• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK POTENSI EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (PANDANUS AMARYLLIFOLIUS ROXB.) SEBAGAI LARVASIDA ALAMI BAGI AEDES AEGYPTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK POTENSI EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (PANDANUS AMARYLLIFOLIUS ROXB.) SEBAGAI LARVASIDA ALAMI BAGI AEDES AEGYPTI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

v

ABSTRAK

POTENSI EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN

WANGI (PANDANUS AMARYLLIFOLIUS ROXB.) SEBAGAI

LARVASIDA ALAMI BAGI AEDES AEGYPTI

Tingginya kasus demam berdarah dengue disertai munculnya resistensi

terhadap temephos, menjadikan penggunaan larvasida alami mulai

dipertimbangkan. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan adalah daun pandan wangi. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas, LC50, dan LC90 dari

ekstrak etanol daun pandan wangi sebagai larvasida Aedes aegypti.

Penelitian ini merupakan eksperimental murni dengan posttest only control

group design. Subjek penelitian dibagi menjadi 1 kelompok kontrol (konsentrasi

0%) dan 7 kelompok perlakuan (konsentrasi 0,05%, 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1%, 2%, 4%). Tiap-tiap kelompok terdiri dari 25 larva Aedes aegypti instar III/IV dan empat kali replikasi. Data kematian larva dikumpulkan setelah 24 jam.

Tidak ada kematian pada kelompok kontrol. Rerata persentase kematian larva berturut-turut dari konsentrasi perlakuan terkecil ke terbesar adalah 2%, 5%, 7%, 11%, 14%, 36%, 99%. Uji Kruskal Wallis memperoleh p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan kematian larva yang bermakna antar kelompok. Uji Mann

Whitney menunjukkan p<0,05 pada konsentrasi 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1%, 2%,

dan 4%, yang masing-masing dibandingkan dengan kontrol. Uji probit memperlihatkan nilai LC50 dan LC90 berturut-turut 2,113% dan 3,497%.

Disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) konsentrasi 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1%, 2%, dan 4% efektif

sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti.

Kata Kunci: Ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.), larva Aedes aegypti, larvasida.

(2)

vi

ABSTRACT

POTENCY OF FRAGRANT PANDAN LEAF (PANDANUS

AMARYLLIFOLIUS ROXB.) ETHANOL EXTRACT AS

NATURAL LARVICIDE FOR AEDES AEGYPTI

High cases of dengue hemorrhagic fever accompanied by the emergence of temephos resistance, making the use of natural larvicides have been considered. One of the natural ingredients that can be used is fragrant pandan leaf. This study aims to determine the effectiveness, LC50, and LC90 of fragrant pandan leaf ethanol

extract as larvicide for Aedes aegypti .

This study is purely experimental with posttest only control group design. Subjects were divided into one control group (concentration 0%) and 7 treatment group (concentration of 0.05%, 0.125%, 0.25%, 0.5%, 1%, 2%, 4%). Each group consisted of 25 Aedes aegypti larvae instar III/IV and four times replication. Larval mortality data were collected after 24 hours.

No mortality in control group. Mean percentage of larval mortality respectively from smallest to the largest concentration of treatment is 2%, 5%, 7%, 11%, 14%, 36%, 99%. Kruskal Wallis showed significant difference on larval mortality (p<0,05) between groups. Mann Whitney showed p<0,05 at concentration of 0.125%, 0.25%, 0.5%, 1%, 2%, and 4%, respectively compared to the control. Probit test showed LC50 and LC90 respectively 2.113% and 3.497%.

It was concluded that fragrant pandan leaf (Pandanus amaryllifolius Roxb.) ethanol extract at concentration of 0.125%, 0.25%, 0.5%, 1%, 2%, and 4% effective as natural larvicide for Aedes aegypti.

Keywords: Fragrant pandan leaf (Pandanus amaryllifolius Roxb.) ethanol extract, Aedes aegypti larvae, larvicide.

(3)

vii

RINGKASAN

Salah satu penyakit yang umum ditemukan pada daerah dengan iklim tropis atau subtropis adalah demam dengue. Beberapa pasien dengan demam dengue bisa berkembang menjadi demam berdarah dengue (DBD). Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, Indonesia tercatat sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Pada tahun 2014, di Bali terdapat 8.629 kasus DBD. DBD menjadi sebuah permasalahan yang harus segera dicari solusinya, hal tersebut karena besarnya kasus DBD diiringi dengan belum tersedianya obat anti virus untuk mengatasi infeksi virus dengue. Salah satu solusinya adalah melalui larvasidasi. Sehubungan dengan mulai terjadinya resistensi temephos, perlu dipertimbangkan pencarian larvasida alami yang efektif yang berasal dari bahan alam dan ramah lingkungan. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan adalah daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.). Daun pandan wangi mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, dan polifenol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas, LC50, dan LC90 dari ekstrak etanol daun pandan

wangi sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti. Penelitian ini merupakan eksperimental murni dengan desain penelitian berupa posttest only control group

design. Pada penelitian ini terdapat 1 kelompok kontrol dan 7 kelompok perlakuan.

Kelompok perlakuan terdiri dari ekstrak etanol daun pandan wangi dengan konsentrasi 0,05%, 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1%, 2%, dan 4%. Berbagai konsentrasi tersebut akan dipaparkan kepada larva Aedes aegypti instar III/IV. Tiap-tiap kelompok terdiri dari 25 larva dan empat kali replikasi. Data tentang kematian larva dikumpulkan setelah 24 jam paparan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada kematian pada kelompok kontrol. Rerata persentase kematian larva berturut-turut dari konsentrasi perlakuan terkecil ke terbesar adalah 2%, 5%, 7%, 11%, 14%, 36%, dan 99%. Uji Kruskal Wallis menunjukkan terdapat perbedaan kematian larva yang bermakna antar kelompok (p<0,05). Uji Mann Whitney menunjukkan nilai p<0,05 pada konsentrasi 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1%, 2%, dan 4%, yang masing-masing dibandingkan dengan kelompok kontrol. Uji probit menunjukkan nilai LC50 sebesar 2,113% dan nilai LC90 sebesar 3,497%. Melalui penelitian ini,

dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi dengan konsentrasi 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1%, 2%, dan 4% efektif sebagai larvasida alami bagi Aedes

aegpyti. Namun demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

pengaruh lama penyimpanan ekstrak terhadap efektivitasnya sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti serta penelitian mengenai frekuensi pengaplikasian ekstrak daun pandan wangi agar mudah digunakan oleh masyarakat.

(4)

viii

SUMMARY

One of the disease commonly found in areas with tropical or subtropical climate is dengue fever. Some patients with dengue fever can develop into dengue hemorrhagic fever (DHF). From 1968 to 2009, Indonesia is the country with the highest dengue cases in Southeast Asia. In 2014, in Bali there are 8.629 cases of dengue. DHF become a problem that must be solved immediately, it is because of the magnitude of dengue cases is accompanied by lack of anti-viral drugs to cope with dengue virus infection. One of the solution is through larvaciding. In connection with the start of temephos resistance, it is consider to find an effective natural larvicide derived from natural materials and environmentally friendly. One of the natural ingredients that can be used is a fragrant pandan leaf (Pandanus

amaryllifolius Roxb.). Fragrant pandan leaf contain alkaloid, saponin, flavonoid,

tannin, and polyphenol. The purpose of this study was to examine the effectiveness, LC50 and LC90 of fragrant pandan leaf ethanol extract as a natural

larvicide for Aedes aegypti. This study is a purely experimental with posttest only control group design. In this study, there is one control group and seven treatment groups. The treatment group consisted of fragrant pandan leaf ethanol extract with a concentration of 0,05%, 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1%, 2% and 4%. Various concentrations will be presented to Aedes aegypti larvae instar III/IV. Each group consisted of 25 larvae and four times replication. Data on mortality of larvae were collected after 24 hours of exposure. The results showed there were no deaths in the control group. The mean percentage of larval mortality respectively from smallest to the largest concentration of treatment is 2%, 5%, 7%, 11%, 14%, 36% and 99%. Kruskal Wallis test showed that there were significant differences in the larval mortality between groups (p <0.05). Mann Whitney test showed a value of p <0.05 at a concentration of 0.125%, 0.25%, 0.5%, 1%, 2% and 4%, respectively compared to the control group. Probit test showed LC50 values of 2.113% and LC90

values of 3.497%. Through this research, it can be concluded that the fragrant pandan leaf ethanol extract with a concentration of 0.125%, 0.25%, 0.5%, 1%, 2% and 4% effective as a natural larvicide for Aedes aegpyti. However, it is necessary to conduct further research on the effect of storage time on the effectiveness of the extract as a natural larvicide for Aedes aegypti and research on the frequency of application of fragrant pandan leaf extract for easy use by the public.

(5)

ix

KATA PENGANTAR

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas tuntunan dan karunia-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana atas kesempatan dan

fasilitas yang diberikan.

2. Dr. dr. I. W. P. Sutirta Yasa, M.Si, selaku ketua blok elective study. 3. dr. P. A. Asri Damayanti, M.Kes, selaku sekretaris blok elective study. 4. Dr. dr. I Made Sudarmaja, M.Kes, selaku pembimbing yang telah

memberikan arahan, kritik, dan saran yang membangun dalam penyusunan skripsi ini.

5. dr. I Kadek Swastika, M.Kes, selaku penguji yang telah mengarahkan dan memberi semangat serta masukan kepada skripsi ini.

6. Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memfasilitasi penelitian ini dengan menyediakan sampel dan tempat penelitian.

7. Laboratorium Pasca Sarjana Universitas Udayana yang telah membantu dalam proses pembuatan ekstrak.

8. Orang tua yang telah memberikan semangat dan kasih sayang kepada penulis.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Denpasar, 3 November 2016

(6)

x DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v ABSTRACT ... vi RINGKASAN ... vii SUMMARY ... viii KATA PENGANTAR ... ix DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.3.1 Tujuan Umum ... 5 1.3.2 Tujuan Khusus ... 6 1.4 Manfaat Penelitian ... 7 1.4.1 Manfaat Teoritis ... 7 1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Aedes aegypti ... 8

2.1.1 Taksonomi Aedes aegypti ... 8

2.1.2 Siklus Hidup Aedes aegypti ... 9

2.1.3 Morfologi Aedes aegypti ... 10

(7)

xi

2.2 Larvasida ... 15

2.3 Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) ... 16

2.3.1 Taksonomi Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) ... 17

2.3.2 Morfologi Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) ... 17

2.3.3 Kandungan Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) ... 18

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 22

3.1 Kerangka Berpikir ... 22

3.2 Kerangka Konsep ... 23

3.3 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB IV METODE PENELITIAN ... 25

4.1 Jenis Rancangan Penelitian ... 25

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4.3 Subjek Penelitian ... 26

4.3.1 Populasi ... 26

4.3.2 Sampel ... 26

4.4 Variabel Penelitian ... 27

4.4.1 Klasifikasi Variabel ... 27

4.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 28

4.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 29

4.5.1 Alat Penelitian ... 29

4.5.2 Bahan Penelitian ... 30

4.6 Cara Kerja ... 30

4.7 Parameter Efektivitas ... 33

4.8 Metode Pengumpulan Data ... 33

4.9 Teknik Analisis Data ... 34

4.10 Alur Penelitian ... 35

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1 Hasil Penelitian ... 36

(8)

xii

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 46

6.1 Simpulan ... 46

6.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(9)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Jumlah Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius

Roxb.) yang Diperlukan ... 32 Tabel 5.1 Data Kematian Larva Aedes aegypti pada Kelompok Kontrol dan

Kelompok Perlakuan setelah 24 Jam ... 37 Tabel 5.2 Analisis Probit Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus

(10)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Siklus Hidup Aedes aegypti... 9

Gambar 2.2 Telur Aedes aegypti ... 10

Gambar 2.3 Larva Aedes aegypti ... 12

Gambar 2.4 Pupa Aedes aegypti... 12

Gambar 2.5 Nyamuk Aedes aegypti ... 14

Gambar 2.6 Daun Pandan Wangi ... 18

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 23

Gambar 4.1 Alur Penelitian... 35

(11)

xv

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

AC : Air Conditioner

CDC : Centers for Disease Control and Prevention

DBD : Demam Berdarah Dengue

DEN-1 : Dengue Virus Serotype 1

DEN-2 : Dengue Virus Serotype 2

DEN-3 : Dengue Virus Serotype 3

DEN-4 : Dengue Virus Serotype 4

Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

LC : Lethal Concentration

3M : Menguras, Menutup, Mengubur

pH : Potential of Hydrogen

ppm : Parts per Million

PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk

(12)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jadwal Penelitian ... 51

Lampiran 2. Kalibrasi Ekstrak ... 52

Lampiran 3. Uji Normalitas Distribusi Data ... 53

Lampiran 4. Uji Kruskal Wallis ... 54

Lampiran 5. Uji Mann Whitney ... 55

Lampiran 6. Uji Probit ... 59

Lampiran 7. Proses Penelitian ... 61

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam dengue merupakan salah satu penyakit yang umum ditemukan pada daerah dengan iklim tropis atau subtropis yang hangat dan lembap (Marra dkk., 2011). Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus keluarga Flaviviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotipe tersebut ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak (Suhendro dkk., 2009). Virus dengue dapat ditularkan dari orang ke orang oleh nyamuk Aedes, baik Aedes

aegypti maupun Aedes albopictus. Namun yang lebih sering sebagai vektor

infeksi virus dengue adalah Aedes aegypti (CDC, 2009).

Beberapa pasien dengan demam dengue bisa berkembang menjadi demam berdarah dengue (DBD). DBD merupakan bentuk parah dan kadang-kadang fatal dari demam dengue. Ketika demam mulai mereda (biasanya 3-7 hari setelah onset gejala), pasien bisa memperlihatkan tanda-tanda penyakit yang parah. Pasien DBD juga dapat mengalami sindrom syok dengue (CDC, 2009).

Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit DBD masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita DBD dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah akibat mobilitas penduduk yang tinggi,

(14)

2

perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan dan distribusi penduduk serta faktor epidemiologi lainnya (Achmadi dkk., 2010).

Pada tahun 2014 di seluruh Indonesia didapatkan jumlah kasus DBD adalah sebanyak 100.347 kasus, incidence rate per 100.000 penduduknya adalah 39,80, jumlah kasus meninggal sebanyak 907 kasus, dan Case Fatality Rate sebesar 0,90 persen. Lebih spesifik lagi di Bali pada tahun 2014 menunjukkan jumlah kasus DBD sebanyak 8.629 kasus, incidence rate per 100.000 penduduknya adalah 204,22, jumlah kasus meninggal sebanyak 17 kasus, dan

Case Fatality Rate sebesar 0,2 persen (Kemenkes RI, 2015).

Besarnya kasus DBD diiringi dengan belum tersedianya obat anti virus untuk mengatasi infeksi virus dengue, menjadikan DBD sebagai sebuah permasalahan yang harus segera dicari solusinya. Pemutusan rantai penularan melalui pengendalian vektor DBD dianggap yang terpenting saat ini (Kemenkes RI, 2011). Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit DBD. Nyamuk Aedes aegypti dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. (Kemenkes RI, 2013).

Upaya pengendalian vektor dapat dilaksanakan pada fase nyamuk dewasa maupun jentik nyamuk. Pada fase nyamuk dewasa, pengendalian dilakukan dengan cara pengasapan untuk memutuskan rantai penularan antara nyamuk yang terinfeksi kepada manusia. Pada fase jentik dilakukan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui kegiatan 3M Plus. Kegiatan 3M Plus dapat dilakukan secara fisik dengan menguras dan menutup tempat penampungan air, serta mengubur barang bekas; secara kimiawi dengan larvasidasi; secara biologis

(15)

3

dengan pemberian ikan pemakan jentik; dan cara lainnya seperti menggunakan repelan, obat nyamuk bakar, kelambu, dan memasang kawat kasa (Kemenkes RI, 2011).

Hingga saat ini larvasida yang paling dikenal dan telah digunakan secara luas untuk mengendalikan larva Aedes aegypti adalah temephos 1%. Sejak tahun 1976 temephos 1% (Abate 1%) telah digunakan di Indonesia dan sejak tahun 1980 telah digunakan secara massal untuk program pengendalian DBD di Indonesia. Namun akhir-akhir ini larva nyamuk Aedes aegypti cenderung meningkat resistensinya terhadap larvasida tersebut. Sebuah penelitian status kerentanan larva Aedes aegypti terhadap temephos di Banjarmasin Barat menunjukkan bahwa larva Aedes aegypti sudah resisten terhadap temephos (Istiana dkk., 2012). Sedangkan di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, temephos masih dapat digunakan sebagai larvasida yang efektif sebagai upaya penanggulangan jangka pendek namun dengan konsentrasi pemakaian yang ditingkatkan (Ridha dan Nisa, 2011).

Sehubungan dengan mulai terjadinya resistensi temephos, perlu dipertimbangkan pencarian larvasida alami yang berasal dari bahan alam dan lebih ramah lingkungan serta efektif sebagai pengganti temephos (Istiana dkk., 2012). Bahan alam yang dapat digunakan itu salah satunya adalah daun tanaman. Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) telah diketahui mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, dan polifenol (Utami dan Redaksi Agromedia, 2008).

Pada penelitian sebelumnya tentang ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) sebagai larvasida Aedes aegypti oleh Susanna

(16)

4

dkk. (2003) diperoleh Lethal Concentration 50% (LC50)sebesar2198,4655 ppm

dalam 24 jam, ekstrak yang digunakan adalah ekstrak kering hasil ekstraksi dengan etanol 70% dan butanol. Penelitian oleh Pratama dkk. (2009) mendapatkan konsentrasi 0,9% ekstrak hasil perkolasi dapat membunuh 100% larva. Penelitian oleh Qurbany (2015) menggunakan ekstrak hasil maserasi

dengan etanol 96% dan memperoleh LC50 0,3753 %.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti potensi ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti. Berbeda dengan penelitian oleh Susana dkk., (2003), Pratama dkk., (2009), dan Qurbany (2015), pada penelitian ini dipakai variasi konsentrasi 0,05%, 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1%, 2%, dan 4% yang didapat dari uji pendahuluan dan pada penelitian ini digunakan cara ekstraksi berupa maserasi selama 3 hari dengan etanol 70%.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah efektivitas ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) dengan konsentrasi 0,05% sebagai larvasida alami

bagi Aedes aegypti?

2. Bagaimanakah efektivitas ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) dengan konsentrasi 0,125% sebagai larvasida alami

bagi Aedes aegypti?

3. Bagaimanakah efektivitas ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

(17)

5

bagi Aedes aegypti?

4. Bagaimanakah efektivitas ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) dengan konsentrasi 0,5% sebagai larvasida alami

bagi Aedes aegypti?

5. Bagaimanakah efektivitas ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) dengan konsentrasi 1% sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti?

6. Bagaimanakah efektivitas ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) dengan konsentrasi 2% sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti?

7. Bagaimanakah efektivitas ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) dengan konsentrasi 4% sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti?

8. Berapakah Lethal Concentration 50% (LC50) dari ekstrak etanol daun

pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti?

9. Berapakah Lethal Concentration 90% (LC90) dari ekstrak etanol daun

pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti.

(18)

6

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan konsentrasi 0,05% sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti.

2. Untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan konsentrasi 0,125% sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti.

3. Untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan konsentrasi 0,25% sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti.

4. Untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan konsentrasi 0,5% sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti.

5. Untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan konsentrasi 1% sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti.

6. Untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan konsentrasi 2% sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti.

7. Untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan konsentrasi 4% sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti.

(19)

7

8. Untuk mengetahui Lethal Concentration 50% (LC50) dari ekstrak etanol

daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti.

9. Untuk mengetahui Lethal Concentration 90% (LC90) dari ekstrak etanol

daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dunia medis terutama di bidang parasitologi yang berkaitan dengan larvasida dan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya dalam upaya pengembangan ilmu parasitologi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pemerintah dan masyarakat mengenai pengendalian vektor DBD melalui pemanfaatan bahan alami. Pemanfaatan bahan alami sebagai larvasida ini diharapkan mampu menurunkan kasus DBD, sehingga angka mortalitas akibat DBD bisa ditekan menjadi seminimal mungkin.

Referensi

Dokumen terkait

EFEK ANTISTRES EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) PADA MENCIT

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antidiabetes dari ekstrak etil asetat daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) menggunakan metode α-glukosidase..

Penentuan efektivitas repelensi serbuk daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) terhadap kutu beras (Sitophilus oryzae) pada beras merah (Oryza

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antidiabetes dari ekstrak etil asetat daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) menggunakan metode α-glukosidase..

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui aktivitas antidiabetes dari ekstrak etil asetat daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) menggunakan metode a-glukosidase..

Formulasi Sediaan Krim Dari Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Sebagai Pelembab Kulit Alami. Universitas Sumatera Utara. Harahap,

Sedangkan kelompok IV, V dan VI merupakan kelompok perlakuan yang diberi sampel ekstrak ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan dosis

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius) sebagai larvasida terhadap larva Culex sp.. Metode