• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI DAN METODE. Materi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MATERI DAN METODE. Materi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

18 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2011 di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB dan di Balai Penelitian dan Pengembangan Ternak, Serpong-Tangerang. Analisa kandungan tanin dan saponin di Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Pengujian proporsi molar VFA di Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak, Bogor. Analisa kandungan nutrien konsentrat, hijauan, ampas teh dan daun kembang sepatu di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Analisa kandungan serat kasar ampas teh di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB.

Materi Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain timbangan digital, tabung fermentor, tutup karet, sudip, syringe glass Hohenheim 100 ml, pipet volumetik, pipet mikro 0,1 ml, bulp, termos, kain penyaring, waterbath, tabung gas CO2, pH meter, tabung eppendorf, tissu, pompa vakum, eksikator, erlenmeyer, oven 105oC, cawan porselen, tanur, gegep, sentrifuse, tabung reaksi, cawan Conway, buret, magnetic stirrer, dan Gas Chromatography (GC).

Bahan

Ternak dan Pakan. Sumber cairan rumen yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari sapi Peranakan Ongole berfistula yang dipelihara seperti sapi perah di Laboratorium Lapang Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pakan yang diberikan adalah 2 kg konsentrat dan 15 kg rumput gajah dengan rasio (35:65% BK). Bahan yang digunakan untuk in vitro adalah: 1) ransum perlakuan (60% Hijuaan (Rumput Gajah) dan 40%

Konsentrat dengan komposisi 34,25% pollard; 29,33% bungkil kalapa; 25,07%

onggok; 5,26% molasses; 3,24% CaCO3, 1,31% urea, 0,66% premix; 0,64% bungkil kedelai; dan 0,44% garam, 2) tepung ampas teh dan 3) tepung daun kembang sepatu.

Ransum perlakuan yang digunakan selama penelitian sudah mencukupi standar

(2)

19 kebutuhan sapi perah dengan bobot badan 454 kg, produksi susu 10 kg, kadar lemak 4% membutuhkan PK 11,9% dan TDN 68% (NRC, 2001).

Tabel 1. Kandungan Nutrien Ransum Penelitian Berdasarkan Bahan Kering

Nutrien

(% BK)

K H K:H=

40:60% AT DKS

BK 87,89 19,78 47,03 43,87* 22,42

Abu 14,65 6,43 9,72 14,28 10,48

PK 15,43 14,58 14,92 22,28 14,91

LK 8,57 2,64 5,01 1,76 2,73

SK 6,49 25,37 17,82 16,78 13,43

Lignin 4) - - - 45,97 -

Silika 4) - - - 8,54 -

Hemiselulosa 4) - - - 6,69 -

Selulosa 4) - - - 22,61 -

Beta-N 54,86 50,98 52,53 44,90 58,45

TDN 3) 76,67 61,91 67,81 69,04 68,29

Keterangan:

1) K=Konsentrat, H= Hijauan (Rumput Gajah), AT= Ampas Teh, DKS= Daun Kembang Sepatu 2) Analisa proksimat Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati & Bioteknologi, Dramaga Bogor (2011).

3) Perhitungan TDN dengan rumus (Hartadi,1980)

Rumus TDN = 92,464 - (3,338 x SK) - (6,945 x LK) - (0,762 x Beta-N) + (1,115 x PK) + (0,031x SK2) - (0,133 x LK2) + (0,036 x SK x Beta-N) + (0,207 x LK x Beta-N) + (0,1 x LK x PK) - (0,022 x LK x PK)

4) Analisa komponen SK (ampas teh) Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, IPB (2011)

*Data Sekunder : Istirahayu (1993)

Bahan Kimia. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari NaHCO3, Na2HPO4.7H2O, KCL, NaCl, MgSO4.7H2O, CaCl2, larutan Na2CO3 jenuh, asam borat, H2S04 0,005 M, asam sulfosalisinat, pepsin, HCL pekat, HgCl2, larutan mineral mikro (CaCl22H2O, MnCl24H2O, CoCl26H2O, FeCl36H2O), buffer rumen (NH4HCO3 dan NaHCO3), larutan makro (Na2HPO4 anhydrous, KHPO4 anhydrous, MgSO4.7H2O), larutan pereduksi (NaOH 1 N dan Na2S.9H2), resazurin, dan aquadest.

Metode

Prosedur Pembuatan Tepung Ampas Teh dan Daun Kembang Sepatu

Bahan tepung ampas teh didapatkan dari PT. Sinar Sosro Bekasi. Daun kembang sepatu berasal dari lingkungan sekitar PUSPITEK Serpong. Ampas teh dan Daun kembang sepatu dibersihkan, dikeringanginkan (kering layu) selama 5–6 jam

(3)

20 dibawah terik matahari. Setelah itu dikeringkan dengan menggunakan oven (60oC) selama 2 hari. Daun dan ampas yang sudah kering digiling dengan menggunakan mesin penggiling untuk mendapatkan dalam bentuk tepung.

Tabel 2. Kandungan Tanin dan Saponin yang Terdapat pada Ampas Teh dan Daun Kembang Sepatu Berdasarkan Bahan Kering

Bahan (% BK)

Tanin Saponin

Ampas Teh 0,27 1

Daun Kembang Sepatu 0,53 8,53

Keterangan: Analisis di Laboratorium Balai Penelitian Ternak, Ciawi Bogor (2011).

Gambar 9. Bahan Tambahan Ransum Penelitian

Sumber: BPPT* (2005) & Dokumentasi Penelitian (2011)

Prosedur Pengujian Fermentasi in vitro

Pengambilan Cairan Rumen. Termos yang akan dipakai untuk tempat cairan rumen diisi dengan air panas sehingga suhunya mencapai 39 oC kemudian ditutup.

Cairan rumen diambil diperas dengan menggunakan kain kasa dan dimasukkan kedalam termos hangat. Sebelum digunakan untuk tempat cairan rumen, air panas yang ada didalam termos dibuang terlebih dahulu. Dalam rangka menjaga agar cairan rumen tetap dalam kondisi anaerob, termos harus segera ditutup rapat dan dialiri gas CO2 sebelum digunakan.

Daun Teh *

Tepung Ampas Teh

Daun Kembang

Sepatu

Tepung Daun Kembang

Sepatu

(4)

21 Pembuatan Larutan Mc Dougal (Saliva Buatan). Dalam pembuatan larutan 6 liter, sebanyak 5 liter air destilasi dimasukkan ke dalam labu takar yang bervolume 6 liter kemudian dimasukkan bahan-bahan sebagai berikut: NaHCO3 (58,8 gram), Na2HPO4.7H2O (42 gram), KCL (3,42 gram), NaCl (2,82 gram), MgSO4.7H2O (0,72 gram) dan CaCl2 (0,24 gram). Semua bahan tersebut dilarutkan kecuali CaCl2, setelah semua bahan larut ditambahkan CaCl2. Kemudian leher labu dicuci dengan air destilasi sampai permukaan air mencapai tanda tera. Campuran lalu dikocok dengan gas CO2 secara perlahan-lahan dengan cara melewatkannya.

Fermentasi Pakan. Tabung fermentor yang telah diisi dengan 500 mg sampel ransum, kemudian ditambahkan sesuai perlakuan dengan tepung ampas teh (0; 50;

100; 150) mg dan tepung daun kembang sepatu (0; 7,5; 15) mg diluar 500 mg sampel. Sampel perlakuan ditambahkan 10 ml cairan rumen dan 40 ml larutan Mc Dougal. Tabung fermentor dikocok dengan cara mengaliri gas CO2 selama 30 detik (pH 6,5-6,9) dan ditutup dengan karet berventilasi. Tabung dimasukkan ke dalam shaker water bath dengan suhu 39 oC, dilakuan fermentasi selama 4 jam untuk sampel VFA, NH3, dan pengukuran pH serta fermentasi 48 jam untuk sampel KCBK/KCBO. Menghentikan fermentasi tutup karet berventilasi dibuka dan ditetesi 2 tetes HgCl2.

Pengukuran pH. Sampel yang digunakan berasal dari proses fermentasi selama inkubasi 4 jam diukur dengan menggunakan pH meter. Nilai pH yang diambil merupakan nilai pH yang konsinten ditunjukkan pH meter.

Pengukuran Konsentrasi NH3 (Metode Mikrodifusi Conway). Konsentrasi N-amonia dalam cairan rumen diukur dengan metode mikrodifusi Conway (General Laboratory Prosedurs, 1966). Supernatan sampel yang merupakan hasil sentrifuge 3500 rpm selama 15 menit sebanyak 1 ml diletakkan dalam satu sisi sekat conway dan pada posisi sekat lainnya diletakkan 1 ml larutan Na2CO3 jenuh. Posisi cawan conway dimiringkan agar kedua larutan tersebut tidak bercampur sebelum cawan ditutup rapat. Pada bagian tengah diletakkan 1 ml asam borat berindikator. Pada tepi cawan dan penutupnya diolesi vaselin agar tertutup rapat. Kemudian cawan diletakkan mendatar sehingga larutan Na2CO3 jenuh bercampur dengan supernatan dan dalam reaksi tersebut dilepaskan gas amonia. Amonia yang dibebaskan akan

(5)

22 segera ditangkap oleh asam borat. Proses ini akan berlangsung sempurna setelah 24 jam, kemudian asam borat dititrasi dengan H2S04 0,005 M sampai terjadi perubahan warna dari biru ke merah (warna awal asam borat).

Kadar amonia dapat dihitung dengan rumus:

N NH3 (mM) = ml H2SO4 x N H2SO4 x 1000 g sampel x BKsampel

Pengukuran Konsentrasi VFA Total dan Parsial. Pengukuran produksi VFA total dan parsial (asam asetat, propionat, butirat, iso butirat, valerat dan iso valerat) dilakukan dengan menggunakan alat Gas Chromatography (GC). Sampel VFA parsial yang digunakan berasal dari proses fermentasi dengan inkubasi 4 jam yang diambil sebanyak 1,5 ml ke dalam tabung eppendorf dan pHnya diturunkan sampai pH 3 dengan tujuan untuk menstabilkan sampel yang akan diukur gasnya.

Selanjutnya dilakukan proses proteinase dengan cara menambahkan 30 mg asam sulfosalisinat pada setiap sampel kemudian disentrifuge selama 10 menit pada 1200 rpm pada suhu 7 oC. Proses proteinase bertujuan untuk mengendapkan protein sampel karena dapat mengganggu analisa. Selanjutnya sampel dianalisa dengan cara menginjekkan 0,6 µl sampel pada GC. Dengan membaca kromatogram standar acuan VFA yang konsentarsinya sudah diketahui maka konsentrasi VFA yang akan diukur dapat dilihat pada kromatogram yang terdapat pada layar monitor (area).

Kandungan VFA sampel dapat diketahui dengan cara menghitung data dengan rumus:

mMol sampel = x

dar AreaS

AreaContoh

tan BobotMolekul 1000

Pengukuran KCBK dan KCBO (Tilley & Terry, 1963). Pembuatan Larutan Pepsin. Sebanyak 2,8 gram pepsin dilarutkan dalam 850 ml aquadest, kemudian ditambahkan 17,8 ml HCL pekat dan campuran dimasukkan ke dalam labu takar. Air ditambahkan hingga permukaan mencapai tanda tera 1000 ml. Pengukuran KCBK dan KCBO. Sampel dalam tabung fermentor yang sudah diinkubasi 48 jam dan ditetesi HgCl2, kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit.

Supernatan dan endapan dipisahkan, kemudian endapan yang terbentuk ditambah 50 ml larutan pepsin-HCL. Campuran tersebut diinkubasi selama 48 jam tanpa tutup karet. Setelah 48 jam campuran endapan-pepsin disaring dengan menggunakan

(6)

23 kertas saring Whatman No.41 dengan bantuan pompa vakum. Hasil saringan (residu) dimasukkan kedalam cawan porselen yang sebelumnya sudah diketahui bobot kosongnya. Bahan kering diperoleh dengan cara mengeringkan sampel dalam oven 1050C selama 24 jam. Selanjutnya bahan dalam cawan diabukan dalam tanur listrik selama 6 jam pada suhu 600 oC. Sebagai blanko digunakan residu asal fermentasi tanpa sampel.

Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO) diitung dengan rumus :

% KCBK =

) (

)) ( (

) ( (

) (

g BKsampel

g BKblanko g

BKresidu g

BKsampel  

x 100%

% KCBO =

) (

)) ( )

( (

) (

g BOsampel

gr BOblanko gr

BOresidu gr

BOsampel  

x 100%

Prosedur Pengukuran Gas Test (Close & Menke, 1986)

Pembuatan Larutan Media. Larutan mineral mikro 0,1 ml (13,2 gr CaCl22H2O+10 gr MnCl24H2O+ 1,0 gr, CoCl26H2O+8,0 gr FeCl36H2O+aquades hingga volumenya 100 ml), larutan buffer rumen 200 ml (4,0 gr NH4HCO3 + 35,0 gr NaHCO3 + aquades hingga volumenya 1000 ml), larutan makro 200 ml (5,7 gr Na2HPO4 anhydrous + 6,2 g KHPO4 anhydrous + 0,6 g MgSO4.7H2O, dan ditambah dengan aquadest hingga mencapai volume 1000 ml), larutan resazurin 0,1% (w/v)1,0 ml, larutan pereduksi 40 ml (4,0 ml NaOH 1 N + 625 mg Na2S.9H2) ditambah 95 ml aquades.

Persiapan Sampel Gas Test. Piston syringe Hohenheim 100 ml diberi vaselin, kemudian 230 mg ransum perlakuan (60% Hijauan : 40% Konsentrat) ditambahkan sesuai perlaukan dengan tepung ampas teh (0; 23; 46; 69) mg dan tepung daun kembang sepatu (0; 0,35; 0,70) mg diluar 230 mg ransum perlakuan. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam syringe dan piston. Larutan media yang sudah diaduk dan dialiri gas CO2 ditempatkan dalam waterbath 39oC. Selanjutnya satu bagian cairan rumen dicampur dengan dua bagian media dan diaduk dengan magnetic stirer lalu disimpan dalam waterbath dan dialiri gas CO2. Sebanyak 30 ml campuran cairan rumen dan media dimasukkan pada masing-masing syringe menggunakan pipet.

Udara yang ada didalam syringe dikeluarkan dan klep syringe ditutup. Posisi piston pada waktu sebelum inkubasi dicatat (Gb0). Piston diinkubasi dalam waterbath

(7)

24 selama 48 jam dan pencatatan posisi piston dilakukan pada jam ke 2, 4, 8, 12, 24, dan 48 jam. Rumus Produksi Gas diukur dengan :

Gb (ml/200mgBK,24 jam) = ((Gb24-Gb0)-(Gb24 blanko-Gb0 blanko) x 200 x ((FH+FC)/2) / BK bahan)

Produksi gas standar : FH (hijauan) dan FC (konsentrat) diasumsikan = 1 Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 4 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah level ampas teh (0; 1; 2; 3 mg/ml cairan rumen) dan faktor kedua adalah daun kembang sepatu (0;

0,15; 0,30 mg/ml cairan rumen) (Gambar 10). Pengelompokan berdasarkan waktu pengambilan cairan rumen. Peubah yang diamati nilai pH, konsentrasi NH3, konsentrasi VFA total & parsial, KCBK dan KCBO serta produksi gas.

0 DKS 0 AT 0,15 DKS

0,30 DKS 0 DKS 1 AT 0,15 DKS

Ransum 0,30 DKS

(H:K = 60:40%)

0 DKS 2 AT 0,15 DKS

0,30 DKS 0 DKS 3 AT 0,15 DKS

0,30 DKS Gambar 10. Desain Rancangan Percobaan Model matematik adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + αi + βjiβj + k + €ijk Keterangan:

Yijk = nilai faktor A ke-i, faktor B ke-j, dan pengamatan kelompok ke-k µ = nilai rataan umum

αi = pengaruh faktor A (taraf pemberian tepung ampas teh) ke-i

βj = pengaruh faktor B (permberian tepung daun kembang sepatu) ke-j αiβj = pengaruh interaksi faktor A ke-i dan faktor B ke-j

(8)

25

k = pengaruh kelompok (cairan rumen) ke-k

ijk = galat percobaan untuk faktor A ke-i, faktro B ke-j & kelompok ke-k Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan analisis ragam analysis of variance (ANOVA) dan jika terdapat perbedaan nyata di antara perlakuan maka dilakukan uji jarak DUNCAN (Mattjik dan Sumertajaya, 2002). Analisis data dilakukan menggunakan software statistik SPSS 16.

Gambar

Tabel 1. Kandungan Nutrien Ransum Penelitian Berdasarkan Bahan Kering
Tabel  2.  Kandungan  Tanin  dan  Saponin yang  Terdapat  pada  Ampas  Teh  dan  Daun  Kembang Sepatu Berdasarkan Bahan Kering

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengujian dapat diambil kesimpulan bahwa zeolit alam dapat digunakan sebagi pengganti debu batu pada filler dalam campuran perkerasan laston (AC), dengan

penerapan fungsi ekonomi dengan penikahan dini diperoleh nilai p = 0.170 (>0,05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel persepsi penerapan

Hal ini sekaligus memberikan informasi baru yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan pemikiran peneliti selanjutnya mengenai pengaruh kegiatan Sentra Kajian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Guru menyampaikan materi peperangan secara menarik karena materi peperangan sangat berpotensi membuat siswa bosan, jenuh, bahkan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan

Dari hasil perhi~ungan ini dapa~ di~arik sua~u kesim- pulan bahwa reak~ivi~as dari fluks neu~ron ~ermal ~erhi~ung sua~u sis~em rnempunyai korelasi ~erhadap me~oda yang diguna- kan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggantian Azolla microphylla fermentasi (AMF) dengan jamur Trichoderma harzianum sebagai pengganti bungkil