• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. KUALITAS HASIL PERIKANAN. 2.1 Parameter Kualitas Hasil Perikanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2. KUALITAS HASIL PERIKANAN. 2.1 Parameter Kualitas Hasil Perikanan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2. KUALITAS HASIL PERIKANAN

2.1 Parameter Kualitas Hasil Perikanan Ikan yang baik adalah ikan yang masih segar. Ikan segar yang masih mempunyai sifat sama seperti ikan hidup, baik rupa, bau, rasa, maupun teksturnya. Dengan kata lain, ikan segar adalah :

1. Ikan yang baru saja ditangkap dan belum mengalami proses pengawetan maupun pengolahan lebih lanjut.

2. Ikan yang belum mengalami perubahan fisika maupun kimia atau yang masih mempunyai sifat sama ketika ditangkap.

Ikan segar dapat diperoleh jika penanganan dan sanitasi yang baik, semakin lama ikan dibiarkan setelah ditangkap tanpa penanganan yang baik akan menurunkan kesegarannya. Faktor-faktor yang menentukan mutu ikan segar dipengaruhi antara lain :

(2)

2. Pelabuhan perikanan.

3. Berbagai faktor lainnya, yaitu mulai dari pelelangan, pengepakan, pengangkutan dan pengolahan.

Kesegaran adalah tolak ukur untuk membedakan ikan yang kualitasnya baik dan tidak. Berdasarkan kesegarannya, ikan dapat digolongkan menjadi empat kelas mutu, yaitu ikan yang tingkat kesegarannya sangat baik sekali (prima), ikan yang kesegarannya baik (advanced), ikan yang kesegarannya mundur (sedang), ikan yang sudah tidak segar lagi (busuk).

2.2 Uji Sensorik / Organoleptik

Parameter untuk menentukan kesegaran ikan terdiri atas faktor-faktor fisikawi, sensoris/organoleptik/kimiawi, dan mikrobiologi. Kesegaran ikan dapat dilihat dengan metode yang sederhana dan lebih mudah dibandingkan

(3)

dengan metode lainnya dengan melihat kondisi fisik, yaitu sebagai berikut:

1. Kenampakan luar

Ikan yang masih segar mempunyai penampakan cerah dan tidak suram. Keadaan itu dikarenakan belum banyak perubahan biokimia yang terjadi. Metabolisme dalam tubuh ikan masih berjalan sempurna. Pada ikan tidak ditemukan tanda-tanda perubahan warna, tetapi secara berangsur warna makin suram, karena timbulnya lendir sebagai akibat berlangsungnya proses biokimiawi lebih lanjut dan berkembangnya mikroba.

2. Lenturan daging ikan

Daging ikan segar cukup lentur jika dibengkokkan dan segera akan kembali ke bentuknya semula apabila dilepaskan. Kelenturan itu dikarenakan belum terputusnya jaringan pengikat pada daging, sedangkan pada ikan busuk jaringan pengikatnya banyak mengalami kerusakan

(4)

dan dinding selnya banyak yang rusak sehingga daging ikan kehilangan kelenturan. 3. Keadaan mata

Parameter ini merupakan yang paling mudah untuk dilihat. Perubahan kesegaran ikan akan menyebabkan perubahan yang nyata pada kecerahan matanya

4. Keadaan daging

Kualitas ikan ditentukan oleh dagingnya. Ikan yang masih segar, berdaging kenyal, jika ditekan dengan telunjuk atau ibu jari maka bekasnya akan segera kembali. Daging ikan yang belum kehilangan cairan daging kelihatan basah dan pada permukaan tubuh belum terdapat lendir yang menyebabkan kenampakan ikan menjadi suram/kusam dan tidak menarik. Setelah ikan mati, beberapa jam kemudian daging ikan menjadi kaku. Karena kerusakan pada jaringan dagingnya, maka makin lama kesegarannya akan hilang, timbul cairan sebagai tetes-tetes air yang mengalir keluar, dan daging kehilangan kekenyalan tekstur.

(5)

5. Keadaan insang dan sisik

Warna insang dapat dikatakan sebagai indikator, apakah ikan masih segar atau tidak. Ikan yang masih segar berwarna merah cerah, sedangkan ikan yang tidak segar berwarna coklat gelap. Insang ikan merupakan pusat darah mengambil oksigen dari dalam air. Ikan yang mati mengakibatkan peredaran darah terhenti, bahkan sebaliknya dapat teroksidasi sehingga warnanya berubah menjadi merah gelap. Sisik ikan dapat menjadi parameter kesegaran ikan, untuk ikan bersisik jika sisiknya masih melekat kuat, tidak mudah dilepaskan dari tubuhnya berarti ikan tersebut masih segar.

Penentuan Kesegaran Ikan

Penentuan kesegaran ikan dapat dilakukan secara fisika, kimia dan mikrobiologi, diantara metode yang ada, ada yang lebih mudah, cepat, dan murah adalah dengan menggunakan metode fisik.

(6)

1.Metode penentuan ikan secara fisik

Secara fisik kesegaran ikan dapat ditentukan dengan mengamati tanda-tanda visual melalui ciri-ciri seperti disebutkan di atas. Ciri-ciri ikan segar dapat dibedakan dengan ikan yang mulai membusuk, dapat dilihat pada Tabel 1.

2.Uji kimia

Penentuan kesegaran ikan secara kimia dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya sebagai berikut :

a. Analysis pH daging ikan

Ikan yang sudak tidak segar pH dagingnya tinggi (basa) dibandingkan ikan yang masih segar. Hal itu karena timbulnya senyawa-senyawa yang bersifat basa misalnya amoniak, trimetilamin, dan senyawa volatile lainnya.

(7)

Tabel .1 Ciri-ciri Ikan Segar dan yang Mulai Membusuk

Ikan Segar Ikan Mulai Busuk

Kulit

- Warna kulit terang dan jernih

- Kulit masih kuat membungkus tubuh, tidak mudah sobek, terutama pada bagian perut.

- Warna-warna khusus yang masih ada terlihat jelas

- Kulit berwarna suram, pucat dan berlendir banyak

- Kulit mulai terlihat mengendur di beberapa tempat tertentu

- Kulit mudah sobek dan warna-warna khusus sudah hilang

(8)

Sisik

- Sisik menempel kuat pada tubuh sehingga sulit lepas

- Sisik mudah terlepas dari tubuh

Mata

- Mata tampak terang, jernih, menonjol dan cembung - Tampak suram, tenggelam dan berkerut Insang - Insang berwarna merah sampai merah tua, terang dan lamella insang terpisah

- Insang tertutup oleh lendir berwarna terang dan berbau segar seperti bau ikan

- Insang berwarna cokelat suram atau abu-abu dan lamella insang berdempetan - Lendir insang keruh

dan berbau asam, menusuk hidung Daging - Daging kenyal, menandakan rigormortis masih berlangsung

- Daging dan bagian tubuh lain berbau segar

- Bila daging ditekan dengan jari tidak tampak bekas lekukan - Daging melekat pada

tulang

- Daging perut utuh dan kenyal

- Daging lunak, menandakan

rigormortis telah selesai

- Daging dan bagian tubuh lain mulai berbau busuk

- Bila ditekan dengan jari tampak bekas lekukan - Daging mudah lepas

dari tulang

- Daging lembek dan isi perut sering keluar - Daging berwarna

(9)

kemerah-- Warna daging putih merahan terutama disekitar tulang punggung

Bila ditaruh di dalam air

- Ikan segar akan tenggelam

- Ikan yang sudah sangat membusuk akan mengapung di permukaan air

b. Analisis kandungan hipoksantin

Hipoksantin berasal dari pemecahan ATP, semakin tinggi kandungan hipoksantin maka tingkat kesegaran ikan rendah. Besarnya kadar hipoksantin yang masih dapat diterima oleh konsumen tergantung berbagai faktor diantaranya jenis hasil perikanan dan keadaan penduduk setempat.

c. Analisis kadar dimetilamin, trimetilamin atau amoniak

Penguraian protein akan menghasilkan senyawa di atas, jika kesegaran ikan mengalami penurunan maka kandungan nitrogen yang mudah menguap akan mengalami peningkatan. Pola penguraian

(10)

protein pada ikan laut berbeda dengan ikan darat. Ikan darat akan dihasilkan amonia, sedangkan ikan laut akan dihasilkan dimetilamin dan trimetilamin. Untuk ikan dengan tingkat kesegaran masih tinggi, analisis yang dilakukan adalah dimetilamin, sedangkan trimetil amin untuk ikan dengan tingkat kesegaran rendah.

d. Defosforilasi Inosin Monofosfat (IMP)

IMP berkaitan dengan perubahan cita rasa daging ikan dan kesegaran ikan, sehingga dapat digunakan untuk menentukan kesegaran ikan. Kelemahannya sulit dilakukan karena proses defosforilasi IMP untuk setiap jenis ikan berbeda.

e. Analisis kerusakan lemak pada daging ikan

Kerusakan lemak terjadi karena oksidasi, baik secara oto-oksidasi (enzimatis) maupun secara non enzimatis. Analisis kerusakan lemak dapat dilakukan dengan

(11)

analisa kandungan peroksidanya atau jumlah malonaldehida yang biasanya dinyatakan sebagai angka TBA (thiobarbituric acid). Pengujian kesegaran ikan dengan analisis kerusakan lemak kurang akurat karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses penguraian lemak.

3. Metode Penentuan secara Mikrobiologi Ikan secara alamiah sudah membawa mikroorganisme, sehingga pada saat hidup ikan memiliki kemampuan untuk mengatasi aktivitas mikroorganisme sehingga tidak terlihat selama ikan masih hidup. Mikroorganisme yang dominan penyebab kerusakan berupa bakteri karena kandungan proteinnya tinggi, kadar airnya tinggi, dan pH daging ikan mendekati netral sehingga menjadi media yang cocok untuk pertumbuhan bakteri.

Pengujian ikan secara mikrobiologi dapat dilakuan dengan penentuan Total Plate Count (TPC) yaitu hanya menghitung total jumlah koloni bakteri kemudian dibandingkan dengan

(12)

standar mutu ikan segar , pengujian itu dapat berlangsung lebih cepat.

4.Metode Penentuan Ikan secara Sensorik Cara tersebut umum dikerjakan dalam praktek, terutama di pabrik-pabrik pengolahan ikan. Cara itu lebih mudah dan lebih cepat karena hanya menggunakan alat indrawi saja, tidak memerlukan banyak peralatan serta lebih murah. Pengujian sensorik lebih banyak kearah pengamatan secara visual. Sebagai parameter dalam pengujian sensorik berupa penampakan warna, cita rasa dan tekstur. Para panelis akan memberikan skor pada sampel yang diamati. Biasanya semakin segar ikan yang dianalisis skor akan semakin tinggi. Sifatnya sangat subjektif hanya mengandalkan indera panelis, kepekaan masing-masing berbeda dan keterbatasan kemampuan dalam mendeteksi, misalnya membedakan antara bau busuk dengan bau amoniak atau bau indol.

(13)

Tabel 2. Lembaran Penilaian Ikan Segar Sasaran

Pengam atan

Keadaan Nilai Nilai

Cont oh

Mata Sangat segar, biji mata cembung hitam, kornea jernih

5 Agak tenggelam, biji 3

(14)

mata kelabu, warna kornea agak keruh

Tenggelam, biji mata putih susu, kornea keruh 2 Biji mata tenggelam

total 0

Insang Warna merah cerah, tidak berlendir akibat bakteri

5 Warna sedikit memucat, sedikit berlendir

3 Warna banyak berubah, lendir banyak 2 Warna sangat pucat, lendir sangat banyak 0 Dinding

perut Perut utuh, tidak ada perubahan warna pada dinding perut

5 Dinding perut sedikit berubah warna dan menjadi agak lunak

3 Dinding perut berubah warna dan menjadi lunak

2 Dinding perut berubah secara total dan sangat lembek

0 Daging Kenyal, elastik terhadap

tekanan jari 5

Sedikit lunak 3 Lebih lunak, sisik mudah lepas

2 Sangat lembek, jika ditekan dengan jari

(15)

bekasnya tidak hilang Bau dan

Rasa Segar, rasa manis yang khas dari spesies yang bersangkutan

5 Rasa netral, rasa khas

hilang 4

Rasa hambar 3

Rasa tidak enak, asam tengik, berbau amoniak (trimetilamin)

2 Berbau busuk (hydrogen sulfida) menjijikkan

0 Warna

dan

Berbau seperti rumput segar

10 setelah Bau segar hilang, netral 8 Direbus Bau lebih kuat 6

Berbau susu asam, rasa hambar atau sedikit pahit

4 Berbau amoniak, rasa

pahit 2

Bau busuk kuat (hydrogen sulfida, indol) 0 Tekstur Kenyal, warna alami 5 Sesudah Kenyal, warna agak

kekuning-kuningan 3 Direbus Lunak, hampir tidak

dapat dimakan 2 Sangat lunak, tidak dapat dimakan

1 Perubahan Setelah Ikan Mati

(16)

Proses perubahan setelah ikan mati terjadi karena aktivitas enzim, mikroorganisme dan kimiawi. Ketiga hal tersebut menyebabkan tingkat kesegaran ikan menurun. Penurunan tingkat kesegaran ikan ini terlihat dengan adanya perubahan fisik, kimia dan organoleptik pada ikan.

Setelah ikan mati, berbagai proses perubahan fisik , kimia dan organoleptik berlangsung dengan cepat. Semua proses perubahan ini akhirnya mengarah ke pembusukan. Urutan proses perubahan yang terjadi pada ikan mati meliputi perubahan prarigormortis, rigormortis, aktivitas enzim, aktivitas mikroba, dan oksidasi.

1.Perubahan Prarigormortis

Perubahan prarigormortis merupakan peristiwa terlepasnya lendir dari kelenjar di bawah permukaan kulit. Lendir yang dikeluarkan ini sebagian besar terdiri dari glukoprotein dan musin yang merupakan media ideal bagi pertumbuhan bakteri.

(17)

2.Perubahan Rigormortis

Perubahan rigormortis merupakan akibat dari suatu rangkaian perubahan kimia yang kompleks di dalam otot ikan sesudah kematiannya. Setelah ikan mati, sirkulasi darah terhenti dan suplai oksigen berkurang sehingga terjadi perubahan glikogen menjadi asam laktat. Perubahan ini menyebabkan pH tubuh ikan menurun, diikuti pula dengan penurunan jumlah adenosine triposfat (ATP) serta

ketidakmampuan jaringan otot

mempertahankan kekenyalannya. Kondisi inilah yang dinamakan rigormortis.

Waktu yang diperlukan ikan untuk masuk dan melewati fase rigormortis ini tergantung pada spesies, kondisi fisik ikan, derajat perjuangan ikan sebelum mati, ukuran, cara penangkapan, cara penanganan setelah penangkapan, dan suhu selama penyimpanan.

Pada fase rigormortis, pH tubuh ikan menurun menjadi 6,2–6,6 dari pH mula-mula 6,9–7,2. Tinggi rendahnya pH awal ikan sangat tergantung pada jumlah glikogen yang ada dan

(18)

kekuatan penyangga (buffering power) pada daging ikan. Kekuatan penyangga pada daging ikan disebabkan oleh protein, asam laktat, asam fosfat, TMAO, dan basa-basa menguap.

Setelah fase rigormortis berakhir dan pembusukan bakteri berlangsung maka pH daging ikan naik mendekati netral hingga 7,7 – 8,0 atau lebih tinggi jika pembusukan telah sangat parah. Tingkat keparahan pembusukan disebabkan oleh kadar senyawa-senyawa yang bersifat basa. Pada kondisi ini, pH ikan naik dengan perlahan-lahan dan dengan semakin banyak senyawa basa yang terbentuk akan semakin mempercepat kenaikan pH ikan. Proses rigormortis dikehendaki selama mungkin karena proses ini dapat menghambat proses penurunan mutu oleh aksi mikroba. Semakin singkat proses rigormortis pada ikan maka semakin cepat ikan itu membusuk.

3.Proses Perubahan karena Aktivitas Enzim

(19)

Setiap sel jaringan tubuh ikan mengandung enzim yang bertindak sebagai katalisator dalam pembangunan dan penguraian kembali setiap senyawa dan zat yang merupakan komponen kimia ikan. Pada ikan yang masih hidup, kerja enzim selalu terkontrol sehingga aktivitasnya menguntungkan bagi kehidupan ikan itu sendiri.

Setelah ikan mati, enzim masih mempunyai kemampuan untuk bekerja secara aktif. Namun sistem kerja enzim menjadi tidak terkontrol karena organ pengontrol tidak berfungsi lagi. Akibatnya enzim dapat merusak organ tubuh ikan. Peristiwa ini disebut autolysis dan berlangsung setelah ikan melewati fase rigormortis. Ciri terjadinya perubahan secara autolysis ini adalah dengan dihasilkannya amoniak sebagai hasil akhir. Penguraian protein dan lemak dalam autolysis menyebabkan perubahan rasa, tekstur dan penampakan ikan.

Autolysis tidak dapat dihentikan walaupun dalam suhu yang sangat rendah. Biasanya

(20)

proses autolysis akan selalu diikuti dengan meningkatnya jumlah bakteri. Pasalnya semua hasil penguraian enzim selama proses autolysis merupakan media yang sangat cocok untuk pertumbuhan bakteri dan mikroba lainnya.

4.Perubahan karena Aktivitas Mikroba Selama ikan hidup, bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan, insang, saluran darah, dan permukaan kulit ikan tidak dapat merusak atau menyerang bagian-bagian tubuh ikan. Hal ini disebabkan bagian-bagian tubuh ikan tersebut mempunyai batas pencegah (barrier) terhadap penyerangan bakteri. Setelah ikan mati, kemampuan barrier tadi hilang sehingga bakteri segera masuk ke dalam daging ikan melalui keenam bagian tadi.

Jumlah bakteri yang terdapat dalam tubuh ikan ada hubungannya dengan kondisi perairan tempat ikan tersebut hidup. Bakteri yang umumnya ditemukan pada ikan adalah bakteri Pseudomonas, Alkaligenes, Micrococcus, Sarcina, Vibrio, Flavobacterium,

(21)

Corynebacterium, Serratia, dan Bacillus. Selain yang disebutkan di atas, bakteri yang terdapat pada ikan air tawar juga mencakup jenis bakteri Aeromonas, Lactobacillus, Brevibacterium dan Streptococcus.

Selama penyimpanan pada suhu rendah, bakteri Pseudomonas, Aeromonas , Miraxella dan Acetobacter meningkat lebih cepat dibandingkan dengan organisma lainnya. Pada tahap pembusukan, bakteri-bakteri ini mencapai 80% dari total flora pada ikan. Perbedaan jenis dan jumlah bakteri yang dijumpai pada ikan disebabkan oleh perbedaan suhu yang dipengaruhi oleh musim dan letak geografis, cara penangkapan, dan penanganan ikan. Senyawa yang dihasilkan dalam dekomposisi bakterial yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk tingkat kesegaran ikan diantaranya adalah indol, H2S, hipoksantin,

histamine, volatile reducing substance (VRS), total volatile base (TVB), dan trimetilamin (TMA).

Akibat serangan bakteri, ikan mengalami berbagai perubahan, yaitu lendir menjadi lebih

(22)

pekat, bergetah, amis, mata terbenam dan pudar sinarnya, serta insang berubah warna dengan susunan tidak teratur dan bau menusuk. Bakteri-bakteri tersebut menyerang tubuh ikan mulai dari insang atau luka yang terdapat pada kulit menuju jaringan daging ikan dan dari permukaan kulit menuju ke jaringan tubuh bagian dalam.

5.Perubahan karena Oksidasi

Proses perubahan pada ikan dapat juga terjadi karena proses oksidasi lemak sehingga timbul aroma tengik yang tidak diinginkan dan perubahan rupa serta warna daging kearah cokelat kusam. Bau tengik ini dapat merugikan, baik pada proses pengolahan maupun pengawetan, karena dapat menurunkan mutu dan harga jualnya.

Mencegah proses oksidasi adalah dengan mengusahakan sekecil mungkin terjadinya kontak antara ikan dengan udara bebas disekelilingnya. Caranya, dengan menggunakan ruang hampa udara, antioksidan, atau

(23)

menghilangkan unsur-unsur penyebab proses oksidasi.

Setelah ikan ditangkap dan diangkat dari dalam air, ikan tidak langsung menjadi mati. Meskipun keadaan ikan tersebut masih dalam tingkat kesegaran yang maksimal, tetapi biasanya tidak langsung dikonsumsi. Selain itu, pada kenyatannya ikan dengan kesegaran yang maksimal setelah dimasak rasanya kurang enak untuk dimakan, jika dibandingkan dengan ikan yang telah beberapa saat mati baru dimasak. Hal itu ada kaitannya dengan perubahan biokimiawi yang terjadi dalam daging ikan, antara lain timbulnya senyawa-senyawa penyebab rasa enak tersebut.

(24)

Ikan ditangkap Mati Sirkulasi darah berhenti Suplai oksigen berkurang Potensial redoks menurun Respirasi

(25)

Gambar 2 . Perubahan-perubahan yang Terjadi Setelah Ikan Mati

Ikan akan mati jika kekurangan oksigen, oleh karena itu, ikan tidak dapat hidup di udara terbuka dalam waktu yang terlalu lama. Oksigen yang dapat digunakan oleh ikan hanya Akumulasi hipoksantin Protein Asam amino Bakteri tumbuh pesat Pembusuk an ATP menurun pH menurun Rigormortis Enzim katepsin aktif Asam amino

(26)

yang berasal dari dalam air. Saat ikan mati, sirkulasi darahnya terhenti dan akibatnya dapat mempengaruhi proses biokimiawi yang ada pada tubuh ikan. Setelah ikan mati, perubahan biokimiawi berlangsung diikuti dengan perubahan fisika pada dagingnya. Perubahan itu berlangsung terus hingga ikan akan menjadi bahan pangan yang enak (layak) dikonsumsi. Akan tetapi, rasa enaknya akan berkurang dan menurun diikuti dengan perubahan fisik daging menjadi berair dan akhirnya ikan membusuk. Perubahan sejak ikan mati hingga busuk dapat diklasifikasikan menjadi tiga tahapan sebagai berikut :

1. Perubahan biokimiawi yang terjadi sebelum ikan menjadi kaku (keras). Pada saat itu yang paling banyak mengalami perubahan adalah pembongkaran ATP dan keratin-fosfat yang akan menghasilkan tenaga. Glikogen juga akan mengalami pembongkaran menjadi asam laktat melalui proses glikolisis sehingga menyebabkan keadaan daging menjadi asam dan aktivitas enzim ATP-ase dan keratin-fosfokinase meningkat. Tahap pertama

(27)

berlangsung dalam waktu antara 1-7 jam sejak ikan mati, tergantung jenis ikan.

2. Daging ikan akan menjadi lebih keras dari keadaan sebelumnya. Pada saat itu terjadi penggabungan protein aktin dan protein myosin menjadi protein kompleks aktomiosin.

3. Pada tahap selanjutnya, tahap ketiga, daging ikan akan kembali menjadi lunak secara perlahan-lahan, sehingga secara organoleptik akan meningkatkan derajat penerimaan konsumen sampai pada suatu tingkat optimal. Lama untuk mencapai tingkat optimal derajat penerimaan konsumen bervariasi, tergantung jenis ikan dan suhu lingkungan. Tetapi pada umumnya, hal itu berlangsung singkat karena bakteri segera berkembang, dan hanya dapat ditunda (diperpanjang) dengan proses pendinginan atau pembekuan.

Untuk jenis ikan yang besar, darah harus dikeluarkan sebanyak-banyaknya melalui pemotongan dan penyayatan. Adanya darah

(28)

dalam tubuh ikan dapat mempercepat proses pembusukan, karena darah merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan juga mikroorganisme lainnya. Perlu diketahui, darah ikan sifatnya lebih cepat memadat (menggumpal) daripada darah hewan-hewan darat. Hal tersebut seringkali menimbulkan masalah jika banyak darah yang menempel pada permukaan tubuh ikan, karena akan dapat menyebabkan penampakan yang tidak menyenangkan, yaitu timbulnya noda-noda berwarna merah gelap sebagai akibat teroksidasinya hemoglobin oleh oksigen dari udara menjadi methemioglobin.

Gambar

Tabel   .1     Ciri-ciri   Ikan   Segar   dan   yang   Mulai  Membusuk
Tabel 2.  Lembaran Penilaian Ikan Segar Sasaran
Gambar 2 .  Perubahan-perubahan yang Terjadi  Setelah            Ikan  Mati

Referensi

Dokumen terkait

Pada analisis dalam kondisi dapat dijelaskan bahwa kemampuan siswa melakukan operasi perkalian bilangan dengan media batang napier tampak jelas sekali terjadinya

Uji regresi linier sederhana untuk mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal guru dalam meningkatkan rasa percaya diri anak usia dini Raudatul Athfal Asiah Kota Pekanbaru,

Perbedaan hasil aktivitas antioksidan disebab- kan adanya perbedaan total padatan dengan penambahan kenikir pada jelly drink kenikir 5% yang lebih tinggi dibandingkan

Gambar 4.2 Flowchart Pengeluaran Kas yang Diusulkan untuk PT Arraudhah Wisata Imani Palembang.. 4.5.3 Analisis Sistem Akuntansi Atas Piutang Kas Kas Mengggunakan Flowchart Pada

87 Hidrograf Aliran Permukaan (Run Off) Kondisi Normalisasi Periode Ulang 2 Tahunan (S.1-S.6) .... 95 Hidrograf Aliran Tiap Saluran Kondisi Setelah Normalisasi Periode Ulang 2

Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah untuk mengetahui apliksi diagonalisasi matriks pada warisan autosomal dan bentuk persamaan eksplisit dalam fraksi-fraksi dari AABB, AABb,

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah (1) mengetahui kecenderungan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 9

Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal hidrolisis garam pada siswa SMA Negeri 1 Telaga kelas XI dengan menggunakan metode problem