• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012) efisiensi produksi kain batik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012) efisiensi produksi kain batik"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

10

Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012) “efisiensi produksi kain batik cap”. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor input terhadap produksi, menganalisis pengaruh lama usaha dan tipe produksi terhadap efisiensi produksi, dan menganalisis tingkat efisiensi produksi kain batik cap. Alat analisis yang dipakai stochastic production frointer, model stochastic production frointer - technical efficiency effect model dalam penelitian menggunakan model battesa dan coelli, statistik diskriptif untuk memberikan gambaran dan diskripsi profil responden di peroleh. Hasil penelitian yang diperoleh :

1. Faktor input modal (X1), tenaga kerja (X2), bahan baku kain (X3), bahan penolong (X4) dan alat cap (X6) berpengaruh nyata positif terhadap produksi kain batik cap adalah pada tingkat kepercayaan nyata 90 persen. Hasil tersebut semakin memperkuat faktor modal, tenaga kerja, kain, bahan penolong dan alat cap menentukan tingkat produksi kain batik cap.

Sedangkan variabel bahan bakar (X5) tidak signifikan berpengaruh negatif terhadap produksi kain batik cap (Y). Bahan bakar (X5) berpengaruh negative masih bisa diuji lagi dalam penelitian selanjutnya, karena bahan bakar berpengaruh positif terhadap produksi kain batik. Nilai RTS yaitu 1,04 menunjukkan bahwa produksi batik dalam kondisi constant return to scale.

2. Disturbance term (vit) dan technical inefficiency (uit) berpengaruh secara nyata terhadap tingkat produksi kain batik cap. Selain kombinasi faktor

(2)

produksi yang menentukan efisiensi produksi, variabel lama usaha dan perbedaan tipe produksi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi produksi kain batik cap.

3. Lama usaha signifikan berpengaruh negative terhadap tingkat inefisiensi dan variabel dummy tipe produksi mampu membedakan tingkat inefisiensi produksi. Pengalaman dan lama usaha menjadikan produksi batik cap sesmakin efisien. Industri batik yang memperoleh pesanan dari industri lain akan semakin efisien sehingga kepercayaan diperoleh untuk memperoleh pesanan lebih banyak lagi. Produksi batik secara berdasarkan pesanan (outsourcing) lebih efisien dibanding dikerjakan sendiri. Hal ini disebabkan adanya tanggung jawab untuk menjaga kualitas dan memperkecil produk batik yang cacat. Jika pesanan batik banyak yang rusak maka pemesan tidak akan membayarnya. Hasilnya, tingkat efisiensi produksi batik tinggi rata-rata mencapai 91,05 persen.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) “analisis efisiensi faktor – faktor produksi usahatani padi sawah di Kabupaten Karang Anyar”. Tujuan penelitian mengkaji faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi padi, penggunaan faktor-faktor produksi yang dialokasikan oleh petani padi dalam mencapai efisiensi ekonomis dan kondisi skala usahatani pada sawah di Kabupaten Karang Anyar. Alat analisis menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan rumus :

Y=A Ka Lb ... (2.1) disusun model fungsi produksi :

Y = aX1b¹X2b²X3b³X4b4X5b5X6b6X7b7X8b8X9b ... (2.2)

(3)

hubungan fungsional antara faktor produksi dan hasil produksi dianalisis menggunakan regresi linier berganda :

Ln Y=a + b1LnX1 + b2LnX2 + b3LnX3 + b4LnX4 + b5LnX5 + b6LnX6 + b7LnX7 + b8LnX8 + b9LnX9 ... (2.3)

Dilanjutkan dengan Uji F dan Uji t. Penggunaan faktor produksi yang sudah optimal dilakukan dengan melihat perbandingan antara marginal faktor produksi dengan harga faktor produksi NPMxi/Pxi. Hasil penelitian yang diperoleh :

1. Faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah di Kabupaten Karanganyar adalah luas lahan, tenaga kerja, benih dan pupuk urea.

2. Petani padi sawah di Kabupaten Karanganyar dalam mengkombinasikan faktor produksi luas lahan belum mencapai efisiensi ekonomi, penggunaan faktor produksi tenaga kerja dan benih tidak efisien, sedangkan faktor produksi pupuk urea sudah mencapai efisiensi ekonomi tertinggi.

3. Nilai elastisitas produksi (RTS) adalah 1,055. Ini berarti bahwa secara umum usahatani padi sawah di Kabupaten Karanganyar masih bisa beroperasi dengan skala usaha yang meningkat (increasing return to scale), tetapi sudah mendekati kondisi konstan (constan return to scale).

Penelitian yang dilakukan oleh Rovil, Kevin, dan Salmiah (2012) “analisis efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi pada usahatani stroberi di Desa Dolat Rayat Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo”. Tujuan penelitian Menganalisis berapa produksi dan produktivitas stroberi di daerah penelitian,

(4)

menganalisis apakah faktor produksi lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja dan obat- obatan mempengaruhi produksi usahatani stroberi di daerah penelitian, dan menganalisis tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi usahatani stroberi di daerah penelitian. Alat analisis yang digunakan masalah 1 dianalisis secara deskriptif, dengan membandingkan produksi dan produktivitas yang dihasilkan petani di daerah penelitian dengan produktivitas menurut anjuran (literatur), masalah 2 dianalisis dengan menggunakan analisis fungsi produksi, yaitu regresi linier berganda dengan menganalisa apakah faktor luas lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja dan obat-obatan mempengaruhi produksi stroberi di daerah penelitian. malasah 3 dianalisis dengan menggunakan analisis efisiensi penggunaan faktor produksi yaitu efisiensi ekonomi. Efisiensi Ekonomi yaitu nilai produk marginal input (NPMXi) sama dengan harga input (Pxi). Hasil penelitian yang diperoleh :

1. Total Produksi stroberi di daerah penelitian adalah 62.384 Kg, dengan produksi rata-rata 1559,6 Kg dan produktivitasnya 6033,3 Kg/Ha, masih terlalu rendah apabila dibandingkan menurut anjuran/literatur yaitu sebesar 57.142,85 Kg/Ha.

2. Penggunaan faktor produksi di daerah penelitian secara serempak mempengaruhi produksi stroberi, sedangkan secara parsial faktor produksi yang mempengaruhi produksi stroberi adalah lahan, insektisida dan fungisida, sementara faktor produksi bibit, pupuk daun, NPK, pupuk kandang dan tenaga kerja tidak mempengaruhi produksi stroberi.

(5)

3. Penggunaan faktor produksi di daerah penelitian belum optimal. Hal ini dikarenakan faktor produksi bibit, pupuk daun, pupuk kandang dan tenaga kerja melebihi optimal, agar penggunannya menjadi optimal pemakaian faktor produksi tersebut harus dikurangi, sedangkan luas lahan, NPK, insektisida dan fungsida belum optimal, agar penggunannya menjadi optimal pemakaian faktor produksi tersebut harus ditambah.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu tersebut terdapat perbedaan dengan penelitian sekarang dimana terletak pada tingkat efisiensi. Dimana penelitian kali ini untuk mengetahui tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga, efisiensi ekonomi usaha tani Mendong di Desa Blayu, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.

B. Landasan Teori 1. Teori Produksi

Menurut Sukirno (2010:195) teori produksi merupakan hubungan antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Produksi adalah kegiatan menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang/jasa. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.

2. Fungsi Produksi

Menurut Sukirno (2010:193) fungsi produksi merupakan hubungan antara faktor-faktor produksi dan jumlah produksi, dimana faktor produksi disebut

(6)

dengan istilah input dan jumlah produksi disebut dengan output. Fungsi produksi dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut :

Q = f ( K ,L ) ... (2.4) Dimana :

K = jumlah modal L = jumlah tenaga kerja

Q = jumlah produksi yang dihasilkan

Di dalam sebuah fungsi produksi perusahaan terdapat tiga konsep produksi yang penting, yaitu produksi total, produksi marjinal, dan produksi rata-rata.

Produksi total (Total Product, TP) adalah total output yang dihasilkan dalam unit fisik. Produksi marjinal (Marginal Product, MP) dari suatu input merupakan tambahan produk atau output yang diakibatkan oleh tambahan satu unit input tersebut (yang bersifat variabel), dengan menganggap input lainnya konstan.

Produksi rata-rata (Average Product, AP) adalah output total yang dibagi dengan unit total input

Teori ekonomi menjelaskan satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi, yaitu fungsi produksi dari semua produksi dimana semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing Return.

Hukum ini mengatakan bila satu macam input ditambah penggunaannya sedangkan input-input lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula menaik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila input terus ditambah.(Sadono Sukirno, 2010:196).

(7)

Hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang dapat ditunjukan melalui hubungan antara produksi total, produksi rata-rata dan produksi marjinal.

Gambar 2.1. Kurva TP, AP dan MP

Kurva di atas menunjukkan hubungan antara produksi total, produksi rata- rata, dan produksi marjinal. Kurva produksi total adalah kurva produksi total yang menunjukkan hubungan antara jumlah produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunkan untuk menghasilkan produksi tersebut.

3. Fungsi Produksi Cobb-Douglass

Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi yang melibatkan dua atau lebih variabel, di mana variabel satu disebut variabel dependen (Y) dan yang lainnya disebut variabel independen (X), penyelesaian hubungan antara X dan Y adalah dengan cara regresi, di mana variasi dari Y akan dipengaruhi variasi dari X. (Soekartawi, 2003:153)

(8)

Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis dengan persamaan

Q = AKαLβ... (2.5) Dimana :

Q = Output K = Input modal L = Tenaga Kerja

A = Parameter efisien/koefisien teknologi α = Elastisitas input modal

β = Elastisitas input tenaga kerja

Fungsi Produksi Cobb Douglas pada penelitian ini menggunakan fungsi produksi

bentuk linear berganda dengan persamaan fungsi produksi Cobb Douglas sebagai berikut:

Ln Y = a + b1 ln X1 + b 2ln X2 + bn ln Xn + e ... (2.6) Keterangan :

Y = Variabel yang dijelaskan X = Variabel yang menjelaskan a,b = besaran yang akan diduga e = kesalahan (disturbance term)

b1, b2, …,bn pada fungsi Cobb Douglas menunjukkan elastisitas X terhadap Y, dan

jumlah elastisitas adalah merupakan return to scale.

(9)

4. Fungsi Cobb-Douglass Sebagai Fungsi Frontier

Fungsi produksi frontier adalah fungsi produksi yang dipakai untuk mengukur bagaimana fungsi produksi sebenarnya terhadap posisi frontiernya.

Karena fungsi produksi adalah hubungan fisik antara faktor produksi dan produksi, maka fungsi produksi frontier adalah hubungan fisik faktor produksi dan produksi pada frontier yang posisinya terletak pada garis isoquant. Garis isoquant ini adalah garis yang menunjukkan titik kombinasi penggunaan input produksi yang optimal.

Salah satu keunggulan fungsi produksi frontier dibandingkan dengan fungsi produksi yang lain adalah kemampuannya untuk menganalisa keefisienan ataupun ketidakefisienan teknik suatu proses produksi. Pengertian efisiensi dalam produksi, bahwa efisiensi merupakan perbandingan output dan input berhubungan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input, artinya jika rasio output besar, maka efisiensi dikatakan semakin tinggi.(Popy Satiti, 2013)

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) jika faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum.

Sedang efisiensi harga (efisiensi alokatif) jika nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan, sedangkan efisiensi ekonomi akan dicapai jika efisiensi teknis dan efisiensi harga juga tercapai.

(10)

Gambar 2.2. Technical dan allocative efficiency in the product space

Gambar 2.3. Technical dan allocative efficiency in the factor space

Keterangan:

q = output

x = varibael faktor x, z = faktor tetap MVP = pf’= marginal value product

f1 = fungsi produksi dengan praktik terbaik f2 = fungsi produksi dengan teknologi saat ini

(11)

Efisiensi maksimum dicapai bila fungsi produksi paling efisien digunakan dan bila nilai produk marjinal dari masing-masing faktor pada fungsi produksi ini sama dengan harganya. Dilihat dari gambar 2.2 dan gambar 2.3 efisiensi maksimum ditunjukkan pada titik A.

Efisiensi teknis (Leibenstein’s [1989] X-efficiency) pada gambar 2.2 output pada titik D kurang dari tingkat output pada titik F yang dapat dicapai pada tingkat input yang sama dengan menggunakan fungsi produksi praktik terbaik (f1). Pada gambar 2.3 biaya variabel total TC4 produksi satu unit output pada titik D lebih besar dari pada biaya variabel total TC3 pada titik F dengan menggunakan praktik terbaik isoquant I1 dan rasio faktor produksi yang sama pada titik D. Pada gambar 2.2 menjelaskan kesenjangan antara titik D dan titik F dalam output dan pada gambar 2.3 menjelaskan kesenjangan antara titik D dan titik F dalam biaya.

Efisiensi alokatif Pada Gambar 2.2 titik C dengan teknologi yang benar-benar digunakan f2 dan titik A dengan praktik terbaik f1, efisien secara alokatif. Pada gambar 2.3 titik C dengan praktik aktual I2 dan titik A dengan praktik terbaik I1. Dalam kasus pertama pada gambar 2.2 kesenjangan output q2-q4 dengan teknologi saat ini dan q1-q3 dengan praktik terbaik dikaitkan dengan inefisiensi yang dialokasikan. Pada gambar 2.3 ini sesuai dengan kesenjangan biaya TC4- TC2 dengan teknologi terkini dan TC3-TC1 dengan praktik terbaik.

Pengukuran dalam menentukan indeks efisiensi : a. Indeks efisiensi dalam ruang produksi:

 Efisiensi teknis (TE) = q4/q3

(12)

 Efisiensi alokatif (AE)

o Seiring teknologi saat ini (AEc) = q4/q2 o Sepanjang praktik terbaik (AEa) = q3/q1

 Efisiensi ekonomi (EE) = q4/q1. Ini sama dengan produk efisiensi teknis

dan efisiensi alokatif disepanjang praktik terbaik EE = TE x AE b. Indeks efisiensi dalam ruang faktor:

 Efisiensi teknis (TE) = TC3/TC4 = OF/OD

 Efisiensi alokatif (AE)

o Seiring teknologi saat ini (AEc) = TC2/TC4 = OG/OD

o Sepanjang praktik terbaik (AEa) = TC1/TC3 = OH/OF

 Efisiensi ekonomi: EE = TC1 / TC4 = TE X AEa = OH / OD.

Ukuran terakhir ini, dan dekomposisinya dalam efisiensi teknis dan alokasi, pertama kali diajukan oleh farrell (1957) dan telah banyak digunakan.

5. Return To Scale (Skala Hasil)

Return to Scale (RTS) perlu dipelajari karena untuk mengetahui kegiatan dari suatu usaha yang diteliti apakah sudah mengikuti kaidah increasing, constant, atau decreasing return to scale. Keadaan return to scale dari suatu usaha industri yang diteliti dapat diketahui dari penjumlahan koefisien regresi semua faktor produksi.

Menurut Gasperz (2001:219), ada tiga kemungkinan dalam nilai return to scale, yaitu:

(13)

1. Decreasing Return to Scale, bila (b1+b2+…bn) < 1. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan factor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih kecil.

2. Constant Return to Scale, bila (b1+b2+…bn) = 1. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan bahwa penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.

3. Increasing Return to Scale, bila (b1+b2+…bn) > 1. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.

6. Efisiensi

Efisiensi adalah kemampuan untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan (output) dengan mengorbankan (input) yang minimal. Suatu kegiatan telah dikerjakan secara efisien jika pelaksanaan kegiatan telah mencapai sasaran (output) dengan pengorbanan (input) terendah, sehingga efisiensi dapat diartikan sebagai tidak adanya pemborosan. Efisiensi dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: efisiensi teknis, efisiensi alokatif (efisiensi harga) dan efisiensi ekonomi.

a. Efisiensi Teknis

Efisiensi teknis ini mencakup mengenai hubungan antara input dan output.

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum.

(Miller dan Meiners dalam Anandra, 2000:25) menyatakan efisiensi teknis mengharuskan atau mensyaratkan adanya proses produksi yang dapat

(14)

memanfaatkan input yang lebih sedikit demi menghasilkan output dalam jumlah yang sama. Model fungsi yang dipergunakan untuk mengukur efisiensi teknis perusahaan yang dapat dinyatakan sebagai berikut:

Y = f ( X1, β ) exp ε1 ... (2.7) β adalah parameter yang akan di taksir, Xi adalah input, dan ε1= v1+u1

kesalahan dianggap negative dan naik karena pemotongan distribusi normal dengan rata-rata nol dan varians positif. Dengan kata lain error term vi di asumsikan memiliki distribusi normal dengan rata-rata nol dan ui variant positif, yang menggambarkan kesalahan pengukuran yang berkaitan dengan faktor di luar kendali yang berhubungan dengan produksi.

b. Efisiensi Alokatif

Efisiensi harga menerangkan tentang hubungan biaya dan output. Efisiensi harga tercapai jika suatu perusahaan mampu memaksimalkan keuntungan dengan menyamakan nilai produksi marjinal setiap faktor produksi dengan harganya. Efisiensi ini terjadi jika perusahaan memproduksi output yang paling disukai konsumen (McEachern, 2001:121).

Efisiensi harga tercapai apabila perbandingan antara nilai produktivitas marjinal masing-masing input (NPMxi) dengan harga inputnya (Pxi) sama dengan 1. Kondisi ini menghendaki NPMx sama dengan harga faktor produksi X atau dapat ditulis sebagai berikut :

b.Y.Py/X = Px ... (2.8)

(15)

Dimana :

Px = Harga Faktor produksi Faktor X Y = Output Rata-Rata

X = Input Rata-Rata

Py = Harga Output Rata-Rata

Dalam kenyataan yang sebenarnya persamaan nilainya tidak sama dengan 1, yang sering kali terjadi adalah (Akhmad Hidayat, 2013) :

 (NPM / Px) > 1, hal ini berarti bahwa penggunaan faktor produksi X

belum efisien. Agar bisa mencapai efisien, maka penggunaan faktor produksi X perlu di tambah.

 (NPM / Px) < 1, hal ini berarti bahwa penggunaan faktor produksi X

tidak efisien, sehingga perlu dilakukan pengurangan faktor produksi X agar dapat tercapai efisiensi.

c. Efisiensi Ekonomi

Efisiensi ekonomis terjadi jika efisiensi teknis dan efisiensi harga tercapai dan memenuhi kondisi dibawah ini, yaitu :

 Syarat kecukupan (sufficient condition), yaitu kondisi keuntungan

maksimal tercapai dengan syarat nilai produksi marjinal sama dengan biaya marjinal.

 Syarat keperluan (necessary condition) yang menunjukkan hubungan fisik antara input dan output, proses produksi terjadi pada waktu elastisitas produksi antara 0 dan 1.

(16)

Efisiensi ekonomis merupakan hasil kali antara seluruh efisiensi teknis dengan efisiensi harga dari seluruh faktor input. Efisiensi usaha kerajinan Mendong dapat dinyatakan sebagai berikut :

EE = TER . AER ... (2.9) Dimana :

EE = Efisiensi ekonomi

TER = Tehnical Efficiency Rate AER = Allocative Efficiency Rate

Dalam efisiensi ekonomi terdapat tiga kemungkinan yang terjadi dalam konsep ini, yaitu :

 Nilai efisiensi ekonomi lebih besar dari 1. Hal ini berarti bahwa

efisiensi ekonomi yang maksimal belum tercapai, untuk itu penggunaan faktor produksi perlu ditambah agar tercapai kondisi efisien.

 Nilai efisiensi ekonomi lebih kecil dari 1. Hal ini berarti bahwa usaha

yang dilakukanm tidak efisien, sehingga penggunaan faktor produksi perlu dikurangi.

 Nilai efisiensi ekonomi sama dengan 1. Hal ini berarti bahwa kondisi

efisien sudah tercapai dan sudah memperoleh keuntungan yang maksimal.

7. Mendong

Mendong merupakan tanaman yang tumbuh di rawa, atau daerah yang berlumpur dan memiliki air yang cukup atau tempat tergenang. Mendong

(17)

merupakan sejenis rumput semu atau alang-alang, dan biasanya tumbuh dengan panjang lebih kurang 100 cm sebelum digunakan untuk kerajinan, Mendong biasanya dijemur terlebih dahulu hingga kering.

Tanaman Mendong memiliki ciri-ciri batang yang serupa dengan rumput teki, tapi tanaman ini lebih besar. Habitusnya berupa semak dengan tipe batang berupa Mendong, karena memiliki ruas yang lebih panjang daripada tipe rumput, dan batang berbentuk segitiga. Batangnya berwarna hijau dengan permukaan yang licin. Arah tumbuh batang tegak lurus dengan permukaan tanah. Memiliki tipe percabangan monopodial, karena batang utamanya terlihat jelas. Arah tumbuh cabangnya tidak diketahui dari hasil pengamatan, karena tidak mempunyai percabangan yang jelas. Mendong merupakan tanaman berhabitus herba karena berair ketika batangnya dipatahkan. Tipe batangnya adalah batang Mendong dengan bentuk batang segitiga (triangularis) dan permukaan batang yang bersayap. Tipe percabangan tumbuhan ini monopodial, yaitu batang pokoknya tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang dari pada cabang-cabangnya.

Arah tumbuh batang tegak lurus dengan sifat cabang geragih (stolon) merayap di bawah tanah. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan annual, yaitu tumbuhan yang berumur pendek, yaitu kurang dari 1 tahun sudah mati atau paling lama dapat mencapai umur satu tahun, setelah itu tanaman ini akan mati. Warna daun tumbuhan ini yaitu hijau dengan bangun daun pita dan warna batang hijau. Bentuk batang Mendong adalah bersegi yaitu mirip segitiga, permukaan dari batangnya adalah kasar sama seperti pada permukaan daun bambu yaitu kasar yang

(18)

diakibatkan garis-garis. Arah tumbuh batangnya tegak lurus dan tipe percabangannya adalah monopodial.

Dalam pembudidayaan tanaman Mendong tidak jauh beda dengan tanaman padi. Pada proses penanaman Mendong, jarak tanam antar bibit Mendong yang satu dengan yang lain berjarak 35 cm. Dalam proses selanjutnya pemupukan dilakukan selama 2 bulan setelah ditanam dan dipupuk kembali 1 bulan sebelum panen, dimana pupuk yang digunakan adalah pupuk urea.

Setelah Mendong mulai tumbuh sekitar berumur 3 bulan, Mendong siap dipotong. setiap kali panen biasanya menghasilkan tanaman Mendong sebesar 5 kwintal. Lalu kemudian diikat per 35-40 kg per ikat untuk dijemur dan siap menjadi bahan baku industri kerajinan. Masa panen dilakukan setelah 3 bulan lalu dijemur selama setengah hari jika cuaca panas dan selama 1 hari jika cuaca mendung, untuk mendapatkan hasil yang baik. Mendong yang memiliki kualitas baik untuk digunakan sebagai bahan baku kerajinan adalah yang berwarna hijau muda.

Mendong yang berwarna coklat kemerah-merahan merupakan Mendong yang berkualitas buruk. Mendong yang seperti itu tidak dipergunakan untuk bahan baku kerajinan. Jika produksi Mendong terus menerus berwarna coklat kemerah- merahan, maka lahan akan dibakar dan selanjutnya diganti dengan tanaman Mendong baru. Pemanfaatan melalui pengeringan atau harus dijemur terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan.

(19)

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi dalam Usahatani Mendong

1. Lahan

Lahan merupakan faktor produksi inti dalam usaha tani. Luas penguasaan lahan pertanian merupakan suatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usahatani misalnya pemilikan lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas. Akan tetapi, pada usahatani yang memiliki lahan luas juga sering terjadi ketidakefisienan dalam penggunaan teknologi.

2. Tenaga Kerja

Faktor tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup tidak hanya dilihat dari tersedianya tenaga kerja akan tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja juga perlu diperhatikan. Dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi (Daniel, 2002:86)

3. Bibit

Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Benih yang unggul cenderung menghasilkan produk dengan kualitas yang baik. Sehingga semakin unggul benih komoditas pertanian, maka semakin tinggi produksi pertanian yang akan dicapai.

(20)

4. Pemberian pupuk

Pemberian pupuk penting dalam usahatani yaitu untuk menambah kesuburan bagi tanaman. Akan tetapi, penggunaan pupuk yang berlebih juga tidak baik bagi kondisi tanaman.

C. Kerangka Pemikiran

Produksi merupakan hasil akhir dari proses yang didukung dengan beberapa faktor-faktor produksi seperti luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk untuk menghasilkan produksi Mendong. Prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi digunakan seefisien mungkin. Pengertian efisiensi dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif, efisiensi ekonomi.

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis jika faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga jika nilai dari produk marjinal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisiensi ekonomi jika usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan mencapai efisiensi alokatif.

(21)

Gamber 2.4. Gambar Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis

Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian yaitu diduga bahwa variabel luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk berpengaruh dan signifikan terhadap nilai produksi Mendong dan penggunaan faktor-faktor produksi usahatani Mendong belum efisien.

Luas Lahan Tenaga Kerja

Bibit Pupuk

Efisiensi Teknis Efisiensi Alokatif Efisiensi Ekonomi Produksi

Mendong

Gambar

Gambar 2.1. Kurva TP, AP dan MP
Gambar 2.2. Technical dan allocative efficiency in the product space

Referensi

Dokumen terkait

Sama dengan yang terjadi pada kasus upaya pembuatan kolam tambak di Dlodo, pendekatan dan cara pandang masyarakat sekitar dalam melihat hal ini juga tidak lepas dali

[r]

Skep PNS Hankam - TNI-POLRI Orang Tua, serta PNS Wilayah Propinsi Jatim 4. Surat Keterangan lain yang

Untuk mengetahui apakah rasio model Altman Retained Earning/Total Aset berpengaruh terhadapfinancial distress pada perusahaan transportasi tahun 2010-2014.. Untuk mengetahui apakah

Pola bakteri Gram positif (+) selanjutnya pada pasien infeksi tonsilofaringitis di poli THT-KL RSUD Arifin Achmad kota Pekanbaru adalah Staphylococcus albus sebesar 24,2%, bakteri

Pada pelayanan lengkap Honda berada pada kategori baik, ini membuktikan bahwa pelayanan Honda memang baik berdasarkan persepsi responden, begitupun pelayanan

Tersedianya form pada Visual Basic yang mudah untuk dimodifikasi, memudahkan pengguna untuk mengatur tampilan aplikasi kemudian dijalankan dengan menggunakan kode

2) Penzoningan. Pola penzoningan dibagi berdasarkan fungsi dari masing-masing fasilitas yang telah direncanakan. Oleh karena itu zoning dibagi menjadi 4 zona, yaitu: