• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN, MINUMAN INSTAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI SISWA/I DI SMP DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN, MINUMAN INSTAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI SISWA/I DI SMP DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN, MINUMAN INSTAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI SISWA/I DI SMP DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN 2018. SKRIPSI. Oleh. RABI’AH AL ADAWIYAH NIM. 141000235. PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(2) HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN, MINUMAN INSTAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI SISWA/I DI SMP DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN 2018. SKRIPSI. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Oleh. RABI’AH AL ADAWIYAH NIM. 141000235. PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(3) i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(4) Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal : 30 Januari 2019. TIM PENGUJI SKRIPSI. Ketua. : Ernawati Nasution, S.K.M., M.Kes. Anggota. : 1. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si. 2. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes. ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(5) iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(6) Abstrak. Remaja adalah kelompok yang rentan mengalami permasalahan kesehatan. Masalah kesehatan banyak diderita oleh remaja termasuk masalah status gizi. Status gizi dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah perilaku konsumsi makanan dan minuman instan dan aktivitas fisik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku konsumsi makanan/minuman instan dan aktivitas fisik dengan status gizi pada siswa/i di SMP Dharma Pancasila Medan Tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan studi cross-sectional. Populasi penelitian yaitu sebanyak 242 siswa/i. Sampel sebanyak 71 siswa/i dengan proportionate random sampling. Data yang dikumpulkan adalah identitas siswa/i, perilaku konsumsi makanan dan minuman instan, dan aktivitas fisik dengan metode wawancara dan alat bantu berupa kuesioner. Data status gizi siswa/i diperoleh melalui pengukuran Antropometri berdasarkan IMT/U. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 40 siswa/i (56,3%), sebanyak 59 siswa/i (83,1%) memiliki pengetahuan baik, sebanyak 58 siswa/i (81,7%) memiliki sikap baik, sebanyak 48 siswa/i (67,6%) memiliki tindakan tidak baik, sebanyak 54 siswa/i (76,1%) memiliki aktivitas fisik ringan. Berdasarkan uji Chi-square menunjukan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi siswa/i (p=0,145), sikap dengan status gizi siswa/i (p=0,090). Dan ada hubungan antara tindakan dengan status gizi siswa/i (p=0,001), aktivitas fisik dengan status gizi siswa/i (p=0,005). Kesimpulan dari penelitian ini masalah status gizi diduga ada hubungan dengan tindakan mereka yang masih belum baik, serta aktivitas fisik yang masih tergolong ringan. Disarankan sebaiknya pihak sekolah bekerja sama dengan puskesmas untuk lebih meningkatkan pemantauan terhadap kondisi para siswa/i terutama terkait masalah gizi pada remaja dan memberikan informasi gizi karena akan berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan remaja. Kata kunci : Perilaku, aktivitas fisik, status gizi. iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(7) Abstract. Teenagers are a group that is susceptible to experiencing health problems. Many health problems suffered by adolescents including nutritional status problems. Nutritional status is influenced by many factors, one of which is the behavior of instant food and drink consumption and physical activity. The purpose of this study was to determine the relationship of instant food / beverage consumption behavior and physical activity with nutritional status in students at SMP Dharma Pancasila Medan in 2018. This study was an observational analytic study using a cross-sectional study. The study population was as many as 242 students / i. A sample of 71 students with a proportionate random sampling. The data collected is the identity of students / i, instant food and beverage consumption behavior, and physical activity with interview methods and tools in the form of questionnaires. The nutritional status data of students is obtained through Anthropometric measurements based on BMI / U. The results showed that the majority of respondents had normal nutritional status as many as 40 students (56.3%), as many as 59 students / i (83.1%) had good knowledge, as many as 58 students (81.7%) had good attitude, as many as 48 students (67.6%) had bad actions, as many as 54 students / i (76.1%) had mild physical activity. Based on the Chi-square test showed no relationship between knowledge with nutritional status of students (p = 0.145), attitudes with nutritional status of students (p = 0.090). And there is a relationship between action with nutritional status of students (p = 0.001), physical activity with nutritional status of students (p = 0.005). The conclusion of this study is that nutritional status problems are suspected to have a relationship with their actions that are still not good, and physical activity that is still relatively mild. It is recommended that the school work together with the puskesmas to further improve the monitoring of the conditions of students / especially related to nutrition issues in adolescents and provide nutritional information because it will affect the process of growth and development of adolescents. Keywords: Behavior, physical activity, nutritional status. v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(8) Kata Pengantar. Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Perilaku Konsumsi Makanan, Minuman Instan dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Siswa/I di SMP Dharma Pancasila Medan Tahun 2018”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang ditetapkan untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara. Selama masa perkuliahan hingga selesainya skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Dengan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. 3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si., selaku ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU. 4. Drs. Jemadi, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan masukan selama bimbingan akademik. 5. Ernawati Nasution, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam memberi petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.. vi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(9) 6. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si., selaku Dosen Penguji I yang telah memberi saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah memberi saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Marihot Oloan Samosir, S.T., selaku staf departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk membantu penulis dalam administrasi serta memberi informasi apapun yang penulis butuhkan. 9. Seluruh Dosen yang telah memberikan pengajaran selama masa perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 10. Seluruh Dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 11. Kepala Sekolah SMP Dharma Pancasila Medan berserta staf pegawai yang telah memberikan izin serta memberikan bantuan dalam penelitian ini. 12. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayah H. Umar Dhani , Ibu Hj. Sri Wahyuni, S.Ag., dan adik tercinta Miftah Al Khairiyah yang selalu menjadi penyemangat dan selalu memberi dukungan penuh, perhatian yang besar serta mendoakan penulis dalam menyelesaikan perkuliahan. 13. Terimakasih kepada Teman-teman dari kelompok Praktik Belajar Lapangan di Pantai Cermin Desa Sementara, Latihan Kerja Puskesmas PB Selayang II, Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat 2014 yang telah memberikan inspirasi, motivasi, dan dukungan dalam tahap penyusunan skripsi ini.. vii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(10) viii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(11) Daftar Isi. Halaman Halaman Persetujuan Halaman Penetapan Tim Penguji Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi Abstrak Abstract Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran Daftar Istilah Riwayat Hidup. i ii iii iv v vi ix xii xiv xv xvi xvii. Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian. 1 1 6 7 7. Tinjauan Pustaka Perilaku Perilaku Konsumsi Makanan dan Minuman Instan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan Remaja Remaja Kebutuhan gizi remaja Status Gizi Penilaian status gizi Aktivitas Fisik Hubungan Perilaku Konsumsi Makanan dan Minuman Instan dengan Status Gizi Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Landasan Teori Kerangka Konsep Penelitian Hipotesis Penelitian. 8 8 9 11 15 16 17 19 22 23 24 25 26 27. Metode Penelitian Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian Waktu penelitian Populasi dan Sampel. 28 28 28 28 28 28. ix UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(12) Populasi Sampel Variabel dan Definisi Operasional Variabel Definisi operasional Metode Pengumpulan Data Data primer Data sekundswer Metode Pengukuran Metode Analisis Data. 28 29 30 30 30 31 31 32 32 37. Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran Karakteristik Responden Pengetahuan Responden Sikap Responden Tindakan Responden Jenis makanan Jumlah makanan Frekuensi makan utama Frekuensi makanan dan minuman instan Perilaku Konsumsi Makanan dan Minuman Instan Aktivitas Fisik Remaja Status Gizi Remaja Hubungan Pengetahuan tentang Konsumsi Makanan dan Minuman Instan dengan Status Gizi Hubungan Sikap tentang Konsumsi Makanan dan Minuman Instan dengan Status Gizi Hubungan Tindakan tentang Konsumsi Makanan dan Minuman Instan dengan Status Gizi Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Hubungan Perilaku Konsumsi Makanan dan Minuman Instan dengan Status Gizi. 39 39 40 41 42 45 45 46 47 49 50 51 51. Pembahasan Hubungan Perilaku Konsumsi Makanan dan Minuman Instan dengan Status Gizi Hubungan Pengetahuan tentang Konsumsi Makanan dan Minuman Instan dengan Status Gizi Hubungan Sikap tentang Konsumsi Makanan dan Minuman Instan dengan Status Gizi Hubungan Tindakan tentang Konsumsi Makanan dan Minuman Instan dengan Status Gizi Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Keterbatasan Penelitian. 57. 52 53 54 54 55. 57 58 60 62 65 67. x UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(13) Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Saran. 68 68 68. Daftar Pustaka Lampiran. 70 76. xi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(14) Daftar Tabel. No. Judul. Halaman. 1. Angka Kecukupan Energi pada Remaja. 17. 2. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Remaja Berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U). 20. 3. Jumlah Sampel Per Kelas. 29. 4. Distribusi Karakteristik Responden pada Siswa/i di SMP Dharma Pancasila Tahun 2018. 41. Distribusi Pengetahuan terhadap Makanan dan Minuman pada Siswa/i SMP Dharma Pancasila Tahun 2018. 41. Distribusi Jawaban Responden tentang Pengetahuan terhadap Konsumsi Makanan dan Minuman Instan di SMP Dharma Pancasila Medan Tahun 2018. 42. Distribusi Sikap terhadap Makanan dan Minuman Instan pada Siswa/i SMP Dharma Pancasila Tahun 2018. 43. Distribusi Jawaban Responden tentang Sikap terhadap Konsumsi Makanan dan Minuman Instan di SMP Dharma Pancasila Medan Tahun 2018. 44. Distribusi Tindakan pada Siswa/i SMP Dharma Pancasila Tahun 2018. 45. Distribusi Jenis Makanan Siswa/i SMP Dharma Pancasila Tahun 2018. 46. Distribusi Jumlah Makanan Berdasarkan Asupan Energi pada Siswa/i SMP Dharma Pancasila Tahun 2018. 47. Distribusi Frekuensi Makan Siswa/i SMP Dharma Pancasila Tahun 2018. 48. Distribusi Frekuensi Makanan dan Minuman Instan pada Siswa/i di SMP Dharma Pancasila Tahun 2018. 50. Distribusi Perilaku Konsumsi pada Siswa/i SMP Dharma Pancasila Tahun 2018. 50. Distribusi Aktivitas Fisik pada Siswa/i SMP Dharma Pancasila Tahun 2018. 51. 5 6. 7 8. 9 10 11 12 13 14 15. xii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(15) 16 17 18 19 20 21. Distribusi Status Gizi pada Siswa/i SMP Dharma Pancasila Tahun 2018. 52. Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Status Gizi Siswa/i di SMP Dharma Pancasila Tahun 2018. 53. Tabulasi Silang Sikap dengan Status Gizi Siswa/i di SMP Dharma Pancasila Tahun 2018. 53. Tabulasi Silang Tindakan dengan Status Gizi pada Siswa/i SMP Dharma Pancasila Tahun 2018. 54. Tabulasi Silang Aktivitas Fisik dengan Status Gizi pada Siswa/i SMP Dharma Pancasila Tahun 2018. 55. Tabulasi Silang Perilaku Konsumsi dengan Status Gizi pada Siswa/i SMP Dharma Pancasila Tahun 2018. 56. xiii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(16) Daftar Gambar. No. Judul. Halaman. 1. Kerangka konsep. 27. 2. Kantin SMP Dharma Pancasila Medan. 41. xiv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(17) Daftar Lampiran. Lampiran. Judul. Halaman. 1. Kuesioner Penelitian. 76. 2. Master Data. 84. 3. Output SPSS. 87. 4. Surat Permohonan Izin Penelitian. 95. 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian. 96. 6. Dokumentasi Penelitian. 97. xv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(18) Daftar Istilah. BB BMI BPOM DKBM FAO IMT PAL PAR PJAS SMK SMP TB UNICEF UPGI URT WHO. Berat Badan Body Mass Index Badan Pengawas Obat dan Makanan Daftar Komposisi Bahan Makanan Food and Agriculture Organization Indeks Massa Tubuh Physical Activity Level Physical Activity Ratio Pangan Jajanan Anak Sekolah Sekolah Menengah Kejuruan Sekolah Menengah Pertama Tinggi Badan United Nation Children’s Fund Usaha Perbaikan Gizi Institusi Ukuran Rumah Tangga World Health Organization. xvi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(19) xvii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(20) Pendahuluan. Latar Belakang Masalah kesehatan banyak diderita oleh remaja, termasuk masalah status gizi. Remaja berisiko mengalami masalah gizi karena diet dan pertumbuhan. Status. gizi. yang. baik. akan. mempengaruhi. proses. pertumbuhan. dan. perkembangan, sehingga anak-anak sangat membutuhkan asupan makanan bergizi untuk mendukung masa pertumbuhan dan perkembangan. Pada fase remaja, fisik seorang remaja terus berkembang, serta aspek sosial dan psikologis. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami banyak gaya hidup yang berbeda, termasuk pengalaman dalam menentukan makanan apa yang akan dikonsumsi. Inilah yang akan mempengaruhi kondisi gizi seorang remaja. Aspek memilih makanan penting untuk diperhatikan karena remaja telah menginjak tahap kemandirian. Remaja dapat memilih makanan apa yang mereka suka, bahkan remaja sering tidak memiliki nafsu makan bersama keluarga di rumah. Aktivitas yang sebagian besar dilakukan di luar rumah membuat remaja sering dipengaruhi oleh teman sebaya. Pilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan nutrisi tetapi hanya bersosialisasi, untuk kesenangan dan agar tidak kehilangan status (Khomsan, 2003). Kebiasaan makan dan pilihan makanan di kalangan remaja ternyata lebih kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti fisik, sosial, lingkungan budaya, pengaruh lingkungan sekitar (teman, keluarga, dan madia) dan faktor psikososial. Sementara kebiasaan makan dipengaruhi oleh beberapa faktor. 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(21) 2. lingkungan, seperti lingkungan budaya, lingkungan alam dan populasi (Sukma dan Ani, 2014). Wulandari (2016) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar remaja akhir yang menjadi subjek sering mengonsumsi makanan instan atau minuman dengan frekuensi antara 1-3 kali per minggu. Makanan instan yang paling banyak dikonsumsi oleh remaja akhir ini adalah mie instan (62,0%) sedangkan jenis minuman instan yang paling banyak dikonsumsi adalah minuman sereal bubuk (48,1%). Housleek dan Jarabal dalam Lestari (2000) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan makanan instan dan minuman adalah semua makanan dan minuman yang telah dimasak atau diawetkan, dibekukan, atau dikalengkan dan siap disajikan dan digunakan hanya memerlukan pemanasan singkat. Makanan dan minuman instan semakin populer di berbagai kalangan. Makanan dan minuman instan adalah alternatif dari makan dan minum untuk seseorang. Makanan dan minuman instan mendapat respons positif bagi masyarakat sebagaimana dibuktikan dengan semakin banyaknya produk instan seperti mie instan, bakso, nugget, sosis, ikan kaleng, minuman ringan, kopi instan. Namun yang perlu diperhatikan adalah tingkat keamanan produk makanan. Kualitas asupan makanan adalah salah satu penentu kesehatan individu. Asupan makanan bergizi seimbang akan menghasilkan tubuh yang sehat dan sumber daya manusia yang berkualitas (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Saat ini, kesibukan tinggi dan jadwal sibuk mengubah gaya hidup dan pola makan individu untuk beralih ke makanan praktis dan cepat.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(22) 3. Makanan dan minuman instan dewasa ini menjadi perhatian dikarenakan banyak produk makanan dan minuman yang beredar. Bahkan banyak makanan yang beredar tanpa izin edar dari BPOM. Pada tahun 2013 ada 7 jenis makanan yang diuji pada pengawasan PJAS. Dari pemeriksaan sampel makanan yang tidak memenuhi persyaratan berturut-turut adalah minuman berwarna / sirup, minuman es, agar-agar / gelatin, dan bakso. Penyebab sampel tidak memenuhi persyaratan, antara lain karena makanan tersebut menggunakan bahan berbahaya yang dilarang untuk makanan, menggunakan bahan tambahan makanan melebihi batas maksimum, mengandung kontaminasi logam berat melebihi batas maksimum, dan kualitas kualitas mikroba yang tidak memenuhi persyaratan (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Konsumsi makanan dan minuman instan cenderung meningkat. Menurut data World Instant Noodles Association 2014, Indonesia berada di peringkat kedua di dunia setelah Cina / Hong Kong yang mengonsumsi mie instan paling banyak di 13,43 juta bungkus per tahun pada tahun 2014 (World Instant Noodles Association, 2015). Makanan dan minuman instan tidak hanya disukai oleh anakanak tetapi juga disukai oleh remaja dan orang dewasa. Konsumsi makanan dan minuman instan yang terlalu sering dapat mempengaruhi status gizi pada remaja seperti obesitas. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik akan mempengaruhi kondisi tubuh seseorang, jika kalori yang masuk berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik, itu akan memudahkan orang yang kegemukan (obesitas). Meningkatnya kesibukan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(23) 4. menyebabkan seseorang tidak lagi memiliki cukup waktu untuk berolahraga secara teratur (Marmi, 2017). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (2013), Secara nasional, prevalensi gemuk pada remaja di Indonesia sebesar 10,8%, terdiri dari 7,3% gemuk, 3,5% sangat gemuk (obesitas) dan prevalensi kurus 11,1% terdiri dari 3,3% sangat kurus dan 7,8% kurus. Sedangkan status gizi remaja di Sumatera Utara berdasarkan indeks massa tubuh (IMT/U) diperoleh data sangat kurus 3,1%, kurus 7,8%, normal 75,6% dan gemuk 11% dan sangat gemuk/obesitas 2,5%. Prevalensi kekurusan dan kegemukan lebih tinggi diperkotaan dibandingkan pedesaan yaitu 9,7% dan 8,06% . Terkait aktivitas fisik, menurut data Riset Kesehatan Dasar (2013), proporsi penduduk ≥10 tahun di Provinsi Sumatera Utara dilaporkan sebesar 76,5% dengan aktivitas fisik “aktif” dan 23,5% aktifvitas fisik statis “tidak aktif”. Tolak ukur aktivitas fisik "aktif" adalah seseorang yang sedang melakukan aktivitas fisik berat atau ringan atau keduanya, sedangkan tolak ukur 'tidak aktif' adalah seseorang yang tidak melakukan aktivitas fisik sedang ataupun ringan. Dari hasil penelitian Islamiyati (2014), pada siswa SMK Negeri 6 Yogyakarta dalam perilaku mengonsumsi makanan maupun minuman instan yaitu terdapat sebagian besar siswa mempunyai pengetahuan tinggi sebesar (91,7%) tentang konsumsi makanan dan minuman instan, tetapi sikap sebesar (54,6%) dan tindakan sebesar (64,81%) masih tergolong rendah. Walaupun sudah memiliki pengetahuan tinggi, tetapi siswa tidak perduli terhadap bahaya mengonsumsi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(24) 5. makanan maupun minuman instan. Siswa masih sering mengonsumsi makanan maupun minuman instan. Hasil penelitian Lastariwati dan Nani (2006) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang makanan dan minuman instan termasuk kategori sedang sebesar 50%. Dari makanan instan tersebut yang sering dikonsumsi adalah mie instan, dan minuman yang sering dikonsumsi adalah kopi instan. Status gizi responden termasuk kategori normal/baik sebesar 74%, 22% kategori kurus/under weight, 4% kategori over weight, dan tidak ada yang termasuk obesitas. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMP Dharma Pancasila Medan melalui wawancara kepada 20 orang siswa/i, menunjukkan bahwa siswa/i masih sering mengonsumsi makanan dan minuman instan seperti mie instan, nugget goreng, sosis goreng, minuman teh instan, dan minuman berwarna. Siswa/i berpendapat bahwa mi instan merupakan makanan pokok mereka sehari-hari. Sehingga, mereka sering mengkonsumsinya di saat jam istirahat sekolah. Sebagian siswa/i mengetahui bahaya dari makanan dan minuman instan tetapi mereka masih belum menerapkan untuk tidak mengkonsumsi makanan maupun minuman instan tersebut, dikarenakan pengaruh teman. Makanan maupun minuman instan menurut mereka sangat praktis, murah, dan enak daripada mereka harus membawa makanan dari rumah. Sebagian siswa/i mengatakan bahwa orang tua mereka tidak sempat memasak dirumah dikarenakan harus pergi bekerja. Sehingga mereka hanya dibekali uang saku untuk membeli makanan di sekolah. Terkait aktivitas fisik yang mereka lakukan, bahwa mereka berolahraga di sekolah hanya satu kali olahraga dalam seminggu dan itu hanya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(25) 6. berkisar 80 menit. Olahraga yang mereka lakukan juga jarang dipantau oleh guru sehingga mereka lebih sering melakukan olahraga sesuai apa yang mereka inginkan. Tidak adanya pemantauan oleh guru membuat mereka lebih sering duduk-duduk dilapangan dan tidak melakukan olahraga. Selain di sekolah mereka hanya melakukan aktivitas sehari-hari di rumah seperti menyapu, mengepel dan mencuci piring. Terkait Status gizi siswa/i, dari 20 orang yang ditimbang berat badannya dan diukur tinggi badannya, didapatkan 2 orang diantaranya memiliki status gizi gemuk dan 3 orang mempunyai status gizi kurus sedangkan 15 orang diantaranya mempunyai status gizi normal, dapat dilihat IMT (indeks masa tubuh) siswi yang terdapat dari BB/TB2 berdasarkan kategori z-score. Dan dihitung menggunakan aplikasi WHO Anthro Plus dan perhitungan secara manual dengan bantuan buku pedoman Antropometri. Media yang digunakan dalam menimbang berat badan adalah alat timbangan, untuk tinggi badan diukur menggunakan mikrotois Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi latar belakang peneliti untuk melakukan penelitian hubungan perilaku konsumsi makanan, minuman instan dan aktivitas fisik dengan status gizi siswa/i di SMP Dharma Pancasila Medan Tahun 2018. Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) dalam mengonsumsi makanan, minuman instan dan aktivitas fisik siswa/i di SMP Dharma Pancasila Medan serta hubungannya dengan status gizi?. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(26) 7. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan perilaku konsumsi makanan/minuman instan dan aktivitas fisik dengan status gizi pada siswa/i di SMP Dharma Pancasila Medan Tahun 2018. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi untuk instansi sekolah dalam meningkatkan perilaku konsumsi makanan dan minuman instan ke arah yang lebih sehat. 2. Sebagai bahan informasi kepada Puskesmas dalam meningkatkan program UPGI (Usaha Perbaikan Gizi Institusi) dalam melakukan kegiatan penyuluhan gizi di sekolah mengenai makanan dan minuman instan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(27) Tinjauan Pustaka. Perilaku Perilaku merupakan fungsi ciri khas individu dan lingkunganya. Motif, nilai-nilai, sifat, kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain, kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku merupakan ciri khas setiap orang dalam berperilaku. Faktor lingkungan memiliki pengaruh besar dalam menentukan perilaku, bahkan pengaruhnya lebih besar daripada ciri khas individu (Azwar, 2010). Menurut Skinner (1938) dalam Notoadmodjo (2012) seorang ahli psikologi, menyimpulkan bahwa perilaku adalah respon individu terhadap impetus (rangsangan) dari luar. Perilaku konsumsi makanan terbentuk karena dipengaruhi oleh faktor dari dalam (internal) dan luar (eksternal). Pengetahuan, sikap dan tindakan merupakan faktor internal. Sedangkan faktor yang mempengaruhi perilaku manusia disebabkan oleh lingkungan merupakan faktor luar (eksternal) dari sebuah perilaku. Pengetahuan. Pengetahuan yaitu objek yang dikenal seseorang di mana objek yang dikenal diperoleh secara formal atau informal. Perilaku berdasarkan pengetahuan formal akan lebih mudah diimplementasikan daripada perilaku yang tidak berdasarkan pengetahuan informal. Pengetahuan mempunyai peran penting dalam membentuk sikap dan tindakan. Pengetahuan mengenai gizi seimbang digunakan dalam membatasi apa yang dimakan setiap harinya. Adanya pengetahuan mengenai gizi seimbang, maka zat gizi yang dibutuhkan dapat disesuaikan dengan kepentingan yang seharusnya,. 8 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(28) 9. sehingga tercapai kesehatan yang optimal. Tingkat pengetahuan tentang gizi individu akan mempengaruhi budaya dalam pemilihan makanan. Sikap.. Sikap. adalah. respons. yang. masih. tersembunyi. dari. seseorang/individu terhadap suatu rangsangan/objek. Sikap tergantung dari pengetahuan, apabila pengetahuan baik maka akan baik sikapnya. Sikap sangat penting dalam memenuhi zat gizi, karena jika tidak ada sikap yang baik maka apa yang didapat dari pengetahuan akan percuma dan tindakan tidak mungkin dapat tercapai. Tindakan. Sikap tidak harus terwujud dalam tindakan. Jika pengetahuan tentang nutrisi baik maka kemungkinan untuk mengambil tindakan juga akan baik. Tetapi jika pengetahuan itu baik tetapi sikapnya bertentangan dengan pengetahuan itu sendiri, maka tindakan itu tidak akan pernah tercapai seperti yang diinginkan. Melalui tindakan seseorang untuk mengonsumsi makanan, dapat dinilai apakah perilaku makan mereka baik atau tidak. Perilaku Konsumsi Makanan dan Minuman Instan Housleek dan Jarabal dalam Lestari (2000) menjelaskan bahwa makanan instan dan minuman adalah semua makanan dan minuman yang telah dimasak atau diawetkan, dibekukan, atau dikalengkan dan siap disajikan dan digunakan hanya memerlukan pemanasan singkat. Makanan dan minuman instan populer di berbagai kelompok. Makanan serta minuman instan adalah alternatif untuk makan dan minum untuk seseorang. Makanan serta minuman instan mendapat respons positif bagi masyarakat sebagaimana dibuktikan dengan semakin banyaknya produk instan seperti mie instan, bakso, nugget, sosis, ikan kaleng, minuman. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(29) 10. ringan, kopi instan. Namun yang harus menjadi perhatian adalah tingkat keamanan produk makanan. Perilaku makan adalah kondisi yang mencerminkan tingkah laku seseorang terhadap perilaku makan, pola makan, preferensi makana, pilihan makanan dan frekuensi makan. Makanan yang biasanya sangat populer di kalangan remaja adalah makanan cepat saji termasuk makanan cepat saji, seperti pizza, ayam goreng, hamburger, biskuit gurih dan manis, kentang goreng dan minuman ringan (Sari, 2012). Remaja tidak sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif, dan psikososial. Dalam periode mencari identitas ini, remaja sangat cepat dipengaruhi oleh lingkungan. Hobi yang tidak biasa, seperti memilih untuk menjadi vegetarian, atau gaya hidup makanan, adalah beberapa contoh dari pengaruh ini. Kecemasan terhadap bentuk tubuh membuat remaja sengaja tidak makan, tidak jarang mengarah ke anoreksia nervosa. Kesibukan menyebabkan mereka memilih untuk makan di luar atau hanya makan makanan ringan. Kebiasaan ini dipengaruhi oleh teman, media (terutama iklan di televisi) dan keluarga. Remaja mempunyai pengaruh besar dalam hal memilih jenis makanan yaitu teman sebaya (teman dekat). Pada umumnya ada tiga. yang mempengaruhi seseorang dalam. mengonsumsi makanan, yaitu (1) lingkungan keluarga, tempat seseorang dibesarkan. (2) lingkungan diluar sistem sosial keluarga yang dapat berpengaruh langsung kepada dirinya maupun keluarganya. (3) dorongan dari dalam diri yang disebut faktor internal (Marwanti, 2001). Lingkungan memiliki pengaruh bagi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(30) 11. seorang ibu dalam menyediakan makanan untuk keluarga dan ini akan sangat berpengaruh dalam membentuk pola makan keluarga. Sebagai contoh, seorang ibu yang memiliki kehidupan yang sibuk dan setiap pagi biasanya memberikan sarapan keluarga dengan mie instan, ikan sarden kalengan sehingga mereka dapat membiasakan keluarga mereka dengan makanan instan. Lingkungan. luar. memiliki. pengaruh. seperti. teman. yang. dapat. mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan yang akan dimakan. Sebagai contoh, nongkrong dengan teman-teman yang suka makan mie instan, maka bisa mempengaruhi teman lain untuk mengonsumsi mie instan juga. Sugesti dari dalam atau faktor individu juga memengaruhi seseorang dalam memilih makanan. Contohnya, seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu tentang gizi pada saat memilih makanan. Faktor sugesti internal juga seperti preferensi untuk jenis makanan tertentu. Faktor-Faktor yang memengaruhi Perilaku Makan Remaja Menurut Patcheep (2011) menerangkan perilaku makan dan pemilihan makanan pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Pilihan dan Rasa Pilihan dan rasa makanan merupakan faktor penting dalam membuat kesimpulan tentang pilihan makanan dan perilaku (tingkah laku) makan pada remaja. Pemilihan makanan menganggap bahwa rasa, kenyang, dan kesenangan dianggap lebih penting daripada hasil jangka panjang dari pemilihan makanan tersebut.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(31) 12. Berdasarkan hasil penelitian Azrimaida dan Idral (2011), manunjukkan bahwa remaja memperhitungkan rasa dan porsi ketika memilih makanan daripada aroma, warna, tekstur, dan harga makanan. Pemilihan makanan pada remaja tidak bervariasi dalam mengkonsumsi makanan, terutama pada makanan pokok, protein hewani, protein nabati, dan sayuran. Dilihat dari cara makanan diproses, remaja lebih suka makanan ini diproses dengan menggoreng, membakar, dan menumis. b. Pertimbangan Waktu Remaja lebih menganggap dibatasi oleh waktu karena remaja sering berperan dalam kegiatan akademik dan ekstrakurikuler seperti program sosial yang padat, pekerjaan paruh waktu dan kegiatan olahraga sehingga mereka hanya mempunyai sedikit waktu untuk makan. Dan pada akhirnya remaja lebih suka makanan yang mudah dikonsumsi seperti makanan cepat saji tanpa berasumsi bahwa makanan tersebut sehat atau tidak sehat. c. Kenyamanan Kenyamanan adalah faktor utama yang mempengaruhi remaja dalam hal tingkah laku (perilaku) dan pilihan makanan. Remaja lebih menyukai makanan yang mudah ditemukan atau mudah disiapkan, yang tidak memerlukan persiapan dan pembersihan, yang dapat dibawa ke bus atau disimpan dalam tas ransel, dan dapat diambil di drive-through. d. Gangguan Kesehatan Gangguan kesehatan bukanlah faktor penting dalam membuat keputusan tentang pilihan makanan pada remaja. Berdasarkam penelitian. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(32) 13. pada remaja di Amerika, mereka berpendapat bahwa masalah kesehatan merupakan penghalang bagi perilaku makan sehat remaja dan mereka terlalu muda untuk cemas terhadap kesehatan mereka, karena mereka akan cemas tentang kesehatan mereka ketika mereka bertambah tua dan terkena penyakit. e. Biaya (cost) Remaja bertanggung jawab untuk menemukan dan membeli makanan mereka sendiri, oleh karena itu tidak heran bahwa sikap mereka terhadap pemilihan makanan akan dipengaruhi oleh biaya makan mereka. f. Mood dan Emosi Perilaku makan remaja sering dihubungkan dengan emosi, remaja akan makan secara berbeda ketika mereka merasa bosan, tertekan, stres atau marah. g. Citra Tubuh kekhawatiran tentang menjadi kurus, gemuk, dan pendek dapat mempengaruhi perilaku makan dan pilihan makanan remaja. Hasil penelitian Nomate, Marselius, dan Sarci (2017), menunjukkan bahwa remaja cenderung menganggap bahwa ukuran tubuhnya lebih besar dari ukuran sebenarnya padahal jika dilihat mereka sudah mempunyai tubuh yang ideal. Hal ini menyebabkan sebagian besar responden melakukan upaya untuk menurunkan berat badan dengan cara tidak sehat misalnya diet yang tidak sehat, olahraga yang berlebihan dan mengkonsumsi produk- produk pelangsing. Diet penurunan berat badan dilakukan dengan membatasi jumlah konsumsi energi (lemak dan karbohidrat) dari kebutuhannya. Selain itu. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(33) 14. responden juga sering mengurangi frekuensi makannya dimana responden sering melewatkan sarapan pagi dan makan malam. h. Usia Seseorang. yang. berusia. antara. 18-30. kurang. peduli. dengan. kesehatannya, dan orang tua lebih cenderung memilih makanan berdasarkan masalah kesehatan mereka. i. Pengetahuan Pengetahuan dibutuhkan dalam hal menyiapkan perencanaan makanan dan makanan yang menarik. Berita tentang makanan sehat diperlukan sebagai cara untuk meningkatkan perilaku makan sehat. j. Orang Tua Orang tua memainkan peran penting dalam perilaku makan remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dorongan keluarga mempunyai hubungan positif dengan konsumsi sayuran, serat, dll. k. Teman Sebaya Perilaku makan remaja, terutama perilaku makan yang tidak sehat sering dipengaruhi teman sebaya seperti makanan siap saji dan minuman ringan dan ini dapat mempengaruhi status gizi remaja. Berdasarkan hasil penelitian Nomate, Marselius, dan Sarci (2017), menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri sering dikritikan bahkan didorong untuk menurunkan berat badan oleh teman sebayanya karena dianggap memiliki berat badan yang berlebih, padahal berdasarkan pengukuran status gizi diketahui bahwa hampir semua siswi memiliki status. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(34) 15. gizi normal. Selain itu pada masa ini remaja mulai menunjukkan ketertarikan yang tinggi pada lawan jenisnya sehingga remaja putri mulai berusaha terlihat cantik dan menarik di depan lawan jenisnya. Sebagian besar remaja laki-laki yang diwawancarai mengatakan bahwa wanita yang cantik apabila memiliki tubuh yang kurus dan langsing. Pandangan tersebut menyebabkan remaja putri berupaya untuk mengurangi berat badan untuk mendapatkan tubuh yang kurus dan langsing tersebut. l. Media Media sangat berpengaruh pada gaya hidup remaja, termasuk perilaku makan dan pemilihan makanan. Remaja merupakan target terbesar untuk restoran cepat saji dan sebagai pemasaran mereka ditampilkan melalui , majalah, televisi atau radio. m. Opportunity; ketersediaan dan aksebilitas pilihan makanan Perilaku dan pilihan makanan dipengaruhi oleh ketersediaan dan aksesibilitas pilihan makanan. Penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan buah-buahan dan sayuran di rumah berhubungan positif dengan makan buahbuahan dan sayuran pada remaja. Remaja Remaja adalah individu baik pria atau wanita yang berada pada usia antara anak-anak dan orang dewasa. Remaja adalah sekelompok orang berusia 10-19 tahun. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi pada masa remaja akan mempengaruhi kesehatan dan status gizi remaja (Sulistyoningsih, 2011).. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(35) 16. Menurut United Nations Children's Fund (2011) remaja dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu, remaja awal (10-14 tahun) dan remaja akhir (15-19 tahun). Pola makan dan pola hidup sangat mempengaruhi pertumbuhan remaja. Rajin berolahraga dan menjaga keseimbangan makan merupakan budaya hidup sehat yang sangat penting dilakukan. Remaja sering beranggapan bahwa mereka takut gemuk, malas atau merasa tidak enak dengan makanan bergizi sehingga banyak remaja yang kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi. Kondisi ini yang menyebabkan masa remaja disebut sebagai masa yang rawan gizi (Prastiwi dalam Safitri, 2011). Banyak masalah yang berpengaruh negatif pada kesehatan dan gizi remaja. Dalam beberapa kasus, masalah gizi remaja merupakan akibat dari masalah gizi di masa kanak-kanak, yaitu anemia defisiensi besi serta kekurangan dan kelebihan berat badan. Ketidakseimbangan antara asupan energi dan hasil menghasilkan kenaikan berat badan. Ada 3 alasan mengapa remaja dikategorikan rentan. Pertama, akselerasi perkembangan dan pertumbuhan tubuh membutuhkan lebih banyak energi dan nutrisi. Kedua, perubahan gaya hidup dan kecanduan alkohol dan narkoba ketiga dan selain itu, tidak sedikit remaja makan berlebihan dan berakhir dengan obesitas (Arisman, 2010). Kebutuhan gizi remaja. Remaja membutuhkan gizi yang relatif besar, dikarenakan remaja masih dalam masa pertumbuhan. Dibandingkan usia lainnya, remaja melakukan aktivitas fisik lebih tinggi, sehingga membutuhkan lebih banyak nutrisi (Adriani dan Bambang, 2012).. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(36) 17. Energi diperlukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan sehari-hari, maupun untuk proses metabolisme dalam tubuh. Secara umum kebutuhan energi pada masa remaja tergantung kecepatan dan tingkat aktivitas individu (Sayogo, 2006). Selama masa remaja, kebutuhan protein meningkat karena proses tumbuh kembang berlangsung cepat. Diperlukan energi agar seseorang dapat melakukan aktivitas sehari-hari, serta untuk proses metabolisme dalam tubuh. Secara umum, kebutuhan energi pada remaja bergantung pada kecepatan dan tingkat aktivitas individu (Sayogo, 2006). Selama masa remaja, kebutuhan protein meningkat karena proses pertumbuhan yang berlangsung cepat. Angka kebutuhan gizi berdasarkan energi remaja sesuai permenkes RI nomor 75 tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Angka Kecukupan Energi pada Remaja Jenis kelamin Laki-laki. Umur Berat Badan Tinggi Badan Energi (kkal) (tahun) (kg) (cm) 10-12 34 142 2100 13-15 46 158 2475 16-19 56 165 2675 Perempuan 10-12 36 145 2000 13-15 46 155 2125 16-19 50 158 2125 Sumber: Angka Kecukupan Gizi tahun 2013 sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 75 tahun 2013. Status Gizi Status gizi adalah ekspresi yang berawal dari. kondisi keseimbangan. nutrisi dalam bentuk variabel tertentu, atau manifestasi nutrisi dalam bentuk variabel tertentu (Hasdianah dan Yuly, 2014). Sedangkan menurut Brown dalam. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(37) 18. Savitri (2015), dilihat dari sisi biologis, emosional, sosial, dan kognitif dari masa kanak-kanak menuju dewasa bahwa remaja mengalami perubahan besar. Tumbuh kembang fisik pada remaja tersebut dapat meningkatkan kebutuhan energi, protein, vitamin dan mineral. Menurut Cakrawati dan Mustika (2012), status gizi dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu nutrisi yang baik, kurang gizi, dan kelebihan gizi. Nutrisi yang baik jika asupan gzi diimbangi dengan kebutuhan nutrisi. Nutrisi yang buruk adalah kondisi patologis yang timbul dari tidak makan cukup atau mengkonsumsi lebih sedikit energi dan protein untuk jangka waktu tertentu. Nutrisi lebih merupakan kondisi patologis (tidak sehat) yang disebabkan oleh makan banyak. Obesitas (obesitas) adalah tanda pertama yang bisa dilihat dari keadaan kelebihan gizi. Kegemukan yang terus menerus akan menyebabkan berbagai penyakit seperti diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, dan lainnya. Status gizi remaja dapat ditentukan menggunakan BMI berdasarkan usia sebagai indikator yang ditentukan dengan mengacu pada ketentuan FAO / WHO, yang membedakan ambang batas untuk pria dan wanita. Ambang batas normal untuk pria adalah 20,1-25,0 dan untuk wanita adalah 18,7-23,8. Untuk keperluan pemantauan dan tingkat kekurangan energi atau obesitas, FAO / WHO merekomendasikan penggunaan ambang batas antara pria dan wanita. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori lean di tingkat berat badan dan menggunakan ambang batas untuk perempuan dalam kategori lemak kelas berat (Supariasa, Bakri, dan Fajar., 2001).. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(38) 19. Penilaian status gizi. Penilaian status gizi ditafsirkan sebagai pemahaman data tentang asupan dan penggunaan nutrisi individu untuk menentukan status kesehatan mereka (Arisman, 2010). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara, langsung dan tidak langsung. Penilaian secara langsung. Penilaian langsung status gizi dapat dilakukan dengan empat penilaian (Supariasa, 2001), yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Penggunaan antropometri untuk menilai status gizi adalah pengukuran yang paling umum digunakan. Antropometri sebagai parameter status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Dalam penelitian ini, ada dua parameter yang digunakan, yaitu: 1.. Berat badan Berat adalah ukuran antropometri yang paling penting dan paling sering digunakan. Berat badan menerangkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral dalam tulang. Berat adalah pilihan utama karena berbagai pertimbangan, termasuk parameter terbaik, perubahan yang mudah dilihat dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan, menggambarkan status gizi saat ini, dan akurasi pengukuran yang tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan mengukur.. 2.. Tinggi badan Tinggi badan adalah parameter penting untuk kondisi masa lalu dan sekarang, jika usia tidak diketahui secara pasti. Selain itu, tinggi badan adalah ukuran penting kedua, karena dengan menggabungkan berat badan dan tinggi badan, faktor usia dapat dikesampingkan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(39) 20. Parameter antropometri adalah dasar untuk mengevaluasi status gizi. Penilaian status gizi pada remaja dapat dilakukan secara antropometrik dengan menggunakan indeks BB / TB2 yang dikenal sebagai Indeks Massa Tubuh berdasarkan usia (BMI untuk usia) yang kemudian dinilai dengan ambang batas (Z-score). IMT adalah hasil pembagian antara berat dan tinggi kuadrat, seperti dalam rumus perhitungan berikut:. BMI berdasarkan usia ini telah direkomendasikan sebagai dasar untuk indikator antropometrik terbaik untuk remaja kurus dan obesitas. Indeks BMI menurut usia memiliki keuntungan karena tidak memerlukan informasi tentang usia kronologis karena bagaimanapun indeks BB / TB akan berubah sesuai dengan perubahan usia. Indikator ini juga telah divalidasi sebagai indikator total lemak tubuh dan memberikan data berkualitas tinggi dan berkelanjutan dengan indikator yang direkomendasikan untuk orang dewasa (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Berikut ini adalah kategori dan ambang batas untuk status gizi remaja berdasarkan Indeks Massa Tubuh berdasarkan usia (BMI/U) Tabel 2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Remaja Berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Kategori Status Gizi Z-Score Sangat Kurus < - 3 SD> Kurus - 3 SD sampai dengan < - 2 SD Normal - 2 SD sampai dengan +1 SD Gemuk > + 1 SD sampai dengan + 2 SD Obesitas > + 2 SD> Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2010. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(40) 21. Penilaian secara tidak langsung. Penilaian status gizi tidak langsung dapat dilakukan dengan 3 metode penilaian, yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologis. Dalam penelitian ini, metode survei konsumsi makanan digunakan, yaitu metode penarikan makanan. Metode penarikan makanan adalah metode untuk menilai konsumsi makanan individu dengan mengingat makanan apa yang dikonsumsi seseorang dalam 24 jam terakhir (Siagian, 2010). Menurut Supariasa (2001), metode penarikan makanan 24 jam ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Keuntungannya adalah mudah diimplementasikan dan tidak membebani responden, berbiaya rendah karena tidak memerlukan peralatan khusus dan area yang luas, cepat diimplementasikan sehingga dapat mencakup banyak responden, dapat digunakan untuk responden yang buta huruf, dan dapat memberikan gambaran nyata tentang apa yang sebenarnya dikonsumsi individu dapat dihitung asupan gizi harian. Kelemahan dari metode penarikan makanan 24 jam adalah tidak dapat menggambarkan asupan makanan harian jika hanya dilakukan satu hari, keakuratannya sangat tergantung pada memori responden, kecenderungan responden kurus untuk melaporkan lebih banyak konsumsi (The Flat Slape Syndrome), membutuhkan staf atau petugas yang terlatih atau terampil dalam menggunakan alat URT dan keakuratan alat yang digunakan sesuai dengan kebiasaan masyarakat, responden harus termotivasi dan menjelaskan tujuan penelitian.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(41) 22. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas luar adalah sesuatu yang menggunakan energi atau energi untuk melakukan berbagai aktivitas fisik, seperti berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain. Setiap aktivitas fisik membutuhkan energi yang berbeda sesuai dengan durasi intensitas dan sifat otot yang bekerja. Latihan fisik dapat meningkatkan kemampuan fungsional kardiovaskular dan mengurangi kebutuhan oksigen otot jantung yang diperlukan untuk setiap penurunan aktivitas fisik seseorang (Departemen Gizi KesMas FKM UI, 2012). Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran energi sederhana yang sangat penting untuk menjaga fisik, mental dan kualitas hidup sehat. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik akan memengaruhi kondisi tubuh seseorang, jika kalori yang dimasukkan berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik, itu akan memudahkan orang untuk kelebihan berat badan. Meningkatnya kesibukan menyebabkan seseorang tidak lagi memiliki cukup waktu untuk berolahraga secara teratur (Marmi, 2017). Aktivitas fisik digolongkan menjadi tiga tingkatan, yaitu a. Aktivitas fisik ringan: hanya membutuhkan sedikit energi dan biasanya tidak menyebabkan perubahan pada pernapasan atau daya tahan tubuh. Contoh: mencuci pakaian / piring, berjalan, menyapu lantai, mencuci kendaraan, duduk, les di sekolah, les di luar sekolah, berdandan, merawat adik-adik, bermain kegiatan stasiun bermain, menonton TV, bermain komputer, nongkrong, belajar di rumah.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(42) 23. b. Aktivitas fisik sedang: energi yang dibutuhkan secara terus menerus, gerakan otot berirama. Contoh: tenis meja, jogging, berenang, bersepeda, bermain dengan hewan peliharaan, bermain musik, jalan cepat. c. Aktivitas fisik yang berat: kegiatan yang berhubungan dengan olahraga biasanya menggunakan kekuatan, menghasilkan keringat. Contoh: bermain sepak bola, berlari, aerobik, seni bela diri seperti pencak silat, karate, taekwondo, dan outbond. (Nurmalina, 2011). World Health Organization (2018) merekomendasikan aktivitas fisik untuk anak usia 5 - 17 tahun sebagai berikut: 1. Lakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang hingga kuat minimal 60 menit (akumulatif) / hari. 2. Aktivitas fisik yang dilakukan lebih dari 60 menit / hari akan memberikan manfaat tambahan untuk kesehatan. 3. Aktivitas fisik sehari-hari harus terdiri dari aerobik dengan latihan intensitas tinggi yang mencakup penguatan otot dan tulang, minimal 3x / minggu. Hubungan Perilaku Konsumsi Makanan dan Minuman Instan dengan Status Gizi Makanan maupun minuman instan menjadi kegemaran di berbagai kalangan. Makanan maupun minuman instan adalah menjadi suatu piihan alternatife makan dan minum untuk berbagai kalangan. Berdasarkan hasil penelitian Rosita, Marhaeni, dan Mutyara (2012) yang menunjukkan bahwa status gizi dan obesitas pada remaja banyak dipengaruhi oleh energi yang berlebihan, yaitu dikarenakan asupan softdrink yang mengandung. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(43) 24. kalori tinggi apabila berlebihan. Minuman instan memiliki kontribusi 7,1% dari total pemasukan energi, pemanis buatan untuk memenuhi selera rasa yang disukai remaja, tambahan pemanis ini mencapai 7 sampai 14%, diantaranya fruktosa dan sukrosa. Tingginya kadar pemanis buatan dapat menambah asupan kalori pada remaja. Penelitian Lenny dan Vartanian (2007) menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara konsumsi softdrink dengan status gizi pada anak dan remaja di Amerika Serikat. Softdrink berisi komponen gula yang berjumlah besar dalam setiap kemasannya, yaitu setara dengan 10 sendok teh gula atau energi sebesar 200 kkal dalam kemasan 300 ml (Prayitno dan Dieny, 2012). Anjuran WHO tahun 2003 untuk remaja batas konsumsi gula adalah 5 sendok teh per hari atau energi sebesar 100 kkal dan apabila remaja mengkonsumsi soft drink lebih dari 1 kali per hari yang berarti mengkonsumsi lebih dari 200 kkal per hari hanya dari softdrink. Jika terdapat kelebihan kalori maka tubuh akan mengubah dan menyimpan energi sebagai trigliserida dalam jaringan. Kelebihan kalori yang terus menerus tanpa ada peningkatan pengeluaran energi melalui aktifitas maka dapat mengakibatkan gizi lebih (overweight) (Suryanti, Jafar, dan Syam, 2008). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Aktivitas fisik adalah salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi karena status gizi seseorang tergantung pada penggunaan nutrisi yang dikonsumsi melalui kegiatan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(44) 25. Beberapa faktor yang terkait dengan indeks massa tubuh yang tinggi (kelebihan gizi) termasuk pola konsumsi energi yang tinggi dan kurangnya aktivitas fisik yang mengarah pada gaya hidup yang tidak banyak bergerak. seperti menonton televisi dan bermain game komputer / video. Berdasarkan penelitian Hanley, Harris, Gittelsohn, Wolever, Saksvig, & Zinman (2000) dalam masyarakat Kanada menemukan bahwa remaja berusia 10-19 tahun yang menonton televisi> 5 jam per hari, secara signifikan lebih cenderung mengalami lebih banyak nutrisi dibandingkan dengan remaja yang hanya menonton televisi ≤ 2 jam per hari. Menurut Octaviani, Saraswati, dan Rahfiludin (2012), Menonton televisi termasuk dalam gaya hidup yang menetap, yaitu gaya hidup yang santai dan meminimalkan aktivitas fisik. Menonton televisi digolongkan sebagai aktivitas ringan, yang berarti tidak banyak energi yang digunakan. Menonton televisi untuk waktu yang lama dapat berkontribusi pada kejadian kelebihan berat badan. Ini semakin meningkatkan risiko kelebihan gizi jika konsumsi energi makanan terus meningkat sehingga terjadi ketidakseimbangan energi dalam tubuh. Konsumsi energi ini dapat diperoleh saat menonton televisi jika aktivitasnya disertai dengan kebiasaan ngemil pada camilan. Makanan ringan ini mengandung kalori tinggi, sehingga meningkatkan risiko peningkatan BMI (kelebihan gizi). Landasan Teori Kebutuhan gizi seseorang dapat terpenuhi lewat perilaku makan yang baik dan sehat. Karena gizi memiliki peran yang sangat penting yaitu menjaga agar tubuh tetap sehat dan tidak mudah terkena penyakit. Perilaku makan meliputi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(45) 26. pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang dalam mengonsumsi makanan. Pengetahuan gizi yang baik harus dimiliki setiap orang. Karena dengan memiliki pengetahuan gizi yang baik, seseorang dapat mengaplikasikannya dalam pola makan sehari-hari. Sikap remaja dalam memilih makanan jajanan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, hubungan dengan orang-orang terdekatnya seperti orang tua dan juga teman sebayanya, serta budaya dalam keluarga dan lingkungannya. (Susanto,. 2006).. Sikap. yang. terbentuk. tersebut. dapat. mempengaruhi remaja dalam memilih makanan jajanan yang tentunya dapat berdampak pula terhadap status gizi mereka. Remaja umumnya cenderung mengkonsumsi makanan jajanan kaya energi yang berasal dari karbohidrat dan lemak (Soetardjo, 2011). Seseorang dapat menjalankan aktivitas bekerja, belajar, berpikir ataupun berolahraga karena mempunyai energi. Energi di dapat dari makanan khususnya dari karbohidrat, lemak dan protein. Jumlah makanan yang dimakan harus cukup, tidak kurang dan tidak berlebihan. Jika berlebihan akan menambah berat badan, sehingga meningkatkan resiko penyakit jantung, stroke, dan lain sebagainya. Sedangkan jika seseorang kekurangan akan menyebabkan defisiensi gizi. Sehingga apabila hal tersebut terjadi akan mempengaruhi status gizi seseorang. Kerangka Konsep Untuk mengetahui hubungan perilaku konsumsi makanan/minuman instan dan aktivitas fisik dengan status gizi pada siswa/i di SMP Dharma Pancasila Medan dapat disajikan dalam kerangka konsep sebagai berikut:. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(46) 27. Perilaku Konsumsi Makanan/Minuman Instan -. -. -. Pengetahuan tentang makanan/minuman instan Sikap tentang makanan/minuman instan Tindakan tentang makanan/minuman instan  Jenis makan  Jumlah makan  Frekuensi makan. Status Gizi. Aktivitas Fisik. Gambar 1. Kerangka konsep Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ada hubungan pengetahuan konsumsi makanan dan minuman instan dengan status gizi siswa/i SMP Dharma Pancasila Medan. 2. Ada hubungan sikap dalam mengonsumsi makanan dan minuman instan dengan status gizi siswa/i SMP Dharma Pancasila Medan. 3. Ada hubungan tindakan dalam mengonsumsi makanan dan minuman instan dengan status gizi siswa/i SMP Dharma Pancasila Medan. 4. Ada hubungan aktivitas fisik dengan status gizi pada siswa/i SMP Dharma Pancasila Medan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(47) Metode Penelitian. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan desain Cross sectional. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Dharma Pancasila Medan yang terletak di Jl. Dr Mansyur No.71 A Medan. Adapun pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan yaitu: a.. SMP Dharma Pancasila memiliki penjaja makanan di lingkungan sekolah. b.. Penjaja Makanan di lingkungan sekolah menjual jenis makanan dan minuman instan seperti: mie instan, sosis, nugget, bakso bakar, minuman bersoda, dan lain-lain. Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai. dengan Januari 2019. Populasi dan Sampel Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i sekolah menengah pertama di SMP Dharma Pancasila Medan. Hasil laporan berdasarkan survei pendahuluan di SMP Dharma Pancasila Medan diketahui jumlah siswa dari kelas 1 sampai kelas 3 adalah 242 orang. Dengan perincian sebagai berikut: siswa kelas 1 berjumlah: 87 orang, kelas 2 berjumlah: 78 orang, dan kelas 3 berjumlah: 77 orang.. 28 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(48) 29. Sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus slovin (Notoadmodjo, 2012), yaitu :. Keterangan : n = Besar sampel yang digunakan N = Populasi d = Tingkat kepercayaan (0,1) Sehingga berdasarkan perhitungan di peroleh jumlah sampel :.  71 orang Berdasarkan rumus diatas, di dapat jumlah sampel sebanyak 71 orang siswa/i. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode proportionate random sampling dimana jumlah sampel yang diperoleh akan dibagi secara merata untuk masing-masing kelas. Tabel 3 Jumlah Sampel Per Kelas No. 1. 2. 3.. Kelas Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Total. Populasi Siswa/i 87 78 77 242. Perhitungan 87/242 x 71 78/242 x 71 77/242 x 71. Jumlah Sampel 26 23 22 71. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(49) 30. Variabel dan Definisi Operasional Variabel. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen, yang termasuk variabel dependen yaitu status gizi siswa/i dan variabel independen yaitu perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) konsumsi makanan, minuman instan, dan aktivitas fisik. Definisi operasional. Berdasarkan variabel independen dan dependen penelitian yaitu perilaku konsumsi makanan/minuman instan : 1.. Makanan dan minuman instan adalah makanan dan minuman yang praktis dalam penyajiannya, langsung dapat dimakan/diminum tanpa dimasak dengan waktu lama.. 2.. Perilaku konsumsi makanan dan minuman instan adalah gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa/i dalam memilih makanan dan dan minuman instan. a.. Pengetahuan siswa/i tentang makanan dan minuman instan adalah pengetahuan siswa/i tentang pengertian makanan dan minuman instan dan ciri-ciri makanan dan minuman instan.. b.. Sikap siswa/i terhadap makanan dan minuman instan adalah reaksi atau respon siswa/i yang masih tertutup terhadap makanan dan minuman instan.. c.. Tindakan siswa/i adalah kegiatan siswa/i dalam mengonsumsi makanan utama sehari-hari termasuk makanan dan minuman instan yang meliputi jenis, jumlah, frekuensi makanan yang dimakan oleh siswa/i dalam jangka waktu tertentu.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(50) 31. 1). Jenis makan adalah berbagai macam makanan utama yang dikonsumsi oleh siswi dalam sehari.. 2). Jumlah makanan adalah banyaknya energi yang dikonsumsi siswa/i dalam sehari.. 3). Frekuensi makan adalah tingkat keseringan mengkonsumsi makanan utama sehari-hari termasuk makanan dan minuman instan yang dilakukan oleh siswa/i dalam sehari.. 3.. Makanan dan minuman instan adalah makanan dan minuman yang langsung dapat dimakan atau diminum tanpa dimasak dengan waktu yang lama. 4.. Aktivitas Fisik adalah sesuatu yang menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik, seperti berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain.. 5.. Status gizi adalah gambaran gizi seorang remaja yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan yang diukur secara antropometri berdasarkan IMT/U.. Metode Pengumpulan Data Data primer. Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden yaitu siswa/i. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara secara langsung kepada responden menggunakan alat bantu berupa kuesioner yang telah disusun sebelumnya tentang identitas remaja, perilaku konsumsi makanan dan minuman instan yang diukur menggunakkan kuesioner pengetahuan, sikap, form food recall 24 jam dan form. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(51) 32. food frequency, dan aktivitas fisik. Aktivitas fisik dihitung dengan menggunakan tingkat aktivitas fisik (physical activity level). Status gizi remaja dapat diukur dengan menggunakan pengukuran Antropometri berdasarkan IMT/U berupa penimbangan berat badan menggunakan timbangan dan pengukuran tinggi badan menggunakan mikrotoa. Data sekunder. Data sekunder diperlukan untuk melihat jumlah siswa yang berada di SMP Dharma Pancasila Medan Tahun 2018. Metode Pengukuran Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perilaku konsumsi makanan dan minuman instan , aktivitas fisik, dan status gizi pada siswa/i. 1.. Perilaku konsumsi makanan dan minuman instan diukur berdasarkan pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang konsumsi makanan dan minuman instan terlebih dahulu dan kemudian dikompilasi menjadi sebuah perilaku konsumsi makanan dan minuman instan. Adapun perilaku konsumsi makanan dan minuman instan dikategorikan menjadi: a.. Baik, Apabila ketiga variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan dinyatakan baik.. b.. Tidak baik, apabila salah satu dari ketiga variabel pengetahuan, sikap dan tindakan dinyatakan tidak baik. Pengetahuan. Pengetahuan responden mengenai makanan dan. minuman instan yang dapat diukur dengan memberikan jawaban dari. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(52) 33. kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 10 dengan total skor sebanyak 10 yaitu dengan kriteria sebagai berikut : Adapun cara penilaian pada kuesioner ini adalah: a) b). Benar; akan mendapat nilai 1 Salah; akan mendapat nilai 0. Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : a). Tingkat pengetahuan baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki skor > 8 dari seluruh pernyataan yang ada.. b). Tingkat pengetahuan sedang apabila jawaban responden benar 4575% atau memiliki skor 5-8 dari seluruh pernyataan yang ada.. c). Tingkat pengetahuan rendah apabila jawaban responden benar < 45% atau memiliki skor < 5 dari seluruh pernyataan yang ada Sikap. Sikap diukur menggunakan kuesioner dengan Skala Likert.. Jumlah pertanyaan yang akan digunakan dalam angket ini terdiri dari 15 item soal yang terdiri dari makanan dan minuman instan adalah penilaian dan ketertarikan siswa terhadap makanan dan minuman instan, respon terhadap makanan dan minuman instan dengan skor tertinggi sebanyak 45. Pada jawaban setiap item soal yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari positif hingga negative. Pernyataan positif dapat dilihat pada no. 3, 6, 9, 10, 12, 13, 15 sedangkan pernyataan negatif dapat dilihat pada no. 1, 2, 4, 5, 7, 8, 11, 14. Adapun cara. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(53) 34. penilaian pada kuesioner dengan pernyataan positif dapat dilakukan dengan memberikan tanda checklist adalah: a). Sangat Setuju (SS) dinilai 3. b). Setuju (S) dinilai 2. c). Kurang Setuju (KS) dinilai 1. d). Tidak Setuju (TS) dinilai 0 Sedangkan cara penilaian pada kuesioner dengan pernyataan. negatif dapat dilakukan dengan memberikan tanda checklist adalah: a). Sangat Setuju (SS) dinilai 0. b). Setuju (S) dinilai 1. c). Kurang Setuju (KS) dinilai 2. d). Tidak Setuju (TS) dinilai 3. Selanjutnya dikategorikan menjadi: a). Sikap baik apabila jawaban responden benar ≥ 50% atau memiliki skor ≥ 45 dari seluruh pertanyaan yang ada.. b). Sikap tidak baik apabila jawaban responden benar < 50% atau memiliki skor < 45 dari seluruh pertanyaan yang ada. Tindakan. Tindakan diukur berdasarkan jenis, jumlah, dan. frekuensi makanan yang dikonsumsi, kategorinya: a). Baik, jika jenis makanan utama beragam, jumlah berdasarkan energi baik, dan frekuensi makan yang dikonsumsi sering.. b). Tidak baik, jika makanan utama tidak beragam, jumlah berdasarkan energi tidak baik, dan frekuensi makan yang dikonsumsi jarang.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(54) 35. a. Jenis makanan Jenis makanan diukur dengan menggunakan form food recall 24 jam. Jenis makanan juga dapat dilihat dari kelengkapan makanan yang dikonsumsi, kategorinya: a). Beragam: Apabila dalam konsumsi makan utama terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk (hewani atau nabati), sayuran dan buah-buahan.. b). Tidak Beragam: Apabila dalam konsumsi makan utama tidak ada salah satu dari makanan pokok, lauk-pauk (hewani atau nabati), sayuran dan buah-buahan.. b. Jumlah makanan Jumlah makanan diukur berdasarkan jumlah energi (Kkal) menggunakan form food recall 24 jam dan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM), dengan tingkatan: a) Lebih: >110% AKG b) Baik: 80–110 % AKG. c) Kurang:<80% AKG. c. Frekuensi makanan Frekuensi makan diukur dengan melihat Form Food Frequency Questionnaires, dengan kategori: a) Sering : 1-3 kali/hari b) Jarang: 1-3 kali/minggu c) Kadang-kadang: 1-3 kali/bulan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(55) 36. d) Tidak pernah 2.. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik dihitung dengan menggunakan tingkat aktivitas fisik (physical activity level), dengan rumus:. Keterangan: PAL : Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik) PAR : Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu) Data aktivitas fisik diperoleh setelah melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner dan kemudian dikategorikan sebagai berikut (FAO/WHO/UNU, 2001): a. Ringan , jika PAL 1,40-1,69 b. Sedang, jika PAL 1,70-1,99 c. Berat, jika PAL 2,00-2,39 3. Status Gizi Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi pada remaja. Status gizi remaja dapat diukur menggunakan software WHO AnthroPlus dengan melihat Zscore Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) kemudian disesuaikan dengan kategorinya. a. Sangat kurus: <-3 SD b. Kurus: -3 SD sampai dengan <-2 SD. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(56) 37. c. Normal: -2 SD sampai dengan 1 SD d. Gemuk: >1 SD sampai dengan 2 SD e. Obesitas: >2 SD Metode Analisis Data Metode pengolahan data. Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah kedalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan program komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1.. Pemeriksaan Data (Editing) Setelah semua format form diisi, dilakukan pemeriksaan data kembali untuk melihat kelengkapan pengisian formatsecara keseluruhan. Penyuntingan data dimulai dilapangan dan setelah data terkumpul, form diperiksa dan apabila terdapat form yang tidak lengkap pengisiannya, maka form tersebut akan dilengkapi kembali oleh responden.. 2.. Pemberian Kode (Coding) Apabila semua data telah terkumpul dan selesai diedit, selanjutnya dilakukan pengkodean variabel sebelum dipindahkan ke format aplikasi analisis data statistik.. 3.. Membersihkan Data (Cleaning) Cleaning dilakukan pada semua lembar kerja untuk membersihkan kesalahan yang mungkin terjadi selama proses input data. Proses ini dilakukan melalui analisis frekuensi pada variabel. Adapun data missing dibersihkan dengan menginput data yang benar.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(57) 38. 4.. Pemindahan Data (Tabulating) Membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberikan kode yang sesuai kemudian dianalisis. Analisis univariat. Data yang telah dikumpul kemudian dianalisis. univariat dimaksudkan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi variabel dependen yaitu status gizi remaja beserta risiko independennya antara lain perilaku konsumsi makanan/minuman instan, dan aktivitas fisik. Analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel dependen yaitu status gizi dan independen yaitu perilaku konsumsi makanan/minuman instan dan aktivitas fisik dalam bentuk tabulasi silang (Crosstab) dengan menggunakan program SPSS dengan uji Chi-Square. Untuk mengetahui. signifikansi. (derajat. kemaknaan). hubungan. antara. variabel. independen dengan variabel dependen ditentukan dengan nilai (α) = 0,05. Apabila nilai p < 0,05 maka ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dan dependen.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(58) Hasil Penelitian. Gambaran Umum SMP Dharma Pancasila SMP Dharma Pancasila didirikan pada tahun 1987, yang terletak di Jalan Dr. Mansyur No.71 A Medan, Kecamatan Medan Selayang, Provinsi Sumatera Utara. SMP Dharma Pancasila merupakan sekolah yang tidak terlalu besar dan masih dalam tahap perbaikan. Jumlah. seluruh pendidik dan tenaga pendidik. sebanyak 33 orang yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, 18 orang guru, 9 orang tenaga administrasi, 3 orang tenaga bimbingan konseling, 1 orang satpam sekolah. SMP Dharma Pancasila memiliki sembilan ruang belajar dengan didukung ruang belajar lainnya yang terdiri dari ruang laboratorium komputer, laboratorium fisika, laboratorium kimia, dan ruang perpustakaan. Ruang kantor terdiri dari ruang kepala sekolah/ wakil kepala sekolah, ruang kantor guru, ruang Tata Usaha (TU), dan ruang media pembelajaran. Ruang penunjang terdiri dari gudang, kamar mandi guru, kamar mandi siswa, ruang bimbingan konseling, musholla, hall/lobi, kantin, ruang penjaga sekolah, dan lapangan. SMP Dharma Pancasila menyediakan fasilitas lapangan olahraga yang terdiri dari lapangan badminton, voli, dan basket sebagai sarana penunjang kegiatan di bidang olahraga. Sekolah juga menyediakan fasilitas kantin sebagai sarana penyediaan makanan bagi siswa/i maupun guru yang berada di sekolah. Makanan yang tersedia di kantin berupa nasi goreng, gorengan, bakso, indomie dan snack-snack lainnya. Minuman yang tersedia terdiri dari minuman gelas yang mempunyai rasa dan warna yang beragam, jus, kopi, dan minuman soda lainnya.. 39 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(59) 40. Gambar 2. Kantin SMP Dharma Pancasila Proses belajar mengajar dilakukan setiap hari senin sampai hari sabtu mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB untuk hari senin, selasa, rabu, kamis dan sabtu, untuk hari jum’at sampai dengan pukul 12.00 WIB dan kemudian ditambah dengan kegiatan kerohanian bagi muslim mulai pukul 12.20 WIB sampai dengan 13.20 WIB yang diikuti setiap kelas secara bergantian. Kegiatan di sekolah juga diisi dengan ekstrakulikuler bagi siswa-siswi dengan memilih beberapa pilihan kegiatan yang disediakan di sekolah yang terdiri dari pramuka pada hari selasa, paskibra pada hari rabu, voli pada hari senin dan kamis, basket pada hari sabtu. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden terbanyak dalam penelitian ini yaitu siswa/i berumur 13-15 tahun sebanyak 52 siswa/i (73,2 %). Diketahui pada karakteristik jenis kelamin sebegian besar responden adalah perempuan sebanyak 37 siswi (52,1 %). Distribusi karakteristik responden pada siswa/i di SMP Dharma Pancasila Medan dapat disajikan pada tabel 4 berikut:. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(60) 41. Tabel 4 Distribusi Karakteristik Responden pada Siswa/i di SMP Dharma Pancasila Tahun 2018 Karakteristik Umur: 10-12 13-15 Total Jenis Kelamin: Laki-Laki Perempuan Total. n. %. 19 52 71. 26,8 73,2 100,0. 34 37 71. 47,9 52,1 100,0. Pengetahuan Responden Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan baik sebanyak 59 siswa/i (83,1 %), pengetahuan sedang sebanyak 11 siswa/i (15,5 %), dan pengetahuan rendah sebanyak 1 siswa/i (1,4 %). Tabel 5 Distribusi Pengetahuan terhadap Makanan dan Minuman pada Siswa/i SMP Dharma Pancasila Tahun 2018 Pengetahuan Baik Sedang Rendah Total. n 59 11 1 71. % 83,1 15,5 1,4 100,0. Hasil yang didapat dari kuesioner yang diisi oleh 71 responden, terdapat 70 siswa/i (98,6%) yang menyatakan bahwa makanan dan minuman instan dapat membahayakan bagi kesehatan dan selain itu ada sebanyak 67 siswa/i (94,4%) mengetahui bahwa kandungan gizi dalam makanan dan minuman instan tidak lengkap dan ada 61 siswa/i (85,9%) mengetahui ciri-ciri dari makanan dan minuman instan. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang konsumsi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(61) 42. makanan dan minuman instan di SMP Dharma Pancasila Medan dapat disajikan pada tabel 6 berikut: Tabel 6 Distribusi Jawaban Responden tentang Pengetahuan terhadap Konsumsi Makanan dan Minuman Instan di SMP Dharma Pancasila Medan Tahun 2018 Pengetahuan. Pengertian makanan dan minuman instan Jenis makanan dan minuman instan Apakah mengonsumsi makanan dan minuman instan terlalu sering baik untuk kesehatan Kelebihan makanan dan minuman instan Jenis bahan makanan tambahan pada makanan dan minuman instan Dampak makanan dan minuman instan bagi kesehatan Kekurangan dari makanan dan minuman instan Ciri-ciri makanan dan minuman instan Ciri-ciri bakso mengandung boraks Zat gizi yang terkandung dalam makanan dan minuman instan. Jawaban Responden Benar Salah (Skor 1) (Skor 0) n % n %. Jumlah. n. %. 58. 81,7. 13. 18,3 71. 100,0. 61. 85,9. 10. 14,1 71. 100,0. 70. 98,6. 1. 1,4 71. 100,0. 59. 83,1. 12. 16,9 71. 100,0. 63. 88,7. 8. 11,3 71. 100,0. 67. 94,4. 4. 5,6 71. 100,0. 25. 35,2. 46. 64,8 71. 100,0. 61 52. 85,9 73,2. 10 19. 14,1 71 26,8 71. 100,0 100,0. 52. 73,2. 19. 26,8 71. 100,0. Sikap Responden Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan sikap baik sebanyak 58 siswa/i (81,7 %), dan sikap tidak baik sebanyak 13 siswa/i (18,3 %). Distribusi sikap terhadap makanan dan minuman instan pada siswa/i di SMP Dharma Pancasila dapat disajikan pada tabel 7 berikut:. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(62) 43. Tabel 7 Distribusi Sikap terhadap Makanan dan Minuman Instan pada Siswa/i di SMP Dharma Pancasila Tahun 2018 Sikap Baik Tidak Baik Total. n 58 13 71. % 81,7 18,3 100,0. Hasil yang didapat dari kuesioner yang diisi oleh 71 responden terhadap pernyataan positif terdapat 42 siswa/i (59,2 %) sangat setuju bahwa konsumsi makanan dan minuman instan harus dikurangi karena kurang memenuhi gizi yang lengkap bagi tubuh. Selain itu terdapat 41 siswa/i (57,7 %) sangat setuju bahwa mengonsumsi makanan dan minuman instan terlalu sering dapat menimbulkan penyakit. Terdapat 35 siswa/i (49,3 %) setuju bahwa mie Instan mengandung serat pangan rendah sehingga dapat memicu usus terluka. Sedangkan. terdapat 11. siswa/i (15,5 %) tidak setuju bahwa dapat memicu usus terluka karena memiliki serat pangan yang rendah dan terdapat 9 siswa/i (12,7 %) yang tidak setuju bahwa mengonsumsi makanan dan minuman instan terlalu sering dapat menimbulkan penyakit. Sikap responden sudah menunjukkan sikap baik sebesar (81,7 %) terhadap makanan dan minuman instan. Distribusi responden berdasarkan sikap terhadap makanan dan minuman instan pada siswa/i di SMP Dharma Pancasila dapat disajikan pada tabel 8 berikut:. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(63) 44. Tabel 8 Distribusi Jawaban Responden tentang Sikap terhadap Konsumsi Makanan dan Minuman Instan di SMP Dharma Pancasila Medan Tahun 2018 Pernyataan. Makanan dan minuman instan aman untuk dikonsumsi Informasi makanan dan minuman instan sangat menarik Konsumsi makanan dan minuman instan harus dikurangi karena kurang memenuhi gizi yang lengkap bagi tubuh Tetap suka mengonsumsi makanan dan minuman instan meskipun sudah mengetahui dampak buruk bagi kesehatan Makanan dan minuman instan dikemas secara menarik dan hygiene Makanan dan minuman instan tidak menarik perhatian meskipun diolah dan disajikan lebih cepat dan praktis Tetap mengonsumsi makanan dan minuman instan meskipun kesehatan terganggu Melakukan berbagai cara agar teman disekitar tertarik mengonsumsi makanan dan minuman instan Melakukan berbagai cara agar teman disekitar tidak tertarik mengonsumsi makanan dan minuman instan Tidak mengonsumsi makanan dan minuman instan meski teman disekitar mengonsumsinya Makanan dan minuman instan lebih praktis dan cepat sehingga banyak disenangi remaja Makanan dan minuman instan terlihat aman untuk dikonsumsi Mie Instan mengandung serat pangan rendah sehingga dapat memicu usus terluka. Sangat Setuju n %. Jawaban Responden Setuju Kurang Setuju n % n %. Tidak Setuju n %. Jumlah. n. %. 1. 1,4. 4. 5,6. 19. 26,8. 47. 66,2. 71. 100,0. 5. 7,0. 22. 31,0. 41. 57,7. 3. 4,2. 71. 100,0. 42. 59,2. 22. 31,0. 3. 4,2. 4. 5,6. 71. 100,0. 3. 4,2. 8. 11,3. 21. 29,6. 39. 54,9. 71. 100,0. 14. 19,7. 27. 38,0. 26. 36,6. 4. 5,6. 71. 100,0. 23. 32,4. 23. 32,4. 19. 26,8. 6. 8,5. 71. 100,0. 2. 2,8. 8. 11,3. 26. 36,6. 35. 49,3. 71. 100,0. 7. 9,9. 5. 7,0. 19. 26,8. 40. 56,3. 71. 100,0. 29. 40,8. 31. 43,7. 6. 8,5. 5. 7,0. 71. 100,0. 6. 8,5. 33. 46,5. 23. 32,4. 9. 12,7. 71. 100,0. 2. 2,8. 15. 21,1. 21. 29,6. 33. 46,5. 71. 100,0. 3. 4,2. 7. 9,9. 39. 54,9. 22. 31,0. 71. 100,0. 12. 15,9. 35. 49,3. 13. 18,3. 11. 15,5. 71. 100,0. (bersambung). UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(64) 45. Tabel 8 Distribusi Jawaban Responden tentang Sikap terhadap Konsumsi Makanan dan Minuman Instan di SMP Dharma Pancasila Medan Tahun 2018 Pernyataan. Makanan dan minuman instan memiliki gizi yang lengkap bagi tubuh Mengonsumsi makanan dan minuman instan terlalu sering dapat menimbulkan penyakit. Sangat Setuju n %. Jawaban Responden Setuju Kurang Setuju n % n %. Tidak Setuju n %. Jumlah. n. %. 2. 2,8. 5. 7,0. 24. 33,8. 40. 56,3. 71. 100,0. 41. 57,7. 17. 23,9. 4. 5,6. 9. 12,7. 71. 100,0. Tindakan Responden Tindakan diukur berdasarkan jenis makanan yang dikonsumsi seharisehari, jumlah makanan yang diukur berdasarkan energi, dan frekuensi makanan utama sehari-hari termasuk makanan dan minuman instan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tindakan tidak baik yaitu sebanyak 48 siswa/i (67,6 %) dan tindakan baik yaitu sebanyak 23 siswa/i (32,4 %). Distribusi tindakan siswa/i di SMP Dharma Pancasila dapat disajikan pada tabel 9 berikut: Tabel 9 Distribusi Tindakan Siswa/i di SMP Dharma Pancasila Tahun 2018 Tindakan Baik Tidak Baik Total. n 23 48 71. % 32,4 67,6 100,0. Jenis makanan utama. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden dengan jenis makanan tidak beragam. Responden dengan jenis. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(65) 46. makanan tidak beragam sebanyak 48 siswa/i (67,6 %). Distribusi jenis makanan siswa/i di SMP Dharma Pancasila dapat disajikan pada tabel 10 berikut: Tabel 10 Distribusi Jenis Makanan Siswa/i di SMP Dharma Pancasila Tahun 2018 Jenis Makanan Beragam Tidak Beragam Total. n 23 48 71. % 32,4 67,6 100,0. Jumlah makanan. Jumlah makanan dilihat dari konsumsi makanan utama sehari-hari termasuk makanan dan minuman instan. Jumlah makanan diketahui dari hasil pengukuran berdasarkan jumlah energi (kkal) yang dikonsumsi siswa/i. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data tentang asupan energi remaja yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki asupan energi yang baik. Responden dengan asupan energi baik yaitu sebanyak 40 siswa/i (56,3 %), asupan energi lebih sebanyak 21 siswa/i (29,6 %) dan asupan energi kurang yaitu sebanyak 10 siswa/i (14,1 %). Rata-rata konsumsi energi siswa/i per harinya sebesar 2109,3 kkal. Sedangkan rata-rara konsumsi energi makanan dan minuman siswa/i per harinya sebesar 459,7 kkal. Dari perhitungan energi pada makanan dan minuman instan yang dikonsumsi siswa/i SMP Dharma Pancasila Medan, maka didapat hasil bahwa makanan dan minuman instan tersebut memberikan sumbangan energi rata-rata pada siswa/i sebesar 22 % dari total konsumsi energi per harinya. Distribusi jumlah makanan berdasarkan asupan energi pada siswa/i di SMP Dharma Pancasila dapat disajikan pada tabel 11 berikut:. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

Referensi

Dokumen terkait

MERUJUK Pernyataan Kehendak antara Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, Republik Indonesia dan Pemerintah Rakyat Kota Jinan, Provinsi Shandong,

bassiana terhadap musuh alami, termasuk parasitoid maupun predator yang lain, maka memerlukan penelitian lanjutan di lapangan dengan skala yang lebih luas, menerapkan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di masa produksi kopra yang begitu massif, kelapa menjadi komoditi yang disembah bagi masyarakat Selayar dan memiliki makna

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI PADI DI DUKUH SODONG KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG TAHUN 2017.. XIX +

In this specific case, possible solutions could be (I) the structuring of a multiscale model that uses objects with different LoDs according to different scales of

Pengorganisasian dalam pengelolaan majalah menurut Nursisto (2005: 25) yaitu merupakan kerja tim atau kerja kelompok, karena unsur yang terkait didalamnya cukup banyak

Tā te mea he tuhinga whakapae tēnei e āta wetewete ana i ngā kōrero tuku iho kua whakakao ki roto i te mōteatea ‘E kimi noa ana’, mā roto mai i te āta wetewete me te āta

For my best friend campus : Suryadi Wibowo (a.k.a didit), I Putu Hendra Wijaya (a.k.a puhe), Muhammad Rifa’i (a.k.a ijang) dan teman-teman yang lain yang tidak bisa saya