• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA STATUS IDENTITAS VOKASIONAL DENGAN REGULASI DIRI PADA MAHASISWA ANGGOTA UKM DI KAMPUS UPI BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA STATUS IDENTITAS VOKASIONAL DENGAN REGULASI DIRI PADA MAHASISWA ANGGOTA UKM DI KAMPUS UPI BANDUNG."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA STATUS IDENTITAS VOKASIONAL DENGAN REGULASI DIRI PADA MAHASISWA ANGGOTA UKM

DI KAMPUS UPI BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Psikologi

Oleh

Restu Khoirun Nissa 1001664

DEPARTEMEN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN IINDONESIA

(2)

HUBUNGAN ANTARA STATUS IDENTITAS VOKASIONAL DENGAN REGULASI DIRI PADA MAHASISWA ANGGOTA UKM

DI KAMPUS UPI BANDUNG

Oleh

Restu Khoirun Nissa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Restu Khoirun Nissa 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)
(6)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Surat Pernyataan ... Abstrak ...

i ii

Kata Pengantar ... iv

Ucapan Terima Kasih ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... Daftar Gambar ... Daftar Grafik ... xi xii xiii BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...

11

A. Status Identitas Vokasional ... 1. Identitas ... 2. Identitas Vokasional ... 3. Eksplorasi dan Komitmen ... 4. Tahapan Perkembangan Identitas Vokasional ...

12 12 14 17 21 B. Regulasi Diri ...

1. Definisi Regulasi Diri ... 2. Aspek-aspek Regulasi Diri ... 3. Proses Regulasi Diri ... D. Penelitian Terdahulu ... E. Kerangka Pemikiran ... F. Hipotesis Penelitian ...

(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... 1. Lokasi Penelitian ... 2. Populasi Sampel Penelitian ... 3. Teknik Pengambilan Sampel ... 32 32 32 32 B. Metode Penelitian ... C. Definisi Operasional Variabel ... 33 34 1. Status Identitas Vokasional ... 2. Regulasi Diri ... 34 34 D. Teknik Pengambilan Data ... E. Instrumen Penelitian ... 35

1. Instrumen Status Identitas Vokasional ... 36

2. Instrumen Regulasi Diri ... 3. Teknik Skoring ... 37 38 F. Kategorisasi Skala ... 38

G. Analisis Instrumen ... 1. Uji Validitas ... 2. Analisis Item ... 3. Reliabilitas Instrumen ... 40 40 41 44 H. Teknik Analisis Data ... I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 1. Tahap Persiapan ... 2. Tahap Pelaksanaan ... 3. Tahap Pengolahan Data ... 4. Tahap Penyelesaian ... 45 47 47 47 48 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil ... 49

1. Gambaran Umum Status Identitas Vokasional ... 49

2. Gambaran Umum Regulasi Diri ... 54

3. Hubungan antara Status Identitas Vokasional dengan Regulasi Diri ... 55

(8)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Gambaran Umum Status Identitas Vokasional ... 58

2. Gambaran Umum Regulasi Diri ... 61

3. Hubungan antara Status Identitas Vokasional dengan Regulasi Diri ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Rekomendasi ... 66

Daftar Pustaka ... 68

(9)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan Antara Status Identitas Vokasional dengan Regulasi Diri pada Mahasiswa Anggota UKM di Kampus UPI Bandung

Abstrak

Restu Khoirun Nissa (1001664). Hubungan Antara Status Identitas Vokasional dengan Regulasi Diri pada Mahasiswa Anggota UKM di Kampus UPI Bandung. Skripsi. Departemen Psikologi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung (2014).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di Kampus UPI Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa UPI Bandung. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dan jumlah sampel yang diambil adalah 150 orang. Karakteristik sampel yang diambil adalah anggota UKM di Kampus UPI Bandung, usia 18-21 tahun. Dari jumlah seluruh UKM yaitu 65 UKM, peneliti mengambil 10 orang anggota dari setiap UKM. Ada dua skala yang digunakan, yaitu skala status identitas vokasional berjumlah 40 item yang terdiri dari skala status identitas aspek eksplorasi dengan koefisien reliabilitas 0,692 berjumlah 16 item dan skala status identitas aspek komitmen dengan koefisien reliabilitas 0,875 berjumlah 24 item, serta skala regulasi diri berjumlah 30 item dengan koefisien reliabilitas 0,876. Hasil pengujian statistik dengan teknik Korelasi Koefisien Kontingensi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara status identitas vokasional dengan regulasi diri, sehingga semakin tinggi tingkatan status identitas vokasional yang dimiliki mahasiswa maka semakin tinggi pula regulasi diri pada mahasiswa. Tingkat signifikansi korelasi adalah 0.506 (< 0.05), menunjukkan bahwa hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di Kampus UPI Bandung sangat signifikan. Rekomendasi penelitian ini untuk para mahasiswa diharapkan agar mempertahankan regulasi dirinya lagi agar menjadi lebih baik lagi untuk menunjang identity achievement yang dimilikinya.

(10)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Relationship Between Vocational Identity Status and Self Regulation of UKM Members in UPI Bandung

Abstract

Restu Khoirun Nissa (1001664). Relationships between Vocational Identity Status and Self Regulation of UKM members in UPI Bandung. Thesis. Psychology Department. University Indonesia of Education. Bandung (2014).

The purpose of this research was to determine the relationship between vocational identity status and self regulation of UKM members in UPI Bandung. Populations in this research are students of UPI Bandung. Sampling technique that used was purposive sampling, and the amount of sample taken were 150 peoples. Characteristic of sample taken are UKM members in UPI Bandung aged 18-21 years old. From the total number of 65 UKMs, the researcher took 10 members of each UKM. There are two scales that we used, the vocational identity status scale of 40 items which consisting of exploration aspect identity status scale with a reliability coefficient of 0.692 of total 16 items and commitment aspects identity status scale with a reliability coefficient of 0.875 of total 24 items, and self regulation scale amounted to 30 items with a reliability coefficient 0.876. The statistical test with the Correlation Coefficient of Contingency techniques indicating that there was strong correlation between the status of vocational identity with self-regulation, so more high the level of vocational identity was own by students will be equal with higher self-regulation of students. The significance level of correlation was 0.506 (<0.05), indicating that the relationship between the vocational identity status with self-regulation of the students was join UKM in Campus UPI Bandung are very significant. The recommendations of this research for the students are expected to maintain its regulation in order to be better for support the achievement of its identity.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang No 22 tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi, definisi Perguruan Tinggi adalah lembaga ilmiah yang mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran diatas perguruan tingkat menengah, memberikan pendidikan dan pengajaran berdasarkan kebudayaan-kebudayaan Indonesia dengan cara ilmiah pula.

Negara Indonesia sangat berkeinginan menjadi sebuah bangsa yang sangat besar dan otomatis melimpahkan tanggung jawab besar untuk perguruan tinggi demi mencetak sumberdaya manusia yang berkualitas (Husna, 2012). Sesuai dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, perguruan tinggi bagaikan kawah candradimuka di mana di dalamnya mahasiswa dididik untuk membangun kemampuan dan kompetensi, tidak hanya secara kognitif, tetapi juga sosial, emosional dan spiritual.

Mahasiswa mengambil peran penting dalam kehidupan perguruan tinggi atau universitas sebagai peserta didik. Pihak pemerintah, masyarakat, bahkan keluarga ingin agar mahasiswa itu sukses dalam studi, memiliki prestasi, memiliki karakter, berkompeten, dan kompetitif yang dimana diharapkan dapat membawa nama baik bangsa dan negara. Namun, terkadang keinginan tersebut hanyalah sebuah harapan kosong apabila mahasiswanya tidak berprestasi dengan baik.

(12)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(13)

diikuti oleh para mahasiswa. Jika dalam jenjang SMP/SMA biasa disebut dengan kegiatan ekstrakurikuler, maka di dunia perkuliahan disebut dengan UKM (Nurfuadah, 2014). Unit Kegiatan Mahasiswa merupakan suatu sarana yang diberikan oleh pihak birokrat kampus dalam upaya memberdayakan potensi mahasiswa dan sangatlah vital dalam menggali potensi, bakat, dan minat mahasiswa (Kurnia, 2012). Dengan mengikuti kegiatan positif seperti ini, para mahasiswa akan mampu dan lebih siap untuk menghadapi kehidupan yang nyata setelah lulus nanti saat terjun langsung di masyarakat yang nantinya juga menuntut mereka untuk masuk dalam sebuah organisasi (Hermawati, 2008).

Unit Kegiatan Mahasiswa adalah salah satu unit dari Organisasi Mahasiswa (ORMAWA) yang bersifat positif, wadah segala aktifitas kesiswaan di tingkat perguruan tinggi. UKM berfungsi untuk mengembangkan bakat,minat dan keahlian tertentu dari masing- masing anggotanya (Budi, 2008). Kegiatan ini bersifat tidak wajib, sehingga terdapat mahasiswa yang tidak berkecimpung di dalamnya (Fadjar & Effendi, 1992). Mengikuti UKM tentu saja lebih bermanfaat daripada menghabiskan waktu luang para mahasiswa untuk kegiatan yang tidak berguna apalagi sampai terjerumus dalam pergaulan bebas dan narkoba (Setiadi, 2011).

Namun, fenomena yang sering terjadi dari sebuah organisasi, terkadang sebagian mahasiswa mengikuti sebuah organisasi hanya untuk mengisi waktu luang dan hanya ingin bersenang-senang dengan mahasiswa yang lain. Selain itu, adapula mahasiswa yang sering bolos masuk perkuliahan, kurang serius belajar dalam menghadapi ujian, sibuk dengan masalah yang ada di organisasi, karena terlalu fokus dan cintanya pada organisasinya tersebut, sehingga mereka tidak memikirkan akademiknya yang terbengkalai bahkan sampai drop out (DO). Jika mahasiswa tidak memiliki identitas yang baik tentang karirnya, bisa jadi mereka akan fokus hanya pada kegiatan UKM yang diikutinya.

(14)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa. Namun, IPK yang tinggi itu belum tentu menjadi jaminan dimana mahasiswa memiliki kepribadian yang baik pula (Anizah, 2008). Banyak faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar (Slameto, 2010). Faktor internal yaitu inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang yaitu, keadaan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dari sisi inteligensi, mahasiswa yang memiliki IPK tinggi itu memang bisa mencerminkan bahwa dia cerdas. Tetapi selain IQ, faktor lain yang menentukan kesuksesan seseorang yaitu kecerdasan emosi (Emotional Intellegence). Goleman (Alfiana, 2013) menyatakan bahwa 80 % dari kesuksesan

ternyata dipengaruhi oleh faktor-faktor non-IQ, yaitu EQ yang salah satu domainnya adalah regulasi diri. Agar individu mampu mengendalikan, mengatur, menyesuaikan, dan mengarahkan diri terutama bila menghadapi keadaan yang sulit dibutuhkan regulasi diri yang baik.

Regulasi diri merupakan kemampuan individu mengontrol diri dalam mencapai tujuan, sehingga individu meregulasi diri demi tercapai tujuan yang diinginkannya (Alfiana, 2013). Istilah regulasi diri pertama kali dikenalkan oleh Bandura dalam teori belajar sosial, yang dimana artinya adalah kemampuan seseorang untuk mengontrol perilakunya sendiri (Boeree, 2010). Dengan melatih dan mengatur aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh individu, regulasi diri dapat muncul pada diri individu itu sendiri. Barry Zimmerman (Santrock, 2008) menyatakan bagaimana meningkatkan self regulated yaitu mengevaluasi dan memonitor sendiri belajarnya, menetapkan tujuan dan strategi perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan proses belajar, serta pemantauan hasil dan memperbaiki strategi.

(15)

transisi dari ketidakdewasaan menuju kedewasaan individu (Steinberg, 2002). Salah satu ciri remaja yang kebingungan dalam suatu konteks, mereka tidak bisa memprioritaskan antara vokasi dengan organisasi. Menurut Brook (1978), keputusan-keputusan yang berkenaan dengan rencana pendidikan dan pekerjaan merupakan bagian dari perkembangan vokasional remaja (Sari, 2010).

Menurut Santrock (2003), perkembangan vokasional meliputi perkembangan karier dan kesadaran akan pendidikan yang diperlukan untuk memasuki karier tersebut. Remaja yang terlibat lebih dalam saat proses pembentukan identitas vokasional, akan lebih bisa memfokuskan pilihan karier mereka dan memantapkan langkahnya untuk mencapai tujuan di masa depan, baik jangka pendek maupun tujuan jangka panjang (Raskin, 1994).

Grotevant (Raskin, 1994) menyatakan bahwa seorang remaja akan lebih mudah membentuk identitas dalam bidang vokasional melalui eksplorasi berbagai cara dan mengukuhkannya dengan komitmen. Individu dapat memilih bidang yang diminatinya, mengetahui kemampuan yang dibutuhkannya, serta akan merasa percaya diri dalam menentukan pilihan jika mereka mampu menggali informasi dengan benar. Apabila eksplorasi ini berhasil, individu akan lebih mudah dan lebih mampu mengarahkan dirinya serta menciptakan komitmen terhadap apa pilihannya dalam bidang vokasi. Berdasarkan paradigma ini, perkembangan status identitas telah menghasilkan dua dasar dimensi, yaitu eksplorasi (penggalian) berbagai alternatif dan komitmen (pengikatan diri) dari seseorang terhadap sesuatu (Marcia, 1993).

Dari hal-hal diatas menjelaskan bahwa identitas adalah sebuah fenomena psikologi yang kompleks. Dimana hal itu adalah cara pemikiran seseorang untuk membentuk kepribadiannya dengan status identitas yang jelas. Selain itu, penting juga mengidentifikasi individu mulai dari masa kanak-kanak, identifikasi peranan seks, pola asuh, ideologi, norma-norma yang berlaku, seberapa komit individu tersebut dalam berkomitmen, dan apakah kemampuan yang dimiliki oleh seorang individu itu tereksplor atau tidak.

(16)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Amerika menyatakan bahwa, regulasi diri yang kurang efektif dapat menimbulkan perilaku agresif, sedangkan mereka yang memiliki regulasi diri efektif akan lebih mampu mengendalikan dirinya. Keberhasilan individu dalam pembentukan identitas dilihat dari kemampuan individu dalam mengendalikan dirinya. Apabila seseorang tidak mampu mengendalikan dirinya dan berperilaku agresif dalam bertindak, itu artinya individu tersebut masih belum mampu bereksplorasi dan berkomitmen.

Selain itu, penelitian Trentacosta dan Shaw (dalam Sari, 2010) juga menunjukkan hasil bahwa regulasi diri dapat menjadikan seseorang mampu mengendalikan perilaku maladaptif. Individu yang belum bisa melakukan regulasi diri dengan baik, ia tidak akan mampu memaknai identitas dirinya. Karena, apabila perilaku maladaptif tersebut masih dilakukan, individu tersebut masih belum menggali bagaimana ia seharusnya mengontrol emosinya dan memastikan bahwa perilaku tersebut tidak baik. Apabila ia sudah mampu meregulasi dirinya, berarti ia akan bisa mengendalikan segala perilaku buruknya dan berkomitmen untuk tidak lagi melakukan hal buruk.

Lalu penelitian dari Baumeisteir, Gailliot, DeWall, Nathan, dan Oaten tahun 2006 (dalam Alfiana, 2013), menyatakan bahwa pengendalian diri yang teratur dapat menghasilkan regulasi diri yang baik. Setiap orang memang memiliki perbedaan dalam perkembangan identitasnya, namun dalam penelitian ini menunjukkan bahwa individu tersebut sudah mampu mengeksplor dan berkomitmen dalam pembentukan status identitasnya (achievement). Snyder (Baron & Byrne, 1997) menjelaskan bahwa individu dengan self monitoring tinggi mampu untuk menyesuaikan diri pada situasi dan mempunyai banyak teman serta berusaha untuk menerima evaluasi positif dari orang lain. Ini artinya individu dengan self monitoring tinggi cenderung fleksibel, cerdas, serta memiliki penyesuaian diri yang baik, sehingga lebih cepat belajar di lingkungan dan situasi tertentu.

(17)

secara langsung berbicara tentang regulasi diri, penemuan tersebut bersangkutan dengan self-regulatory ability (Husna, 2012).

Selain itu, penelitian tentang regulasi diri juga dilakukan oleh Blair dan Razza (Bodrova & Leung, 2008) yang lebih fokus pada pendidikan, yaitu hubungan antara self regulated learning dengan prestasi akademik. Hasilnya ditemukan bahwa meregulasi anak sejak usia dini dapat memprediksi prestasi sekolahnya dibanding skor IQ-nya. Sama halnya dengan penelitian Weinstein & Mayer (Basuki, 2005) yang menemukan bahwa siswa yang mampu memberdayakan strategi-strategi SRL (self regulated learning), khususnya strategi kognisi dan metakognisi akan menghasilkan prestasi akademik yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang tidak mampu memberdayakan SRL. Sungur dan Gungoren (2009) juga melakukan penelitian dengan hasil bahwa lingkungan sekolah yang mendorong siswa untuk meregulasi diri berpengaruh positif terhadap prestasi akademik. Penelitian dari Stoeger dan Ziegler (2005) juga menemukan bahwa secara umum program intervensi SRL dinyatakan cocok untuk mengurangi underachievement dan pada akhirnya meningkatkan prestasi akademik pada siswa.

(18)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa individu akan memperoleh hasil yang baik, jika memiliki regulasi diri yang baik. Apabila individu sudah mengeksplor dan mampu meregulasi dirinya dengan baik berarti ia sudah berkomitmen pada dirinya sendiri yang akhirnya ia akan menemukan status identitas dirinya. Maka apabila mahasiswa memiliki regulasi diri yang cukup baik, sekalipun ia aktif dalam organisasi, ia akan mampu berprestasi pula karena sudah mampu menentukan identitas vokasionalnya dengan baik. Perencanaan pembelajaran, pemantauan, pengontrolan dan evaluasi dalam belajar masih masih harus ditekankan pada diri mahasiswa, apalagi yang juga sibuk dalam organisasi.

Dilatarbelakangi oleh hasil penelitian sebelumnya tentang regulasi diri dan fenomena-fenomena kebingungan pembentukan status identitas vokasional yang terjadi sebagaimana dipaparkan diatas, regulasi diri termasuk faktor yang ada pada individu dalam pembentukan status identitas seseorang. Maka penelitian ini memfokuskan pada “Hubungan Antara Status Identitas Vokasional dengan Regulasi Diri”. Penelitian dilakukan pada mahasiswa anggota UKM di Kampus UPI Bandung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang akan menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di Kampus UPI Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri mahasiswa anggota UKM di Kampus UPI Bandung.

D. Kegunaan Penelitian

(19)

1. Memberikan referensi pengetahuan, terutama ilmu psikologi mengenai status identitas dan regulasi diri. Memberikan penjelasan secara sistematis dan terukur mengenai hubungan antara status identitas dengan regulasi diri.

2. Menjadi perbandingan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dalam Psikologi Perkembangan.

3. Sebagai tambahan pengetahuan bagi praktisi pendidikan (guru bidang bimbingan dan konseling atau guru bidang studi) dalam upaya memberikan layanan bimbingan atau layanan pembelajaran secara tepat sesuai dengan status identitas para siswa. Dengan layanan bimbingan dan layanan pembelajaran secara tepat, sehingga dapat mengembangkan siswa agar dapat menyesuaikan diri antara status identitas vokasionalnya dengan regulasi dirinya.

4. Memberikan gambaran, pengetahuan, pemahaman mengenai status identitas mahasiswa yang aktif dalam organisasi, serta memberikan masukan pada orang tua jika memiliki anak yang kasusnya seperti ini. 5. Memberikan gambaran dan pemahaman pada mahasiswa-mahasiswi

apabila mengalami hal seperti ini yaitu mengenai status identitas vokasional dan regulasi diri.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk lebih dapat memberikan penjelasan dengan lebih sistematis, dan untuk dapat melihat persoalan dengan lebih objektif, maka penulis menyusun skripsi ini berdasarkan urutan sebagai berikut:

1. Bab I: Pendahuluan

Dalam bab I ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan

(20)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab II ini terdiri dari uraian teori yang menjadi acuan pembahasan. Teori-teori yang digunakan adalah teori mengenai pembentukan status identitas vokasional dan teori regulasi diri.

3. Bab III: Metode Penelitian

Pada bab III ini dijelaskan mengenai lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, teknik pengambilan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan proses pelaksanaan penelitian.

4. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV ini terdiri dari dua bagian besar, yaitu hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang gambaran subjek penelitian, hasil, dan pembahasan.

5. Bab V: Kesimpulan dan Saran

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di lingkungan Kampus Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Peneliti memilih lokasi Kampus UPI Bandung karena fenomena yang ditangkap oleh peneliti dan juga sebagaimana dijelaskan di latar belakang yang berada di kampus UPI Bandung.

2. Populasi Sampel Penelitian

“Populasi adalah elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama -sama dan secara teoritis menjadi target hasil penelitian” (Babbie, 1983, dalam Sukardi, 2012). Sebagaimana dikemukakan Sukardi (2012, hlm. 53), “populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian”.

Adapun populasi yang peneliti gunakan adalah seluruh mahasiswa UPI Bandung. Sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data tersebut adalah yang disebut sampel penelitian (Sukardi, 2012). Sedangkan menurut Sugiyono (2012, hlm. 81) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Karena jumlah populasi yang sangat banyak, maka peneliti hanya meneliti sampel, tetapi kesimpulannya dapat berlaku bagi populasi karena baik dari jumlah maupun karakteristiknya sampel tersebut mewakili populasi (Sukmadinata, 2009).

3. Teknik Pengambilan Sampel

(22)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan menentukan seseorang menjadi sampel atau tidak didasarkan pada tujuan tertentu, dengan pertimbangan profesional yang dimiliki oleh si peneliti dalam usahanya memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitan (Sukardi, 2012, hal. 64). Salah satu pertimbangan peneliti menggunakan teknik sampling ini adalah dikarenakan populasinya yang luas/tidak diketahui.

Pada penelitian ini, dari semua kelompok anggota populasi, hanya dipilih beberapa UKM sebagai sampel penelitian. Jumlah UKM yang ada di kampus UPI sampai saat ini adalah sebanyak 65. Karena jumlah anggota seluruh UKM tidak diketahui secara pasti, peneliti hanya mengambil 15 UKM sebagai sampel secara acak dan merupakan UKM yang cukup aktif melakukan kegiatan di Kampus. Dari setiap UKM diambil sekitar 10 orang anggota aktif yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian, sehingga total subjek penelitian secara keseluruhan 150 orang. Karakteristik sampel dalam penelitian ini ialah:

1. Subjek merupakan anggota aktif UKM 2. Usia 18-21 tahun

3. Laki-laki dan Perempuan

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012), penelitian kuantitatif ini adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah diterapkan.

(23)

Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel yaitu hubungan antara status identitas vokasional dan regulasi diri.

C. Definisi Operasional Variabel

Cresswell (2008, hal. 160) mengungkapkan bahwa definisi operasional adalah suatu spesifikasi mengenai bagaimana seorang peneliti akan mendefinisikan dan mengukur variabel penelitiannya. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini, yaitu:

1. Status Identitas Vokasional

Yang dimaksud dengan status identitas vokasional dalam penelitian ini adalah seberapa besar kemampuan seseorang dalam melakukan eksplorasi terhadap masalah pendidikan dan pekerjaan, penilaian terhadap kemampuan diri yang dikaitkan dengan masalah pekerjaan, perencanaan masalah pekerjaan, pengambilan keputusan dalam pemilihan pekerjaan. Pembentukan

identitas vokasional remaja ditandai oleh ada tidaknya usaha eksplorasi menyangkut berbagai alternatif vokasional yang dilakukan dan dikukuhkannya komitmen yang mantap terhadap suatu pilihan karir berlandaskan pertimbangan yang matang (Marcia, 1993). Adanya eksplorasi dan komitmen merupakan dua aspek pada penelitian ini.

a. Eksplorasi yaitu kemampuan seseorang dalam menggali informasi dan kemampuan yang dimiliki, untuk mendapatkan pemahaman tentang berbagai pilihan vokasi.

b. Komitmen yaitu kemampuan seseorang dalam menetapkan dan meyakini apa yang telah dipilihnya.

2. Regulasi Diri

(24)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

emosional (Papalia & Odds, 2001). Pembentukan regulasi diri seseorang yang berjalan secara efektif diungkap dengan menggunakan skala/dimensi yang sudah disusun berdasarkan teori Bandura (Omrord, 2008), yaitu :

a. Standar dan Tujuan yang Ditentukan Sendiri (Self Determined Standards and Goal), yaitu menentukan standar dan tujuan yang dibuat dan disusun

sendiri untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

b. Pengaturan Emosi, yaitu kemampuan seseorang dalam mengatur segala emosinya, baik dalam keadaan senang atau sedih untuk tidak berlebihan dalam merespon berbagai hal.

c. Instruksi Diri, yaitu kemampuan seseorang dalam menginstruksikan dirinya sendiri dalam melakukan tindakan/perilaku.

d. Self Monitoring (Pengamatan Diri), yaitu kemampuan sesorang untuk mengamati dan mengobservasi dirinya sendiri untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.

D. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan penulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2008). Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner secara langsung kepada subjek penelitian (mahasiswa yang mengikuti UKM) dengan cara peneliti mengunjungi setiap sekretariat UKM yang menjadi sampel. Sebelum responden mengisi kuesioner tersebut, terlebih dahulu peneliti memberikan instruksi cara pengisian kuesioner tersebut. Kuesioner yang terdiri dari pernyataan-pernyataan tersebut harus dijawab oleh subjek dengan memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan dirinya.

E. Instrumen Penelitian

(25)

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau tentang hal-hal yang ia ketahui”. Responden dapat menjawab kuesioner dengan memilih salah satu jawaban yang tersedia dengan jumlah 4 kategori sebagai alternatif jawaban, yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Dua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen status identitas vokasional dan instrumen self regulation.

1. Instrumen Status Identitas Vokasional

Instrumen pembentukan identitas vokasional ini berdasarkan konsep pembentukan identitas yang dikemukakan oleh James Marcia (1993). Aspek eksplorasi dan komitmen merupakan dimensi pengukuran dalam pembentukan identitas vokasional remaja. Dari instrumen ini akan menghasilkan data mengenai tingkat pembentukan identitas vokasional remaja khususnya yang mengikuti kegiatan kemahasiswaan.

Aspek-aspek pembentukan identitas vokasional diturunkan menjadi indikator-indikator. Setelah itu, menyusun item-item pernyataan sesuai dengan indikator-indikator tersebut untuk mengungkap pembentukan identitas vokasional (Marcia, 1993).

Kisi-kisi instrumen pembentukan identitas vokasional remaja dapat dilihat pada tabel 3.1 (Marcia, 1993).

Tabel 3.1.

Kisi-kisi Instrumen Status Identitas Vokasional

Aspek Indikator Item Jumlah

Favourable Unfavourable

Eksplorasi

Kedalaman Pengetahuan 1,2,3,4,5 6,7 7

Aktivitas yang Diarahkan pada Penambahan Informasi

8,9,10 11,12 5

Mempertimbangkan Bentuk Identitas Diri yang Cocok

13,14,15 16,17 5

Suasana Emosi 18 19 2

Keinginan untuk membuat keputusan awal dalam

(26)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kehidupan

Komitmen

Kedalaman Pengetahuan 25,26,27,28, 29

30,31 7

Aktivitas yang terarah pada implementasi bidang yang dipilih

32,33 34 3

Suasana emosi 35,36,37 38 4

Identifikasi terhadap orang yang dinilai bermakna

39,30,41, 42 4

Proyeksi ke masa depan 43,44,45,46 47 5

Daya tahan terhadap goncangan

48,49,50,51 52,53 6

Jumlah Item 53

2. Instrumen Self Regulation (Regulasi Diri)

Instrumen regulasi diri menggunakan skala regulasi diri yang disusun berdasarkan aspek-aspek regulasi diri berdasarkan teori Bandura (Ormrod, 2008) yaitu standar dan tujuan yang ditentukan sendiri (self determined standards and goal, pengaturan emosi, instruksi diri, dan self monitoring.

Aspek-aspek regulasi diri ini diturunkan menjadi indikator-indikator oleh peneliti dengan berdasarkan teori Ormrod (2008). Setelah itu, disusun item-item pernyataan sesuai dengan indikator-indikator tersebut untuk mengungkap regulasi diri yang dimiliki oleh mahasiswa yang mengikuti unit kegiatan mahasiswa (Ormrod, 2008).

Tabel 3.2.

Kisi-kisi Instrumen Regulasi Diri (Self Regulation)

Aspek Indikator Item Jumlah

Favourable Unfavourable Standar dan Tujuan yang Ditentukan Sendiri (Self Determined Standards and Goal)

Menyusun standar yang bernilai untuk mencapai tujuan yang diinginkan

1,2,3,4 5,6 6

Menetapkan tujuan yang diinginkan

7,8,9 10,11 5

Pengaturan Emosi (Emotional

Regulation)

Menjaga, mengelola, mengatur perasaan 12,13,14,1 5 16,17,18,19,2 0 9

(27)

pengekspresian perilaku negatif

4 Instruksi diri

(self-instruction)

Memantau dan

mengingatkan diri sendiri dalam bertindak

29,30,31 32 4

Self Monitoring / Self Observation

Mengamati dan

menyadari perilakunya sendiri

33,34,35,3 6

37,38 6

Menggunakan teknik tertentu untuk memonitor

perkembangan perilakunya

39 40 2

Memperbaiki

perilakunya apabila melakukan perilaku yang tidak tepat

41,42,43,4 4

45,46 6

Jumlah 46

3. Teknik Skoring

Dalam pembuatan kuesioner ini, peneliti menggunakan skala Likert yaitu skala yang memusatkan kepada sikap subyek atau responden (Ihsan, 2009). Setiap item pernyataan yang diberikan memiliki rentang skor dari angka 1 (satu) sampai angka 4 (empat), dan setiap itemnya ada yang bernilai favourable statement dan unfavourable statement. Responden diminta untuk

memilih salah satu respon yang sesuai dengan dirinya terhadap satu item pernyataan yang disajikan dalam kuesioner yang diberikan. Pola penskoran kuesioner dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3.

Pola Penskoran Kuesioner

Pilihan Favourable Statement Unfavorable Statement

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

F. Kategorisasi Skala

(28)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Status identitas vokasional dibagi ke dalam empat kategori, yaitu identity achievement, moratorium, foreclosure, dan diffusion. Pengkategorian ini

bertujuan untuk mengetahui gambaran pembentukan identitas vokasional remaja. Sebelum melakukan pengkategorian responden ke dalam tipe-tipe tersebut, maka item-item eksplorasi dan komitmen terlebih dahulu dipisahkan untuk mempermudah pengkategorisasian.

Tabel 3.4

Kategorisasi Status Identitas Remaja

No Eksplorasi Komitmen Kategori

1 Tinggi Tinggi Identity Achievement

2 Tinggi Rendah Identity Moratorium

3 Rendah Tinggi Identity Foreclosure

4 Rendah Rendah Identity Diffusion

Dari dimensi eksplorasi dan komitmen, data responden dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Pengkategorian itu dilakukan dengan menggunakan perhitungan skor Z yang merupakan representasi deviasi distribusi normal, dan dengan norma skala 2 level. Perhitungan yang dipakai adalah rumus dua level, yaitu:

Tinggi : X (rata-rata populasi) Rendah : X < (rata-rata populasi)

(Ihsan, 2013) Hasil penghitungan Dua Level tersebut:

Tinggi : T 50 Rendah : T < 50

(29)

Tabel 3.5

Kategorisasi Status Identitas Vokasional Remaja

2. Kategorisasi Self Regulation

Untuk mengetahui gambaran regulasi diri, maka responden dikategorikan ke dalam tiga tingkat self regulation, yaitu self regulation tinggi, sedang, dan rendah. Dengan ketiga tingkat tersebut, perhitungan yang dipakai menggunakan rumus tiga level, yaitu:

a. Self Regulation tinggi : T + 1

b. Self Regulation sedang : c. Self Regulation rendah : T <

Sistem penilaiannya dengan menggunakan mean ( yang diperoleh responden dengan deviasi standar ( . Berdasarkan penelitian, maka diperoleh mean ( sebesar 50 dan deviasi standar ( sebesar 10 (Ihsan, 2013).

Berdasarkan penjelasan diatas, maka akan menghasilkan pengkategorisasian self regulation sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kategorisasi Self Regulation

NO Skor Kriteria

1 T Tinggi

2 40 Sedang

3 T Rendah

G. Analisis Instrumen

1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan ketepatan suatu alat ukur dalam menjalankan fungsi pengukuran sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar, 2011, hlm. 5). Tujuan uji validitas ini adalah mengetahui sejauh mana ketepatan dan

Dimensi Skor Kriteria

Eksplorasi T 50 Tinggi

T < 50 Rendah

Komitmen T 50 Tinggi

(30)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Dalam penelitian ini, uji validitas instrumen dilakukan terlebih dahulu dengan menguji validitas isi (content validity), yaitu dengan . meneliti sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel yang dikenai tes tersebut (Gregory, 2000). Artinya tes mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Oleh karena itu, pengujian validitas ini perlu dilakukan apakah instrumen penelitian ini sudah tepat atau masih perlu diperbaiki lagi, oleh para professional sebelum try out dilakukan. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan oleh tiga

professional judgement, yaitu Helli Ihsan, S.Ag, M.Si (dosen Psikometri), Siti

Chotidjah, M.A., Psi (dosen Psikometri), dan Drs. Mif Baihaqi, M.Si (dosen Psikologi Perkembangan).

Dari hasil penilaian para ahli tersebut, item-item setiap instrumen secara keseluruhan sudah cukup relevan dengan fungsi pengukurannya. Pada alat ukur status identitas vokasional dan regulasi diri ini terdapat beberapa item yang direvisi susunan kalimatnya. Selanjutnya peneliti melakukan try out kepada 169 mahasiswa sebagai responden, pada tanggal 27-29 September 2014.

2. Analisis Item

Menurut Arikunto (2006), tujuan dari analisis item adalah mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang buruk. Setelah melakukan try out, peneliti melakukan analisis item kembali dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total instrumen. Item yang akan dipilih untuk penelitian sebenarnya di lapangan adalah item yang dipilih menjadi item final yang memiliki korelasi item total sama dengan atau lebih besar dari 0,30 (Ihsan, 2013).

(31)

batas kriteria dari 0,30 menjadi 0,20 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat dicapai (Ihsan, 2013).

a. Analisis Item Instrumen Status Identitas Vokasional

Berdasarkan analisis item yang telah dilakukan terhadap 53 item dalam instrumen status identitas vokasional dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0. diperoleh hasil 40 item yang valid. Secara rinci

[image:31.595.135.520.385.480.2]

item-item tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.7

Hasil Analisis Item Instrumen Status Identitas Vokasional

Item Layak Item Tidak

Layak 1,2,3,4,5,8,13,15,16,18,19,20,21,22,23,24,25,26,28,30,31

,32,33,35,36,37,38,39,40,41,42,43 ,46,47,48,49,50,51,52,53

6,7,9,10,11,12,1 4,17,27,34,44,4

5

Selanjutnya, item-item yang layak akan digunakan untuk instrumen penelitian yang sesungguhnya, sedangkan item-item yang tidak layak akan dihapus dan tidak dipergunakan kembali dalam instrumen penelitian yang sesungguhnya karena tidak mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Tabel 3.8

Item yang Digunakan dan Item yang Tidak Digunakan Pada Instrumen

Status Identitas Vokasional

Aspek Indikator Item Layak Item Tidak Layak

[image:31.595.113.516.662.728.2]
(32)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Aktivitas yang

Diarahkan pada

Penambahan Informasi

8 9,10,11,12

Mempertimbangkan Bentuk Identitas Diri yang Cocok

13,15,16 14,17

Suasana Emosi 18,19

Keinginan untuk membuat keputusan awal dalam kehidupan

20,21,22,23,24

Komitmen

Kedalaman Pengetahuan 25,26,28,30,31 27,29 Aktivitas yang terarah

pada implementasi bidang yang dipilih

32,33 34

Suasana emosi 35,36,37,38 Identifikasi terhadap

orang yang dinilai bermakna

39,40,41,42

Proyeksi ke masa depan 43,46,47 44,45 Daya tahan terhadap

goncangan

48,49,50,51,52,53

b. Analisis Item Instrumen Regulasi Diri

[image:32.595.113.513.82.384.2]

Berdasarkan analisis item yang telah dilakukan terhadap 46 item dalam instrumen regulasi diri dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0. diperoleh hasil 30 item yang valid. Secara rinci item-item tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.9

Hasil Analisis Item Instrumen Regulasi Diri

Item Layak Item Tidak

Layak 1,4,7,8,9,10,11,13,14,15,21,22,24,25,27,29,30,31,32,33,34,36 ,37,38,39,40,41,43,44,45 2,3,5,6,12,16,17, 18,19,20,23,26,2 8,35,42,46

(33)
[image:33.595.110.515.177.603.2]

dihapus dan tidak dipergunakan kembali dalam instrumen penelitian yang sesungguhnya karena tidak mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Tabel 3.10

Item yang Digunakan dan Item yang Tidak Digunakan Pada

Instrumen Regulasi Diri

Aspek Indikator Item

Layak

Item Tidak Layak Mengatur standar dan

tujuan yang ditentukan sendiri (Self determined standards and goal)

Menyusun Standar 1,4 2,3,5,6

Menetapkan tujuan yang

diinginkan 7,8,9,10,

11 Pengaturan Emosi

(Emotional Regulation)

Menjaga, mengelola, mengatur perasaan

13,14,15 12,16,17 ,18,19,2

0 Mengontrol pengekspresian

perilaku negatif

21,22,23, 24,25,27

23,26,27 , Instruksi diri

(self-instruction) :

Instruksi atau pengingat yang seseorang berikan kepada dirinya sendiri tentang tindakan-tindakan yang tepat.

Memantau dan

mengingatkan diri sendiri dalam bertindak

29,30,31, 32

Self Monitoring / Self Observation :

Mengamati diri sendiri saat sedang melakukan sesuatu (self-monitoring) atau observasi diri (self-observation).

Mengamati dan menyadari perilakunya sendiri

33,34,36, 37,38

35 Menggunakan teknik tertentu

untuk memonitor

perkembangan perilakunya

39,40

Memperbaiki perilakunya apabila melakukan perilaku yang tidak tepat

41,43,44, 45

42,46

3. Reliabilitas Instrumen

(34)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dinyatakan oleh koefisien reliabilitas, yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Koefisien reliabilitas inilah yang dapat menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya dan diandalkan. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas dan semakin kecil kesalahan pengukuran. Sebaliknya koefisien reliabilitas yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya dan semakin besar kesalahan pengukuran.

Dalam menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS melalui teknik alpha cronbach untuk mengetahui seberapa konsisten tiap-tiap item dalam suatu isntrumen. Dibawah ini merupakan hasil uji reliabilitas masing-masing instrument pada penelitian ini.

a. Reliabilitas Instrumen Status Identitas Vokasional 1. Reliabilitas Instrumen Aspek Eksplorasi

Setelah dilakukan uji coba diperoleh hasil reliabilitas instrumen status identitas vokasional aspek eksplorasi adalah 0,837 yang menunjukkan bahwa reliabilitas pada aspek eksplorasi adalah reliabel dan dapat digunakan.

2. Reliabilitas Instrumen Aspek Komitmen

Setelah dilakukan uji coba diperoleh hasil reliabilitas instrumen status identitas vokasional aspek komitmen adalah 0,906 yang menunjukkan bahwa reliabilitas pada aspek komitmen adalah reliabel dan dapat digunakan.

b. Reliabilitas Instrumen Regulasi Diri

Setelah dilakukan uji coba diperoleh hasil reliabilitas instrumen regulasi secara keseluruhan adalah 0,899 yang menunjukkan bahwa reliabilitas pada instrumen regulasi diri adalah reliabel dan dapat digunakan.

(35)

Analisis data menurut Sugiyono (2012) adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lainnya sudah terkumpul. Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Korelasi antara Aspek Eksplorasi dengan regulasi diri dan Aspek Komitmen dengan regulasi diri.

Statistik yang digunakan dalam uji korelasi antara setiap aspek status identitas dengan regulasi diri ini menggunakan teknik korelasi pearson product moment. Adapun rumus korelasi product moment

adalah:

Keterangan:

= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y y = Jumlah perkalian antara variabel x dan Y

=

=

= =

Untuk mengetahui interpretasi seberapa besar tingkat korelasi 2 variabel dalam penelitian ini, peneliti melihat pedoman di bawah ini.

Tabel 3.11

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,000 – 0,199 Sangat Rendah

0,200 – 0,399 Rendah

0,400 – 0,599 Sedang

0,600 – 0,799 Kuat

0,800 – 1,000 Sangat Kuat

(Sugiyono, 2007)

2. Korelasi antara Status Identitas Vokasional dengan Regulasi Diri

(36)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk menentukan keterkaitan dan antara dua variabel yang datanya nominal digunakan teknik ini. Karena teknik korelasi koefisien kontingensi ini sangat erat kaitannya dengan Chi-Square maka dari itu rumus yang digunakan pun mengandung nilai Chi-Square. Rumus korelasi koefesien kontingensi tersbeut adalah,

C =

(Sugiyono, 1997)

Adapun rumus untuk menghitung Chi-Square ( adalah sebagai berikut:

(Sugiyono, 1997) = Chi-Square

fo = Frekuensi yang di observasi

fh = Frekuensi yang diharapkan

Penelitian ini diuji pada taraf nyata 0,05 dan perhitungannya dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0.0 for windows.

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dilakukan dalam beberapa kegiatan, yaitu: a. Mencari fenomena dan masalah yang akan diteliti

Fenomena yang terjadi menjadi dasar permasalahan penelitian yang akan diteliti.

b. Melakukan studi literatur

Untuk mendapatka gambaran yang jelas berkaitan dengan variabel yang akan diteliti, diperlukan studi literatur/kepustakaan.

(37)

Menyusun proposal penelitian merupakan tahap awal penelitian yang diajukan pada saat mengontrak mata kuliah Seminar Psikologi Perkembangan.

d. Mengajukan proposal penelitian kepada Dewan Skripsi

Proposal diajukan kepada dewan skripsi dan kemudian disetujui ketua dewan skripsi dan dosen pembimbing, tentunya setelah melakukan beberapa kali revisi.

e. Penyusunan Instrumen

Alat pengumpul data berupa angket/kuesioner yang disusun sendiri dan adaptasi, juga dikembangkan dari teori yang dikemukakan oleh ahli, kemudian melakukan judgment instrumen yang telah dibuat kepada 2 orang dosen.

f. Uji coba instrumen

Uji coba instrumen dilakukan kepada 169 mahasiswa.

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam penelitian ini, pelaksanaan pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner terhadap mahasiswa UPI yang aktif sebagai anggota UKM sebagai responden. Peneliti membagikan angket kepada 15 UKM dan 10 orang setiap UKM sebagai sampel. Kegiatan yang dilakukan adalah dalam pengumpulan data adalah:

a. Mendatangi setiap sekretariat UKM dan menemui anggota-anggota UKM tersebut sebagai responden dan menyampaikan maksud kedatangan peneliti.

b. Memberikan kuesioner penelitian kepada responden. c. Memberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner d. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden.

e. Memberikan reward kepada para responden yang sudah bersedia mengisi kuesioner penelitian

(38)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Prosedur yang dilakukan dalam proses pengolahan data, yaitu: a. Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan untuk mengecek kelengkapan jumlah kuesioner yang terkumpul dan kelengkapan pengisian kuesioner yang telah diisi oleh responden.

b. Input dan Skoring Data

Input data merupakan proses dimana peneliti merekap dan menginput semua data yang telah diperoleh.

c. Pengolahan Data secara Statistik

Dari data yang telah diperoleh kemudian peneliti melakukan skoring, mengkategorikan data, melakukan uji reliabilitas dan validitas, dan menguji korelasi antar variabel untuk menguji hipotesis penelitian. dengan menggunakan program SPSS versi 16.0.0 for windows.

4. Tahap Penyelesaian

a. Mendeskripsikan dan menginterpretasi data yang telah diolah

b. Membahas hasil dan analisis penelitian berdasarkan teori yang digunakan

c. Membuat kesimpulan, saran, dan rekomendasi dari hasil penelitian d. Menyusun laporan hasil penelitian dan dipresentasikan sesuai dengan

(39)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Secara keseluruhan, status identitas vokasional pada mahasiswa Anggota UKM di Kampus UPI Bandung memiliki identitas achievement. Mayoritas dari mereka sudah mampu mengeksplor dan berkomitmen terhadap pilihannya walaupun dengan regulasi diri yang masih dalam tingkat sedang. Hal ini nyatanya mematahkan asumsi banyak orang bahwa tidak semua mahasiswa anggota UKM tidak bisa mengatur dirinya dengan baik. Hal ini dikarenakan mereka sudah berkomitmen terhadap pilihan vokasinya dan sudah mengeksplor berbagai alternatif pilihan vokasinya dengan baik. Kebanyakan dari mereka mengikuti UKM karena mereka hanya butuh kegiatan sebagai pelepas penat dari kegiatan akademiknya, dan juga sebagai penyalur minat dan bakat yang ada dalam dirinya. Berdasarkan hasil uji hipotesis dan hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri mahasiswa anggota UKM di Kampus UPI Bandung. Hal ini berarti status identitas vokasional yang dirasakan oleh para mahasiswa memiliki pengaruh terhadap pembentukan regulasi dirinya. Individu yang sudah memiliki identitas vokasional yang tetap, dia tentunya sudah bisa meregulasi dirinya dengan baik.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka rekomendasi dalam penelitian ini diajukan kepada (1) para mahasiswa yang mengikuti UKM, (2) peneliti selanjutnya.

(40)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(41)

dirinya lagi agar menjadi lebih baik lagi untuk menunjang identity achievement yang dimilikinya.

a. Untuk mahasiswa yang masih memiliki identitas foreclosure, moratorium, dan diffusion, diharapkan lebih memperbaiki, menggali,

dan lebih menjelaskan lagi apa yang harus di eksplor dan apa yang dikomitmennya dari kriteria masing-masing identitasnya tersebut.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini tentunya sangat banyak keterbatasan dan kekurangan,

(42)
(43)

Restu Khoirun Nissa, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Alfiana, A.D., (2013). Regulasi Diri Mahasiswa Ditinjau dari Keikutsertaan dalam Organisasi Kemahasiswaan. Jurnal Fakultas Psikologi, Vol 01 no 02 Agustus 2013. Universitas Muhammadiyah Malang.

Alwisol.(2004). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press Arifin

Anizah, Siti. (2008). Organisasi vs IPK. Tersedia padahttp://www.bunghatta.ac.id/artikel/256/organisasi-vs-ipk.html.

Diakses pada tanggal 4 Juni 2014.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arjanggi, R. & Suprihatin, T. (2010). Metode pembelajaran tutor teman sebaya meningkatkan hasil belajar berdasar regulasi diri. Makara Social Humaniora, 14, 2, 91-97. Diperoleh dari http://journal.ui.ac.id/humaniora/.article/viewile/666/635.

Azwar, Saifuddin. (2011). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Belajar Azwar, Saifuddin. (2011). Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar Baihaqi, dkk. (2009). Status Identitas dan Spiritualitas Remaja (Studi Korelasi

dan Demografis Mahasiswa UPI Bandung). Artikel. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Bandura, A. (1986). Social Foundation of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Baron, R. A. & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga Basuki, A.M.H. (2005). Pengujian kontribusi belajar yang bermakna pada

kreativitas, self-regulated learning, dan prestasi akademik: Studi kasus pada siswa sekolah menengah umum di Jakarta. Seminar Nasional PESAT. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Bodrova, E., Leong, D. J. (2008). Developing Self-Regulation in Kindergarten. Beyond the Journal Young Children on the Web. [Online]. Tersedia dalam www.naeyc.org/files/yc/file/200803/BTJ_Primary_Interest.pdf. Diakses pada tanggal 4 Juni 2014.

(44)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(45)

Budi, Priyati. (2008). Penting manakah IPK tinggi atau UKM. Tersedia pada

http://www.bunghatta.ac.id/artikel/260/penting-manakah-ipk-tinggi-ataukah-ukm.html. Diakses pada tanggal 4 Juni 2014.

Brehm, S.S., & Kassin, S.M. (1993). Social Psychology. Second Edition. New Jersey: Houghton-Mifflin Company.

Cremers, Agus. (1989). Erik H.Erikson; Identitas dan Siklus Hidup Manusia. Terjemahan Agus Cremes. Jakarta: Gramedia.

Cresswell, J.W. (2008). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Qualitative and Quantitative Research. New Jersey: Pearson

Prentic Hall.

Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda Karya.

Erikson, E.H. (1968). Idenitity Youth and Crisis. New York: W.W. Norton.

Fajar, M., & Effendy, M. (1992). Dunia Perguruan Tinggi dan kemahasiswaan. Malang: PT. Tiara Wacana Jogjakarta.

Gregory, Robert J. (2000). Psycological Testing: History, Principles and Aplications. Boston: Allyn and Bacon.

Grotevant, B.D. (1998). Adolescence Development in Family Contexts. Handbook of Child Psychology, fifth edition. Vol.3: 1097-1138. Editor: Damon, W. New York: John Willey & Sons. Inc.

Greenberg, L.S. (2002). Emotion-focused therapy: Coaching clients to work thorugh their feelings. APA: Washington DC.

Gunarsih, Singgih D. (1990). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Hall & Lindzey. (1985). Introduction to theories of Personality. New York: John

Wiley and Sons.

Hermawati, Rosyida. (2008). IPK Tinggi vs Organisasi Mahasiswa. 2008. Tersedia pada http://www.bunghatta.ac.id/artikel/275/ipk-tinggi-vs-organisasi-mahasiswa.html. Diakses pada tanggal 5 Juni 2014.

(46)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Husaini, Usman, dkk. (2003). Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Husna, N.A., (2012). Tantangan Pengembangan Psikologi Indonesia. Jakarta: Program Studi Psikologi Universitas Paramadina.

Ihsan, Helli. (2013). Metode Skala Psikologi. Bandung: Tidak Diterbitkan Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Prenada Media Group.

Kurnia, Diani. (2012). UKM Bagi Mahasiswa. Tersedia pada

http://edukasi.kompasiana.com/2013/12/10/ukm-bagi-mahasiswa-618012.html. Diakses pada tanggal 4 Juni 2014.

Marcia, J.E et al. (1993). Ego Identity For Psychosocial Research. New York: Springer Verlag.

Markum, M. E. (1998). Sifat Sumber Daya Manusia Indonesia Penunjang Pembangunan: Studi tentang Prasyarat Sifat, Latar Belakang Keluarga dan Sekolah dari Individu Berprestasi Tinggi. [Abstrak] Disertasi. Universitas

Indonesia. Diunduh dari:

http://www.lontar.ui.ac.id//opac/themes/libri2/detail.jsp?id=74950&lokasi =lokal.

Mastuti, E., Indrijati, H., & Andriani, F. (2006). Memahami Perilaku prokrastinasi akademik berdasar tingkat self regulation learning dan trait kepribadian. Surabaya: Laporan Penelitian DIPA PNBP, Lembaga Penelitian Universitas Airlangga.

Monks&Knoers. (2009). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Narulita, M.F. (2005). Hubungan antara Self Regulated Learning dengan Persepsi Dukungan Sosial dengan Prestasi Akademik Mahasiswa. Thesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Novita, Yustia. (2011). Hubungan antara Status Identitas dengan Self Monitoring. Skripsi Sarjana Psikologi Universtitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

(47)

Nurfuadah, N.R. (2014). Pulang Kuliah, Nongkrong Dulu di UKM, Dong!

Tersedia pada

http://kampus.okezone.com/read/2014/05/06/373/980729/pulang-kuliah-nongkrong-dulu-di-ukm-dong. Diakses pada tanggal 4 Juni 2014.

Ormrod, Jeanne Ellis. (2008). Psikologi Pendidikan Jilid II. Jakarta: Erlangga. Papalia D.E, Olds, Feldman. (2001). Human Development, eight edition. New

York: McGraw-Hill

Pikunas, Lustin. (1976). Human Development. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha, Ltd

Raskin. (1994). Discussion on Ego Identity, Identity and Development. New Jersey: Lawrence Elbaum Associates, Publishers.

Robbins, S.P. (1996). Perilaku Organisasi: Konsep-Kontroversi-Aplikasi. Jilid 2. Jakarta: Prenhallindo.

Santrock, J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga ___________. (2004). Educational Psychology (2th ed). Boston: McGraw-Hill ___________. (2008). Educational Psychology. 3rd edition. New York:

McGraw-Hill Companies.

Sari, N.S. (2011). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Pembentukan Identitas Vokasional Remaja. Skripsi Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sartika, Guslia. (2011). Hubungan Antara Penyesuaian Sosial di Sekolah dengan Prestasi Belajar. Skripsi: Fakultas Ilmu Pendidikan-Jurusan Psikologi UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sarwono, S.W. (2007). Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Savira. F., & Suharsono, Y. (2013). Self Regulated Learning (SRL) dengan

Prokrastinasi Akademik pada Siswa Akselerasi. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, vol 01, No 01. Fakultas Psikologi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

(48)

Restu Khoirun Nissa, 2014

Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Holt, Rinehart & Winston.

Schunk, D.H. & Zimmerman, B.J. (Eds). (1998). Self Regulated Learning : From teaching to self reflective practice. New York: The Guilford Press.

Setiadi, Riga. (2011). Dilema Klasik Aktivitas UKM vs Nilai IPK. Tersedia pada http://mjeducation.com/dilema-klasik-aktivitas-ukm-vs-nilai-ipk/. Diakses pada tanggal 5 Juni 2014.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor – faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Stoeger, H. & Zieger, A. (2005). Evaluation of an Elementary Classroom Self-Regulated Learning Program for Gifted mathematics underachievers. International Educational Journal, 6(2), 261-271. ISSN 1443-175@2005Shannon Research Press. http://icj.cjb.net

Sugiyono. (1997). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta

_________. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta

_________. (2012). Metode Penelitian Pendidikan; pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara .

Sukmadinata, S.N. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sungur, S. & Gungoren, S. (2009). The Role of Classroom Environment Perceptions in Self-Regulated Learning and Science Achievement. Elementary Education. [Online], 8, (3), 883-900. Tersedia di http://ilkogretim-online.org.tr. Diakses pada tanggal 7 Juni 2014.

Steinberg. (2002). Adolescence 6th Ed. USA: McGraw Hill Higher Education. UU No. 22 tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(49)

Gambar

Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Tabel 3.4
+5

Referensi

Dokumen terkait

Slika 2.21: Prikaz organiziranega omrežja kolesarskih poti in spremljajoče infrastrukture Vir: RS, MPZ, DRSC, strategija razvoja državnega kolesarskega omrežja v RS, Ljubljana 2000

Dari kedua hal tersebut, kesimpulannya adalah E- Marketplace dapat memudahkan pengguna dalam melakukan pemilihan produk, sehingga pemilihan produk merupakan salah

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda menarik perhatian kearah dzikruLlah secara tindakan berasal dari sabda Hadhrat Masih Mau’ud as, “Beliau as biasa mengatakan suatu peribahasa

16 GSJA (Gereja Sidang Jemaat Allah) Filipi Bareng Lor, Klaten Utara. 17 GPI (Gereja Penyebaran Injil) Margorejo, Karanganom,

kamar mandi” karya Gusmel Riyald, ald, dapat diketahui bahwa d dapat diketahui bahwa drama ini menggunakan rama ini menggunakan alur maju yaitu dari pertama terjadi suatu

Berdasarkan hasil dari analisis yang dilakukan peneliti terhadap respon jawaban siswa dalam uji learning obstacle dan learning trajectory siswa maka akan disusun sebuah

PENGARUH EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN DAN INTENSI PELAKSANAAN ETIKA KERJA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN MASYARAKAT PADA PEGAWAI TINGKAT KECAMATAN DI KOTA BANDUNG.. Universitas

Pada skala harga diri diperoleh hasil bahwa dari 51 item yang diujicobakan terdapat 49 item yang dinyatakan valid. Adapun hasil uji reliabilitas menunjukkan koefisien