• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK Skripsi dengan judul Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengembangkan Kesehatan Mental Siswa di SMP Negeri 2 Bonjol Ditulis oleh Gusni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK Skripsi dengan judul Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengembangkan Kesehatan Mental Siswa di SMP Negeri 2 Bonjol Ditulis oleh Gusni"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Skripsi dengan judul “ Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengembangkan Kesehatan Mental Siswa di SMP Negeri 2 Bonjol” Ditulis oleh Gusni Nim 2614.022. Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN Bukittinggi).

2020

Latar belakang penelitian ini beranajak dari fenomena dari fenomena yang terjadi di SMP Negeri 2 Bonjol bahwa adanya siswa kelas VIII yang mengalami gangguan kesehatan mental. Hal ini dijelaskan oleh guru bimbingan konseling yang sebagaimana dipaparkan bahwa adanya siswa SMP Negeri 2 Bonjol yang suka menyendiri dikelas, adanya siswa SMP Negeri 2 Bonjol yang tidak mau bersosialisai dan adanya siswa SMP Negeri 2 Bonjol yang sering bermenung disaat jam pelajaran dan memiliki hasil belajar rendah. Rumusan penelitian ini adalah bagaimana upaya guru bimbingan dan koseling dalam mengembangkan kesehatan mental siswa.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat desekriptif kualitatif. Yaitu menggambarkan yang terjadi dilapangan. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara. Data yang terkumpul dianalisis dengan dukasi data, penyajian data penarikan kesimpulan. Data yang diperoleh keabsahannya dengan triagulasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa upaya yang dilakukan guru bimbang dan konseling dalam mengembangkan kesehatan mental siswa sebagaimana yang dijelaskan yaitu 1. Sikap terhadap diri sendiri, Guru BK memberikan layanan konseling individu agar siswa mampu menerima dirinya apa adanya. 2. Persepsi terhadap realita, Guru BK memberikan layanan konseling individu agar siswa mampu mengelola fikiranya dan memili cara pandang baik terhadap diri sendiri dan orang lain. 3. Integrasi , Guru BK memberikan layanan informasi agar siswa mampu mengambil hikmah dan mengetahui bahwa masih ada kehidupab orang lain memiliki kekurangan daripada kehidupannya. Dengan hal demikian siswa merasakan ketenangan dalam dirinya dan merasakan ketenngan dalam dirinya dan merasakan kebahagian dalam jiwanya. 4.

Kompetensi, Guru BK memberikan layanan informasi agar siswa mengetahui pentingnya menjaga kesehatan untuk memperoleh kesehatan mental yang baik serta memiliki pola pikir baik dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. 5.

Otonomi, Guru BK memberikan layanan konseling individu agar siswa mampu mengembangkan dirinya lebih baik terhadap masalah kehidupan yang dialaminya.

6. Pertumbuhan dan aktualisasi diri, Guru BK memberikan layanan penguasaan konten agar siswa mampu meningkatkan kualitas diri kearah yang lebih baik. 7.

Relasi interpersonal, Guru BK memberikan layanan penempatan dan penyaluran agar siswa mampu membangun hubungan baik atau bersosialisasi terutama didalam kelas. 8. Tujuan hidup, Guru BK memberikan layanan konseling individu agar siswa mampu memiliki tujuan hidup yang jelas, terarah, sehingga merasa siswa merasa siap menjalankan kehidupanya.

(2)
(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menurut undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan baginya, masyarakat bangsa dan negara.1

Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi :

اىُحَّسَفَت ْمُكَل َليِق اَذِإ اىُىَمآ َهيِذَّلا اَهُّيَأ اَي او ُزُشْوا َليِق اَذِإ َو ۖ ْمُكَل ُ َّللَّا ِحَسْفَي اىُحَسْفاَف ِسِلاَجَمْلا يِف

َُّللَّا ِعَف ْزَي او ُزُشْواَف زيِبَخ َنىُلَمْعَت اَمِب ُ َّللَّا َو ۚ ٍتاَج َرَد َمْلِعْلا اىُتوُأ َهيِذَّلا َو ْمُكْىِم اىُىَمآ َهيِذَّلا Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu, “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan:

“Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadalah, 58 : 11)

1 Darul Ilmi, Dasar-dasar Pendidikan dan Pembelajaran, (Bukittinggi : STAIN Bukittinggi, 2009), Hal 3.

(4)

Dari ayat diatas dapat dijelaskan bahwa menuntut ilmu itu penting.

Bahkan Allah juga meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat. Salah satu cara agar kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yaitu melalui pendidikan.

Tujuan pendidikan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-undang Bab II No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 Menyebutkan bahwa :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, bercakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrati serta bertanggung jawab”.2

Penjabaran tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mewujudkan bangsa yang cerdas, bertakwa, dan beriman untuk kemajuan serta kesejahteraan umat manusia.

Tujuan dan fungsi pendidikan adalah untuk memberi bekal peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha untuk belajar dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui jenjang pendidikan. Peserta didik adalah orang atau individu yang mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, kemampuannya agar

2 Depdiknas RI, Undang-undang Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003), Hal 8.

(5)

tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan pendidiknya.

Peserta didik perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan peranannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Keidupan bermasyarakat itu diawali dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan didalam lingkungan masyarakat sekolah.3

Purwanto mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik secara garis besar, faktor-faktor tersebut dibagi dua meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yaitu kondisi fisiologis (kesehatan dan panca indra) dan faktor psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif) sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu meliputi lingkungan (lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat), kurikulum, program/bahan pengajaran, sarana, dan fasilitas tenaga pengajar.4

Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran adalah kesehatan. Kesehatan sangat diperlukan seseorang dalam menjalani kehidupan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Kesehatan mental dan penyesuaian diri yang baik merupakan dasar kebahagian seseorang. Antara kesehatan jasmani (fisik) dan

3 Badrudin, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta : PT Indeks, 2014), Hal 20.

4 Saifuddin Azwar, Psikologi Intelegensi, (Yogyakarta : Pustaka Belajara, 1996), Hal 164-165.

(6)

kesehatan jiwa (mental) terjadi korelasi yang erat, sehingga kesehatan jasmani sangat menunjang kesehatan ruhani (mental).

Mental yang sehat akan bertingkah laku serasi, tepat, dan bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya, sikap hidupnya sesuai dengan norma dan pola hidup kelompok masyarakat sehingga ada relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan.5

Hal ini sejalan dengan Undang-undang dengan Nomor 23 Tahun 1999 pada bagian nomor 3/76 dicantumkan kesehatan mental adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosi seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan orang lain.6

Menurut Rusmin Tumanggor kesehatan mental adalah terdapatnya keberfungsian serta koordinasi diantara semua unsur jiwa dalam menghadapi kebutuhan perkembangannya serasi dengan pertumbuhan fisiknya, mengupayakan solusi atas permasalahan rutinitas kehidupan sehingga tetap pada kondisi sehat.7

Sedangkan menurut Abdul Aziz El-Quissy kesehatan mental adalah keserasian yang sempurna atau integrasi antara fungsi-fungsi jiwa yang bemacam-macam, disetai kemampuan untuk menghadapi kegoncangan-

5 Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : Amzah, 2010), Hal 142-143.

6 Sep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam, (Jakarta : PT.Grafindo Pesada, 2009), Hal 16.

7 Rusmin Tumanggor, Ilmu Jiwa Agama, The Psycology Of Religion, (Jakarta : Kencana, 2014), Hal 165.

(7)

kogoncangan jiwa yang ringan, yang biasa tejdadi pada orang, disamping secara positif dapat meraskan kebahagian dan kemampuan.8

Dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah terdapatnya keberfungsian berfikir yang baik, emosi yang stabil, tingkah laku yang sesuai dengan normal yang ada dimasyarakat, dan saling menerima perbedaan sehingga menempatkan posisi diri yang bersifat terbuka pada orang lain sehingga dapat menyesuaikan diri dilingkungan masyarakat.

Kesehatan mental merupakan suatu isu yang menjadi perhatian bagi masyarakat dewasa ini. Fenomena demikian berkaitan adanya modernisasi ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan berbagai masalah psikologis dan sosial di lingkungan sekolah dan keluarga. kesehatan mental di sekolah menjadi isu baru. Di negara maju seperti amerika serikat diperkirakan pertahunnya 20-25% anak dan remaja mengalami masalah kesehatan mental, dan 40% diantaranya memenuhi kriteria diagnostik untuk berbagai jenis gangguan mental. Belum termasuk anak dan remaja yang berisiko dan belum diagnosa namun kondisinya mempengaruhi keberfungsian dan well-being (Kesejahteraan) sehari-hari.

Penelitian epidemiologi di AS menunjukkan 1 dari 10 anak menunjukkan Symptom depresi sebelum usia 14 tahun, dan 20% anak usia 16-17 tahun mengalami gangguan cemas, mood, dan gangguan perilaku serta penggunaan zat-zat terlarang (adiktif). Sebagian gangguan mental

8 Abdul Aziz El-Quissy, Pokok-pokok Kesehatan Mental/Jiwa, (Jakarta : Bulan Bintang, 2002), Hal 38

(8)

dimulai pada masa remaja dan awal masa dewasa (10 sampai dengan 24 tahun) dan kesehatan mental yang buruk berkaitan dengan hasil pendidikan, kesehatan, dan sosial yang negatif. Sehingga sekolah adalah sebuah signifikan konteks untuk promosi positif kesehatan mental dan pencegahan masalah kesehatan mental. Selanjutnya menurut bukhori bahwa penyebab timbulnya berbagai masalah kesehatan mental yaitu perubahan berbagai segi kehidupan yang tidak dapat diterima oleh individu. Selain itu kebermaknaan hidup dan tingkat religiusitas individu juga mempengaruhi kondisi kesehatan mental yang dialami oleh individu tesebut.

Kesehatan mental menjadi kajian yang pelu diperhatikan keterkaitan dengan yang dialami oleh anak-anak remaja, orang dewasa, dan lansia akhir-akhir ini. Kesehatan mental meliputi tiga komponen yaitu fikiran, emosional dan spiritual.

Anak-anak yang memiliki kesehatan mental yang baik dicirikan mampu membangun dan mengembangkan resiliensi (daya tahan) dalam menghadapi tekanan dalam hidup. kemampuan resiliensi ini perlu dikembangkan melalui kehidupan keluarga dan lingkungan sekolah.

Dengan hal demikian, perlu dilakukan untuk mengembagkan kesehatan mental siswa di sekolah agar peserta didik aktif, berprestasi dalam belajar, memiliki hubungan sosial yang baik dan mampu untuk

(9)

merenacanakan arah karier. 9maka dibutuhkan bantuan orang lain. Dalam pendidikan disebut bimbingan konseling.

Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melaluli pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.10

Bimbingan dan konseling memberikan bantuan layanan bidang pribadi, sosial, karir, belajar, keluarga, dan keagamaan melalui berbagai bidang jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma yang berlaku. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dilakukan oleh ahli disebut guru bimbingan dan konseling. Bagi konselor/guru bimbingan dan konseling memahami aspek psikologis pribadi klien merupakan tuntunan yang mutlak, karena pada dasarnya

9 Ifdil, Mengembangkan Kesehatan Mental di Lingkungan Keluarga dan Sekolah, (Tasikmalaya : UMTAS, 2018), Http//Jurnal Blogspot Vol 2 No 2.

10 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta : PT Raja Grafinfo Pesada, 2011), Hal 26.

(10)

layanan bimbingan dan konseling merupakan upaya untuk memfasilitasi perkembangan aspek-aspek psikologi, pribadi, atau perilaku siswa.11

Guru Bimbingan dan Konseling adalah pihak yang membantu klien dalam proses konseling. Sebagai pihak yang paling memahami dasar dan teknik konseling secara luas, konselor dalam perannya bertindak sebagai fasilitator bagi klien.12

Menurut W.S Winkel guru pembimbing merupakan seseorang yang memberikan bantuan atau pertolongan kepada yang dibimbing atau yang membutuhkan bantuan, sehingga dengan bantuan tersebut mereka dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dan dapat mengentaskan berbagai permasalahan yang ada sehingga mencapai kematangan diri.13

Jadi Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah ialah seseorang yang memiliki keahlian profesional membantu mengembangkan kesehatan mental yang dimiliki siswa dan mengentaskan permasalahan yang terjadi pada diri siswa sehingga dapat mencapai kematangan diri. Peranan guru bimbingan dan konseling disekolah tidak hanya membuat program, mengumpulkan data-data siswa dan juga bukan hanya duduk saja, namun juga memberikan pelayanan, arahan serta membantu siswa dalam mengembangkan kesehatan mental siswa. Maka dari itu dibutuhkan upaya

11 Syamsu Yusuf, Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : PT Remaja Rodakarya Offset, 2008), Hal 157.

12 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling, (Jakarta : Kencana, 2011), Hal 21-22

13 Hartono, Boy Soedarmadji, Psikologi Konseling, (Jakarta : Prenada Media Groub, 2012), Hal 80.

(11)

guru bimbingan konseling dalam mengembangkan kesehatan mental yang ada dalam diri siswa.

SMP Negeri 2 Bonjol ialah sekolah yang telah berkembang sedemikian rupa, sekolah yang sebelumya banyak diminati dikalangan pelajar. sekolah ini terletak di JL. Sumatera Kumpulan, kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman. Sekolah ini berada ditempat yang strategis yang sebagaimana jalan aksesnya dekat dengan jalan raya, yang merupakan kemudahan juga bagi kalangan pelajar dalam menimba ilmu pendidikan.

Dari hasil wawancara penulis dengan salah seorang guru bimbingan konseling yang bernama ibu Yusi Julianti pada tanggal 5 Mei 2020 yang menyatakan bahwasaanya ada beberapa siswa yang dikategorikan bermasalah dalam kesehatan mentalnya seperti adanya siswa yang suka menyendiri, tidak mau bersosialisasi, sering bermenung disaat jam pelajaran dan memiliki hasil belajar yang rendah. Usaha yang telah dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling adalah dengan memberikan layanan konseling individual kepada siswa tersebut.

Berangkat dari fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul “Upaya Guru Bimbingan Konseling dalam Mengembangkan Kesehatan Mental Siswa di SMP Negeri 2 Bonjol”

B. Identifikasi Masalah

(12)

Adapun masalah yang terindikasi dari latar belakang masalah diatas adalah sebagai berikut :

1. Teridentifikasi adanya siswa SMP Negeri 2 Bonjol yang suka menyendiri dikelas

2. Teridentifikasi adanya siswa SMP Negeri 2 Bonjol yang tidak mau bersosialisasi

3. Teridentifikasi adanya siswa SMP Negeri 2 Bonjol yang sering bermenung disaat jam pelajaran dan memiliki hasil belajar rendah C. Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan Guru Bimbingan Konseling dalam mengembangkan kesehatan mental siswa di SMP Negeri 2 Bonjol.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu : Bagaimana upaya yang dilakukan Guru Bimbingan Konseling dalam mengembangkan kesehatan mental siswa di SMP Negeri 2 Bonjol.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya yang dilakukan Guru Bimbingan Konseling dalam mengembangkan kesehatan mental siswa di SMP Negeri 2 Bonjol.

F. Manfaat Penelitian

(13)

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat

b. Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan kesehatan mental siswa SMP Negeri 2 Bonjol

c. Sebagai modal dasar membuat karya tulis dimasa akan datang 2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti dapat memenuhi syarat untuk mencapai wisuda SI, serta mengetahui lebih dalam upaya guru bimbingan konseling dalam mengembangkan kesehatan mental siswa di SMP Negeri 2 Bonjol

b. Penelitian ini bermanfaat untuk referensi umum bagi tanaga pendidik terutama Guru bimbingan konseling

c. Sebagai bahan rujukan dalam memahami kesehatan mental siswa SMP Negeri 2 Bonjol

G. Penjelasan Judul

Untuk menghindari salah pemahaman terhadap judul skripsi ini,maka penulis merasa perlu untuk memberikan penjelasan judul dibawah ini :

1. Upaya

Upaya adalah usaha atau ikhtisar untuk mencapai sesuatu yang dimaksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan

(14)

sabagainya. Upaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha seseorang untuk mencapai sesuatu yang dinginkannya.14

2. Guru Bimbingan Konseling

Guru Bimbingan konseling adalah pendidik yang berkualifikasi akademik minimal sarjana pendidikan (SI) dalam bidang bimbingan dan konseling dan memiliki kompetensi dibidang bimbingan dan konseling. Maka dari penjelasan tersebut dimaksudkan dengan adanya guru bimbingan dan konseling yang memiliki kemampuan untuk membantu menyelesaikan dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh seorang siswa sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh guru bimbingan dan konseling. 15

3. Kesehatan Mental

Kesehatan mental adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosi seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan orang lain.16

4. Siswa

Siswa adalah pelajar (pada akademi dsb) siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peseta didik yang secara aktif ikut dalam kegiatan proses belajar mengajar di sekolah.17

14 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), Hal 1250.

15 Http:// Akhmad Sudrajat.files.wordpress.com/2014//11/permendibud-no-111-tahun 2014

16 Sep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam, (Jakarta : PT.Grafindo Pesada, 2009), Hal 16.

17 Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1982), Hal 955

(15)

Jadi yang dimaksud dengan penjelasan judul secara keseluruhan adalah usaha atau ikhtisar yang dilakukan oleh Guru bimbingan dan konseling sebagai upaya dalam mengembangkan keseahatan mental siswa di SMP Negeri 2 Bonjol dan adapun jenis gangguan kesehatan mental yang penulis maksud disini ialah jenis gangguan kesehatan mental sedang yaitu gangguan pada neuorosa.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam mempelajari dan memahami keseluruhan mengenai penulisan ini, maka penulis membuat sistematika sebagai berikut :

BAB I : Merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang, identifikasi masalah, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, dan sistematika penulisan.

BAB II : Merupakan landasan teoritis yang merupakan landasan yang membahas tentang pengertian bimbingan dan konseling, fungsi bimbingan dan konseling, karakteristik konselor yang mempengaruhi bimbingan dan konseling, tugas guru bimbingan dan konseling disekolah, pengertian kesehatan mental, ciri-ciri kesehatan mental, gangguan kesehatan mental, faktor yang mempengaruhi kesehatan

(16)

mental, upaya guru bimbingan dan konseling dalam mengembangkan kesehatan mental dan penelitian relevan.

BAB III : Metodologi penelitian yang mencakup jenis penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan keabsahan data.

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Guru Bimbingan dan konseling adalah pihak yang membantu klien dalam proses konseling. Sebagai pihak yang paling memahami dasar- dasar dan teknik konseling secara luas, konselor dalam perannya bertindak sebagai fasilitator bagi kliennya.18 Menurtu fenti hikmawati bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik baik individu/kelompok agar menjadi mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karier, melalui

18 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling, (Jakarta : Kencana, 2011), Hal 21-22

(17)

berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma- norma yang berlaku.19

Menurut Anas Salahudin Bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat. 20

Menurut Tohirin Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.21

Dari beberapa definisi di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa guru bimbingan dan konseling adalah seseorang yang memiliki keahlian profesional membantu mengembangkan kemampuan yang dimiliki siswa dan mengentaskan permasalahan yang dialami oleh siswa sehingga dapat mencapai kematangan diri.

19 Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling Edisi Revisi, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), Hal 1

20 Anas Salahudin, Bimbingan & Konseling, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), Hal 16

21 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2009), Hal 26

(18)

2. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Menurut Mulyadi fungsi bimbingan dan konseling adalah : a. Fungsi pemahaman

Fungsi pemahaman adalah fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak- pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan peserta didik fungsi pemahaman itu mencakup :

1). Pemahaman tentang diri pribadi peserta didik terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, dan guru pembimbing.

Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (termasuk didalamnya lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah) terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, dan guru pembimbing.

2). Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas termasuk didalamnya informasi pendidikan, jabatan, pekerjaan, atau karier, informasi budaya atau nilai-nilai. Pemahaman tentang diri klien merupakan titik tolak upaya memberikan bantuan terhadap klien.

b. Fungsi pencegahan

Hal-hal yang harus dilakukan seorang konselor dalam melaksanakan fungsi pencegahan adalaha :

1). Mendorong perbaikan lingkungan yang berdampak negatif terhadap individu yang bersangkutan

(19)

2). Mendorong perbaikan kondisi individu dan pribadi klien 3). Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang

diperlukan dan mempengaruhi perkembangan kehidupannya.

4). Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan resiko yang besar dan melakukan sesuatu yang memberikan manfaat

5). Menggalang dukung kelompok terhadap individu yang bersangkutan

c. Fungsi pengentasan

Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilaksanakan secara perorangan, sebab setiap masalah adalah unik. Masalah- masalah yang dihadapi individu yang berbeda tidak boleh disamakan. Dengan demikian, penanganannya pun harus secara unik disesuaikan dengan kondisi masing-masing masalah itu, untuk itu konselor perlu memiliki ketersedian bahan atau keterampilan untuk menangani berbagai masalah yang beranekargam.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini. Pemeliharaan yang baik bukanlah sekedar

(20)

mempertahankan agar hal-hal yang dimaksud tetap utuh, tidak rusak, dan tetap dalam kondisinya semula, melainkan juga mengusahakan agar hal tersebut bertambah baik memiliki nilai tambah dari waktu-waktu sebelumnya, pemeliharaan yang memperkembangkan.

22Menurut Thohari Musnamar dalam Mulyadi menjelaskan bahwa fungsi bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah meliputi :

1). Fungsi preventif, yaitu membantu individu menjaga dan mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.

2). Fungsi Kuratif atau korektif, yakni membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapinya atau dialaminya.

3). Fungsi Preventif dan developmental, yakni membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah.

Jadi dengan adanya fungsi bimbingan dan konseling dapat mempermudah konselor dan klien dalam mengentaskan permasalahan yang dialami klien sehingga dapat membawa perubahan hidup dalam kehidupan klien.

22 Mulyadi, Bimbingan dan Konseling di Sekolah & Madrasah, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2016), Hal 68.

(21)

3. Karakteristik Konselor Yang Mempengaruhi Bimbingan dan Konseling

Menurut Fenti Hikmawati Beberapa Karakteristik konselor yang terkait dengan konselor adalah :

a. Pengetahuan yang dimiliki (self knowledge) b. Kompetensi (Competence)

c. Kesehatan psikologis yang baik d. Dapat dipercaya (Trustworthiness) e. Kejujuran (Honest)

f. Kekuatan atau daya (Strenght) g. Kehangatan (warmth)

h. Pendengar yang baik i. Kesabaran

j. Kepekaan (Sensitivity) k. Kebebasan

l. Kesadaran holistik atau utuh

4. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Adapun sejumlah tugas konselor yang harus dijalankan dalam mewujudkan tujuan pelayanan profesional bimbingan dan konselling yang aktif dan bermutu. Terdapat sepuluh tugas utama konselor sebagai berikut :

a. Melakukan studi kelayakan dan needs assessment pelayanan bimbingan dan konseling

(22)

b. Merencanakan program bimbngan dan konseling untuk satuan- satuan waktu tertentu. Program-program tersebut dikemas dalam program harian, mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan.

c. Melaksanakan program pelayanan bimbingan dan konseling

d. Menilai proses dan hasil pelaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling

e. Menganalisis hasil penelitian pelayanan bimbingan dan konseling f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penelitian pelayanan

bimbingan dan konseling

g. Mengadministrasikan kegiatan program pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakannya

h. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dalam pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakannya

i. Mempersiapkann diri, menerima dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepengawasan oleh pengawas sekolah/madrasah bidang bimbingan dan konseling

j. Berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas serta pihak terkait dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling23

Jadi dapat disimpulkan bahwa tugas guru bimbingan dan konseling adalah melaksanakan layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan permasalahan serta kebutuhan yang dimiliki oleh klien dan dapat

23 Syaifuddin Dahlan, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014), Hal 37

(23)

mempertanggungjawabkan sepenuhnya dari hasil bimbingan dan konseling yang diberikan kepada kliennya.

B. Konsep Kesehatan Mental

1. Pengertian Kesehatan Mental

Kesehatan mental diperlukan seseorang dalam menjalani kehidupan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Mental yang sehat akan bertingkah laku serasi, tepat, dan bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya, sikap hidupnya sesuai dengan norma dan pola hidup kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan. Kesehatan mental secara relatif sangat dekat dengan integritas-ruhaniah yang ideal. Kehidupan psikisnya stabil, tidak banyak memendam konflik internal, suasana hatinya tenang, imbang, dan jasmaninya selalu sehat. 24

Kesehatan mental adalah kemampuan orang untuk menyesuaikan dirinya sendiri dengan masyarakat lingkungannya, dia dapat menerima dirinya dan tidak terdapat tanda-tanda yang menunjukkan ketidakserasian sosial, dia juga tidak melakukan hal-hal yang tidak wajar, akan tetapi ia bekelakuan wajar yang menunjukkan kestabilan

24 Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : Amzah, 2010), Hal 142-143

(24)

jiwa, emosi dan pikiran dalam berbagai lapangan dan dibawah pengaruh semua keadaan. 25

Jadi berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan Kesehatan mental adalah kemampuan orang untuk menyesuaikan dirinya sendiri dengan masyarakat lingkungannya, dia dapat menerima dirinya dan tidak terdapat tanda-tanda yang menunjukkan tidak wajar, akan tetapi ia berkelakuan wajar yang menunjukkan kestabilan jiwa, emosi dan pikiran dalam berbagai lapangan dan dibawah pengaruh semua keadaan.

Menurut Rusmin Tumanggor kesehatan mental adalah terdapatnya keberfungsian serta koordinasi diantara semua unsur jiwa dalam menghadapi kebutuhan perkembangannya serasi dengan pertumbuhan fisiknya, mengupayalan solusi atas permsalahan rutinitas kehidupan sehingga tetap pada kondisi sehat. 26

Menurut Abdul Aziz El-Quissy kesehatan mental adalah keserasian yang sempurna atau integrasi antara fungsi-fungsi jiwa yang bermacam-macam, disertai kemampuan untuk menghadapi kegoncangan-kegoncangan jiwa yang ringan, yang biasa terjadi pada orang, disamping secara positif dapat merasakan kebahagian dan kemampuan. 27

25 Mustafa Fahmi, Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta : Bulan Bintang, 2002), Hal 21.

26 Rusmin Tumanggor, Ilmu Jiwa Agama, The Psycology Of Religion, (Jakarta : Kencana, 2014), Hal 165.

27 Abdul Aziz El-Quusy, Pokok-pokok Kesehatan Menta / Jiwa, (Jakarta : Bulan Bintang, 2002), Hal 38.

(25)

Jadi beberapa definisi diatas dapat penulis simpulkan kesehatan mental adalah adanya fungsi-fungsi jiwa yang baik dalam menjalankan segala aktivitas kehidupan dengan perkembangan dan pertumbuhan yang sesuai tingkat dan dalam kondisi imbang dan sehat.

2. Ciri-ciri Kesehatan Mental

Menurut siswanto, adapun ciri-ciri individu yang normal atau sehat adalah :

a. Bertingkah laku menurut norma-norma sosial yang diakui b. Mampu mengelola emosi

c. Mampu mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimiliki d. Dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan sosial

e. Dapat mengenali resiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan untuk menuntun tingkah lakunya

f. Mampu menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang

g. Biasanya bergembira

Selain itu, ciri-ciri individu yang memiliki mental yang sehat juga dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) Sikap terhadap diri sendiri. Mampu menerima diri sendiri apa adanya, memiliki identitas diri yang jelas, mampu

(26)

menilai kelebihan dan kekurangan diri sendiri secara realitas.

2) Persepsi terhadap realita. Pandangan yang realitas terhadap diri sendiri dan dunia sekitar yang meliputi orang lain maupun segala sesuatunya.

3) Integrasi. Kepribadian yang menyatu dan harmonis, bebas dari konflik-konfik batin yang mengakibatkan ketidakmampuan dan memiliki toleransi yang baik terhadap stres.

4) Kompetensi. Mengembangkan keterampilan mendasar berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, emosional, dan sosial untuk dapat melakukan koping terhadap masalah- masalah kehidupan.

5) Otonomi. Memiliki ketetapan diri yang kuat, tanggung jawab, dan pemenuhan diri sebagai seorang pribadi.

6) Relasi interpersonal. Kemampuan untuk membentuk dan memelihara relasi interpersonal yang intim.

7) Tujuan hidup. Tidak terlalu kaku untuk mencapai kesempurnaan, tetapi membuat tujuan yang realistik dan masih didalam kemampuan individu. 28

Jadi menurut siswanto ciri-ciri mental yang sehat bertingkah laku sesuai dengan norma-norma sosial yang diakui, hal ini

28 Ssiwanto, Kesehatan Mental, (Yogyakarta : Andi Offsset, 2017), Hal 24-25.

(27)

dapat mengenali resiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan untuk menuntun tingkah lakunya.

Menurut Rusmin Tumanggor, adapun individu yang memiliki mental sehat adalah :

a. sanggup menyesuaikan diri b. berkepribadian utuh

c. bebas dari frustasi dan depresi

d. berilmu, bersikap dan perilaku jejaring nilai dan norma e. bertumbuh fisik dan berkembang jiwa dari lintasan hukum

sebab akibat

f. berdiri sendiri menjalankan tugas g. matang

h. baik dalam mengambil keputusan 29

Jadi dapat disimpulkan menurut Rusmin tumanggor ciri-ciri kesehatan mental yang sehat memiliki kepribadian yang lebih baik sehingga dapat menjalankan setiap kehidupannya.

Menurut Samsul Munir, ciri-ciri mental yang sehat adalah :

a. Ada koordinasi dari segenap dan potensi, sehingga orang mudah mengadakan adaptasi terhadap tuntuan

29 Rusmin Tumanggor, Ilmu Jiwa Agama, The Psycology Of Religion, (Jakarta : Kencana, 2014), Hal 165.

(28)

lingkungan dan norma sosial, serta terhadap perubahan- perubahan sosial yang serba cepat.

b. Memiliki integrasi dan regulasi terhadap struktur kepribadian sendiri, sehingga mampu memberikan partisipasi aktif kepada masyarakat.

c. Senantiasa giat melaksanakan proses realisasi diri d. Bergairan dan sehat 30

Jadi dapat disimpulkan menurut Samsul Munir ciri-ciri kesehatan mental adalah adanya segenap koordinasi dan potensi yang dimiliki oleh seorang individu dalam melakukan segala aktivitas kehidupannya sesuai dengan tingkat kemampuan dan kesehatan yang dimilikinya.

3. Gangguan Kesehatan Mental

Adapun jenis-jenis gangguan kesehatan mental adalah :

a. Gangguan yang biasanya di diagnosa pertama kali masa bayi, masa kanak-kanak dan masa remaja. Gangguan dalam kategori ini seperti hambatan (retardation) mental, gangguan belajar, gangguan keterampilan motorik, gangguan komunikasi, gangguan perkembanan, gangguan pervasive, gangguan kurang perhatian dan perilaku mengacau, gangguan makan, dan penyimpangan lain dari perilaku abnormal.

30 Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, ( Jakarta : Amzah, 2010), Hal 143.

(29)

b. Delirium, demensia, gangguan amnestik, dan gangguan kognitif lain. Gangguann yang disebabkan fungsi otak terganggu, baik secara permanen ataupun sementara. Gangguan ini disebabkan penuaan, trauma kepala, penyakit menurunnya (degeneratif) pada sistem syaraf (seperti karena HIV (Human Immunode Viciency), spilis, atau penyakit alzheimer.

c. Gangguan yang berhubungan dangan zat. Gangguan ini disebabkan pemakaian alkohol yang berlebihan, cocaine, dan racun yang mengubah perilaku. Termasuk dalam kelompok ini adalah marijuana dan tembakau, walaupun masih dipeselisihkan efek psikolgisnya.

d. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya. Gangguan ini ditandai dengan hilangnya kontak dengan realita, gangguan jelas proses berfikir dan persepsi, dan perilaku yang aneh. Pada suatu fase, waham, halusinasi, dan delusi hampir selalu terjadi.

e. Gangguan mood. Misalnya :

1) Terjadinya gembira secara abnormal

2) Gangguan bipolar, yaitu individu merasa berganti-ganti antara periode depresi dan elasi atau mania.

3) Depresi, yaitu respon normal terhadap banyak stres kehidupan seperti adanya kesedihan dan kesalahan, penurunan motivasi dan gairah hidup dan berfikir negatif.

Terhadap orang yang normal, depresi merupakan keadaan

(30)

kemurungan yang ditandai perasaan tidak pas, menurunya kegiatan, dan pesimisme menghadapi masa depan.

Sedangkan pada kasus patologis, depresi merupakan ketidakmampuan ekstrim untuk mereaksi terhadap perangsang, disertai menurunya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak mampu dan putus asa. Situasi yang sering menimbulkan depresi adalah kegagalan sekolah dan bekerja dan kehilangan orang yang dicintai.

f. Gangguan kecemasan :

1) Gangguan yang mana kecemasan merupakan gejala utama seperti merasa takut tanpa alasan yang jelas, merasa jengkel terhadap masalah kecil, sulit memutuskan masalah dan merasa tegang terus.

2) Fobia (Fhobia) yaitu ketakutan yang kuat dan irrasional, yang di timbulkan oleh suatu perangsang atau situasi khusus, seperti takut pada ketinggian (acrophobia), takut pada darah (hematophobia), takut pada kegelapan (nyctophobia), takut pada orang asing (enaphobia), dan takut pada binatang (zoophobia).

3) Gangguan obsesif-kompulsif, yaitu mencoba menahan diri dari melakukan ritual tertentu atau memikirkan pikiran persisten.

(31)

4) Gangguan stres pascatraumatik.

g. Gangguan Somatoform, yaitu gangguan fisik, tetapi tidak ditemukan penyebab organik dan faktor psikis tampaknya berperan besar. Termasuk gangguan ini adalah somatisasi, gangguan konversi (seperti wanita yang benci merawat ibunya yang tua renta, sehingga tiba-tiba ia mengalami kelumpuhan tangan), dan hipokondriasis (preokupasi berlebihan dengan kesehatan dan merasa takut berlebihan akan penyakit walaupun tidak ada alasan yang perlu ditakuti.

h. Gangguan disosiatif, yaitu perubahan sementara fungsi kesadaran, ingatan, atau identitas karena masalah emosional, seperti amnesia disosiatif (individu tidak dapat mengingat segala sesuatu dari pengalaman hidupnya setelah terjadi traumatik), dan gangguan kepribadian ( dua atau lebih sistem kepribadian yang terpisah terjadi pada individu yang sama).

i. Gangguan seksual dan seksual identitas jenis. Mencakup maslah gangguan gairah seksual, gangguan perangsang seksual, gangguan orgasmik, gangguan nyeri ketika mengadakan seksual, parafilia yaitu penyimpangan seksual seperti tertarik pada benda mati (fethisme), mendapatkan kepuasan seksual dengan memamerkan gentilnya kepada orang lain yang tidak menduga (ekshibisionisme), kepuasan seksual melalui kontak dengan anak dibawah umur (pedofilia), dan keinginan

(32)

menimbulkan nyeri pada diri sendiri atau menderita nyeri disebabkan orang lain (masokisme).

j. Gangguan makan, baik yang berkaitan dengan anoreksia nervosa (suatu gangguan makan yang terutama menyerang wanita muda dan ditandai dengan penuruan berat badan yang ekstrim dan disengaja oleh diri sendiri) dan bulimia nervosa (suatu gangguan makan yang terutama menyerang wanita muda dan ditandai oleh episode pesta makan, ikuti oleh upaya mencahar dan laksatif).

k. Gangguan tidur, baik berkaitan dengan insomnia kronis (tidak puas dengan kuatitas dan kualitas tidur), hipersomnia (satu dorongan yang dapat dikontrol untuk tidur atau keinginan tidur yang berlebihan), apnea tidur (gangguan tidur yang ditandai oleh berhentinya pernapasan saat tidur), tidak berjalan, narkolepsi (gangguan tidur yang ditandai oleh kecendrungan tidak terkendali untuk tidur singkat dalam waktu yang tidak tepat.

l. Gangguan pengendalian impuls, mencakup gangguan eksplosif intermitten, kleptomania (mecakup kompulsif benda-benda yang tidak dibutuhkan untuk pemakaian pribadi atau nilai ekonomisnya), berjudi patologis dan piromania (menimbulkan kebakaran untuk kesenangan semata atau menghilangkan ketegangan.

(33)

m. Gangguan kepribadian. Pola perilaku malapdatif yang berlangsung lama, yang merupakan cara yang tidak dewasa dan tidak tepat untuk menghadapi stres atau pemecahan masalah, seperti perilaku antisosial (tidak adanya empati atau kepedulian kepada orang lain dan tidak memiliki rasa malu, menyesal atau berdosa jika melakukan kesalahan dan gangguan perilaku narsistik (cinta diri dan perhatian yang ekstrim terhadap diri sendiri sehingga tidak memilki perhatian pada orang lain).

n. Gangguan buatan, yaitu gejala fisiki atau psikis yang ditimbulkan secara buatan. Berbeda dari malingering (berpura- pura) yang mana tidak ada tujuan yang jelas, seperti ketidakmampuan membayar tagihan atau menghindari wajib militer. Bentuk yang paling banyak diteliti ditanamkan sindroma munchausen, yaitu kesenangan individu akan persentase gejala fisik buatan menyebarkan individu itu sering dirawat dirumah sakit.

o. Kondisi lain yang mungkin menjadi pusat perhatian klinis.

Kategori ini mencakup banyak masalah yang menyebabkan orang mencari bantuan, seperti gangguan pergerakan akibat medikasi, masalah relasional (perkawinan, hubungan anak- orang tua, tetangga) penelantaran, atau masalah pekerjaan. 31

31 Iin Tri Rahayu, Psikoterapi Perspektif Islam & Psikologi Kontemporer, (Malang : Sukses Offset, 2009), Hal 119.

(34)

Jadi dapat disimpulkan bahwa sangat banyak sekali gangguan kesehatan mental penyebab masalah pada diri siswa itu sendiri.

Siswa yang bermasalah dengan kesehatan mentalnya dapat mempengaruhi segala aktivitas dan kegiatan proses belajarnya disekolah maupun didalam lingkungan keluarganya.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Mental

Tidak seorangpun yang tidak menginginkan ketenangan dan kebahagian dalam hidupnya, namun tidak semua orang mampu mencapai keinginan tersebut karena adanya rintangan yang membuat seseorang mengalami kegelisahan, kecemasan, dan ketidakpuasan.

Ketenangan hidup bisa didapati bila seseorang dapat memecahkan keruwetan jiwanya, hal itu dapat dilakukan bila ia berusaha untuk membersihkan jiwanya agar tidak terjadi konflik batin maupun rasa takut. Adapun kekacauan mental dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran dalam menghadapi konflik-konflik dan emosi, tidak berani menghadapi kesulitan hidup dan sebaliknya orang yang sehat mentalnya akan merasakan suasana batin yang aman, tentram dan sejahtera.

(35)

Gangguan mental (mental disorder) adalah suatu bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri yang serius sifatnya terhadap tuntunan dan kondisi lingkungan yang mengakibatkan ketidakmampuan tertentu. Para ahli psikologi berkata bahwa sejumlah kebutuhan yang apabila kebutuhan-kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi oleh seseorang, maka orang tersebut akan terganggu kesehatan mentalnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut maslow seperti,

“kebutuhan kepada ketentraman, kebutuhan kepada penghargaan diri, kebutuhan kepada perwujudan diri”.32

Berikutnya menurut Siti Meicha, tentang kebutuhan ia melukiskan dengan istilah “dorongan”, yang pada tataran efeknya sama yaitu dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan mental seseorang.

Menurutnya macam-macam dorongan yang sering menyebabkan gangguan keseimbangan mental pada seseorang, antara lain sebagai berikut :

a. Dorongan untuk memperoleh kesuksesan

b. Dorongan untuk menghindari kekecewaan atau kegagalan c. Dorongan untuk diterima atau diakui oleh lingkungannya d. Dorongan untuk memperoleh simpati

e. Dorongan untuk keamanan

f. Dorongan untuk melakukan esplorasi, dengan kata lain mencari hal-hal baru dalam dirinya

32 Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Mental, Cet Ke-2, (Jakarta : Pustaka Al- Hasan, 1986), Hal 21.

(36)

g. Dorongan yang berdasarkan hawa nafsu jenis kelamin33

Karena melihat kebutuhan-kebutuhan yang dipaparkan oleh beberapa ahli di atas tidak ditemukan kebutuhan akan agama, kemudian Zakiah Daradjat menambahkan kebutuhan tersebut menjadi : “Kebutuhan akan agama, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa harga diri, kebutuhan akan rasa bebas, kebutuhan akan rasa sukses, kebutuhan akan rasa tahu (mengenal).34

Kebutuhan-kebutuhan tersebut lebih jelasnya sebagai berikut :

a. Kebutuhan akan agama, Yang dimaksud dengan agama dalam kehidupan adalah iman yang diyakini oleh fikiran, diresapi oleh perasaan, dan dilaksanakan dalam tindakan, perbuatan, perkataan, dan sikap.

b. Kebutuhan akan kasih sayang, yaitu kebutuhan yang paling pokok bagi manusia. Apabila orang tidak disenangi oleh masyarakat dimana ia hidup, ia akan merasa sedih dan gelisah. Namun kasih sayang itu akan terpenuhi jika orang percaya kepada Tuhan dan dapat berul-betul meyakini bahwa Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang pada umatnya. Karena orang yang percaya kepada Tuhan jiwanya tak akan pernah

33 Siti Meichati, Kesehatan Mental, (Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM,1993), Hal 50

34 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Cet Ke-2, (Jakarta : CV Ruhana, 1995), Hal 21.

(37)

terganggu (sakit jiwa) andai kata tidak mendapati kasih sayang dari orang atau masyarakat dimana ia hidup.

c. Kebutuhan akan rasa aman, setiap orang mempunyai kebutuha ingin mendapat perlindungan dari sesuatu yang ghaib, yang memiliki kekuatan dan kekuasaan melebihi dirinya, yaitu Tuhan. Oleh sebab kebutuhan akan rasa aman inilah sebagian orang menerima ajaran agama.

d. Kebutuhan aka rasa harga diri, setiap orang mempunyai akan rasa harga diri, ingin dihargai dan diperlihatkan, baik oleh manusia ataupun Tuhan.

e. Kebutuhan akan rasa bebas, yaitu tidak terikat atau terhalang ikatan-ikatan tertentu. Adapun kaitannya dengan tobat yaitu setiap orang ingin bebas dari perasaan bersalah dan berdosa.

f. Kebutuhan akan rasa sukses, orang harus merasa bahwa ia berhasil dalam hidupnya. Apabila orang sering mengalami kegagalan dalam hidupnya ia akan merasa putus asa, sirnalah kepercayaan diri yang pada akhirnya ia menjadi pesimis dan tidak berani menghadapi segala problema hidup

(38)

g. Kebutuhan akan rasa tahu (mengenal) yang banyak mendorong orang untuk mengadakan penelitian dan menjadikan ilmu pengetahuan semakin berkembang.35 Kebutuhan-kebutuhan tersebut yang membedakan manusia dengan makhluk Allah lainnya. “Dengan demikian jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka kesehatan mental seseorang akan terganggu yang akhirnya akan mempengaruhi perasaan, pikiran/kecerdasan, kelakuan dan keseahatan badan orang tersebut”.

5. Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengembangkan Kesehatan Mental

Dalam mengembangkan kesehatan mental siswa, maka guru bimbingan dan konseling harus mengetahui terlebih dahulu tentang kesehatan mental. Tujuannya, agar guru bimbingan dan konseling mudah dalam mengembangkan kesehatan mental siswa menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Layanan Informasi

Layanan informasi adalah kegiatan memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu atau kegiatan atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau yang dikehendaki.36

35 Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Cet Ke-14, (Jakarta : PT, Gunung Agung, 1995), Hal 36-38.

36 Prayitno dan Emti Erman, Dasar-dasar Bimbingan Konseling, (jakarta : Rineka Cipta, 2004), Hal 255.

(39)

Layanan informasi memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan. tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar, maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai.37

Layanan ini menitik beratkan pembrian informasi kepada pesera didik agar bisa memahami dirinya dan lingkungannya.

Layanan informasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak yang lain dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap peserta didik terutama orang tua menerima dan memahami informasi seperti pendidikan dan jabatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan sehari-hari berbagai pelajaran anggota keluarga dan masyarakat.

b. Layanan Penguasaan Konten

Layanan penguasaan konten merupakan bantuan kepada individu baik secara sendiri maupun kelompok untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melaui kegiatan belajar.

layanan penguasaan konten membantu individu menguasai aspek- aspek konten tersebut secara tersinergikan. Dan penguasaan konten

37 Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktis, (Bandung : Cv Perdana Mulya Sarana, 2010), Hal 32.

(40)

individu diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya serta mengatasi masalah-masalah yang dialaminya.38

c. Layanan Penempatan dan Penyalurann

Layanan penempatan dan penyaluran membantu siswa untuk menempatkan diri pada posisi yang tepat dan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki siswa sehingga dengan kompetensi yang dimiliki siswa dapat tersalurkan dan berkembang dengan baik.

Layanan penempatan penyaluran membantu individu atau klien yang tidak sesuai kondisi diri individu itu sendiri dengan lingkungannya yang berpotrnsi menimbulkan masalah. Layanan ini berusaha mengurangi sampai seminimal mungkin dampak lingkungan dan bahkan dukungan yang lebih besar dan optimal terhadap pengembangan potensi individu di satu sisi dan sisi lain memberikan kesempatan bagi pengembangan potensi tersebut.39 d. Konseling Individu

Konseling perorangan merupakan layanan konseling yang diselenggarakan oleh seseorang konselor terhadap klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien, dalam suasana tatap muka antara konselor dan klien. Pembahasan tersebut bersifat mendalam menyentuh hal-hal penting tentang diri klien.40Layanan konseling individu bermakna layanan konseling yang

38 Prayitno, L I-19, (Padang : UNP, 2004), Hal 2.

39 Prayitno, Layanan Penempatan Penyaluran, (Padang : BK FIP UNP, 2006), Hal 2.

40 Prayitno, Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung, (Padang : UNP, 2012), Hal 105.

(41)

diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap konseli dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien.

Konseling individu berlangsung dalam suasana komunikasi atau tatap muka secara langsung atau guru bimbingan dan konseling (konselor) dengan klien (siswa) yang membahas berbagai masalah yang dialami klien. Tujuan umum layanan konseling individu terentasnya masalah yang dialami klien. Fungsi pengentasan sangat dominan dalam layanan ini. Tujuan terkait dengan dominan dalam layanan ini.

Tujuan khusus terkait dengan fungsi konseling (fungsi pemahaman, pencegahan, pengembangan, pemeliharaan, pengentasan dan advokasi). Layanan konseling bersifat “ resmi”

karena layanan itu merupakan suatu kegiatan yang disengaja mempunyai tujuan untuk kepentingan dan kebahagian individu.

Kegiatan konseling dilakukan atas format yang sudah disepakati dan hasil pelayanan dinilai dan diberi tindak lanjut.

e. Kerjasama

Menjalin kerjasama dengan personil sekolah, orang tua, dan masyarakat, agar tercipta suasan kondusif dalam layanan bimbingan dan konseling. Pelayanan di sekolah dan keluarga yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan mendapatkan status dan prestasi dengan cara memberi kebutuhan remaja yaitu kesmpatan kepada remaja berprestasi dalam bidang akademis dan

(42)

dalam penampilan bakat-bakat khusus, kebutuhan diakrabi sekolah hendaknya membina kerjasama dalam belajar, membina sikap dengan memanfaatkan anak yang cepat belajar sebagai tutor sebaya. 41

Jadi, langkah-langkah guru bimbingan dan konseling dalam mengembangkan kesehatan mental siswa di SMP Negeri 2 Bonjol ialaha dengan menggunakan layanan informasi, penguasaan konten, penempatan dan penyaluran, konseling individu, dan kerjasama.

6. Penelitian Relevan

Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian lain yang dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam mengadakan peneltian. Peneltian ini menggunakan data penelitian. Penelitian ini menggunakan data penelitian terdahulu sebagai telaah pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ifdil (2018) yang berjudul “ Mengembangkan Kesehatan Mental di Lingkungan Keluarga dan Sekolah ”. program bimbingan dan konseling, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTAS).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang adanya suatu ketenangan batin secara psikologis. Kesehatan mental menjadi hal yang terpenting dalam lingkungan keluarga dan sekolah. Individu yang memiliki kesehatan mental yang baik akan mampu untuk membentuk dan mengembangkan

41 Elide Prayitno, Psikologi Perkembangan Remaja, (Padang : UNP, 2002), Hal 147-148.

(43)

dirinya menjadi pribadi yang produktif. Selanjutnya, individu sebagai menjadi warga sekolah yang secara psikologis memiliki kesehatan mental yang baik akan melahirkan individu yang sejahtera secara psikologis. Sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan nasional dan melahirkan peserta didik yang berkualitas dan berprestasi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2019) IAIN Curup yang berjudul

“ Metode Perawatan Kesehatan Mental dalam Islam ”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan agama dengan kesehatan mental dalam islam adalaha sebagai terapi, yaitu terletak pada sikap penyerahan diri seutuhnya kepada Allah Swt, dengan penyerahan sepenuhnya maka ketenangan jiwa akan didapati, yang nantinya dapat membentuk hidup manusia jadi seimbang dunia akhirat. Ada tiga pola dikembangkan untuk mengungkap metode perolehan dan pemeliharaan kesehatan mental dalam islam. (Pertama, metode tahali, takhalli, dan tajalli), (kedua, metode syariah, thariqah, haqiqah, dan ma’rifat), dan (ketiga, metode iman, islam, dan ihsan). Disini lebih memilih pola yang ketiga.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Asriyanti Rosmalina (2016), jurusan Bimbingan Konseling Islam, Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon yang berjudul “ Pendekatan Bimbingan dan Konseling Islam dalam Meningkatkan Kesehatan Mental Remaja ”. Hasil penelitian ini menunjukkan kesehatan mental adalah sebagai berikut :

(44)

a. Membaca Al-Qur’an, dengan membaca Al-Qur;an (kitab suci bagi umat islam) akan membuat dosa-dosa kita terampuni.

Menggandakan kebaikan, dan meneguhkan harapan akan masuk surga. Karena membaca Al-Qur’an merupakan terapi untuk menghilangkan kegelisahan yang timbul akibat perasaan berdosa.

b. Doa membuat orang mendekatkan diri pada Yang Maha Suci baik dalam cara bertindak, berfikir maupun sikap.

c. Menjernihkan kalbu. Kehidupan manusia bukan hanya kehidupan fisik semata. Dibalik itu ada kehidupan non fisik dan justru itulah yang menjadi hakikat kehidupan.

d. Normalisasi konsep sabar. Sabar peringkat pertama dapat ditingkatkan dengan memikirkan secara mendalam bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki derita yang dimiliki oleh makhluk lain.

Penelitian yang akan peneliti lakukan berbeda dengan penelitian terdahulu yang sudah ada. Penelitian ini terfokus pada Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengembangkan Kesehatan Mental siswa di SMP Negeri 2 Bonjol.

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lapangan (field Research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa penelitian berangkat kelapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam satu keadaan ilmiah atau insitu.

Dalam hal demikan maka penelitian lapangan biasanya membuat catatan lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya dan di analisis dalam berbagai cara. 42Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menemukan jawaban terhadap suatu fenomena atau

42 Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya, 2017), Hal 26

(46)

pertanyaan melalui aplikasi prosedur ilmiah secara sistematis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. 43

B. Lokasi Penelitian

Sebagaimana judul penelitian “Upaya Guru Bimbingan Konseling dalam Mengembangkan Kesehatan Mental siswa di SMP Negeri 2 Bonjol. Penulis memilih lokasi penelitian di SMP Negeri 2 Bonjol yang terletak di JL Sumatera, Kumpulan, Kec Bonjol, Kab Pasaman karena ingin mengetahui apa upaya guru BK dalam mengembangkan kesehatan mental siswa di SMP Negeri 2 Bonjol tersebut.

C. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi yang diteliti. 44 dalam penelitian ini pengumpulan data dengan menggunakan teknik snowball sampling yaitu data atau informasi-informasi yang akan dikembangkan sampai kepada titik kejenuhan sehingga semakin lama semakin banyak informasi yang akan diperoleh.

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Informan kunci adalah orang yang dijadikan informasi utama dalam penelitian, dalam hal ini yang menjadi informan kunci yaitu 1 guru bimbingan dan konseling

43 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta : Prenada Media Group, 2014)

44 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Hal 29.

(47)

2. Informan pendukung adalah informan tambahan, dalam hal ini yang menjadi informan pendukung adalah siswa

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik untuk mendapatkan data yang akurat mengenai keadaan dilapangan maka penulis menggunakan diantaranya :

1. Wawancara atau interview

Salah satu metode mendapatkan data dengan cara mengadakan hubungan langsung dengan informan. Wawancara adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi langsung dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dijwab secara lisan pula. 45

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk megumpulkan data, pada saat setelah melakukan wawancara dengan informan beberapa teori tidak ditemukan dilapangan yang terlampir pada instrumen kisi-kisi.

2. Dokumentasi

Dokumetasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel, dokumentasi berupa catatan notulen dan lain-lain.46 Seperti melihat arsip atau dokumentasi yang ada dilapangan tempat penelitian dalam hal ini penulis juga foto/gambar terhadap objek yang diamati jika memungkinkan.

45 Fahilla Yusri, 2015, Instrumentasi Non-Tes dalam Konseling, Bukittinggi, Hal 156

46 Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian, (Bandung : Ghalia Indo, 2000), Hal 42

(48)

E. Teknik Analisa Data

Adapun teknik analisa data yang digunakan adalah analisa data kualitatif, yang dilakukan terhadap data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan menggunakan teknik kualitatif, teknik analisa yang digunakan adalah :

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

2. Data Display (penyajian Data)

Penyajian data dilakukan dalam bentuk penjelasan secara singkat mengenai data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi. Bagaimana hubungan antara kategori flowchari dan sejenisnya, biasanya yang sering digunakan yaitu teks yang bersifat naratif. Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dilapangan. 47

F. Teknik Kebsahan Data

47 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabetha, 2009), Hal 247-252.

(49)

Untuk menguji keabasahan data, penulis menggunakan teknik trigulasi. Trigulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

Tringulasi data dengan sumber lainnya berarti membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu infeormasi yang diperoleh melalui waktu dan data yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dicapai dengan menggunakan :

1. Membandingkan hasil pengamatan dengan hasil operasi

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dan apa yang dikatakan secara pribadi

3. Membandingkan keadaan dan persepktif seseorang dengan berbagai pendapat

4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 48

48 Lexy J. Moeleong, Metode..., Hal 178.

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan beberapa upaya yang digunakan Guru bimbingan konseling dalam mengembangkan kesehatan mental siswa di SMP Negeri 2 Bonjol, yang dapat dituangkan dibawah ini yaitu :

A. Upaya Guru BK dalam mengembangkan kesehatan mental siswa melalui pengubahan sikap terhadap diri sendiri

1. Layanan Konseling Individu

Untuk mengungkapkan masalah siswa dapat dilakukan oleh guru bimbingan konseling Ibu yang berinisial YJ mengatakan :

“ Melakukan layanan konseling individu dengan mencoba untuk memahamkan kepada siswa bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. setiap kelebihan hendaknya disyukuri dengan selalu mengasah diri agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Walaupun

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Mengadopsi teknologi dengan aplikasi penyimpanan arsip perlu didukung tidak hanya oleh satu pihak tetapi oleh semua pihak mengingat kearsipan merupakan wadah dari

No Nama Gambar Tipe Sumber 1 RSpertaminajaya.png PNG www.google.com/maps/place/ 2 RSharapanbunda.png PNG www.google.com/maps/place/ 3 RScengkareng.png PNG

Gesekan (friction) merupakan faktor utama dalam pengereman. Oleh karena itu komponen yang dibuat untuk sistem rem harus mempunyai sifat bahan yang tidak hanya menghasilkan jumlah

alat penangkap ikan. Cara ini hanya menyebabkan kerusakan yang lebih parah terhadap pertumbuhan terumbu karang sehingga mengancam kelangsungan fungsi ekosistem ini untuk

Daftar Judul Buku Pengayaan Pengetahuan, Buku Pengayaan Keterampilan, Buku Pengayaan Kepribadian, Buku Referensi, Buku Panduan Pendidik, Buku Pendidikan Anak Usia

Berdasarkan pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa post operasi sectio caesaria atas indikasi gemeli dan ketuban pecah dini adalah suatu tindakan operasi untuk

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti sangat tertarik dan melakukan penelitian dengan mengambil dua variabel penelitian yaitu pH larutan dan tegangan listrik

a) Langkah pertama, usaha kedai mie warna bukit akan melakukan promosi melalui word of mouth dengan membawa sampel produk kepada teman-teman maupun orang-orang