• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA USIA 0-2 TAHUN DI RUANG PERAWATAN BAJI MINASA RSUD. LABUANG BAJI MAKASSAR VIDIANTI RUKMANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA USIA 0-2 TAHUN DI RUANG PERAWATAN BAJI MINASA RSUD. LABUANG BAJI MAKASSAR VIDIANTI RUKMANA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Page | 1 FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA

USIA 0 - 2 TAHUN DI RUANG PERAWATAN BAJI MINASA RSUD. LABUANG BAJI MAKASSAR

VIDIANTI RUKMANA

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan

ABSTRAK

Pneumonia pada bayi dan balita di Indonesia di perkirakan antara 10-20% per tahun. Perkiraan angka kematian pneumonia secara nasional adalah 6 per 1000 balita atau 150.000 balita per tahun.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status imunisasi, berat badan lahir, anggota keluarga yang merokok, dan pengetahuan ibu, dengan kejadian pneumonia usia 0 – 2 tahun di RSUD. Labuang Baji Makassar tahun 2014.

Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional study, pengambilan sampel dengan cara “accidential sampling” pada pasien dibagian baji minasa dengan jumlah 40 sampel. Data dianalisis secara statistik dengan memakai uji fisher’s exact test.

Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang bermakna antara status imunisasi dasar

(p=0,001) dan keberadaan anggota keluarga yang merokok (p=0,001) dengan kejadian pneumonia pada balita. Sedangkan berat badan lahir(p=0,235) dan pengetahuan ibu (p=1.000) bukan merupakan hubungan yang bermakna dengan kejadian pneumonia.

Kesimpulan penelitian menunjukan bahwa status imunisasi dan keberadaan anggota keluarga yang merokok merupakan hubungan yang bermakna dengan kejadian pneumonia.

Sedangkan berat badan lahir dan pengetahuan ibu bukan merupakan hubungan yang bermakna dengan kejadian pneumonia.

Kata Kunci : Imunisasi, Berat Badan Lahir, Merokok, Pengetahuan, Pneumonia.

Daftar Pustaka : 26 (2008 – 2013)

(2)

Page | 2 PENDAHULUAN

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan bawah akut dan juga merupakan penyebab terpenting morbiditas dan mortalitas pada bayi dan balita (Rachmawati A, 2013).

Menurut World Health Organitation (WHO) tahun 2012, sebesar 78% balita yang berkunjung adalah akibat pneumonia.

Pneumonia lebih banyak terjadi di negara berkembang dibandingkan negara maju dengan persentase masing-masing sebesar 25%-30% dan 10%-15% (Ribka Rerung, 2012).

Pneumonia pada bayi dan balita di Indonesia di perkirakan antara 10-20% per tahun. Perkiraan angka kematian pneumonia secara nasional adalah 6 per 1000 balita atau 150.000 balita per tahun.

Jika di hitung, jumlah balita yang meninggal akibat pneumonia di Indonesia dapat mencapai 150.000 orang per tahun, 12.500 per bulan, 416 per hari, 17 orang per jam atau 1 orang balita tiap menit (Maryunani A, 2010).

Menurut data yang diperoleh melalui profil Kesehatan Di Provinsi Sulawesi Selatan, pneumonia mengalami penurunan sebesar 3.7% dari tahun 2010 hingga tahun 2011 dengan Incidence Rate masing-masing 31.4% dan 27.7%. Namun, angka kematian pneumonia meningkat yaitu empat balita pada tahun 2010 dan sembilan balita pada tahun 2011 (Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan, 2010-2011).

Menurut data yang di peroleh dari bagian medical record RSUD. Labuang Baji Makassar pada tahun 2011 penderita pneumonia pada balita adalah 332 orang, tahun 2012 sebanyak 304 orang, sedangkan tahun 2013 data yang diperoleh pada bulan Januari - September sebanyak 213 orang.

Dari data awal yang telah diperoleh pada RSUD. Labuang Baji Makassar pneumonia menduduki peringkat pertama penyakit terbanyak yang diderita oleh balita maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia usia 0 – 2 tahun di RSUD. Labuang Baji Makassar.

Hasil penelitian Rachmawati A (2013) didapatkan ada hubungan antara pengetahuan ibu dan keberadaan keluarga yang merokok dengan kejadian pneumonia.

Penelitian Ribka Rerung (2012) menunjukan hasil status imunisasi, berat badan lahir rendah, dan umur berhubungan secara signifikan dengan kejadian pneumonia pada balita.

Berdasarkan hasil penelitian Fananda M (2012) didapatkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan tinggi, status imunisasi lengkap, ASI eksklusif, status gizi normal, terhadap kejadian penyakit pneumonia.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik dengan rancangan Cross Sectional Study dimana hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dikaji pada saat yang bersamaan yang dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia usia 0 – 2 tahun.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

(3)

Page | 3 Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

n %

Laki-Laki 22 55,0

Perempuan 18 45,0

Jumlah 40 100,0

Sumber : Data primer

Tabel 1 menunjukkan distribusi responden berdasarkan jenis kelamin anak balita, laki- lakisebanyak 22 orang (55%) dan perempuan sebanyak 18 orang (45%).

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Imunisasi Dasar

Status Imunisasi

Dasar

n %

Tidak Lengkap

23 57,5

Lengkap 17 42,5

Jumlah 40 100,0

Sumber : Data primer

Tabel 2 menunjukkan bahwa anak balita yang status imunisasinya tidak lengkap sebanyak 23 orang (57,5%). Dan status imunisasi yang lengkap sebanyak 17 orang (42,5%).

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berat Badan Lahir

Berat Badan Lahir

n %

BBLR 8 20,0

Normal 32 80,0

Jumlah 40 100,0

Sumber : Data primer

Tabel 3 menunjukkan bahwa anak balita yang mempunyai berat badan lahir

rendah sebanyak 8 orang (20%), dan yang mempunyai berat badan lahir normal sebanyak 32 orang (80%).

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keberadaan Anggota Keluarga Yang Merokok

Sumber : Data primer

Tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai anggota keluarga yang merokok sebanyak 25 orang (62,5)%, dan yang tidak merokok sebanyak 15 orang (37,5%).

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu

Pengetahuan Ibu

n %

Kurang 7 17,5

Cukup 33 82,5

Jumlah 40 100,0 Sumber : Data primer

Tabel 5 menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang pneumonia yangberpengetahuan kurang sebanyak 7 responden (17,5%) dan yang berpengetahuan cukup sebanyak 33 responden (82,5).

Keberadaan Anggota Keluarga

Yang Merokok

n %

Ada 25 62,5

Tidak Ada 15 37,5

Jumlah 40 100,0

(4)

Page | 4 Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Kejadian Pneumonia

Sumber : Data primer

Tabel 6 menunjukan bahwa balita yang masuk dalam kategori pneumonia sebanyak 20 orang (50%), dan yang masuk dalam kategori bukan pneumonia sebanyak 20 orang (50%).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Terdapat hubungan yang bermakna antara status imunisasi dasar dengan kejadian pneumonia di RSUD. Labuang Baji Kota Makassar

2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara berat badan lahir dengan kejadian pneumonia di RSUD. Labuang Baji Kota Makassar

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara keberadaan anggota keluarga yang merokok dengan kejadian pneumonia di RSUD. Labuang Baji Kota Makassar

4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia di RSUD. Labuang Baji Kota Makassar

Saran

1. Buat petugas kesehatan

Dalam rangka untuk menurunkan penderita pneumonia dan angka kematian anak balita karena pneumonia

diharapkan kepada para petugas kesehatan agar meningkatkan pemberian informasi kepada masyarakat tentang pneumonia meliputi pengertian, penyebab, gejala, cara pencegahan dan cara penanganan di rumah serta gejala kapan anak harus dibawa ke rumah sakit.

2. Buat mahasiswa/intitusi

Diharapkan kepada teman-teman agar melanjutkan penelitian ini, karena masih banyak hal lain yang berhubungan dengan kejadian pneumonia terutama faktor lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah M. 2012. Medikal bedah untuk mahasiswa. Diva Pres.

Adningsih. 2011. Tidak Merokok Adalah Investasi. Interaksi Media Promosi Kesehatan Indonesia No XIV, Jakarta.

Dachroni. 2009. Jangan Biarkan Hidup Dikendalikan Rokok. Interaksi Media Promosi Kesehatan Indonesia No XII , Jakarta.

Djaffar H. 2010. Kesehatan Lingkungan pemukiman, FKM-UNHAS, Makassar

Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan. 2010.

Laporan Program P2 ISPA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar: Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan.

Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan. 2011.

Laporan Program P2 ISPA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar: Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan.

Devi M. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Status Gizi Balita Di Pedesaan. Teknologi dan Kejuruan, Vol. 33, No. 2.

Kejadian Pneumonia

n %

Kasus 20 50,0

Kontrol 20 50,0

Jumlah 40 100,0

(5)

Page | 5 Fananda M. 2012. Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kenten Palembang Tahun 2012. diakses tanggal 12 januari 2014.

Frengki Muhamad. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Global Mongolato. FIKK- UNG, Gorontalo.

diakses tanggal 16 januari 2014.

Hidayat Alimul A, 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknin Analisis Data. Salemba Medika, Jakarta.

Kusnoputranto H. 2010. Toksikologi lingkungan. Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Kesehatan Lingkungan, Jakarta.

Maryunani A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Tim, Jakarta.

Marhamah. 2012. Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Ispa Pada Anak Balita di Desa Bontongan Kabupaten Enrekang:

Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar. diakses tanggal 12 Januari 2014.

Mardjanis Said. 2010. Pengendalian Pneumonia Anak-Balita dalam Rangka Pencapaian MDG4 Volume 3. Buletin Jendela Epidemiologi.

Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Novita S. 2012. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balita Yang Dirawat Di Rsup Dr. Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. diakses tanggal 21 februari 2014

Oktaviana. 2009. Hubungan Antara Sanitasi Fisik Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita Di Desa cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. diakses tanggal 12 Januari 2014.

Rahmin Rizka. 2011. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Suspek Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kota Payakumbuh. Fakultas Kedokteran Universitas andalas.

diakses tanggal 12 januari 2014.

Rasmailah, 2012. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian ISPA. Jurnal Bogor: (Online), Vol 2 No. 1, diakses tanggal 12 januari 2014.

Rachmawati A. 2013. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Umur 12 - 48 Bulan Di Wilayah Kerja puskesmas Mijen Kota Semarang.

Peminatan Epidemiologi Penyakit Tropik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

diakses tanggal 12 januari 2014.

Ribka Rerung. 2012. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada Balita di Lembang Batu Sura:

Bagian Epidemiologi FKM Universitas Hasanuddin Makassar.

diakses tanggal 12 januari 2014.

(6)

Page | 6 Rizkianti A. 2009. Faktor – Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Padas Balita. Tesis.

FKM UI. Jakarta.

Soemirat. 2011. Kesehatan Lingkungan.

Yogyakarta; Gajah mada University Press.

Wawan A. 2011. Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Manusia.

Yulifah R. 2013. Asuhan Kebidanan Komunitas. Salemba Medika.

Jakarta.

Yuwono T. 2008. Faktor – Faktor Lingkungan Fisik Rumah Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kawunganten Kabupaten Cilacap.

Tesis. Undip. Semarang. diakses tanggal 12 januari 2014.

Gambar

Tabel  1    menunjukkan  distribusi  responden  berdasarkan  jenis  kelamin  anak  balita,   laki-lakisebanyak  22  orang  (55%)  dan  perempuan sebanyak 18 orang (45%)
Tabel  6  menunjukan  bahwa  balita  yang  masuk dalam kategori pneumonia sebanyak  20  orang  (50%),  dan  yang  masuk  dalam  kategori  bukan  pneumonia  sebanyak  20  orang (50%)

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, labu kuning juga dapat diolah menjadi produk awetan kering berupa tepung labu kuning, sehingga dapat tahan disimpan dalam waktu yang lama dan dapat

But Repple and Melissa were waiting on the landing below when Wyse emerged from the clock room and slammed the door shut behind him. Melissa stepped forward as

Holly called Dr Cooper, who was none too pleased to be woken up, and then Vijay shambled into the room, his face slack and drunk with sleep...

Sodal dlstance qulte lntlmate.

Hasilnya adalah pertama , atribut yang mendasari butir soal ada 47 yang terdiri atas empat atribut isi, 36 atribut proses, dan tujuh atribut keterampilan; kedua , kemampuan

SAPROTAN BENIH UTAMA 027.1/21/E-Cat.PdInbrd- SPR/III/Pml/2020 07-Apr-20 06-Jun-20 15 APBN Pengadaan Benih Padi untuk Pengembangan Budidaya Padi Kaya Gizi.. (Biofortifikasi)

Setelah dilakukan penelitian atas permasalahan yang dikemukakan dalam Bab I huruf B mengenai pola hubungan hukum pada program kemitraan usahatani tembakau di Pulau Lombok

Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Sidrap serta Kapasitas dan kewenangan instansi untuk mendukung RPIJM menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab