraktur karpal lainnya

S62.1/S62.2/S62.3

S62.5/S62.6 A2 B2 A2 B3 A3 B4

62

Fraktur & dislokasi tangan: interfalang, metakapofalang,karpometakarpal, interkapal /radiokarpal (lanatum, perilunatum,

skafolunatum) ,sendi radioulnar distal

S63.0

A2 B2

A2 B3 A3 B4

63

Cedera jaringan lunak kompleks: penyusunan kembali, graf, flap ( tidak termasuk flap lepas),

saraf tepi, vaskuler (tak termasuk bedah mikro) A2 B2

A2 B3 A3 B4

Trauma Pediatrik 4

64 Fraktur & dislokasi bahu pasien anak S43.0 A2 B2 A2 B3 A3 B4

65 Fraktur lempeng pertumbuhan &cedera

muskuloskeletal akibat penyiksaan anak S82.2/S72.9 A2 B2 A2 B3 A3 B4

66 Fraktur dan dislokasi siku pada anak S53.1 A2 B2 A2 B3 A3 B4

67

Fraktur lengan bawah (green stick, fraktur

komplit) S52 A2 B2 A2 B3 A3 B4

68 Fraktur radius distal (buckle, fraktur komplit) S52.5 A2 B2 A2 B3 A3 B4

69 Fraktur & dislokasi karpus S62.1/S62.2/S62.3 A2 B2 A2 B3 A3 B4

70

Fraktur leher femur&fraktur dislokasi panggul

pada anak S72.0/S73.0 A2 B2 A2 B3 A3 B4

71 Fraktur tulang belakang pada anak A2 B2 A2 B3 A3 B4

72 Fraktur femur pada anak S72.0 A2 B2 A2 B3 A3 B4

73 Fraktur femur interkondilus pada anak S72.4 A2 B2 A2 B3 A3 B4

(19)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

No. POKOK BAHASAN ICD 10

Orthopaedi

Dasar OTL1 OTL 2

Chief

Resident SKS SM1 - 4 SM 5-6 SM 7-8 SM 9

75 Cedera patella & mekanisme ekstensi S83.7 A2 B2 A2 B3 A3 B4

76 Fraktur tibia fibula diafisis pada anak S82.2 A2 B2 A2 B3 A3 B4

77

Fraktur & dislokasi kaki & pergelangan kaki

pada anak S92/S93.0 A2 B2 A2 B3 A3 B4

Trauma Tulang Belakang 2

78 Evaluasi inisial pasien cedera tulang belakang A2 B2 A2 B3 A3 B4

79

Fraktur&dislokasi tulang cervikal atas (oksiput,atlas&aksis)

S12.0/S12.1

/S12.2 A2 B2 A2 B3 A3 B4

80 Fraktur tulang cervikal bawah S12.2 A2 B2 A2 B3 A3 B4

81 fraktur &dislokasi torakolumbar S22.0 A2 B2 A2 B3 A3 B4

82 Cedera medulla spinalis S22.0 A2 B2 A2 B3 A3 B4

INFEKSI DAN INFLAMASI

Ekstremitas 6

83 Infeksi sendi (supuratif-granulomatosa)) M86.6.5/M86.6.6 A2 B2 A2 B3 A3 B4

84

Infeksi jaringan lunak (selulitis, tenosinovitis

supuratif)) M86.6.7/M86.0.5 A2 B2 A2 B3 A3 B4

85

Osteomielitis akut dan kronik M86.0.6/M86.0.7/

M86.0.7 A2 B2 A2 B3 A3 B4

86

Penyakit inflamasi sendi (RA, gout,

pseudogout), ) A2 B2 A2 B3 A3 B4

87 Kaki diabetes A2 B2 A2 B3 A3 B4

88 Gangren & fasciitis nekrotikans A2 B2 A2 B3 A3 B4

89 Entesopati ekstremitas atas A2 B2 A2 B3 A3 B4

90 Entesopati ekstremitas bawah A2 B2 A2 B3 A3 B4

91 Rheumatisme Non-articular dan nyeri miofasial A2 B2 A2 B3 A3 B4

Tulang Belakang

92 Spondilitis (supuratif-granulomatosa) A2 B2 A2 B3 A3 B4

93 Penyakit inflamasi tulang belakang (AS, RA) A2 B2 A2 B3 A3 B4

Pediatrik

94 Osteomielitis hematogenik akut s A2 B2 A2 B3 A3 B4

95 Artritis septic pada anak A2 B2 A2 B3 A3 B4

96 Osteomielitis kronik tulang panjang pada anak A2 B2 A2 B3 A3 B4

Cedera ekstremitas terkait olahraga 3

97 Instabilitas sendi A2 B2 A2 B3 A3 B4

98 Cedera otot (strain, afulsi, ruptur,kontusio) A2 B2 A2 B3 A3 B4

99 Cedera Ligamen A2 B2 A2 B3 A3 B4

100 Sindroma pemakaian berlebihan A2 B2 A2 B3 A3 B4

101 masalah tulang rawan sendi A2 B2 A2 B3 A3 B4

102 Diagnostik artroskopi pada lutut dan bahu A2 B2 A2 B3 A3 B4

103 fraktur stress/fatigue A2 B2 A2 B3 A3 B4

Muskuloskeletal tumour (MST) 5

104 Asesmen Tumor muskuloskeletal A2 B1 A2 B2 A3 B4

105 Biopsi pada Tumor Muskuloskeletal A2 B1 A2 B2 A3 B4

106 Manajemen tumor tulang jinak A2 B1 A2 B2 A3 B4

107 Manajemen tumor jinak jaringan lunak A2 B1 A2 B2 A3 B4

108 Manajemen tumor ganas tulang A2 B1 A2 B2 A3 B4

109 Manajemen tumor ganas jaringan lunak A2 B1 A2 B2 A3 B4

110 Manajemen penyakit metastasis tulang A2 B1 A2 B2 A3 B4

111 Amputasi Radikal A2 B1 A2 B2 A3 B4

(20)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

No. POKOK BAHASAN ICD 10 Orthopaedi Dasar OTL1 OTL 2

Chief

Resident SKS SM1 - 4 SM 5-6 SM 7-8 SM 9

Orthopaedi Paediatrik 6

113 Penyakit muskuloskeletal congenital & genetik (postur pendek, akondroplasia, epifiseal, displasia, ollier’s, multi ereditari exostosis)

Q65.79 A1 B1 A2 B2 A2 B3

114 Penyakit metabolic muskuloskeletal (Rickets, osteomalasia, renal osteodistrofi,

hidrofostasia, paratiroid, juvenile osteoporosis, mucopolisakaridosis

E55 A1 B1 A2 B2 A2 B3

115 Penyakit hematologis muskuloskeletal

(Gaucher’s, hemofilia, hemoglobinopati)) D66 A1 B1 A2 B2 A2 B3

116 Gangguan neuromuskuler (distrofi muskular, polio & paralisis terkait, spinal muscular atrofi, neuropati perifer, cerebral palsy, myelodisplasia)

680-83 A1 B1

A2 B2

A2 B3

117

Gangguan umum, ekstremitas atas (defisiensi lengan, dislokasi congenital kaput radius, osteochondritis dissecans, penyakit sprengel’s)

M93.2/Q65-79 A1 B1

A2 B2 A2 B3

118

Gangguan umum tulang belakang (muscular torticolis, skoliosis idiaopatik, neuro-muscular skoliosis, klippel feil , all kyphosis,

spondylosis-spondy-lolisthesis

Q65-79 A1 B1

A2 B2 A2 B3

119 Gangguan umum panggul (DDH, coxavara, leg perthes

Q65-79 A1 B1

A2 B2 A2 B3

120 Gangguan pada femur & tibia (perbedaan panjang tungkai, defisiensi kongenital-PFFD, masalah torsional tibia, tibia vara, congenital pseudoarthrosis, posteromedial bow)

Q65-79 A1 B1

A2 B2

A2 B3

121

Gangguan pada lutut (penyakit osgood schlatter, osteochondritis dissecans, nyeri patella femoral , discoid meniscus, dislokasi/subluksasi kongenital )

Q65-79 A1 B1

A2 B2 A2 B3

122

Gangguan pada kaki & pergelangan kaki a. Clubfoot

b. Kongenital vertical talus, metatarsus adductus calcaneovalgus, tarsal coalition, cavus feet, complex congenital foot deformities : central ray-polydactily-syndactily-congenital hallux valgus. Amputation congenital & traumatic

Q65-79 Q65-79

A1 B1 A2 B2 A2 B3

Orthopaedi Geriatrik & Degeneratif 3

123 Osteoarthritis tungka M.13 A1 B1 A2 B3 A3 B4

124 Osteoarthritis tulang belakang A1 B1 A2 B3 A3 B4

125 Masalah pada ibu jari kaki : OA, hallux valgus.

M19.9 A1 B1 A2 B3 A3 B4

126 Osteoporosis A1 B1 A2 B3 A3 B4

127 Manajemen fraktur osteoporosis A1 B1 A2 B3 A3 B4

128 Penyakit degeneratif tulang belakang (stenosis,penyakit diskus degeneratif, herniasi diskus, degeneratif

spondylolisthesis, spondylosis) Cervical

Thoracal Lumbal

(21)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

No. POKOK BAHASAN ICD 10 Orthopaedi Dasar OTL1 OTL 2

Chief

Resident SKS SM1 - 4 SM 5-6 SM 7-8 SM 9

Metabolik Endokrin 3

Metabolik

129 Sendi Charcot : kaki diabetik I79.2 A1 B1 A2 B3 A3 B4

130 Gout, psedogout M10 A1 B1 A2 B3 A3 B4

131 Arthropati Hemofilia D66 A1 B1 A2 B3 A3 B4

Tulang Belakang 4

132

Deformitas tulang belakang dewasa (kifosis cervical ,kifosis&skoliosis torakalis, kifosis&skoliosis lumbal)

M40/M41 A1 B1 A2 B3 A3 B4

133 Ketidakseimbangan sagital A1 B1 A2 B3 A3 B4

134

Syringomyelia, diastematomyelia, multiple

sclerosis, spinocerebralia, spina bifida. A1 B1 A2 B3 A3 B4

Ekstremitas Atas 10

135

Penyakit sendi degeneratif (artritis sendi sternoclav , osteoarthritis sendi AC, osteo-arthritis glenohumeral, rotator cuff/subacro-mial bursa-impingment syndrome, frozen shoulder-calcific tendinitis-brceps tendinitis)

A1 B1 A2 B3 A3 B4

136 Gangguan neurologis

a.Sindroma jepitan pada ekstremitas atas b. Traumatik

c. Cedera pleksus brakialis

S44 A1 B1 A2 B3 A3 B4

137 Anomali kongenital A1 B1 A2 B3 A3 B4

138

Kegagalan pembentukan (focomelia, radial club hand), kegagalan difensiasi (syndactily), duplikasi (polidactili) tumbuh berlebih (macrodactily), sindroma jepitan pita congenial, abnormalitas skeletal secara umum (madelung)

Q65-79 A1 B1 A2 B3 A3 B4

139 Penutupan jaringan lunak dan kulit A1 B1 A2 B3 A3 B4

140 Replantasi A1 B1 A2 B2 A3 B3

141 Transfer Tendon A1 B1 A2 B3 A3 B4

142

Deformitas lain : mallet, boutonniere schwan

neck, Dupuytren A1 B1 A2 B3 A3 B4

Pelvis dan Ekstremitas Bawah

Rekonstruksi Kelainan Panggul 6

143 Artroplasti panggul (dengan/tanpa prostesis) 5-816 A1 B1 A2 B3 A3 B4

144 Osteotomi rekonstruksi sekitar panggul 5-761 A1 B1 A2 B3 A3 B4

145 Arthrodesis 5-812 A1 B1 A2 B3 A3 B4

146 AVN sendi panggul 578 A1 B1 A2 B3 A3 B4

147

Pembebasan jaringan lunak/rekonstruksi

sekitar panggul 5-821 A1 B1 A2 B3 A3 B4

Rekonstruksi gangguan pada lutut

148 artroskopik debridemen A1 B1 A2 B3 A3 B4

149 Arthroskopik rekonstruksi A1 B1 A2 B3 A3 B4

150 Arthroplasty S-814 A1 B1 A2 B3 A3 B4

151

Osteotomi rekonstruksi sekitar lutur : femur

(supracondylar), tibia (HTO) 5-761 A1 B1 A2 B3 A3 B4

152 Arthrodesis (primary) 5-812 A1 B1 A2 B3 A3 B4

153 Rekonstruksi jaringan lunak sekitar lutut A1 B1 A2 B3 A3 B4

154

Gangguan lainnya pada lutut (OCD, discoid

(22)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

No. POKOK BAHASAN ICD 10

Orthopaedi

Dasar OTL1 OTL 2

Chief

Resident SKS SM1 - 4 SM 5-6 SM 7-8 SM 9

Gangguan pada pergelangan kaki dan kaki

155 Instabilitas pergelangan kaki A1 B1 A2 B2 A3 B3

156 Fasciitis Plantaris A1 B1 A2 B2 A3 B4

157 gangguan jari kaki A1 B1 A2 B2 A3 B4

158 Arthrodesis kaki dan pergelangan kaki A1 B1 A2 B2 A3 B4

Rehabilitasi Medik 2

159 Rehabilitasi Peri operatif A2 B2 A2 B3 A3 B4

160 Prinsip amputasi tungkai A2 B2 A2 B3 A3 B4

161 Orthotic-prosthetic di orthopaedi A1 B1 A2 B3 A3 B4

162 Terapi fisik A1 B1 A2 B3 A3 B4

163 Chief Resident

- Chief IPDS-IOT A1 B1 A2 B3 A3 B3

10

- Roasi Luar (Magang-Mandiri) A1 B1 A2 B3 A3 B3

- Penyelesaian Karya Akhir A1 B1 A2 B3 A3 B3

8

114

2.6. Hubungan Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan

Pelayanan kesehatan di bidang orthopaedi dan traumatologi berupa pengelolaan pasien

baik yang di poliklinik, gawat darurat dan kamar operasi merupakan tanggung jawab divisi

orthopaedi sebagai institusi.

Pendidikan di bidang orthopaedi dan traumatologi bertujuan memberikan kemampuan

pada peserta didik dalam mengelola pasien. Untuk mencapai tujuan tersebut peserta didik

diberikan kewenangan mengelola pasien di fasilitas pelayanan sesuai dengan tingkat

kemampuannya di bawah supervisi konsultan orthopaedi dan traumatologi.

Jadi dalam pendidikan orthopaedi dan traumatologi, pelayanan kesehatan merupakan

salah satu metode pembelajaran yang memerlukan kerjasama yang harmonis antara pengelola

pendidikan dengan pengelola pelayanan .

2.7. Manajemen Proses Pendidikan

Proses pendidikan dokter spesialis orthopaedi dan traumatologi, dilaksanakan di pusat

pendidikan yang berada pada Divisi atau Departemen Orthopaedi dan Traumatologi di

Fakultas Kedokteran Negeri.

Dalam melaksanakan program pendidikan itu, Divisi atau Departemen Orthopaedi dan

Traumatologi membentuk tim pengelola program studi yang terdiri atas seorang ketua program

studi, seorang sekretaris program studi. Ketua Program Studi bersama sekretaris membuat

buku pendidikan yang memuat berbagai hal secara sismatik yaitu:

1. Misi kurikulum dan pentahapannya

2. Tujuan Pendidikan

3. Proses belajar mengajar

4. Sistem pendidikan

5. Tugas-tugas PPDS

6. Sistem penilaian

7. Jadwal para dosen dan pembimbing

8. Sistem pemeriksaan peserta program

9. Ketentuan tentang adaptasi

(23)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

10. Ketentuan tentang stase baik dalam institusi tersebut maupun dengan institusi jejaring

dalam pendidikan

11. Sistem evaluasi peserta program

Disamping itu tim pengelola juga

1. Mempersiapkan sarana yang diperlukan dalam proses pendidikan

2. Mengadakan koordinasi dengan kepala bagian dan staf-staf tertentu dalam seleksi

penerimaan peserta baru

3. Mengatur jaewal penugasan PPDS

4. Mengawasi pelaksanaan penelitian

5. Mengawasi perilaku peserta program

6. Mengatur pelaksanaan ujian

7. Berkoordinasi dengan Kolegium

8. Mengusahakan ujian Nasional

9. Membual laporan bekala tentang berbagai masalah dalam proses pendidikan kepada

dekan dan tembusan diberikan kepada Ketua Divisi atau Departemen orthopaedi dan

traumatologi

2.8. Materi Pendidikan

Sesuai dalam tahapannya peserta didik diberikan kesempatan memperdalam

pengetahuannya dibidang orthopaedi dan traumatologi baik teori dan keterampilan mengelola

pasien diberbagai fasilitas yang tersedia.

3. Sistem Evaluasi

3.1. Sistem Evaluasi Peserta Didik

Metode evaluasi yang dipergunakan :

- Ujian tulis

- Ujian lisan

- Telaah buku catatan kegiatan ( log book )

- Ujian ketrampilan

- Pengamatan terus menerus

3.2. Panduan Ujian Board Nasional

Pelaksanaan Ujian Board Nasional dilakukan dua kali dalam setahun.

Sistem penilaian akhir dilakukan dengan kriteria-kriteria :

Tabel 1. Sistem penilaian Ujian National Board Orthopaedi & Traumatologi

Ujian Tulis

Tahap I

Ujian Oral

Tahap II

MCQ

Angka

Maks

200

OSCE

Angka

Maks

200

PA

Angka

Maks

100

Orthopaedi

Elektif

Angka Maks

200

Orthopaedi

Trauma

Angka Maks

200

Penilaian

Klinik Dasar

Angka Maks

100

(24)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

Tabel 2.

Angka, Nilai mutu, Markah dan Interpretasinya pada system penilaian peserta

program

ANGKA

NILAI MUTU

MARKAH

INTERPRETASI

80 – 100

4.00

A

Baik Sekali

76 – 79

73 – 75

3.70

3.30

A-

B+

Baik

70 – 72

3.00

B

Cukup

66 – 69

63 – 65

60 – 62

56 – 59

2.75

2.50

2.00

1.75

B-

C+

C

C-

Kurang

50 – 55

< 50

1.00

0.00

D

E

Kurang

Sekali

Nilai Batas Lulus (NBL) : 70 (IPK = 2,75)

Untuk menghitung IPK dipakai rumus

IPK =

(SKS x Nilai Modul)

SKS seluruhnya

3.3. Tahapan Pendidikan

a. Bedah Dasar:

Dilakukan oleh masing-masing Bagian/SMF dimana IPDS Ilmu

Orthopaedi & Traumatologi menjalani rotasi, dilanjut-kan ujian akhir

bedah dasar.

b. Profesi Orthopaedi

Sistem yang digunakan

1. Bed side teaching (saat di unit rawat inap)

2. Diskusi kasus dilaksanakan saat diskusi ilmiah yang dilaksanakan 1 x /minggu pada

masing-masing bidang pengembangan.

3. Diskusi ilmiah

- Melakukan presentasi dengan permbacaan naskah ilmiah /journal reading /text book

reading dilakukan sesuai jadwal masing-masing PPDSI sesuai masing-masing jadwal

materi persemester

- Presentasi tehnik operasi setiap akan melakukan jenis operasi bimbingan elektif

untuk kasus tertentu

4. Asistensi bimbingan

- Sebelum melakukan operasi bimbingan elektif diwajibkan mengikuti asistensi untuk

setiap kasus

5. Operasi bimbingan

- Dilaksanakan setelah dinyatakan lulus pada saat presentasi teknik operasi oleh

senior pembimbing dan dilaksanakan minimal 1 (satu) kali

6. Operasi mandiri

- Dilaksanakan untuk setiap kasus dengan pencapaian sejumlah kasus sesuai katalog

yang berlaku

7a. Penulisan makalah dan karya akhir yang terbagi dalam 4 kategori dengan

pembagian sebagai berikut :

1. Tinjauan kepustakaan ( dipresentasikan di institusi )

2. Laporan kasus (emergency + elektif) (dipresentasikan di forum nasional /

internasional )

3. Laporan serial kasus (dipresentasikan di forum nasional / internasional)

4. Penelitian(dipresentasikan di forum nasional/ internasional )

(25)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

Kriteria evaluasi :

1. Cara penulisan

2. Hubungan judul dan latar belakang

3. Bobot materi ilmiah

4. Penguasaan materi diskusi

5. Cara penyajian

7b. Kognitif :

Tahapan evaluasi (ujian) yang dilaksanakan pada saat :

1. Emergency (awal semester V)

2. Jaga II (elektif) awal semester VI

3. Chief (awal semester X)

4. Institusi

5. Board & penelitian

6. Dilakukan dengan : MCQ,Essay, OSCE, Oral (kasus)

7c. Attitude/Affektif yang dievaluasi

1. Sikap terhadap penderita

2. Sikap terhadap staff pendidik & kolega

3. Sikap terhadap paramedis

4. Disiplin dan tanggung jawab

5. Ketaatan pengisian dokumen medik & LPD

6. Ketaatan tugas yang diberikan

7. Ketaatan melaksanakan pedoman penggunaan antibiotika dan obat generik

7d. Psikomotor evaluasi dilakukan pada saat :

1. Operasi bimbingan dinilai oleh pembimbing

2. Operasi mandiri, evaluasi meliputi program sebelum operasi dan hasil operasi

UJIAN INSTITUSI: dilaksanakan oleh IPDS-IOT pada akhir semester 9, dengan salah satu

pengujinya ditunjuk oleh Kolegium IOT.

UJIAN BOARD NASIONAL

Pengertian : Ujian yang dilaksanakan oleh Kolegium IOT untuk mendapatkan kompetensi

sebagai Dokter Spesialis Orthopaedi & Traumatologi

Syarat :

1. Telah lulus ujian institusi

2. Telah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh Kolegium IOT

3.4. Kaitan Antara Penilaian dan Pendidikan

Cara penilaian yang bervariasi sangat ditentukan oleh tujuan pendidikan yang ingin

dicapai. Bila dikaitkan dengan pelayanan kesehatan sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu

memberikan kemampuan dalam penegakan diagnosis, maka evaluasi juga ditekankan pada

penilaian keterampilan tersebut. Selanjutnya hasil evaluasi yang pada akhirnya ditentukan oleh

Ujian Nasional, dipakai juga sebagai landasan dalam menilai sistem pendidikan serta metode

pendidikan.

3.5. Umpan Balik Peserta Didik

Melalui buku harian peserta didik, maka umpan balik tentang kinerjanya dapat dipantau

terus menerus dan secara berkala diberikan kepada para pendidik agara dapat digunakan

sebagai landasan untuk menentukan metode pendidikan selanjutnya.

3.6. Penghentian Masa Pendidikan

Penghentian masa pendidikan PPDS mengikuti aturan yang diterapkan IPDS-OT

setempat dan melaporkannya ke Kolegium Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi.

(26)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

4.1. Sistem Penerimaan Peserta Didik

Tujuan

Menentukan calon yang akan diterima dalam suatu IPDS-IOT

Cara

a. Seleksi dilakukan dengan cara tulisan maupun wawancara dengan memperhatikan :

Penampilan calon (sikap)

kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan Inggris

Pandangan calon terhadap etika kedokteran

Motivasi

Pengalaman kerja

Kemampuan pengenalan masalah kesehatan & Ilmu pengetahuan yang mutahir di

bidang Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi

Kemampuan ilmiah bidang Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi

Wawasan nasional dan Internasional

b. Psikotest dan Psikometrik test (MMPI)

Pelaksanaan :

Seleksi dilaksanakan oleh IPDS-IOT dan dipimpin oleh Ketua Program Studi IPDS-IOT.

Keputusan hasil seleksi penerimaan ditentukan oleh IPDS-IOT dan diumumkan oleh Fakultas

Kedokteran. IPDS-IOT wajib melaporkan seluruh hasil seleksi ke Kolegium Ilmu Orthopaedi

dan Traumatologi.

Calon PPDS yang tidak lulus seleksi penerimaan di salah satu IPDS-IOT masih diberikan

kesempatan 1 kali ujian penerimaan IPDS-IOT baik di IPDS-IOT yang sama maupun yang

lain dengan syarat melampirkan surat keterangan dari IPDS-IOT sebelumnya.

Hal-hal yang belum diatur dalam butir 7 katalog ini akan diatur lebih lanjut oleh Kolegium

IOT.

4.2. Jumlah Peserta Didik

Jumlah peserta didik yang bisa diterima, disesuaikan dengan daya tampung institusi

pendidikan. Untuk menjamin agara proses pendidikan bisa dikerjakan lancar, maka jumlah

peserta harus dibatasi. Sesuai kesepakatan maka jumlah peserta didik dibatasi maksimal enam

orang perinstitusi persemester.

4.3. Bimbingan dan Konseling

Dalam pelaksanaan proses pendidikan, maka setiap staf pengajar wajib memberikan

bimbingan kepada peserta. Khusus untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul selama

proses pendidikan berlangsung, institusi pendidikan bisa membentuk suatu badan yang bertugas

memberikan konseling dan sekaligus mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan permasalahan

yang timbul serta memonitor perkembangan pemecahan masalah yang ada.

4.4. Kondisi Kerja Peserta Didik

Para peserta program wajib mengikuti dan melaksanakan seluruh ketentuan yang ada

dalam kurikulum baik yang bersifat akademik maupun profesi. Pada dasarnya pendidikan

spesialis adalah pendidikan yang bersifat akademik profesional.

Dalam pelaksanaannya setiap institusi pendidikan wajib membuat buku panduan pendidikan

yang merinci tentang hak, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab peserta didik. Untuk

memperlancar proses pendidikan peserta didik boleh membentuk organisasi sebagai wadah

yang bisa memberikan umpan balik kepada institusi pendidikan baik dalam perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi program.

(27)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

5.1. Sistem Penerimaan Staf

Staf pendidik dari suatu pusat pendidikan adalah bagian dari keseluruhan staf dari institusi

induknya yaitu universitas atau fakultas kedokteran. Oleh karena itu kebijakan penerimaan staf,

tidak bisa dilepaskan dari kebijakan-kebijakan institusi induknya.

Yang paling mengetahui tentang kebutuhan staf adalah Divisi atau departemen Orthopaedi

dan Traumatolgi sendiri. Oleh karena itu penerimaan staf untuk program pendidikan Dokter

Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi diawali dari Divisi/Departemen Orthopaedi dan

Traumatologi sendiri. Saringan awal ada di Divisi/Departemen yang kemudian diusulkan ke

Dekan dan seterusnya.

Harapan dari masyarakat sebagai salah satu stake holder adalah agar apapun yang

dilakukan oleh departemen, fakultas atau universitas diharapkan transparan untuk menghindari

berbagai kemungkinan negative.

5.2. Sistem Pengembangan Staf

Sejalan dengan perkembangan Ilmun dan Teknologi yang sangat pesat dan sesuai dengan

visi dan misis Universitas serta fakultas, maka pengembangan staf menjadi sangat penting.

Divisi/Departemen Orthopaedi dan Traumatologi yang menyelenggarakan pendidikan

Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi, mengembangkan stafnya sesuai dengan

subdivisi/divisi yang terdapat dalam ruang lingkup Orthopaedi dan Traumatologi.

Pengembangan ilmu dari staf ini disesuaikan dengan jumlah staf yang ada dan banyaknya

subdivisi/divisi yang dimiliki. Pengembangan ilmu dari staf ini ditujukan untujk menjamin

pencapaian mutu pendidikan yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya

di bidang Orthopaedi dan Traumatologi.

6. Sumber Daya Pendidikan

6.1. Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan

Fasilitas yang dimiliki oleh Divisi/Departemen Orthopaedi dan Traumatologi suatu institusi

pendidikan tempat diselenggarakannya pendidikan yang sudah terakreditasi seharusnya

merupakan suatu tempat yang dapat menjamin proses alih ilmu pengetahuan dan keterampilan.

Sementara yang belum terakreditasi oleh MKKI tetapi oleh Kolegium Orthopaedi dan

Traumatologi dinyatakan bisa sebagai lahan pendidikan sebagian dari program pendidikan

Orthopaedi dan traumatologi, dapat dipakai oleh pusat pendidikan yang sudah terakreditasi

sebagai tempat pendidikan dan pelatihan untuk modul-modul tertentu dari program yang ada.

6.2. Fasilitas Fisik

Divisi / Departemen Orthopaedi dan Traumatologi yang bisa dinyatakan sebagai pusat

pendidikan harus sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Kolegium dan telah

dilakukan pemeriksaan (visitasi) oleh MKKI. Fasilitas fisik yang diutamakan adalah:

Fasilitas untuk kuliah dan diskusi

Fasilitas perpustakaan

Ruang belajar untuk PPDS

Fasilitas latihan keterampilan

Fasilitas untuk menyimpan data dan penelitian

6.3. Tim Klinik

Perkembangan dalam prinsip penanganan pasien mengarah kepada penanganan pasien

secara multidisiplin. Dalam hal ini Dokter spesialis orthopaedi dan traumatologi seharusnya

memiliki peran yang besar dalam mengelola pasien terutama yang bersinggungan langsung

dengan bidan orthopaedi dan traumatologi. Demikian pula dalam upaya pengambilan keputusan

terapi dokter spesialis orthopaedi seharusnya berperan lebih dominan.

(28)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

Untuk beberapa kasus seperti kasus tumor muskulo skeletal, ataupun kasus subspesialistik

lainnya yang memerlukan tukar keilmuan dengan departemen lain yang rutin maka perlu dibentuk

suatu tim CPC yang membahas permasalahannya secara multidisiplin. Pada kegiatan ini peserta

didik dapat berperan aktif dalam mencarikan berbagai solusi terhadap kasus tersebut sesuai

dengan bidang keilmuan yang bersangkutan.

6.4. Teknologi Informasi

Dalam proses pendidikan, PPDS selalu memerlukan informasi-informasi baru yang sulit

didapatkan dalam bentuk buku atau majalah ilmiah tetapi jauh lebih mudah didapatkan melalui

internet.

Oleh karena itu institusi pendidikan Orthopaedi dan traumatologi wajib memiliki dan

mengembangkan fasilitas teknologi informasi yang bisa dimanfaatkan PPDS. Pada dasarnya

seluruh civitas academica, bisa memanfaatkan sarana teknologi informasi yang ada

6.5. Fasilitas Riset

Pada dasarnya di bidang orthopaedi dan traumatologi terbuka lebar lahan yang dapat

dilakukan penelitian mulai dari penelitian deskriptif sampai pada penelitian eksperimental; mulai

dari penelitian yang dilakukan pada binatang, biomekanik, bahkan penelitian yang dilakukan

pada manusia sebagai subjek. Berbagai bidang dan lahan penelitian ini membutuhkan keinginan

yang kuat dari peserta didik untuk mewujudkan penelitian seperti apa yang ingin mereka lakukan

sesuai capaian yang diinginka.

6.6. Ekspertise Pendidikan

Seorang peserta didik orthopaedi dan traumatologi dituntut memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang baik ketika mereka berhadapan dengan penderita yang mereka kelola.

Banyaknya materi yang hendak dikuasai dan terbatasnya waktu dan tempat yang memungkinkan

penguasaan materi, maka bila suatu institusi dapat mengirimkan peserta didiknya ke institusi

yang merupakan jejaringnya.

6.7. Pertukaran Staf

Dalam hal satu pusat pendidikan memerlukan tenaga pengajar khusus, maka IPDS tersebut

dapat menggunakan tenaga IPDS lain atau bila memungkinkan dilakukan pertukaran peserta

program. Hal ini dimungkinkan untuk menjamin pelaksanaan pendidikan di suatu IPDS yang

masih kekurangan staf pengajar.

7. Evaluasi Program

7.1. Sistem Evaluasi Program

Standar pendidikan IOT dibuat oleh Kolegium IOT dan pelaksanaannya dilakukan di

IPDS-IOT sesuai dengan buku panduan yang dibuat oleh masing-masing penanggung jawab

program pendidikan IOT ( KPS) pada IPDS-IOT. Evaluasi program dilakukan secara

bersama-sama oleh Kolegium dan IPDS-IOT. Evaluasinya meliputi proses pendidikan dan kelengkapan

sarana pendidikan. Proses pendidikan yang dievaluasi meliputi evaluasi hasil seleksi masuk dan

identifikasi masalah yang dapat menghambat kelangsungan proses pendidikan. Evaluasi yang

mencakup organisasi pendidikan, sarana dan prasarana serta lingkungan pendidikan juga harus

dilakukan. Evaluasi pelaksanaan pendidikan dokter spesialis dilakukan secara berkala termasuk

evaluasi seleksi masuk, proses dan lulusan pendidikan.

7.2. Umpan Balik dan Peserta Didik

KPS adalah penanggungjawab pendidikan di IPDS-IOT, sedangkan kelengkapan sarana

tanggungjawab kepala Departemen/Bagian Orthopaedi dan Traumatologi. KPS akan

menginformasikan semua hal yang berkaitan dengan pendidikan PPDS dan mengharapkan

informasi balik mengenai segala hal yang berkaitan dengan pendidikan PPDS tersebut. KPS

membuat sistem yang memungkinkan pendidik dan peserta didik secara aktif berperanserta

dalam perencanaan pengembangan program pendidikan. Penilaian dan informasi tentang

kompetensi lulusan digunakan sebagai umpan balik pengembangan proses pembelajaran.

(29)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

7.3. Kinerja Luaran Pendidikan

Penilaian akhir kompetensi peserta didik dilakukan melalui ujian board, disamping itu,

untuk menilai keberhasilan proses pendidikan kinerja peserta didik juga perlu dinilai. Penilaian

kinerja mencakup lama pendidikan, nilai evaluasi selama proses pendidikan serta hasil-hasil

dalam menjalani modul-modul pendidikan dan ketrampilan. Penilaian ini juga akan berguna untuk

menilai sistem penerimaan PPDS, dengan menghubungkannya dengan kinerja dalam proses

pendidikan.

7.4. Authorisation dan Monitoring of Training Settings

IPDS-IOT mendapat kewenangan melaksanakan program pendidikan dari Dekan dan

Rektor setelah mendapat ijin dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi berdasarkan

rekomendasi KKI. IPDS-IOT secara berkala akan dipantau dan dievaluasi oleh kolegium yang

bersangkutan. IPDS-IOT diakreditasi oleh kolegium-IOT melalui sistem yang ditetapkan.

7.5. Keterlibatan Stake Holders

Program pendidikan PPDS-IOT melibatkan unsur-unsur :

(1) Penyelenggara program

(2) Staf akademik

(3) Staf rumah sakit jejaring

(4) Pegawai administrasi terutama administrasi pendidikan

(5) Peserta didik

(6) Rumah sakit pendidikan dan jejaring pendidikan

(7) PABOI

(8) Kolegium IOT dan KKI

(9) masyarakat

8. Administrasi Pendidikan dan Penyelenggaraan Program

8.1. Penyelenggaraan Program

Program pendidikan dokter spesialis orthopaedi dan traumatologi merupakan program

bersama antara IPDS-IOT dan kolegium ilmu orthopaedi dan traumatologi. Dalam

penyelenggaraannya terdapat struktur dan organisasi di IPDS-IOT seperti Ketua Program Studi

(KPS), sekretaris program studi (SPS), pendidik, staf administrasi, penanggungjawab sarana dan

di Kolegium IOT, yaitu komisi kurikulum, pendidikan dan ujian, kredensial, akreditasi dan staf

ahli. Wujud program bersama adalah institusi pendidikan akan memberikan ijazah pada saat

PPDS dinyatakan lulus dan kolegium akan memberikan sertifikat kompetensi.

Program pendidikan, institusi pendidikan dan staf pengajar dinilai secara berkala dan

berkeseinambungan oleh Kolegium. Salah satu wujud penilaian tersebut adalah akreditasi

IPDS-IOT oleh Kolegium, termasuk kredensialisasi penguji board IPDS-IOT. Pelaksanaan penjaminan mutu

pendidikan secara internal menjadi penanggungjawab IPDS-IOT.

8.2. Kepemimpinan Akademik

KPS bertanggungjawab terhadap terlaksananya program pendidikan IPDS-IOT dan

kepemimpinannya dievaluasi secara berkesinambungan oleh atasan langsung. Sedangkan,

pelaksanaan pendidikan IOT secara nasional dan termasuk keseragaman kompetensi spesialis

orthopaedi dan traumatologi berada dalam kepemimpinan ketua Kolegium IOT. Para staf

pengajar di IPDS-IOT merupakan individu yang berpredikat pemimpin akademik di bidang ilmu

yang diajarkan. Gaya kepemimpinan dan ilmu yang diajarkan kepada PPDS-IOT akan tertanam

pada PPDS-IOT dan akan menjadi masukan bagi mereka pada saat mengaplikasikan pada

profesi dan masyarakat.

8.3. Alokasi Anggaran dan Sumber Dana

Pendanaan pendidikan berasal dari IPDS-IOT dan dana hasil usaha IPDS-IOT yang

dikelola oleh KPS. Sebagai seorang manager, KPS harus mengatur masalah keuangan,

keluaran pendidikan, kesejahteraan staf pengajar dan karyawan serta hal-hal pengembangan.

(30)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan dan

keberlanjutan. Realisasi anggaran pendidikan untuk mencapai misi dan tujuan program

pendidikan orthopaedi dan traumatologi dikelola secara transparan dan akuntabel.

8.4. Interaksi dengan Sektor Kesehatan

IPDS-IOT akan menghasilkan dokter spesialis orthopaedi dan traumatologi yang sangat

diperlukan dalam sektor kesehatan karena berperan dalam penanganan kasus orthopaedi dan

traumatologi secar medis, pembedahan, dan fisik rehabilitatif.

8.5. Tenaga Administrasi

Tenaga administratif penyelenggara program pendidikan terdiri dari tenaga administratif

keuangan, pendidikan, dan pendataan/penelitian. Kualifikasi tenaga ini untuk mendukung

implementasi dan manajemen yang atas semua sumber daya.

8.6. Regulasi dan Persyaratan

KKI bersama kolegium IOT dan PABOI menetapkan jenis dan jumlah spesialisasi dan

subspesialisasi serta pakar orthopaedi lain yang dibutuhkan. KKI bersama kolegium IOT dan

perhimpunan profesi terkait juga menyelesaikan permasalahan lintas spesialisasi yang timbul

akibat perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi, termasuk duplikasi isi kurikulum.

9. Perbaikan Berkesinambungan

Standar pendidikan dokter spesialis orthopaedi dan traumatologi ini disahkan oleh Kolegium IOT.

Standar pendidikan ini dibahas dan dievaluasi pada Konferensi Kerja, Continuing Orthopaedic

Education, dan Konggres Nasional PABOI, atau pun rapat-rapat khusus yang diadakan kolegium

IOT. Kompoen program yang dievaluasi meliputi struktur, fungsi, proses, kinerja dan mutu program.

Perbaikan standar pendidikan ini memerhatikan analisi hasil evaluasi program terdahulu dan kinerja

saat ini serta perspektif di masa datang.

10. Aturan Tambahan

Hal-hal yang belum diatur di dalam ketentuan di standar pendidikan ini akan diatur kemudian

sesuai dengan ketentuan dan perkembangan kondisi tertentu saat itu.

(31)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

BAB III

PENUTUP

Standar pendidikan dokter spesialis orthopaedi dan traumatologi ini merupakan

standar umum bagi semua IPDS-IOT di Indonesia. Penerapan standar ini diharapkan

dapat menyeragamkan luaran pendidikan masing-masing IPDS-IOT. Hal ini menjadi

penting karena sesuai dengan harapan semua penduduk Indonesia mendapat

pelayanan yang memenuhi standar dan berkualitas. Masing-masing IPDS-IOT dapat

mengembangkan dan menambahkan muatan-muatan lain sesuai dengan keadaan

daerahnya. Pada tingkat IPDS-IOT, program studi IOT juga harus membuat panduan

pelaksanaan program yang sesuai dengan kondisi daerah dan institusi masing-masing.

Standar ini diharapkan dapat digunakan sebagai penjaga mutu dan sebagai

landasan pengembangan berkesinambungan dari program pendidikan dokter spesialis

orthopaedi dan traumatologi di Indonesia. Dan semoga standar ini dapat bermanfaat

bagi peningkatan kesejahteraaan seluruh rakyat Indonesia. Amin.

(32)

Standar profesi pendidikan Ilmu orthopaedi dan traumatologi

Lampiran:

Kurikulum Program Pendidikan Dokter Spesialis Orthopaedi & Traumatologi

1. Pengertian :

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan pendidikan yang meliputi tujuan

pendidikan, isi, bahan pelajaran, cara pencapaian dan penilaian, yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan pendidikan ilmu orthopaedi dan traumatologi

2. Kompetensi Spesialis Orthopaedi Dan Traumatologi terdiri dari tiga kategori

1. Kompetensi spesialis orthopaedi dan traumatologi lanjut 1,

2. Kompetensi spesialis orthopaedi dan traumatologi lanjut 2,

3. Kompetensi spesialis orthopaedi dan traumatologi Chief Residen,

3. Lingkup bahasan dan tingkat kompetensi

3.1. Tahap Bedah Dasar (sesuai katalog bedah dasar/3 semester)

3.2. Tahap Orthopaedi & Traumatologi Dasar (1 semester/semester IV)

A. Biologi selular dan molecular musculoskeletal

B. Pembentukan, Pertumbuhan dan Dasar Genetik Kelainan Muskuloskeletal

C. Surgical Anatomy and Approach

D. Biomekanik Muskuloskeletal dan Biomaterial

E. Inflamasi, Degenerasi dan Neoplasma Muskuloskeletal

F. Imajing Orthopaedi

G. Dasar Traumatologi Muskuloskeletal

H. Komplikasi Trauma Muskuloskeletal

I. Dasar Osteosintesis

J. Orthopaedic research (Methodology and statistic)

3.3. Tahap Orthopaedi & Traumatologi lanjut 1 (2 semester/semester V-VI)

A. Trauma ekstremitas bawah

1. Fraktur femur proksimal

2. Fraktur femur diafisis

3. Fraktur femur distal

4. Fraktur tibia proksimal

5. Fraktur tibia fibula diafisis

6. Fraktur tibia fibula distal

7. Fraktur Kalkaneus nor artikular

8. fraktur metatarsal, falang non artikular

9. Sindroma Kompartemen femur, tungkai bawah, kaki

10. Amputasi traumatik: femur, tungkai bawah, kaki

11. Trauma jaringan lunak, tendon fleksor &ekstensor kaki (sederhana) temasuk tendon

Achiles

12. Dislokasi panggul, lutut (sederhana)

13. Fraktur Femur (kompleks)

14. Fraktur tungkai bawah (Kompleks)

15. Dislokasi panggul dan fraktur kaput femur

16. Fraktur femur subtrokanter, pertrokanter, intertrokanter

17. Fraktur femur kolum

18. Fraktur femur interkondilus

19. Cedera patella dan mekanisme ekstensi

20. Dislokasi lutut traumatik akut

21. Fraktur plato tibia

22. fraktur plafon tibiaTibial plafond fraktur

23. Fraktur &dislokasi pengelangan kaki

Referensi

Dokumen terkait

pasien tuberkulosis paru sebelum dan sesudah pengobatan fase intensif selama 8 minggu, terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar SGPT sebelum dan sesudah

Berbagai gejala yang timbul pada pekerja komputer yang bekerja dalam waktu yang lama selain diakibatkan oleh cahaya yang masuk ke bola mata, juga dikarenakan mata seorang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan yaitu: (1) Berdasarkan hasil kelayakan model yang dilakukan dengan menggunakan uji F,

Dengan demikian, dari hasil penelitian observasi tidak langsung dapat peneliti simpulkan, bahwa film kartun Upin dan Ipin dalam seri pertama tahun 2007 dan

Berdasarkan analisa data, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan pada kematangan karir siswa SMU di Banda Aceh yang ditinjau dari jenis kelamin dan jenis

Pemberian kompos baik kompos jerami maupun kompos TKKS menghasilkan bobot kering brangkasan dan luas daun lebih tinggi disbanding yang tidak diberi kompos, karena

menyediakan tenaga- tenaga konselor yang dibutuhkan sesuai dengan kesanggupan STTRI STTRI menyediakan kesempatan bagi konselor-konselor pusat konseling Lifespring untuk,