PENERAPAN PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN NILAI TEMPAT
DALAM MATEMATIKA PADA SISWA TUNARUNGU KELAS IV SDLB DI SLB B SUKAPURA BANDUNG
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana S1
Departemen Pendidikan Khusus
Oleh
Nurul Muslimah
1000683
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA)
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN NILAI TEMPAT DALAM MATEMATIKA PADA SISWA TUNARUNGU
KELAS IV SDLB DI SLB B SUKAPURA BANDUNG
(Studi Eksperimen dengan “One Group Pre-test Post-test Design”)
Oleh Nurul Muslimah
1000683
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
©Nurul Muslimah, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
PENERAPAN PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN NILAI TEMPAT
DALAM MATEMATIKA PADA SISWA TUNARUNGU KELAS IV SDLB DI SLB B SUKAPURA BANDUNG
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Dr. Hj. Tati Hernawati, M.Pd NIP. 19630208 198703 2 001
Pembimbing II
Dr. H Dudi Gunawan, M.Pd NIP. 19621121 198403 1 002
Mengetahui
Ketua Departemen Pendidikan Khusus
Drs. Sunaryo, M.Pd.
ABSTRAK
PENERAPAN PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA)
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN NILAI TEMPAT DALAM MATEMATIKA PADA SISWA TUNARUNGU
KELAS IV SDLB DI SLB B SUKAPURA BANDUNG
Nurul Muslimah 1000683
This research is motivated by the lack of mathematical problem solving skills, especially the place value learning of a deaf student in primary school so it is necessary to improve it. The purpose of this research is to investigate the application of Concrete Representational Abstract (CRA) approach can improve the ability to determine the place value in the fourth grade deaf students SLB. The research method used was experimental methods and research design used was one group pre-test post - pre-test design. The data processed using Wilcoxon pre-test. The results of this research can improve understanding of place value in math students. Evident from the results obtained by students in the pre-test was 66.3 % and the post-test scores was 94.4 % and an average increase students was 28.15 %. Based on the above results it can be concluded that the application of the abstract concrete representational (CRA) approach can improve the understanding of place value in math in fourth grade deaf students in SLB B Sukapura Bandung.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis, khususnya pembelajaran nilai tempat pada siswa tunarungu jenjang SD sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkannya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pendekatan
Concrete-Representational-Abstract (CRA) dapat meningkatkan kemampuan menentukan nilai tempat pada
siswa tunarungu kelas IV SDLB. Metode penelitiannya eksperimen dan desain penelitiannya adalah One Group Pre-test Post-test Design. Data diolah menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman nilai tempat dalam matematika siswa. Terbukti dari hasil yang diperoleh siswa pada
pre-test sebesar 66,3% dan pada post-test sebesar 94,4% dan skor rata-rata
peningkatan siswa sebesar 28,15%. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan concrete-representational-abstract (CRA) dapat meningkatkan pemahaman nilai tempat dalam matematika pada siswa tunarungu kelas IV SDLB di SLB B Sukapura Bandung.
Nurul Muslimah, 2014
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ··· i
KATA PENGANTAR··· ii
UCAPAN TERIMAKASIH ··· iii
ABSTRAK ··· vi
DAFTAR ISI ··· vii
DAFTAR TABEL ··· x
DAFTAR GRAFIK ··· xi
DAFTAR GAMBAR··· xii
DAFTAR LAMPIRAN ··· xiii
BAB I PENDAHULUAN ··· 1
A. Latar Belakang Masalah ··· 1
B. Identifikasi Masalah ··· 5
C. Batasan Masalah ··· 6
D. Rumusan Masalah ··· 6
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ··· 6
1. Tujuan Penelitian ··· 6
2. Kegunaan Penelitian ··· 7
BAB II PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA) SEBAGAI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAGI SISWA TUNARUNGU DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN NILAI TEMPAT ··· 8
A. Konsep Dasar Ketunarunguan ··· 8
1. Pengertian Anak Tunarungu··· 8
2. Klasifikasi Tunarungu ··· 9
3. Dampak Ketunarunguan ··· 11
Nurul Muslimah, 2014
1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran ··· 13
2. Fungsi dan Manfaat Pendekatan Pembelajaran ··· 14
3. Pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) ··· 15
C. Konsep Dasar Nilai Tempat ··· 23
D. Pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) Sebagai Pendekatan Pembelajaran bagi Siswa Tunarungu dalam Meningkatkan Pemahaman Nilai Tempat dalam Pembelajaran Matematika ··· 24
1. Tahapan-tahapan pada pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) ··· 24
a. Tahap Pertama Concrete ··· 25
b. Tahap Kedua Representational ··· 27
c. Tahap Ketiga Abstract ··· 28
2. Kesesuaian Pendekatan CRA dengan Tujuan Pembelajaran ···· 30
3. Kesesuaian Pendekatan CRA dengan Karakteristik Siswa ··· 31
4. Kesesuaian Pendekatan CRA dengan Modalitas Belajar Siswa 32 E. Penelitian Sebelumnya yang Relevan··· 32
F. Kerangka Pemikiran ··· 33
G. Hipotesis ··· 35
BAB III MEDOTE PENELITIAN ··· 36
A. Variabel Penelitian ··· 36
1. Devinisi Operasional Variabel Penelitian ··· 36
a. Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA)··· 36
b. Pemahaman Nilai Tempat ··· 37
B. Metode dan Desain Penelitian ··· 38
1. Metode Penelitian ··· 38
2. Desain Penelitian ··· 39
Nurul Muslimah, 2014
1. Populasi Penelitian ··· 40
2. Sampel Penelitian··· 41
3. Lokasi Penelitian ··· 41
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ··· 42
1. Teknik Pengumpulan Data ··· 42
2. Instrumen Penelitian ··· 42
E. Uji Coba Instrumen ··· 44
1. Uji Validitas ··· 44
2. Uji Reliabilitas ··· 45
F. Teknik Pengolahan Data ··· 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ··· 49
A. Hasil Penelitian ··· 49
1. Data Deskriptif ··· 49
2. Pengujian Hipotesis ··· 54
B. Pembahasan Hasil Penelitian ··· 56
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ··· 62
A. Simpulan ··· 62
B. Saran ··· 64
DAFTAR PUSTAKA··· 65
LAMPIRAN ··· 67
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika sebenarnya tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, hal ini
sesuai dengan pendapat Abdurrahman (2003, hlm. 199) dalam buku Pendidikan
Bagi Anak Berkesulitan Belajar yang mengatakan bahwa: “Matematika mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan sehari- hari. Semua masalah
kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak
mau harus berpaling kepada matematika”. Ketika seorang Ibu ingin membuat kue, ia harus memiliki takaran bahan-bahan kue, agar tercipta kue yang enak dan lezat dan
memiliki gizi yang seimbang, itu merupakan salah satu contoh kegunaan praktis
matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika dipelajari di jenjang pendidikan sekolah dasar dan menengah.
Matematika mejadi ilmu pokok yang harus dipelajari siswa tunarungu di sekolah.
Namun sangat memprihatinkan jika melihat kenyataan bahwa matematika menjadi
suatu mata pelajaran yang dianggap sulit o leh banyak siswa tunarungu. Salah satu hal
yang menyebabkan adanya pandangan negatif terhadap matematika adalah karena
matematika merupakan ilmu yang abstrak. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Nurhasanah (2010, hlm. 1) bahwa “Matematika adalah sebuah ilmu dengan objek kajian yang bersifat abstrak. Matematika dikatakan abstrak karena
objek atau simbol-simbol dalam matematika tidak ada dalam kehidupan nyata”. Contoh sederhananya adalah nilai tempat. Definisi nilai tempat menyangkut
pemberian suatu nilai kepada masing- masing tempat atau posisi dalam lambang
bilangan multi-digit; yaitu masing- masing tempat dalam lambang bilangan tersebut
bukanlah suatu bentuk atau benda, namun nilai tempat dapat diterapkan untuk
menentukan banyaknya benda tersebut.
Nilai tempat merupakan konsep dasar matematika yang abstrak, pada saat penulis
melakukan observasi, guru di sekolah yang penulis teliti kurang meng-konkretkan
konsep dasar matematika yang sifatnya abstrak, sehingga tidak heran bila masih
banyak siswa yang tidak memahami konsep dasar matematika termasuk siswa
tunarungu.
Siswa tunarungu ialah seseorang yang mengalami hambatan atau kehilanga n
kemampuan mendengar yang diakibatkan karena ketidakberfungsian sebagian atau
seluruh indera pendengaran. Keterbatasannya tersebut menyebabkan siswa tunarungu
mengalami kesulitan dalam menerima informasi yang datang melalui indera
pendengarannya atau informasi yang bersifat auditif sehingga menyebabkan
minimnya pemahaman siswa tunarungu terhadap materi pelajaran, oleh sebab itu
siswa tunarungu sangat mengandalkan pengelihatannya untuk menerima informasi.
Sebagai penyandang tunarungu mereka membutuhkan pendekatan pembelajaran yang
menggunakan media pembelajaran bersifat visual atau dapat dilihat, sehingga
membantu siswa tunarungu untuk memahami informasi yang disampaikan. Selain
harus bersifat visual, informasi yang disampaikan pada siswa tunarungu pun harus
dilakukan berulang, agar siswa tunarungu mendapatkan lebih banyak pengalaman dan
latihan secara langsung juga pembelajaran harus berdasarkan tahap-tahap
pembelajaran yaitu konkrit, semi konkrit, hingga abstrak.
Seseorang yang memiliki kemampuan dalam konsep dasar matematika, akan
mudah dalam memecahkan kesulitan dan permasalahan numerikal. Operasi
penjumlahan dan pengurangan merupakan bagian dari operasi hitung dalam
matematika yang dipelajari ditingkat sekolah dasar. Namun untuk melakukan operas i
hitung itu siswa tunarungu perlu menguasai pula konsep dasar matematika
diantaranya yaitu konsep nilai tempat, karena fakta di lapangan menunjukan bahwa
3
menyelesaikan soal operasi hitung dikarenakan pendalaman siswa tunarungu
mengenai konsep nilai tempat suatu bilangan masih kurang.
Pemahaman mengenai nilai tempat sangat penting bagi seorang siswa tunarungu
karena berkaitan dengan penanaman konsep awal matematika, sehingga para guru
perlu menerapkan suatu pendekatan khusus untuk menciptakan suatu proses
pembelajaran yang efektif yang dapat meningkatkan pemahaman nilai tempat siswa
dalam pelajaran matematika. Pendekatan yang digunakan meliputi langkah-langkah
guru dalam penyampaian materi, dan bagaimana peranan guru untuk memberi
pembelajaran untuk siswa tunarungu. Salah satu pendekatan yang memungkinkan
untuk menunjang pemahaman nilai tempat adalah pendekatan
Concrete-Representational - Abstract (CRA).
Dalam sebuah jurnal pendidikan matematika berjudul Effective Mathematics
Instructions yang dikemukakan oleh Steedly, dkk (2008, hlm. -) menyebutkan bahwa “pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) merupakan instruksi dalam pembelajaran matematika yang menggabungkan representasi visual”. CRA adalah pendekatan yang memiliki tiga instruksional yang memungkinkan guru menggunakan
Concrete (seperti chip berwarna, rumah bilangan, pola blok) untuk model konsep
matematika yang harus dipelajari, kemudian menunjukan konsep melalui
Representational (seperti gambar lidi yang berjumlah 1 untuk satuan atau lidi yang
berjumlah 20 untuk menunjukan puluhan dst, media yang bersifat visual), dan yang
terakhir adalah Abstract atau simbolis (seperti angka, notasi atau symbol matematika
lainnya)
Model dan alat peraga dalam pendekatan CRA sangat diperlukan untuk
memudahkan pemahaman siswa tunarungu. Guru dapat memberikan kesempatan
kepada siswa tunarungu untuk mempraktikan dan mendemonstrasikan alat peraga
sehingga siswa tunarungu dapat menguasai konsep nilai tempat. Aktivitas yang
langsung dikerjakan oleh siswa dapat membantu pemahaman materi dan ingatan yang
lama pada memori otak. Sulit bagi siswa untuk menguji hubungan abstrak hanya
tunarungu merepresentasikan ide- ide matematika dalam simbol-simbol, sehingga
dapat menyelesaikan persoalan matematika dengan benar.
Berdasarkan uraian diatas, pendekatan CRA diasumsikan dapat menunjang
kemampuan memahami nilai tempat. Hal ini diperkuat pula dengan pernyataan Piaget
(dalam Wilis Dahar, 1996, hlm. 154) bahwa: “Periode operasional konkret adalah antara umur 7-11 tahun. Tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional. Ini
berarti, siswa memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada
masalah-masalah konkret”. Siswa SD termasuk kedalam kategori yang dinyatakan oleh Piaget. Menurut Bruner (dalam Wilis Dahar, 1996, hlm. 102), dalam teori representasinya
dikemukakan bahwa “seseorang mempelajari pengetahuan melalui tiga tahap, yaitu
Enactive (penyajian melalui tindakan), Iconic (penyajian didasarkan atas pikiran
internal), Symbolic (system berpikir abstrak)”. Penerapan konsep teori representasi Bruner dalam pelajaran matematika diajarkan melalui tahap enactive yaitu
menggunakan benda-benda real (konkret), iconic yaitu menggunakan gambar benda
(semikonkret) dan symbolic yaitu menggunakan lambang- lambang matematika
(abstrak).
Semakin tinggi jenjang siswa tunarungu dalam pendidikan maka semakin
beragam pelajaran yang diterimanya, sehingga siswa tunarungu harus memahami
betul konsep nilai tempat sebagai dasar pembelajaran selanjutnya. Dalam Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD) Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006), bahwa siswa tunarungu kelas I
semester 2 seharusnya sudah menguasai dan dapat menentukan nilai tempat satuan
dan puluhan dan siswa tunarungu kelas II semester 1 sudah menguasai dan dapat
menentukan nilai tempat satuan, puluhan dan ratusan. Pada kenyataannya siswa
tunarungu dijenjang yang lebih tinggi masih kesulitan dalam memahami konsep nilai
tempat terutama kelas IV sebagai kelas dalam penelitian ini. Berbagai cara bisa
dilakukan untuk mengenalkan nilai tempat pada siswa tunarungu dengan syarat
memiliki daya tarik, konkrit dan dilakukan secara berulang-ulang agar tertanam
5
Dalam studi awal penulis menemukan seorang siswa tunarungu dengan tingkat
kehilangan pendengaran 100 dB kelas 4 SDLB. Dalam pelajaran matematika, siswa
tunarungu tersebut sudah mengenal nilai angka 0 sampai angka 9, kemudian siswa
tunarungu tersebut sudah mampu melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan
sederhana namun ketika ada soal mengenai nilai tempat siswa mendapati kesalahan
dalam menjawabnya. Sehingga hal ini menjadi landasan peneliti tertarik membuat
penelitian mengenai penerapan pendekatan concrete-representational-abstract (CRA)
untuk meningkatkan pemahaman nilai tempat dalam pembelajaran matematika pada
siswa tunarungu kelas IV SDLB di SLB B Sukapura Bandung. Penggunaan
pendekatan ini diharapkan dapat menjadikan siswa tunarungu memahami konsep nilai
tempat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti melakukan
identifikasi masalah dalam penelitian ini, siswa tunarungu yang menjadi subjek
penelitian ini memiliki kemampuan akademik yang cukup namun untuk menjelaskan
konsep nilai tempat pada siswa tunarungu cukup sulit sehingga siswa perlu dimulai
dari pembelajaran konkret, semikonkret hingga abstrak.
1. Sarana prasarana yang kurang menunjang sangat berpengaruh terhadap
peningkatan hasil belajar siswa tunarungu. Media pembelajaran/ alat peraga
termasuk kedalam sarana prasarana, dimana media pembelajaran akan
mempermudah siswa tunarungu dalam menerima penjelasan dari guru, dan guru
pun diberi kemudahan dalam penyampaian suatu materi dalam kegiatan belajar
mengajar, namun bila sarana prasarana itu tidak ada maka semua itupun tidak
akan terlaksana.
2. Pada sekolah yang penulis observasi dalam proses pembelajaran matematika
3. Pada sekolah yang penulis observasi guru sering lupa bahwa siswa tunarungu
harus mendapatkan pembelajaran yang dimulai dari konkret menuju abstrak,
namun pada kenyataannya guru langsung memberikan pembelajaran pada siswa
untuk berfikir abstrak.
4. Pada saat penulis melakukan beberapa kali observasi pada sekolah regular penulis
menemukan bahwa pendekatan yang sering digunakan guru SD regular yang telah
diobservasi ternyata kurang memperhatikan tahap perkembangan siswa sehingga
pembelajaran terkesan memaksa siswa.
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan masalah dari penelitian ini tidak meluas ruang lingkupnya,
penulis membatasinya pada permasalahan pendekatan, dengan menerapkan
pendekatan pembelajaran concrete-representational-abstract (CRA) dalam
pembelajaran nilai tempat satuan, puluhan dan ratusan untuk siswa tunarungu kelas
IV SDLB. Siswa pada jenjang ini lebih membutuhkan pembelajaran dengan sifat
konkret menuju abstrak di SLB B Sukapura Bandung.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, terdapat
rumusan masalah terkait penerapan pendekatan concrete-representational-abstract
(CRA) untuk meningkatkan pemahaman nilai tempat dalam matematika pada siswa
tunarungu kelas IV SDLB, yaitu: Apakah penerapan pendekatan
concrete-representational-abstract (CRA) dapat meningkatkan pemahaman nilai tempat
dalam matematika pada siswa tunarungu kelas IV SDLB?
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
Concrete-7
Representational-Abstract (CRA) dapat meningkatkan pemahaman nilai tempat
dalam matematika pada siswa tunarungu kelas IV SDLB.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan baik kegunaan secara teoritis
maupun kegunaan secara praktis.
a. Kegunaan Teoritis
Secara keilmuan pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) dapat
digunakan sebagai referensi dalam pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk
membantu siswa tunarungu tingkat SDLB dalam memahami konsep nilai tempat.
b. Kegunaan Praktis
1) Bagi Siswa
Hasil dari penelitian mengenai pendekatan Concrete-Representational-Abstract
(CRA) diharapkan memiliki dampak positif bagi siswa tunarungu, karena
mendapatkan variasi pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa
tunarungu dan dapat mempermudah siswa tunarungu dalam memahami nilai tempat
juga nilai angka suatu bilangan.
2) Bagi Guru
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi penting bagi
guru mengenai pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) sebagai bahan
pertimbangan untuk menerapkan pendekatan yang efektif dalam pembelajaran konsep
nilai tempat.
3) Bagi Lembaga
Hasil penelitian ini diharapkan lembaga dapat menginformasikan melalui
pengadaan pelatihan kepada guru-guru untuk memperkenalkan pendekatan
pembelajaran yang efektif bagi kebutuhan siswa tunarungu, khususnya pendekatan
Concrete-Representational-Abstract (CRA) ini dapat diperkenalkan kepada guru
BAB III
MEDOTE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel adalah ciri atau karakteristik dari individu, objek, peristiwa yang
nilainya berubah-ubah. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel
bebas dan terikat. “Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat” (Sugiyono, 2007, hlm. 39),
variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan
Concrete-Representational-Abstract (CRA). Sedangkan variabel terikat menurut sugiyono
(2007, hlm. 39) mengatakan bahwa “variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”, variabel terikat dalam
penelitian ini adalah pemahaman nilai tempat.
1. Devinisi Operasional Variabel Penelitian
a. Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA)
Pendekatan CRA merupakan sebuah pendekatan instruksional yang diberikan
kepada anak dalam bentuk pembelajaran yang dimulai dari tahap konkrit kemudian
tahap representasional hingga tahap abstrak. Pendekatan CRA akan diaplikasikan
dalam pembelajaran nilai tempat dengan media yang disesuaikan pada setiap tahap –
tahapnya. Tahap pertama adalah tahap konkrit, pada pembelajaran nilai tempat
menggunakan media rumah bilangan (media yang digunakan pada tahap ini dapat
dilihat dalam lampiran 1), media ini akan menjelaskan secara konkrit dan sesuai
dengan kenyataan mengenai nilai angka dan nilai tempat suatu bilangan, media ini
terdiri dari 999 batang korek api dimana 9 kelo mpok batang korek api berjumlah 100
batang, 9 kelompok batang korek api yang berjumlah 10 batang dan 9 kelompok
37
suatu bilangan untuk menentukan nilai tempatnya pada rumah bilangan yang sudah
dikelompokan menjadi rumah ratusan, rumah puluhan dan rumah satuan.
Tahap yang kedua adalah tahap representasional (semi abstrak), pada tahap ini
siswa mulai menggunakan gambar dari batang korek (yang terlihat dari atas) yang
sebelumnya digunakan sebagai media pada tahap konkrit, kegiatan yang
dilakukannya yaitu: 1) Membilang banyaknya gambar batang korek; 2)
Memasangkan gambar dengan angka untuk menunjukkan bilangan 11-500; 3)
Menunjukkan puluhan dan satuan dengan menggunakan gambar alat peraga
manipulatif.
Tahap yang ketiga adalah tahap abstrak, pada pembelajaran nilai tempat
menggunakan media tempat angka (media yang digunakan pada tahap ini dapat
dilihat dalam lampiran 1), media ini akan mulai memperkenalkan siswa tentang nilai
angka dan nilai tempat suatu bilangan berupa angka dan tulisan secara visual dengan
kartu angka, pada tahap ini anak dituntut untuk me mahami nilai tempat secara abstrak
kemudian aktivitas yang kedua menggunakan media tulis, dimana anak mulai dituntut
untuk dapat menentukan nilai angka dan nilai tempat suatu bilangan tanpa bantuan
media.
Pendekatan CRA dalam penelitian ini merupakan sebuah intervensi atau
treatment yang akan diberikan dalam pembelajaran, karena intervensi dalam
penelitian ini berupa pendekatan pembelajaran sehingga diterapkannya pada saat
proses pembelajaran. Kemudian tahap-tahapnya akan terlihat ketika dalam proses
pembelajaran yang diberikan kepada anak.
b. Pemahaman Nilai Tempat
Pemahaman nilai tempat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah paham dalam
menentukan nilai angka dan nilai tempat suatu bilangan dimulai dari satuan, puluhan
dan ratusan, contoh dalam soal matematika memiliki bilangan 378 kemudian
menentukan nilai angka pada angka 3 adalah 300, angka 7 adalah 70 dan angka 8
tempat yang berbeda pula yaitu angka 3 berada dinilai tempat ratusan, angka 7 berada
dinilai tempat puluhan dan angka 8 berada dinilai tempat satuan, dimana ratusan lebih
besar nilainya dibandingkan dengan puluhan dan puluhan nilainya lebih besar dari
satuan.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode dan desain penelitian adalah salah satu cara yang peneliti gunakan untuk
mengumpulkan data agar dapat diolah sehingga memperoleh pengetahuan atau
pemecahan masalah pembelajaran nilai tempat dari penelitian yang peneliti angkat,
yang dilakukan secara sistematis, ilmiah dan logis. Berikut adalah metode dan desain
penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini:
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010, hlm. 3) “Metode
penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu”. Metode yang digunakan dalam penelitian mengenai penggunaan
pendekatan CRA untuk meningkatkan pemahaman nilai tempat adalah metode
eksperimen yang berguna untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu.
Pendapat yang dikemukakan oleh Arikunto (2002, hlm. 3) mengenai penelitian
eksperimen, yaitu sebagai berikut:
Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor- faktor lain yang bisa mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.
Penelitian eksperimen ini perlu suatu kecermatan dan ketepatan baik dalam
rencana, proses, maupun hasil dalam penelitian, oleh karena itu peneliti perlu
membuat perencanaan pengajaran dan pembuatan instrumen penelitian mengenai
39
2. Desain Penelitian
Penelitian eksperimen ada tiga jenis menurut Sugiyono (2013, hlm. 23) “Pada
dasarnya rancangan penelitian eksperimen dikelompokkan menjadi tiga yaitu pra
eksperimen, eksperimen dan eksperimen kuasi”. Dari ketiga desain penelitian yang
dikemukakan oleh Sugiyono, desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah desain pra-eksperimen kelompok tunggal dengan pre-test dan post-test (One
Group Pretest–Postest Design), yaitu eksperimen yang dikenakan pada satu
kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Desain eksperimen yang dimaksud
berpola seperti di bawah ini:
Pengukuran pengukuran
(pretest) perlakuan (posttest)
O1 X O2
Gambar 3.1
Rancangan desain eksperimen one group pretest–postest design (Sugiyono, 2007, hlm. 111)
Pada penelitian ini, subjek penelitian akan diberikan pre-test terlebih dahulu
(sebelum diberi perlakuan), kemudian subjek diberi perlakuan yaitu dalam bentuk
kegiatan belajar dengan pendekatan CRA selama tiga kali, setelah diberi perlakuan
kemudian subjek diberi post-test, untuk mengetahui akibat dari perlakuan apakah ada
perubahan perilaku atau tidak.
Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah
eksperimen. Pengukuran yang dilakukan sebelum eksperimen (O1) yaitu pemberian
pre-test berupa soal nilai tempat untuk mengukur sejauh mana pemahaman mengenai
nilai tempat pada siswa tunarungu sebelum diberikan treatment. (X) adalah perlakuan
(treatment) yaitu pemberian pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
dan abstrak dengan bantuan media (media yang digunakan pada pada pendekatan
CRA dapat dilihat dalam lampiran 1) dan yang terakhir pengukuran sesudah
eksperimen (O2) adalah pemberian post-test berupa soal nilai tempat suatu angka
pada bilangan untuk mengukur sudah sejauh mana pemahaman nilai tempat siswa
tunarungu pada kondisi akhir sesudah mendapatkan perlakuan. Adapun pre-test
dilakukan sebanyak satu kali, treatment empat kali dan post-test satu kali.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, seluruh sumber data dapat
memberikan informasi yang berguna untuk pemecahan dalam masalah penelitian. “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2013, hlm. 61).
Populasi dalam penelitian yang akan peneliti laksanakan adalah siswa SDLB
tunarungu kelas IV di SLB-B Sukapura berjumlah 6 siswa, populasi dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Table 3.1
Populasi penelitian
No. Nama Kelas
1. SV D4
2. MM D4
3. TM D4
4. DV D4
5. RM D4
41
2. Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2013, hlm. 62) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Sampel penelitian yang peneliti gunakan adalah dengan cara Nonprobability sampling yaitu “teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel” (Sugiyono, 2013, hlm. 66). Teknik Nonprobablility
sampling yang digunakan yaitu sampel jenuh yaitu semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel karena populasinya relative kecil dengan jumlah 6 orang
siswa kelas D4 di SLB B Sukapura, dapat dilihat pada table dibawah ini.
Table 3.2
Sampel penelitian
No. Nama Kelas
1. SV D4
2. MM D4
3. TM D4
4. DV D4
5. RM D4
6. HH D4
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SLB B Sukapura yang beralamat di Jalan
Kiaracondong Nomor 4 Telp. (022) 7334520 Bandung 40285 Jawa Barat. Penulis
melaksanakan penelitian di SLB tersebut karena SLB B Sukapura merupakan tempat
penulis melakukan pelatihan praktek lapangan (PPL), hingga penulis menemukan
kasus yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu permasalahan
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah menggunakan alat berupa tes yaitu soal matematika mengenai nilai tempat
berbentuk isian singkat, dimana hasil dari data tes anak dengan mengolah data
pre-test dan data post-pre-test kemudian membuat simpulan apakah ada perubahan perilaku
setelah anak diberikan perlakuan.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang
dibutuhkan dalam penelitian, alat yang digunakan berupa tes. Tes adalah cara yang
dapat digunakan atau prosedur yang dapat ditempuh dalam rangka pengukuran dan
penelitian, dapat berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas sehingga dapat
dihasilkan nilai.
Penelitian ini bermaksud memperoleh data mengenai kemampuan memahami
nilai tempat dengan alat instrumen soal kemudian diberi perlakuan dalam proses
pembelajaran menggunakan penerapan pendekatan
concrete-representational-abstract (CRA) pada siswa tunarungu kelas IV SDLB. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara memberikan tes tertulis berupa soal matematika mengenai nilai tempat
dalam bentuk isian singkat pada saat pre-test dan post-test. Tes tertulis diberikan saat
pre-test untuk mengetahui kondisi awal kemampuan siswa sebelum diberikan
intervensi dan saat post-test bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan
antara kemampuan menentukan nilai tempat sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan.
Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai
hal- hal yang ingin dikaji dalam penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen
mengenai pembelajaran nilai tempat dengan pendekatan CRA. Dalam membuat
43
dan menyusun rencana pembelajarannya. Pembuatan instrumen mengenai
pembelajaran nilai tempat dengan pendekatan CRA berdasarkan pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa dan disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi siswa.
Adapun langkah- langkah yang dilakukan untuk menyusun instrumen mengenai
pembelajaran nilai tempat dengan pendekatan CRA adalah sebagai berikut:
a. Membuat kisi-kisi instrumen
Kisi-kisi tes memahami nilai tempat merupakan gambaran tentang
indikator-indikator yang akan dites dalam kemampuan menentukan nilai tempat dalam
pembelajaran metematika pada anak. (Kisi-kisi instrumen pada penelitian ini
dapat dilihat dalam lampiran 1)
b. Pembentukan Butir Soal
Pembuatan butir soal disesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan pada
kisi-kisi soal.
c. Membuat Rencana Pembelajaran
Rencana pembelajaran dibuat sebagai acuan dalam mengajar di dalam kelas,
dibuat berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan SDLB-B (Tunarungu) tahun 2006. Rencana program
pembelajaran (RPP) yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran atau treatmen.
d. Menentukan Kriteria Penilaian Butir Soal
Setelah pembuatan butir soal ditentukan, selanjutnya dibuat suatu penilaian
terhadap butir soal. Setiap soal mempunyai skor berbeda tergantung kebutuhan
untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami nilai tempat total skor dalam
soal nilai tempat ini 90 dengan butir soal 44. Penilaian digunakan untuk
mendapatkan skor pada tahap pre-test dan post-test. Setelah dibuatkan penilaian
E. Uji Coba Instrumen
Agar instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini mempunyai
kualitas yang baik maka instrumen tes harus diuji cobakan terlebih dahulu. Uji
coba yang dilakukan yaitu uji coba validitas dan uji coba reliabilitas instrumen
penelitian. Data hasil uji coba kemudian diolah dan dianalisis, butir soal yang
tidak sesuai atau tidak memenuhi syarat akan direvisi. Pelaksanaan uji coba
instrumen pada penelitian ini dilaksanakan di yayasan Al-Hadi Learning Center.
1. Uji Validitas
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Karena tujuan
khusus dari penelitian ini sejajar dengan materi atau indikator pembelajaran. Karena
materi yang diberikan terdapat dalam kurikulum maka validitas dalam penelitian
yang akan peneliti lakukan adalah validitas isi. Uji validitas dilakukan dengan cara
menyusun butir soal dari pokok bahasan mengenai nilai tempat kemudian melakukan
judgment terhadap butir soal tersebut.
Untuk menentukan alat ukur valid atau tidak maka perlu ada per hitungan untuk
menentukan korelasinya, suatu soal dikatakan valid bila mencapai lebih besar dari
50% dapat menggunakan perhitungan.
∑
(Susetyo, 2011, hlm. 92)
dimana:
f = frekuensi cocok menurut penilai
∑ = jumlah penilai (Judgment)
Kriteria Butir Validitas
Saat melakukan judgment, jumlah ahli yaitu tiga orang dan jumlah soal instrumen
45
- Sangat valid =
- Valid =
- Cukup valid =
- Kurang valid =
- Sangat kurang valid =
- Tidak valid =
Hasil uji validitas isi dengan menggunakan teknik penilaian ahli (expert
judgment), uji validitas instrumen soal dinilai oleh lima orang penilai ahli, diketahui
butir soal 1 sampai 44 mengenai materi nilai tempat untuk kelas D4 mendapatkan
penilaian cocok dari kelima ahli dengan rincian pada butir soal no 5 dan no 6
mendapatkan kevalidan 80% namun soal tersebut masih termasuk valid dan butir soal
yang lain mendapatkan kevalidan 100%. (perhitungan validitas instrumen soal dapat
dilihat pada lampiran 2).
Uji validitas RPP dinilai oleh tiga orang penilai ahli, RPP yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 3 RPP dikarenakan sesuai dengan judul penelitian dimana
pembelajaran menggunakan pendekatan CRA yang terdiri dari tiga tahap yaitu
pembelajaran tahap konkret, pembelajaran tahap representasional dan pembelajaran
tahap abstrak RPP ini dibuat untuk pembelajaran anak kelas D4 mendapatkan
penilaian cocok dari ketiga ahli. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
instrumen soal dan RPP pembelajaran mengenai materi nilai tempat dinyatakan valid
dan layak digunakan. (Hasil perhitungan uji validitas RPP dapat dilihat pada lampiran
2).
2. Uji Reliabilitas
Konsep reliabilitas mengandung dua makna, yaitu alat ukur menghasilkan
yang berbeda dan diselenggarakan oleh petugas yang berbeda. “suatu perangkat ukur yang dapat dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya
relative sama jika dilakukan pengetesan secara berulang- ulang dan alat ukur yang
demikian dinamakan dengan reliabel”. Susetyo (2011, hlm. 105).
Instrumen pada penelitian ini diukur dengan pengujian reliabilitas dengan metode
alpha Cronbach, karena penelitian ini menggunakan sekor butir yang dikotomi.
Rumus yang digunakan adalah:
∑
(Susetyo, 2011, hlm. 121)
∑ = Jumlah seluruh variansi butir = variansi sekor responden
N = jumlah butir yang setara
= koefisien reliabilitas
A = sekor responden
B = sekor butir
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas yang telah dilakukan peneliti
menggunakan reliabilitas konsistensi internal karena uji reliabilitas yang dilakukan
oleh peneliti dilaksanakan satu kali pengukuran pada peserta tes berdasarkan pada
sekor yang diperoleh dari satu instrumen soal, maka diketahui bahwa instrumen
penelitian untuk kelas D4 memiliki r11 = 0,95 itu berarti koefisien reliabilitas sangat
tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan dapat
47
F. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data terkumpul
sebelum adanya kesimpulan. Setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dalam
statistik nonparametrik dengan uji Wilcoxon dengan tujuan untuk memperoleh
gambaran yang jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu yang ditentukan. “Statistik nonparametris digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk nominal dan ordinal dan tidak dilandasi persyaratan data harus berdistribusi normal” (Sujana,
2005, hlm. 446).
“Uji Wilcoxon merupakan penyempurnaan dari uji tanda (Sign Test). Teknik ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel yang
berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal” (Sudjana, 2005, hlm. 450). Pada
penelitian ini dua sampel yang berpasangan merupakan satu sampel yang diukur dua
kali yaitu sampel sebelum dan sesudah penerapan pendekatan CRA dalam
pembelajaran matematika.
Alasan peneliti menggunakan teknik analisis ini yaitu (1) untuk mengetahui
apakah ada pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan menentukan nilai tempat
pada anak tunarungu sebelum dan sesudah penerapan pendekaran CRA dalam
pembelajaran nilai tempat, (2) sampel uji coba relatif sedikit atau tidak berdistribusi
normal sehingga dengan menggunakan uji wilcoxon diharapkan dapat diketahui
dampak dari penerapan pendekatan pembelajaran CRA.
Setelah melakukan pengumpulan data peneliti akan melakukan analisis data.
Langkah- lagkah yang dilakukan dalam menganalisis data dengan uji Wilcoxon adalah
sebagai berikut:
1. Menghitung hasil skor pre-test dan post-test dari subjek pada setiap sesinya
dalam penelitian penerapan pendekatan CRA dalam pembelajaran nilai tempat,
2. Mentabulasikan skor pre-test dan post-test yang didapat dari penelitian
penerapan pendekatan CRA dalam pembelajaran nilai tempat ini,
3. Membuat table perhitungan hasil fase pre-test dan post-test dari subjek pada
4. Menghitung selisih pre-test dan post-test, ditetapkan selisih bertanda (di) antara
kedua skornya,
5. Menyusun rangking dari hasil data yang diolah,
6. Membubuhkan pada setiap rangking tanda positif (+) dan negatif (–) ke dalam
table yang telah dibuat,
7. Menjumlahkan semua rangking bertanda positif (+) dan negatif (-),
8. Untuk jumlah rangking yang di dapat, maka diambil jumlah yang paling kecil dari
kedua kelompokrangking untuk menetapkan tanda Jhitung ,
9. Membandingkan nilai Jhitung yang diperoleh dengan Jtabel (nilai- nilai kritis J untuk
uji Wilcoxon),
10.Menguji hipotesis yang dibuat pada penelitian penerapan pendekatan CRA dalam
pembelajaran nilai tempat, dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
Tabel 3.3
Hipotesis
(Sudjana, 2005, hlm. 453) H0 diterima apabila Jhit ung≤ Jtabel
Nurul Muslimah, 2014
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran secara tepat dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam kegiatan belajar menentukan nilai
tempat bilangan matematika pada siswa tunarungu sangat penting untuk
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa tunarungu sebagai
individu yang mengoptimalkan indera visualnya.
Melihat kondisi yang terjadi pada siswa tunarungu, dimana mereka mengalami
keterbatasan terhadap daya abstraksinya, sehingga sulit dalam memahami konsep
yang bersifat abstrak, maka diperlukan pendekatan pembelajaran yang
memperhatikan tahap perkembangan kognitif siswa, selain itu dengan penerapan
pendekatan yang tepat dan sesuai, dapat berpengaruh terhadap kemampuan siswa
tunarungu dalam menentukan nilai tempat.
Penerapan pendekatan concrete-representational-abstract (CRA) merupakan
pendekatan yang lebih menekankan pembelajaran visual, dan dapat meningkatkan
daya abstraksi siswa tunarungu.
Pendekatan concrete-representational-abstract (CRA) dimulai dari tahap konkret,
yang ditunjang dengan media yang disesuaikan dengan pembelajaran nilai tempat
secara konkret. Setelah tahap tersebut telah dilalui kemudian masuk ketahap
representasional atau semi konkret, pada pembelajaran tahap ini anak masih
menggunakan media namun telah dimodifikasi dengan simbol-simbol matematika
(angka). Setelah itu siswa memasuki pembelajaran ta hap abstrak, dalam prosesnya
siswa mengulang kembali apa yang telah dipelajarinya pada pertemuan-pertemuan
sebelumnya kemudian siswa lebih ditekanan pada latihan-latihan soal berupa kuis
tanpa dibantu dengan media.
Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa mengalami peningkatan yang
berbeda-Nurul Muslimah, 2014
siswa, baik lingkungan ataupun kesiapan siswa pada saat pre-test atau post-test.
Meskipun hasil yang diperoleh siswa berbeda-beda namun peningkatan hasil akhir
tersebut membuktikan bahwa variabel bebas yaitu penerapan pendekatan
concrete-representational-abstract (CRA) berpengaruh terhadap pemahaman nilai tempat
sebagai variabel terikat.
Adanya pengaruh pendekatan concrete-representational-abstract (CRA) pada
peningkatan memahami nilai tempat siswa tunarungu dalam penelitian ini karena:
1. Pendekatan concrete–representational-abstract (CRA) dalam pembelaja-rannya
memperhatikan tahap perkembangan kognitif yaitu tahap operasi konkret pada
usia 6-11 tahun dan tahap operasi formal pada usia > 11 tahun, dengan
memperhatikan tahap perkembangan kognitif siswa maka siswa akan lebih mudah
dalam menerima pembelajaran dan tidak akan terjadi pemerkosaan pembelajaran
terhadap anak.
2. Pendekatan pembelajaran ini tidak bersifat ceramah atau dalam proses belajarnya
banyak penjelasan dengan kata-kata, namun dalam proses pembelajarannya siswa
banyak terlibat dan berperan aktif dengan media.
3. Proses pembelajaran menyenangkan karena ditunjang oleh media yang cukup
menarik perhatian siswa, sehingga ketika belajar seakan-akan siswa sedang
bermain dengan media.
Peningkatan yang terjadi pada setiap siswa tidak sama, namun secara keseluruhan
dapat dikatakan bahwa tujuan dari pembelajaran nilai tempat dengan pendekatan
concrete-representational-abstract (CRA) dapat tercapai, terlihat dari kemampuan
masing- masing siswa dengan peningkatan keseluruhan siswa sebesar 28,15%.
Pada hasil post-test setiap siswa menunjukan adanya ketercapaian pada indikator,
64
Nurul Muslimah, 2014
dan satuan dari suatu lambang bilangan, mampu menuliskan nama bilangan cacah
dan menuliskan lambang bilangan cacah 11-500.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka ada
beberapa hal yang perlu disampaikan sebagai saran yaitu:
1. Bagi Guru
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pendekatan
concrete-representational-abstract (CRA) dapat menjadi satu referensi yang menambah dapat wawasan dan
bahan masukan bagi guru, serta dapat diterapkan sebagai salah satu pendekatan
pembelajaran untuk mata pelajaran matematika. Dengan menerapkan pendekatan
CRA semoga mampu mengembangkan kreatifitas guru dalam menciptakan media
yang dapat menunjang pembelajaran dari setiap tahap-tahapnya, sehingga baik
pendekatan ataupun media dapat sesuai dengan kebutuhan siswa tunarungu.
Media yang digunakan pada saat tahap konkret dan representasional dalam
penelitian ini semoga mampu menunjang pembelajaran menentukan nilai tempat
untuk generasi selanjutnya.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang pendekatan
concrete-representational-abstract (CRA), diharapkan dapat meneliti pendekatan CRA pada
pembelajaran matematika yang lain, agar semakin kuat keyakinan bahwa pendekatan
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Abella, I. (2012). T eaching place value in first grade a resource guide. Washington: Cited.
Anstrom,T. (2006). Supporting students in mathematics through the use of
manipulatives. Washington: Cited.
Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Direktorat Pendidikan Sekolah Luar Biasa. (2006). Standar kompetensi dan
kompetensi dasar tunarungu. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Dwidjosumarto, A (Penyunting), (1995), Ortopedagogik anak tunarungu. Bandung: Depdikbud.
Efendi, Mohammad. (2005). Pengantar psikopedagogik anak berkebutuhan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hergenhahn, B.R & Olson, M.H. (2008). Theories of learning. Jakarta: Kencana.
Nurhasanah, Farida. (2010). Abstraksi siswa SMP dalam belajar geometri melalui
penerapan model van hiele dan geometers' sketchpad. Tesis pada Jurusan
Pendidikan Matematika UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Nurbani. (2009). Penggunaan kartu gambar untuk meningkatkan kemampuan operasi
hitung penjumlahan pada siswa tunarungu kelas D2 SLB B-C islam Assyafi’iyah Bekasi. Skripsi pada FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Purwanto, M. Ngalim. (2007). Psikologi pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sadja'ah, E. (2002). Layanan dan latihan artikulasi bagi anak tunarungu. Bandung: San Grafika.
Sahidan, T. (2008). Pembelajaran nilai tempat bilangan. [Online]. Tersedia di: http://teguh-sahidan.blogspot.com/2008/11/pembelajaran-
66
Somad, P & Hernawati, T. (1996). Ortopedagogik anak tunarungu. Bandung: Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Somad, P & Tarsidi, D. (2008). Definisi dan klasifikasi tunarungu. [Online] Tersedia:
www.permanarian16.blogspot.com/2008/04/definisi-dan-klasifikasi-tunarungu.html. Diakses 15 Juni 2014.
Somantri, S. (2007). Psikologi anak luar biasa. Bandung: Refika Aditama.
Sri Wahyuni, R (2013). Pendekatan pembelajaran. [Online]. Tersedia di: http://ri1990.blogspot.com/2013/05/pendekatan-pembelajaran.html. Diakses 15 Juni 2014.
Steedly, K. dkk. (2008). Effective mathematics instruction. Evidencefor Education. Vol 3, hlm. 8.
Sugiyono. (2007). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R dan D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sujana. (2005). Metoda statistika. Bandung: Tarsito.
Surya, M. (2004). Pengertian dan fungsi pendekaatan. [Online]. Tersedia di: http://www.vilila.com/2004/11/pengertian-dan-fungsi-pendekatan.html.
Diakses 15 Juni 2014.
Susetyo, B. (2011). Menyusun tes hasil belajar. Bandung: Cakra.
Tn. (2012). Concrete-resentational-abstract sequence of instruction. math video instructional development source (a resoure for teaching mathematics to struggling learners) [Online]. Tersedia di: http://www.coedu.usf.edu/ main/departments/sped/mathvids/ strategies/cra.html. Diakses 21 Januari 2014
Wilis Dahar, R. (1996). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga.