• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN ENTERPRISE ARCHITECTURE PADA PERUSAHAAN OPERATOR KERETA API MENGGUNAKAN METODE TOGAF ADM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERANCANGAN ENTERPRISE ARCHITECTURE PADA PERUSAHAAN OPERATOR KERETA API MENGGUNAKAN METODE TOGAF ADM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

89 PERANCANGAN ENTERPRISE ARCHITECTURE PADA PERUSAHAAN

OPERATOR KERETA API MENGGUNAKAN METODE TOGAF ADM

Dodi Permadi1, Richardus Eko Indrajit2 Magister Teknologi Informasi, Universitas Pradita

Email : dodi.permadi@student.pradita.ac.id1, eko.indrajit@pradita.ac.id2

ABSTRAK

Jaringan Kereta Api telah menjadi tulang punggung banyak kota di seluruh dunia. Mengatasi masalah kemacetan lalu lintas akibat penggunaan kendaraan pribadi yang berlebihan. Mobilitas yang tinggi merupakan salah satu ciri masyarakat modern dan sebagian besar pemerintah berkewajiban untuk memberikan pelayanan publik yang berstandar tinggi. Namun memiliki operator kereta api tidak datang dengan harga yang murah, bahkan menjadi beban jika salah mengelola. Operator kereta api sebagai perusahaan angkutan umum harus memiliki perencanaan strategis tentang bagaimana menjadi mandiri secara finansial dan menguntungkan. Perusahaan harus mengadopsi teknologi untuk menciptakan efisiensi operasional, struktur organisasi yang ramping, dan membuka kemungkinan untuk mendapatkan banyak aliran pendapatan. Dengan demikian Enterprise Architecture (EA) adalah solusi, kerangka kerja terdepan yang menghubungkan proses bisnis, sistem informasi, dan teknologi informasi dengan cara termudah untuk dicerna. Penulis ingin mengusulkan perancangan EA menggunakan fase awal TOGAF ADM untuk operator kereta api berdasarkan studi literatur. Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan wawasan dan diharapkan membantu setiap perusahaan operator kereta api mendapatkan perspektif yang lebih baik tentang penggunaan EA.

Kata Kunci: Enterprise Architecture, Operator Kereta, TOGAF ABSTRACT

The Railway network has been the backbone of many cities around the world. Solving traffic congestion problems from excessive use of private vehicles. High mobility is one of the traits in modern society and most governments are obligated to provide high standard public services. But having a railway operator does not come at a cheap price, even it becomes a burden when it wrongly manages. Railway operators as public transportation companies should have strategic planning on how to be independent financially and profitable. The company should adopt technology to create operational efficiency, lean organization structure and unfolded possibilities of getting multiple revenue streams. Thereby Enterprise Architecture (EA) is the remedy, a foremost framework which connects business processes, information systems, and information technology in the easiest way to digest. The author would like to propose an EA concept using TOGAF ADM phases for railway operators based on literature study. The purpose of this paper is to give insight and supposedly help any railway operators company get a better perspective on the use of EA.

Keywords: Enterprise Architecture, Railway Operator, TOGAF

1. PENDAHULUAN Mobilitas saat ini merupakan kebutuhan dasar bagi warga di banyak kota

(2)

90

di seluruh dunia, dengan ketersediaan jalan dan ruang yang semakin langka, akan segera menjadi panggilan tugas Operator Kereta Api (Railway Operator/RO).

“Kereta api” adalah sistem transportasi massal yang membumi dan melatih gerakan pada traksi diesel atau listrik menggunakan roda baja (atau ban karet dalam beberapa kasus) pada jalur pemandu baja yang dibuat khusus di sepanjang dua rel yang sejajar (N.

Pyrgidis, 2016). Baik struktur layang maupun bawah tanah, jaringan kereta api yang dulunya berada di permukaan tanah kini telah berkembang. Saat ini kereta api menjadi angkutan umum yang disukai dan paling diandalkan terutama pada jam sibuk di hari kerja, sebelum pandemi Covid-19, 336,3 juta penumpang naik kereta metro (KRL) jelajah Wilayah Jabodetabek selama 2019 (KataData, 2021).

2. LANDASAN TEORI

Industri 4.0 memengaruhi cara perusahaan meninjau bisnis dan operasi mereka termasuk RO, walau tidak dalam tingkat implementasi yang sama tetapi dalam beberapa hal menantang. Pendekatan yang berpusat pada pelanggan juga mengubah transportasi umum, mendorong RO untuk menyesuaikan dan beradaptasi ketika menghadapi perilaku pelanggan yang serba cepat seiring dengan protokol normal baru. Transformasi digital juga di ambang pintu, diperlukan untuk mengubah pengalaman pelanggan dan menyambut era mobilitas sebagai layanan (Mobility as a Service). MaaS adalah solusi mobilitas yang akan datang dan diharapkan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap prospek reformasi mobilitas perkotaan (Kamargianni et al., 2016). Teknologi Komunikasi Informasi (TIK) sangat penting ketika berbicara tentang MaaS,

tetapi yang lebih penting adalah kebutuhan akan cetak biru atau desain besar yang dapat dipahami dan membantu semua orang untuk mengarahkan perusahaan ke arah yang sama akan menjadi sangat penting.

Disinilah EA masuk, ia dapat memvisualisasikan arsitektur yang canggih namun sederhana dimana ia akan merakit setiap unit secara harmonis. Sesuatu yang akan menguntungkan RO karena kemungkinan besar mempengaruhi visi perusahaan untuk merangkul lebih banyak teknologi dan siap untuk setiap perubahan atau dinamika di masa depan.

EA terdiri dari elemen kunci dari organisasi sosio-teknis, koneksi mereka dan keadaan mereka yang berubah serta filosofi desain dan perkembangan organisasi (Lapalme et al., 2016). Dalam istilah dasar, kerangka kerja EA umumnya terdiri dari arsitektur bisnis, arsitektur informasi, arsitektur sistem aplikasi, dan arsitektur teknologi infrastruktur (Academic Press, 2014). Praktek EA di banyak perusahaan sebagai bukti bahwa EA mendapatkan popularitas dengan manfaatnya sebagai niat EA untuk tidak merancang sistem; itu untuk memandu perusahaan untuk mencapai aspirasi bisnis yang ditentukan (McDowall, 2019). Saat ini pemangku kepentingan atau pemimpin bisnis mana pun mencari kerangka kerja yang akan membantu mengubah perusahaan mereka di tengah transformasi digital atau mungkin sebagai peta jalan menghadapi situasi volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas (VUCA). Salah satu dari banyak motif penting untuk mengembangkan dan menggunakan EA dalam transformasi digital adalah kemudahan peluncuran teknologi big data

(3)

91 yang menyatu dengan sistem yang ada

selain meningkatkan keselarasan jaringan, database, analitik, proses bisnis, dan lapisan presentasi (K. Hazra & Unhelkar, 2021).

EA sangat dibutuhkan baik itu terkait dengan transformasi digital maupun implementasi continuous improvement yang keduanya wajib dilakukan dalam menghadapi persaingan bisnis.

3. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penulisan jurnal ini adalah studi kepustakaan. Dengan meninjau literatur yang relevan, studi kepustakaan mengakui luas dan kedalaman tubuh kerja yang ada dan membedakan kesenjangan untuk dipelajari (Xiao & Watson, 2019).

Selanjutnya, analisisnya bersifat kualitatif dengan pendekatan tinjauan semisistematis/peninjauan naratif yang secara garis besar dapat diartikan sebagai metode untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan melaporkan pola-pola berupa tema-tema dalam sebuah teks (Snyder, 2019). Dengan kata lain, makalah ini menggunakan referensi yang akan mendukung penjelasan konsep-konsep tertentu. Penulis juga menggunakan fase awal TOGAF ADM untuk implementasi EA, karena menyediakan metode menyeluruh tentang bagaimana membangun, mengelola dan melakukan arsitektur enterprise dan sistem informasi (Madyatmadja et al., 2020).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Makalah ini akan fokus pada EA untuk perusahaan RO dalam beberapa fase TOGAF ADM (Metode Pengembangan Arsitektur) mulai dari arsitektur bisnis, arsitektur aplikasi, arsitektur informasi, dan

arsitektur teknologi menggunakan literatur dan visual berbasis ArchiMate.

Arsitektur Bisnis

Mendefinisikan arsitektur bisnis akan lebih mudah bila menggunakan Business Model Canvas (BMC). Secara akurat, BMC menggambarkan melalui sembilan blok (mitra utama, aktivitas utama, sumber daya utama, proposisi nilai, hubungan pelanggan, segmen pelanggan, saluran, struktur biaya, dan aliran pendapatan) alasan bagaimana sebuah perusahaan meramalkan untuk menghasilkan keuntungan (García-Muiña et al., 2020).

Gambar 1. Model BMC untuk perusahaan operator kereta api.

Key Partners; Blok ini menggambarkan bahwa RO tidak bisa berdiri sendiri, apalagi mencopot peran pemerintah. Kebijakan publik akan mendorong penggunaan angkutan umum dengan tentu saja regulator untuk memantau dan mengontrol. Pihak lain seperti konsultan akan memberikan saran dan bantuan dari desain kepada semua subjek teknis selain dari perusahaan EPC (Engineering, Procurement, Construction)

(4)

92

yang membantu membangun infrastruktur dengan kualitas terbaik. RO juga perlu berintegrasi dengan operator angkutan umum lainnya untuk terhubung sebagai bagian dari konsep integrasi. Pihak lain yang akan dijelaskan adalah investor, baik swasta maupun pemerintah, skemanya sangat besar untuk membiayai pembangunan jaringan kereta api. Terakhir, media memberikan peluang untuk membangun branding perusahaan dan kesadaran publik.

Key Activities; Kegiatan utama RO adalah menyediakan operasional kereta api dengan standar minimal yang ditetapkan regulator sebagai perwakilan pemerintah yang menjamin terpenuhinya seluruh aspek keselamatan, pelayanan dan keamanan.

Key Resources; Dalam setiap perusahaan RO, keberhasilan akan ditentukan oleh sumber daya mendasar dari rangkaian kereta api dan infrastruktur pendukungnya hingga sumber daya manusia membutuhkan manajemen yang terorganisir dengan baik.

Value Proposition; Setiap perusahaan RO lebih sedikit memiliki proposisi nilai yang sama yang membedakannya dari layanan lain. Mulai dari ketepatan waktu untuk jadwal kereta api dan pastinya tidak ada kemacetan yang akan dihadapi.

Proposisi nilai lainnya adalah model integrasi, hal ini terkait dengan aksesibilitas tentang cara menuju dan keluar dari stasiun.

Karena menggunakan kereta api, RO memiliki keunggulan pada kapasitas dan kecepatan sehingga dapat memobilisasi banyak penumpang dalam waktu singkat dan value for money, karena adanya subsidi atau kebijakan pemerintah.

Customer Relationship; Sebagai perusahaan angkutan umum, menyediakan layanan pelanggan yang andal seperti pusat panggilan, garis depan, layanan pelanggan media sosial, dan memiliki kotak saran untuk mendapatkan suara pelanggan dan menjalin hubungan pelanggan yang baik adalah wajib bagi perusahaan RO.

Channels; Bagaimana RO terhubung dengan pelanggan atau dalam hal ini penumpang baik melalui saluran online maupun offline akan dijelaskan di blok ini.

Stasiun sebagai wajah perusahaan dengan semua orang dan fasilitas yang menciptakan pengalaman offline, dan untuk tampilan online adalah aplikasi smartphone berdampingan dengan media sosial dan situs perusahaan. Peran aplikasi semakin vital tidak hanya mengenai tiket atau informasi tetapi membuka peluang bisnis sekaligus memberikan analisis data.

Customer Segments; Segmentasinya akan sederhana, karena perusahaan RO memiliki komuter (pengguna biasa), wisatawan atau pengguna sesekali sebagai segmentasi mereka sehingga akan menjadi khalayak massal tergantung pada jaringan kereta api dan populasi.

Cost Structure; Karena sifat perkeretaapian harus melibatkan infrastruktur yang besar dan jaringan operasi yang luas yang mempengaruhi struktur biaya. Biaya operasi dan pemeliharaan akan menjadi besar, diikuti oleh investasi untuk perluasan jalur/rute (baru) untuk memiliki jaringan kereta api yang lebih luas. Investasi lainnya adalah ICT dan R&D (penelitian dan pengembangan) untuk membantu perusahaan tetap kompetitif.

(5)

93 Revenue Stream; Sumber pendapatan

bagi perusahaan RO umumnya dibagi menjadi tiga model bisnis: Farebox, Non Farebox dan Public Service Obligation.

Farebox akan menjadi pendapatan apa pun yang mengalir langsung dari pengguna (penumpang) yang berupa tiket atau tarif.

Karena memberikan pelayanan publik, perusahaan RO akan mendapat subsidi dari pemerintah dalam bentuk dana PSO. Non Farebox (NFB) berasal dari sumber lain di luar tiket seperti iklan, komersial, kemitraan, Transit Oriented Development (TOD), penyewaan ruang (manajemen properti), dan pusat pelatihan. NFB dapat memberikan kontribusi yang signifikan dan berpotensi mengambil alih pendapatan farebox sebagai pendapatan utama di masa depan.

Gambar 2. Hubungan proses inti dengan pemasok, pelanggan, dan sumber daya

pendukung.

Hubungan antara manajemen, pemasok, pelanggan dan sumber daya pendukung dijelaskan pada Gambar 2 dengan proses inti semua menggunakan diferensiasi warna.

Arsitektur Aplikasi

Gambar 3. Arsitektur aplikasi.

Arsitektur aplikasi akan menjelaskan bagaimana setiap aplikasi diuntungkan dalam membantu bisnis dan operasi perusahaan.

Core Process

(AP1) AFC Management System;

adalah manajemen tiket (tarif) ujung ke ujung dan pengumpulan keuangan yang mengintegrasikan beberapa metode pembayaran dari beberapa pihak ketiga.

(AP2) B2B Management System; akan mengelola dan memproses setiap transaksi dari perjanjian dan kemitraan B2B.

(AP3) Train Operation System;

mengatur jadwal kereta api, headway, dan memastikan semua operasi kereta api sesuai rencana.

(AP4) Knowledge Management and Training Center System; daftar semua materi pelatihan, sertifikasi, pembelajaran, berbagi pengetahuan, artikel, berita dan perpustakaan yang terkait dengan ruang lingkup bisnis perusahaan.

(6)

94

Suppliers/Partners

(AS1) E Procurement System; adalah pengadaan end-to-end atau tender proyek dengan mekanisme penawaran dan penawaran untuk setiap produk atau jasa yang dibutuhkan oleh perusahaan secara fair play.

(AS2) Vendor Management System;

setiap vendor atau pemasok perlu mendaftar di sistem ini sebelum memasuki E Procurement, akan membutuhkan semua informasi perusahaan dan persyaratan lainnya seperti sertifikasi, izin hukum, dan dokumen pendukung lainnya.

(AS3) Invoice and Payment System;

setiap pemenang tender atau pemasok/pihak ketiga yang dipilih dapat mengakses sistem ini untuk mengirimkan faktur dengan dokumen yang mendasarinya dan juga memeriksa kemajuan persetujuan faktur selain status pembayaran.

(AS4) Project and Contract Management System; sistem ini memungkinkan semua pemangku kepentingan untuk melihat kemajuan proyek dan semua kontrak untuk semua vendor atau pihak ketiga yang terlibat.

Customers

(AC1) Ticketing-Schedule-Info Platform; adalah aplikasi smartphone yang menyediakan semua informasi perjalanan, pemesanan tiket, pembayaran, program loyalitas, berita, integrasi transportasi, dan hiburan.

(AC2) B2B Service Access System;

memberikan katalog layanan dan bagaimana memilih jenis layanan yang sesuai dengan kebutuhan klien (perusahaan swasta, pemerintah, merek, institusi) seperti

sewa ruang ritel, slot iklan, kemitraan, atau layanan khusus lainnya.

(AC3) Customer Relationship Management System; berisi semua informasi pelanggan, akses untuk pengaduan, kasus hilang dan ditemukan dan klaim hadiah dari kampanye program loyalitas, hadiah, atau kompetisi yang menyenangkan.

(AC4) Training Platform; platform berisi semua materi pelatihan dan silabus bahwa pengguna/pihak yang memiliki akses tertentu membeli layanan atau konten gratis yang terkait dengan layanan dan fitur perusahaan.

Supporting/Resources

(AR1) FAT (Finace-Accounting-Tax) Management System; adalah untuk mengelola semua kegiatan perusahaan berdasarkan prinsip keuangan, akuntansi dan pajak yang dilakukan dalam standar peraturan negara.

(AR2) HC Management System; untuk membuat perencanaan, pengorganisasian dan pemanfaatan orang dari perekrutan hingga kompensasi dan tunjangan.

(AR3) Maintenance and Operational System; untuk memastikan sistem operasional dan peralatan pendukungnya akan menjalankan fungsi dan memiliki perawatan harian atau berkala.

(AR4) GA and Asset Management System; melacak kinerja urusan dan aset perusahaan pada titik waktu tertentu dan membandingkan kinerja aktual dengan anggaran.

Owners/Executives

(AM1) Business Intelligent System;

adalah data mining, analisis proses, kinerja,

(7)

95 dan analisis deskriptif untuk semua

aktivitas perusahaan.

(AM2) Financial Dashboard System;

membantu untuk meninjau semua keuangan yang relevan, memungkinkan pengelolaan kas yang efektif, dan untuk melacak P/L (laba/rugi) secara rinci mengenai tujuan keuangan.

(AM3) Project and Operational Dashboard System; dirancang untuk memberikan gambaran sekilas namun komprehensif tentang operasi dan metrik status proyek saat ini.

(AM4) GA and Asset Dashboard System;

melacak kinerja urusan dan aset perusahaan pada titik waktu tertentu dan membandingkan kinerja aktual dengan anggaran.

Arsitektur Data dan Informasi

Gambar 4. Arsitektur data dan informasi.

Core Process; Aplikasi yang digunakan dalam proses inti membutuhkan 4 database seperti Tarif (DBP1) untuk menyimpan semua proses ticketing, B2B (DBP2) terkait dengan perjanjian dan kemitraan bisnis B2B, Ops (DBP3) tentang aspek operasi dari kereta ke stasiun, dan Pelatihan (DBP4) menyelenggarakan pusat pelatihan database dan knowledge management system.

Suppliers/Partners; Di sisi ini, aplikasi yang digunakan harus memiliki 3 database,

mulai dari Vendor (DBS1) untuk menyimpan semua informasi vendor, Transaksi Vendor (DBS2) untuk tender atau transaksi E Procurement, dan Project (DBS3) yang menyimpan informasi dan kemajuan setiap proyek.

Customers; Aplikasi yang digunakan untuk melayani pelanggan yang didukung oleh 2 database, yang pertama adalah Customer Relationship Management (DBC1) yang menyediakan informasi dan layanan, dan Customer Transaction (DBC2) menampung transaksi dari pelanggan retail dan bisnis.

Supporting Resources; Aplikasi yang digunakan dalam mendukung sumber daya memiliki 3 database yaitu FAT (DBR1) untuk proses keuangan, akuntansi, dan pajak. HCGA (DBR2) dalam hal human capital dengan manajemen urusan umum, dan Asset (DBR3) untuk mengelola aset perusahaan.

Owners/Executives; memiliki pandangan helikopter sangat penting dalam bisnis, jadi memiliki aplikasi khusus akan sangat berguna. Business Intelligence (DBM1) mendukung data dan informasi dari sisi keuangan dan proyek, bersama dengan Dashboard Management (DBM2) memberikan papan pemantauan dari Tarif (DBP1), B2B (DBP2), Operasional (DBP3), Pelatihan (DBP4), Manajemen Hubungan Pelanggan (DBC1), HCGA (DBR2) untuk Sumber Daya Manusia/Human Capital dan pengadaan, juga Aset (DBR3).

Arsitektur Teknologi

Perancangan arsitektur teknologi yang mengintegrasikan antara aplikasi dan database didasarkan pada arsitektur bisnis yang berfokus pada hubungan bisnis inti

(8)

96

dengan dukungannya (lihat juga Gambar 4), hal ini untuk memastikan bisnis efisien dan efektif. Menggunakan satu server dengan cloud computing cocok untuk perusahaan RO karena memudahkan akses untuk setiap unit kerja yang memiliki lokasi terpisah seperti kantor pusat, depot, dan stasiun. Jaringan dan interaksi berbasis internet membangun semua sistem informasi data dan melalui komunikasi aplikasi. Setiap aplikasi dibuat dan dirancang untuk melayani penggunanya dengan nyaman, tentunya dengan single sign on (SSO) dan akses verifikasi 2 langkah yang diterapkan. Secara keseluruhan, arsitektur pada Gambar 5 adalah untuk melihat konsep bagaimana perusahaan RO menjalankan sistem informasi dan teknologi di tempat bisnis.

Gambar 5. Arsitektur teknologi.

Secara umum, perusahaan RO memiliki tiga sumber pendapatan yang berbeda: Farebox, Non Farebox dan Subsidi (Public Service Obligation).

Memiliki banyak sumber pendapatan membutuhkan proses bisnis yang disesuaikan yang mendukung setiap karakteristik unik dan jalur yang berbeda dari kemungkinan pengembangan di masa depan. Seperti yang terlihat pada Gambar 6,

tiga proses bisnis pendapatan utama dilayani oleh sebuah aplikasi. Farebox, misalnya, dilayani oleh sistem manajemen AFC (AP1) dan Manajemen Hubungan Pelanggan (AC3). Non Farebox dilayani oleh manajemen B2B (AP2) dan sistem KM dan Training Center (AP4). Terakhir, PSO memiliki FAT (AR1) untuk mendukung pencairannya. Setiap aplikasi mengakses sistem manajemen basis data yang terhubung ke server lokal sebagai cadangan, bersama dengan server cloud dan keduanya menggunakan OS Linux (sistem operasi).

Gambar 6. EA perusahaan berdasarkan 3 sumber pendapatan utama.

Model bisnis yang digunakan berdasarkan 2 jenis pelanggan yang bersumber dari 3 pendapatan utama, yang pertama adalah penumpang yang mengakses layanan transportasi perusahaan, dalam hal ini pengoperasian kereta api, sehingga melibatkan pembelian tiket yang dilayani oleh AFC (AP1) dan interaksi atau informasi lainnya menggunakan CRM (AC3). Tipe kedua

(9)

97 adalah business to business (B2B) yang

menggunakan layanan B2B perusahaan seperti advertising, commercial, TOD, property management, dan partnership yang dilayani oleh manajemen B2B (AP2) beserta training center menggunakan KM dan training center system (AP4). Jenis pelanggan lainnya adalah PSO yang mirip seperti B2B hanya saja melibatkan pemerintah dalam bentuk subsidi karena perusahaan RO menyediakan layanan publik. Di PSO, transaksi langsung melalui perusahaan dan ditangani oleh finance- accounting-tax management (AR1). Siklus seperti yang terlihat di EA, adalah titik kunci dalam kinerja dan kesehatan perusahaan. Dengan demikian, penggunaan aplikasi dan teknologi memang sangat penting untuk mendapatkan interaksi yang lebih baik yang mempengaruhi operasi perusahaan, harus menyelaraskan antara infrastruktur teknologi informasi perusahaan dan proses bisnis untuk menghasilkan hasil yang maksimal. Perlu juga dicatat bahwa setiap EA harus memiliki pra-analisis sebelum merancang dan mengimplementasikan.

5. SIMPULAN DAN SARAN

Peran EA di banyak perusahaan di berbagai industri telah berkembang seiring bisnis yang semakin kompetitif bahkan pada sektor transportasi publik. Perusahaan RO harus menyadari bahwa desain arsitektur teknologi informasi harus selaras dengan bisnis. EA merupakan alat yang efektif untuk mengatur perusahaan dalam mencapai tujuan untuk memberikan hasil bagi semua pemangku kepentingan. Dalam perjalanannya, banyak kendala dan tantangan yang akan muncul, namun pelayanan publik harus tetap berjalan.

Walaupun penggunaan EA tidak

revolusioner, tetap saja kritikal dan strategis bagi setiap perusahaan RO untuk dapat memiliki organisasi yang terstruktur dengan baik serta implementasi yang berorientasi pada layanan dan bisnis.

Menciptakan nilai lebih dan membangun bisnis yang berkelanjutan secara finansial adalah tujuan yang memerlukan desain perencanaan serta eksekusi yang matang.

DAFTAR PUSTAKA

Academic Press, A. (2014). DESIGNING ENTERPRISE ARCHITECTURE FRAMEWORKS Integrating Business Processes with IT Infrastructure.

García-Muiña, F. E., Medina-Salgado, M.

S., Ferrari, A. M., & Cucchi, M.

(2020). Sustainability transition in industry 4.0 and smart manufacturing with the triple-layered business model canvas. Sustainability (Switzerland), 12(6).

https://doi.org/10.3390/su12062364 Kamargianni, M., Li, W., Matyas, M., &

Schäfer, A. (2016). A Critical Review of New Mobility Services for Urban Transport. Transportation Research Procedia, 14, 3294–3303.

https://doi.org/10.1016/j.trpro.2016.0 5.277

K. Hazra, T., & Unhelkar, B. (2021).

Enterprise Architecture for Digital Business.

KataData. (2021). jumlah-penumpang-krl- indonesia-turun-54-sepanjang-2020.

https://databoks.katadata.co.id/datapu blish/2021/06/21/jumlah-penumpang- krl-indonesia-turun-54-sepanjang- 2020

Lapalme, J., Gerber, A., van der Merwe, A., Zachman, J., Vries, M. de, &

Hinkelmann, K. (2016). Exploring the future of enterprise architecture: A Zachman perspective. Computers in Industry, 79, 103–113.

(10)

98

https://doi.org/10.1016/j.compind.201 5.06.010

Madyatmadja, E. D., Fernandes Andry, J.,

& Chandra, A. (2020). Blueprint Enterprise Architecture In Distribution Company Journal of Theoretical and Applied Information Technology, 30, 12. www.jatit.org McDowall, J. D. (2019). Complex

enterprise architecture: A new adaptive systems approach. In Complex Enterprise Architecture a New Adaptive Systems Approach.

Apress Media LLC.

https://doi.org/10.1007/978-1-4842- 4306-0

N. Pyrgidis, C. (2016). Railway Transportation Systems Design, Construction and Operation.

Xiao, Y., & Watson, M. (2019). Guidance on Conducting a Systematic Literature Review. In Journal of Research (Vol.

39 Issue 1, pp. 93–112). SAGE

Publications Inc.

https://doi.org/10.1177/0739456X177 23971

Snyder, H. (2019). Literature review as a research methodology: An overview and guidelines. Journal of Business Research, 104, 333–339.

https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2019.

07.039

Gambar

Gambar 1. Model BMC untuk perusahaan  operator kereta api.
Gambar 2. Hubungan proses inti dengan  pemasok, pelanggan, dan sumber daya
Gambar 4. Arsitektur data dan informasi.
Gambar 5. Arsitektur teknologi.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja dan Biaya Overhead Pabrik secara simultan terhadap Omset Penjualan Pabrik

(4) Calon kepala desa terpilih yang ditetapkan sebagai terpidana dan diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan putusan pengadilan

Saat ini belum ada pengimplementasian sistem aplikasi pada bagian management yang memungkinkan para Stakeholder untuk menyimpan informasi perusahaan yang dapat mengurangi

PT Polarin Xinindo yang bergerak di bidang pendingin ruang, saat ini perlu melakukan pengembangan sistem informasi yang memanfaatkan teknologi yang bertujuan untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur besarnya produktivitas pekerjaan pemasangan dinding perumahan di Surabaya dengan menggunakan bata merah dan

Hendrik Kusbandono (2014) dengan penelitiannya yang berjudul “Pemodelan Arsitektur Enterprise Menggunakan TOGAF ADM Untuk Mendukung Sistem Informasi Proses Akademik Pada

Napomena: Materijal: Naziv: Masa: Pozicija: Listova: Format: Kopija Ime i prezime Datum Projektirao Pregledao Objekt: Crtao Razradio FSB Zagreb Potpis R.. Naziv

Kedua, sebagai arsitektur islami, karena secara bahasa islami punya makna lebih dari sekedar bentuk atau benda, tetapi lebih pada nilai islam yang menjadi sumber