• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PROSEDUR REVIU, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, TEKANAN WAKTU, DAN ANGGARAN DANA REVIU PADA KUALITAS REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PROSEDUR REVIU, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, TEKANAN WAKTU, DAN ANGGARAN DANA REVIU PADA KUALITAS REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PENGARUH PROSEDUR REVIU,

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, TEKANAN WAKTU, DAN ANGGARAN DANA REVIU PADA KUALITAS REVIU

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris Pada Inspektorat Daerah di Provinsi Bali)

KOMANG WIDYARINI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

i

(2)

TESIS

PENGARUH PROSEDUR REVIU,

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, TEKANAN WAKTU, DAN ANGGARAN DANA REVIU PADA KUALITAS REVIU

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris Pada Inspektorat Daerah di Provinsi Bali)

KOMANG WIDYARINI NIM 1391661050

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

ii

(3)

iii

(4)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Nama : Komang Widyarini

Nim : 1391661050

Program Studi : Magister Akuntansi

Judul Tesis : Pengaruh Prosedur Reviu, Latar Belakang Pendidikan, Tekanan Waktu, dan Anggaran Dana Reviu Pada Kualitas Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Inspektorat Daerah di Provinsi Bali)

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah ini bebas dari plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 28 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan

Komang Widyarini

iv

(5)

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 28 Agustus 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, Nomor: 2686/UN14.4/HK/2015 Tanggal 26 Agustus 2015

Ketua : Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE, MSi., Ak.

Anggota :

1. Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra, SE, MSi., Ak.

2. Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi., Ak., CPA

3. Dr. Drs. Herkulanus Bambang Suprasto, MSi., Ak.

4. Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak.

v

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugraha- Nya, tesis ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan serta kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi terciptanya karya yang lebih baik lagi.

Akhirnya, dengan penuh kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis baik dalam penulisan tesis maupun dalam kehidupan penulis:

1. Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak. pembimbing akademik sekaligus pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya penyelesaian tesis ini.

2. Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra, SE., M.Si., Ak. pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

3. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD; Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana.

4. Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S.(K); Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.

5. Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., MS; Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister.

6. Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE., M.Si., Ak.; Ketua Jurusan Akuntansi, Dr. Dewa Gede Wirama, MSBA., Ak; Ketua Program Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana serta Bapak dan Ibu dosen, seluruh staf dan karyawan Program Magister Akuntansi Universitas Udayana.

vi

(7)

7. Dr. I Ketut Budiartha, SE., M.Si., Ak., CPA; Dr. Drs. Herkulanus Bambang Suprasto, M.Si., Ak., dan Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., M.Si., Ak., selaku penguji yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud.

8. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan melalui Program beasiswa STAR- ADB sehingga meringankan beban penulis dalam menyelesaikan studi ini.

9. Putu Agus Suradnyana, ST; Bupati Buleleng yang telah memberikan kesempatan tugas belajar kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

10. I Putu Yasa, SH, MM; Inspektur Kabupaten Buleleng yang telah memberikan ijin dan dukungan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pascasarjana di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

11. Seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

12. Ayah dan mendiang Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas.

13. Rekan-rekan angkatan I Magister Akuntansi STAR BPKP yang telah memberikan dorongan, dukungan, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

14. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Denpasar, 28 Agustus 2015

Penulis

vii

(8)

ABSTRAK

PENGARUH PROSEDUR REVIU, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, TEKANAN WAKTU, DAN ANGGARAN DANA REVIU PADA KUALITAS REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

(Studi Empiris Pada Inspektorat Daerah di Provinsi Bali)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh prosedur reviu, latar belakang pendidikan, tekanan waktu, dan anggaran dana reviu pada kualitas reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Reviu merupakan dasar dibuatnya surat pernyataan tanggung jawab kepala daerah atas LKPD.

Populasi dalam penelitian ini adalah Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota di Bali yang berjumlah 171 orang. Sampel berjumlah 45 orang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan regresi linier berganda. Data dikumpulkan dengan kuesioner.

Hasil analisis menunjukkan bahwa prosedur reviu, latar belakang pendidikan, dan anggaran dana reviu berpengaruh positif pada kualitas reviu LKPD. Tekanan waktu berpengaruh negatif pada kualitas reviu LKPD.

Adanya tekanan waktu karena keterbatasan waktu penugasan dan kompleksitas tugas yang tinggi maka Inspektorat Daerah diharapkan agar mengoptimalkan pengaturan penugasan antara anggaran waktu dan kompleksitas tugas agar risiko penurunan kualitas reviu rendah.

Kata Kunci: kualitas reviu, prosedur reviu, latar belakang pendidikan, tekanan waktu, anggaran dana reviu.

viii

(9)

ABSTRACT

THE EFFECT OF REVIEW PROCEDURES, EDUCATIONAL BACKGROUND, TIME PRESSURE, AND REVIEW FUNDS BUDGET ON THE REVIEW QUALITY

OF THE LOCAL GOVERNMENT FINANCIAL REPORT (Empirical Study on Regional Inspectorate in Bali Province)

The purpose of this study aimed to examine the effect of the review procedures, educational background, time pressure, and review funds budget on the quality review of the Local Government Finance Report. The Review was the foundation made a statement of responsibility over the regional head.

The population of this research was the Government Internal Supervisory Apparatus Inspectorate of Provincial/District/City in Bali which amounted to 171 people.

The samples consisted 45 of people that were determined by purposive sampling technique.

The data were analyzed using linear regression and data were collected by questionnaire.

The analysis showed that the review procedures, educational background, and the review funds budget a positive effect on the quality review of local government financial reports. The time pressure affected in negatively on the quality review of local government financial reports.

The pressure affected the result because of time constraints and the complexity of the task assignment higher then what it was expected. The regional Inspectorate optimize on assignments between budget time and complexity of the task in order to lower the risk and also decrease in the quality of the review.

Keywords: review quality, review procedure, educational background, time pressure, budget funds review

ix

(10)

RINGKASAN

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pelaksanaan reviu yang merupakan dasar pertimbangan bagi dibuatnya surat pernyataan tanggung jawab (Statement of Responsibility) kepala daerah atas laporan keuangan pemerintah daerah. Disamping itu juga dilatarbelakangi oleh adanya temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait pemeriksaaan kinerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang menyatakan bahwa kinerja APIP belum menunjukkan perbaikan kualitas pemeriksaan dan reviu laporan keuangan yang berkelanjutan. Belum dikembangkannya prosedur reviu dalam bentuk petunjuk pelaksanaan/teknis, sumber daya manusia yang belum memadai baik jumlah maupun kompetensinya, terbatasnya waktu pelaksanaan reviu, dan ketersediaan anggaran dana reviu merupakan beberapa faktor penyebab kualitas reviu laporan keuangan oleh APIP belum tercapai. Hal ini menunjukkan bahwa reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang dilaksanakan oleh Inspektorat memiliki peran besar dalam membantu mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan, dan akuntabel, melalui pengawasan keuangan daerah yang berkualitas. Proses reviu menjadi krusial untuk dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan amanah peraturan perundang-undangan dan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh prosedur reviu, latar belakang pendidikan, tekanan waktu, dan anggaran dana reviu pada kualitas reviu laporan keuangan pemerintah daerah.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Provinsi Bali. Populasi dalam penelitian ini adalah APIP Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota di Bali yang berjumlah 171 orang.

Sampel yang digunakan berjumlah 45 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non probability sampling berupa purposive sampling dengan kriteria: (1) APIP Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota di Bali yang pernah melakukan reviu terhadap LPKD, dan (2) berperan sebagai ketua tim dalam tim reviu. Penentuan kriteria ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa APIP yang berperan sebagai ketua tim memiliki kemampuan untuk memimpin tim reviu dan bertanggung jawab dalam mengendalikan pelaksanaan reviu sejak tahap perencanaan sampai pelaporan sehingga memiliki persepsi yang lebih akurat mengenai variabel penelitian ini utamanya variabel kualitas reviu LKPD.

Data dikumpulkan dengan kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan regresi linier berganda. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas prosedur reviu, latar belakang pendidikan, tekanan waktu, dan anggaran dana reviu, sedangkan variabel terikatnya adalah kualitas reviu.

x

(11)

Hasil analisis menunjukkan bahwa prosedur reviu, latar belakang pendidikan, anggaran dana reviu berpengaruh positif pada kualitas reviu LKPD. Tekanan waktu berpengaruh negatif pada kualitas reviu LKPD. Nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa terdapat variabel lain selain variasi variabel prosedur reviu, latar belakang pendidikan, tekanan waktu, dan anggaran dana reviu dapat memengaruhi variasi variabel kualitas reviu laporan keuangan pemerintah daerah.

Hasil penelitian menunjukkan adanya tekanan waktu karena keterbatasan waktu penugasan dan kompleksitas tugas yang tinggi. Profil responden menunjukkan tingkat pendidikan yang belum memadai, sebagian besar APIP berlatar belakang pendidikan nonakuntansi. Untuk itu, Inspektorat Daerah diharapkan agar (1) menyusun dan mengoptimalkan pengaturan penugasan antara anggaran waktu dan kompleksitas tugas agar risiko penurunan kualitas reviu rendah; (2) mendorong motivasi APIP untuk senantiasa mengikuti pendidikan dan pelatihan reviu LKPD. Inspektorat Daerah dapat berkoordinasi dengan instansi pembina APIP baik Inspektorat Jenderal Departemen Dalam Negeri maupun Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Penelitian ini dipengaruhi oleh variabel lain, disarankan untuk penelitian selanjutnya agar menambah variabel lain seperti kompetensi, pelatihan formal, dan kecermatan profesional agar kualitas reviu LKPD tercapai.

xi

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

RINGKASAN ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 8

1.4.2 Manfaat Praktis ... 9

1.4.3 Manfaat Regulasi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Penetapan Tujuan ... 10

2.2 Reviu Laporan Keuangan ... 11

2.2.1 Konsep Dasar Reviu ... 15

2.2.2 Konsep Pelaksanaan Reviu atas LKPD... 16

2.2.2.1 Teknik Penelusuran Angka ... 16

2.2.2.2 Permintaan Keterangan ... 17

2.2.2.3 Prosedur Analitis ... 19

2.2.3 Kualitas Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 20

2.3 Tingkat Pendidikan ... 23

2.4 Tekanan Waktu ... 25

2.5 Anggaran Dana Reviu ... 26

2.6 Penelitian Terdahulu ... 28

BAB III RERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Rerangka Berpikir... 30

3.2. Rerangka Konsep ... 31

3.3. Hipotesis Penelitian ... 32

xii

(13)

3.3.1 Prosedur Reviu Pada Kualitas Hasil Reviu LKPD ... 32

3.3.2 Latar Belakang Pendidikan Pada Kualitas Reviu LKPD ... 33

3.3.3 Tekanan Waktu Pada Kualitas Reviu LKPD ... 34

3.3.4 Anggaran Dana Reviu Pada Kualitas Reviu LKPD ... 36

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 38

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

4.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 40

4.4 Sumber dan Jenis Data ... 40

4.5 Populasi dan Sampel ... 41

4.6 Variabel Penelitian ... 42

4.7 Instrumen Penelitian ... 46

4.8 Prosedur Penelitian ... 47

4.9 Analisis Data ... 48

4.9.1 Analisis Regresi Linier Berganda ... 48

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Responden ... 50

5.2 Uji Instrumen ... 52

5.3 Deskripsi Variabel Penelitian ... 53

5.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... 56

5.4.1 Uji Asumsi Klasik ... 56

5.4.2 Uji Hipotesis ... 58

5.5 Pembahasan ... 61

5.5.1 Pengaruh Prosedur Reviu Pada Kualitas Reviu LKPD ... 61

5.5.2 Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Pada Kualitas Reviu LKPD ... 62

5.5.3 Pengaruh Tekanan Waktu Pada Kualitas Reviu LKPD ... 63

5.5.4 Pengaruh Anggaran Dana Reviu Pada Kualitas Reviu LKPD 65 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... 66

6.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN

xii

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

4.1 Data Jumlah Aparat Pengawasan Intern (APIP) Inspektorat Daerah se-Bali Tahun

2015 ... 41

4.2 Operasional Variabel Penelitian ... 45 38 5.1 Penentuan Sampel Penelitian ... 50

5.2 Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner ... 51

5.3 Profil Responden ... 52

5.4 Statistik Deskriptif Data Penelitian ... 54

5.5 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 57

5.6 Hasil Uji F, Uji t, dan Koefisien Determinasi ... 59

xiii

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 3.1 Rerangka Berpikir Penelitian ... 31 3.2 Rerangka Konsep Penelitian... 32 4.1 Rancangan Penelitian ... 39

xiv

(16)

DAFTAR SINGKATAN

SINGKATAN

APIP : Aparat Pengawasan Intern Pemerintah BKD : Badan Kepegawaian Daerah

BPK : Badan Pemeriksa Keuangan

BPKP : Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan

JFP2UPD : Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintah daerah LK : Laporan Keuangan

LKPD : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

xv

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Lampiran 2. Tabulasi Data Responden

Lampiran 3. Rata-rata Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Lampiran 4. Uji Validitas Variabel Prosedur Reviu (X1)

Lampiran 5. Uji Validitas Variabel Tekanan Waktu (X2) Lampiran 6. Uji Validitas Variabel Kualitas Reviu (Y) Lampiran 7. Uji Reliabilitas Variabel Prosedur Reviu (X1) Lampiran 8. Uji Reliabilitas Variabel Tekanan Waktu (X3) Lampiran 9. Uji Reliabilitas Variabel Kualitas Reviu (Y) Lampiran 10. Deskripsi Data Penelitian

Lampiran 11. Frekuensi Jawaban Responden Lampiran 12. Statistik Deskripsi Data Uji Lampiran 13. Regresi Linier Berganda Lampiran 14. Uji Multikolinieritas Lampiran 15. Uji Heteroskedastisitas Lampiran 16. Uji Normalitas

Lampiran 17. Kuesioner

xvi

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Isu aktual yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure) atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pemerintah harus bisa menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu hak untuk tahu (right to know), hak untuk diberi informasi (right to be informed), dan hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened to). Akuntansi sektor publik memiliki peran yang sangat vital dalam memberikan informasi dan pengungkapan atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah untuk memfasilitasi terciptanya transparansi dan akuntabilitas publik (Mardiasmo, 2006).

Publik menuntut keterbukaan pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi. Pemerintah berkewajiban untuk memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik memerlukan informasi akuntansi yang salah satunya berupa laporan keuangan. Laporan

1

(19)

keuangan merupakan alat komunikasi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik. Laporan keuangan tersebut meliputi informasi yang digunakan untuk (a) membandingkan kinerja keuangan aktual dengan yang dianggarkan, (b) menilai kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi, (c) membantu menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang terkait dengan masalah keuangan dan ketentuan lainnya, serta (d) membantu dalam mengevaluasi tingkat efisiensi dan efektivitas (Mardiasmo, 2005). Laporan keuangan tersebut dihasilkan dari sebuah sistem akuntansi pemerintah baik pusat maupun daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, mewajibkan laporan keuangan direviu oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebelum diserahkan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk diaudit. Reviu atas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga dilakukan oleh Inspektorat Jenderal dan reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dilakukan oleh Inspektorat Daerah (Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota). Pelaksanaan reviu merupakan dasar dibuatnya surat pernyataan tanggung jawab (Statement of Responsibility) menteri/pimpinan lembaga/kepala daerah atas laporan keuangan instansinya.

Pedoman pelaksanaan reviu atas LKPD diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008, sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 menyebutkan bahwa reviu LKPD bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa LKPD disusun berdasarkan Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang memadai dan disajikan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Pentingnya pelaksanaan reviu menyebabkan peran

(20)

Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah menjadi semakin besar dan memiliki nilai yang sangat strategis untuk dapat mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel. Proses reviu menjadi krusial untuk dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan amanah peraturan perundang-undangan dan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang lebih baik.

Namun, Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2013 (IHPS II BPK Buku I hal. 9, 2014) khususnya pemeriksaaan kinerja atas pengelolaan audit dan reviu laporan keuangan oleh APIP belum memadai. BPK menyebutkan bahwa pengelolaan audit dan reviu laporan keuangan belum mencerminkan perencanaan audit yang cermat, pelaksanaan audit dan reviu yang tepat, dan pelaporan yang andal serta perbaikan kualitas audit dan reviu laporan keuangan yang berkelanjutan. Hal ini tercermin dari hasil pemeriksaan terhadap 108 LKPD tahun 2012, BPK memberikan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) atas 7 LKPD, opini wajar dengan pengecualian (WDP) atas 52 LKPD, opini tidak wajar (TW) atas 2 LKPD, dan opini tidak memberikan pendapat (TMP) atas 47 LKPD.

Perolehan opini WTP atas 7 LKPD ini sangat sedikit dibandingkan jumlah keseluruhan sebanyak 108 LKPD yang diperiksa BPK. Kelemahan dalam pedoman operasi dan sumber daya manusia menjadi faktor penyebab. Masalah sumber daya manusia yang disoroti BPK adalah masalah pemenuhan dan pengembangan sumber daya manusia APIP yang belum memadai baik jumlah maupun kompetensinya. Jumlah APIP yang ada kurang dari kebutuhannya.

Demikian halnya dengan pedoman operasional dalam bentuk petunjuk

(21)

pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) sebagai penjabaran dari standar audit/reviu belum dikembangkan APIP secara optimal untuk mendukung pelaksanaan audit/reviu di lapangan. Oleh karena itu, pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah harus menjadi fokus utama pimpinan dan para APIP Inspektorat agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal.

Fenomena belum optimalnya fungsi APIP Inspektorat mengandung arti bahwa reviu yang dilakukan oleh APIP terhadap informasi LKPD sebelum diserahkan kepada BPK belum menyentuh permasalahan yang mendasar yakni masalah tata kelola aset dan keuangan. Hal tersebut terlihat dari: 1) aset tetap yang belum dilakukan inventarisasi dan penilaian, 2) penatausahaan kas yang tidak sesuai dengan ketentuan, 3) penyertaan modal belum disajikan dengan menggunakan metode ekuitas, 4) saldo dana bergulir belum disajikan dengan metode nilai bersih yang dapat direalisasikan, 5) penatausahaan persediaan tidak memadai, 6) pelaksanaan belanja modal tidak sesuai dengan ketentuan, 7) kelemahan pengelolaan yang material pada akun aset tetap, kas, piutang, persediaan, investasi permanen dan non permanen, aset lainnya, belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal (IHPS II BPK Buku I hal. 31, 2014).

Sehingga saat LKPD diperiksa BPK, kesalahan-kesalahan material yang memengaruhi kewajaran informasi dalam LKPD masih ditemukan. Kondisi ini terjadi karena waktu pelaksanaan reviu yang singkat dan jumlah serta kompetensi sumber daya manusia APIP masih kurang.

(22)

Arnes (2008) menyebutkan bahwa salah satu faktor penyebab buruknya kualitas laporan keuangan daerah adalah karena masih rendahnya peran Inspektorat dalam melakukan fungsi pengawasannya sehingga laporan keuangan tidak memiliki kualitas yang baik sebelum diperiksa oleh BPK. Peran APIP masih terbatas dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan keuangan daerah. APIP belum melakukan pengawasan secara terus-menerus sejak proses penyusunan, pelaksanaan, dan pelaporan anggaran. Padahal keberadaan APIP merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pemerintahan daerah karena merupakan lini terdepan dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan dan sebagai deteksi awal jika terjadi penyimpangan.

Kesalahan dalam penyajian LKPD diharapkan dapat dikurangi dengan adanya reviu. Reviu yang berkualitas akan dapat meningkatkan kualitas informasi yang disajikan dalam LKPD. De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi dengan pengetahuan dan keahliannya. Berdasarkan pengertian tentang kualitas audit tersebut maka yang dimaksud kualitas reviu adalah kemampuan APIP untuk menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi dengan pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya. Russel (2000) dalam Simanjuntak (2008), menyebutkan bahwa kualitas audit merupakan fungsi jaminan kualitas tersebut akan digunakan untuk membandingkan kondisi yang sebenarnya dengan yang seharusnya, demikian halnya dalam reviu.

(23)

Tuntutan reviu yang berkualitas dengan waktu yang terbatas merupakan tekanan tersendiri bagi APIP. Situasi seperti ini merupakan tantangan tersendiri bagi APIP karena dalam kompleksitas tugas yang semakin tinggi dan waktu yang terbatas, mereka dituntut untuk menghasilkan reviu yang berkualitas. Selain kendala terbatasnya waktu pelaksanaan reviu LKPD, salah satu faktor penting dalam mencapai tujuan reviu adalah dukungan anggaran dana reviu. Pada praktiknya, anggaran dana reviu ini masih minim jika dibandingkan dengan kompleksitas reviu yang pada akhirnya akan turut memengaruhi kualitas reviu APIP.

Secara teknis reviu berbeda dengan audit operasional yang biasa dilakukan oleh APIP Inspektorat. Namun, baik reviu maupun audit keduanya memerlukan keahlian khusus di bidang akuntansi. Pemahaman akuntansi dapat diperoleh melalui jenjang pendidikan formal maupun nonformal seperti pelatihan dan kursus singkat. APIP yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi akan lebih mudah memahami akuntansi pemerintahan maupun SAP. Sementara pelatihan akuntansi dapat membantu APIP yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda untuk memahami SAP.

Uraian di atas menunjukkan bahwa reviu atas LKPD yang dilaksanakan oleh Inspektorat memiliki peran besar dalam membantu mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan, dan akuntabel, melalui pengawasan keuangan daerah yang berkualitas. Reviu merupakan komponen penting dari sistem peringatan dini (early warning system) yang diharapkan mampu mengurangi kekeliruan dalam menyajikan informasi keuangan. Terbitnya

(24)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 diharapkan dapat menjadi salah satu kekuatan bagi Inspektorat untuk membantu penyajian informasi keuangan yang jujur. Namun sayangnya meskipun peraturan ini telah diberlakukan sejak tahun 2008, Inspektorat sebagai instansi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan reviu laporan keuangan dipandang belum sepenuhnya mampu menjalankan perannya sebagaimana yang diharapkan oleh peraturan perundang-undangan yang ada.

Inspektorat selaku APIP yang diberikan wewenang untuk melaksanakan reviu memiliki tantangan besar untuk menghasilkan LKPD yang berkualitas tentunya harus didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten, prasarana dan sarana yang memadai, anggaran biaya, serta adanya petunjuk teknis (juknis) yang memuat prosedur pelaksanan reviu. Kondisi ini cukup beralasan agar hasil reviu dapat memberikan informasi bahwa LKPD telah disusun sesuai dengan SAP. Uraian tersebut menunjukkan banyak faktor yang menentukan kualitas reviu. Fenomena belum memadainya kualitas reviu tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kualitas reviu Inspektorat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat diketahui bahwa prosedur reviu, latar belakang pendidikan APIP, tekanan waktu (time pressure), dan ketersediaan anggaran dana reviu diperkirakan sebagai faktor penyebab kualitas

(25)

hasil reviu LKPD oleh Inspektorat belum memadai. Untuk itu masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Apakah prosedur reviu berpengaruh pada kualitas reviu LKPD?

2) Apakah latar belakang pendidikan berpengaruh pada kualitas reviu LKPD?

3) Apakah tekanan waktu (time pressure) berpengaruh pada kualitas reviu LKPD?

4) Apakah anggaran dana reviu berpengaruh pada kualitas reviu LKPD?

1.3 Tujuan Penelitian

Konsisten dengan uraian dalam latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1) Menguji pengaruh prosedur reviu pada kualitas reviu LKPD.

2) Menguji pengaruh latar belakang pendidikan pada kualitas reviu LKPD.

3) Menguji pengaruh tekanan waktu (time pressure) pada kualitas reviu LKPD.

4) Menguji pengaruh anggaran dana reviu pada kualitas reviu LKPD.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini mendukung teori penetapan tujuan (goal setting theory) terkait dengan pelaksanaan reviu LKPD oleh APIP. Variabel prosedur reviu, latar belakang pendidikan, tekanan waktu, dan anggaran dana reviu dapat memengaruhi usaha APIP untuk mencapai kualitas reviu LKPD.

(26)

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi pemegang kebijakan, dalam hal ini pemerintah daerah, dapat memberikan dasar untuk mengambil langkah penting yakni pemberian anggaran dana reviu yang memadai agar pelaksanaan reviu atas LKPD oleh Inspektorat menjadi lebih berkualitas.

2) Bagi Inspektorat, penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas reviu Inspektorat, bahwa prosedur reviu, latar belakang pendidikan, tekanan waktu, dan anggaran dana reviu adalah faktor-faktor penting yang perlu mendapat perhatian khusus agar reviu dapat terlaksana sesuai dengan peraturan yang ada.

1.4.3 Manfaat Regulasi

Bagi pemegang kebijakan, dalam hal ini pemerintah daerah dapat menyusun peraturan kepala daerah yang memuat petunjuk pelaksanaan/teknis reviu LKPD sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Penetapan Tujuan

Teori penetapan tujuan (goal setting theory) adalah proses kognitif membangun tujuan dan merupakan determinan perilaku. Tujuan yang disadari akan menghasilkan tingkat prestasi yang lebih tinggi jika seseorang menerima tujuan tersebut (Locke, 1975 dalam Gibson et al., 1985). Sifat kognitif (proses mental) menurut (Locke, 1975 dalam Pinder, 1984) mencakup 4 (empat) hal berikut ini:

1) Keterincian tujuan, tujuan spesifik berkaitan dengan tingkat presisi kuantitatif tujuan tersebut (goal specificity).

2) Kesukaran tujuan, tingkat keahlian yang dibutuhkan (goal difficulty).

3) Intensitas tujuan, proses menentukan pencapaian tujuan (goal intensity).

4) Kadar usaha untuk mencapai tujuan (goal commitment).

Banyak penelitian menunjukkan bahwa tujuan spesifik dan kesukaran tujuan menjadi pertimbangan penting. Tujuan rinci/spesifik mengarah pada hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tujuan yang bersifat umum, karena tujuan tersebut memberikan kejelasan bagi individu berkaitan dengan apa yang seharusnya dikerjakan. Penetapan tujuan yang bersifat spesifik akan mendorong peningkatan prestasi. Demikian pula dengan tingkat kesulitan tujuan, semakin sulit tujuan, semakin tinggi pula tingkat prestasi. Namun hal tersebut terjadi ketika tujuan diterima atau disepakati (goal acceptance).

10

(28)

Penelitian ini menggunakan teori penetapan tujuan sebagai dasar untuk menjelaskan variasi perilaku individu dalam hal ini Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) terhadap penetapan tujuan tercapainya kualitas reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).

2.2 Reviu Laporan Keuangan

Lampiran I Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 menjelaskan Reviu adalah prosedur penelusuran angka-angka dalam laporan keuangan, permintaan keterangan, dan analitik yang harus menjadi dasar memadai bagi Inspektorat untuk memperoleh keyakinan terbatas bahwa tidak ada modifikasi material yang harus dilakukan atas Laporan Keuangan (LK) agar LK tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Keyakinan terbatas tersebut karena dalam reviu tidak dilakukan pengujian atas kebenaran substansi dokumen sumber. Pada praktiknya, pelaksanaan kegiatan reviu seringkali memiliki persamaan dengan pelaksanaan kegiatan audit. Untuk menghindari hal tersebut, maka perlu diberikan batasan-batasan yang membedakan antara kegiatan reviu dengan kegiatan audit.

Berbeda dengan Audit, reviu tidak mencakup pengujian terhadap Sistem Pengendalian Intern (SPI), catatan akuntansi, dan pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan melalui perolehan bahan bukti, serta prosedur lainnya seperti yang dilaksanakan dalam suatu audit. Sebagai contoh, dalam hal pengadaan barang modal yang nilainya material, proses reviu hanya meyakinkan bahwa pengadaan barang telah dicatat dalam aktiva tetap, sedangkan dalam audit,

(29)

harus dilakukan pengujian bahwa prosedur pengadaan barang tersebut telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Perbedaan juga dapat dilihat berdasarkan tujuan audit yaitu untuk memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat mengenai LK secara keseluruhan, sedangkan tujuan reviu hanya sebatas memberikan keyakinan mengenai akurasi, keandalan, keabsahan informasi yang disajikan dalam LK.

Reviu tidak mencakup suatu pengujian atas kebenaran substansi dokumen sumber seperti perjanjian kontrak pengadaan barang/jasa, bukti pembayaran/kuitansi, serta berita acara fisik atas pengadaan barang/jasa, dan prosedur lainnya yang biasanya dilaksanakan dalam sebuah audit.

Berikut merupakan beberapa pendapat mengenai pengertian reviu yaitu:

1) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)

Reviu adalah pelaksanaan prosedur permintaan keterangan dan analisis yang menghasilkan dasar memadai bagi akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa tidak ada modifikasi material yang harus dilakukan atas LK agar LK tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia atau sesuai dengan basis akuntansi komprehensif yang lain. Reviu tidak mencakup suatu pemahaman atas pengendalian intern, pengujian atas catatan akuntansi, dan pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan dengan cara pemerolehan bahan bukti dan prosedur tertentu lainnya yang biasanya dilaksanakan dalam suatu audit.

(30)

2) Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-44/PBI/2006

Reviu adalah prosedur penelusuran angka-angka dalam laporan keuangan, permintaan keterangan, dan analitik yang harus menjadi dasar memadai bagi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) untuk memberi keyakinan terbatas bahwa tidak ada modifikasi material yang harus dilakukan atas LK agar LK tersebut sesuai dengan SAP.

3) Pasal 33 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah

Reviu yang dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 dimaksudkan untuk memberikan keyakinan terbatas atas LK dalam rangka pernyataan tanggung jawab (statement of responsibility) atas LK tersebut.

Pernyataan tanggung jawab menyatakan bahwa LK telah disusun berdasarkan SPI yang memadai dan sesuai dengan SAP.

Reviu yang akan dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 harus meliputi reviu atas SPI dan kesesuaian dengan SAP. Namun, SPI yang direviu dibatasi pada pengendalian yang berkaitan dengan penyusunan LK.

4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) adalah prosedur penelusuran angka-angka, permintaan keterangan, dan analitis yang harus menjadi dasar memadai bagi Inspektorat untuk memberi keyakinan terbatas atas LK bahwa tidak ada modifikasi material yang harus dilakukan atas LK

(31)

agar LK tersebut disajikan berdasarkan SPI yang memadai dan sesuai dengan SAP.

Tujuan reviu atas LKPD untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa LKPD disusun berdasarkan SPI yang memadai dan disajikan sesuai dengan SAP.

5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 41/PMK.09/2010 tentang Standar Reviu atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga

Reviu adalah penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan penyajian Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LK K/L) oleh auditor aparat pengawasan internal K/L yang kompeten untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa akuntansi telah diselenggarakan berdasarkan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan LK K/L telah disajikan sesuai dengan SAP, dalam upaya membantu Menteri/Pimpinan Lembaga untuk menghasilkan LK K/L yang berkualitas.

Tujuan reviu adalah untuk meyakinkan keandalan informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan

6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 8/PMK.09/2015 tentang Standar Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Reviu adalah penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) oleh Inspektorat untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa akuntansi telah diselenggarakan berdasarkan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) dan LKPD telah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dalam upaya membantu Kepala Daerah untuk menghasilkan LKPD yang berkualitas.

(32)

2.2.1 Konsep Dasar Reviu

Kuntadi (2009) menguraikan beberapa konsep dasar Reviu sebagai berikut:

1) Reviu dilaksanakan secara paralel dengan penyusunan LKPD (pasal 13 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008). Reviu paralel dimaksudkan untuk memperoleh informasi tepat waktu agar koreksi dapat dilakukan segera. Laporan keuangan yang disajikan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) diajukan kepada Kepala Daerah sudah mengakomodasi hasil reviu APIP.

2) Reviu tertuju pada hal-hal penting yang memengaruhi LK, namun tidak memberikan keyakinan akan semua hal penting yang akan terungkap melalui suatu audit. Reviu memberikan keyakinan bagi APIP bahwa tidak ada modifikasi (koreksi penyesuaian) material yang harus dilakukan atas LK agar LK yang direviu sesuai dengan SAP, baik pengakuan, penilaian, pengungkapan dan sebagainya.

3) Reviu tidak memberikan dasar untuk menyatakan suatu pendapat (opini) seperti halnya dalam audit, meskipun reviu mencakup suatu pemahaman atas pengendalian intern secara terbatas.

4) Selama reviu, tidak dilakukan pengujian terhadap kebenaran substansi dokumen sumber seperti perjanjian kontrak pengadaan barang dan jasa, bukti pembayaran, kuitansi, dan berita acara fisik atas pengadaan barang dan jasa.

(33)

5) Reviu dapat mengarahkan perhatian APIP kepada hal-hal penting yang memengaruhi LK, namun tidak memberikan keyakinan bahwa APIP akan mengetahui semua hal penting yang akan terungkap melalui suatu audit.

2.2.2 Konsep Pelaksanaan Reviu atas LKPD (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008)

Pelaksanaan reviu dilakukan oleh tim secara paralel dengan penyusunan LKPD. Reviu tersebut dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Kegiatan-kegiatan dalam proses pelaksanaan tersebut merupakan prosedur reviu yang harus dilakukan meliputi penelusuran angka, permintaan keterangan, dan prosedur analitis. Sebelum ketiga kegiatan tersebut dilaksanakan, dilakukan persiapan berupa pengumpulan informasi keuangan, LK yang telah diaudit pada tahun lalu, laporan bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan, kebijakan akuntansi yang telah ditetapkan serta informasi lain yang diperlukan. Kemudian dilanjutkan dengan pembentukan tim reviu yang mempunyai kemampuan teknis yang memadai.

2.2.2.1 Teknik Penelusuran Angka

Tim reviu perlu menelusuri angka-angka yang disajikan dalam LK ke buku atau catatan-catatan yang digunakan untuk meyakini bahwa angka-angka tersebut benar. Pelaksanaan teknik penelusuran angka dapat dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

(34)

1) Menelusuri angka LK konsolidasi yang telah disajikan menurut SAP pada LK konsolidasi yang belum dikonversi (yang menggunakan struktur Permendagri No. 13/2006).

2) Menelusuri angka LK konsolidasi pada kertas kerja konsolidasi, khususnya angka-angka yang dihasilkan dalam proses eliminasi dan penggabungan dari neraca saldo–neraca saldo yang bersumber dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).

3) Menelusuri angka-angka neraca saldo pada buku besar yang ada di masing- masing entitas akuntansi. Tahapan ini tidak selalu dilakukan untuk semua entitas akuntansi. Berdasarkan pertimbangan penilaian risiko yang telah dilakukan pada saat perencanaan, dipilih beberapa neraca saldo yang perlu ditelusuri angka-angkanya pada saldo buku besar yang bersangkutan.

2.2.2.2 Permintaan Keterangan

Permintaan keterangan dilakukan jika dalam proses penelusuran angka terdapat hal-hal yang perlu dikonfirmasikan kepada PPKD atau Kepala SKPD.

Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan oleh tim reviu dalam melakukan permintaan keterangan adalah:

1) Sifat dan materialitas suatu pos;

a) Kemungkinan salah saji;

b) Pengetahuan yang diperoleh selama persiapan reviu;

2) Pernyataan tentang kualifikasi para personel bagian akuntansi entitas tersebut;

3) Seberapa jauh pos tertentu dipengaruhi oleh pertimbangan manajemen;

(35)

4) Ketidakcukupan data keuangan entitas yang mendasar;

5) Ketidaklengkapan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

Permintaan keterangan meliputi antara lain:

1) Kesesuaian antara sistem akuntansi dan pelaporan keuangan yang diterapkan oleh entitas tersebut dengan peraturan yang berlaku;

2) Kebijakan dan metode akuntansi yang diterapkan oleh entitas yang bersangkutan;

3) Prosedur pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran transaksi serta penghimpunan informasi untuk diungkapkan dalam LK;

4) Keputusan yang diambil oleh pimpinan entitas pelaporan/pejabat keuangan yang mungkin dapat memengaruhi LK;

5) Memeroleh informasi dari audit atau reviu atas LK periode sebelumnya;

6) Personel yang bertanggung jawab terhadap akuntansi dan pelaporan keuangan mengenai:

a. Apakah pelaksanaan anggaran telah dilaksanakan sesuai SPI yang memadai;

b Apakah LK telah disusun dan disajikan sesuai dengan SAP;

c. Apakah terdapat perubahan kebijakan akuntansi pada entitas pelaporan tersebut;

d. Apakah ada masalah yang timbul dalam implementasi SAP dan pelaksanaan sistem akuntansi;

e. Apakah terdapat kejadian setelah tanggal neraca yang berpengaruh secara material terhadap laporan keuangan.

(36)

2.2.2.3 Prosedur Analitis

Prosedur Analitis dirancang untuk mengidentifikasi adanya hubungan antar akun dan kejadian yang tidak biasa serta tidak sesuai SAP. Analisis yang dilakukan adalah menilai kewajaran saldo dan rincian LK, kesesuaian dan keterkaitan antar komponen LK yang satu dengan komponen lainnya. Prosedur ini harus dirancang oleh Inspektorat dengan memertimbangkan hasil reviu SPI. Hal ini dilakukan agar reviu kesesuaian dengan SAP dapat terarah pada komponen LK dan akun-akun yang lemah pengendaliannya. Dengan demikian Inspektorat dapat lebih memerdalam materi reviunya, serta memertimbangkan jenis-jenis masalah yang membutuhkan penyesuaian, seperti terjadinya peristiwa luar biasa dan perubahan kebijakan akuntansi. Contoh hubungan antar komponen laporan keuangan atau lampirannya dalam Prosedur Analitis, antara lain:

1) Hubungan antara penambahan Aktiva Tetap dalam Neraca dengan Realisasi Belanja Modal dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

2) Hubungan antara laporan/daftar aktiva tetap yang dibuat oleh Bagian Akuntansi dengan Bagian Umum/Pengelola Barang/Aset;

3) Menganalisis LK untuk menentukan apakah LK sesuai dengan SAP;

4) Memeroleh laporan dari Inspektorat/APIP lain, jika ada yang telah melakukan audit atau reviu atas LK tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk meyakini kesesuaian jumlah saldo awal pada neraca.

Penelaahan lebih lanjut setelah melakukan Prosedur Analitis tersebut di atas dapat dilakukan dengan melihat kesesuaian antara angka-angka yang disajikan dalam LK terhadap buku besar, buku pembantu, catatan, dan laporan lain yang

(37)

digunakan dalam sistem akuntansi di lingkungan pemerintah daerah yang bersangkutan.

2.2.3 Kualitas Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

LK akan berguna (usefull) apabila LK tersebut memenuhi standar kualitatif. Karakteristik kualitatif LK sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan adalah:

1) Relevan, yaitu informasi yang termuat di dalamnya dapat memengaruhi keputusan penguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi masa depan, serta mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi LK yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya Informasi yang relevan memiliki unsur-unsur: (1) manfaat umpan balik (feedback value), (2) manfaat prediktif (predictive value), (3) tepat waktu (timelines), dan (4) lengkap.

2) Andal, yaitu informasi dalam LK bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal harus memenuhi karakteristik: (1) penyajian jujur, (2) dapat diverifikasi (verifiability), dan (3) netralitas.

3) Dapat dibandingkan, informasi yang termuat dalam LK akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan LK periode sebelumnya atau LK entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan

(38)

eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.

4) Dapat dipahami, informasi yang disajikan dalam LK dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

Berdasarkan karakteristik kualitatif LK menurut SAP yang diuraikan di atas, maka hasil reviu LKPD yang berkualitas haruslah memenuhi kriteria tepat waktu (timeliness), lengkap (disclosure), dan informatif sehingga tujuan reviu dapat tercapai. De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi dengan pengetahuan dan keahliannya. Berdasarkan pengertian tentang kualitas audit tersebut maka kualitas reviu juga harus menunjukkan kemampuan APIP untuk menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi dengan pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor:

(39)

8/PMK.09/2015 tentang Standar Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, apabila APIP menemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/atau kesalahan dalam penyajian laporan keuangan, maka APIP harus memberikan rekomendasi kepada entitas akuntansi dan/atau entitas pelaporan untuk segera melakukan penyesuaian dan/atau koreksi atas kelemahan dan/atau kesalahan tersebut secara berjenjang. Russel (2000) dalam Simanjuntak (2008), menyebutkan bahwa kualitas audit merupakan fungsi jaminan kualitas tersebut akan digunakan untuk membandingkan kondisi yang sebenarnya dengan yang seharusnya. Kualitas reviu akan menjamin tercapainya tujuan reviu yakni memberikan keyakinan terbatas bahwa LKPD disusun berdasarkan SPI yang memadai dan disajikan sesuai dengan SAP.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 8/PMK.09/2015 tentang Standar Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa kualitas pelaksanaan reviu harus memenuhi kriteria:

1) Reviu dilaksanakan bersamaan atau sepanjang pelaksanaan anggaran dan penyusunan LKPD sesuai periode triwulan (3 bulan) dan prognosis/semester (6 bulan).

2) Reviu dilaksanakan oleh tim reviu yang secara kolektif harus memenuhi kompetensi: (1) memahami SAP; (2) memahami SAPD; (3) memahami proses bisnis atau kegiatan pokok entitas yang direviu; (4) memahami dasar-dasar audit; (5) memahami teknik komunikasi; dan (5) memahami analisis basis data.

3) Reviu dilaksanakan dalam 3 tahap meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan reviu.

(40)

4) Pereviu harus menyusun Kertas Kerja Reviu (KKR) sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan reviu yang menjelaskan mengenai: (1) pihak yang melakukan reviu; (2) entitas yang direviu; (3) aktifitas penyelenggaraan akuntansi dan komponen LKPD (LRA, LPSAL, Neraca, LO, LAK, LPE, CaLK) yang direviu.

5) Penyusunan KKR dilakukan pada saat pelaksanaan reviu dan dilakukan reviu secara berjenjang menurut peran dalam tim reviu.

6) Pelaporan reviu harus mengungkapkan tujuan dan alasan pelaksanaan reviu, prosedur reviu yang dilakukan, masalah yang terjadi dalam penyusunan dan penyajian LK, langkah perbaikan yang disepakati, koreksi/penyesuaian yang telah dilakukan, dan rekomendasi dalam KKR yang tidak atau belum dilaksanakan.

2.3 Tingkat Pendidikan

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Peraturan ini juga mendefinisikan tentang jenjang/tingkat pendidikan, yaitu tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,

(41)

tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan tersebut adalah:

1) Pasal 17 ayat (2), menyebutkan bahwa jenjang pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

2) Pasal 18 ayat (3) menyebutkan jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

3) Pasal 19 ayat (1) menyebutkan jenjang pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

PER/05/M.PAN/03/2008 Tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah menyebutkan bahwa auditor harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal strata satu (S1) atau yang setara. Agar tercipta kinerja audit yang baik maka APIP harus mempunyai kriteria tertentu dari auditor yang diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor, dan untuk mengembangkan teknik dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP. Untuk itu APIP juga harus mengidentifikasi keahlian yang belum tersedia dan mengusulkannya sebagai

(42)

bagian dari proses rekrutmen. Lampiran 2 paragraf 11 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyebutkan bahwa pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan keuangan harus memiliki keahlian di bidang akuntansi dan auditing, serta memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa. Dengan demikian, peraturan yang ada mensyaratkan APIP Inspektorat berlatar belakang pendidikan akuntansi. Pemahaman akuntansi dapat diperoleh melalui jenjang pendidikan formal maupun nonformal seperti pelatihan dan kursus singkat. APIP yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi akan lebih mudah memahami akuntansi pemerintahan maupun SAP karena mereka telah memiliki ilmu dasar tentang akuntansi.

2.4 Tekanan Waktu (Time Pressure)

Tuntutan reviu LK yang berkualitas dengan anggaran waktu terbatas tentu saja merupakan tekanan tersendiri bagi APIP. Riset Coram et.al (2004:6) menunjukkan terdapat penurunan kualitas audit pada auditor yang mengalami tekanan dikarenakan anggaran waktu yang sangat ketat. Situasi seperti ini merupakan tantangan tersendiri bagi APIP, karena dalam kompleksitas tugas yang semakin tinggi dan anggaran waktu yang terbatas, mereka dituntut untuk menghasilkan laporan reviu yang berkualitas. Kualitas kinerja seseorang akan sangat dipengaruhi oleh tekanan atau tuntutan tugas yang dihadapi (Simanjuntak, 2008).

APIP seringkali bekerja dalam keterbatasan waktu, untuk itu setiap Inspektorat perlu membuat anggaran waktu dalam kegiatan reviu. Anggaran

(43)

waktu merupakan hal yang sangat penting karena menyediakan dasar untuk memperkirakan biaya audit, pengalokasian staf ke dalam pekerjaan audit, dan sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja auditor (Basuki dkk., 2006). Demikian halnya dalam kegiatan reviu. Anggaran waktu berfungsi untuk menentukan biaya reviu, pengalokasian personil ke dalam tim reviu dan sebagai dasar untuk mengukur kinerja APIP.

Time Pressure memiliki dua dimensi yaitu time budget pressure (keadaan dimana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun, atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat) dan time deadline pressure (kondisi dimana auditor dituntut untuk menyelesaikan tugas audit tepat pada waktunya) (Herningsih, 2001). Keberadaan time pressure ini memaksa APIP untuk menyelesaikan tugas secepatnya/sesuai dengan anggaran waktu yang telah ditetapkan. Pelaksanaan reviu seperti ini tentu saja tidak akan sama hasilnya bila reviu dilakukan dalam kondisi tanpa time pressure. Agar menepati anggaran waktu yang telah ditetapkan, ada kemungkinan bagi APIP untuk melakukan pengabaian terhadap prosedur reviu.

2.5 Anggaran Dana Reviu

Governmental Accounting Standard Board menyatakan bahwa anggaran merupakan rencana operasi keuangan yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu. Menurut Mardiasmo (2002), anggaran adalah pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu

(44)

yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Dengan demikian, setiap organisasi perlu proses perencanaan dalam menyiapkan anggaran karena proses tersebut sangat penting untuk mendukung pelaksanaan kegiatannya selama satu tahun anggaran dan dalam pelaksanaannya harus efisien, efektif, dan ekonomis serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut Epstein (2001), anggaran memiliki beberapa fungsi:

1) Alat perencanaan, anggaran berfungsi merencanakan sumber daya yang dibutuhkan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adanya anggaran diharapkan dapat membantu pihak manajemen dalam menentukan keberlangsungan organisasi. Anggaran harus mencerminkan prioritas rencana kerja yang akan dilakukan pemerintah.

2) Alat koordinasi, anggaran berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan koordinasi dan komunikasi yang efektif untuk mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi.

3) Alat evaluasi, anggaran yang telah disusun dijadikan sebagai tolok ukur dalam pencapaian target anggaran, efisiensi pelaksanaan, dan kesesuaiannya dengan rencana.

4) Alat motivasi, anggaran sebagai acuan agar pengelolaannya dilakukan secara efisien, efektif, dan ekonomis.

Pada instansi pemerintah, jumlah anggaran yang diperuntukkan dalam satu periode, instansi harus mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik dengan biaya yang efisien. Anggaran khusus pelaksanaan kegiatan reviu LKPD menjadi salah satu faktor penting dalam mencapai tujuan reviu itu sendiri.

(45)

2.6 Penelitian Terdahulu

Sampai saat ini sepengetahuan peneliti, penelitian empiris yang secara khusus meneliti faktor-faktor yang memengaruhi kualitas reviu LKPD masih terbatas. Terdapat beberapa penelitian terkait dengan pelaksanaan reviu LKPD dapat peneliti jadikan bahan rujukan untuk penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut adalah:

1) Dona (2013) melakukan penelitian terhadap evaluasi pelaksanaan reviu atas LKPD. Evaluasi dilakukan terhadap 3 (tiga) indikator reviu yaitu perencanaan, pelaksanaan (kesesuaian dengan SAP), dan pelaporan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan reviu di Pemerintah Kota Payakumbuh belum dapat mencapai derajat kesesuaian sebesar 100%.

2) Amirullah dkk. (2010) meneliti pengaruh kompetensi auditor dan komitmen organisasi pada pelaksanaan reviu LK di Inspektorat Aceh. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa kompetensi auditor dan komitmen organisasi berpengaruh baik secara simultan maupun parsial terhadap pelaksanaan reviu LK di Inspektorat Aceh

3) Mulyono (2009) menguji pengaruh variabel latar belakang pendidikan pemeriksa, kompetensi teknis, sertifikasi jabatan, pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja Inspektorat Kabupaten Dili Serdang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara simultan latar belakang pendidikan pemeriksa, kompetensi teknik, sertifikasi jabatan, dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat. Secara parsial latar belakang pendidikan pemeriksa memiliki pengaruh paling kecil.

(46)

4) Batubara (2008) meneliti pengaruh latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan independensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil penelitian menunjukkan latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan, dan independensi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Secara parsial latar belakang pendidikan tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

5) Prasita dan Adi (2007) meneliti pengaruh pengaruh kompleksitas audit dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit dengan moderasi pemahaman terhadap sistem informasi. Hasil penelitian menunjukkan tekanan anggaran waktu memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kualitas audit.

6) Basuki dan Mahardani (2006) meneliti pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap perilaku disfungsional auditor dan kualitas audit pada kantor akuntan publik di Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan anggaran waktu tidak memiliki pengaruh negatif yang signifikan secara langsung terhadap kualitas audit.

7) Sososutikno (2005) meneliti hubungan tekanan anggaran waktu dengan perilaku disfungsional serta pengaruhnya terhadap kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan anggaran waktu secara langsung tidak memiliki hubungan negatif terhadap kualitas audit, karena tekanan anggran waktu yang diusulkan pada tingkat tertentu dapat memengaruhi kualitas audit dan dapat pula tidak memengaruhi kualitas audit.

(47)

BAB III

RERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Rerangka Berpikir

Salah satu bentuk kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat baik provinsi maupun kabupaten/kota saat ini adalah mereviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bahwa Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) pada Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah melakukan reviu atas Laporan Keuangan (LK) dan Kinerja dalam rangka meyakinkan keandalan informasi yang disajikan sebelum disampaikan oleh Menteri/Pimpinan/Lembaga/

Gubernur/Bupati/Walikota kepada pihak-pihak sebagaimana diatur dalam Pasal 8 dan Pasal 11. Pihak-pihak yang dimaksud dalam pasal 8 dan pasal 11 tersebut antara lain adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Reviu atas LKPD adalah pelaksanaan prosedur penelusuran angka-angka, analitis, dan permintaan keterangan yang harus menjadi dasar memadai bagi Inspektorat untuk memberi keyakinan terbatas atas LK bahwa tidak ada modifikasi material yang harus dilakukan atas LK agar LK tersebut disajikan berdasarkan Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang memadai dan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Adapun rerangka berpikir penelitian ini dapat ditunjukkan pada Gambar 3.1.

30

(48)

Gambar 3.1 Rerangka Berpikir Penelitian

3.2 Rerangka Konsep

Konsep ini bertujuan untuk memberikan batasan bidang penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan rerangka berpikir penelitian ini, dapat disusun rerangka konsep penelitian untuk melihat hubungan-hubungan antar variabel penelitian seperti Gambar 3.2

Kajian Teoritis dan Pustaka

 Teori Penetapan Tujuan

 Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006

 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 4 Tahun 2008

Kajian Empiris 1. Setria Dona (2013) 2. Amirullah, dkk. (2010) 3. Kuswarini (2010) 4. Mulyono (2009) 5. Batubara (2008) 6. Prasita dan Adi (2007) 7. Basuki dan Mahardani

(2006)

8. Sososutikno (2005) Rumusan Masalah

Pengujian Statistik Hipotesis

Tesis

(49)

Gambar 3.2 Rerangka Konsep Penelitian

3.3 Hipotesis Penelitian

Pada bagian ini diuraikan mengenai hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas rumusan masalah yang memerlukan pengujian secara empiris.

3.3.1 Prosedur Reviu Pada Kualitas Reviu LKPD

Prosedur adalah metode atau teknik yang digunakan oleh auditor untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang mencukupi dan kompeten. Hal ini menurut teori penetapan tujuan (Locke, 1975 dalam Pinder, 1984), merupakan intensitas tujuan (goal intensity) yakni proses menentukan pencapaian suatu tujuan. Prosedur reviu sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 adalah penelusuran angka, permintaan keterangan, dan prosedur analitis. Prosedur reviu harus diungkapkan secara jelas agar anggota tim reviu mengerti langkah-langkah yang harus dilakukan. Tanpa prosedur reviu maka kualitas hasil reviu belum dapat memberikan informasi bahwa LKPD telah disusun berdasarkan SPI yang memadai dan sesuai dengan SAP.

H1: Prosedur reviu berpengaruh positif pada kualitas reviu LKPD.

Prosedur Reviu (X1)

Latar Belakang Pendidikan (X2)

Tekanan Waktu (X3)

Kualitas Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

(Y)

Anggaran Dana Reviu (X4)

+

+

+

(50)

3.3.2 Latar Belakang Pendidikan Pada Kualitas Reviu LKPD

Teori penetapan tujuan (Locke, 1975 dalam Pinder, 1984) menyebutkan bahwa untuk mencapai suatu tujuan dengan kesulitan tertentu (goal difficulty) dibutuhkan keahlian tertentu pula. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah menyebutkan bahwa auditor harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal strata satu (S1) atau yang setara. Lampiran 2 paragraf 11 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyebutkan bahwa pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan keuangan harus memiliki keahlian di bidang akuntansi dan auditing, serta memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa. Namun dalam praktiknya peraturan tersebut dirasakan masih belum maksimal mengingat masih minimnya sumber daya manusia yang kompeten di bidang pemeriksaan (audit dan reviu), sehingga tidak hanya yang berlatar pendidikan auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan, dan komunikasi yang melaksanakan tugas pemeriksaan melainkan latar belakang pendidikan sosial, teknik, bahkan farmasi dapat melaksanakan tugas dan fungsi sebagai aparat pengawas internal pemerintah.

Pemahaman akuntansi dapat diperoleh melalui jenjang pendidikan formal maupun nonformal seperti pelatihan dan kursus singkat. APIP yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi akan lebih mudah memahami akuntansi pemerintahan maupun SAP karena mereka telah memiliki ilmu dasar tentang akuntansi. Mulyono (2009) melakukan pengujian terhadap variabel latar belakang pendidikan pemeriksa, kompetensi teknis, sertifikasi jabatan, pendidikan, dan

Gambar

Gambar 3.1 Rerangka Berpikir Penelitian
Gambar 3.2 Rerangka Konsep Penelitian
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Teknik Von Langenbeck, teknik ini pertama kali dijelaskan pada tahun 1861 dengan tujuan memisahkan rongga hidung dengan rongga mulut. Teknik ini menggunakan

Pada inkubasi 48 jam menggunakan single kertas cakram pada antimikroba sintesis, didapatkan hasil antimikroba Asam Asetat memiliki daya hambat yang besar pada

Agar masyarakat tidak kesulitan lagi dalam mendapatkan air bersih dan hemat energi listrik maka perlu digunakan pompa air DC yang suplai PLTS peneliti

persyaratan permohonan kehendak nikah, KUA Kecamatan Nunukan harus bisa membuktikan bahwa kebijakan penambahan syarat administrasi di atas akan dilaksanakan sesuai

2 Pada masa kini ini ada sekelompok orang Kristen yang tidak mau menggunakan nama “Allah” untuk sesembahan orang percaya tapi mengganti nama Allah dalam Alkitab

Pada proses deklarasi awal sistem melakukan proses memanggil pustaka yaitu nRF905, SPI, Ethernet Shield, kemudian melakukan proses mendefinisikan jumlah device,

Dari hasil perhitungan statistik diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis antara subkelompok rendah, subkelompok sedang,

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui analisis dokumentasi RPP dan angket respon penilaian diri guru di SMA Kabupaten Gresik dapat disimpulkan