• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

i

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

TERHADAP HASIL BELAJAR

(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Geografi Kelas VII di SMPN 4

Padalarang)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Geografi

Oleh :

HILMAN LATIEF

1007309

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ii

Pengaruh Pembelajaran Kontekstual

Terhadap Hasil Belajar

(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran

Geografi Kelas VII di SMPN 4 Padalarang)

Oleh Hilman Latief S.Pd IKIP Bandung, 1997

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Geografi

© Hilman Latief 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I,

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT. NIP. 19640603 198903 1 001

Pembimbing II,

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd. NIP. 19620304 198704 2 001

Mengetahui :

Ketua Program Studi Pendidikan Geografi,

(4)

iv Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

TERHADAP HASIL BELAJAR

(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Geografi Kelas VII di SMPN 4 Padalarang) Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd.

ABSTRAK

Penelitian ini didasarkan atas permasalahan tidak adanya kesempatan siswa untuk membangun dan mengembangkan pengetahuannya karena penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang inovatif menjadikan siswa kurang faham dan rata-rata hasil belajarnya rendah. Teknik Penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control-group design, pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dan lembar kerja siswa. Sedangkan pengolahan dan analisis data dengan Ms. Excel dan SPSS V.17.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar peserta didik, karena peserta didik dilatih untuk mencari permasalahan, mengumpulkan fakta dan data, memecahkan masalah tersebut kemudian mengembangkan dan menganalisis masalah untuk dicarikan solusinya. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan nilai pretest dan posttest yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan N-gain tiap kelas penelitian, sebanyak 12,5% peserta didik termasuk kategori tinggi, 72,5% kategori sedang dan 15% kategori rendah. Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan terjadi pengaruh hasil belajar yang lebih besar pada kelas eksperimen daripada kelas kontrol.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar yang ditunjukkan dengan adanya perubahan nilai hasil belajar yang lebih baik dari nilai hasil belajar sebelumnya. Sehingga pembelajaran kontekstual dapat dijadikan alternatif metode yang dipilih dalam pembelajaran. Karena pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang efektif dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar.

(5)

v Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

INFLUENCE OF CONTEXTUAL LEARNING

AGAINST LEARNING OUTCOMES

(Experimental Study in Subjects Geography Class VII at SMP 4 Padalarang)

By : Hilman Latief NIM. 1007309

Supervisor :

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT. Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd.

ABSTRACT

This study is based on the absence of problems students the opportunity to build and develop knowledge for the use of innovative learning approach makes students less and less ideology average low learning outcomes. Engineering studies using quasi-experimental design with nonequivalent control-group design, data collection was done by using the test and student worksheets. While processing and data analysis with MS. Excel and SPSS V.17.

The results showed that contextual learning can provide a considerable influence on the learning outcomes of students, because the students are trained to look for problems, collect facts and data, solving the problem and then develop and analyze a problem to find a solution. This is evidenced by the differences in pretest and posttest values were significant between the experimental class with the control class. Based on the calculation of the N-gain of each class research, as many as 12.5% of students were high, 72.5% medium category and 15% lower category. From these calculations it can be concluded occur influence learning outcomes were greater in the experimental class than the control class.

The conclusion of this study that there is a significant effect of contextual learning on learning outcomes as indicated by the change in the value of better learning outcomes than the value of the results of the previous study. So that contextual learning can be used as an alternative learning method chosen. Because of contextual learning is an effective learning and can increase the activity of students in the learning process.

(6)

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

x

A. Pendekatan Pembelajaran... 13

(7)

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

xi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Rekomendasi ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(8)

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

xii

DAFTAR TABEL

Tabel. Hal

2.1. Perbandingan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dengan

Pendekatan Konvensional ... 34

3.1. Desain Eksperimen ... 43

3.2. Populasi Penelitian ... 44

3.3. Penentuan Kelas Eksperimen ... 45

3.4. Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen ... 48

3.5. Kriteria Reliabilitas ... 49

3.6. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen ... 49

3.7. Kriteria Indeks Daya Pembeda ... 50

3.8. Validasi Daya Pembeda ... 50

3.9. Kriteria Indeks Kesukaran ... 51

3.10. Validitas Indeks Kesukaran ... 52

4.1. Rekapitulasi Jumlah Peserta Didik SMP Negeri 4 Padalarang Tahun Ajaran 2012/2013 ... 56

4.2. Hasil Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Kelas Eksperimen ... 59

4.3. Hasil Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Kelas Kontrol ... 61

4.4. Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 63 4.5. Uji Gain Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 65

4.6. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest dan Posttest Pada Kelas Eksperimen ... 67

4.7. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest dan Posttest Pada Kelas Kontrol 68

(9)

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

xiii

4.9. Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest dan N-gain Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69

4.10. Perbandingan Pretest dan Posttest Paired Sample Test ... 70

4.11. Uji Beda Pretest dan Posttest Paired Sample Test ... 71

4.12. Hasil Uji Beda Nilai Posttest dan N-gain Antara Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen ... 72

4.13 Desain Pembelajaran CTL Pada Materi Kondisi Geografis

(10)

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1. Komponen Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ... 22

3.1. Hubungan Antar Variabel ... 46

4.1. Grafik Perbadaan Nilai Pretes dan Postes pada Kelas Eksperimen 60

4.2. Grafik Perbadaan Nilai Pretes dan Postes pada Kelas Kontrol 62

4.3. Grafik Perbedaan Nilai Rata-rata Hasil Belajar Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 64

(11)

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ... 86

2. BAHAN AJAR ... 91

3. LKS (LEMBAR KERJA SISWA) ... 99

4. KISI-KISI INSTRUMEN ... 101

5. KISI-KISI SOAL GEOGRAFI (IPS) SEMESTER GENAP ... 102

6. KARTU SOAL GEOGRAFI (IPS) SEMESTER GENAP ... 104

7. SOAL PRETEST GEOGRAFI (IPS) ... 107

8. SOAL POSTTEST GEOGRAFI (IPS) ... 108

9. ANALISIS HASIL PRETEST KELAS KONTROL ... 109

10. ANALISIS HASIL PRETEST KELAS EKSPERIMEN ... 110

11. ANALISIS HASIL POSTTEST KELAS KONTROL ... 111

12. ANALISIS HASIL POSTTEST KELAS EKSPERIMEN ... 112

(12)

1

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB. I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan

terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik

dan sesuai dengan yang diharapkan. Pendidikan akan merangsang kreativitas

seseorang agar sanggup menghadapi tantangan-tantangan alam, masyarakat,

teknologi serta kehidupan yang makin kompleks.

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh pemerintah dan

bangsa Indonesia saat ini adalah masih rendahnya mutu pendidikan, khususnya

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berbagai upaya telah dilakukan

oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, melalui

penyempurnaan sistem pendidikan, diantaranya lahirnya Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, telah memberikan landasan kokoh

dan mempertegas produk undang-undang sebelumnya (nomor 2 tahun 1989),

terutama dalam usaha pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan, berbagai

pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum,

penyediaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan

lainnya, penataan strategi pengelolaan pendidikan, pendekatan dan strategi

(metode dan teknis) pembelajaran yang efektif, efisien, menyenangkan dan

bermakna, yaitu pembelajaran yang lebih menekankan pada belajar mengetahui

(learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama

(learning to life together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be),

dengan mengimflikasikan konsep pembelajaran CBSA, pendidikan kecakapan

hidup (life skill), keterampilan proses, pembelajaran kooperatif, pembelajaran

kontekstual, dan lain sebagainya. Namun demikian, sampai saat ini berbagai

indikator peningkatan mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang

memadai dan merata diantaranya ; (1) keluaran/lulusan sekolah yang relevan

(13)

2

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

komponen pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan masih lebih banyak

memandang segi kuantitas (output).

Dalam Proses pembelajaran Geografi (IPS), seorang guru memiliki peran

penting dalam menyampaikan informasi, melatih keterampilan dan membimbing

belajar siswa sehingga para guru dituntut memiliki kualifikasi dan kompetensi

tertentu, agar proses belajar dan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan

efisien. Adanya minat yang tinggi, serta metode pembelajaran yang tepat akan

menjadikan siswa mudah dalam menerima dan mengolah informasi yang

disampaikan.

Kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah kesanggupan atau

kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara

guru dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif, dan psikomotor,

sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap

evaluasi dan tindak lanjut hingga tercapai tujuan pengajaran.

Uraian di atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran Geografi (IPS)

mempunyai peran yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya

manusia yang unggul, handal, dan bermoral semenjak dini. Hal yang menjadi

hambatan selama ini dalam pembelajaran Geografi adalah disebabkan kurang

dikemasnya pembelajaran Geografi dengan model yang menarik dan

menyenangkan. Guru seringkali menyampaikan materi Geografi dengan cara

konvensional, sehingga pembelajaran Geografi cenderung membosankan dan

kurang menarik minat siswa, yang pada gilirannya prestasi belajar siswa kurang

memuaskan.

Berdasarkan pengamatan peneliti dalam proses pembelajaran, ada tiga

indikator yang menunjukkan hal ini. Pertama, siswa kurang memiliki keberanian

untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain. Kedua, kurang adanya

keinginan untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Ketiga, kurangnya semangat

belajar siswa dalam mempelajari Geografi. Maka pada setiap pembelajaran

berlangsung siswa kurang merespon materi yang disampaikan oleh guru, pasif,

bersikap masa bodoh, cerita dengan teman sebangku, tidak mempunyai catatan,

(14)

3

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mendominasi aktivitas serta kegiatan pembelajaran bermuara pada ceramah.

Akhirnya, hasil belajar yang dicapai sangat tidak memuaskan.

Hakekat pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam pasal 1 Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakatnya bangsa dan negaranya.

Dengan demikian para guru diharapkan senantiasa dapat meningkatkan

peranannya dalam menempatkan pembelajaran yang berkualitas untuk

mengantarkan para siswa meraih prestasi belajar yang maksimal. Dengan prestasi

yang maksimal itu diharapkan para siswa dapat mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat.

Melalui pengenalan metode dalam pembelajaran oleh Departemen

Pendidikan Nasional, seperti metode pembelajaran kontekstual atau contextual

teaching and learning diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di

kelas yang muara akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dalam hal pembelajaran di sekolah, fakta menunjukkan bahwa pelaksanaan

pembelajaran telah mengalami perubahan yang cukup pesat. Hal ini tampak dari

perubahan orientasi pembelajaran yang dahulu bersifat sangat konservatif telah

bergeser kepada upaya meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Hal

ini sebagaimana dikemukakan oleh Nugroho (2003: 1) bahwa telah terjadi

pergeseran dalam praksis pembelajaran dan yang bersifat konservatif yaitu

ditandai dengan dominannya peran aktif siswa dalam pembelajaran atau student

centered.

Relasi peran guru dan siswa dalam pembelajaran memang telah jauh

berubah, dari yang semula murid hanya diposisikan sebagai objek, kini tidaklah

lagi demikian. Sejalan dengan hal tersebut telah banyak diperkenalkan berbagai

metode baru dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu metode pembelajaran

yang memposisikan peran aktif siswa dalam pembelajaran ini adalah metode

(15)

4

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran yang menekankan pada kegiatan siswa untuk menemukan,

mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri melalui proses asimilasi dan

akomodasi ini diharapkan dapat memacu meningkatkan kualitas pembelajaran di

sekolah, sehingga sekaligus dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Melalui penerapan metode kontekstual dan reposisi peran guru dan siswa

dalam pembelajaran, maka kegiatan pembelajaran itu akan menjadi efektif

sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu

meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi siswa. Munif (2003: 4)

mengatakan bahwa sekolah dikatakan efektif bilamana proses pembelajaran dapat

mencapai tujuan yang ditetapkan dengan baik yang berimplikasi pada upaya guru

dalam mengembangkan sistem pembelajaran secara profesional berdasarkan

kurikulum yang ditetapkan.

Senada dengan pendapat di atas, Nursisto (2001: 48) mengatakan bahwa

pembelajaran yang efektif antara lain ditandai dengan a) siswa sebagai subjek

didik, b) metode mengajar yang beragam, c) menghindari verbalisme, dan d)

variasi pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran di kelas menuntut

optimalisasi peran siswa dalam proses belajar mengajar agar dapat mencapai

tujuan atau kompetensi sebagaimana yang diharapkan atau ditetapkan dalam

kurikulum. Hal ini didasarkan teori bahwa semakin optimal keterlibatan dan peran

siswa dalam pembelajaran akan semakin optimal pula prestasi yang akan dicapai

oleh siswa. Untuk itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang

mengoptimalkan peran siswa dalam pembelajaran. Metode yang tepat tentunya

sudah tidak menggunakan metode konvensional atau tradisional lagi tetapi

menerapkan metode yang baru. Salah satunya adalah metode kontekstual

(contextual teaching and learning).

Menurut Mulyasa (2005:103) pembelajaran kontekstual adalah pengajaran

yang memungkinkan peserta didik menguatkan, memperluas, dan menerapkan

pengetahuan dan keterampilan akademik mereka. “Pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik memahami hakekat, makna dan manfaat belajar,

sehingga memungkinkan mereka rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar,

(16)

5

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasil yang diharapkan melalui pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL), menurut Poedjiadi (2005: 98) adalah “untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran

yang dipelajarinya dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan

konteks kehidupan mereka sehari-hari”.

Maryani (2007:920) menyatakan Geografi merupakan ilmu yang bersifat

antroposentris, melihat manusia secara dua sisi yaitu imanen dan transenden.

Secara imanen manusia merupakan bagian yang terintegrasi dengan unsur alam

lainnya, dengan tumbuhan dan hewan. Manusia mempunyai peran yang sama

dalam memanfaatkan lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Secara

transenden, manusia mempunyai tanggungjawab yang lebih dibandingkan dengan

makhluk hidup lainnya, karena manusia dibekali dengan akal.

Salah satu standar kompetensi mata pelajaran Geografi (IPS) kelas VII

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi di

tingkat SMP/MTs adalah memahami usaha manusia untuk mengenali

perkembangan lingkungan, dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai yaitu

mendeskripsikan kondisi geografis dan penduduk.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut berperan sebagai tujuan

yang harus dicapai oleh siswa kelas VII SMP/MTs. Dalam proses belajar

mengajar, upaya mencapai tujuan tersebut melibatkan komponen-komponen

pembelajaran, yaitu isi/materi, metode, media dan evaluasi. Masing-masing

komponen tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Pendekatan dan Model Pembelajaran sebagai salah satu komponen

pembelajaran memiliki peranan dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan

pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Geografi (IPS). Penggunaan

pendekatan kontekstual diharapkan dapat membantu dalam proses pencapaian

kompetensi siswa yang bersifat pemahaman terhadap lingkungan kehidupan

manusia. Dalam pendekatan pembelajaran kontekstual tidak hanya mencakup

(17)

6

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

afektif dan psikomotor dan membuat pembelajaran lebih bermakna dengan

menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama bertugas di SMP Negeri 4

Padalarang masih banyak guru yang menggunakan pendekatan pembelajaran

konvensional, penyampaian materi hanya dengan ceramah dan partisipasi siswa

dalam pembelajaran sangat kurang sehingga siswa cenderung pasif, begitu juga

dalam pembelajaran Geografi (IPS) guru hanya menggunakan pendekatan

pembelajaran konvensional dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran

sehingga materi yang disampaikan kurang bisa dipahami oleh siswa. Tidak adanya

kesempatan siswa untuk membangun dan mengembangkan pengetahuannya

karena penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang inovatif menjadikan

siswa kurang paham terhadap hasil belajar yang harus mereka capai.

Seringnya menggunakan metode ceramah berarti hasil belajar kognitif lebih

dominan jika dibandingkan dengan ranah afektif dan psikomotor. Padahal kedua

ranah tersebut juga memiliki nilai yang sangat berarti bagi kehidupan siswa.

Karena itu diharapkan dari suatu kegiatan belajar mengajar mendapatkan hasil

belajar yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Beberapa penelitian yang relevan tentang keefektifan penggunaan

pembelajaran kontekstual dengan mengacu kepada hasil-hasil yang telah teruji

secara empirik diantaranya, Permasih (2005) dalam tesisnya : Pembelajaran

Kontekstual di Sekolah Dasar (Studi Kaji Tindak Penerapan Pembelajaran

Kontekstual Topik Pengangkutan dan Komunikasi dalam Bidang Studi IPS pada

Siswa Kelas V SDN UPI), mengatakan bahwa terdapat pengaruh penggunaan

model pembelajaran kontekstual terhadap kualitas pembelajaran IPS. Widiastusi

(2010) dalam tesisnya : Pengembangan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk

Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa (Studi pada mata pelajaran IPS SMP

Negeri di Kota Serang), menyimpulkan bahwa model pembelajaran kontekstual

yang dikembangkan mampu meningkatkan keterampilan sosial siswa. Oom Romli

(2010) dalam tesisnya : Penerapan Pembelajaran Kontekstual Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika : Studi Eksperimen pada Siswa MA

(18)

7

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bahwa (1) peningkatan prestasi belajar siswa yang mendapat perlakuan

pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual lebih baik dari

peningkatan prestasi belajar siswa yang mendapatkan perlakuan pembelajaran

dengan pendekatan konvensional; (2) aktivitas siswa selama belajar melalui

pendekatan kontekstual berjalan dengan cukup baik, siswa terlihat aktif dan

memiliki semangat dalam mengerjakan dan menyelesaikan soal-soal, berdiskusi

antar sesama siswa, bertanya dengan guru, memperhatikan penjelasan guru, dan

penjelasan teman-teman, serta mencatat hal-hal yang relevan dengan

pembelajaran, dan (3) siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap

matematika, pembelajaran kontekstual, dan soal-soal kontekstual yang membuat

siswa merasa senang, tertarik, tertantang, terbantu dan dapat menumbuhkan rasa

kebersamaan antara teman-teman dalam kegiatan belajar kelompok.

Penelitian tentang pendekatan pembelajaran kontekstual sudah banyak

dilakukan seperti uraian di atas, dari beberapa penelitian pendekatan pembelajaran

kontekstual yang pernah dilakukan sebagian besar peneliti hanya membahas

implementasi pembelajaran kontekstual dari mulai perencanaan sampai tahap

pelaksanaan dan sedikit yang membahas tentang pengaruh pendekatan

pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar. Bertolak dari pembahasan

tersebut dan rekomendasi dari peneliti terdahulu tentang perlunya diadakan

penelitian pengaruh pendekatan pembelajaran kontekstual maka penulis tertarik

untuk meneliti lebih lanjut tentang pendekatan pembelajaran kontekstual.

Berdasarkan semua pernyataan di atas, maka diperlukan suatu kajian yang

cukup mendalam mengenai pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran

kontekstual terhadap hasil belajar. Pendekatan pembelajaran yang selama ini

digunakan guru di sekolah adalah pembelajaran konvensional. Dalam penelitian

ini, peneliti mencoba mengkaji “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual

terhadap Hasil Belajar (Studi Eksperimen pada mata pelajaran Geografi

(19)

8

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk lebih

memperjelas permasalahan yang akan diteliti sehingga terhindar dari kekaburan

dan ketidakefektifan kerja dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada kelas

eksperimen dengan pembelajaran kontekstual mata pelajaran Geografi (IPS)

siswa di SMP Negeri 4 Padalarang?

2. Apakah terdapat perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada kelas kontrol

dengan pembelajaran konvensional mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di

SMP Negeri 4 Padalarang?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi (IPS) antara pembelajaran

kontekstual dengan pembelajaran konvensional pada siswa di SMP Negeri 4

Padalarang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada kelas eksperimen

pembelajaran kontekstual mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di SMP Negeri

4 Padalarang.

2. Perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada kelas kontrol pembelajaran

konvensional mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di SMP Negeri 4

Padalarang.

3. Perbedaan hasil belajar Geografi (IPS) antara pembelajaran kontekstual

dengan pembelajaran konvensional pada siswa di SMPN 4 Padalarang.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran

terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan dan

(20)

9

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Setiap penelitian selalu memiliki

kegunaan dan manfaat baik manfaat secara teoritis maupun manfaat secara

praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Apabila ada pengaruh yang signifikan tentang penerapan metode

kontekstual terhadap hasil belajar Geografi (IPS) siswa SMPN 4 Padalarang,

maka hal ini dapat :

a. Sebagai masukan tentang keefektifan metode pembelajaran kontekstual dalam

pembelajaran Geografi (IPS) di SMPN 4 Padalarang.

b. Sebagai gambaran adanya metode pembelajaran yang dapat meningkatkan

keaktifan siswa dalam pembelajaran Geografi (IPS) di SMPN 4 Padalarang.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai pertimbangan dalam menentukan alternatif metode yang akan dipilih

dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran Geografi (IPS) di SMP Negeri

4 Padalarang.

b. Memberikan informasi akan pentingnya mengembangkan keaktifan belajar

siswa agar siswa dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi pada masa yang akan datang.

E. Definisi Operasional

1. Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama

pembelajaran efektif, yakni : pemodelan (modelling), bertanya (questioning),

masyarakat belajar (learning community), menemukan (inquiry), kontruktivisme

(contructivism), tindak lanjut (reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic

(21)

10

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menurut hasil penelitian Romli (2010), peningkatan prestasi belajar siswa

yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual

lebih baik daripada peningkatan prestasi belajar siswa yang mendapatkan

perlakuan pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Selain itu, siswa

menunjukkan sikap yang positif terhadap mata pelajaran, pembelajaran

kontekstual, dan soal-soal kontekstual yang membuat siswa merasa senang,

tertarik, tertantang, terbantu dan dapat menumbuhkan rasa kebersamaan antara

teman-teman dalam kegiatan belajar kelompok.

2. Pembelajaran Konvensional

Menurut Zamroni, dalam Nursisto (2001: xxv) pendekatan konvensional

adalah upaya peningkatan kualitas pendidikan yang bertumpu secara kaku pada

paradigma input-proses-output. Dalam hubungannya dengan proses belajar

mengajar, pendekatan pembelajaran sebagaimana yang sudah lazim digunakan

dalam kegiatan pembelajaran di kelas disebut pendekatan pembelajaran

konvensional.

Wibawa dan Mukti (1992:5) mengungkapkan Pendekatan konvensional

merupakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengkombinasikan

bermacam-macam metode pembelajaran. Dalam praktiknya metode ini berpusat

pada guru (teacher centered) atau guru lebih mendominasi dalam kegiatan

pembelajaran. Metode pembelajaran yang dilakukan berupa metode ceramah,

pemberian tugas, dan tanya jawab. Pendekatan konvensional merupakan

pendekatan pembelajaran yang banyak dilaksanakan di sekolah saat ini, yang

menggunakan urutan kegiatan pemberian uraian, contoh, dan latihan.

Dalam pembelajaran IPS Geografi di SMP pendekatan konvensional ini

masih banyak digunakan untuk pembelajaran di kelas. Dasar yang digunakan

untuk menentukan pilihan pendekatan konvensional ini dalam pembelajaran

adalah banyaknya jumlah siswa per kelas di sekolah dan terbatasnya waktu yang

tersedia untuk menyampaikan pengetahuan yang bersifat kognitif, sehingga untuk

menciptakan keterampilan atau kemampuan psikomotorik siswa dilakukan dengan

pemberian tugas yang dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas. Metode

(22)

11

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengetahuan yang bersifat kognitif dengan metode ceramah untuk memantapkan

penguasaan materi dalam pembentukan kemampuan psikomotoriknya.

3. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (1989: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar

yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan terdiri dari tiga aspek yaitu: (1)

Aspek kognitif yang mencakup keterampilan-keterampilan intelektual, informasi

dan pengetahuan: (2) Aspek afektif menekankan pada sikap, nilai, perasaan, dan

emosi; dan (3) Aspek Psikomotor berhubungan dengan keterampilan motorik,

manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf.

Hasil belajar bisa didapat dari berbagai bentuk penilaian/evaluasi. Menurut

Sumaatmaja (1997: 125) secara menyeluruh, bentuk evaluasi pada pengajaran

Geografi meliputi bentuk tes dan nontes. Bentuk tes meliputi tes objektif, tes esai

dan tes lisan. Sedangkan bentuk nontes berupa laporan tugas dan penampilan

(presentasi).

Data yang dikumpulkan dari hasil belajar adalah nilai yang diperoleh

peserta didik dari hasil pre-tes dan juga nilai yang diperoleh dari pos-tes, baik

pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol.

Berdasarkan pemaparan di atas, dalam penelitian ini hasil belajar diperoleh

dari nilai tes, nilai tugas kelompok dan nilai presentasi kelompok.

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian (Sugiyono, 2013: 96). Adapun menurut Surahmad, (1979: 58)

mengemukakan bahwa hipotesis adalah suatau jawaban duga yang dianggap

benar.

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana dikemukakan di atas, maka

dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Ada perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada eksperimen pembelajaran

(23)

12

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Tidak ada perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada eksperimen

pembelajaran konvensional mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di SMP

Negeri 4 Padalarang

3. Ada perbedaan hasil belajar Geografi (IPS) antara pembelajaran kontekstual

(24)

43

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB. III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen, dengan dua variabel

yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent

variable). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran geografi baik

dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), maupun dengan

menggunakan pendekatan konvensional. Sedangkan variabel terikat adalah hasil

belajar siswa yang mencakup penguasaan konsep.

Jenis desain kuasi eksperimen (Quasi Experimental Design) yang peneliti

gunakan dalam kajian ini, adalah desain Nonequivalent (Pre test and post test)

Control-Group Design. Creswell (1994: 132) mengemukakan, Nonequivalent

(Pre test and Post test) Control Group Design adalah “In this design, a popular approach to quasi-exsperiments, the experimental group A and the control B are

selected without random assignment. Both group take a pretest and posttest, and

only the experimental group received the treatment”. Desain penelitian dapat dijelaskan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Desain Eksperimen

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X O3

Kontrol O2 O4

Sumber: Sukmadinata (2006: 207).

Keterangan :

O1 = Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelas eksperimen

O2 = Tes awal pada kelas kontrol

O3 = Tes akhir setelah perlakuan pada kelas eksperimen

O4 = Tes akhir setelah pembelajaran pada kelas kontrol

(25)

44

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pengelompokan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan berdasarkan

kelas yang telah ada. Ciri utama dari eksperimental adalah adanya pengontrolan

variabel dan pemberian perlakuan terhadap kelompok eksperimen. Peneliti

menggunakan nilai raport semester ganjil yang mewakili kemampuan kognitif

peserta didik sebagai dasar kesamaaan karakteristik atau yang disamakan.

B. Populasi

Populasi dalam suatu penelitian adalah seluruh keseluruhan objek yang

dijadikan sumber penelitian. Menurut Furqon (2004:146) “populasi dapat

didefinisikan sebagai sekumpulan objek, orang atau keadaan yang paling tidak

memiliki satu karakteristik umum yang sama”. Senada dengan pendapat tersebut,

menurut Arikunto (1998 : 115) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.

Berdasarkan keterangan tersebut, maka yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah kelas VII di SMP Negeri 4 Padalarang semester genap tahun

pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 6 kelas.

Tabel. 3.2 Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa

1 VII.A 39

2 VII.B 39

3 VII.C 40

4 VII.D 39

5 VII.E 39

6 VII.F 40

C. Sampel

Sampel digunakan dalam penelitian untuk mempermudah pengambilan data

dari populasi. Sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki

sifat yang sama dengan populasi (Sudjana, 2007:85). Sedangkan Arikunto

(2006:131) mengemukakan bahwa, “sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti.” Wakil populasi ini harus memiliki kesamaan (homogen) sehingga

(26)

45

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Cara penarikan sampel dalam penelitian ini adalah cara peluang atau

probability sampling yaitu memberikan peluang yang sama bagi semua populasi

untuk dijadikan sampel, dengan teknik penarikan sampel kelas atau cluster

random sampling, karena dalam cluster random sampling dilakukan dengan

menggunakan kelompok yang tersedia sebagai sampel sehingga peneliti tidak

mengambil sampel dari anggota populasi secara individu akan tetapi dalam bentuk

kelas yang tersedia dan pengacakannya hanya pada kelasnya saja yang bisa

digunakan yang mana saja tidak pada individu atau siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti memilih dua kelas yang akan

dijadikan sampel penelitian, dengan rincian pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.3 Penentuan Kelas Eksperimen

No Karakteristik Kelas VII

A B C D E F

1 Nilai tertinggi 87 80 80 80 80 80

2 Nilai terendah 70 70 70 70 70 70

3 Nilai rata-rata 73,18 73,23 73,71 73,27 74,28 73,68

4 KKM 68

Sumber: Nilai Raport Sem. 1 TP. 2012/2013.

Sampel yang telah ditentukan harus memiliki sifat dan karakteristik yang

sama, seperti dalam hal kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan. Untuk

melihat kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan peneliti menggunakan

nilai IPS pada raport semester ganjil. Kedua kelas tersebut memiliki rata-rata nilai

IPS yaitu, kelas VII.C = 73,71 dan Kelas VII.F = 73,68. Kedua rata-rata nilai

tersebut tidak jauh berbeda sehingga kemampuan awal kedua kelas tersebut

dianggap sama.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah konsep yang mempunyai nilai untuk

mendefinisikan suatu kajian penelitian. Variabel penelitian ini adalah model

pembelajaran Kontekstual sebagai variabel bebas dan Hasil Belajar sebagai

(27)

46

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar. 3.1 Hubungan antar variabel

E. Instrumen Penelitian.

a. Tes

Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam melaksanakan

kegiatan pengukuran yang didalamnya terdapat pertanyaan, pernyataan atau

serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik. Tes yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes objektif pilihan ganda. Maksud

tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil

belajar siswa dalam pembelajaran Geografi (IPS), khususnya tentang kemampuan

dasar dan penguasaan terhadap materi pelajaran yang diberikan dengan

menggunakan pendekatan/model pembelajaran kontekstual dibandingkan dengan

model pembelajaran saat ini (konvensional).

1) Uji Validitas

Suatu instrumen penelitian dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat

mengukur apa yang hendak di ukur, derajat ketepatan mengukur merupakan

derajat ketinggian validitas instrumen (Hadi, 1993:138).

Sementara Haryanto (1994:41) menjelaskan bahwa masalah validitas adalah

mempersoalkan suatu alat ukur yang dipakai untuk mengukur suatu aspek yang

tindak lanjut (reflection)

(28)

47

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ingin diukur. Sebagaimana dijelaskan di atas, instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah butir-butir soal tes prestasi belajar pada mata pelajaran

Geografi (IPS), maka validitas yang digunakan adalah validitas isi dan validitas

butir soal. Validitas ini digunakan untuk menguji setiap butir-butir soal yang telah

dibuat.

Untuk menguji validitas butir maka skor-skor yang ada pada butir yang

dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X,

sedangkan skor total dipandang sebagai nilai Y. Senada dengan pendapat ini,

Arikunto (1998:74) menyatakan bahwa suatu instrumen dapat dinyatakan sahih

atau valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur.

Suatu item atau soal mempunyai validitas tinggi apabila skor pada item

mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan

korelasi, sehingga untuk mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi.

Untuk menguji korelasi antara skor baris butir dengan skor total digunakan

Korelasi Product Moment dari Pearson yang dikutip Arikunto (199 : 162) dengan

rumus sebagai berikut :

Keterangan :

: Korelasi Product Moment N : Banyaknya siswa

X : Skor butir soal

Y : Skor total

XY : Jumlah (X) (Y)

Angka perhitungan rxy kemudian dikonsultasikan dengan tabel Korelasi Product

Moment pada taraf signifikansi 5%. Butir soal dikatakan valid jika rhitung > rtabel.

Penentuan tingkat validitas kemudian dikonsultasikan pada tabel product moment.

Adapun hasil perhitungan uji validitas instrumen dalam penelitian ini

(29)

48

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen

Item soal N rxy hitung rxy tabel Keterangan

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013.

Berdasarkan uji validitas butir soal pilihan ganda pada tabel di atas,

terdapat 9 butir soal pilihan ganda yang valid untuk digunakan dalam kegiatan

penelitian sedangkan 1 soal yang tidak valid diperbaiki.

2) Reliabilitas

Reliabilitas instrumen menunjuk pada keajegan instrumen dalam mengukur

apa yang hendak diukur (Arikunto, 1998 : 170). Reliabilitas menunjuk kepada

suatu pengertian bahwa instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk mengetahui

instrumen reliabel atau tidak, maka harus dapat diketahui koefisien reliabilitasnya.

Adapun dalam penelitian ini, uji reliabilitas dihitung secara manual

menggunakan rumus Cronbach’s Alpha sebagai berikut :

k = jumlah item dalam skala

(30)

49

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

v = rata-rata variansi skor item

Kriteria reliabilitas instrumen penelitian dapat dilihat berdasarkan tabel

berikut :

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas

Batasan Kriteria reliabilitas

0.81 < R ≤ 1.00 Sangat tinggi

0.61 < R ≤ 0.80 Tinggi

0.41 < R ≤ 0.60 Cukup

0.21 < R ≤ 0.40 Rendah

0.00 < R ≤ 0.20 Sangat rendah

Adapun hasil uji coba reliabilitas instrument soal pilihan ganda (PG) dan

soal uraian dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.848 10

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013

Hasil analisis reliabilitas dari uji instrumen tes untuk soal pilihan ganda

menunjukkan bahwa Statistic Cronbach’s Alpha sebesar 0, 848 dengan jumlah

item soal sebanyak 10 item dengan kriteria sangat tinggi. Berdasarkan hal tersebut

dapat dikatakan bahwa alat tes reliabel untuk digunakan dalam penelitian.

3) Uji Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang

berkemampuan rendah atau yang sudah menguasai materi dengan yang

kurang/belum menguasai materi. Daya pembeda butir soal/item dapat diketahui

dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi butir soal/item. Angka

indeks diskriminasi butir soal/item adalah angka/bilangan yang menunjukan besar

kecilnya daya pembeda (discriminatory power) yang dimiliki butir soal/item yang

(31)

50

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

digunakan untuk mengetahui daya pembeda butir soal/item adalah sebagai

berikut.

Arikunto (2003: 213)

Keterangan :

D = Daya pembeda

JA = Banyak peserta kelompok atas

JB = Banyak peserta kelompok bawah

BA = Banyak peserta kelompok atas menjawab benar

BB = Banyak peserta kelompok bawah menjawab salah

PA = BA/JA = Proporsi peserta kelompok atas menjawab benar

PB = BB/JB = Proporsi peserta kelompok bawah menjawab benar

Kategori interpretasikan indeks diskriminan dijelaskan pada Tabel berikut :

Tabel 3.7 Kriteria Indeks Daya Pembeda

Daya Pembeda (D) Interpretasi

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0, 71 – 1,00 Baik sekali Sumber: Arikunto, 2003: 218.

Adapun hasil pengolahan data dalam penelitian ini indeks daya pembeda

butir soalnya seperti tertera dalam tabel berikut :

Tabel 3.8 Validasi Daya Pembeda

No Indeks Pembeda Kualitas Daya

Pembeda

(32)

51

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4) Uji Indeks Kesukaran.

Soal/item yang baik adalah butir soal/item yang tidak terlalu mudah dan

tidak terlalu sukar. Hal ini karena bila soal/item terlalu mudah tidak akan

merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya.

Sebaliknya juga bila butir soal/item terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik

tidak bersemangat menjawab karena di luar jangkauan kemampuanya. Tingkat

kesukaran soal adalah peluang menjawab benar atau salah pada tingkat

kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks, yaitu indeks

kesukaran. Tingkat kesukaran butir soal/item dinyatakan dalam proporsi

perbandingan antara yang menjawab benar dengan yang menjawab salah

seluruh soal/item. Tingkat kesukaran dinyatakan dalam index kesukaran yang

dilambangkan dengan huruf (P) singkatan proporsi atau (I) singkatan indeks.

Rumus yang digunakan pada menguji indeks kesukaran butir soal/item adalah

sebagai berikut (Sudjana, 1989: 137).

Sudjana (1989: 137)

Keterangan : I = Index kesukaran

B = Banyak peserta didik yang menjawab betul

N = jumlah peserta didik peserta tes

Kategori interpretasi tentang indeks kesukaran butir soal/item dapat dijelaskan

pada Tabel berikut :

Tabel 3.9 Kriteria Indeks Kesukaran

Index Kesukaran (I) Interpretasi

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

Sumber: Sudjana, 1989: 137.

Adapun hasil pengolahan data dalam penelitian ini indeks kesukaran butir

(33)

52

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.10 Validitas Indeks Kesukaran

No Indeks

Kesukaran

Kualitas Kesukaran Nomor Butir

Soal

Sumber : Hasil pengolahan data, 2013

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa (LKS) adalah panduan peserta didik yang digunakan

untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kerja

siswa (LKS) yang digunakan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan tahapan pada model pembelajaran

kontekstual.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes pemahaman konsep

melalui tes tertulis (pretest dan posttest). Data hasil penelitian diolah dan

dianalisis dengan software Microsoft Excel 2007 dan software SPSS Versi 17.0 for

Windows untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Data yang diperoleh

berupa hasil jawaban peserta didik terhadap tes. Pengolahan dan analisis data

dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pengolahan data tes dilakukan dengan memberi skor mentah terhadap setiap

jawaban peserta didik berdasarkan kriteria yang telah dibuat.

b. Membuat tabel skor pretes dan postes siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

c. Penskoran jawaban peserta didik terhadap tes objektif dengan rumus sebagai

berikut.

(34)

53

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keterangan : Sk = Skor jawaban yang diperoleh

B = Jawaban benar

S = Jawaban alah

O = option

Setelah mendapatkan skor, kemudian skor tersebut diubah kedalam skor standar

dengan skala 1-100. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

Arikunto (2003: 236)

Keterangan : N = Skor standar

R (Sk) = Skor yang diperoleh peserta didik

Smax = Skor maksimum

100 = Konstanta

d. Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pretes dan

postes menggunakan uji statistik Kolmogorof Smirnov.

e. Melakukan uji homogenitas varians skor pre test dan post test menggunakan

uji Levene.

f. Setelah data memenuhi syarat normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji

perbedaan rata-rata skor pre test dan post test menggunakan uji t.

G. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dibalakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian meliputi penyusunan proposal, seminar

proposal, studi pendahuluan, penyusunan instrumen penelitian, pengujian

instrumen dan perbaikan instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi tahap implementasi instrumen,

implementasi pembelajaran dan tahap pengumpulan data.

3. Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan meliputi tahap pengolahan data, analisis data dan

(35)

77

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, dapat

ditarik kesimpulan secara umum bahwa penggunaan CTL pada materi Kondisi

Geografis Indonesia kelas VII, berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini

dibuktikan dengan adanya perbedaan nilai tes awal dengan nilai tes akhir peserta

didik yang signifikan antara peserta didik yang menggunakan pembelajaran CTL

dengan peserta didik yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Hasil analisis uji perbedaan skor nilai tes awal dan nilai tes akhir hasil

belajar pada kelas eksperimen diperoleh nilai probabilitas -11.099 < nilai α 0,05,

sehingga Ha1 diterima artinya terdapat perbedaan tes awal dan nilai tes akhir

dalam hasil belajar pada kelas eksperimen yang menggunakan model

pembelajaran kontekstual.

Hasil analisis uji perbedaan pada kelas kontrol diperoleh nilai probabilitas

-6,773 < nilai α 0,05, sehingga Ha2 diterima, artinya terdapat perbedaan antara

nilai tes awal dan nilai tes akhir dalam hasil belajar pada kelas kontrol yang

menggunakan model pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar pada kelas kontrol menunjukan adanya

perbedaan dari nilai tes awal dan nilai tes akhir, tetapi perbedaannya tidak sebesar

pada kelas eksperimen.

Berdasarkan hasil pengujian uji beda nilai tes akhir dan N-gain antara

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen menunjukkan bahwa nilai probabilitas nilai

tes akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol adalah 0.000, dan nilai probabilitas

N-gain Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol adalah 0,003. Keduanya berada

pada nilai kurang dari nilai α 0,05 sehingga Ha3 diterima artinya terdapat

perbedaan yang signifikan antara hasil belajar pada kelas eksperimen yang

menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan hasil belajar pada kelas

(36)

78

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Rekomendasi

Berdasarkan pada kesimpulan dan temuan-temuan hasil penelitian, peneliti

dapat menyampaikan rekomendasi.

1. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan Contextual Teaching and Learning

(CTL) berpengaruh terhadap hasil belajar dengan demikian model ini

disarankan kepada guru untuk digunakan dalam setiap kegiatan belajar

mengajar. Namun demikian penggunaan CTL ini harus disesuaikan dengan

karakter materi dan karakter peserta didik. Untuk itu maka guru disarankan

mempelajari lebih mendalam agar memahami model CTL dan memiliki

keterampilan untuk menyusun rencana pembelajaran dan menerapkannya

dalam setiap proses belajar mengajar.

2. Sebelum melaksanakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL),

hendaknya guru terlebih dahulu membuat perencanaan pembelajaran yang

tertuang dalam Rencana Program Pembelajaran (RPP). Dalam RPP perlu

dideskripsikan secara jelas langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru

dan peserta didik, agar proses pembelajaran berjalan sesuai rencana dan sesuai

dengan alokasi waktu yang tersedia sehingga seluruh aspek dalam CTL dapat

dilaksanakan.

3. Pembelajaran sebaiknya dilaksanakan secara kelompok, diskusi kelompok

dapat dilaksanakan dimana saja, baik di ruang kelas, perpustakaan, atau di

rumah yang dilakukan secara bergiliran. Hal ini untuk memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk belajar lebih mendalam tentang pokok

bahasan yang dikaji, dan memberi kesempatan untuk mencari sumber belajar

sehingga mereka lebih kreatif lagi dalam mengemukakan gagasan dan dalam

menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.

4. Dalam melaksanakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL),

guru hendaknya memanfaatkan media belajar yang ada di sekolah atau di

lingkungan sekitar guna menunjang kelancaran proses pembelajaran. Media

belajar merupakan sarana pendukung dalam proses pembelajaran, dan kepada

peserta didik diharapkan mampu menggunakan media yang ada untuk

(37)

79

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sarana belajar. Jika sekolah tidak memiliki media belajar yang memadai,

hendaknya guru mencari alternatif lain sebagai media belajar terutama

lingkungan sekitar tempat tinggal peserta didik dan lingkungan sekolah.

5. Bila terdapat kemajuan peserta didik dalam peraihan satu atau beberapa

keterampilan dalam proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar,

hendaknya guru tidak segan-segan untuk memberikan reward atau pujian dan

sejenisnya, sehingga peserta didik merasa terpacu. Sebaliknya bila ada peserta

didik yang dianggap mengganggu dalam proses pembelajaran, maka guru

harus dapat memberikan punishment yang setimpal dan mendidik.

6. Bagi peneliti hendaknya dalam melakukan penelitian mengenai model

pembelajaran melihat terlebih dahulu karakteristik dari peserta didik dan

lembaga pendidikan yang akan diteliti, serta pokok bahasan atau bidang studi

apa yang akan diteliti. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian yang

(38)

80

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (1990). Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bakri, D. S. (1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional

Bellanca, J. (2011). 200+ Strategi dan Proyek Pembelajaran Aktif untuk Melibatkan Kecerdasan Siswa. Jakarta: Indeks.

Budimansyah, D, dkk. (2009). PAKEM, Pembelajaran Aktif Kreatig, Efektif dan Menyenangkan. Bandung: Genesindo.

Corebima, D, et al. (2002). Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.

Creswell, J.W. (1994). Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daldjoeni, N. (1992) Pengantar Geografi. Bandung: Alumni.

Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Belajar dan Mengajar Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Ditjen Dikdasmen Depdiknas. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono.(1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

English, E. W. (2005). Mengajar dengan Empati. Bandung: Nuansa.

Hadi, S. (1988). Metodologi Research Jilid 4. Yogyakarta: Andi Offset.

Hasibuan Dan Mudjiono. (2009). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda.

(39)

81

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Kuswanto. (2005). Pendekatan Pembelajaran Modern : Contextual Teaching Learning. Surakarta : The Surakarta Post

Lie, A. (2002). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Mahfudin, A. (2009). Profesionalisme Jabatan Guru Di Era Globalisasi. Bandung: Rizqi Press.

Malik, O. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosda.

Maryani, E (2007) ”Pendidikan Geografi” dalam Mohammad Ali (ed) (2007) Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press

Mujiyanto, P. 2005. Pendekatan Kontekstual, Modul Pembelajaran. Batang : BKD

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada.

Munif, A. (2003). Tinjauan tentang Pembaharuan Kurikulum. Semarang: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah.

Mutakin, A. (2008). Metode Penilitian Geografi. Bandung: FPIPS – UPI.

Nugroho. ( 2003). Reposisi Peran Guru dalam Praksis Pembelajaran Modern. Semarang : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah.

Ningrum, E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.

Nurhadi. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Nurhadi dan Agus G S. (2003). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Nursisto. (2001). Spektrum Pengalaman Lapangan dalam Dunia Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.

(40)

82

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Komunikasi dalam Bidang Studi IPS pada Siswa Kelas V SDN UPI). Tesis. Tidak diterbitkan.

Poedjiadi, A. (2005). Sain Teknologi Masyarakat, Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rasyid, H dan Mansur. (2012). Penilaian Hasil Belajar. Bandung. CV. Wacana Prima

Romli, O (2010). Penerapan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika: Studi Eksperimen pada Siswa MA Negeri Pandeglang Kabupaten Pandeglang. Tesis. Tidak diterbitkan.

Rusman, (2008) , Manajemen Kurikulum Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Bandung : UPI Press.

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Santoso, S. (2005). Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12. Jakarta: PT. Gramedia.

Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Sardiman AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sudjana, N. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, N. (1992). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sudjana, N. dan Ibrahim. (2012). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sugiyono (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suharyono, dan Moch. Amien (1994). Pengantar Filsafat Geografi. Jakarta: Depdikbud

Sukmadinata, N. S. (2013). Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktek). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

(41)

83

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sumaatmadja, N. (1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumarwan, FX. 2004. Contextual Teaching and Learning. Semarang : LPMP Jawa Tengah. Sutrisno Hadi. 1993. Metode Statistik I. Yogyakarta: Psikologi UGM.

Sumi’at. (2008). Upaya Pencapaian Kompetensi Dasar Membuat Dokumen Pengolah Angka dengan Variasi Teks, Tabel, Grafik, Gambar dan Diagram Melalui Model Penilaian Berbasis Portofolio (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI.IPS.1 SMA Negeri 1 Gebog Kabupaten Kudus). Tesis. Tidak diterbitkan.

Sunaryo. (1989). Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang. Penerbit IKIP Malang.

Suparman, M. A. (2001). Desain Instruksional. Jakarta: Pekerti

Surahmad, W. (1979). Metodologi Pengajaran Nasional. Jakarta: Jemmars

Surya, M. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti Winaya

Suwandi, S. (2004). Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam mengimplementasikan KBK. Jurnal Retorika Vol.2 No. 2 UNS Surakarta.

Syaefudin, U. S. (2009). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Qanon Publising.

Wibawa dan Mukti. (1992). Media Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Widiastuti. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa (Studi pada Mata Pelajaran IPS SMP Negeri di Kota Serang). Tesis. Tidak diterbitkan.

Winkel, WS. 1991. Psikologi Pengajaran. Edisi Revisi. Jakarta: Grasindo

Internet :

(42)

84

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nurdin. (2009). Imflementasi Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam Peningkatan Hasil Belajar. Dalam Jurnal Administrasi Pendidikan Vol. IX No. 1 April 2009. [online] tersedia: file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR...NURDIN/KARYA_ILMIAH_7.pdf‎

Sovia. (2009). Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran IPS. [online] tersedia: http://soviasay.wordpress.com/2009/08/30/ penerapan-pendekatan-kontekstual-dalam-pembelajaran-ips/

Gambar

Tabel.
Gambar
Tabel 3.1 Desain Eksperimen
Tabel. 3.2 Populasi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun faktor yang berasal dari diri siswa (internal) adalah : 1) Faktor sikap yaitu sikap (attitude) siswa yang positif, terutama pada guru dan mata pelajaran yang

Pilar kedua, peran serta dalam pengambilan keputusan ( public participation in decision making ), yaitu pilar demokrasi yang menekankan pada jaminan hak masyarakat

Dalam pelaksanaan suatu proyek, produktivitas tenaga kerja mempunyai arti yang sangat penting, karena berfungsi untuk menunjukkan besamya volume pekerjaan yang

Proses mobilitas sosial yang dialami oleh juragan laut ada yang bersifat vertikal ke atas dan vertikal ke bawah, tetapi perlu diketahui bahwa pekerjaan sebagai juragan

Hasil penelitian menunjukan pengaruh penggunaan dan pemberian pupuk kandang kambing dan pupuk NPK menunjukkan interaksi yang nyata terhadap rata-rata tinggi tanaman terung hijau pada

Spline juga memiliki kemampuan yang sangat baik untuk menangani data yang perilakunya berubah – ubah pada sub=sub interval tertentu disebabkan spline merupakan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa switch therapy berdasarkan pedoman perubahan terapi antibiotik intravena ke oral/ Intravenous Antibiotic – Oral Switch Therapy (IAOST)

Senyawa alam pada Adas Bintang (Zinc 02040970 dan Kaempferol) dan Patikan Kebo (Euphohelionone dan Lupeol) dikatakan sebagai senyawa poten sebagai anti TB selain