Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
i
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
TERHADAP HASIL BELAJAR
(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Geografi Kelas VII di SMPN 4
Padalarang)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Geografi
Oleh :
HILMAN LATIEF
1007309
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ii
Pengaruh Pembelajaran Kontekstual
Terhadap Hasil Belajar
(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran
Geografi Kelas VII di SMPN 4 Padalarang)
Oleh Hilman Latief S.Pd IKIP Bandung, 1997
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Geografi
© Hilman Latief 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I,
Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT. NIP. 19640603 198903 1 001
Pembimbing II,
Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd. NIP. 19620304 198704 2 001
Mengetahui :
Ketua Program Studi Pendidikan Geografi,
iv Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
TERHADAP HASIL BELAJAR
(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Geografi Kelas VII di SMPN 4 Padalarang) Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd.
ABSTRAK
Penelitian ini didasarkan atas permasalahan tidak adanya kesempatan siswa untuk membangun dan mengembangkan pengetahuannya karena penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang inovatif menjadikan siswa kurang faham dan rata-rata hasil belajarnya rendah. Teknik Penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control-group design, pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dan lembar kerja siswa. Sedangkan pengolahan dan analisis data dengan Ms. Excel dan SPSS V.17.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar peserta didik, karena peserta didik dilatih untuk mencari permasalahan, mengumpulkan fakta dan data, memecahkan masalah tersebut kemudian mengembangkan dan menganalisis masalah untuk dicarikan solusinya. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan nilai pretest dan posttest yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan N-gain tiap kelas penelitian, sebanyak 12,5% peserta didik termasuk kategori tinggi, 72,5% kategori sedang dan 15% kategori rendah. Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan terjadi pengaruh hasil belajar yang lebih besar pada kelas eksperimen daripada kelas kontrol.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar yang ditunjukkan dengan adanya perubahan nilai hasil belajar yang lebih baik dari nilai hasil belajar sebelumnya. Sehingga pembelajaran kontekstual dapat dijadikan alternatif metode yang dipilih dalam pembelajaran. Karena pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang efektif dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar.
v Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
INFLUENCE OF CONTEXTUAL LEARNING
AGAINST LEARNING OUTCOMES
(Experimental Study in Subjects Geography Class VII at SMP 4 Padalarang)
By : Hilman Latief NIM. 1007309
Supervisor :
Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT. Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd.
ABSTRACT
This study is based on the absence of problems students the opportunity to build and develop knowledge for the use of innovative learning approach makes students less and less ideology average low learning outcomes. Engineering studies using quasi-experimental design with nonequivalent control-group design, data collection was done by using the test and student worksheets. While processing and data analysis with MS. Excel and SPSS V.17.
The results showed that contextual learning can provide a considerable influence on the learning outcomes of students, because the students are trained to look for problems, collect facts and data, solving the problem and then develop and analyze a problem to find a solution. This is evidenced by the differences in pretest and posttest values were significant between the experimental class with the control class. Based on the calculation of the N-gain of each class research, as many as 12.5% of students were high, 72.5% medium category and 15% lower category. From these calculations it can be concluded occur influence learning outcomes were greater in the experimental class than the control class.
The conclusion of this study that there is a significant effect of contextual learning on learning outcomes as indicated by the change in the value of better learning outcomes than the value of the results of the previous study. So that contextual learning can be used as an alternative learning method chosen. Because of contextual learning is an effective learning and can increase the activity of students in the learning process.
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
x
A. Pendekatan Pembelajaran... 13
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
xi
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Rekomendasi ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
xii
DAFTAR TABEL
Tabel. Hal
2.1. Perbandingan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dengan
Pendekatan Konvensional ... 34
3.1. Desain Eksperimen ... 43
3.2. Populasi Penelitian ... 44
3.3. Penentuan Kelas Eksperimen ... 45
3.4. Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen ... 48
3.5. Kriteria Reliabilitas ... 49
3.6. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen ... 49
3.7. Kriteria Indeks Daya Pembeda ... 50
3.8. Validasi Daya Pembeda ... 50
3.9. Kriteria Indeks Kesukaran ... 51
3.10. Validitas Indeks Kesukaran ... 52
4.1. Rekapitulasi Jumlah Peserta Didik SMP Negeri 4 Padalarang Tahun Ajaran 2012/2013 ... 56
4.2. Hasil Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Kelas Eksperimen ... 59
4.3. Hasil Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Kelas Kontrol ... 61
4.4. Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 63 4.5. Uji Gain Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 65
4.6. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest dan Posttest Pada Kelas Eksperimen ... 67
4.7. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest dan Posttest Pada Kelas Kontrol 68
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
xiii
4.9. Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest dan N-gain Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69
4.10. Perbandingan Pretest dan Posttest Paired Sample Test ... 70
4.11. Uji Beda Pretest dan Posttest Paired Sample Test ... 71
4.12. Hasil Uji Beda Nilai Posttest dan N-gain Antara Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen ... 72
4.13 Desain Pembelajaran CTL Pada Materi Kondisi Geografis
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
2.1. Komponen Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ... 22
3.1. Hubungan Antar Variabel ... 46
4.1. Grafik Perbadaan Nilai Pretes dan Postes pada Kelas Eksperimen 60
4.2. Grafik Perbadaan Nilai Pretes dan Postes pada Kelas Kontrol 62
4.3. Grafik Perbedaan Nilai Rata-rata Hasil Belajar Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 64
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ... 86
2. BAHAN AJAR ... 91
3. LKS (LEMBAR KERJA SISWA) ... 99
4. KISI-KISI INSTRUMEN ... 101
5. KISI-KISI SOAL GEOGRAFI (IPS) SEMESTER GENAP ... 102
6. KARTU SOAL GEOGRAFI (IPS) SEMESTER GENAP ... 104
7. SOAL PRETEST GEOGRAFI (IPS) ... 107
8. SOAL POSTTEST GEOGRAFI (IPS) ... 108
9. ANALISIS HASIL PRETEST KELAS KONTROL ... 109
10. ANALISIS HASIL PRETEST KELAS EKSPERIMEN ... 110
11. ANALISIS HASIL POSTTEST KELAS KONTROL ... 111
12. ANALISIS HASIL POSTTEST KELAS EKSPERIMEN ... 112
1
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB. I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan
terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik
dan sesuai dengan yang diharapkan. Pendidikan akan merangsang kreativitas
seseorang agar sanggup menghadapi tantangan-tantangan alam, masyarakat,
teknologi serta kehidupan yang makin kompleks.
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh pemerintah dan
bangsa Indonesia saat ini adalah masih rendahnya mutu pendidikan, khususnya
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berbagai upaya telah dilakukan
oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, melalui
penyempurnaan sistem pendidikan, diantaranya lahirnya Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, telah memberikan landasan kokoh
dan mempertegas produk undang-undang sebelumnya (nomor 2 tahun 1989),
terutama dalam usaha pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan, berbagai
pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum,
penyediaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan
lainnya, penataan strategi pengelolaan pendidikan, pendekatan dan strategi
(metode dan teknis) pembelajaran yang efektif, efisien, menyenangkan dan
bermakna, yaitu pembelajaran yang lebih menekankan pada belajar mengetahui
(learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama
(learning to life together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be),
dengan mengimflikasikan konsep pembelajaran CBSA, pendidikan kecakapan
hidup (life skill), keterampilan proses, pembelajaran kooperatif, pembelajaran
kontekstual, dan lain sebagainya. Namun demikian, sampai saat ini berbagai
indikator peningkatan mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang
memadai dan merata diantaranya ; (1) keluaran/lulusan sekolah yang relevan
2
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
komponen pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan masih lebih banyak
memandang segi kuantitas (output).
Dalam Proses pembelajaran Geografi (IPS), seorang guru memiliki peran
penting dalam menyampaikan informasi, melatih keterampilan dan membimbing
belajar siswa sehingga para guru dituntut memiliki kualifikasi dan kompetensi
tertentu, agar proses belajar dan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan
efisien. Adanya minat yang tinggi, serta metode pembelajaran yang tepat akan
menjadikan siswa mudah dalam menerima dan mengolah informasi yang
disampaikan.
Kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah kesanggupan atau
kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara
guru dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif, dan psikomotor,
sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap
evaluasi dan tindak lanjut hingga tercapai tujuan pengajaran.
Uraian di atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran Geografi (IPS)
mempunyai peran yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya
manusia yang unggul, handal, dan bermoral semenjak dini. Hal yang menjadi
hambatan selama ini dalam pembelajaran Geografi adalah disebabkan kurang
dikemasnya pembelajaran Geografi dengan model yang menarik dan
menyenangkan. Guru seringkali menyampaikan materi Geografi dengan cara
konvensional, sehingga pembelajaran Geografi cenderung membosankan dan
kurang menarik minat siswa, yang pada gilirannya prestasi belajar siswa kurang
memuaskan.
Berdasarkan pengamatan peneliti dalam proses pembelajaran, ada tiga
indikator yang menunjukkan hal ini. Pertama, siswa kurang memiliki keberanian
untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain. Kedua, kurang adanya
keinginan untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Ketiga, kurangnya semangat
belajar siswa dalam mempelajari Geografi. Maka pada setiap pembelajaran
berlangsung siswa kurang merespon materi yang disampaikan oleh guru, pasif,
bersikap masa bodoh, cerita dengan teman sebangku, tidak mempunyai catatan,
3
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mendominasi aktivitas serta kegiatan pembelajaran bermuara pada ceramah.
Akhirnya, hasil belajar yang dicapai sangat tidak memuaskan.
Hakekat pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam pasal 1 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakatnya bangsa dan negaranya.
Dengan demikian para guru diharapkan senantiasa dapat meningkatkan
peranannya dalam menempatkan pembelajaran yang berkualitas untuk
mengantarkan para siswa meraih prestasi belajar yang maksimal. Dengan prestasi
yang maksimal itu diharapkan para siswa dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat.
Melalui pengenalan metode dalam pembelajaran oleh Departemen
Pendidikan Nasional, seperti metode pembelajaran kontekstual atau contextual
teaching and learning diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di
kelas yang muara akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dalam hal pembelajaran di sekolah, fakta menunjukkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran telah mengalami perubahan yang cukup pesat. Hal ini tampak dari
perubahan orientasi pembelajaran yang dahulu bersifat sangat konservatif telah
bergeser kepada upaya meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Hal
ini sebagaimana dikemukakan oleh Nugroho (2003: 1) bahwa telah terjadi
pergeseran dalam praksis pembelajaran dan yang bersifat konservatif yaitu
ditandai dengan dominannya peran aktif siswa dalam pembelajaran atau student
centered.
Relasi peran guru dan siswa dalam pembelajaran memang telah jauh
berubah, dari yang semula murid hanya diposisikan sebagai objek, kini tidaklah
lagi demikian. Sejalan dengan hal tersebut telah banyak diperkenalkan berbagai
metode baru dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu metode pembelajaran
yang memposisikan peran aktif siswa dalam pembelajaran ini adalah metode
4
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembelajaran yang menekankan pada kegiatan siswa untuk menemukan,
mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri melalui proses asimilasi dan
akomodasi ini diharapkan dapat memacu meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah, sehingga sekaligus dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Melalui penerapan metode kontekstual dan reposisi peran guru dan siswa
dalam pembelajaran, maka kegiatan pembelajaran itu akan menjadi efektif
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu
meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi siswa. Munif (2003: 4)
mengatakan bahwa sekolah dikatakan efektif bilamana proses pembelajaran dapat
mencapai tujuan yang ditetapkan dengan baik yang berimplikasi pada upaya guru
dalam mengembangkan sistem pembelajaran secara profesional berdasarkan
kurikulum yang ditetapkan.
Senada dengan pendapat di atas, Nursisto (2001: 48) mengatakan bahwa
pembelajaran yang efektif antara lain ditandai dengan a) siswa sebagai subjek
didik, b) metode mengajar yang beragam, c) menghindari verbalisme, dan d)
variasi pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran di kelas menuntut
optimalisasi peran siswa dalam proses belajar mengajar agar dapat mencapai
tujuan atau kompetensi sebagaimana yang diharapkan atau ditetapkan dalam
kurikulum. Hal ini didasarkan teori bahwa semakin optimal keterlibatan dan peran
siswa dalam pembelajaran akan semakin optimal pula prestasi yang akan dicapai
oleh siswa. Untuk itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang
mengoptimalkan peran siswa dalam pembelajaran. Metode yang tepat tentunya
sudah tidak menggunakan metode konvensional atau tradisional lagi tetapi
menerapkan metode yang baru. Salah satunya adalah metode kontekstual
(contextual teaching and learning).
Menurut Mulyasa (2005:103) pembelajaran kontekstual adalah pengajaran
yang memungkinkan peserta didik menguatkan, memperluas, dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan akademik mereka. “Pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik memahami hakekat, makna dan manfaat belajar,
sehingga memungkinkan mereka rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar,
5
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Hasil yang diharapkan melalui pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL), menurut Poedjiadi (2005: 98) adalah “untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran
yang dipelajarinya dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari”.
Maryani (2007:920) menyatakan Geografi merupakan ilmu yang bersifat
antroposentris, melihat manusia secara dua sisi yaitu imanen dan transenden.
Secara imanen manusia merupakan bagian yang terintegrasi dengan unsur alam
lainnya, dengan tumbuhan dan hewan. Manusia mempunyai peran yang sama
dalam memanfaatkan lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Secara
transenden, manusia mempunyai tanggungjawab yang lebih dibandingkan dengan
makhluk hidup lainnya, karena manusia dibekali dengan akal.
Salah satu standar kompetensi mata pelajaran Geografi (IPS) kelas VII
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi di
tingkat SMP/MTs adalah memahami usaha manusia untuk mengenali
perkembangan lingkungan, dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai yaitu
mendeskripsikan kondisi geografis dan penduduk.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut berperan sebagai tujuan
yang harus dicapai oleh siswa kelas VII SMP/MTs. Dalam proses belajar
mengajar, upaya mencapai tujuan tersebut melibatkan komponen-komponen
pembelajaran, yaitu isi/materi, metode, media dan evaluasi. Masing-masing
komponen tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Pendekatan dan Model Pembelajaran sebagai salah satu komponen
pembelajaran memiliki peranan dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Geografi (IPS). Penggunaan
pendekatan kontekstual diharapkan dapat membantu dalam proses pencapaian
kompetensi siswa yang bersifat pemahaman terhadap lingkungan kehidupan
manusia. Dalam pendekatan pembelajaran kontekstual tidak hanya mencakup
6
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
afektif dan psikomotor dan membuat pembelajaran lebih bermakna dengan
menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama bertugas di SMP Negeri 4
Padalarang masih banyak guru yang menggunakan pendekatan pembelajaran
konvensional, penyampaian materi hanya dengan ceramah dan partisipasi siswa
dalam pembelajaran sangat kurang sehingga siswa cenderung pasif, begitu juga
dalam pembelajaran Geografi (IPS) guru hanya menggunakan pendekatan
pembelajaran konvensional dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran
sehingga materi yang disampaikan kurang bisa dipahami oleh siswa. Tidak adanya
kesempatan siswa untuk membangun dan mengembangkan pengetahuannya
karena penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang inovatif menjadikan
siswa kurang paham terhadap hasil belajar yang harus mereka capai.
Seringnya menggunakan metode ceramah berarti hasil belajar kognitif lebih
dominan jika dibandingkan dengan ranah afektif dan psikomotor. Padahal kedua
ranah tersebut juga memiliki nilai yang sangat berarti bagi kehidupan siswa.
Karena itu diharapkan dari suatu kegiatan belajar mengajar mendapatkan hasil
belajar yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Beberapa penelitian yang relevan tentang keefektifan penggunaan
pembelajaran kontekstual dengan mengacu kepada hasil-hasil yang telah teruji
secara empirik diantaranya, Permasih (2005) dalam tesisnya : Pembelajaran
Kontekstual di Sekolah Dasar (Studi Kaji Tindak Penerapan Pembelajaran
Kontekstual Topik Pengangkutan dan Komunikasi dalam Bidang Studi IPS pada
Siswa Kelas V SDN UPI), mengatakan bahwa terdapat pengaruh penggunaan
model pembelajaran kontekstual terhadap kualitas pembelajaran IPS. Widiastusi
(2010) dalam tesisnya : Pengembangan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk
Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa (Studi pada mata pelajaran IPS SMP
Negeri di Kota Serang), menyimpulkan bahwa model pembelajaran kontekstual
yang dikembangkan mampu meningkatkan keterampilan sosial siswa. Oom Romli
(2010) dalam tesisnya : Penerapan Pembelajaran Kontekstual Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika : Studi Eksperimen pada Siswa MA
7
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bahwa (1) peningkatan prestasi belajar siswa yang mendapat perlakuan
pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual lebih baik dari
peningkatan prestasi belajar siswa yang mendapatkan perlakuan pembelajaran
dengan pendekatan konvensional; (2) aktivitas siswa selama belajar melalui
pendekatan kontekstual berjalan dengan cukup baik, siswa terlihat aktif dan
memiliki semangat dalam mengerjakan dan menyelesaikan soal-soal, berdiskusi
antar sesama siswa, bertanya dengan guru, memperhatikan penjelasan guru, dan
penjelasan teman-teman, serta mencatat hal-hal yang relevan dengan
pembelajaran, dan (3) siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap
matematika, pembelajaran kontekstual, dan soal-soal kontekstual yang membuat
siswa merasa senang, tertarik, tertantang, terbantu dan dapat menumbuhkan rasa
kebersamaan antara teman-teman dalam kegiatan belajar kelompok.
Penelitian tentang pendekatan pembelajaran kontekstual sudah banyak
dilakukan seperti uraian di atas, dari beberapa penelitian pendekatan pembelajaran
kontekstual yang pernah dilakukan sebagian besar peneliti hanya membahas
implementasi pembelajaran kontekstual dari mulai perencanaan sampai tahap
pelaksanaan dan sedikit yang membahas tentang pengaruh pendekatan
pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar. Bertolak dari pembahasan
tersebut dan rekomendasi dari peneliti terdahulu tentang perlunya diadakan
penelitian pengaruh pendekatan pembelajaran kontekstual maka penulis tertarik
untuk meneliti lebih lanjut tentang pendekatan pembelajaran kontekstual.
Berdasarkan semua pernyataan di atas, maka diperlukan suatu kajian yang
cukup mendalam mengenai pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran
kontekstual terhadap hasil belajar. Pendekatan pembelajaran yang selama ini
digunakan guru di sekolah adalah pembelajaran konvensional. Dalam penelitian
ini, peneliti mencoba mengkaji “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual
terhadap Hasil Belajar (Studi Eksperimen pada mata pelajaran Geografi
8
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk lebih
memperjelas permasalahan yang akan diteliti sehingga terhindar dari kekaburan
dan ketidakefektifan kerja dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada kelas
eksperimen dengan pembelajaran kontekstual mata pelajaran Geografi (IPS)
siswa di SMP Negeri 4 Padalarang?
2. Apakah terdapat perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada kelas kontrol
dengan pembelajaran konvensional mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di
SMP Negeri 4 Padalarang?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi (IPS) antara pembelajaran
kontekstual dengan pembelajaran konvensional pada siswa di SMP Negeri 4
Padalarang?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada kelas eksperimen
pembelajaran kontekstual mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di SMP Negeri
4 Padalarang.
2. Perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada kelas kontrol pembelajaran
konvensional mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di SMP Negeri 4
Padalarang.
3. Perbedaan hasil belajar Geografi (IPS) antara pembelajaran kontekstual
dengan pembelajaran konvensional pada siswa di SMPN 4 Padalarang.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan dan
9
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Setiap penelitian selalu memiliki
kegunaan dan manfaat baik manfaat secara teoritis maupun manfaat secara
praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Apabila ada pengaruh yang signifikan tentang penerapan metode
kontekstual terhadap hasil belajar Geografi (IPS) siswa SMPN 4 Padalarang,
maka hal ini dapat :
a. Sebagai masukan tentang keefektifan metode pembelajaran kontekstual dalam
pembelajaran Geografi (IPS) di SMPN 4 Padalarang.
b. Sebagai gambaran adanya metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran Geografi (IPS) di SMPN 4 Padalarang.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai pertimbangan dalam menentukan alternatif metode yang akan dipilih
dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran Geografi (IPS) di SMP Negeri
4 Padalarang.
b. Memberikan informasi akan pentingnya mengembangkan keaktifan belajar
siswa agar siswa dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi pada masa yang akan datang.
E. Definisi Operasional
1. Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and
learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yakni : pemodelan (modelling), bertanya (questioning),
masyarakat belajar (learning community), menemukan (inquiry), kontruktivisme
(contructivism), tindak lanjut (reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic
10
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menurut hasil penelitian Romli (2010), peningkatan prestasi belajar siswa
yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual
lebih baik daripada peningkatan prestasi belajar siswa yang mendapatkan
perlakuan pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Selain itu, siswa
menunjukkan sikap yang positif terhadap mata pelajaran, pembelajaran
kontekstual, dan soal-soal kontekstual yang membuat siswa merasa senang,
tertarik, tertantang, terbantu dan dapat menumbuhkan rasa kebersamaan antara
teman-teman dalam kegiatan belajar kelompok.
2. Pembelajaran Konvensional
Menurut Zamroni, dalam Nursisto (2001: xxv) pendekatan konvensional
adalah upaya peningkatan kualitas pendidikan yang bertumpu secara kaku pada
paradigma input-proses-output. Dalam hubungannya dengan proses belajar
mengajar, pendekatan pembelajaran sebagaimana yang sudah lazim digunakan
dalam kegiatan pembelajaran di kelas disebut pendekatan pembelajaran
konvensional.
Wibawa dan Mukti (1992:5) mengungkapkan Pendekatan konvensional
merupakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengkombinasikan
bermacam-macam metode pembelajaran. Dalam praktiknya metode ini berpusat
pada guru (teacher centered) atau guru lebih mendominasi dalam kegiatan
pembelajaran. Metode pembelajaran yang dilakukan berupa metode ceramah,
pemberian tugas, dan tanya jawab. Pendekatan konvensional merupakan
pendekatan pembelajaran yang banyak dilaksanakan di sekolah saat ini, yang
menggunakan urutan kegiatan pemberian uraian, contoh, dan latihan.
Dalam pembelajaran IPS Geografi di SMP pendekatan konvensional ini
masih banyak digunakan untuk pembelajaran di kelas. Dasar yang digunakan
untuk menentukan pilihan pendekatan konvensional ini dalam pembelajaran
adalah banyaknya jumlah siswa per kelas di sekolah dan terbatasnya waktu yang
tersedia untuk menyampaikan pengetahuan yang bersifat kognitif, sehingga untuk
menciptakan keterampilan atau kemampuan psikomotorik siswa dilakukan dengan
pemberian tugas yang dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas. Metode
11
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengetahuan yang bersifat kognitif dengan metode ceramah untuk memantapkan
penguasaan materi dalam pembentukan kemampuan psikomotoriknya.
3. Hasil Belajar
Menurut Sudjana (1989: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan terdiri dari tiga aspek yaitu: (1)
Aspek kognitif yang mencakup keterampilan-keterampilan intelektual, informasi
dan pengetahuan: (2) Aspek afektif menekankan pada sikap, nilai, perasaan, dan
emosi; dan (3) Aspek Psikomotor berhubungan dengan keterampilan motorik,
manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf.
Hasil belajar bisa didapat dari berbagai bentuk penilaian/evaluasi. Menurut
Sumaatmaja (1997: 125) secara menyeluruh, bentuk evaluasi pada pengajaran
Geografi meliputi bentuk tes dan nontes. Bentuk tes meliputi tes objektif, tes esai
dan tes lisan. Sedangkan bentuk nontes berupa laporan tugas dan penampilan
(presentasi).
Data yang dikumpulkan dari hasil belajar adalah nilai yang diperoleh
peserta didik dari hasil pre-tes dan juga nilai yang diperoleh dari pos-tes, baik
pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol.
Berdasarkan pemaparan di atas, dalam penelitian ini hasil belajar diperoleh
dari nilai tes, nilai tugas kelompok dan nilai presentasi kelompok.
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian (Sugiyono, 2013: 96). Adapun menurut Surahmad, (1979: 58)
mengemukakan bahwa hipotesis adalah suatau jawaban duga yang dianggap
benar.
Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana dikemukakan di atas, maka
dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Ada perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada eksperimen pembelajaran
12
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Tidak ada perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada eksperimen
pembelajaran konvensional mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di SMP
Negeri 4 Padalarang
3. Ada perbedaan hasil belajar Geografi (IPS) antara pembelajaran kontekstual
43
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB. III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen, dengan dua variabel
yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent
variable). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran geografi baik
dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), maupun dengan
menggunakan pendekatan konvensional. Sedangkan variabel terikat adalah hasil
belajar siswa yang mencakup penguasaan konsep.
Jenis desain kuasi eksperimen (Quasi Experimental Design) yang peneliti
gunakan dalam kajian ini, adalah desain Nonequivalent (Pre test and post test)
Control-Group Design. Creswell (1994: 132) mengemukakan, Nonequivalent
(Pre test and Post test) Control Group Design adalah “In this design, a popular approach to quasi-exsperiments, the experimental group A and the control B are
selected without random assignment. Both group take a pretest and posttest, and
only the experimental group received the treatment”. Desain penelitian dapat dijelaskan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain Eksperimen
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O3
Kontrol O2 O4
Sumber: Sukmadinata (2006: 207).
Keterangan :
O1 = Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelas eksperimen
O2 = Tes awal pada kelas kontrol
O3 = Tes akhir setelah perlakuan pada kelas eksperimen
O4 = Tes akhir setelah pembelajaran pada kelas kontrol
44
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pengelompokan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan berdasarkan
kelas yang telah ada. Ciri utama dari eksperimental adalah adanya pengontrolan
variabel dan pemberian perlakuan terhadap kelompok eksperimen. Peneliti
menggunakan nilai raport semester ganjil yang mewakili kemampuan kognitif
peserta didik sebagai dasar kesamaaan karakteristik atau yang disamakan.
B. Populasi
Populasi dalam suatu penelitian adalah seluruh keseluruhan objek yang
dijadikan sumber penelitian. Menurut Furqon (2004:146) “populasi dapat
didefinisikan sebagai sekumpulan objek, orang atau keadaan yang paling tidak
memiliki satu karakteristik umum yang sama”. Senada dengan pendapat tersebut,
menurut Arikunto (1998 : 115) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.
Berdasarkan keterangan tersebut, maka yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah kelas VII di SMP Negeri 4 Padalarang semester genap tahun
pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 6 kelas.
Tabel. 3.2 Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah Siswa
1 VII.A 39
2 VII.B 39
3 VII.C 40
4 VII.D 39
5 VII.E 39
6 VII.F 40
C. Sampel
Sampel digunakan dalam penelitian untuk mempermudah pengambilan data
dari populasi. Sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki
sifat yang sama dengan populasi (Sudjana, 2007:85). Sedangkan Arikunto
(2006:131) mengemukakan bahwa, “sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti.” Wakil populasi ini harus memiliki kesamaan (homogen) sehingga
45
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Cara penarikan sampel dalam penelitian ini adalah cara peluang atau
probability sampling yaitu memberikan peluang yang sama bagi semua populasi
untuk dijadikan sampel, dengan teknik penarikan sampel kelas atau cluster
random sampling, karena dalam cluster random sampling dilakukan dengan
menggunakan kelompok yang tersedia sebagai sampel sehingga peneliti tidak
mengambil sampel dari anggota populasi secara individu akan tetapi dalam bentuk
kelas yang tersedia dan pengacakannya hanya pada kelasnya saja yang bisa
digunakan yang mana saja tidak pada individu atau siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti memilih dua kelas yang akan
dijadikan sampel penelitian, dengan rincian pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.3 Penentuan Kelas Eksperimen
No Karakteristik Kelas VII
A B C D E F
1 Nilai tertinggi 87 80 80 80 80 80
2 Nilai terendah 70 70 70 70 70 70
3 Nilai rata-rata 73,18 73,23 73,71 73,27 74,28 73,68
4 KKM 68
Sumber: Nilai Raport Sem. 1 TP. 2012/2013.
Sampel yang telah ditentukan harus memiliki sifat dan karakteristik yang
sama, seperti dalam hal kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan. Untuk
melihat kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan peneliti menggunakan
nilai IPS pada raport semester ganjil. Kedua kelas tersebut memiliki rata-rata nilai
IPS yaitu, kelas VII.C = 73,71 dan Kelas VII.F = 73,68. Kedua rata-rata nilai
tersebut tidak jauh berbeda sehingga kemampuan awal kedua kelas tersebut
dianggap sama.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah konsep yang mempunyai nilai untuk
mendefinisikan suatu kajian penelitian. Variabel penelitian ini adalah model
pembelajaran Kontekstual sebagai variabel bebas dan Hasil Belajar sebagai
46
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar. 3.1 Hubungan antar variabel
E. Instrumen Penelitian.
a. Tes
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam melaksanakan
kegiatan pengukuran yang didalamnya terdapat pertanyaan, pernyataan atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik. Tes yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes objektif pilihan ganda. Maksud
tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil
belajar siswa dalam pembelajaran Geografi (IPS), khususnya tentang kemampuan
dasar dan penguasaan terhadap materi pelajaran yang diberikan dengan
menggunakan pendekatan/model pembelajaran kontekstual dibandingkan dengan
model pembelajaran saat ini (konvensional).
1) Uji Validitas
Suatu instrumen penelitian dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat
mengukur apa yang hendak di ukur, derajat ketepatan mengukur merupakan
derajat ketinggian validitas instrumen (Hadi, 1993:138).
Sementara Haryanto (1994:41) menjelaskan bahwa masalah validitas adalah
mempersoalkan suatu alat ukur yang dipakai untuk mengukur suatu aspek yang
tindak lanjut (reflection)
47
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ingin diukur. Sebagaimana dijelaskan di atas, instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah butir-butir soal tes prestasi belajar pada mata pelajaran
Geografi (IPS), maka validitas yang digunakan adalah validitas isi dan validitas
butir soal. Validitas ini digunakan untuk menguji setiap butir-butir soal yang telah
dibuat.
Untuk menguji validitas butir maka skor-skor yang ada pada butir yang
dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X,
sedangkan skor total dipandang sebagai nilai Y. Senada dengan pendapat ini,
Arikunto (1998:74) menyatakan bahwa suatu instrumen dapat dinyatakan sahih
atau valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Suatu item atau soal mempunyai validitas tinggi apabila skor pada item
mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan
korelasi, sehingga untuk mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi.
Untuk menguji korelasi antara skor baris butir dengan skor total digunakan
Korelasi Product Moment dari Pearson yang dikutip Arikunto (199 : 162) dengan
rumus sebagai berikut :
Keterangan :
: Korelasi Product Moment N : Banyaknya siswa
X : Skor butir soal
Y : Skor total
XY : Jumlah (X) (Y)
Angka perhitungan rxy kemudian dikonsultasikan dengan tabel Korelasi Product
Moment pada taraf signifikansi 5%. Butir soal dikatakan valid jika rhitung > rtabel.
Penentuan tingkat validitas kemudian dikonsultasikan pada tabel product moment.
Adapun hasil perhitungan uji validitas instrumen dalam penelitian ini
48
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen
Item soal N rxy hitung rxy tabel Keterangan
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013.
Berdasarkan uji validitas butir soal pilihan ganda pada tabel di atas,
terdapat 9 butir soal pilihan ganda yang valid untuk digunakan dalam kegiatan
penelitian sedangkan 1 soal yang tidak valid diperbaiki.
2) Reliabilitas
Reliabilitas instrumen menunjuk pada keajegan instrumen dalam mengukur
apa yang hendak diukur (Arikunto, 1998 : 170). Reliabilitas menunjuk kepada
suatu pengertian bahwa instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk mengetahui
instrumen reliabel atau tidak, maka harus dapat diketahui koefisien reliabilitasnya.
Adapun dalam penelitian ini, uji reliabilitas dihitung secara manual
menggunakan rumus Cronbach’s Alpha sebagai berikut :
k = jumlah item dalam skala
49
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
v = rata-rata variansi skor item
Kriteria reliabilitas instrumen penelitian dapat dilihat berdasarkan tabel
berikut :
Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas
Batasan Kriteria reliabilitas
0.81 < R ≤ 1.00 Sangat tinggi
0.61 < R ≤ 0.80 Tinggi
0.41 < R ≤ 0.60 Cukup
0.21 < R ≤ 0.40 Rendah
0.00 < R ≤ 0.20 Sangat rendah
Adapun hasil uji coba reliabilitas instrument soal pilihan ganda (PG) dan
soal uraian dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.848 10
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Hasil analisis reliabilitas dari uji instrumen tes untuk soal pilihan ganda
menunjukkan bahwa Statistic Cronbach’s Alpha sebesar 0, 848 dengan jumlah
item soal sebanyak 10 item dengan kriteria sangat tinggi. Berdasarkan hal tersebut
dapat dikatakan bahwa alat tes reliabel untuk digunakan dalam penelitian.
3) Uji Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang
berkemampuan rendah atau yang sudah menguasai materi dengan yang
kurang/belum menguasai materi. Daya pembeda butir soal/item dapat diketahui
dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi butir soal/item. Angka
indeks diskriminasi butir soal/item adalah angka/bilangan yang menunjukan besar
kecilnya daya pembeda (discriminatory power) yang dimiliki butir soal/item yang
50
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
digunakan untuk mengetahui daya pembeda butir soal/item adalah sebagai
berikut.
Arikunto (2003: 213)
Keterangan :
D = Daya pembeda
JA = Banyak peserta kelompok atas
JB = Banyak peserta kelompok bawah
BA = Banyak peserta kelompok atas menjawab benar
BB = Banyak peserta kelompok bawah menjawab salah
PA = BA/JA = Proporsi peserta kelompok atas menjawab benar
PB = BB/JB = Proporsi peserta kelompok bawah menjawab benar
Kategori interpretasikan indeks diskriminan dijelaskan pada Tabel berikut :
Tabel 3.7 Kriteria Indeks Daya Pembeda
Daya Pembeda (D) Interpretasi
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0, 71 – 1,00 Baik sekali Sumber: Arikunto, 2003: 218.
Adapun hasil pengolahan data dalam penelitian ini indeks daya pembeda
butir soalnya seperti tertera dalam tabel berikut :
Tabel 3.8 Validasi Daya Pembeda
No Indeks Pembeda Kualitas Daya
Pembeda
51
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4) Uji Indeks Kesukaran.
Soal/item yang baik adalah butir soal/item yang tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sukar. Hal ini karena bila soal/item terlalu mudah tidak akan
merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya.
Sebaliknya juga bila butir soal/item terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik
tidak bersemangat menjawab karena di luar jangkauan kemampuanya. Tingkat
kesukaran soal adalah peluang menjawab benar atau salah pada tingkat
kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks, yaitu indeks
kesukaran. Tingkat kesukaran butir soal/item dinyatakan dalam proporsi
perbandingan antara yang menjawab benar dengan yang menjawab salah
seluruh soal/item. Tingkat kesukaran dinyatakan dalam index kesukaran yang
dilambangkan dengan huruf (P) singkatan proporsi atau (I) singkatan indeks.
Rumus yang digunakan pada menguji indeks kesukaran butir soal/item adalah
sebagai berikut (Sudjana, 1989: 137).
Sudjana (1989: 137)
Keterangan : I = Index kesukaran
B = Banyak peserta didik yang menjawab betul
N = jumlah peserta didik peserta tes
Kategori interpretasi tentang indeks kesukaran butir soal/item dapat dijelaskan
pada Tabel berikut :
Tabel 3.9 Kriteria Indeks Kesukaran
Index Kesukaran (I) Interpretasi
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Sumber: Sudjana, 1989: 137.
Adapun hasil pengolahan data dalam penelitian ini indeks kesukaran butir
52
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.10 Validitas Indeks Kesukaran
No Indeks
Kesukaran
Kualitas Kesukaran Nomor Butir
Soal
Sumber : Hasil pengolahan data, 2013
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kerja siswa (LKS) adalah panduan peserta didik yang digunakan
untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kerja
siswa (LKS) yang digunakan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan tahapan pada model pembelajaran
kontekstual.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes pemahaman konsep
melalui tes tertulis (pretest dan posttest). Data hasil penelitian diolah dan
dianalisis dengan software Microsoft Excel 2007 dan software SPSS Versi 17.0 for
Windows untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Data yang diperoleh
berupa hasil jawaban peserta didik terhadap tes. Pengolahan dan analisis data
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengolahan data tes dilakukan dengan memberi skor mentah terhadap setiap
jawaban peserta didik berdasarkan kriteria yang telah dibuat.
b. Membuat tabel skor pretes dan postes siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
c. Penskoran jawaban peserta didik terhadap tes objektif dengan rumus sebagai
berikut.
53
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Keterangan : Sk = Skor jawaban yang diperoleh
B = Jawaban benar
S = Jawaban alah
O = option
Setelah mendapatkan skor, kemudian skor tersebut diubah kedalam skor standar
dengan skala 1-100. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Arikunto (2003: 236)
Keterangan : N = Skor standar
R (Sk) = Skor yang diperoleh peserta didik
Smax = Skor maksimum
100 = Konstanta
d. Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pretes dan
postes menggunakan uji statistik Kolmogorof Smirnov.
e. Melakukan uji homogenitas varians skor pre test dan post test menggunakan
uji Levene.
f. Setelah data memenuhi syarat normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji
perbedaan rata-rata skor pre test dan post test menggunakan uji t.
G. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dibalakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan penelitian meliputi penyusunan proposal, seminar
proposal, studi pendahuluan, penyusunan instrumen penelitian, pengujian
instrumen dan perbaikan instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian meliputi tahap implementasi instrumen,
implementasi pembelajaran dan tahap pengumpulan data.
3. Tahap Penulisan Laporan
Tahap penulisan laporan meliputi tahap pengolahan data, analisis data dan
77
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, dapat
ditarik kesimpulan secara umum bahwa penggunaan CTL pada materi Kondisi
Geografis Indonesia kelas VII, berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini
dibuktikan dengan adanya perbedaan nilai tes awal dengan nilai tes akhir peserta
didik yang signifikan antara peserta didik yang menggunakan pembelajaran CTL
dengan peserta didik yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Hasil analisis uji perbedaan skor nilai tes awal dan nilai tes akhir hasil
belajar pada kelas eksperimen diperoleh nilai probabilitas -11.099 < nilai α 0,05,
sehingga Ha1 diterima artinya terdapat perbedaan tes awal dan nilai tes akhir
dalam hasil belajar pada kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran kontekstual.
Hasil analisis uji perbedaan pada kelas kontrol diperoleh nilai probabilitas
-6,773 < nilai α 0,05, sehingga Ha2 diterima, artinya terdapat perbedaan antara
nilai tes awal dan nilai tes akhir dalam hasil belajar pada kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar pada kelas kontrol menunjukan adanya
perbedaan dari nilai tes awal dan nilai tes akhir, tetapi perbedaannya tidak sebesar
pada kelas eksperimen.
Berdasarkan hasil pengujian uji beda nilai tes akhir dan N-gain antara
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen menunjukkan bahwa nilai probabilitas nilai
tes akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol adalah 0.000, dan nilai probabilitas
N-gain Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol adalah 0,003. Keduanya berada
pada nilai kurang dari nilai α 0,05 sehingga Ha3 diterima artinya terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar pada kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan hasil belajar pada kelas
78
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Rekomendasi
Berdasarkan pada kesimpulan dan temuan-temuan hasil penelitian, peneliti
dapat menyampaikan rekomendasi.
1. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan Contextual Teaching and Learning
(CTL) berpengaruh terhadap hasil belajar dengan demikian model ini
disarankan kepada guru untuk digunakan dalam setiap kegiatan belajar
mengajar. Namun demikian penggunaan CTL ini harus disesuaikan dengan
karakter materi dan karakter peserta didik. Untuk itu maka guru disarankan
mempelajari lebih mendalam agar memahami model CTL dan memiliki
keterampilan untuk menyusun rencana pembelajaran dan menerapkannya
dalam setiap proses belajar mengajar.
2. Sebelum melaksanakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL),
hendaknya guru terlebih dahulu membuat perencanaan pembelajaran yang
tertuang dalam Rencana Program Pembelajaran (RPP). Dalam RPP perlu
dideskripsikan secara jelas langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru
dan peserta didik, agar proses pembelajaran berjalan sesuai rencana dan sesuai
dengan alokasi waktu yang tersedia sehingga seluruh aspek dalam CTL dapat
dilaksanakan.
3. Pembelajaran sebaiknya dilaksanakan secara kelompok, diskusi kelompok
dapat dilaksanakan dimana saja, baik di ruang kelas, perpustakaan, atau di
rumah yang dilakukan secara bergiliran. Hal ini untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar lebih mendalam tentang pokok
bahasan yang dikaji, dan memberi kesempatan untuk mencari sumber belajar
sehingga mereka lebih kreatif lagi dalam mengemukakan gagasan dan dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
4. Dalam melaksanakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL),
guru hendaknya memanfaatkan media belajar yang ada di sekolah atau di
lingkungan sekitar guna menunjang kelancaran proses pembelajaran. Media
belajar merupakan sarana pendukung dalam proses pembelajaran, dan kepada
peserta didik diharapkan mampu menggunakan media yang ada untuk
79
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sarana belajar. Jika sekolah tidak memiliki media belajar yang memadai,
hendaknya guru mencari alternatif lain sebagai media belajar terutama
lingkungan sekitar tempat tinggal peserta didik dan lingkungan sekolah.
5. Bila terdapat kemajuan peserta didik dalam peraihan satu atau beberapa
keterampilan dalam proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar,
hendaknya guru tidak segan-segan untuk memberikan reward atau pujian dan
sejenisnya, sehingga peserta didik merasa terpacu. Sebaliknya bila ada peserta
didik yang dianggap mengganggu dalam proses pembelajaran, maka guru
harus dapat memberikan punishment yang setimpal dan mendidik.
6. Bagi peneliti hendaknya dalam melakukan penelitian mengenai model
pembelajaran melihat terlebih dahulu karakteristik dari peserta didik dan
lembaga pendidikan yang akan diteliti, serta pokok bahasan atau bidang studi
apa yang akan diteliti. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian yang
80
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (1990). Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bakri, D. S. (1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional
Bellanca, J. (2011). 200+ Strategi dan Proyek Pembelajaran Aktif untuk Melibatkan Kecerdasan Siswa. Jakarta: Indeks.
Budimansyah, D, dkk. (2009). PAKEM, Pembelajaran Aktif Kreatig, Efektif dan Menyenangkan. Bandung: Genesindo.
Corebima, D, et al. (2002). Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.
Creswell, J.W. (1994). Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daldjoeni, N. (1992) Pengantar Geografi. Bandung: Alumni.
Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Belajar dan Mengajar Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Ditjen Dikdasmen Depdiknas. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono.(1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
English, E. W. (2005). Mengajar dengan Empati. Bandung: Nuansa.
Hadi, S. (1988). Metodologi Research Jilid 4. Yogyakarta: Andi Offset.
Hasibuan Dan Mudjiono. (2009). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda.
81
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
Kuswanto. (2005). Pendekatan Pembelajaran Modern : Contextual Teaching Learning. Surakarta : The Surakarta Post
Lie, A. (2002). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Mahfudin, A. (2009). Profesionalisme Jabatan Guru Di Era Globalisasi. Bandung: Rizqi Press.
Malik, O. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosda.
Maryani, E (2007) ”Pendidikan Geografi” dalam Mohammad Ali (ed) (2007) Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press
Mujiyanto, P. 2005. Pendekatan Kontekstual, Modul Pembelajaran. Batang : BKD
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada.
Munif, A. (2003). Tinjauan tentang Pembaharuan Kurikulum. Semarang: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah.
Mutakin, A. (2008). Metode Penilitian Geografi. Bandung: FPIPS – UPI.
Nugroho. ( 2003). Reposisi Peran Guru dalam Praksis Pembelajaran Modern. Semarang : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah.
Ningrum, E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.
Nurhadi. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.
Nurhadi dan Agus G S. (2003). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Nursisto. (2001). Spektrum Pengalaman Lapangan dalam Dunia Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.
82
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Komunikasi dalam Bidang Studi IPS pada Siswa Kelas V SDN UPI). Tesis. Tidak diterbitkan.
Poedjiadi, A. (2005). Sain Teknologi Masyarakat, Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rasyid, H dan Mansur. (2012). Penilaian Hasil Belajar. Bandung. CV. Wacana Prima
Romli, O (2010). Penerapan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika: Studi Eksperimen pada Siswa MA Negeri Pandeglang Kabupaten Pandeglang. Tesis. Tidak diterbitkan.
Rusman, (2008) , Manajemen Kurikulum Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Bandung : UPI Press.
Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Santoso, S. (2005). Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12. Jakarta: PT. Gramedia.
Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Sardiman AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana, N. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudjana, N. (1992). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sudjana, N. dan Ibrahim. (2012). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sugiyono (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Suharyono, dan Moch. Amien (1994). Pengantar Filsafat Geografi. Jakarta: Depdikbud
Sukmadinata, N. S. (2013). Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktek). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
83
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sumaatmadja, N. (1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumarwan, FX. 2004. Contextual Teaching and Learning. Semarang : LPMP Jawa Tengah. Sutrisno Hadi. 1993. Metode Statistik I. Yogyakarta: Psikologi UGM.
Sumi’at. (2008). Upaya Pencapaian Kompetensi Dasar Membuat Dokumen Pengolah Angka dengan Variasi Teks, Tabel, Grafik, Gambar dan Diagram Melalui Model Penilaian Berbasis Portofolio (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI.IPS.1 SMA Negeri 1 Gebog Kabupaten Kudus). Tesis. Tidak diterbitkan.
Sunaryo. (1989). Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang. Penerbit IKIP Malang.
Suparman, M. A. (2001). Desain Instruksional. Jakarta: Pekerti
Surahmad, W. (1979). Metodologi Pengajaran Nasional. Jakarta: Jemmars
Surya, M. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti Winaya
Suwandi, S. (2004). Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam mengimplementasikan KBK. Jurnal Retorika Vol.2 No. 2 UNS Surakarta.
Syaefudin, U. S. (2009). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Qanon Publising.
Wibawa dan Mukti. (1992). Media Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Widiastuti. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa (Studi pada Mata Pelajaran IPS SMP Negeri di Kota Serang). Tesis. Tidak diterbitkan.
Winkel, WS. 1991. Psikologi Pengajaran. Edisi Revisi. Jakarta: Grasindo
Internet :
84
Hilman Latief,2014
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Nurdin. (2009). Imflementasi Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam Peningkatan Hasil Belajar. Dalam Jurnal Administrasi Pendidikan Vol. IX No. 1 April 2009. [online] tersedia: file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR...NURDIN/KARYA_ILMIAH_7.pdf
Sovia. (2009). Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran IPS. [online] tersedia: http://soviasay.wordpress.com/2009/08/30/ penerapan-pendekatan-kontekstual-dalam-pembelajaran-ips/