POLA KOMUNIKASI GURU PENYANDANG TUNARUNGU TERHADAP
SISWA PENYANDANG AUTIS PADA PEMBELAJARAN SENI LUKIS
(StudiKasusdi KelasMenengah SLB AutismePelitaHafizh Bandung)
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Fini Tania
1001857
DEPARTEMENPENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
FINI TANIA
POLA KOMUNIKASI GURU PENYANDANG TUNARUNGU TERHADAP
SISWA PENYANDANG AUTIS PADA PEMBELAJARAN SENI LUKIS
(StudiKasus di KelasMenengah SLB AutismePelitaHafizh Bandung)
disetujuidandisahkanolehpembimbing:
Pembimbing I
Drs. EndangRusyani, M.Pd
NIP. 195705101985031003
Pembimbing II
Dr. AtangSetiawan,M.Pd
NIP. 195604121983011001
Mengetahui,
KetuaDepartemenPendidikanKhusus
Drs. Sunaryo,M.Pd
POLA KOMUNIKASI GURU PENYANDANG TUNARUNGU TERHADAP
SISWA PENYANDANG AUTIS PADA PEMBELAJARAN SENI LUKIS
(StudiKasusdi KelasMenengah SLB AutismePelitaHafizh Bandung)
Oleh
Fini Tania
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
©Fini Tania 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober2014
HakCiptadilindungiundang-undang
Skripsiinitidakbolehdiperbanyakseluruhnyaatausebagian,
vi Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Masalah ... 2
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3
D. Struktur Organisasi Skripsi... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pola Komunikasi ... 6
B. Konsep Tunarungu ... 9
C. Konsep Autis ... 11
D. Seni Lukis ... 15
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 19
B. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 21
C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 23
D. Prosedur Penelitian ... 28
E. Teknik Pengujian Keabsahan Data ... 29
vii Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Pemaparan Temuan ... 33
B. Pembahasan ... 37
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan ... 41
B. Rekomendasi ... 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tahap Perkembangan Dini Anak Autis ... 14
ix Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
x Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I ... 47
LAMPIRAN II ... 67
LAMPIRAN III ... 161
LAMPIRAN IV ... 162
LAMPIRAN V ... 163
ii Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Penelitian berjudul Pola Komunikasi Guru Penyandang Tunarungu Terhadap Siswa Penyandang Autis Pada Pembelajaran Seni Lukis (Studi Kasus Di Kelas Menengah SLB Autisme Pelita Hafizh Bandung).
Tunarungu merupakan individu yang mengalami kehilangan pendengaran sehingga berdampak pada kemampuan berbahasa sebagai bentuk realitas berkomunikasi. Autis merupakan gangguan perkembangan yang meliputi aspek interaksi, komunikasi, dan perilaku. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menemukan fenomena seorang penyandang tunarungu berprofesi sebagai guru di sekolah yang muridnya didominasi oleh penyandang autis. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pola komunikasi yang dikembangkan menggunakan bahasa ujaran disertai dengan bahasa tubuh. Kendala yang dialami adalah guru seringkali mengalami kesalah pahaman dengan siswa dan tak jarang membuat siswa menjadi tantrum. Upaya yang dilakukan guru mencoba mendekati siswa dan memhami apa yang diinginkan siswa. Selain itu, guru juga mendapat bantuan dari guru lain untuk menjelaskan kembali maksud dari siswa atau sebaliknya. Prestasi yang dicapai oleh siswa hingga saat ini yaitu mahir dalam membuat lukisan abstrak.
iii Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
The study entitled Teacher Communication Pattern Toward Students with Deaf Students with Autism in Art Education (A Case Study on Middle Class SLB Autism Pelita Hafiz Bandung). Deaf is an individual who has a hearing loss that affects the ability to communicate as a form of reality. Autism is a developmental disorder that includes aspects of interaction, communication, and behavior. In this regard, the researcher found a deaf phenomenon works as a teacher at the school which is dominated by students with autism. The purpose of this study is to determine the patterns of communication developed by deaf teacher of students with autism. The method used is descriptive method with qualitative approach. Communication patterns are developed using the language of the oral is accompanied by body language. The problem faced is the teacher often have
misunderstandings with students and often makes students into tantrums. Teacher’s
efforts are made to try to approach the students and to understand what the students want. In addition, teacher also got help from another teacher to retell the purpose of the student, or viceversa. Today, achievements of students are adept at making abstract paintings.
1
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan hal terpenting dalam melakukan interaksi. Komunikasi
adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih
dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Setiap
elemen masyarakat tanpa terkecuali, seseorang dengan berkebutuhan khusus pun
dapat melakukan sebuah komunikasi. Komunikasi yang dilakukan dapat berupa
verbal dan non verbal. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi
(pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling
mempengaruhi diantara keduanya. Komunikasi akan berjalan dengan lancar dan
berhasil apabila proses itu berjalan dengan baik. Proses komunikasi itu sendiri
terjadi melalui bahasa. Komunikasi memiliki beberapa fungsi yaitu mengenal diri
sendiri dan orang lain, mengetahui dunia luar, menciptakan dan memelihara
lingkungan, bermain, mencari hiburan dan membantu orang lain.
Berbahasa dan berbicara merupakan salah satu media untuk melakukan
komunikasi. Hal ini menandakan pentingnya komunikasi bagi manusia.
Percakapan yang ada proses pembelajaran di kelas merupakan sebuah bentuk
realitas komunikasi dari penggunaan bahasa. Komunikasi di kelas memiliki peran
yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Selain itu, sekolah merupakan
lembaga pendidikan formal yang pada hakikatnya untuk mengubah tingkah laku
seseorang. Proses perubahan tingkah laku terjadi melalui proses komunikasi.
Seseorang yang memiliki kemampuan berbahasa dan berbicara akan
mengutarakan apa yang diinginkan melalui pesan yang disampaikan. Lain halnya
dengan tunarungu yang memiliki hambatan dalam berbahasa dan berbicara akibat
dari keterbatasan dalam pendengaran. Selain tunarungu, ada anak berkebutuhan
khusus lain yang memiliki permasalahan yang sama dalam hal komunikasi
walaupun dalam bentuk yang berbeda yaitu autis. Anak-anak autis memiliki
kesulitan dalam memahami komunikasi baik verbal maupun non verbal. Autis
adalah gangguan perkembangan yang membuat seseorang tidak mampu
2
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
itu diperlukan metode komunikasi yang tepat guna untuk mengembangkan
kemampuan berbahasanya.
Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menemukan fenomena yang sangat
menarik yakni ada seorang penyandang tunarungu berprofesi sebagai guru di
sekolah yang muridnya didominasi oleh penyandang autis. Seorang guru
penyandang tunarungu harus berupaya keras untuk menjalin komunikasi dengan
siswa autis sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif.
Sehingga pola komunikasi yang dipilih haruslah tepat, konsisten dan
berkesinambungan. Sebaliknya jika pola komunikasi yang dipilih kurang tepat,
tidak akan mendukung peningkatan prestasi pembelajaran seni lukis.
Namun bagaimanakah bentuk pola komunikasi guru penyadang tunarungu
kembangkan kepada siswa autis kelas menengah dalam pembelajaran seni lukis,
sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif. Dari uraian singkat
mengenai latar belakang, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk
memperoleh gambaran mengenai Pola Komunikasi Guru Penyandang Tunarungu
Terhadap Siswa Penyandang Autisme Kelas Menengah Pada Pembelajaran Seni
Lukis Di SLB Autisme Pelita Hafizh.
B. Fokus Penelitian
Fokus masalah pada penelitian ini yaitu “Pola Komunikasi Guru Penyandang
Tunarungu Terhadap Siswa Penyandang Autis Pada Pembelajaran Seni Lukis
(Studi Kasus di Kelas Menengah SLB Autisme Pelita Hafizh Bandung)”. Fokus
permasalahan tersebut, peneliti membuat beberapa pertanyaan penelitian.
Pertanyaan penelitian ini merupakan aspek-aspek dari pola komunikasi yang
diterapkan oleh guru penyandang tunarungu kepada siswa penyandang autis.
Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimana pola komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang
tunarungu terhadap siswa penyandang autism kelas menengah pada
pembelajaran seni lukis di SLB Autisme Pelita Hafizh?
2. Kendala apa yang dihadapi oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa
penyandang autis kelas menengah pada pembelajaran seni lukis di SLB
3
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Upaya apa yang dilakukan oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa
penyandang autis kelas menengah pada pembelajaran seni lukis di SLB
Autisme Pelita Hafizh?
4. Prestasi belajar seni lukis apa saja yang telah diraih siswa penyandang autis
kelas menengah di SLB Autisme Pelita Hafizh?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai
pola komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu terhadap
siswa penyandang autisme kelas menengah pada pembelajaran seni lukis.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini mengetahui:
a. Pola komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu
terhadap siswa penyandang autisme kelas menengah pada pembelajaran seni
lukis;
b. Kendala yang dihadapi oleh guru penyandang tunarungu dengan
mengembangkan pola komunikasi tersebut terhadap siswa penyandang
autisme kelas menengah pada pembelajaran seni lukis;
c. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dengan mengembangkan pola
komunikasi tersebut ketika pembelajaran sedang berlangsung oleh guru
penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autisme kelas menengah;
d. Prestasi belajar seni lukis dengan mengembangkan pola komunikasi tersebut
terhadap siswa penyandang autisme kelas menengah.
3. Manfaat Penelitian
Bila tujuan penelitian dapat dicapai, maka hasil penelitian ini akan memiliki
manfaat baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis.
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat melemahkan atau mendukung suatu teori
yang berkaitan dengan pola komunikasi guru penyandang tunarungu dengan siswa
4
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Manfaat Praktis
Secara Praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbang
pemikiran dan bahan evaluasi bagi guru penyandang tunarungu dalam
melaksanakan pembelajaran seni lukis terutama dalam mengembangkan pola
komunikasi terhadap siswanya yang penyandang autis.
D. Struktur Organisasi Skripsi
Adapun sistematika penulisan di dalam penelitian ini yaitu terdapat lima bab,
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini mencakup latar belakang masalah yang menjadikan dasar dilakukan
penelitian. Fokus penelitian berguna untuk menunjukkan aspek apa saja yang
ingin diungkap dalam penelitian. Selain itu, adapula tujuan dan manfaat penelitian
untuk menjelaskan apa yang dimaksud dan mengapa penelitian ini dilakukan.
Selanjutnya, struktur organisasi skripsi berisi tentang urutan penulisan dari setiap
bab, dimulai dari bab pertama hingga bab terakhir.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ke dua yaitu kajian pustaka yang mencakup beberapa poin yang berkaitan
dengan definisi konsep pola komunikasi, tunarungu, autis, dan seni lukis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ketiga merupakan metode penelitian yang mencakup definisi metode
penelitian, lokasi dimana peneliti melakukan penelitian dan subjek penelitian yang
menjelaskan siapa saja yang menjadi narasumber dalam penelitian. Selain itu
teknik pengumpulan data disajikan pada bab tiga ini yakni sebagai cara yang
digunakan untuk pengumpulan data seperti observasi, wawancara, studi
dokumentasi, dan catatan lapangan. Untuk memastikan kebenaran data, diuji
kembali melalui teknik pemeriksaan keabsahan data meliputi triangulasi dan
membercheck. Setelah itu, jika data yang sudah dinyatakan valid disusun secara
sistematis melalui data reduction (reduksi data) dan data display (penyajian data).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Bab keempat mencakup hasil dari penelitian dan pembahasan penelitian yang
5
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis dalam
pembelajaran seni lukis.
BAB V PENUTUP
Bab terakhir adalah bab kelima yang mencakup keseluruhan pembahasan dari
penelitian dan dirangkum dengan kesimpulan, saran, dan rekomendasi dan hal-hal
19 Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai “cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tajam dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2007, hlm. 3).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan metode deksriptif karena
peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan fenomena apa yang terjadi. Menurut
Nasution (1988, hlm. 18) dalam penelitian yang menggunakan metode deskriptif
“...terdapat upaya memahami, mengembangkan atau mendeskripsikan fenomena
yang ada di lapangan sebagai suatu keutuhan yang tidak dapat dipahami apabila
terpisah dari masalah yang ingin diketahui...” Selanjutnya, Surakhmad (1982,
hlm. 140) mengemukakan bahwa metode deskriptif mempunyai sifat-sifat tertentu
yang pada umumnya dapat dipandang sebagai ciri, yakni metode itu:
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa
sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisa
Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa sekarang dan dapat dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah, klasifikasi, dan analisis laporan dengan tujuan utama membuat
penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi.
Selain itu dikarenakan peneliti ingin mengungkapkan sebuah permasalahan yang
ditemukan dilapangan yang berupa kasus maka peneliti menggunakan metode
deskriptif studi kasus. Dalam hal ini peneliti berusaha untuk mendeskripsikan
kasus yang diteliti di lapangan. Berkenaan dengan studi kasus Zuriah (2005, hlm.
48) menyatakan bahwa“karakteristik dari studi kasus itu sendiri salah satunya
adalahmenggambarkan subjek penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku itu
sendiri, hal-hal yang melingkupinya, dan lain-lain yang berkaitan dengan tingkah
20
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kasus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seorang penyandang tunarungu
berprofesi sebagai guru mengajar siswa penyandang autis. Melihat dari
pernyataan tersebut terdapat dua subjek yang keduanya memiliki permasalahan
dalam hal komunikasi walaupun dalam bentuk yang berbeda. Kemudian dari
kasus tersebut peneliti ingin mengungkap dari pola komunikasi yang
dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu tersebut.
Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007, hlm.4) “pendekatan
kualitatif sebagai prosedur penelitian yangmenghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”
Pendekatan kualitatif diarahkan pada latar individu secara holistik (utuh). Kirk
dan Miller (dalam Moleong, 2007, hlm. 3) mendeskripsikan penelitian kualitatif
sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang fundamental
bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya.
Dengan kata lain, peneliti sendiri menjadi instrumen utama dalam upaya
mengumpulkan informasi tentang data yang akan diteliti, sedangkan instrumen
lainnya hanyalah sebagai pelengkap. Peneliti juga sekaligus sebagai perencana,
pelaksana, pengumpul data, pengananalisa daya dan pada akhirnya akan menjadi
pelapor dari hasil penelitiannya. Dalam penelitian kualitatif tidak mengenal istilah
populasi melainkan situasi sosial yang terdiri dari 3 elemen yaitu tempat (place),
pelaku (actor), dan aktifitas (activity).
Moleong (2007, hlm. 19) menjelaskan bahwa instrumen adalah alat untuk
mengumpulkan data. Instrumen dalam penelitian itu sendiri adalahpeneliti sebagai
pencari data, pengolah data dan menyimpulkan hasil data, kuisioner, responden
21
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Adapun penelitian ini bertempat di SLB Autisme Pelita Hafizh Bandung yang
berlokasi di jalan Kota Baru I no 4 Mohammad Ramdan Bandung 40252.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang bersedia untuk memberikan berbagai
informasi berisi keterangan dan data penting yang dibutuhkan dalam penelitian
ini. Pihak-pihak yang dimaksud adalah:
a. Guru penyandang tunarungu
Nama (Inisial) : G
Tempat Tanggal Lahir: Subang, 7 Agustus 1975
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Pendidikan Terakhir : S1
Alamat : Taman Persada Asri, Margahayu Raya
Bu G merupakan satu-satunya guru seni lukis sekaligus wali kelas A dan S yang
diketahui penyandang tunarungu di SLB Autisme Pelita Hafizh. Bu G mengajar
seni lukis di SLB tersebut sejak tahun 2010. Beliau mengalami ketunarunguan
pada saat usia sekitar 8 atau 9 tahun karena sakit panas. Karena mengalami
ketunarunguan pada usia tersebut, kemampuan verbal Bu G khususnya dalam
artikulasi bisa dibilang baik. Bu G dari SD, SMP, SMA tidak pernah mengenyam
pendidikan di SLB, oleh karena itu Bu G tidak bisa menggunakan bahasa Isyarat.
Dalam berkomunikasi dengan orang di sekitarnya, Bu G lebih dominan
menggunakan bahasa ujaran.
b. Siswa Penyandang Autis
Siswa kelas menengah yang menjadi subjek peneliti berjumlah tiga yaitu:
1) Nama : A
Kelas : IX
Alamat : Garut
A hanya bisa berkomunikasi melalui bahasa non verbal saja seperti menunjuk atau
22
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Nama : S
Kelas : VIII
Alamat : Jalan Jamika
S sama seperti A sampai saat ini hanya mampu berkomunikasi melalui bahasa non
verbal.
3) Nama : Y
Kelas : VIII
Alamat : Jalan Srimahi
Y sudah mampu berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Untuk
kemampuan verbal, Y baru bisa menjawab pertanyaan1-2 kata saja dan belum
mampu bertanya.
c. Narasumber lainnya
Untuk memperkuat kebenaran data yang diperoleh, peneliti melakukan
wawancara kepada kepala sekolah dan wali kelas siswa yang menjadi subjek
penelitian dengan deskripsi subjek sebagai berikut:
1) Kepala Sekolah
Nama (Inisial) : SY
Pekerjaan : Kepala Sekolah
Pendidikan Terakhir : S1
Alamat : KPAD, Geger Kalong
Bu SY merupakan kepala sekolah sekaligus pernah menjadi wali kelas Y
murid penyandang autis kelas menengah yang diteliti. Bu SY sudah mengenal
lama Bu G semenjak Bu G pertama kali mengajar di SLB Autisme Pelita Hafizh.
Karena hubungan tersebut, hal inilah yang menjadi alasan peneliti untuk
mewawancarai Bu S yang sudah lama mengenal dan mengetahui pola komunikasi
yang dikembangkan oleh Ibu G terhadap murid penyandang autis.
2) Wali Kelas
Nama (Inisial) : N
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
23
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Alamat : Rancaekek
Bu N merupakan pernah menjadi wali kelas A pada tahun ajaran kemarin. Bu N
mengenal pertama Bu G semenjak tahun 2011. Karena Bu N sudah mengajar ≤ 3
tahun, Bu N pasti sudah mengetahui pola komunikasi yang dikembangkan selama
ini oleh Bu G terhadap muridnya. Hal inilah yang membuat peneliti melakukan
wawancara terhadap Bu N.
C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mendapatkan
sejumlah data yang diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data pada
penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Dalam hal
ini, data yang dibutuhkan adalah semua faktor yang berhubungan dengan pola
komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa
autis dalam pembelajaran seni lukis di SLB Autisme Pelita Hafizh.
Berikut ini merupakan beberapa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
yaitu:
a. Observasi
1) Pengertian Observasi
“Observasi yaitu teknik untuk mengenal secara langsung maupun tidak langsung
kegiatan yang sedang terjadi. Dalam rangka pengumpulan data, peneliti
melakukan observasi partisipatif, yaitu peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian”
(Sugiyono, 2009, hlm. 64).
2) Manfaat Observasi
Menurut Patton (dalam Nasution 2003, hlm. 106) menyatakan bahwa manfaat
observasi adalah sebagai berikut:
a) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks
data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat memperoleh pandangan
24
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung sehingga
memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak
dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif
membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery;
c) Dengan pengamatan memungkinkan peneliti memahami situasi-situasi yang
rumit.
Teknik observasi ini digunakan untuk mengetahui pola komunikasi yang
dikembangkan, kendala yang dihadapi, upaya yang dilakukan, dan prestasi belajar
dalam pembelajaran seni lukis yang diampu oleh guru penyandang tunarungu
terhadap siswa penyandang autis.
b. Wawancara
“Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (Moleong, 2007, hlm. 186)”.
Wawancara dilakukan terhadap guru penyandang tunarungu, kepala sekolah,
dan wali kelas siswa di SLB Autisme Pelita Hafizh. Wawancara sebagai faktor
pendukung dalam pengumpulan mengenai pola komunikasi yang diterapkan pada
subjek penelitian. Hal tersebut nantinya akan menggambarkan pola komunikasi
yang diterapkan oleh guru penyandang tunarungu kepada siswa penyandang
autisme. Adapun dimensi-dimensi tersebut antara lain:
1) Gambaran pola komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang
tunarungu terhadap siswa penyandang autisme kelas menengah pada
pembelajaran seni lukis;
2) Gambaran kendala yang dihadapi oleh guru penyandang tunarungu terhadap
siswa penyandang autisme kelas menengah pada pembelajaran seni lukis;
3) Gambaran upaya yang dilakukan oleh guru penyandang tunarungu terhadap
siswa penyandang autisme kelas menengah pada pembelajaran seni lukis;
4) Gambaran hasil dari prestasi belajar seni lukis siswa penyandang autisme
25
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Studi Dokumentasi
“Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”
(Sugiyono, 2009, hlm. 329). Dalam studi dokumentasi ini, peneliti memanfaatkan
segala sumber data seperti buku harian, dokumen resmi, dan dokumen pribadi
(jika ada) sebagai penambah dan penjelas data yang diperoleh peneliti lewat
observasi dan wawancara.
Studi dokumentasi dimaksudkan untuk mendukung, mempertegas data, dan
melihat hasil observasi dan wawancara terutama mengenai pola komunikasi yang
dikembangkan, kendala yang dihadapi, upaya yang dilakukan, dan prestasi belajar
dalam pembelajaran seni lukis yang diampu oleh guru penyandang tunarungu
terhadap siswa penyandang autis.
2. Instrumen Penelitian
Ciri khas dari penelitian kualitatif adalah peranan manusia sebagai instrumen
penelitian (human instrument). Peneliti juga sekaligus sebagai perencana,
pelaksana, pengumpul data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian.
Menurut Moleong (2007, hlm.168):
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.
Berikut adalah kisi-kisi umum penelitian yang peneliti buat agar dapat
26
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
[image:23.595.134.527.164.741.2]Tabel 3.1
Tabel Kisi-kisi Umun Instrumen Penelitian
No Pertanyaan
Penelitian Tujuan
Teknik
Pengumpulan
Data
Sumber
Data
1. Bagaimanapola
komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis kelas menengah pada pembelajaran seni lukis? Untuk mengetahui
pola komunikasi apa
yang dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis. Observasi, Wawancara, dan Studi Dokumentasi. Guru Penyandang Tunarungu, Siswa Penyandang Autis, Wali Kelas dan Kepala Sekolah.
2. Bagaimana
kendala yang dihadapi oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis kelas menengah pada pembelajaran Untuk mengetahui kendala yang
dialami oleh guru
27
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
seni lukis? penyandang autis.
3. Bagaimana
upaya yang di
lakukan oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis kelas menengah pada pembelajaran seni lukis? Untuk mengetahui upaya yang
dilakukan oleh guru
penyandang tunarungu dengan menggunakan pola komunikasi tersebut terhadap siswa penyandang autis. Observasi dan Wawancara Guru Penyandang Tunarungu, Siswa Penyandang Autis, Wali Kelas dan Kepala Sekolah.
4. Bagaimana hasil
dari prestasi belajar seni lukis siswa penyandang autis kelas menengah pada pembelajaran seni lukis? Untuk mengetahui
hasil dari prestasi
belajar seni lukis
siswa penyandang
autis dengan pola
28
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti membuat empat tahapan dalam prosedur penelitian.
Keempat tahapan tersebut yaitu:
1. Tahap Pra Lapangan
Dalam menyusun rancangan penelitian, peneliti harus mengikuti beberapa tahapan
yang sudah diatur oleh dewan skripsi di jurusan Pendidikan Khusus. Pertama
peneliti menemukan kasus di lapangan yang menurut peneliti menarik untuk
diteliti, yaitu kasus guru penyandang tunarungu di SLB Autisme Pelita Hafizh
yang mengajar siswa penyandang autis dimana kedua subjek tersebut memiliki
hambatan dalam berkomunikasi. Dari kasus yang peneliti tersebut peneliti ingin
mengetahui pola komunikasi yang diterapkan oleh guru penyandang tunarungu
tersebut.
Dari masalah tersebut peneliti membuat rancangan penelitian dalam bentuk
proposal penelitian yang nantinya akan diseminarkan apakah layak atau tidak
dilanjutkan sebagai penelitian. Setelah proposal penelitian disetujui peneliti mulai
mengurus perizinan dari Fakultas, KesBang, dan terakhir di Dinas Provinsi Jawa
Barat. Setelah surat izin penelitian didapat, peneliti langsung menyerahkan surat
izin tersebut ke SLB Autisme Pelita Hafizh Bandung. Peneliti kemudian
melanjutkan kegiatan penyusunan instrumen yaitu pedoman observasi dan
wawancara untuk mengungkap pola komunikasi apa yang diterapkan oleh guru
penyandang tunarungu tersebut. Instrumen tersebut peneliti gunakan setelah
mendapat persetujuandari dosen PLB dan guru di sekolah melalui Expert
Judgment.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap pekerjaann lapangan peneliti mulai dengan melakukan keakraban dengan
subjek penelitian dengan orang-orang yang nantinya diduga akan memberikan
data agar nantinya dapat mempermudah peneliti memperoleh data yang
diperlukan. Kemudian peneliti langsung melaksanakan observasi kepada subjek
penelitian untuk memastikan pola komunikasi apa yang dikembangkan guru
tunarungu terhadap siswa penyandang autis. Setelah guru penyandang tunarungu
tersebut dipastikan mengembangkan salah satu pola komunikasi sesuai dengan
29
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengadakan wawancara dengan guru dan kepala sekolah di SLB Autisme Pelita
Hafizh yang mengetahui keseharian subjek yang diteliti selama mengajar seni
lukis untuk mengetahui pola komunikasi yang diterapkan oleh subjek sebagai
guru penyandang tunarungu.
3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data
Pada tahap pemeriksaan keabsahan data peneliti melakukan dua teknik yaitu
teknik Triangulasi dan member check.
4. Tahap Analisis Data
Terakhir adalah tahap analisis. Disini peneliti melakukan reduksi data
(Data Reduction), penyajian data (Display Data), dan terakhir adalah penarikan
kesimpulan atau verifikasi (Conclusion Drawing/ Verification).
E. Teknik Pengujian Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, temuan data dinyatakan valid apabila tidak ada
perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi
pada obyek yang diteliti. Hasil pengumpulan data yang telah dirumuskan
selanjutnya divalidasi dengan menggunakan beberapa teknik yaitu:
1. Triangulasi
“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Dengan kata lain peneliti memanfaatkan sesuatu yang lain guna
untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding dengan data tersebut”
(Moleong, 2007, hlm. 330).
Sugiyono (2013, hlm. 273) mengatakan “triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber data
dengan berbagai cara dan waktu.” Triangulasi yang digunakan oleh peneliti yaitu
triangulasi sumber data, maksudnya dari beberapa sumber melalui teknik
wawancara kepada guru yang dekat dengan subjek penelitian. Kemudian data
tersebut dideskripsikan lalu dikelompokkan mana pandangan yang sama dan
mana yang berbeda. Dari data tersebut peneliti menarik kesimpulan yang telah
30
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Membercheck
"Membercheck yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data” (Sugiyono, 2009,
hlm. 3).
Setelah triangulasi dilakukann, dari data tersebut peneliti menarik kesimpulan
yang telah disepakati dengan narasumber melalui membercheck. Jika narasumber
telah menyetujui hasil analisis data yang diperoleh, maka peneliti menghentikan
penelitian dan merasa cukup dengan data yang diperoleh. Namun jika narasumber
tersebut tidak menerima atau menyepakati hasil penelitian karena dianggap jauh
berbeda dengan kenyataan sebenarnya maka peneliti mengadakan diskusi
kesepakatan yang lebih lanjut kepada narasumber. Hal ini sebagaimana
dikemukakan oleh Sugiyono (2013, hlm. 277) yaitu:
Apabila yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel atau dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data dan apabila perbedaannya tajam maka peneliti harus merubah temuannya dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh
diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2009: 89). Teknik analisis data yang di
gunakan dalam penelitian ini yaitu analisis data model Miles dan Huberman,
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
31
Fini Tania, 2014
[image:28.595.147.509.95.370.2]Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1 Komponen dalam analisis data (flow model)
Periode pengumpulan data
Reduksi data
Antisipasi Selama Setelah
Display data
Selama Setelah
Kesimpulan/ verifikasi
Selama Setelah
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan dan pemusatan perhatian untuk
penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh. Reduksi
data adalah mengambil bagian pokok atau intisari dari data yang telah diperoleh
dengan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dan dicari tema agar mudah dipahami.
Dalam penelitian ini data-data diperoleh dikelompokan menjadi beberapa bagian
antara lain:
a. Data-data mengenai pola komunikasi yang dikembangkan oleh guru
penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autisme kelas menengah
pada pembelajaran seni lukis;
b. Data-data mengenai kendala yang dihadapi oleh guru penyandang tunarungu
terhadap siswa penyandang autisme kelas menengah pada pembelajaran seni
lukis;
c. Data-data mengenai upaya yang di lakukan oleh guru penyandang tunarungu
terhadap siswa penyandang autisme kelas menengah pada pembelajaran seni
lukis;
32
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Data-data mengenai hasil dari prestasi belajar seni lukis siswa penyandang
autisme kelas menengah.
2. Data Display (Penyajian Data)
Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau penyajian data yang
akan digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk teks naratif.
3. Conclusion Drawing/ Verification
Langkah ke tiga dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Data yang diperoleh dari awal dicari hubungan hal-hal yang sering timbul, dicari
tema kemudian ditarik kesimpulan sementara. Pada mulanya kesimpulan itu
masih kabur dan belum jelas, akan tetapi dengan semakin bertambahnya data,
maka kesimpulan itu akan lebih valid setelah seluruh proses analisis dilakukan
sehingga kesimpulan final dapat diambil. Penarikan kesimpulan harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menjaga adanya tafsir dari pihak-pihak tertentu. Oleh
karena itu, kesimpulan senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung
41 Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pola komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu
terhadap anak autis yaitu bahasa ujaran dan bahasa tubuh (gesture);
2. Kendala yang datang disebabkan karena guru terlalu fokus terhadap tugas
yang akan diberikan kepada siswa dan ditambah lagi guru tidak menggunakan
alat bantu mendengar berkualitas tinggi. Selain itu pula, instruksi yang
diberikan kepada siswa terlalu panjang, hal itu yang membuat siswa tidak
menghiraukan apa yang diinstruksikan oleh guru;
3. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut adalah guru selalu
menyertakan media pembelajaran sebagai alat bantu untuk berkomunikasi
dengan siswa. Sampai saat ini, guru masih terus berusaha untuk memahami
masing siswa. Akan tetapi jika kendala tersebut tidak bisa diatasi, guru
penyandang tunarungu mendapat bantuan dari guru lain sebagai contoh untuk
mengkomunikasikan sesuatu mengenai apa yang dimaksud oleh siswa ataupun
sebaliknya;
4. Masing-masing siswa sudah bisa bermain dan memadukan warna dalam
melukis.
B. REKOMENDASI.
1. Bagi Guru Penyandang Tunarungu
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran sekaligus masukkan
kepada guru bahwa pola komunikasi yang dikembangkan selama ini yaitu lebih
dominan menggunakan bahasa ujaran dan bahasa tubuh dirasa cukup efektif untuk
dikembangkan hanya saja dengan beberapa pertimbangan. Hal ini terlihat dari
beberapa kendala yang dialami dari hasil observasi dan wawancara yaitu sering
salah paham dengan siswa. Sebagai contoh Bu G memberi instruksi kepada siswa,
akan tetapi siswa mengerjakan tidak sesuai dengan yang diinstruksikan oleh Bu G.
Selain itu, Bu G kurang memperhatikan apa yang diucapkan oleh siswa, misalnya
42
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bentuk lain untuk Y, hal inilah yang membuat Y sedikit tantrum. Dalam
memberikan instruksi Bu G terlalu banyak menggunakan kata untuk penyandang
autis , hal ini juga yang memicu terjadi kesalahpahaman antara Bu G dan
muridnya.
Dari hasil penelitian ini, disarankan karena Bu G mengembangkan bahasa ujaran
sebagai pola komunikasi yang dikembangkan hendaknya lebih memperhatikan
lagi apa yang diucapkan oleh siswa sehingga kesalahpahaman tidak mudah
terjadi, dan alangkah lebih baik lagi sering menggunakan ABM. Dalam hal
memberikan instruksi untuk penyandang autis sebaiknya Bu G tidak
menggunakan banyak kata, min 1-3 kata dalam satu kalimat perintah untuk siswa.
2. Bagi Pihak Sekolah
Pihak sekolah sudah mengambil langkah yang bagus yaitu dengan mendampingi
masing-masing siswa dalam kegiatan pembelajaran seni lukis yang di ampu oleh
Bu G. Sehingga pihak guru dapat membantu Bu G jika mengalami kendala
khusunya dalam berkomunikasi. Karena keilmuan Bu G bukan berasal dari dunia
pendidikan khusus, akan lebih baik lagi baik guru ataupun kepala sekolah
memberi tahu cara berkomunikasi dengan siswa penyandang autis sehingga
kendala-kendala yang kemungkinan dapat terjadi kembali dapat dicegah.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menemukan gambaran mengenai
pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap penyandang autis dalam
pembelajaran seni lukis. Bagi peneliti selanjutnya yang memiliki minat untuk
meneliti pembahasan yang sama agar mengambil kasus-kasus yang lebih banyak
lagi sehingga gambaran yang akan diperoleh nanti akan semakin jelas karena
antara kasus satu dengan lainnya akan memiliki kesamaan atau bertolak belakang.
Akan tetapi, ini bukanlah menjadi suatu masalah namun justru akan membuka
wawasan dan cakrawala pengetahuan kita bahwa tipe pola komunikasi yang
dikembangkan memiliki andil tersendiri dalam keefektifan menyampaikan materi
43
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung
44 Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Betts, D. J. (2005). The art of therapy drawing individuals out in creative ways. [Online]. Diakses darihttp://psyc204.files.wordpress.com/2009/11/the-art-of-therapy.pdf.
Bunawan, L. (1997). Komunikasi total. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik
Djamarah, S.B. (2004). Pola komunikasi orang tua dan anak dalam
keluarga sebuah perspektif pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta
Cangara, H.(2002). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers
Garha, O. (1980). Pendidikan kesenian seni rupa program spesialisasi buku guru. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Gunawan, H. (2013). Jenis pola komunikasi orang tua dengan anak perokok aktif
di desa Jembayan kecamatan Loa Kulu Kabupatem Kutai Kartanegara.
[Online]. Diakses dari http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/?p=906
Hadiatmodjo, K. P. (1998). “Disartria dan permasalahannya”, dalam
“Kumpulan makalah pelatihan disartria Akademi Terapi Wicara YBW”. Jakarta: Tidak Diterbitkan
Haenudin. (2013). Pendidikan anak kebutuhan khusus tunarungu (peserta didik
berkebutuhan khusus dengan hambatan pendengaran). Jakarta: PT.
Luxima Metro Media
Hardjana, A.M (2003). Komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Yogyakarta: Kanisius
Hemawati, R. (2013). Cara membaca bahasa tubuh lawan bicara. [Online].
Diakses dari
http://microsite.metrotvnews.com/indonesiamemilih/read/2013/06/30/917/ 164826/-Cara-Membaca-Bahasa-Tubuh-Lawan-Bicara
Hidayat. (2013) Metode TEACCH untuk kemandirian anak autis. Pikiran Rakyat, 13 Januari. [Online]. Diakses dari: http://www.karinssaputra. blogspot.com/ 2013_03_24_archive.html?m=1
Kuswarno, E. (2010). Metode penelitian komunikasi etnografi komunikasi suatu
pengantar dan contoh penelitiannya.Bandung: Widya Padjajaran
45
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kartika, D.S. (2004). Seni rupa modern. Bandung: Rekayasa Sains
Moleong, L.J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Muharam, E. dan Sundaryanti, W. (1991). Pendidikan kesenian II seni rupa.
Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Mullholand, A. M. (1980). Oral Education Today’s Tommorow. Dalam L. Bunawan (Penyunting), Komunikasi Total (hlm. 7). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik
Nasution, S. (1988). Metode penelitian naturalistik dan kualitatif. Bandung: Tarsito
Peterson, L. (2008). The use of sign languange to help autistic children
communicate. [Online]. Diakses dari http://www.lifeprint.com/as
l101/topics/autism02.htm
Petters, T. (2009). Panduan autisme terlengkap. Jakarta: Dian Rakyat
Rohim, S. (2009). Teori komunikasi perspektif, ragam, & aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
Sadulloh, U. (2010). Pedagogik (ilmu mendidik). Bandung: Alfabeta. Cv
Somantri, T.S. (2007). Psikologi anak luar biasa. Bandung: Refika Aditama
Somad, P. & Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik anak Tunarungu. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru
Sugiyono. (2009). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Suhemarwan, R. & Nugraha, R.A. (2010). Seni rupa untuk pembelajaran kelas
VII, VIII, dan IX. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementrian
Sumardjo, J. (2008). Filsafat seni. Bandung: Penerbit ITB
46
Fini Tania, 2014
Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wardhani, Y.F at al. (2009). Apa dan bagaimana autisme terapi medis
alternatif. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Williams, C. dan Wright, B. (2007). How to live with autism and asperger