• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA)UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN NILAI TEMPAT DALAM MATEMATIKA PADA SISWA TUNARUNGU KELAS IV SDLB DI SLB B SUKAPURA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA)UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN NILAI TEMPAT DALAM MATEMATIKA PADA SISWA TUNARUNGU KELAS IV SDLB DI SLB B SUKAPURA BANDUNG."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN NILAI TEMPAT

DALAM MATEMATIKA PADA SISWA TUNARUNGU KELAS IV SDLB DI SLB B SUKAPURA BANDUNG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana S1

Departemen Pendidikan Khusus

Oleh

Nurul Muslimah

1000683

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA)

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN NILAI TEMPAT DALAM MATEMATIKA PADA SISWA TUNARUNGU

KELAS IV SDLB DI SLB B SUKAPURA BANDUNG

(Studi Eksperimen dengan “One Group Pre-test Post-test Design”)

Oleh Nurul Muslimah

1000683

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

©Nurul Muslimah, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

PENERAPAN PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN NILAI TEMPAT

DALAM MATEMATIKA PADA SISWA TUNARUNGU KELAS IV SDLB DI SLB B SUKAPURA BANDUNG

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. Hj. Tati Hernawati, M.Pd NIP. 19630208 198703 2 001

Pembimbing II

Dr. H Dudi Gunawan, M.Pd NIP. 19621121 198403 1 002

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Khusus

Drs. Sunaryo, M.Pd.

(4)

ABSTRAK

PENERAPAN PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA)

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN NILAI TEMPAT DALAM MATEMATIKA PADA SISWA TUNARUNGU

KELAS IV SDLB DI SLB B SUKAPURA BANDUNG

Nurul Muslimah 1000683

This research is motivated by the lack of mathematical problem solving skills, especially the place value learning of a deaf student in primary school so it is necessary to improve it. The purpose of this research is to investigate the application of Concrete Representational Abstract (CRA) approach can improve the ability to determine the place value in the fourth grade deaf students SLB. The research method used was experimental methods and research design used was one group pre-test post - pre-test design. The data processed using Wilcoxon pre-test. The results of this research can improve understanding of place value in math students. Evident from the results obtained by students in the pre-test was 66.3 % and the post-test scores was 94.4 % and an average increase students was 28.15 %. Based on the above results it can be concluded that the application of the abstract concrete representational (CRA) approach can improve the understanding of place value in math in fourth grade deaf students in SLB B Sukapura Bandung.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis, khususnya pembelajaran nilai tempat pada siswa tunarungu jenjang SD sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkannya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pendekatan

Concrete-Representational-Abstract (CRA) dapat meningkatkan kemampuan menentukan nilai tempat pada

siswa tunarungu kelas IV SDLB. Metode penelitiannya eksperimen dan desain penelitiannya adalah One Group Pre-test Post-test Design. Data diolah menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman nilai tempat dalam matematika siswa. Terbukti dari hasil yang diperoleh siswa pada

pre-test sebesar 66,3% dan pada post-test sebesar 94,4% dan skor rata-rata

peningkatan siswa sebesar 28,15%. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan concrete-representational-abstract (CRA) dapat meningkatkan pemahaman nilai tempat dalam matematika pada siswa tunarungu kelas IV SDLB di SLB B Sukapura Bandung.

(5)

Nurul Muslimah, 2014

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ··· i

KATA PENGANTAR··· ii

UCAPAN TERIMAKASIH ··· iii

ABSTRAK ··· vi

DAFTAR ISI ··· vii

DAFTAR TABEL ··· x

DAFTAR GRAFIK ··· xi

DAFTAR GAMBAR··· xii

DAFTAR LAMPIRAN ··· xiii

BAB I PENDAHULUAN ··· 1

A. Latar Belakang Masalah ··· 1

B. Identifikasi Masalah ··· 5

C. Batasan Masalah ··· 6

D. Rumusan Masalah ··· 6

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ··· 6

1. Tujuan Penelitian ··· 6

2. Kegunaan Penelitian ··· 7

BAB II PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA) SEBAGAI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAGI SISWA TUNARUNGU DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN NILAI TEMPAT ··· 8

A. Konsep Dasar Ketunarunguan ··· 8

1. Pengertian Anak Tunarungu··· 8

2. Klasifikasi Tunarungu ··· 9

3. Dampak Ketunarunguan ··· 11

(6)

Nurul Muslimah, 2014

1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran ··· 13

2. Fungsi dan Manfaat Pendekatan Pembelajaran ··· 14

3. Pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) ··· 15

C. Konsep Dasar Nilai Tempat ··· 23

D. Pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) Sebagai Pendekatan Pembelajaran bagi Siswa Tunarungu dalam Meningkatkan Pemahaman Nilai Tempat dalam Pembelajaran Matematika ··· 24

1. Tahapan-tahapan pada pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) ··· 24

a. Tahap Pertama Concrete ··· 25

b. Tahap Kedua Representational ··· 27

c. Tahap Ketiga Abstract ··· 28

2. Kesesuaian Pendekatan CRA dengan Tujuan Pembelajaran ···· 30

3. Kesesuaian Pendekatan CRA dengan Karakteristik Siswa ··· 31

4. Kesesuaian Pendekatan CRA dengan Modalitas Belajar Siswa 32 E. Penelitian Sebelumnya yang Relevan··· 32

F. Kerangka Pemikiran ··· 33

G. Hipotesis ··· 35

BAB III MEDOTE PENELITIAN ··· 36

A. Variabel Penelitian ··· 36

1. Devinisi Operasional Variabel Penelitian ··· 36

a. Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA)··· 36

b. Pemahaman Nilai Tempat ··· 37

B. Metode dan Desain Penelitian ··· 38

1. Metode Penelitian ··· 38

2. Desain Penelitian ··· 39

(7)

Nurul Muslimah, 2014

1. Populasi Penelitian ··· 40

2. Sampel Penelitian··· 41

3. Lokasi Penelitian ··· 41

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ··· 42

1. Teknik Pengumpulan Data ··· 42

2. Instrumen Penelitian ··· 42

E. Uji Coba Instrumen ··· 44

1. Uji Validitas ··· 44

2. Uji Reliabilitas ··· 45

F. Teknik Pengolahan Data ··· 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ··· 49

A. Hasil Penelitian ··· 49

1. Data Deskriptif ··· 49

2. Pengujian Hipotesis ··· 54

B. Pembahasan Hasil Penelitian ··· 56

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ··· 62

A. Simpulan ··· 62

B. Saran ··· 64

DAFTAR PUSTAKA··· 65

LAMPIRAN ··· 67

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika sebenarnya tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, hal ini

sesuai dengan pendapat Abdurrahman (2003, hlm. 199) dalam buku Pendidikan

Bagi Anak Berkesulitan Belajar yang mengatakan bahwa: “Matematika mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan sehari- hari. Semua masalah

kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak

mau harus berpaling kepada matematika”. Ketika seorang Ibu ingin membuat kue, ia harus memiliki takaran bahan-bahan kue, agar tercipta kue yang enak dan lezat dan

memiliki gizi yang seimbang, itu merupakan salah satu contoh kegunaan praktis

matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika dipelajari di jenjang pendidikan sekolah dasar dan menengah.

Matematika mejadi ilmu pokok yang harus dipelajari siswa tunarungu di sekolah.

Namun sangat memprihatinkan jika melihat kenyataan bahwa matematika menjadi

suatu mata pelajaran yang dianggap sulit o leh banyak siswa tunarungu. Salah satu hal

yang menyebabkan adanya pandangan negatif terhadap matematika adalah karena

matematika merupakan ilmu yang abstrak. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Nurhasanah (2010, hlm. 1) bahwa “Matematika adalah sebuah ilmu dengan objek kajian yang bersifat abstrak. Matematika dikatakan abstrak karena

objek atau simbol-simbol dalam matematika tidak ada dalam kehidupan nyata”. Contoh sederhananya adalah nilai tempat. Definisi nilai tempat menyangkut

pemberian suatu nilai kepada masing- masing tempat atau posisi dalam lambang

bilangan multi-digit; yaitu masing- masing tempat dalam lambang bilangan tersebut

(9)

bukanlah suatu bentuk atau benda, namun nilai tempat dapat diterapkan untuk

menentukan banyaknya benda tersebut.

Nilai tempat merupakan konsep dasar matematika yang abstrak, pada saat penulis

melakukan observasi, guru di sekolah yang penulis teliti kurang meng-konkretkan

konsep dasar matematika yang sifatnya abstrak, sehingga tidak heran bila masih

banyak siswa yang tidak memahami konsep dasar matematika termasuk siswa

tunarungu.

Siswa tunarungu ialah seseorang yang mengalami hambatan atau kehilanga n

kemampuan mendengar yang diakibatkan karena ketidakberfungsian sebagian atau

seluruh indera pendengaran. Keterbatasannya tersebut menyebabkan siswa tunarungu

mengalami kesulitan dalam menerima informasi yang datang melalui indera

pendengarannya atau informasi yang bersifat auditif sehingga menyebabkan

minimnya pemahaman siswa tunarungu terhadap materi pelajaran, oleh sebab itu

siswa tunarungu sangat mengandalkan pengelihatannya untuk menerima informasi.

Sebagai penyandang tunarungu mereka membutuhkan pendekatan pembelajaran yang

menggunakan media pembelajaran bersifat visual atau dapat dilihat, sehingga

membantu siswa tunarungu untuk memahami informasi yang disampaikan. Selain

harus bersifat visual, informasi yang disampaikan pada siswa tunarungu pun harus

dilakukan berulang, agar siswa tunarungu mendapatkan lebih banyak pengalaman dan

latihan secara langsung juga pembelajaran harus berdasarkan tahap-tahap

pembelajaran yaitu konkrit, semi konkrit, hingga abstrak.

Seseorang yang memiliki kemampuan dalam konsep dasar matematika, akan

mudah dalam memecahkan kesulitan dan permasalahan numerikal. Operasi

penjumlahan dan pengurangan merupakan bagian dari operasi hitung dalam

matematika yang dipelajari ditingkat sekolah dasar. Namun untuk melakukan operas i

hitung itu siswa tunarungu perlu menguasai pula konsep dasar matematika

diantaranya yaitu konsep nilai tempat, karena fakta di lapangan menunjukan bahwa

(10)

3

menyelesaikan soal operasi hitung dikarenakan pendalaman siswa tunarungu

mengenai konsep nilai tempat suatu bilangan masih kurang.

Pemahaman mengenai nilai tempat sangat penting bagi seorang siswa tunarungu

karena berkaitan dengan penanaman konsep awal matematika, sehingga para guru

perlu menerapkan suatu pendekatan khusus untuk menciptakan suatu proses

pembelajaran yang efektif yang dapat meningkatkan pemahaman nilai tempat siswa

dalam pelajaran matematika. Pendekatan yang digunakan meliputi langkah-langkah

guru dalam penyampaian materi, dan bagaimana peranan guru untuk memberi

pembelajaran untuk siswa tunarungu. Salah satu pendekatan yang memungkinkan

untuk menunjang pemahaman nilai tempat adalah pendekatan

Concrete-Representational - Abstract (CRA).

Dalam sebuah jurnal pendidikan matematika berjudul Effective Mathematics

Instructions yang dikemukakan oleh Steedly, dkk (2008, hlm. -) menyebutkan bahwa pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) merupakan instruksi dalam pembelajaran matematika yang menggabungkan representasi visual”. CRA adalah pendekatan yang memiliki tiga instruksional yang memungkinkan guru menggunakan

Concrete (seperti chip berwarna, rumah bilangan, pola blok) untuk model konsep

matematika yang harus dipelajari, kemudian menunjukan konsep melalui

Representational (seperti gambar lidi yang berjumlah 1 untuk satuan atau lidi yang

berjumlah 20 untuk menunjukan puluhan dst, media yang bersifat visual), dan yang

terakhir adalah Abstract atau simbolis (seperti angka, notasi atau symbol matematika

lainnya)

Model dan alat peraga dalam pendekatan CRA sangat diperlukan untuk

memudahkan pemahaman siswa tunarungu. Guru dapat memberikan kesempatan

kepada siswa tunarungu untuk mempraktikan dan mendemonstrasikan alat peraga

sehingga siswa tunarungu dapat menguasai konsep nilai tempat. Aktivitas yang

langsung dikerjakan oleh siswa dapat membantu pemahaman materi dan ingatan yang

lama pada memori otak. Sulit bagi siswa untuk menguji hubungan abstrak hanya

(11)

tunarungu merepresentasikan ide- ide matematika dalam simbol-simbol, sehingga

dapat menyelesaikan persoalan matematika dengan benar.

Berdasarkan uraian diatas, pendekatan CRA diasumsikan dapat menunjang

kemampuan memahami nilai tempat. Hal ini diperkuat pula dengan pernyataan Piaget

(dalam Wilis Dahar, 1996, hlm. 154) bahwa: “Periode operasional konkret adalah antara umur 7-11 tahun. Tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional. Ini

berarti, siswa memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada

masalah-masalah konkret”. Siswa SD termasuk kedalam kategori yang dinyatakan oleh Piaget. Menurut Bruner (dalam Wilis Dahar, 1996, hlm. 102), dalam teori representasinya

dikemukakan bahwa “seseorang mempelajari pengetahuan melalui tiga tahap, yaitu

Enactive (penyajian melalui tindakan), Iconic (penyajian didasarkan atas pikiran

internal), Symbolic (system berpikir abstrak)”. Penerapan konsep teori representasi Bruner dalam pelajaran matematika diajarkan melalui tahap enactive yaitu

menggunakan benda-benda real (konkret), iconic yaitu menggunakan gambar benda

(semikonkret) dan symbolic yaitu menggunakan lambang- lambang matematika

(abstrak).

Semakin tinggi jenjang siswa tunarungu dalam pendidikan maka semakin

beragam pelajaran yang diterimanya, sehingga siswa tunarungu harus memahami

betul konsep nilai tempat sebagai dasar pembelajaran selanjutnya. Dalam Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD) Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006), bahwa siswa tunarungu kelas I

semester 2 seharusnya sudah menguasai dan dapat menentukan nilai tempat satuan

dan puluhan dan siswa tunarungu kelas II semester 1 sudah menguasai dan dapat

menentukan nilai tempat satuan, puluhan dan ratusan. Pada kenyataannya siswa

tunarungu dijenjang yang lebih tinggi masih kesulitan dalam memahami konsep nilai

tempat terutama kelas IV sebagai kelas dalam penelitian ini. Berbagai cara bisa

dilakukan untuk mengenalkan nilai tempat pada siswa tunarungu dengan syarat

memiliki daya tarik, konkrit dan dilakukan secara berulang-ulang agar tertanam

(12)

5

Dalam studi awal penulis menemukan seorang siswa tunarungu dengan tingkat

kehilangan pendengaran 100 dB kelas 4 SDLB. Dalam pelajaran matematika, siswa

tunarungu tersebut sudah mengenal nilai angka 0 sampai angka 9, kemudian siswa

tunarungu tersebut sudah mampu melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan

sederhana namun ketika ada soal mengenai nilai tempat siswa mendapati kesalahan

dalam menjawabnya. Sehingga hal ini menjadi landasan peneliti tertarik membuat

penelitian mengenai penerapan pendekatan concrete-representational-abstract (CRA)

untuk meningkatkan pemahaman nilai tempat dalam pembelajaran matematika pada

siswa tunarungu kelas IV SDLB di SLB B Sukapura Bandung. Penggunaan

pendekatan ini diharapkan dapat menjadikan siswa tunarungu memahami konsep nilai

tempat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti melakukan

identifikasi masalah dalam penelitian ini, siswa tunarungu yang menjadi subjek

penelitian ini memiliki kemampuan akademik yang cukup namun untuk menjelaskan

konsep nilai tempat pada siswa tunarungu cukup sulit sehingga siswa perlu dimulai

dari pembelajaran konkret, semikonkret hingga abstrak.

1. Sarana prasarana yang kurang menunjang sangat berpengaruh terhadap

peningkatan hasil belajar siswa tunarungu. Media pembelajaran/ alat peraga

termasuk kedalam sarana prasarana, dimana media pembelajaran akan

mempermudah siswa tunarungu dalam menerima penjelasan dari guru, dan guru

pun diberi kemudahan dalam penyampaian suatu materi dalam kegiatan belajar

mengajar, namun bila sarana prasarana itu tidak ada maka semua itupun tidak

akan terlaksana.

2. Pada sekolah yang penulis observasi dalam proses pembelajaran matematika

(13)

3. Pada sekolah yang penulis observasi guru sering lupa bahwa siswa tunarungu

harus mendapatkan pembelajaran yang dimulai dari konkret menuju abstrak,

namun pada kenyataannya guru langsung memberikan pembelajaran pada siswa

untuk berfikir abstrak.

4. Pada saat penulis melakukan beberapa kali observasi pada sekolah regular penulis

menemukan bahwa pendekatan yang sering digunakan guru SD regular yang telah

diobservasi ternyata kurang memperhatikan tahap perkembangan siswa sehingga

pembelajaran terkesan memaksa siswa.

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan masalah dari penelitian ini tidak meluas ruang lingkupnya,

penulis membatasinya pada permasalahan pendekatan, dengan menerapkan

pendekatan pembelajaran concrete-representational-abstract (CRA) dalam

pembelajaran nilai tempat satuan, puluhan dan ratusan untuk siswa tunarungu kelas

IV SDLB. Siswa pada jenjang ini lebih membutuhkan pembelajaran dengan sifat

konkret menuju abstrak di SLB B Sukapura Bandung.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, terdapat

rumusan masalah terkait penerapan pendekatan concrete-representational-abstract

(CRA) untuk meningkatkan pemahaman nilai tempat dalam matematika pada siswa

tunarungu kelas IV SDLB, yaitu: Apakah penerapan pendekatan

concrete-representational-abstract (CRA) dapat meningkatkan pemahaman nilai tempat

dalam matematika pada siswa tunarungu kelas IV SDLB?

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

(14)

Concrete-7

Representational-Abstract (CRA) dapat meningkatkan pemahaman nilai tempat

dalam matematika pada siswa tunarungu kelas IV SDLB.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan baik kegunaan secara teoritis

maupun kegunaan secara praktis.

a. Kegunaan Teoritis

Secara keilmuan pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) dapat

digunakan sebagai referensi dalam pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk

membantu siswa tunarungu tingkat SDLB dalam memahami konsep nilai tempat.

b. Kegunaan Praktis

1) Bagi Siswa

Hasil dari penelitian mengenai pendekatan Concrete-Representational-Abstract

(CRA) diharapkan memiliki dampak positif bagi siswa tunarungu, karena

mendapatkan variasi pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa

tunarungu dan dapat mempermudah siswa tunarungu dalam memahami nilai tempat

juga nilai angka suatu bilangan.

2) Bagi Guru

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi penting bagi

guru mengenai pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) sebagai bahan

pertimbangan untuk menerapkan pendekatan yang efektif dalam pembelajaran konsep

nilai tempat.

3) Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini diharapkan lembaga dapat menginformasikan melalui

pengadaan pelatihan kepada guru-guru untuk memperkenalkan pendekatan

pembelajaran yang efektif bagi kebutuhan siswa tunarungu, khususnya pendekatan

Concrete-Representational-Abstract (CRA) ini dapat diperkenalkan kepada guru

(15)

BAB III

MEDOTE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel adalah ciri atau karakteristik dari individu, objek, peristiwa yang

nilainya berubah-ubah. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel

bebas dan terikat. “Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat” (Sugiyono, 2007, hlm. 39),

variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan

Concrete-Representational-Abstract (CRA). Sedangkan variabel terikat menurut sugiyono

(2007, hlm. 39) mengatakan bahwa “variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”, variabel terikat dalam

penelitian ini adalah pemahaman nilai tempat.

1. Devinisi Operasional Variabel Penelitian

a. Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA)

Pendekatan CRA merupakan sebuah pendekatan instruksional yang diberikan

kepada anak dalam bentuk pembelajaran yang dimulai dari tahap konkrit kemudian

tahap representasional hingga tahap abstrak. Pendekatan CRA akan diaplikasikan

dalam pembelajaran nilai tempat dengan media yang disesuaikan pada setiap tahap –

tahapnya. Tahap pertama adalah tahap konkrit, pada pembelajaran nilai tempat

menggunakan media rumah bilangan (media yang digunakan pada tahap ini dapat

dilihat dalam lampiran 1), media ini akan menjelaskan secara konkrit dan sesuai

dengan kenyataan mengenai nilai angka dan nilai tempat suatu bilangan, media ini

terdiri dari 999 batang korek api dimana 9 kelo mpok batang korek api berjumlah 100

batang, 9 kelompok batang korek api yang berjumlah 10 batang dan 9 kelompok

(16)

37

suatu bilangan untuk menentukan nilai tempatnya pada rumah bilangan yang sudah

dikelompokan menjadi rumah ratusan, rumah puluhan dan rumah satuan.

Tahap yang kedua adalah tahap representasional (semi abstrak), pada tahap ini

siswa mulai menggunakan gambar dari batang korek (yang terlihat dari atas) yang

sebelumnya digunakan sebagai media pada tahap konkrit, kegiatan yang

dilakukannya yaitu: 1) Membilang banyaknya gambar batang korek; 2)

Memasangkan gambar dengan angka untuk menunjukkan bilangan 11-500; 3)

Menunjukkan puluhan dan satuan dengan menggunakan gambar alat peraga

manipulatif.

Tahap yang ketiga adalah tahap abstrak, pada pembelajaran nilai tempat

menggunakan media tempat angka (media yang digunakan pada tahap ini dapat

dilihat dalam lampiran 1), media ini akan mulai memperkenalkan siswa tentang nilai

angka dan nilai tempat suatu bilangan berupa angka dan tulisan secara visual dengan

kartu angka, pada tahap ini anak dituntut untuk me mahami nilai tempat secara abstrak

kemudian aktivitas yang kedua menggunakan media tulis, dimana anak mulai dituntut

untuk dapat menentukan nilai angka dan nilai tempat suatu bilangan tanpa bantuan

media.

Pendekatan CRA dalam penelitian ini merupakan sebuah intervensi atau

treatment yang akan diberikan dalam pembelajaran, karena intervensi dalam

penelitian ini berupa pendekatan pembelajaran sehingga diterapkannya pada saat

proses pembelajaran. Kemudian tahap-tahapnya akan terlihat ketika dalam proses

pembelajaran yang diberikan kepada anak.

b. Pemahaman Nilai Tempat

Pemahaman nilai tempat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah paham dalam

menentukan nilai angka dan nilai tempat suatu bilangan dimulai dari satuan, puluhan

dan ratusan, contoh dalam soal matematika memiliki bilangan 378 kemudian

menentukan nilai angka pada angka 3 adalah 300, angka 7 adalah 70 dan angka 8

(17)

tempat yang berbeda pula yaitu angka 3 berada dinilai tempat ratusan, angka 7 berada

dinilai tempat puluhan dan angka 8 berada dinilai tempat satuan, dimana ratusan lebih

besar nilainya dibandingkan dengan puluhan dan puluhan nilainya lebih besar dari

satuan.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode dan desain penelitian adalah salah satu cara yang peneliti gunakan untuk

mengumpulkan data agar dapat diolah sehingga memperoleh pengetahuan atau

pemecahan masalah pembelajaran nilai tempat dari penelitian yang peneliti angkat,

yang dilakukan secara sistematis, ilmiah dan logis. Berikut adalah metode dan desain

penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini:

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010, hlm. 3) “Metode

penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu”. Metode yang digunakan dalam penelitian mengenai penggunaan

pendekatan CRA untuk meningkatkan pemahaman nilai tempat adalah metode

eksperimen yang berguna untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu.

Pendapat yang dikemukakan oleh Arikunto (2002, hlm. 3) mengenai penelitian

eksperimen, yaitu sebagai berikut:

Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor- faktor lain yang bisa mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.

Penelitian eksperimen ini perlu suatu kecermatan dan ketepatan baik dalam

rencana, proses, maupun hasil dalam penelitian, oleh karena itu peneliti perlu

membuat perencanaan pengajaran dan pembuatan instrumen penelitian mengenai

(18)

39

2. Desain Penelitian

Penelitian eksperimen ada tiga jenis menurut Sugiyono (2013, hlm. 23) “Pada

dasarnya rancangan penelitian eksperimen dikelompokkan menjadi tiga yaitu pra

eksperimen, eksperimen dan eksperimen kuasi”. Dari ketiga desain penelitian yang

dikemukakan oleh Sugiyono, desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah desain pra-eksperimen kelompok tunggal dengan pre-test dan post-test (One

Group Pretest–Postest Design), yaitu eksperimen yang dikenakan pada satu

kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Desain eksperimen yang dimaksud

berpola seperti di bawah ini:

Pengukuran pengukuran

(pretest) perlakuan (posttest)

O1 X O2

Gambar 3.1

Rancangan desain eksperimen one group pretest–postest design (Sugiyono, 2007, hlm. 111)

Pada penelitian ini, subjek penelitian akan diberikan pre-test terlebih dahulu

(sebelum diberi perlakuan), kemudian subjek diberi perlakuan yaitu dalam bentuk

kegiatan belajar dengan pendekatan CRA selama tiga kali, setelah diberi perlakuan

kemudian subjek diberi post-test, untuk mengetahui akibat dari perlakuan apakah ada

perubahan perilaku atau tidak.

Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah

eksperimen. Pengukuran yang dilakukan sebelum eksperimen (O1) yaitu pemberian

pre-test berupa soal nilai tempat untuk mengukur sejauh mana pemahaman mengenai

nilai tempat pada siswa tunarungu sebelum diberikan treatment. (X) adalah perlakuan

(treatment) yaitu pemberian pembelajaran dengan menerapkan pendekatan

(19)

dan abstrak dengan bantuan media (media yang digunakan pada pada pendekatan

CRA dapat dilihat dalam lampiran 1) dan yang terakhir pengukuran sesudah

eksperimen (O2) adalah pemberian post-test berupa soal nilai tempat suatu angka

pada bilangan untuk mengukur sudah sejauh mana pemahaman nilai tempat siswa

tunarungu pada kondisi akhir sesudah mendapatkan perlakuan. Adapun pre-test

dilakukan sebanyak satu kali, treatment empat kali dan post-test satu kali.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, seluruh sumber data dapat

memberikan informasi yang berguna untuk pemecahan dalam masalah penelitian. “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2013, hlm. 61).

Populasi dalam penelitian yang akan peneliti laksanakan adalah siswa SDLB

tunarungu kelas IV di SLB-B Sukapura berjumlah 6 siswa, populasi dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Table 3.1

Populasi penelitian

No. Nama Kelas

1. SV D4

2. MM D4

3. TM D4

4. DV D4

5. RM D4

(20)

41

2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 62) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Sampel penelitian yang peneliti gunakan adalah dengan cara Nonprobability sampling yaitu “teknik pengambilan sampel yang

tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel” (Sugiyono, 2013, hlm. 66). Teknik Nonprobablility

sampling yang digunakan yaitu sampel jenuh yaitu semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel karena populasinya relative kecil dengan jumlah 6 orang

siswa kelas D4 di SLB B Sukapura, dapat dilihat pada table dibawah ini.

Table 3.2

Sampel penelitian

No. Nama Kelas

1. SV D4

2. MM D4

3. TM D4

4. DV D4

5. RM D4

6. HH D4

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB B Sukapura yang beralamat di Jalan

Kiaracondong Nomor 4 Telp. (022) 7334520 Bandung 40285 Jawa Barat. Penulis

melaksanakan penelitian di SLB tersebut karena SLB B Sukapura merupakan tempat

penulis melakukan pelatihan praktek lapangan (PPL), hingga penulis menemukan

kasus yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu permasalahan

(21)

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan

dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian

ini adalah menggunakan alat berupa tes yaitu soal matematika mengenai nilai tempat

berbentuk isian singkat, dimana hasil dari data tes anak dengan mengolah data

pre-test dan data post-pre-test kemudian membuat simpulan apakah ada perubahan perilaku

setelah anak diberikan perlakuan.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang

dibutuhkan dalam penelitian, alat yang digunakan berupa tes. Tes adalah cara yang

dapat digunakan atau prosedur yang dapat ditempuh dalam rangka pengukuran dan

penelitian, dapat berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas sehingga dapat

dihasilkan nilai.

Penelitian ini bermaksud memperoleh data mengenai kemampuan memahami

nilai tempat dengan alat instrumen soal kemudian diberi perlakuan dalam proses

pembelajaran menggunakan penerapan pendekatan

concrete-representational-abstract (CRA) pada siswa tunarungu kelas IV SDLB. Pengumpulan data dilakukan

dengan cara memberikan tes tertulis berupa soal matematika mengenai nilai tempat

dalam bentuk isian singkat pada saat pre-test dan post-test. Tes tertulis diberikan saat

pre-test untuk mengetahui kondisi awal kemampuan siswa sebelum diberikan

intervensi dan saat post-test bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan

antara kemampuan menentukan nilai tempat sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan.

Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai

hal- hal yang ingin dikaji dalam penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen

mengenai pembelajaran nilai tempat dengan pendekatan CRA. Dalam membuat

(22)

43

dan menyusun rencana pembelajarannya. Pembuatan instrumen mengenai

pembelajaran nilai tempat dengan pendekatan CRA berdasarkan pada standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa dan disesuaikan

dengan kebutuhan dan kondisi siswa.

Adapun langkah- langkah yang dilakukan untuk menyusun instrumen mengenai

pembelajaran nilai tempat dengan pendekatan CRA adalah sebagai berikut:

a. Membuat kisi-kisi instrumen

Kisi-kisi tes memahami nilai tempat merupakan gambaran tentang

indikator-indikator yang akan dites dalam kemampuan menentukan nilai tempat dalam

pembelajaran metematika pada anak. (Kisi-kisi instrumen pada penelitian ini

dapat dilihat dalam lampiran 1)

b. Pembentukan Butir Soal

Pembuatan butir soal disesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan pada

kisi-kisi soal.

c. Membuat Rencana Pembelajaran

Rencana pembelajaran dibuat sebagai acuan dalam mengajar di dalam kelas,

dibuat berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan SDLB-B (Tunarungu) tahun 2006. Rencana program

pembelajaran (RPP) yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran atau treatmen.

d. Menentukan Kriteria Penilaian Butir Soal

Setelah pembuatan butir soal ditentukan, selanjutnya dibuat suatu penilaian

terhadap butir soal. Setiap soal mempunyai skor berbeda tergantung kebutuhan

untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami nilai tempat total skor dalam

soal nilai tempat ini 90 dengan butir soal 44. Penilaian digunakan untuk

mendapatkan skor pada tahap pre-test dan post-test. Setelah dibuatkan penilaian

(23)

E. Uji Coba Instrumen

Agar instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini mempunyai

kualitas yang baik maka instrumen tes harus diuji cobakan terlebih dahulu. Uji

coba yang dilakukan yaitu uji coba validitas dan uji coba reliabilitas instrumen

penelitian. Data hasil uji coba kemudian diolah dan dianalisis, butir soal yang

tidak sesuai atau tidak memenuhi syarat akan direvisi. Pelaksanaan uji coba

instrumen pada penelitian ini dilaksanakan di yayasan Al-Hadi Learning Center.

1. Uji Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Karena tujuan

khusus dari penelitian ini sejajar dengan materi atau indikator pembelajaran. Karena

materi yang diberikan terdapat dalam kurikulum maka validitas dalam penelitian

yang akan peneliti lakukan adalah validitas isi. Uji validitas dilakukan dengan cara

menyusun butir soal dari pokok bahasan mengenai nilai tempat kemudian melakukan

judgment terhadap butir soal tersebut.

Untuk menentukan alat ukur valid atau tidak maka perlu ada per hitungan untuk

menentukan korelasinya, suatu soal dikatakan valid bila mencapai lebih besar dari

50% dapat menggunakan perhitungan.

(Susetyo, 2011, hlm. 92)

dimana:

f = frekuensi cocok menurut penilai

∑ = jumlah penilai (Judgment)

Kriteria Butir Validitas

Saat melakukan judgment, jumlah ahli yaitu tiga orang dan jumlah soal instrumen

(24)

45

- Sangat valid =

- Valid =

- Cukup valid =

- Kurang valid =

- Sangat kurang valid =

- Tidak valid =

Hasil uji validitas isi dengan menggunakan teknik penilaian ahli (expert

judgment), uji validitas instrumen soal dinilai oleh lima orang penilai ahli, diketahui

butir soal 1 sampai 44 mengenai materi nilai tempat untuk kelas D4 mendapatkan

penilaian cocok dari kelima ahli dengan rincian pada butir soal no 5 dan no 6

mendapatkan kevalidan 80% namun soal tersebut masih termasuk valid dan butir soal

yang lain mendapatkan kevalidan 100%. (perhitungan validitas instrumen soal dapat

dilihat pada lampiran 2).

Uji validitas RPP dinilai oleh tiga orang penilai ahli, RPP yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 3 RPP dikarenakan sesuai dengan judul penelitian dimana

pembelajaran menggunakan pendekatan CRA yang terdiri dari tiga tahap yaitu

pembelajaran tahap konkret, pembelajaran tahap representasional dan pembelajaran

tahap abstrak RPP ini dibuat untuk pembelajaran anak kelas D4 mendapatkan

penilaian cocok dari ketiga ahli. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

instrumen soal dan RPP pembelajaran mengenai materi nilai tempat dinyatakan valid

dan layak digunakan. (Hasil perhitungan uji validitas RPP dapat dilihat pada lampiran

2).

2. Uji Reliabilitas

Konsep reliabilitas mengandung dua makna, yaitu alat ukur menghasilkan

(25)

yang berbeda dan diselenggarakan oleh petugas yang berbeda. “suatu perangkat ukur yang dapat dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya

relative sama jika dilakukan pengetesan secara berulang- ulang dan alat ukur yang

demikian dinamakan dengan reliabel”. Susetyo (2011, hlm. 105).

Instrumen pada penelitian ini diukur dengan pengujian reliabilitas dengan metode

alpha Cronbach, karena penelitian ini menggunakan sekor butir yang dikotomi.

Rumus yang digunakan adalah:

(Susetyo, 2011, hlm. 121)

∑ = Jumlah seluruh variansi butir = variansi sekor responden

N = jumlah butir yang setara

= koefisien reliabilitas

A = sekor responden

B = sekor butir

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas yang telah dilakukan peneliti

menggunakan reliabilitas konsistensi internal karena uji reliabilitas yang dilakukan

oleh peneliti dilaksanakan satu kali pengukuran pada peserta tes berdasarkan pada

sekor yang diperoleh dari satu instrumen soal, maka diketahui bahwa instrumen

penelitian untuk kelas D4 memiliki r11 = 0,95 itu berarti koefisien reliabilitas sangat

tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan dapat

(26)

47

F. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data terkumpul

sebelum adanya kesimpulan. Setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dalam

statistik nonparametrik dengan uji Wilcoxon dengan tujuan untuk memperoleh

gambaran yang jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu yang ditentukan. “Statistik nonparametris digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk nominal dan ordinal dan tidak dilandasi persyaratan data harus berdistribusi normal” (Sujana,

2005, hlm. 446).

“Uji Wilcoxon merupakan penyempurnaan dari uji tanda (Sign Test). Teknik ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel yang

berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal” (Sudjana, 2005, hlm. 450). Pada

penelitian ini dua sampel yang berpasangan merupakan satu sampel yang diukur dua

kali yaitu sampel sebelum dan sesudah penerapan pendekatan CRA dalam

pembelajaran matematika.

Alasan peneliti menggunakan teknik analisis ini yaitu (1) untuk mengetahui

apakah ada pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan menentukan nilai tempat

pada anak tunarungu sebelum dan sesudah penerapan pendekaran CRA dalam

pembelajaran nilai tempat, (2) sampel uji coba relatif sedikit atau tidak berdistribusi

normal sehingga dengan menggunakan uji wilcoxon diharapkan dapat diketahui

dampak dari penerapan pendekatan pembelajaran CRA.

Setelah melakukan pengumpulan data peneliti akan melakukan analisis data.

Langkah- lagkah yang dilakukan dalam menganalisis data dengan uji Wilcoxon adalah

sebagai berikut:

1. Menghitung hasil skor pre-test dan post-test dari subjek pada setiap sesinya

dalam penelitian penerapan pendekatan CRA dalam pembelajaran nilai tempat,

2. Mentabulasikan skor pre-test dan post-test yang didapat dari penelitian

penerapan pendekatan CRA dalam pembelajaran nilai tempat ini,

3. Membuat table perhitungan hasil fase pre-test dan post-test dari subjek pada

(27)

4. Menghitung selisih pre-test dan post-test, ditetapkan selisih bertanda (di) antara

kedua skornya,

5. Menyusun rangking dari hasil data yang diolah,

6. Membubuhkan pada setiap rangking tanda positif (+) dan negatif (–) ke dalam

table yang telah dibuat,

7. Menjumlahkan semua rangking bertanda positif (+) dan negatif (-),

8. Untuk jumlah rangking yang di dapat, maka diambil jumlah yang paling kecil dari

kedua kelompokrangking untuk menetapkan tanda Jhitung ,

9. Membandingkan nilai Jhitung yang diperoleh dengan Jtabel (nilai- nilai kritis J untuk

uji Wilcoxon),

10.Menguji hipotesis yang dibuat pada penelitian penerapan pendekatan CRA dalam

pembelajaran nilai tempat, dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Tabel 3.3

Hipotesis

(Sudjana, 2005, hlm. 453) H0 diterima apabila Jhit ung≤ Jtabel

(28)

Nurul Muslimah, 2014

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran secara tepat dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam kegiatan belajar menentukan nilai

tempat bilangan matematika pada siswa tunarungu sangat penting untuk

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa tunarungu sebagai

individu yang mengoptimalkan indera visualnya.

Melihat kondisi yang terjadi pada siswa tunarungu, dimana mereka mengalami

keterbatasan terhadap daya abstraksinya, sehingga sulit dalam memahami konsep

yang bersifat abstrak, maka diperlukan pendekatan pembelajaran yang

memperhatikan tahap perkembangan kognitif siswa, selain itu dengan penerapan

pendekatan yang tepat dan sesuai, dapat berpengaruh terhadap kemampuan siswa

tunarungu dalam menentukan nilai tempat.

Penerapan pendekatan concrete-representational-abstract (CRA) merupakan

pendekatan yang lebih menekankan pembelajaran visual, dan dapat meningkatkan

daya abstraksi siswa tunarungu.

Pendekatan concrete-representational-abstract (CRA) dimulai dari tahap konkret,

yang ditunjang dengan media yang disesuaikan dengan pembelajaran nilai tempat

secara konkret. Setelah tahap tersebut telah dilalui kemudian masuk ketahap

representasional atau semi konkret, pada pembelajaran tahap ini anak masih

menggunakan media namun telah dimodifikasi dengan simbol-simbol matematika

(angka). Setelah itu siswa memasuki pembelajaran ta hap abstrak, dalam prosesnya

siswa mengulang kembali apa yang telah dipelajarinya pada pertemuan-pertemuan

sebelumnya kemudian siswa lebih ditekanan pada latihan-latihan soal berupa kuis

tanpa dibantu dengan media.

Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa mengalami peningkatan yang

(29)

berbeda-Nurul Muslimah, 2014

siswa, baik lingkungan ataupun kesiapan siswa pada saat pre-test atau post-test.

Meskipun hasil yang diperoleh siswa berbeda-beda namun peningkatan hasil akhir

tersebut membuktikan bahwa variabel bebas yaitu penerapan pendekatan

concrete-representational-abstract (CRA) berpengaruh terhadap pemahaman nilai tempat

sebagai variabel terikat.

Adanya pengaruh pendekatan concrete-representational-abstract (CRA) pada

peningkatan memahami nilai tempat siswa tunarungu dalam penelitian ini karena:

1. Pendekatan concrete–representational-abstract (CRA) dalam pembelaja-rannya

memperhatikan tahap perkembangan kognitif yaitu tahap operasi konkret pada

usia 6-11 tahun dan tahap operasi formal pada usia > 11 tahun, dengan

memperhatikan tahap perkembangan kognitif siswa maka siswa akan lebih mudah

dalam menerima pembelajaran dan tidak akan terjadi pemerkosaan pembelajaran

terhadap anak.

2. Pendekatan pembelajaran ini tidak bersifat ceramah atau dalam proses belajarnya

banyak penjelasan dengan kata-kata, namun dalam proses pembelajarannya siswa

banyak terlibat dan berperan aktif dengan media.

3. Proses pembelajaran menyenangkan karena ditunjang oleh media yang cukup

menarik perhatian siswa, sehingga ketika belajar seakan-akan siswa sedang

bermain dengan media.

Peningkatan yang terjadi pada setiap siswa tidak sama, namun secara keseluruhan

dapat dikatakan bahwa tujuan dari pembelajaran nilai tempat dengan pendekatan

concrete-representational-abstract (CRA) dapat tercapai, terlihat dari kemampuan

masing- masing siswa dengan peningkatan keseluruhan siswa sebesar 28,15%.

Pada hasil post-test setiap siswa menunjukan adanya ketercapaian pada indikator,

(30)

64

Nurul Muslimah, 2014

dan satuan dari suatu lambang bilangan, mampu menuliskan nama bilangan cacah

dan menuliskan lambang bilangan cacah 11-500.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka ada

beberapa hal yang perlu disampaikan sebagai saran yaitu:

1. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pendekatan

concrete-representational-abstract (CRA) dapat menjadi satu referensi yang menambah dapat wawasan dan

bahan masukan bagi guru, serta dapat diterapkan sebagai salah satu pendekatan

pembelajaran untuk mata pelajaran matematika. Dengan menerapkan pendekatan

CRA semoga mampu mengembangkan kreatifitas guru dalam menciptakan media

yang dapat menunjang pembelajaran dari setiap tahap-tahapnya, sehingga baik

pendekatan ataupun media dapat sesuai dengan kebutuhan siswa tunarungu.

Media yang digunakan pada saat tahap konkret dan representasional dalam

penelitian ini semoga mampu menunjang pembelajaran menentukan nilai tempat

untuk generasi selanjutnya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang pendekatan

concrete-representational-abstract (CRA), diharapkan dapat meneliti pendekatan CRA pada

pembelajaran matematika yang lain, agar semakin kuat keyakinan bahwa pendekatan

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Abella, I. (2012). T eaching place value in first grade a resource guide. Washington: Cited.

Anstrom,T. (2006). Supporting students in mathematics through the use of

manipulatives. Washington: Cited.

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Direktorat Pendidikan Sekolah Luar Biasa. (2006). Standar kompetensi dan

kompetensi dasar tunarungu. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Dwidjosumarto, A (Penyunting), (1995), Ortopedagogik anak tunarungu. Bandung: Depdikbud.

Efendi, Mohammad. (2005). Pengantar psikopedagogik anak berkebutuhan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hergenhahn, B.R & Olson, M.H. (2008). Theories of learning. Jakarta: Kencana.

Nurhasanah, Farida. (2010). Abstraksi siswa SMP dalam belajar geometri melalui

penerapan model van hiele dan geometers' sketchpad. Tesis pada Jurusan

Pendidikan Matematika UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Nurbani. (2009). Penggunaan kartu gambar untuk meningkatkan kemampuan operasi

hitung penjumlahan pada siswa tunarungu kelas D2 SLB B-C islam Assyafi’iyah Bekasi. Skripsi pada FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Purwanto, M. Ngalim. (2007). Psikologi pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sadja'ah, E. (2002). Layanan dan latihan artikulasi bagi anak tunarungu. Bandung: San Grafika.

Sahidan, T. (2008). Pembelajaran nilai tempat bilangan. [Online]. Tersedia di: http://teguh-sahidan.blogspot.com/2008/11/pembelajaran-

(32)

66

Somad, P & Hernawati, T. (1996). Ortopedagogik anak tunarungu. Bandung: Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Somad, P & Tarsidi, D. (2008). Definisi dan klasifikasi tunarungu. [Online] Tersedia:

www.permanarian16.blogspot.com/2008/04/definisi-dan-klasifikasi-tunarungu.html. Diakses 15 Juni 2014.

Somantri, S. (2007). Psikologi anak luar biasa. Bandung: Refika Aditama.

Sri Wahyuni, R (2013). Pendekatan pembelajaran. [Online]. Tersedia di: http://ri1990.blogspot.com/2013/05/pendekatan-pembelajaran.html. Diakses 15 Juni 2014.

Steedly, K. dkk. (2008). Effective mathematics instruction. Evidencefor Education. Vol 3, hlm. 8.

Sugiyono. (2007). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R dan D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sujana. (2005). Metoda statistika. Bandung: Tarsito.

Surya, M. (2004). Pengertian dan fungsi pendekaatan. [Online]. Tersedia di: http://www.vilila.com/2004/11/pengertian-dan-fungsi-pendekatan.html.

Diakses 15 Juni 2014.

Susetyo, B. (2011). Menyusun tes hasil belajar. Bandung: Cakra.

Tn. (2012). Concrete-resentational-abstract sequence of instruction. math video instructional development source (a resoure for teaching mathematics to struggling learners) [Online]. Tersedia di: http://www.coedu.usf.edu/ main/departments/sped/mathvids/ strategies/cra.html. Diakses 21 Januari 2014

Wilis Dahar, R. (1996). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga.

Gambar

Table 3.1 Populasi penelitian
Table 3.2 Sampel penelitian

Referensi

Dokumen terkait

untuk mengetahui rata-rata kemampuan menyimak bahasa Jepang mahasiswa. tingkat II Departemen Pendidikan Bahasa Jepang UPI tahun ajaran

Goenadi, S., Sartohadi, J., Hadmoko, D.S., dan Giyarsih, S.R., 2004, Konservasi Lahan Terpadu Daerah rawan Bencana Longsoran di Kabupaten Kulonprogo, Propinsi Daerah

• Manajemen RS ingin membandingkan biaya prosedur di ru ah sakit de ga tarif INA CBG’s... MANFAAT MENGETAHUI

Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan perancangan dan analisis kinerja pengkodean audio dengan metode closed loop pada MPEG Surround yang diharapkan

Menurut Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait dalam konferensi pers Catatan Akhir Tahun 2014 Komnas Anak (30 Desember 2014), kasus anak yang berhadapan dengan hukum naik, 10%

Penyelidikan yaitu serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat tidaknya

Dengan melihat banyaknya faktor-faktor penyebab terjadinya praktek ekonomi ilegal berupa penyelundupan dan perdagangan ilegal di Kota Batam baik faktor yang terlihat maupun

Di dalam tugas kelompok dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu Tugas–tugas produksi adalah tugas–tugas yang bersangkut paut dengan upaya menghasilkan dan menyajikan