• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paragdima post-positivisme. Adapun pengertian mengenai post-positivisme menurut Creswell (2014, h. 7-8) paradigma post-positivisme merupakan paradigma yang hasil penelitiannya akan terus menerus ditinjau ulang hingga lebih kuat keakuratannya.

Menurut Philips & Burbules (2000) pada Creswell (2014, h.7) dalam paradigma post-positivisme terdapat beberapa asumsi kunci yang telah diidentifikasi, diantaranya adalah:

1. Pengetahuan adalah dugaan, karena kebenarannya bersifat mutlak dan tidak dapat ditemukan. Dengan demikian, bukti yang ditetapkan dalam penelitian selalu tidak sempurna. Dan peneliti tidak berupaya untuk membuktikan adanya hipotesis.

2. Penelitian adalah proses mengajukan klaim dan kemudian memperbaiki atau menyumbangkan sebagian dari mereka untuk klaim lain yang dijamin lebih kuat.

3. Data, bukti, dan pertimbangan secara rasional membentuk pengetahuan.

Dalam praktiknya, peneliti mengumpulkan informasi berdasarkan instrument tentang langkah-langkah yang

(2)

diselesaikan oleh pesertaatau dengan pengamatan yang direkam oleh peneliti.

4. Peneliti berupaya mengembangkan pernyataan yang relevan dan benar, yang bisa berfungsi untuk menjelaskan situasi dan memprihatinkan atau yang menggambarkan sebab akibat hubungan yang menarik.

5. Menjadi objektif adalah aspek penting dari penyidikan yang kompeten: penelitian harus memeriksa metode dan kesimpulan untuk bias.

Peneliti memilih menggunakan paradigma post-positivisme karena peneliti mau menguji teori tertentu. Pengujian teori-teori yang akan digunakan peneliti dengan mengumpulkan berbagai data berupa wawancara mendalam dan observasi untuk memperkuat penelitian.

3.2 Jenis dan Sifat Penelitian

Bersangkutan dengan topik yang diambil oleh peneliti mengenai analisis strategi Influencer Marketing yang digunakan oleh Traveloka pada promosi fitur Traveloka Eats (Studi kasus pada Traveloka Epic Sale 2019), maka peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Denzin &

Lincon (1994) dalam Setiawan (2018, h. 7) penelitian kualitatif adalah

“Penelitian yang menggunakan latar belakang ilmiah dengan maksud

(3)

berbagai metode yang ada”. Selain itu, menurut Erickson (1968) dalam Setiawan (2018, h. 7), penelitian kualitatif ialah penelitian yang berusaha untuk menemukan dan menggambarkan secara naratif kegiatan yang dilakukan dan dampak dari tindakan yang dilakukan terhadap kehidupan mereka.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dalam menganalisis strategi dan penerapan strategi Influencer Marketing pada promosi fitur TravelokaEats.

Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Bogdan & Biklen (1982, h. 27-29) dalam Anggito & Setiawan (2018, h. 32) adalah sebuah data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

Lain halnya, Sukmadinata (2012) dalam Fitrah & Luthfiyah (2017, h.

36) menjelaskan penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya serta penggambaran kondisi bisa individual atau menggunakan angka- angka.

Peneliti memilih menggunakan penelitian deskriptif karena peneliti ingin berupaya untuk mendeskripsikan dan mengungkapkan secara jelas bagaimana strategi Influencer Marketing yang digunakan oleh Traveloka dalam menunjang kegiatan promosi fitur Traveloka Eats (Studi kasus pada

(4)

Traveloka Epic Sale 2019).

Menurut Creswell (2013, h. 508) Manusia adalah instrumen utama dalam penelitian kualitatif, yang kerap disebut sebagai human instrument atau researcher as key instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrument, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas sehingga mampu bertanya, menganalisis dokumen, mengobservasi perilaku, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dalam menganalisis strategi dan penerapan strategi Influencer Marketing yang digunakan oleh Traveloka pada promosi fitur Traveloka Eats (Studi kasus pada Traveloka Epic Sale 2019). Hal ini dilakukan karena dalam memperoleh data, peneliti melakukan sesi wawancara secara langsung dan mendalam terkait dengan pemahaman serta praktik yang mereka sudah terapkan dalam melakukan strategi Influencer marketing ini. Penelitian ini juga berdasarkan kondisi yang nyata ada di lapangan, bukan sesuatu yang dirancang.

3.3 Metode Penelitian

Metodologi merupakan sebuah proses, prinsip, dan prosedur yang bisa digunakan untuk mencari jawaban melalui pendekatan masalah (Mulyana, 2013, h. 145). Sedangkan menurut Rozak & Fatra (2011) dalam Fitrah &

(5)

Luthfiyah (2017, h. 26) Metodologi berasal dari kata “methods” yang berarti cara, kiat dan seluk belum yang berkaitan dengan upaya menyelesaikan sesuatu. Sedangkan “logos” berarti ilmu pengetahuan, cakrawala dan wawasan. Dengan demikian, metodologi adalah metode atau cara-cara yang berlaku dalam kajian atau penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.

Metode studi kasus bertujuan untuk menggali sedalam-dalamnya mengenai gejala dalam kehidupan masyarakat. Studi kasus menurut Fitrah & Luthfiyah (2017, h.37) adalah eksplorasi mendalam dari sistem terikat berdasarkan pengumpulan data yang luas. Studi kasus melibatkan investigasi kasus, yang dapat didefinisikan sebagai suatu entitas atau objek studi yang dibatasi, atau terpisah untuk penelitian dalam hal waktu, tempat, atau batas-batas fisik.

Sedangkan menurut Yin (1996) dalam Fitrah & Lufhfiyah (2017, h.

6) mengatakan studi kasus adalah suatu inkuiri empirik yang menyelidiki fenomena di alam konteks kehidupan nyata. Bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas, dan di mana multisumber bukti dimanfaatkan. Maka dalam hal ini, Kerangka konseptual studi kasus adalah bahwa dengan mengumpulkan informasi tentang kasus, peneliti akan mencapai pemahaman tentang kasus ini, seperti apakah kasus ini adalah seorang individu, kelompok, kelas atau sekolah. (Fitrah & Luthfiyah. 2017, h. 7).

Selain itu, Kriyantono (2020, h. 235-236) menyebutkan bahwa studi

(6)

kasus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Unik: artinya terdapat kasus yang unik, mencakup hakikat/ inti/

detail kasus, latar belakang historisnya, konteks kasus, informan atau tentang keberadaan kasus tersebut, dan persoalan yang lain di sekitar kasus yang dipelajari

2. Partikularistik: artinya studi kasus terfokus pada situasi, peristiwa, program atau fenomena tertentu, yang menunjukkan masalah-masalah konkret atau praktis dalam kehidupan sehari- hari.

3. Deskriptif: hasil akhir metode ini adalah deskripsi detail dari topik yang diriset.

4. Heuristic: metode studi kasus membantu khalayak memahami apa yang sedang diriset. Interpretasi baru, perspektif baru, makna baru merupakan tujuan dari studi kasus.

5. Induktif: studi kasus berangkat dari fakta-fakta di lapangan, kemudian menyimpulkan ke dalam tataran konsep atau teori.

Kesimpulan dari beberapa pemaparan di atas adalah Metode ini dianggap cocok untuk digunakan peneliti dalam penelitian yang dilakukan, karena bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi Influencer Marketing yang digunakan oleh Traveloka pada promosi Traveloka Epic Sale 2019), perlu adanya penjelasan serta wawancara dari organisasi atau

(7)

pihak terkait.

3.4 Key Informan dan Informan

Yin (2018, h. 162) menjelaskan bahwa Key Informan dianggap memiliki peran penting dalam keberhasilan sebuah penelitian yang menggunakan metode studi kasus. Karena kemampuan wawasan yang dimilikinya dapat memberikan jawaban atas permasalahan dan pertanyaan yang dihadapi peneliti dalam melakukan penelitian. Key informan juga berfungsi untuk memberikan akses ke orang-orang yang diwawancarai yang mungkin orang tersebut memiliki bukti yang kuat dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Dari pemahaman diatas, peneliti menetapkan key Informan, informan tambahan dan informan ahli guna melengkapi penelitian peneliti dengan kriteria:

1. Berpengalaman bekerja sebagai Social Media Executive di traveloka minimal 2 tahun.

2. Pernah menangani bidang kampanye digital.

3. Kriteria Informan ahli: Memiliki pengalaman dibidang Digital communication, Digital Business Marketing.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu menurut (Kriyantono, 2020, h. 86) data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama di lapangan. Teknik

(8)

pengumpulan data adalah salah satu hal yang penting dalam sebuah penelitian kualitatif. Silverman (1999, dikutip dalam Mann & Stewart (2000, h. 3) dalam Kriyantono (2020, h. 289) menyebutkan bahwa:

“qualitative research use multiple methods to collect rich, descriptive, contectually situated data in order to seek understanding of human experience or relationship within a system or culture.”

Adapun cara untuk memperoleh data primer tersebut adalah dengan wawancara menurut Berger (2000, h. 111) dalam Kriyantono (2020, h. 289) adalah percakapan antara priset-seseorang yang berharap mendapatkan informasi, dan informan adalah seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek.

Dalam hal ini, peneliti memilih menggunakan wawancara mendalam (depth interview). Menurut Kriyantono (2014, h. 291) wawancara mendalam

adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuansi tinggi (berulang- ulang) secara intensif.

Menurut Fitrah h & Luthfiyah (2017, h. 147) Data sekunder merupakan setiap publikasi yang ditulis oleh pengarang yang bukan merupakan hasil pengamatan langsung dari peristiwa-peristiwa yang dilukiskan. Dalam hal ini peneliti menggunakan buku-buku beserta jurnal untuk melengkapi penelitian.

(9)

3.6 Keabsahan Data

Untuk melakukan uji keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Kriyantono (2014, h. 71) mengatakan bahwa triangulasi adalah sebuah teknik untuk menguji kebenaran dan kejujuran subjek dengan meneliti kebenarannya dengan data empiris yang tersedia. Dwidjokowinoto (2002) dalam Kriyantono (2014, h. 71) membagi beberapa macam triangulasi, yaitu:

a. Triangulasi Sumber

Membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda.

b. Triangulasi Waktu

Triangulasi ini berkaitan dengan pengecekan data karena berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia, karena perilaku manusia dapat berubah setiap saat.

c. Triangulasi Teori

Triangulasi ini, peneliti ditugaskan untuk menguji data melalui dua teori atau lebih dengan menggabungkan teori-teori tersebut.

d. Triangulasi Priset

Dalam Triangulasi ini, dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu priset. Jumlah priset yang lebih dari satu akan dianggap membuat data menjadi lebih absah karena adanya perbedaan gaya, sikap dan persepsi yang dimiliki oleh priset tersebut.

e. Triangulasi Metode

(10)

Triangulasi ini akan menggunakan lebih dari satu metode pengumpulan data yang berbeda untuk mencari kesamaan pada data.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber sebagai teknik pengujian keabsahan data. Peneliti akan melakukan perbandingan dan pengecekkan ulang serta menggali informasi melalui beberapa sumber yaitu informan-informan yang sudah ditentukan untuk melakukan wawancara.

(11)

3.7 Teknik Analisis Data

Kriyantono (2020, h.135) berpendapat bahwa analisis data adalah proses memilah, mengelompokkan, dan mengurutkan data ke dalam pola atau kategori, dan mendialogkan data dengan data, baik data dalam satu pola / kategori maupun data antarpola / kategori sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dilakukan pengujian hipotesis. Analisis data kualitatif digunakan bila data-data yang terkumpul dalam riset adalah data kualitatif.

Untuk teknik analisis data, peneliti menggunakan teknik dari Miles and Huberman. Dalam gambar 3.1 Miles and Huberman (2014, h. 31-33) menyebutkan bahwa untuk dapat melakukan analisis data, peneliti dapat menggunakan tiga langkah berikut:

1. Kondensasi Data

Kondensasi data mengacu pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstrak, dan atau mentransformasikan data yang muncul dalam catatan lapangan, transkrip wawancara, dokumen, dan bahan empiris lainnya. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, peneliti dapat membuat data lebih kuat.

2. Penyajian Data

Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah penyajian data. Secara umum, penyajian adalah kumpulan informasi terorganisir dan terkompresi yang

(12)

memungkinkan penarikan dan tindakan kesimpulan. Seperti halnya kondensasi data, pembuatan dan penggunaan tampilan data tidak akan terpisah dari analisis.

3. Penarikan kesimpulan

Tahap ini menekankan pada pembuatan kesimpulan akhir dari sebuah penelitian. Kesimpulan diverifikasi sebagai hasil analis.

Kesimpulan akhir tidak akan ada sampai pengumpulan data selesai.

Tergantung bagaimana catatan lapangan, metode pengkodean, penyimpanan, dan teknik pengambilan yang digunakan.

Gambar 3.1 Model analisis data Miles & Huberman

Sumber: Miles dan Huberman, 2013.

Gambar

Gambar 3.1 Model analisis data Miles & Huberman

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM untuk menguji pengaruh kualitas produk dan harga terhadap kepuasan pelanggan dalam meningkatkan loyalitas

Keuntungan dari dikembangkannya Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah munculnya sistem persamaan kualifikasi antara capaian pembelajaran yang diperoleh

MTs Al Falah 2009 MTs Hidayatus Syibyan 2009 Mts Al Muawarah Harjawinangun2009 Mts Mambaul ulum 2009 MTs Ciptasari 2009 MTs Al Munawaroh Kupu 2009 MTs Al Khairiyah Tarub 2009 MTs

 Sebagai contoh, jika hanya terdapat 10% dari keseluruhan employee yang mempunyai kantor pribadi, maka merupakan suatu cara perancangan yang beralasan apabila satu

Adapun tugas dan wewenang Komisi Pemilihan Umum Kota Padangsidimpuan dalam penyelenggaraan Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan

perusahaan dapat dipengaruhi oleh pengalaman pelanggan, rekomendasi seseorang, pemberitaan media, dan sistem pemberitaan yang dimiliki perusahaan. Penjual yang

Persaingan surat kabar dan berbagai media cetak lainnya dengan media elektronik seperti televisi, menuntut media cetak yang satu ini memiliki nilai lebih dalam penyajian

Ahmaddul Hadi, S.Pd, M.Kom 35 Alsri Windra Doni 1304505 Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Kerangka COBIT Pada Sistem1. Informasi Akademik Poltekkes Kemenkes