PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, RETURN ON ASSETS, NET PROFIT MARGIN DAN EARNING PER SHARE TERHADAP
HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Oleh
SANTY SITOHANG 087017074/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
SE K O L A H PA
SCA S A R JANA
PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, RETURN ON ASSETS, NET PROFIT MARGIN DAN EARNING PER SHARE TERHADAP
HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Daiajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SANTY SITOHANG 087017074/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
Judul Tesis : PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, RETURN ON ASSETS, NET PROFIT MARGIN DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Nama Mahasiswa : Santy Sitohang Nomor Pokok : 087017074 Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, SE, Ak. MAFIS,CPA) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)
Tanggal lulus: 3 September 2010
Telah diuji pada
Tanggal : 3 September 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Syafruddin Ginting, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Drs. Rasdianto, MA, Ak
4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
“ Pengaruh Economic Value Added, Return On Assets, Net Profit Margin dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 3 September 2010
Yang membuat pernyataan,
Santy Sitohang
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan maupun parsial.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2009 sebanyak 181 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 117 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Indonesian Capital Market Directory dan mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id dan http://finance.yahoo.com. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa EVA, ROA, NPM dan EPS secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Secara parsial menunjukkan bahwa variabel ROA dan EPS yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan, sedangkan variabel EVA dan NPM tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.
Kata kunci : Economic Value Added, Return on Assets, Net Profit Margin, Earning Per Share, Harga Saham.
ABSTRACT
The purpose of this research is to know and analysis the effect of Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM) and Earning Per Share (EPS) to the stock price of the manufacture company which is registered in Indonesia Stock Exchange, either is simultaneously and partially.
The population of this research is all of the manufacture companies which are registered in Indonesia Stock Exchange in the year 2006 until the year 2009 amounts to 181 companies. Sample is selected by using purposive sampling. The sample has taken to observated by 117 companies. Data collecting done by taking the documentation financial statement from Indonesian Capital Market Directory and visit Indonesia Stock Exchange web page in www.idx.co.id and http://finance.yahoo.com. The analysis method used in this research is multiple linear regression.
The result of this research indicates that EVA, ROA, NPM and EPS simultaneously have the significant influence to the stock price. Partially show that ROA and EPS have significant influence to the stock price, while EVA and NPM have no significant influence to the stock price.
Keywords : Economic Value Added, Return on Assets, Net Profit Margin, Earning Per Share, Stock Price.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Economic Value Added, Return On Assets, Net Profit Margin dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan dan penyelesaian tesis ini, peneliti telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sabagai dosen pembanding utama yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan kepada peneliti dalam menyusun tesis ini.
4. Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, SE, Ak, MAFIS, CPA, selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam menyusun tesis ini.
5. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada peneliti dalam menyusun tesis ini.
6. Drs. Rasdianto, MA, Ak, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti dalam menyusun tesis ini.
7. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti dalam menyusun tesis ini.
Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang tidak ternilai serta penghormatan yang setulus-tulusnya kepada ayahandaku tercinta St. D.
Sitohang dan ibundaku tersayang T. Br Simanullang serta kakak-kakakku yang telah memberikan banyak perhatian dan dukungan penuh kepada peneliti untuk penyusunan tesis ini. Peneliti tidak lupa mengucapkan terima kasih banyak kepada teman-temanku dan pihak-pihak lain yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu peneliti dalam penyusunan tesis ini.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan bermanfaat bagi peneliti berikutnya.
Medan, 3 September 2010
Santy Sitohang
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Santy Sitohang
2. Tempat/Tanggal Lahir : Dolok Sanggul, 8 Mei 1983 3. Pekerjaan : Pegawai Swasta 4. Agama : Kristen Protestan 5. Orang Tua
a. Bapak : St. D. Sitohang
b. Ibu : T. br. Simanullang
6. Alamat : Jl. Mapilindo Gg. Burung Tikar No. 1 Medan 7. Pendidikan
a. SD : SD Negeri 173423 Lumbannaungkup b. SMP : SMP Negeri 1 Dolok Sanggul
c. SMA : SMA Negeri 1 Dolok Sanggul
d. Universitas : Universitas HKBP Nommensen Medan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……….... i
ABSTRACT ………. ii
KATA PENGANTAR ………. iii
RIWAYAT HIDUP ……….. v
DAFTAR ISI ………. vi
DAFTAR TABEL ………. ix
DAFTAR GAMBAR ………... x
DAFTAR LAMPIRAN ………. xi
BAB I PENDAHULUAN ……….... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ………... 1
1.2. Rumusan Masalah ……… 8
1.3. Tujuan Penelitian ………. 8
1.4. Manfaat Penelitian ……… 8
1.5. Originalitas Penelitian ……….. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 11
2.1. Landasan Teori ……….. 11
2.1.1. Economic Value Added ………. 11
2.1.2. Return On Assets ………...………… 18
2.1.3. Net Profit Margin ………. 18
2.1.4. Earning per Share ………. 19
2.1.5. Penilaian Saham ………. 20
2.1.5.1. Analisis fundamental ………. 21
2.1.5.2. Analisis teknikal ……… 22
2.1.5.3. Signalling theory ………... 25
2.1.6. Harga Saham ……… 27
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ………. 30
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ………. 35
3.1. Kerangka Konsep ………. 35
3.2. Hipotesis Penelitian ……….. 40
BAB IV METODE PENELITIAN ……….. 41
4.1. Jenis Penelitian ……….. 41
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 41
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ....………. 41
4.4. Metode Pengumpulan Data ……….. 43
4.5. Variabel Penelitian ………... 43
4.6. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………... 43
4.7. Model dan Teknik Analisis Data ……….. 46
4.7.1. Perumusan Model ………. 46
4.7.2. Pengujian Asumsi Klasik ………. 46
4.7.2.1. Uji normalitas ……… 47
4.7.2.2. Uji heterokedastisitas ………. 48
4.7.2.3. Uji autokorelasi ………. 49
4.7.2.4. Uji multikolinieritas ………... 49
4.7.3. Pengujian Hipotesis ……….. 50
4.7.3.1. Uji statistik F ………. 50
4.7.3.2. Uji statistik t ……….. 51
4.7.3.3. Koefisien determinasi (R2) ………. 51
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 53
5.1. Hasil Penelitian ………. 53
5.1.1. Statistik Deskriptif ……… 53
5.1.2. Pengujian Asumsi Klasik ………. 56
5.1.2.1. Uji normalitas ………... 57
5.1.2.2. Uji heterokedastisitas ………... 60
5.1.2.3. Uji autokorelasi ……… 61
5.1.2.4. Uji multikolinieritas ……….. 62
5.1.3. Hasil Analisis Data ………... 63
5.1.3.1. Persamaan regresi ………... 63
5.1.4. Pengujian Hipotesis ……….. 66
5.1.4.1. Uji statistik F ………... 66
5.1.4.2. Uji statistik t ………. 67
5.1.4.3. Koefisien determinasi (R2) ……… 68
5.2. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ………... 75
6.1. Kesimpulan ……… 75
6.2. Keterbatasan Penelitian ………. 75
6.3. Saran ……….. 76
DAFTAR PUSTAKA ………... 78
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ……… 33
4.1 Daftar Pemilihan Sampel ...……… 42
4.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………. 45
5.1 Deskriptif Statistik ……….. 53
5.2 Uji Kolmogorov-Smirnov Sebelum Transformasi ……….. 58
5.3 Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Transformasi ………. 60
5.4 Uji Autokorelasi ……….. 62
5.5 Uji Multikolinieritas ……… 63
5.6 Persamaan Regresi ……….. 64
5.7 Uji Statistik F ……… 66
5.8 Uji Statistik t ………. 67
5.9 Koefisien Determinasi ……….... 68
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman 3.1 Kerangka Konseptual ………. 35
5.1 Hasil Uji Normalitas Sebelum Dilakukan Transformasi ………. 57 5.2 Hasil Uji Normalitas Setelah Dilakukan Transformasi ………… 59 5.3 Uji Heterokedastisitas ……….. 61
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Manufaktur ……….. 81
2. Data Economic Value Added Perusahaan Tahun 2006-2008 .……….. 86
3. Data Return On Assets Perusahaan Tahun 2006-2008 ………… 90
4. Data Net Profit Margin Perusahaan Tahun 2006-2008 ..………… 94
5. Data Earning Per Share Perusahaan Tahun 2006-2008 ..………... 98
6. Data Harga Saham Perusahaan Tahun 2007-2009 ……… 102
7. Hasil Uji SPSS Sebelum Dilakukan Transformasi ………. 106
8. Hasil Uji SPSS Setelah Transformasi ……….……… 112
9. Jadual Penelitian ……….. 118
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan maupun parsial.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2009 sebanyak 181 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 117 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Indonesian Capital Market Directory dan mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id dan http://finance.yahoo.com. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa EVA, ROA, NPM dan EPS secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Secara parsial menunjukkan bahwa variabel ROA dan EPS yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan, sedangkan variabel EVA dan NPM tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.
Kata kunci : Economic Value Added, Return on Assets, Net Profit Margin, Earning Per Share, Harga Saham.
ABSTRACT
The purpose of this research is to know and analysis the effect of Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM) and Earning Per Share (EPS) to the stock price of the manufacture company which is registered in Indonesia Stock Exchange, either is simultaneously and partially.
The population of this research is all of the manufacture companies which are registered in Indonesia Stock Exchange in the year 2006 until the year 2009 amounts to 181 companies. Sample is selected by using purposive sampling. The sample has taken to observated by 117 companies. Data collecting done by taking the documentation financial statement from Indonesian Capital Market Directory and visit Indonesia Stock Exchange web page in www.idx.co.id and http://finance.yahoo.com. The analysis method used in this research is multiple linear regression.
The result of this research indicates that EVA, ROA, NPM and EPS simultaneously have the significant influence to the stock price. Partially show that ROA and EPS have significant influence to the stock price, while EVA and NPM have no significant influence to the stock price.
Keywords : Economic Value Added, Return on Assets, Net Profit Margin, Earning Per Share, Stock Price.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam membiayai kegiatan operasionalnya, dana tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber, pertama berasal dari dalam perusahaan yakni modal pemilik, maupun laba ditahan (retained earning).
Sedangkan sumber pembiayaan yang lain, berasal dari luar yakni dalam bentuk pinjaman (hutang) dari pihak lain. Untuk perusahaan yang sudah go public dalam upaya menambah dana kegiatan operasionalnya dapat diperoleh melalui penjualan saham kepada para investor. Media yang digunakan perusahaan dalam menjual sahamnya pada publik adalah pasar modal. Dalam hal ini, pasar modal berfungsi sebagai sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak yang memiliki kelebihan dana dengan peminjam selaku pihak yang membutuhkan dana. Inti dari kegiatan pasar modal adalah kegiatan investasi, yaitu kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada waktunya nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut. Bagi para investor, melalui pasar modal mereka dapat memilih obyek investasi dengan beragam tingkat pengembalian dan tingkat risiko yang dihadapi, sedangkan bagi para penerbit (emiten) melalui pasar modal mereka dapat mengumpulkan dana jangka panjang untuk menunjang kelangsungan usaha mereka.
Pengambilan keputusan investasi dalam saham memerlukan pertimbangan- pertimbangan, perhitungan-perhitungan dari analisis yang mendalam untuk menjamin keamanan dana yang diinvestasikan serta keuntungan yang diharapkan oleh investor.
Calon investor harus mengetahui keadaan serta prospek perusahaan yang menjual surat berharganya. Hal ini dapat diperoleh dengan mempelajari dan menganalisis informasi yang relevan. Suatu` informasi dikatakan relevan bagi investor jika informasi tersebut mampu mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan transaksi di pasar modal yang tercermin pada perubahan harga saham. Salah satu informasi yang dianggap relevan oleh para investor adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan adalah salah satu informasi publik yang dapat digunakan untuk merevisi dan mendeteksi harga sekuritas seperti saham, obligasi, dan sekuritas lainnya. Jika pelaku pasar modal menggunakan laporan keuangan sebagai informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan investasi, seharusnya laporan keuangan yang diumumkan pada publik mampu mempengaruhi harga sekuritas. Dengan kata lain, pasar bereaksi terhadap pengumuman laporan keuangan.
Reaksi tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dan volume perdagangan saham perusahaan yang melakukan pengumuman laporan keuangan.
Fluktuasi harga saham di pasar modal dapat dipengaruhi oleh tingkat permintaan dan penawaran terhadap harga saham. Semakin banyak investor yang tertarik membeli suatu saham perusahaan, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak naik. Demikian juga sebaliknya, semakin banyak investor yang menjual saham suatu perusahaan maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak turun.
Selain itu, informasi yang beredar di bursa efek atau pasar modal seperti kondisi keuangan, dividen, inflasi dan kinerja suatu perusahaan akan mempengaruhi harga saham yang ditawarkan kepada publik dan berbagai isu lainnya yang secara langsung dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan di masa depan. Dalam menganalisis harga saham di pasar modal investor menggunakan 2 (dua) pendekatan yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental menjadikan informasi keuangan perusahaan sebagai dasar analisis sedangkan analisis teknikal merupakan analisis terhadap pola pergerakan harga saham di masa lampau.
Pada dasarnya investor mengukur kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba merupakan fokus utama dalam penilaian kinerja perusahaan. Laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Jika perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik maka investor akan tertarik menanamkan modalnya, karena adanya harapan akan memperoleh keuntungan dari penanaman modal tersebut. Metode yang paling sering digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah financial ratio yang dianalisis dari laporan keuangan perusahaan.
Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan menghitung berbagai macam rasio yaitu liquidity ratio, assets activity ratio, leverage ratio, coverage ratio, profitability ratio dan market value ratio. Salah satu rasio yang sering digunakan oleh investor
dalam menilai kinerja perusahaan adalah rasio profitabilitas yang terdiri dari Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS).
Menurut Iramani dan Febrian (2005) rasio keuangan dapat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi berbagai kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Kelebihan dari penggunaan financial ratio sebagai pengukur kinerja keuangan adalah karena mudahnya dalam proses perhitungannya, selama data yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap. Namun disisi lain terdapat kelemahan dari penggunaan financial ratio sebagai pengukuran kinerja keuangan. Kelemahan dari financial ratio adalah karena data yang digunakan adalah data akuntansi yang tidak terlepas dari penafsiran (estimasi) yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam distorsi sehingga kinerja keuangan perusahaan tidak terukur secara tepat dan akurat. Menurut Yanindya (1998) salah satu kelemahan dari pengukur akuntansi adalah rasio-rasio tersebut dihasilkan dari nilai buku. Dengan demikian, nilainya tidak mencerminkan nilai yang ada di pasar. Selain itu, penggunaan rasio keuangan sebagai alat ukur akuntansi konvensional mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah perusahaan telah mampu menciptakan nilai atau tidak.
Untuk mengatasi kelemahan dan permasalahan yang timbul dalam pengukuran kinerja keuangan berdasarkan data akuntansi, maka dikembangkan suatu pendekatan baru dalam pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai (value based) yaitu Economic Value Added (EVA). Istilah EVA pertama kali diperkenalkan oleh Stewart dan Stern yaitu analis keuangan dari perusahaan konsultan manajemen
terkemuka di Amerika Serikat. Dengan value based sebagai alat pengukur kinerja perusahaan, manajemen dituntut untuk meningkatkan nilai perusahaan. Pengukuran tersebut dapat dijadikan dasar bagi manajemen perusahaan dalam pengelolaan modalnya, rencana pembiayaan, wahana komunikasi dengan pemegang saham serta dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan insentif bagi karyawan (Tunggal, 2008). Konsep EVA berusaha mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan dengan memperhitungkan biaya modal yang timbul dari investasi karena biaya modal mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Konsep EVA diyakini mampu mengidentifikasikan aktivitas apa saja yang dapat menciptakan nilai melampaui biaya modal (cost of capital) perusahaan. Dengan menghitung semua biaya modal akan terlihat kemampuan riil perusahaan dalam menciptakan nilai tambah.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Manufacturing Alliances menemukan bahwa EVA merupakan tolak ukur kinerja yang paling umum digunakan dalam bisnis di Amerika Serikat. Sebagian besar respon beranggapan bahwa dengan menggunakan EVA sebuah perusahaan akan lebih menekankan penciptaan nilai perusahaan. Banyak literatur dan penelitian menyebutkan bahwa semakin banyak perusahaan-perusahaan besar menggunakan ukuran kinerja EVA sebagai prinsip penuntun dalam kebijakan perusahaan mereka. Beberapa perusahaan besar di AS seperti Coca Cola, Briggs Stratton, dan Quaker Oats menggunakan EVA sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahaan. Karena EVA membantu para manajer membuat keputusan investasi yang lebih baik, mengindentifikasikan kesempatan-kesempatan untuk peningkatan kinerja dan mempertimbangkan benefit jangka panjang maupun jangka pendek.
Menurut hasil penelitian Panggabean (2005) mengenai analisis perbandingan korelasi EVA dan ROE terhadap harga saham LQ 45 di Bursa Efek Jakarta (BEJ) menunjukkan bahwa EVA perusahaan dalam LQ 45 mempunyai korelasi yang signifikan terhadap harga sahamnya sedangkan ROE tidak mempunyai korelasi yang signifikan terhadap harga saham. Sementara itu, hasil penelitian Sembiring (2008) menunjukkan bahwa ROA dan EVA secara simultan berpengaruh terhadap pembentukan harga saham. Secara parsial ROA berpengaruh terhadap perubahan return saham sedangkan EVA tidak berpengaruh terhadap perubahan return saham.
Penelitian Albahi (2008) menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel ROA dan EVA terhadap tingkat keuntungan saham.
Secara parsial faktor yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan saham adalah ROA, sedangkan EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat keuntungan saham. Meskipun EVA sering digunakan perusahaan sebagai tolak ukur kinerja, namun di pihak lain investor masih menggunakan rasio-rasio keuangan atau ukuran akuntansi tradisional lainnya untuk menilai tingkat pendapatan atas saham yang akan dibeli (Dodd dan Chen, 1996).
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti mengenai pengaruh rasio-rasio kinerja keuangan terhadap harga saham menunjukkan hasil yang kontradiktif.
Penelitian Haryanto dan Sugiharto (2003) mengenai pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan industri minuman di Bursa Efek Jakarta menyimpulkan bahwa ROA, ROE dan NPM secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial hanya ROE yang berpengaruh terhadap harga
saham sedangkan ROA dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Sementara itu penelitian yang dilakukan Sianipar (2004) yang meneliti pengaruh faktor fundamental terhadap harga saham industri perbankan di Indonesia. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ROA, EPS, ROE, Current Assets Ratio (CAR) dan Net Interest Margin sedangkan variabel dependennya adalah harga saham.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial hanya ROA yang tidak berpengaruh terhadap harga saham. Selanjutnya Nainggolan (2008) meneliti mengenai pengaruh variabel fundamental terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, ROE, Debt to Equity Ratio (DER) dan Book Value per Share (BVS) sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil pengujian menyimpulkan bahwa secara simultan seluruh variabel independen tidak mempengaruhi pembentukan harga saham. Secara parsial hanya BVS yang berpengaruh terhadap harga saham.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2009. Alasan peneliti memilih perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian, hal ini disebabkan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI terdiri dari berbagai sub sektor industri sehingga dapat mencerminkan rekasi pasar modal secara keseluruhan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya serta dengan adanya ketidak konsistenan hasil dari penelitian terdahulu tersebut menjadi alasan peneliti untuk
melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh Economic Value Added, Return On Assets, Net Profit Margin dan Earning Per Share terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah EVA, ROA, NPM dan EPS berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur baik secara simultan maupun parsial ?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh EVA, ROA, NPM dan EPS terhadap harga saham perusahaan manufaktur baik secara simultan maupun parsial.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan yaitu :
1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kepada peneliti tentang pasar modal, khususnya pada sektor perusahaan manufaktur.
2. Bagi investor, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi di sektor perusahaan manufaktur.
3. Bagi manajemen perusahaan, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaan di masa yang akan datang.
4. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya.
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Haryanto dan Sugiharto (2003) yang diambil dari jurnal ekonomi dan bisnis No.3, Jilid 8, Tahun 2003 yang berjudul ”Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Industri Minuman di Bursa Efek Jakarta”. Objek dari peneliti terdahulu adalah perusahaan industri minuman dengan periode pengamatan tahun 2000-2001. Variabel independen yang digunakan adalah ROA, ROE dan NPM sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil dari penelitian terdahulu menunjukkan secara simultan bahwa ROA, ROE dan NPM berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial menunjukkan bahwa ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan ROA dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Berdasarkan argumentasi tersebut, peneliti tertarik melanjutkan penelitian terdahulu dengan menambahkan EVA dan EPS sebagai variabel independen untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh EVA, ROA, NPM dan EPS terhadap harga saham pada perusahaan yang berbeda. Penelitian ini berbeda dari penelitian terdahulu karena objek yang diteliti dan kondisi ekonomi yang relatif berbeda.
Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :
a. Variabel independen yang digunakan. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian terdahulu adalah ROA, ROE dan NPM sedangkan dalam penelitian ini variabel independennya adalah EVA, ROA, NPM dan EPS.
b. Periode pengamatan. Periode pengamatan pada penelitian terdahulu adalah tahun 2000-2001 sedangkan periode pengamatan pada penelitian ini adalah tahun 2006- 2009.
c. Objek penelitian. Objek dari penelitian terdahulu adalah perusahaan industri minuman di BEJ sedangkan objek dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Economic Value Added
Istilah Economic Value Added pertama kali diperkenalkan oleh Stewart dan Stern yaitu analis keuangan dari perusahaan konsultan manajemen terkemuka di Amerika Serikat. Economic Value Added merupakan suatu pendekatan baru dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang berbasis nilai (value based). Menurut Young dan Stephen (2001: 17) EVA merupakan pengukuran kinerja yang didasarkan pada keuntungan ekonomis juga dikenal sebagai penghasilan sisa (residual income) yang menyatakan bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal. Selanjutnya Mirza (1997) menegaskan bahwa EVA merupakan keuntungan operasional setelah pajak (Net Operating Profit After Tax = NOPAT) dikurangi dengan biaya modal (cost of capital). Dengan kata lain EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa residual (residual income) yang mengurangkan biaya modal terhadap laba operasi. Selain sebagai alat bantu untuk mengukur kinerja perusahaan, EVA juga bisa digunakan sebagai dasar untuk memberikan bonus kepada personal yang bekerja di bagian yang menghasilkan EVA yang positif.
Pada dasarnya EVA adalah laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal yang diinvestasikan (Tunggal, 2008). Metode EVA dapat menciptakan
suatu disiplin keuangan yang mendorong para manager untuk bertindak sebagai pemilik perusahaan, dan satu hal yang terpenting adalah untuk meningkatkan profit bagi shareholders. Menurut Brigham dan Houston (2004) bahwa EVA menyajikan suatu ukuran yang baik bagi kinerja manajemen perusahaan dalam memberikan tambahan nilai pada pemegang saham. Oleh karena itu, jika manager berfokus pada EVA, hal ini akan dapat membantu memastikan bahwa manager telah menjalankan operasi secara konsisten dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Nilai tambah ekonomis sangat relevan, dikarenakan EVA dapat mengukur profitabilitas kinerja perusahaan secara nyata yang selama ini kebanyakan menggunakan analisa rasio keuangan. EVA juga dapat digunakan sebagai pedoman dalam hal goal setting, capital budgetting, performance, assessment dan incentive compensation suatu perusahaan.
Secara sistematis, EVA dihitung dari keuntungan operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax) dikurangi aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti dana para investor dan kreditor atas resiko usaha dari modal yang ditanamkan (capital charges). Untuk lebih jelas, perhitungan EVA dapat dirumuskan sebagai berikut :
EVA = NOPAT – Capital Charges
Sedangkan besaran capital charges didasarkan pada biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital = WACC) dikalikan dengan aktiva yang diinvestasikan dalam aktifitas yang berkelanjutan (invested capital). Perhitungan capital charges dirumuskan sebagai berikut :
Capital Charges = WACC x Invested Capital
Dimana, WACC adalah jumlah dari masing-masing komponen modal perusahaan, baik yang berasal dari pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka panjang (cost of debt), maupun yang berasal dari setoran modal (cost of equity) yang diberikan bobot sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal perusahaan. Perhitungan WACC dirumuskan sebagai berikut :
WACC = (Ke x We) + (Kd x Wd)
Dimana, Ke adalah biaya ekuitas (cost of equity) dan Kd adalah biaya hutang (cost of debt), sedangkan We adalah persentase ekuitas dari struktur modal dan Wd adalah persentase hutang dari struktur modal.
Biaya ekuitas (cost of equity) merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para investor atas resiko yang ditanggung untuk kepemilikan perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2004) biaya ekuitas (Ke) dapat dihitung dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan rumus sebagai berikut :
E (Ri) = Rf + Rp
Dimana E (Ri) adalah tingkat pendapatan yang diharapkan oleh pasar atas sekuritas i (expected return) yang diinvestasikan, Rf adalah tingkat pendapatan bebas resiko (risk free rate) dan Rp adalah premi resiko (risk premium).
Besarnya premi resiko (Rp) itu sendiri ditentukan oleh koefisien beta (β) dari masing-masing perusahaan yang dihitung dari indeks harga sahamnya dan indeks harga saham gabungan dikalikan dengan selisih antara tingkat pendapatan yang
diharapkan dapat diperoleh dari portofolio pasar secara keseluruhan (Rm) dengan tingkat pendapatan bebas resiko (Rf). Dimana ukuran risk free rate yang digunakan adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diperoleh dari jurnal statistik keuangan dan pasar modal. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rp = β x (Rm – Rf)
Biaya hutang (cost of debt) merupakan tingkat bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan bila mendapatkan dana dengan melakukan pinjaman kepada pihak lain (kreditur) yang dikenakan bunga. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung biaya hutang sebelum pajak adalah :
Interest Kd =
Principal
Dimana, interest adalah jumlah bunga yang dibayarkan perusahaan, sedangkan principal adalah jumlah pinjaman perusahaan. Adanya pembayaran bunga oleh perusahaan akan mengurangi besarnya pendapatan kena pajak. Sehingga biaya hutang (Kd) dikoreksi sebagai biaya hutang setelah pajak (cost of debt after tax), yang dirumuskan sebagai berikut :
Kdt = Kd x (1-t)
Setelah menentukan nilai dari biaya ekuitas (Ke) dan biaya hutang (Kd), maka rumus biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) adalah sebagai berikut :
WACC = (Ke x We) + ([Kd (1-t)] x Wd)
Selanjutnya, invested capital dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh komponen pinjaman jangka pendek maupun pinjaman jangka panjang (interest
bearing liabilities) dan ekuitas pemegang saham. Menurut Tunggal (2008) invested capital adalah seluruh pinjaman diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non interest bearing liabilities), seperti hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka pelanggan, dan sebagainya. Selanjutnya menurut Young dan Stephen (2001) invested capital adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva yang tidak menanggung bunga (non interest bearing liabilities), seperti hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka pelanggan, dan sebagainya. Perhitungan invested capital dapat dirumuskan sebagai berikut :
Invested Capital = Liabilities + Shareholders Equity
Dimana, liabilities adalah jumlah seluruh hutang perusahaan, baik yang berasal dari pinjaman jangka pendek maupun pinjaman jangka panjang (interest bearing liabilities). Shareholders equity adalah jumlah seluruh modal, baik yang berasal dari modal saham maupun laba ditahan.
Menurut Wijayanto (1993) penilaian EVA dapat dinyatakan sebagai berikut : 1. Apabila EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan telah terjadi
proses nilai tambah pada perusahaan, karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat biaya modal.
2. Apabila EVA = 0, menunjukkan posisi impas atau tidak ada nilai tambah, tetapi perusahaan mampu membayar semua kewajibannya kepada para penyandang dana atau kreditur.
3. Apabila EVA < 0, berarti nilai EVA negatif menunjukkan nilai tambah perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modal.
Konsep EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya. Kegiatan atau proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan sebaiknya diambil. Sebaliknya, jika kegiatan atau proyek tersebut tidak menguntungkan dan tidak perlu diambil.
Penggunaan EVA dalam mengevaluasi proyek akan mendorong para manajer untuk selalu melakukan evaluasi atas tingkat resiko proyek yang bersangkutan. Dengan EVA, para manajer harus selalu membandingkan tingkat pengembalian proyek dengan tingkat biaya modal yang mencerminkan tingkat risiko proyek tersebut.
Menurut Stewart dan Stern (1991) bahwa EVA memiliki beberapa keunggulan antara lain :
1. EVA menghilangkan distorsi ekonomi dari Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. EVA membantu membuat keputusan yang lebih baik terhadap pengaruh dari neraca dan laba rugi dengan pengenaan biaya modal terhadap laba setelah pajak.
3. EVA dapat digunakan untuk perhitungan bonus manager.
4. EVA meliputi semua aspek dari siklus bisnis.
5. EVA dapat dengan cepat membuat keputusan melalui komunikasi dan team work.
Keunggulan EVA sangat bermanfaat untuk menilai kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation). Penilaian
kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
Meskipun memiliki beberapa keunggulan, namun EVA juga memiliki beberapa keterbatasan antara lain :
a. Mirza (1997) menyatakan bahwa EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain justru lebih dominan.
b. De Villiers (1997) mengindikasikan bagaimana inflasi akan mengakibatkan distorsi pada EVA dan menunjukkan bahwa EVA tidak dapat digunakan selama periode inflasi untuk mengestimasi profitabilitas aktual.
c. Mirza (1997) mengisyaratkan bahwa penggunaan EVA mungkin akan meningkatkan auditing fees dan bisa menimbulkan potential litigation costs.
d. Kaplan dan Norton (2001) menjelaskan bahwa tanpa balanced scorecard, strategi value based dapat menurunkan biaya dan meningkatkan intensitas aktiva, yang strategi pertumbuhan pendapatan jangka panjang melalui investasi pelanggan, inovasi, perbaikan proses, teknologi dan kemampuan karyawan.
2.1.2. Return On Assets
Return On Assets merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga ROA sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis. Menurut Riyanto (2000) ROA adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih bagi semua investor dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva.
Semakin tinggi ROA maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan menjadikan investor tertarik akan nilai saham (Arifin, 2004). ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut ini :
Laba Bersih Return on Assets = x 100%
Total Aktiva
Pada rumus diatas menunjukkan bahwa dengan meningkatnya laba bersih maka akan meningkat pula ROA jika asetnya tetap. Demikian pula sebaliknya dengan menurunnya laba bersih akan menurunkan nilai ROA.
2.1.3. Net Profit Margin
Net Profi Margin merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu (Sutrisno, 2000). NPM adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjulan. Semakin besar NPM suatu perusahaan maka kinerja perusahaan semakin produktif sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan
tersebut. Selain itu, rasio NPM dapat mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dengan meminimalkan beban perusahaan dan memaksimalkan laba perusahaan. Semakin tinggi nilai NPM suatu perusahaan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik, kinerja yang baik akan mempengaruhi nilai perusahaan tersebut yang ditunjukkan dengan harga saham dari perusahaan tersebut. Rasio dari NPM dirumuskan sebagai berikut :
Laba Bersih
Net Profit Margin = x 100%
Penjualan Bersih
2.1.4. Earning Per Share
Earning Per Share adalah hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan. Laba per lembar saham biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor yang umumnya terdapat korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dengan pertumbuhan harga saham (Munawir, 2002). Angka yang ditunjukkan dari EPS sering dipublikasikan oleh perusahaan yang ingin menjual sahamnya kepada masyarakat luas. Investor berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per saham di kemudian hari, serta relevan untuk menilai efektivitas manajemen dalam membuat kebijakan pembayaran dividen. Earning per Share menggambarkan laba bersih perusahaan yang diterima oleh setiap saham. Meskipun net income dari laporan laba rugi memberikan informasi terhadap keseluruhan keuntungan suatu
perusahaan, akan tetapi para investor lebih tertarik terhadap performa perusahaan berdasarkan keuntungan per lembar sahamnya. Rasio dari EPS dirumuskan sebagai berikut :
Laba Bersih
Earning Per Share = x 100%
Jumlah Lembar saham
2.1.5. Penilaian Saham
Analisa terhadap nilai saham merupakan langkah mendasar yang harus dilakukan oleh investor sebelum berinvestasi. Nilai saham dari suatu perusahaan dapat ditentukan berdasarkan nilai buku (book value), nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai yang tertera dalam neraca yang dihitung dengan cara membagi total seluruh ekuitas atau modal sendiri dengan jumlah lembar saham yang beredar (out standing shares). Nilai pasar merupakan harga jual saham di pasar. Sedangkan nilai intrinsik adalah harga yang ditentukan setelah mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai saham. Kenaikan dan penurunan harga saham di pasar modal membuat investor cenderung melakukan analisis harga saham untuk memilih saham yang bisa menghasilkan return yang baik, dan analisis yang digunakan investor dalam melakukan analisis harga saham dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu analisis fundamental (internal perusahaan) dan analisis teknikal (external perusahaan).
2.1.5.1. Analisis fundamental
Analisis fundamental merupakan teknik analisis saham dengan menggunakan data historis terutama data keuangan untuk menilai jenis saham tertentu. Secara singkat analisis fundamental bertitik tolak pada anggapan bahwa setiap investor adalah rasioanal. Oleh karena itu, para fundamentalis mempelajari hubungan antara harga saham yang memiliki nilai intrinsik yang akan diestimasi oleh investor. Hasil estimasi intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar pada saat sekarang.
Perbandingan yang dilakukan akan menunjukkan bahwa harga saham under value atau over value. Jika nilai pasar lebih kecil dari pada nilai intrinsik menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang lebih rendah (under value).
Sebaliknya jika nilai pasar lebih lebih besar dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang lebih mahal (over value). Menurut Husnan (1998) analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa mendatang melalui dua cara yaitu : pertama melakukan estimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di waktu mendatang dan kedua menerapakan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Karena itu untuk melakukan evaluasi dan proyeksi terhadap harga saham, diperlukan informasi tentang kinerja fundamental keuangan perusahaan.
Menurut Sunariyah (2004) ada 2 (dua) pendekatan fundamental yang umumnya dipakai dalam melakukan penilaian saham yaitu :
a. Price Earning Ratio Approaching
Pendekatan ini didasarkan hasil yang diharapkan pada perkiraan laba per lembar saham di masa yang akan datang sehingga dapat diketahui berapa lama investasi saham akan kembali.
b. Present Value Approaching
Dalam pendekatan ini harga saham dapat diketahui dengan menghitung nilai sekarang suatu saham akan sama dengan arus kas yang akan datang yang investor harapkan terima dari investasi pada saham tersebut.
2.1.5.2. Analisis teknikal
Analisis teknikal adalah salah satu analisis atau metode pendekatan yang mengevaluasi pergerakan suatu saham, valas, kontrak berjangka, indeks dan beberapa instrumen keuangan lainnya. Para analis teknikal melakukan penelitian yang mendasar terhadap pola pergerakan harga komoditi yang berulang dan dapat diprediksi. Pada intinya analisis teknikal merupakan analisis terhadap pola pergerakan harga saham di masa lampau dengan tujuan untuk meramalkan pergerakan harga saham di masa yang akan datang. Analisis teknikal ini sering disebut dengan chartis karena para analisisnya melakukan studi dengan menggunakan grafik (chart), mereka berharap dapat menemukan suatu pola pergerakan harga mereka dapat mengeksploitasinya untuk mendapatkan keuntungan. Menurut Ahmad (2004:79) analisis teknikal menganggap bahwa saham adalah komoditas perdagangan yang pada gilirannya permintaan dan penawarannya merupakan manifestasi kondisi
psikologis dari pemodal. Analisis ini sering disebut analisis pasar (market analysis) karena menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu serta faktor-faktor lain yang bersifat tehnis. Sasaran yang ingin dicapai dalam pendekatan ini adalah ketepatan waktu dalam memprediksi harga saham (price movement) jangka pendek suatu perusahaan.
Menurut Halim (2005) analisis teknikal beranggapan bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap saham tersebut.
Sehingga asumsi dasar yang berlaku dalam analisis ini adalah :
1. Harga saham ditentukan oleh interaksi penawaran dan permintaan.
2. Penawaran dan permintaan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang rasional dan irasional.
3. Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti tren tertentu.
4. Tren tersebut dapat berubah karena pergeseran penawaran dan permintaan.
5. Pergeseran penawaran dan permintaan dapat dideteksi dengan mempelajari diagram dan perilaku dasar.
6. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa mendatang.
Menurut Halim (2005) analisis teknikal terdiri dari beberapa pendekatan diantaranya adalah :
a. Dow Theory
Teori Dow berupaya untuk menyelidiki bagaimana tren yang sedang terjadi di pasar saham, baik saham individual maupun keseluruhan. Pergeseran tersebut meliputi gerakan utama (primary movement) yaitu tren jangka panjang atas pasar modal. Pergerakan kedua (secondary movement) yaitu tren yang hanya terjadi beberapa bulan dan pergerakan ini tidak mengubah arah pergerakan pertama tetapi hanya mengoreksi harga-harga saham. Pergerakan ketiga (tertiary movement) yaitu tren yang menunjukkan fluktuasi harian dari harga-harga saham.
b. Grafik Batang
Dalam pendekatan ini digunakan 3 (tiga) tipe dasar diagram yaitu diagram baris, diagram batang dan diagram gambar titik. Ketiganya menggunakan grafik batang (bar chart) yang menunjukkan volume saham yang diperdagangkan pada masing- masing perubahan harga.
c. Analisis Kekuatan Pasar
Analisis kekuatan pasar dilakukan dengan cara membandingkan jumlah saham yang mengalami kenaikan harga dengan jumlah saham yang mengalami penurunan harga, selanjutnya diakumulasikan.
d. Analisis Kekuatan Relatif
Analisis ini berupaya mengidentifikasikan saham yang memiliki kekuatan relatif terhadap saham lain. Harga saham yang memiliki kekuatan relatif akan meningkat lebih cepat dari harga saham lainnya.
e. Analisis Rata-Rata Bergerak
Analisis ini memfokuskan pada harga rata-rata bergerak dengan cara mengamati perubahan harga yang terjadi pada beberapa hari terkahir pada saat penutupan harga.
2.1.5.3. Signalling theory
Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.
Menurut Darwanto (2008) pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2002: 244), pasar modal efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan.
Selanjutnya Sunariyah (2004) secara teoritikal membedakan pasar modal yang efisien kedalam tiga kategori sebagai berikut:
1. Hipotesis pasar modal bentuk lemah (The Weak Form Efficient Market Hypotesis) Suatu pasar modal dimana harga merefleksikan semua informasi harga historis.
Harga saham sekarang dipengaruhi oleh harga saham masa lalu, lebih lanjut informasi masa lalu dihubungkan dengan harga saham untuk membantu menentukan harga saham sekarang.
2. Hipotesis pasar modal setengah kuat (The Semi Strong Form Efficient Market Hypotesis). Harga saham pada suatu pasar modal menggambarkan semua informasi yang dipublikasikan sampai ke masyarakat keuangan. Tujuannya adalah untuk meminimalkan ketidaktahuan mengenai operasi perusahaan, yang dimaksudkan untuk menjelaskan dan menggambarkan kebenaran nilai dari suatu efek yang dikeluarkan oleh suatu institusi.
3. Hipotesis pasar modal bentuk kuat (The Strong Form Efficient Market Hypotesis).
Konsep pasar efisien bentuk kuat mengandung arti bahwa semua informasi direfleksikan dalam harga saham baik informasi yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan (non public atau private information).
Sendi pokok dalam gagasan dasar pasar efisien setengah kuat adalah bahwa semua partisipan pasar mengetahui informasi publik karena inti dari informaasi yang terkandung dalam laporan arus kas tujuannya untuk dipublikasikan. Jika seperangkat informasi secara luas diketahui oleh partisipan pasar (publik) pada saat yang sama, dan jika mereka sepakat dengan implikasi tersebut terhadap harga saham, persaingan akan menggerakkan harga pada pasar tersebut. Ini berarti para investor hanya bisa berharap untuk mendapatkan keuntungan atas saham yang seimbang dengan resikonya. Sehubungan dengan informasi akuntansi seseorang tidak bisa mengharapkan pasar bereaksi kecuali jika informasi tersebut berguna. Informasi yang berguna dalam konteks ini adalah informasi yang relevan dan dapat dipercaya bagi pihak yang berkepentingan.
2.1.6. Harga Saham
Harga saham adalah harga pasar yang tercatat setiap hari pada waktu penutupan (closing price) aktivitas di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini, harga saham yang dimaksud adalah rata-rata harga saham 5 (lima) hari setelah publikasi laporan keuangan pada periode pengamatan. Laporan keuangan dapat menyajikan informasi yang relevan dengan model keputusan yang digunakan oleh
investor dalam membuat keputusan buy, hold, atau sell saham. Suatu informasi dikatakan relevan bagi investor jika informasi tersebut mampu mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan transaksi di pasar modal yang tercermin pada perubahan harga. Beaver (1968) dalam Sadikin (2009) menguji pengaruh pengumuman laporan keuangan terhadap volume transaksi dan pergerakkan harga saham. Periode studi tahun 1961-1965 dan menggunakan sampel sebanyak 143 perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan harga saham terjadi pada saat minggu pengumuman (minggu nol) yaitu meningkat sebesar 67% dibandingkan rata-rata non report period dan perubahan volume perdagangan meningkat sebesar 33% dibandingkan rata-rata non period report.
Husnan et all. (1996) meneliti dampak laporan keuangan terhadap kegiatan perdagangan saham dan variabilitas tingkat keuntungan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada tanggal pengumuman laporan keuangan kegiatan perdagangan maupun variabilitas tingkat keuntungan lebih tinggi dibandingkan dengan periode di luar tanggal pengumuman. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sadikin (2009) mengenai pengaruh publikasi laporan keuangan tahunan terhadap harga saham dan volume perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta tahun 1997. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya reaksi pasar berupa lonjakan harga saham dan volume perdagangan saham setelah publikasi laporan keuangan tahunan. Hal ini dikarenakan bahwa publikasi laporan keuangan tahunan melalui media massa maupun teknologi informasi seperti internet berguna bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal.
Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga dari suatu saham tersebut akan ditentukan antara kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek maka harga saham cenderung akan naik. Kekuatan pasar dapat juga dilihat dari data mengenai sisa beli dan sisa jual. Bagi investor yang memerlukan investasi jangka panjang maupun jangka pendek perlu memperhatikan likuiditas suatu saham dan posisinya di pasar, apakah diminati masyarakat atau tidak. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Faktor internalnya adalah kinerja perusahaan, arus kas perusahaan, dividen, laba perusahaan dan penjulan sedangkan faktor eksternalnya adalah tingkat suku bunga, laju inflasi, kebijakan pemerintah dan kondisi perekonomian. Menurut Gart (1988) dalam Nainggolan (2008), hal-hal penting yang merupakan faktor makro atau pasar yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah tingkat inflasi dan suku bunga, kebijakan keuangan dan fiskal, situasi perekonomian dan situasi bisnis internasional.
Sedangkan faktor mikro perusahaan yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah pendapatan perusahaan, dividen yang dibagikan, arus kas perusahaan, perubahan mendasar dalam industri atau perusahaan dan perubahan dalam perilaku investasi misalnya merubah investasinya dari saham menjadi obligasi.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut ini akan diuraikan beberapa tinjauan dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah :
1. Haryanto dan Sugiharto (2003) yang meneliti pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan industri minuman di Bursa Efek Jakarta.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah ROA, ROE dan NPM sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara simultan ROA, ROE dan NPM berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Secara parsial ROE berpengaruh terhadap harga saham sedangkan ROA dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham.
2. Sianipar (2004) yang meneliti pengaruh faktor fundamental terhadap harga saham industri perbankan di Indonesia. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ROA, CAR, EPS, ROE dan Net Interest Margin sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial hanya ROA yang tidak berpengaruh terhadap harga saham.
3. Panggabean (2005) yang meneliti tentang analisis perbandingan korelasi EVA dan ROE terhadap harga saham LQ 45 di BEJ. Variabel independen dalam penelitian ini adalah EVA dan ROE sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan disimpulkan bahwa EVA perusahaan LQ 45 mempunyai korelasi yang signifikan
dengan harga saham, sedangkan ROE tidak mempunyai korelasi yang signifikan terhadap harga saham.
4. Albahi (2008) meneliti pengaruh ROA dan EVA terhadap tingkat keuntungan saham peusahaan yang go-public di Indonesia. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ROA dan EVA sedangkan variabel dependennya adalah tingkat keuntungan saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel ROA dan EVA terhadap tingkat keuntungan saham. Secara parsial faktor yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan saham adalah ROA, sedangkan EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat keuntungan saham.
5. Nainggolan (2008) meneliti mengenai pengaruh variabel fundamental terhadap harga saham perusahaan manufaktur di BEI. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, DER, ROE dan BVS sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil pengujian menyimpulkan bahwa secara simultan seluruh variabel independen tidak mempengaruhi pembentukan harga saham. Secara parsial hanya BVS yang berpengaruh terhadap harga saham.
6. Sembiring (2008) meneliti pengaruh ROA dan EVA terhadap perubahan return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2004-2006.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah ROA, dan EVA sedangkan variabel dependennya adalah return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA dan EVA secara simultan berpengaruh terhadap pembentukan harga saham.
Secara parsial ROA berpengaruh terhadap perubahan return saham sedangkan EVA tidak berpengaruh terhadap perubahan return saham.
7. Abidin (2009) yang meneliti tentang analisis faktor fundamental keuangan dan resiko sistematik terhadap harga saham perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI. Variabel independennya adalah ROI, EPS, OPM, BV dan beta saham sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa secara simultan faktor fundamental keuangan yaitu ROI, EPS, OPM, BV, dan beta saham sebagai resiko sistematik berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI. Sedangkan secara parsial ROI, EPS, OPM dan BV berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Variabel beta saham sebagai resiko sistematik tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Berdasarkan uraian tersebut maka tinjauan penelitian terdahulu dapat dirangkum pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama/Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Haryanto dan
Sugiharto 2003
Pengaruh Rasio Profitabilitas
terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Industri Minuman di BEJ
Variabel dependen:
Harga saham
Variabel independen:
ROA, ROE, NPM
Secara simultan ROA, ROE dan NPM berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Secara parsial hanya
ROE yang berpengaruh terhadap
harga saham 2 Ardin
Sianipar 2004
Pengaruh Faktor Fundamental
terhadap Harga Saham Industri Perbankan di Indonesia
Variabel dependen:
harga saham
Variabel independen:
ROA, CAR, EPS, ROE, Net Interest Margin
Secara simultan semua faktor fundamental berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Secara parsial hanya ROA yang tidak berpengaruh terhadap harga saham.
3 Raja Lambas Panggabean
2005
Analisis Perbandingan
Korelasi EVA dan ROE terhadap Harga Saham LQ 45 di BEJ
Variabel dependen:
harga saham
Variabel independen:
ROE dan EVA
EVA mempunyai korelasi yang signifikan dengan harga saham, sedangkan ROE tidak
mempunyai korelasi yang signifikan terhadap harga saham.
4 Abdi Satria Sembiring
2008
Pengaruh ROA dan EVA terhadap Perubahan return Saham Pada Perusahaan
Manufaktur di BEJ Periode 2004-2006.
Variabel dependen:
Perubahan return saham
Variabel independen:
ROA dan EVA
Secara simultan ROA dan EVA berpengaruh terhadap Perubahan return saham.
Secara parsial ROA berpengaruh terhadap perubahan return saham sedangkan EVA tidak berpengaruh terhadap
perubahan retun saham.