• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Pendahuluan Global Consciousness Project, Coherent Consciousness Create Order in the World:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab I Pendahuluan Global Consciousness Project, Coherent Consciousness Create Order in the World:"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Bab I Pendahuluan

Latar belakang

Globalisasi menandai lahirnya sebuah era baru dalam hubungan internasional. Arus ekonomi, tenaga kerja, informasi, teknologi, bahkan ide dan gagasan mengalir lintas negara melalui infrastruktur fisik maupun sosial yang telah dirancang untuk mengakomodasi globalisasi itu sendiri sehingga interkonektifitas antarnegara menjadi hal yang tidak terelakkan. Interkonektifitas berlangsung tidak hanya pada level negara, melainkan juga pada level masyarakat. Masyarakat di seluruh dunia saling berbagi realitas baik secara langsung melalui kontak dengan masyarakat di negara lain maupun secara tidak langsung melalui media tertentu. Konektivitas tersebut menciptakan apa yang disebut global concsiousness: “receptiveness to (and understanding) of cultures others than one’s own, often as part of appreciation of world socio-economic and ecological

issues.”1 Sebuah riset oleh Global Consciousness Project membuktikan bahwa

interkoneksi consciousness manusia dapat dibuktikan secara saintifik melalui ukuran yang objektif.2 Hal ini membawa dampak sosial yang signifikan dalam sejarah perkembangan manusia. Rangkaian dialektika sosial yang berlangsung pada era pascamodern mempengaruhi karakter sebagian besar masyarakat dunia yang kemudian disebut sebagai masyarakat kontemporer, yaitu masyarakat yang memiliki interkonektifitas yang semakin tinggi, evolusi cara hidup yang signifikan, dan dalam perkembangannya semakin sedikit memiliki keterkaitan dengan sejarah entitasnya.

Masyarakat kontemporer dalam perkembangannya melakukan hubungan antara satu sama lain dalam berbagai bidang dalam rangka melakukan kerjasama untuk mencapai kepentingannya. Hubungan tersebut disebut dengan hubungan transnasional, yang secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan yang

1 E. Knowles, Oxford Dictionary of New Word, Oxford University Press, New York, 1991, p. 133.

2

Global Consciousness Project, Coherent Consciousness Create Order in the World: Introduction (online), p. 1, <http://noosphere.princeton.edu/>, diakses pada 5 Oktober 2012.

(2)

2

melibatkan dua atau lebih aktor berbeda negara yang tidak diatur oleh kebijakan negara, dalam hubungan ini salah satu aktor harus merupakan bukan negara. Hubungan transnasional adalah salah satu cara bagi individu maupun organisasi dalam suatu masyarakat untuk secara langsung berkontribusi dalam politik dunia. Interaksi transnasional antara masyarakat kontemporer memiliki bentuk, pola, dan pendekatan yang sangat variatif. Mulai dari yang paling sederhana, yaitu hubungan personal antara dua individu dalam dua wilayah negara yang berbeda hingga hubungan yang terorganisir dan terlembaga. Keberagaman tersebut dipengaruhi oleh aspirasi kepentingan yang sangat bervariasi dan dinamis di dalam hubungan pada level tersebut. Hal ini sangat berbeda dengan hubungan internasional pada level negara yang realis dan menitikberatkan pada kepentingan nasional masing-masing negara.

Komunitas seni kontemporer adalah salah satu contoh bagian masyarakat kontemporer yang lahir sebagai konsekuensi dari globalisasi. Globalisasi sangat berpengaruh dalam perkembangan sejarah kesenian, terutama pada era pascamodern. Arus kapital, tenaga kerja, teknologi, dan informasi mempengaruhi bentuk dan cara kesenian dipraktikkan. Munculnya pop culture (kebudayaan pop) menunjukkan bagaimana kesenian telah berkembang menjadi produk budaya komersial yang diproduksi secara massal untuk dikonsumsi secara luas. Perusahaan yang memiliki kapasitas untuk memproduksi produk kulturalnya dalam kuantitas yang besar dan secara kontinyu dapat mendistribusikan produk dengan efektif adalah perusahaan yang dapat mempengaruhi selera pasar.3 Dengan kata lain, industrialisasi kesenian telah menciptakan batasan baru antara apa yang populer dan tidak populer.

Komunitas seni kontemporer adalah suatu wadah alternatif bagi pelaku seni untuk menggulirkan proses kreasi mereka dan mendapatkan apresiasi publik secara objektif, lepas dari pengaruh mekanisme pasar. Komunitas seni kontemporer bermunculan secara sporadis di seluruh dunia dan melakukan interaksi baik antara sesama komunitas seni kontemporer maupun dengan institusi

3

J. Smiers, Arts under Pressure: Promoting Cultural Diversity In The Age of Globalization, Zed Books, London, 2003, p. 28.

(3)

3

lain. Interaksi tersebut bisa berbentuk pameran, pementasan, residensi, donasi, festival, dan sebagainya. Berbagai jenis interaksi ini memungkinkan transfer ide dan gagasan secara transnasional dan dapat menyebabkan implikasi yang signifikan bagi perkembangan seni dalam kehidupan manusia.

Salah satu fungsi seni adalah sebagai bentuk spesifik komunikasi yang sering digunakan sebagai media untuk menunjukkan ide dan gagasan mengenai realitas yang terjadi di dalam masyarakat. Karya yang dihasilkan oleh pelaku seni seringkali memuat subjektifitas personal pelaku seni dalam memaknai fenomena sosial dan politik yang terjadi. Subjektifitas tersebut dapat berupa pesan mengenai keindahan, kesenangan, kemarahan, atau sinisme yang dikemas dalam bentuk estetik sehingga lebih mudah diterima oleh masyarakat sebagai reseptor dalam proses komunikasi.4 Pada bentuk yang sederhana, di mana komunikasi hanya melibatkan pelaku seni dan penikmat seni dalam satu ruang dan waktu, kesenian dapat dilihat sebagai salah satu aspek yang mengindikasikan apa yang sedang berlaku dalam suatu masyarakat. Definisi sederhana tentang seni sebagai suatu bentuk komunikasi spesifik memungkinkan praktek kesenian menjadi sangat dekat dengan kehidupan sosial budaya masyarakat sehari-hari. Sebagai implikasinya, seringkali luput dari kesadaran kita bahwa setiap format kesenian seperti musik, teater, tari, desain, film, iklan, puisi, buku dan sebagainya telah turut mengkonstruksi, dekonstruksi, rekonstruksi, dan redekonstruksi pemikiran kita dan masyarakat dalam skala lebih luas.5

Salah satu fungsi seni sebagai media komunikasi seperti yang telah dijelaskan menjadi celah bagi pelaku seni untuk melakukan aktivisme dalam bentuk dan skala yang bervariasi. Aktivisme dalam kesenian adalah suatu bentuk reaksi pelaku seni terhadap isu-isu lokal maupun global yang tengah berlangsung di dalam masyarakat kontemporer. Melalui aktivisme, pelaku seni sebagai bagian dari masyarakat sadar akan kemampuan untuk mempengaruhi massa melalui aktifitas individu dan karya mereka. Efek dari aktivisme tersebut relatif pada besarnya jangkauan pengaruh komunitas seni kontemporer.

4

Smiers, p. 81. 5Smiers, p. 83.

(4)

4

Aktivisme berbasis kesenian melangkah lebih jauh lagi dengan melakukan hubungan dan membentuk sebuah jaringan transnasional yang menyatukan mereka dalam kesamaan visi dan kepentingan. Dalam jaringan tersebut agen-agen transnasional saling berinteraksi dan memanfaatkan sumberdaya serta akses yang tersedia untuk mendukung aktivismenya sehingga apa yang mereka perjuangkan dapat diproyeksikan pada skala yang lebih besar. Jaringan aktivisme transnasional yang melibatkan aktor-aktor non-negara dengan kepentingan-kepentingannya pada level tertentu dapat mempengaruhi proses pembuatan kebijakan domestik suatu negara dan bahkan dinamika politik internasional.

Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan studi kasus terhadap salah satu komunitas seni kontemporer di Yogyakarta, yaitu Teater Garasi. Teater Garasi adalah collectiveartist dan laboratorium penciptaan teater yang didirikan pada tahun 1993. Teater Garasi dikenal karena komitmennya untuk mengembangkan dan menciptakan karya pertunjukan teater yang segar dan genuine, berbasis pada kajian atas tradisi seni pertunjukan atau teater yang ada dan menggabungkannya dengan media/sensibilitas/citra kontemporer. Sejak 2004, Teater Garasi telah berhasil mempresentasikan karya-karyanya di panggung internasional seperti Insomnia-48 di Singapura (2004), Festival In Transit yang diselenggarakan oleh The House of World Cultures, Berlin (2005), serta Physical Theatre Festival dan The Saison Foundation, Tokyo (2005 & 2006).

Dalam upaya mewujudkan visinya, di samping menciptakan karya atau proyek pertunjukan, Teater Garasi juga melakukan kerja-kerja kajian teater dan peningkatan pengetahuan. Dalam interaksinya dengan komunitas seni serupa atau lembaga kesenian lainnya, Teater Garasi telah bekerja sama dengan berbagai institusi dalam dan luar negeri, seperti Centre Culturel Francaise (CCF), The Japan Foundation, Asialink, OSI-Open Society Institute Development, The Royal Netherland Embassy, dan Hivos.6

Teater Garasi seringkali menggunakan perspektif kosmpolitanisme dalam melihat suatu masalah yang terjadi pada level masyarakat di dalam karya-karya

6

Teater Garasi, About: Profil (online), <http://teatergarasi.org/index.php?>, diakses pada 22 Oktober 2012.

(5)

5

mereka. Kosmopolitanisme yang dimaksud disini adalah sebuah isme yang berdasarkan pada kesadaran akan sebuah identitas sebagai warga dunia sehingga membentuk suatu sikap keterbukaan dan penerimaan terhadap adanya perbedaan baik yang disebabkan oleh latarbelakang nasionalisme, bahasa, gografis, dan sebagainya. Immanuel Kant dalam esainya yang berjudul Perpetual Peace menyebutkan hukum kosmopolitan sebagai sebuah prinsip dan petunjuk yang dapat melindungi manusia dari peperangan.7 Kosmopolitanisme tidak dapat dipisahkan dari universalisme, sebagai sebuah ide besar yang melatari perkembangan pemikiran kosmopolitanism modern. Universalisme yang menekankan pada persatuan dan homogenitas tidak relevan dengan perkembangan sejarah dan variasi sosio-kultural, sehingga kosmopolitanisme modern menjadi sebuah alternatif yang dapat mengakomodasi kekurangan tersebut.8

Waktu Batu dan Je.ja.lan adalah beberapa contoh karya Teater Garasi yang berhasil dipentaskan kepada publik internasional dan mendapatkan tanggapan yang positif karena berhasil memotret realitas kosmopolis yang spesifik dalam masyarakat Indonesia sebagai bagian dari Dunia Ketiga. Isu-isu tentang hibriditas, kontradiksi dan konstetasi sosial adalah apa yang mereka coba tangkap dan refleksikan dalam karya-karya kolektif, inter-disipliner, maupun individu dari masing-masing anggota artist collective. Karya tersebut menjadi media mereka untuk mengkomunikasikan ide, gagasan, serta nilai mereka dalam melihat suatu fenomena sosial politik yang berlangsung disekitarnya sekaligus menjadi basis mereka dalam menggulirkan aktivisme dalam hubungan transnasional dengan komunitas lain, intansi, serta publik di level internasional. Teater Garasi memberikan pandangan alternatif untuk memahami sebuah realitas sosial politik sesuai dengan konteks era pascamodern.

Teater Garasi dapat menjadi sebuah studi kasus yang menarik karena karya-karya yang diciptakannya sebagian besar berdasarkan studi, observasi, riset, dan diskusi dengan pakar yang dilakukan oleh Teater Garasi sendiri, sehingga nilai-nilai yang ia bawa menjadi lebih objektif.Penelitian ini akan mencoba

7 Standford Encyclopedia of Philosophy, Cosmopolitanism (online), p.1<

http://plato.stanford.edu/entries/cosmopolitanism/> diakses 12 Agustus 2013. 8 Ibid.

(6)

6

mengulas bentuk-bentuk interaksi transnasional yang dilakukan oleh Teater Garasi sebagai komunitas seni kontemporer dan ide apa yang ingin ia sosialisasikan mengenai isu kosmopolitan dalam hubungan tersebut. Dengan mempelajari interaksi transnasional dan bentuk aktivisme yang dilakukan oleh Teater Garasi, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan pemahaman bahwa hubungan internasional memiliki spektrum yang sangat luas dan dapat berlangsung sangat dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari sehingga dapat menjadi sebuah ilmu yang aplikatif. Hubungan internasional tidak melulu dipahami secara realis sebagai hubungan yang hanya melibatkan negara sebagai aktor utama. Pemahaman tersebut diharapkan dapat menjadi wacana yang menarik dalam studi hubungan internasional dan dapat menginspirasi pembaca bahwa sebagai bagian dari masyarakat kontemporer, pembaca secara khusus maupun masyarakat secara umum memiliki celah untuk melakukan aktivisme dalam segala bidang yang dapat memberikan kontribusi secara sosial maupun politik dalam rangka menciptakan kehidupan yang lebih beradab.

Pertanyaan penelitian

Dari uraian latar belakang di atas, penulis mengajukan pertanyaan penelitian bagaimana sosialisasi ide dan gagasan dengan perspektif kosmopolitan dilakukan oleh Teater Garasi dalam interaksi transnasional yang ia jalankan?

Landasan konseptual: Global framing dan pendekatan naratif Global framing(Pembingkaian global)

Liberalisme berpendapat bahwa negara tidak lagi menjadi satu-satunya aktor penting dalam hubungan internasional. Kaum pluralis liberal percaya bahwa kekuasaan dan pengaruh dalam politik dunia kini dijalankan oleh serangkaian aktor. Lebih lanjut, konflik tidak lagi merupakan proses utama dalam hubungan internasional pada saat semakin meningkatnya kerja sama dalam mengejar

(7)

7

kepentingan-kepentingan bersama merupakan ciri utama politik dunia.9 Dalam konteks pendekatan liberal ini, transnasionalisme berupaya menjelaskan tentang berbagai interaksi melewati batas wilayah yang tidak dikontrol oleh kebijakan luar negeri negara.10 Transnasionalisme memberi batasan yang lebih luas dalam memahami politik internasional dengan keterlibatan aktor selain negara menjadi faktor yang berpengaruh di dalamnya. Hal ini menjadi landasan bagi relevansi komunitas seni kontemporer di Yogyakarta dalam hubungan internasional.

Salah satu mekanisme dalam transnasionalisme adalah global framing, pembingkaian global, yang didefinisikan sebagai pemakaian simbol eksternal untuk mengorientasikan klaim lokal atau nasional.11 Pada tahun 1980, sosiolog David Snow mengimpor konsep pembingkaian ke dalam studi politik. Pembingkaian adalah skema interpretasi yang dalam masyarakat umum digunakan untuk mengorganisir pengalaman dan mengarahkan aksi. Dalam aksi kolektif, bingkai dibentuk dengan cara mengorganisasi aksi untuk menarik pendukung, menyampaikan intensi, dan meraih perhatian media.12 Dalam konteks interaksi antara komunitas seni kontemporer dengan masyarakat, komunitas, atau lembaga asing, bingkai digunakan untuk menyelaraskan common sense antaranggota komunitas dan dalam sosialisasi ide dan gagasan kepada pihak lain.

Global framing adalah hasil dari proses transformasi bingkai (frame bridging) yang sangat dipengaruhi oleh proses globalisasi. Pelaku seni dalam komunitas seni kontemporer Teater Garasi mengadaptasi global consciousness dan global thinking yang mengkonstruksi persepsi mereka dalam melihat fenomena sosial yang terjadi. Sintesis yang dihasilkan dalam dialektika pribadi masing-masing pelaku seni tertuang dalam karya seni yang mereka hasilkan. Karya tersebut kemudian dipresentasikan kepada publik sebagai bentuk komunikasi spesifik untuk mensosialisasikan ide dan gagasan. Mekanisme

9 J. Steans, International Relations: Perspectives and Themes, edisi Bahasa Indonesia Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema, diterjemahkan oleh Deasy Silvya S., Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009, p. 96.

10 S. Joseph, Transnational Relations and World Politics, Harvard University Press, Massachusetts, 1972, p. 331.

11 S. Tarrow, The New Transnational Activism, Cambridge University Press, New York, 2005, p. 60.

(8)

8

tersebut menjelaskan bagaimana isu-isu lokal yang diangkat oleh komunitas seni kontemporer Teater Garasi dapat menjadi suatu global common sense serta dapat diterima dan mempengaruhi masyarakat, komunitas, dan lembaga negara lain yang berinteraksi dengannya.

Pendekatan naratif

Dalam pemikiran sosial politik dewasa ini pendekatan naratif sering digunakan untuk merumuskan suatu isu sosial politik secara lebih spesifik. Pendekatan naratif berlaku sebagai kritik dari teori-teori arus utama yang kurang merepresentasikan keseluruhan isu sosial politik yang berlangsung karena menggunakan ukuran-ukuran universal dengan merujuk pada model ideal yang seringkali menimbulkan kesalahpahaman dan bias.13 Sebaliknya, pendekatan naratif melihat suatu isu sosial politik sebagai fenomena dalam kurun waktu dan tempat spesifik yang sangat dipengaruhi oleh faktor historis dan budaya yang spesifik pula. Dengan kata lain, pendekatan naratif menekankan pada variasi dan kompleksitas pengalaman manusia sebagai sumber dari studi sosial politik.14

Pendekatan naratif memungkinkan manusia untuk dilihat sebagai identitas yang personal dalam konteks sosial politik dan dapat membagi identitasnya dengan orang lain dengan mengaitkannya pada narasi budaya dan historis yang lebih luas. Kesenian sebagai bidang yang humanis menerapkan pendekatan ini dalam memaknai fenomena sosial politik yang terjadi dalam masyarakat. Pelaku seni dalam komunitas seni kontemporer seringkali mengangkat isu lokal yang sangat spesifik dan tidak populer yang luput dari pengamatan studi yang merujuk pada pendekatan teori konvensional.

Pendekatan naratif juga memiliki peran yang penting pada komunitas seni kontemporer dalam kaitannya dengan interaksi transnasional yang mereka lakukan. Di dalam guliran globalisasi yang menurunkan pascamodernisme dan kosmopolitanisme yang mempertanyakan relevansi identitas dalam kehidupan modern dewasa ini, naratif menjadi pendekatan yang diperlukan untuk

13

G. Browning, Understanding Contemporary Society, SAGE, London, 2000, p. 112. 14 Browning, p. 123.

(9)

9

mempertahankan identitas dan diversitas dalam kesenian. Melalui pendekatan naratif, pelaku seni mengkaitkan identitas personalnya dengan narasi yang lebih luas dalam bentuk identitas kolektif. Indentitas kolektif tersebut turut melekat dalam karya seni yang dihasilkan pelaku seni bersama subjektifitas personal pelaku seni dalam melihat suatu fenomena sosial politik tertentu. Dengan kata lain, pelaku seni dapat merepresentasikan dirinya sebagai bagian dari suatu entitas tertentu dan menceritakan atau menarasikan isu-isu lokal yang terjadi dalam entitas tersebut secara spesifik melalui karya yang dihasilkan.

Pendekatan naratif dalam kajian kesenian teater dapat mengambil bentuk yang variatif. Mulai dari setting panggung yang mengkondisikan sebuah situasi spesifik, karakter yang terlibat dalam pementasan, hingga susunan dialog dan kejadian dalam sebuah pementasan. Bahkan pendekatan naratif dalam kajian teater telah menjadi suatu bentuk pementasan teater spesifik di mana hanya ada aktor yang membacakan sebuah narasi tanpa didukung oleh dialog, kostum, serta setting. Oleh pelaku seni dalam Teater Garasi, keseluruhan rangkaian pementasan tersebut diciptakan untuk menarasikan sebuah isu atau fenomena tertentu sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan. Isu atau fenomena yang diangkat dalam sebuah pertunjukan memiliki muatan sosial politik yang sangat dipengaruhi oleh subjektifitas pelaku seni. Ketika dipresentasikan kepada publik baik di dalam maupun luar negeri, karya yang dipentaskan akan membentuk sebuah citra yang akan menciptakan suatu common sense, yang akan mempengaruhi persepsi publik yang menontonnya. Dengan demikian, Teater Garasi dapat menggulirkan ide dan gagasannya dalam aktivisme transnasional yang ia lakukan dengan tetap terkait dengan identitas tertentu.

Argumen utama

Dalam skripsi ini penulis berargumen bahwa sosialisasi ide dan gagasan tentang isu kosmopolitan dijalankan secara transnasional oleh Teater Garasi dengan menggunakan mekanisme global framing dan pendekatan naratif.

Teater Garasi mengangkat isu lokal spesifik dalam karya-karya mereka berdasarkan nilai-nilai moral dan humanistik yang diadopsi dari narasi lokal dan

(10)

10

dipengaruhi oleh proses global thinking dan global consciousness. Komuntas seni kontemporer kini berada dalam realitas baru di mana himpitan globalisasi beradu dengan lokalitas. Realitas baru tersebut sekaligus menjadi sumber inspirasi dan refleksi komunitas seni kontemporer sebagai bagian dari masyarakat kontemporer. Penggunaan pendekatan naratif dilakukan dalam rangka menyampaikan ide dan gagasan mengenai suatu fenomena yang terjadi secara utuh, menekankan pada variasi dan kompleksitas lokal yang diangkat oleh Teater Garasi. Dalam berhubungan dengan pihak asing, Teater Garasi menggunakan metode pembingkaian global untuk mengantarkan subjektifitas pribadi/ kolektif terhadap fenomena lokal yang ia angkat menuju pemahaman common sense dari publik. Konsep pembingkaian globaldan pendekatan naratif menjelaskan bahwa dalam proses transfer ide dan gagasan antara komunitas seni kontemporer dengan masyarakat, komunitas, ataupun lembaga di luar negeri, komunitas seni kontemporer memiliki dua peran yang berbeda, yaitu sebagai bagian dari entitas lokal tertentu dan sebagai bagian dari masyarakat kontemporer global.

Pengumpulan data

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode observasi, studi pustaka dan wawancara langsung terhadap narasumber. Observasi dilakukan terhadap karya-karya yang dihasilkan oleh Teater Garasi sebagai komunitas seni kontemporer di Yogyakarta untuk mengetahui muatan sosial politik yang terkandung dalam karya tersebut. Observasi juga akan dilakukan terhadap data-data dokumentasi pementasan/pameran yang dilakukan di luar negeri untuk mengetahui komentar dan tanggapan dari masyarakat, komunitas, atau lembaga asing yang terlibat dalam acara tersebut. Wawancara akan dilakukan terhadap beberapa anggota dan direktur Teater Garasi untuk mengetahui visi, misi, dan memperoleh data lain yang diperlukan. Untuk menyajikan analisis yang komprehensif, studi pustaka terhadap berbagai dokumen dan sumber Internet sebagai referensi yang relevan akan dilakukan untuk melengkapi penelitian ini.

(11)

11

Sistematika penulisan

Skripsi ini akan terdiri dari empat bab. Bab pertama Pendahuluan akan memberikan setting isu yang diteliti dan bagaimana permasalahan yang muncul dari isu tersebut akan dijawab. Bab kedua, Sekilas Teater Garasi, akan membahas secara deskriptif garis besar profil dari komunitas seni kontemporer tersebut serta isu lokal apa yang diangkat dalam karya mereka. Bab ini juga akan mengulas beberapa contoh karya Teater Garasi yang telah dipresentasikan kepada masyarakat, komunitas, atau instansi luar negeri.

Bab ketiga dari skripsi ini, Dualisme dalam Transnasionalisme, akan berisi analisis penulis mengenai bagaimana komunitas seni kontemporer Teater Garasi sebagai agen transnasional bekerja dengan mekanisme pembingkaian global untuk mensosialisasikan ide dan gagasan mereka kepada publik luar negeri. Juga akan diteliti bagaimana Teater Garasi, di bawah pengaruh globalisasi dan kosmopolitanisme, dapat memperjuangkan identitas dan kelokalan mereka melalui pendekatan naratif dalam kegiatan seni dan karya. Skripsi ini akan diakhiri dengan babPenutup. Dalam bab ini, penulis akan menarik kesimpulan dari semua deskripsi dan analisis di bagian-bagian sebelumnya, serta inferensi berupa pelajaran yang bisa diambil dari penelitian kasus ini.

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan tersebut menjadi modal untuk membentuk sebuah jaringan atau organisasi, dimana Adanya sebuah jaringan atau komunitas menjadi hal penting dalam

dapat digunakan sebagai salah satu teknik untuk meningkatkan rasa percayadiri dan hasil belajar siswa pada tema hidup rukun subtema hidup rukun di sekolah kelas II A SD Negeri

Pemberian Nomor Cara Seri Unit (Serial Unit Numbering System) Pemberian nomor cara seri unit atau dikenal dengan Serial Unit Numbering System (SUNS) adalah suatu

Faktor ini dinamakan Brand Consciousness Factor dikarenakan dalam pengelompokkan faktor, variabel Brand Consciousness Factor memiliki nilai faktor terbesar dan

1) Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang menjadi sebab sakit, cacat, dan kematian dapat dikurangi atau ditekan sekecil-kecilnya,

Saya selaku penulis hanya membatasi penelitian ini pada variabel-variabel yang akan diteliti untuk melihat bagaimana pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, dan Harga

Hero Supermarket, Tbk yang dilihat dari rasio likuiditas, berupa rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), dan rasio kas (cash ratio), dan rasio

Menimbang, bahwa oleh karena pada waktu putusan perkara Nomor : 122/Pdt.G/2014/PN.Cbi dibacakan dipersidangan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Cibinong pada