• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PERILAKU PETANI DAN KEGIATAN USAHATANI CABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PERILAKU PETANI DAN KEGIATAN USAHATANI CABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L.)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PERILAKU PETANI DAN KEGIATAN USAHATANI CABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L.)

(Studi Kasus Pada Usahatani Cabai Merah Keriting Di Kelompok Tani Kampung Cipulus, Desa Pasigaran, Kec.

Tanjungsari) ROFI ANDRIANA

Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Winaya Mukti ABSTRACT

This study aims to determine how curly Red chili farmers behave during the COVID-19 pandemic and how the impact of the COVID- 19 pandemic on curly red chili farming activities. The results showed the following: 1) farmers were less obedient in implementing health protocols even though farmers knew about the dangers of the COVID-19 pandemic. 2) the difference in farmers' income between before the COVID-19 pandemic and during the COVID-19 pandemic due to the uncertain marketing of curly red chilies.

3) the majority of farmers still believe that curly chili red farming can be continued by taking some measures in marketing. Based on the research results, it is suggested that there should be innovation in marketing and maximizing the role of farmer groups to solve the problem of farmer dependence on collectors.

Keywords : COVID-19 Pandemic, Income, Farming

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku petani cabai merah keriting saat pandemi COVID-19 dan bagaimana dampak pandemi COVID-19 terhadap kegiatan usahatani cabai merah keriting. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut: 1) petani kurang patuh dalam penerapan protokol kesehatan meskipun petani tahu tentang bahaya dari pandemi COVID-19. 2) terjadinya perbedaan pendapatan petani antara sebelum masa pandemi COVID-19 dan saat masa pandemi COVID-19 akibat dari pemasaran cabai merah keriting yang tidak menentu. 3) mayoritas petani masih meyakini bahwa usahatani cabai merah keriting masih bisa dilanjutkan dengan melakukan beberapa penanganan dalam pemasaran. Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan perlu adanya inovasi dalam pemasaran dan memaksimalkan peran kelompok tani untuk memecahkan permasalahan kebergantungan petani kepada pengepul.

Kata kunci : Pandemi COVID-19, Pendapatan, Usahatani

PENDAHULUAN

Penyakit koronavirus 2019 (bahasa Inggris : coronavirus disease 2019, disingkat COVID-19) adalah penyakit menular yang diseba kanoleh SARS-CoV-2, salah satu jenis koronavirus. Penyakit ini mengakibatkan pandemi coronavirus 2019–2020. Penderita COVID-19 dapat mengalami demam, batuk kering, dan kesulitan bernapas. Sakit tenggorokan, pilek, atau bersin-bersin lebih jarang ditemukan.

Pada penderita yang paling rentan, penyakit ini dapat berujung pada pneumonia dan kegagalan multiorgan.

Tabel 1. Jumlah kasus COVID-19 di dunia Tanggal Jumlah

Kasus

Jumlah Sembuh

Jumlah Meninggal 30 Maret 2020 724.565 152.076 34.041

30 April 2020 3.208.138 997.178 227.618 30 Mei 2020 6.020.723 2.655.331 366.295 30 Juni 2020 10.402.389 5.648.789 507.515 30 Juli 2020 17.162.629 10.672.779 669.096

30 Agustus

2020 25.187.830 17.538.729 847.044 Sumber : covid19.who.int

Dari tabel diatas terlihat jelas bahwa penyebaran COVID-19 ini sangat pesat bahkan sampai lebih dari 200 negara di dunia mengalami kasus ini termasuk Indonesia yang penyebarannya terjadi hanya beberapa bulan saja sejak virus ini ditemukan. Saat ini kasus tertinggi ada di negara Amerika Serikat yang mencapai angka 3.156.416 update tanggal 09 Juli 2020.

Tabel 2. Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia Tanggal Jumlah

Kasus

Jumlah Sembuh

Jumlah Meninggal

30 Maret

2020 1.414 75 122

30 April

2020 9.771 1.391 784

30 Mei 2020 25.216 6.492 1.520

30 Juni

2020 56.385 24.806 2.876

30 Juli 2020 10.6336 64.292 5.058 30 Agustus

2020 17.2053 12.4185 7.343

Sumber : covid19.go.id

Infeksi menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan (droplet) dari saluran pernapasan yang sering dihasilkan saat batuk atau bersin. Waktu dari paparan virus hingga timbulnya gejala klinis berkisar antara 1–14 hari dengan rata-rata 5 hari. Metode standar diagnosis adalah uji reaksi berantai polimerase transkripsi-balik (rRT-PCR) dari usap nasofaring atau sampel dahak dengan hasil dalam beberapa jam hingga 2 hari. Infeksi juga dapat didiagnosis dari kombinasi gejala, faktor risiko, dan pemindaian tomografi terkomputasi pada dada yang menunjukkan gejala pneumonia (Fadli, 2020).

Dampak wabah virus Corona (COVID-19) tidak hanya merugikan sisi kesehatan. Dampak terbesarnya ada pada proses produksi, distribusi, dan konsumsi akibat tingkat penularan virus yang menyerang aspek fundamental dari seluruh akivitas manusia, sehingga memaksa pemerintah menerapkan kebijakan social/phsycal distancing. Secara Makro, perubahan jumlah permintaan dan penawaran agregat akan mempengaruhi tingkat kegiatan perekonomian pada periode tertentu yang pada gilirannya akan berpengaruh pula terhadap pendapatan nasional atau produksi nasional (PDB-Produk Domestik Bruto). Salah satu yang menjadi indikator baik buruknya perekonomian

(2)

disuatu daerah adalah dengan melihat tingkat pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi adalah persentase perubahan kegiatan ekonomi, yang salah satunya dapat diukur dari jumlah persentase perubahan produksi barang dan jasa (Hanoatubun, 2020).

Dilansir dari KOMPAS.com (17 Mei 2020) belakangan ini para petani di Jawa Timur ada yang membagikan sayur yang baru dipanen kepada masyarakat, bahkan adapula masyarakat yang memilih membuang hasil panennya ke sungai karena tidak bisa menjualnya ke pasar meskipun menjualnya dengan harga yang sangat rendah (Shalihah, 2020). Di Indonesia, berbagai macam sayuran banyak dibudidayakan terutama di daerah yang memiliki iklim tropis. Cabai merah keriting merupakan komoditas sayuran potensial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Cabai merah keriting menduduki posisi penting dalam menu pangan. Walaupun diperlukannya dalam jumlah kecil, namun setiap hari dikonsumsi oleh hampir seluruh penduduk Indonesia. Suatu komoditas layak dikembangkan jika komoditas tersebut diusahakan sesuai dengan zona agroekologinya, mampu memberi peluang berusaha, serta dapat dilakukan dan diterima masyarakat setempat sehingga bedampak pada penyerapan tenaga kerja dan secara ekonomi menguntungkan.

Tabel 3. Jumlah produksi cabai besar di Indonesia No. Tahun Jumlah Produksi (Ton)

1. 2014 1 074 611

2. 2015 1 045 200

3. 2016 1 045 601

4. 2017 1 206 266

5. 2018 1 206 750

6. 2019 1 214 419

Sumber : bps.go.id

Cabai merah keriting yang masuk ke dalam golongan cabai besar produksinya di Indonesia terpusat di wilayah Jawa, terutama di Jawa Barat. Cabai keriting terus mengalami peningkatan jumlah produksi pada periode 2014 – 2019 dan menempati urutan pertama selama tiga tahun terakhir dengan jumlah produksi tertinggi. Namun, adapula masalah baru yang timbul kepada para petani cabai merah keriting akibat dari pandemi COVID-19 yang saat ini terjadi. Banyak sekali sektor yang mengalami penurunan, bukan tidak mungkin ini juga merambah ke sektor pertanian yang tentunya memiliki banyak sekali faktor yang terhambat baik itu kegiatan usahataninya maupun sampai distribusi yang tidak berjalan lancar.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu adanya sebuah gerakan yang dapat mendorong perhatian petani di tengah kesulitan ini salah satunya dengan kegiatan penelitian ini yang membahas tentang pengaruh COVID-19 terhadap kegiatan usahatani sayuran di kelompok tani di Kampung Cipulus, Desa Pasigaran yang merupakan salah satu penghasil produk petanian yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan usahataninya selama masa pandemi COVID-19 ini. Maka perlu diadakannya pengkajian terhadap efektivitas volume penjualan pada saat pandemi COVID-19 sehingga pelaku usaha dapat mengatur serta mengendalikan suatu kegiatan pemasaran tersebut secara optimal. Mengingat produk yang dihasilkan merupakan produk yang umur penggunaan relatif singkat, memiliki pangsa pasar yang luas, serta persaingan yang sangat ketat maka penelitian ini

sangat berperan penting peranannya dalam mengevaluasi jalannya usahatani cabai merah keriting Kelompok Tani di Kampung Cipulus, Desa Pasigaran.

KAJIAN PUSTAKA DAN PENDEKATAN MASALAH Dampak Pandemi COVID-19

COVID-19 adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus SARS CoV-2 dan memiliki gejala yang mirip dengan flu biasa, yang dapat berlanjut pada sakit parah dan radang paru (Pneumonia), sehingga menyebabkan kesulitan bernafas.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebagai sumber acuan dunia dalam menghadapi COVID-19, telah merilis beberapa langkah-langkah perlindungan dasar individu dalam menghadapi Pandemi ini. Beberapa diantaranya yaitu memakai masker, menjaga kebersihan tangan melalui rajin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau dengan cairan berbasis alkohol, menjaga jarak sosial (Social distancing) dengan cara menjaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang lain atau siapa saja yang batuk atau bersin, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut, karena ketiganya merupakan jalan masuknya virus ke dalam tubuh, menjaga kebersihan pernafasan dengan cara menutup mulut dan hidung dengan tisu atau dengan siku pada saat batuk dan bersin adalah hal yang tepat. Namun jika mengalami demam, batuk dan kesulitan bernafas, cari perawatan medis sesegera mungkin, serta tetap mencari informasi dan mengikuti saran yang diberikan oleh penyedia layanan kesehatan setempat.

Dampak wabah virus Corona (COVID-19) tidak hanya merugikan sisi kesehatan. Bahkan virus ini turut mempengaruhi perekonomian negara-negara di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Ekonomi global mengalami penurunan, menyusul penetapan dari WHO yang menetapkan wabah COVID-19 sebagai pandemi yang mempengaruhi dunia usaha. Virus corona mulai merebak disekitar wilayah Wuhan dan kini telah menjangkiti hampir seluruh negara di dunia. Semakin meluasnya wabah corona ke berbagai belahan dunia menjadi ancaman serius bagi perekonomian global.

Tanaman Cabai Merah Keriting

Cabai merah keriting merupakan tanaman musiman dengan tinggi dapat mencapai satu meter, daun berwarna hijau tua, berbentuk bujur telur dan bunga soliter dengan daun bunga putih. Tanaman cabai keriting merupakan tumbuhan perdu yang berkayu, tumbuh di daerah dengan iklim tropis. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang biak didataran tinggi maupun dataran rendah.

Klasifikasi Tanaman Cabe Keriting : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Family : Solaneceae Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annum L.

Cabai merah keriting merupakan salah satu jenis komoditas komersial yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan sejak lama telah dibudidayakan di Indonesia. Dari berbagai macam jenis komoditas cabai, komoditas cabai merah keriting memiliki prospek yang baik. Prospek pasar yang baik terhadap cabai besar terlihat dari kenaikan harga dan permintaan terhadap berbagai komoditas cabai di setiap tahunnya yang terus naik

(3)

membuat petani tertarik untuk membudidayakan cabai merah keriting. Cabai merah keriting juga dipilih karena memiliki wilayah pemasaran yang cukup baik serta dapat ditanam pada berbagai lingkungan seperti daerah pesisir, dataran menengah, dan dataran tinggi (Rukmana, 2002).

Tabel 4. Komposisi Kimia Cabai Merah Keriting per 100 gram No Kandungan gizi Nilai

1. Energi (kal) 311

2. Protein (g) 15

3. Lemak (g) 6,2

4. Karbohidrat (g) 61,8

5. Kalsium (mg) 160

6. Fosfor (mg) 370

7/ Vitamin A (SI) 576

8. Vitamin C (mg) 50

Sumber : Komposisi Pangan Indonesia (2008)

Pertama kita akan membahas mengenai syarat tumbuh tanaman cabai merah keriting. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Jika anda memperhatikan semua faktor tersebut akan sangat mempengaruhi tumbuh kembang cabai merah keriting. Ada 2 faktor utama yang harus sangat Anda perhatikan yaitu masalah iklim dan jenis tanah.

Tanaman cabai merah keriting dapat tumbuh di dataran rendah maupun pegunungan yang tingginya mencapai 2000 meter di atas permukaan laut. Iklim yang paling cocok untuk budidaya cabai merah keriting adalah iklim tropis yang bersuhu lembab. Suhu yang baik sekitar 16 sampai 23 derajat celcius.

Kemudian masalah tanah. Sebenarnya hampir semua jenis tanah bisa digunakan untuk bertanam cabai merah keriting. Anda bisa memilih tanah yang kaya organik, gembur, subur, tidak mudah menggenang dan tidak mudah terserang penyakit. pH-nya sekitar 5.5 sampai 6.8.

Usahatani

Menurut Suratiyah (2006), ilmu usahatani adalah ilmu tentang bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor produksi yang berupa alam dan sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik- baiknya (Normansyah, Rochaeni, & Humaerah, 2014). Petani mengatur dan menggiatkan pertumbuhan tanaman dalam usahataninya. Kegiatan produksi setiap usahatani merupakan suatu kegiatan usaha sedangkan biaya dan penerimaan merupakan aspek yang penting. Usahatani merupakan kesatuan organisasi antara alam, tenaga kerja, modal, dan manajemen yang bertujuan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian.

Produksi dapat didefinisikan sebagai proses menciptakan barang atau jasa ekonomi dengan menggunakan dua macam barang atau jasa lainnya sesuai permintaan. Fungsi produksi adaah hubungan teknis antara input dan output, yang ditandai jumlah output maksimal yang dapat diproduksi dengan satu set kombinasi input tertentu, atau dapat diartikan pula hubungan antara input yang digunakan dalam proses produksi dengan kuantitas output yang dihasilkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Faktor teknis, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya, bibit, varietas, pupuk dan pestisida.

2. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, resiko ketidakpastian, kelembagaan, tersedianya kredit dan sebagainya.

Fluktuasi harga cabai merah keriting menimbulkan berbagai efek seperti pada saat harga cabai sedang jatuh, petani cabai merah keriting akan dirugikan karena mereka menerima harga sangat rendah dari pasar, sedangkan pasar tidak dirugikan.

Hal ini disebabkan karena petani hanya sebagai penerima harga dan pasar konsumen sebagai lokasi terbentuknya harga.

Kemudian, pada saat harga naik konsumen yang akan dirugikan.

Fluktuasi harga komoditas cabai merah keriting berkelanjutan dapat menyebabkan inflasi sehingga dapat menggangu kestabilan sosial dan ekonomi nasional.

METODE PENELITIAN Teknik Penetapan Responden

Teknik penetapan responden yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode Total Quota Sampling. Teknik ini mengambil jumlah sampel sebanyak jumlah yang telah ditentukan oleh peneliti. Kelebihan metode ini dapat dilakukan karena sampel penelitian sudah diketahui sebelumnya. Teknik pengambilan sampel dengan cara ini biasanya digunakan pada penelitian yang memiliki jumlah sampel terbatas (Heri, 2017). Seperti yang dilakukan pada penelitian ini yang respondennya berupa kelompok tani.

Dalam kelompok tani tersebut, populasi petani cabai merah keriting yang ada di Kampung Cipulus, Desa Pasigaran ada 15 orang, sedangkan populasi dari petani konvensional lainnya ada 35 orang. Responden yang akan diteliti yaitu sebanyak 15 orang yang merupakan petani cabai merah keriting.

Teknik Analisis

Analisis data dibuat secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan tabulasi dan narasi untuk menjelaskan pemahaman petani terhadap pandemi COVID-19 dan dampak yang mereka rasakan akibat pandemi tersebut. Pemahaman petani meliputi pengetahuan mereka tentang COVID-19 dan bentuk penerapan protokol kesehatan dalam aktivitas mereka sehari-hari. Sedangkan dampak pandemi COVID-19 dilihat berdasarkan analisis jalannya usahatani yang dilaksanakan.

Untuk memecahkan masalah yang telah teridentifikasi, maka data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana penerapan protokol kesehatan pada petani cabai merah keriting di Desa Pasigaran dilakukan teknis wawancara dengan petani langsung dan disajikan dalam tabulasi dan dideskripsikan.

2. Analisis sarana produksi yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu melakukan penggambaran sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada di lapangan. Analisis ini digunakan untuk mengetahui bagaimana sistem pengadaan sarana produksi usahatani cabai merah keriting dilihat dari beberapa elemen yaitu kualitas, kuantitas, waktu, biaya, dan organisasi.

3. Mengetahui dampak pandemi COVID-19 terhadap pendapatan petani komoditas cabai merah keriting di Desa Pasigaran dan membandingkannya antara usahatani sebelum pandemi dan saat masa pandemi dengan cara menghitung persamaan :

a) Penerimaan usahatani cabai merah keriting.

TR = P . Q

b) Biaya produksi usahatani cabai merah keriting.

(4)

TC = FC + VC

c) Pendapatan usahatani cabai merah keriting.

π = TR – TC Keterangan :

TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Biaya Produksi Total (Rp) FC = Biaya Tetap (Rp)

VC = Biaya Variabel (Rp) π = Pendapatan Usahatani (Rp) P = Harga jual produk (Rp/kg) Q = Jumlah Produksi (Rp/kg)

R/C Ratio menyatakan kelayakan suatu usaha apakah menguntungkan, impas atau suatu usaha dapat dikatakan mengalami kerugian (Firdaus, 2008). Secara sistematis (R/C) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Kriteria berdasarkan R/C Ratio adalah :

 R/C ratio > 1, usaha budidaya layak untuk diusahakan

 R/C ratio = 1, usaha budidaya tidak untung dan tidak rugi

 R/C ratio < 1, usaha budidaya tidak layak untuk diusahakan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Cipulus, Desa Pasigaran, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.

Tempat penelitian ini dilakukan atas pertimbangan adanya petani sayur khususnya komoditas cabai merah keriting dalam melakukan usahataninya yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti dampak dari pandemi COVID-19 ini terhadap usahataninya. Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan Juni 2020 sampai bulan Agustus 2020.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Subjek Penelitian

Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah petani yang sedang melakukan kegiatan usahatani tanaman cabai merah keriting yang masih berjalan meskipun pada masa pandemi COVID-19. Petani responden dipilih sesuai dengan kelompok tani yang melakukan kegiatan usahatani cabai merah keriting yang berjumlah 15 orang. Karakter petani responden dikelompokkan menurut umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman dalam bertani cabai merah keriting, dan tanggungan keluarga.

Perilaku Petani Saat Menghadapi Masa Pandemi

Hasil penelitian ini dianalisis sejauh mana perilaku petani dalam menghadapi pandemi COVID-19 dan bagaimana dampak serta penanganannya terhadap usahatani yang dijalankan. Maka dari itu perlu diketahui tingkat kekhawatiran petani terhadap pandemi COVID-19 serta bagaimana penerapan protokol kesehatan di kalangan petani.

Gambar 1. Tingkat kekhawatiran terhadap pandemi COVID-19

Sumber : Data primer, 2020

Dari gambar diatas dapat diketahui sebanyak 9 (60%) responden merasa sangat khawatir dengan adanya pandemi COVID-19, lalu sebanyak 4 (27%) responden merasa cukup khawatir dengan adanya pandemi COVID-19, dan sebanyak 2 (13%) responden tidak khawatir dengan adanya pandemi COVID-19 ini.

Pengetahuan Terhadap COVID-19

Dari tabel dibawah dapat diketahui bahwa 12 responden tahu tentang cara penyebaran COVID-19 dan 3 responden kurang tahu tentang cara penyebaran COVID-19.

Lalu diketahui bahwa 9 responden tahu tentang protokol kesehatan dan 6 responden kurang tahu tentang protokol kesehatan. Dari data ini terbukti bahwa masih ada diantara petani yang belum memahami tentang cara penyebaran pencegahan terinfeksinya COVID-19. Maka dari itu perlu adanya dorongan agar para petani bukan hanya memahami tentang bahaya pandemi COVID-19, namun juga dapat menerapkan pencegahan sedini mungkin.

Tabel 15. Pengetahuan Terhadap COVID-19 No. Pernyataan Jawaban

Total ST T KT TT

1.

Pengetahuan tentang cara penyebaran COVID-19

12 3 15

2.

Pengetahuan tentang protokol

kesehatan

9 6 15

Sumber : Data primer, 2020 Penerapan Protokol Kesehatan

Dari tabel dibawah merupakan data hasil wawancara dengan responden dalam penerapan protokol kesehatan dalam rangka pencegahan penularan COVID-19. Dari data tersebut tercatat ada 15 responden yang jarang menggunakan masker, dan dari hasil wawancara kebanyakan beralasan bahwa petani yang keluar untuk bekerja sangat terganggu apabila sambil menggunakan masker karena umurnya yang sudah lanjut usia, pernapasannya sudah mulai terganggu dan petani pun jarang mendekati kerumunan. Lalu terdapat 4 responden jarang menggunakan sarung tangan dan 11 orang tidak pernah menggunakan sarung tangan saat keluar rumah selama pandemi.

Kemudian, terdapat 6 responden yang selalu mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer, dan 9 responden yang jarang mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer.

Selanjutnya ada 5 responden yang jarang menghindari menyentuh wajah dan 10 responden yang tidak pernah menghindari menyentuh wajah selama pandemi COVID-19, dari wawancara yang dilakukan responden beralasan menyentuh

27% 60%

13%

Tingkat Kekhawatiran

Sangat Khawatir Khawatir Tidak Khawatir

(5)

wajah merupakan tindakan yang spontan dan sulit dicegah.

Tabel 16. Penerapan Protokol Kesehatan

Pernyataan Jawaban

Jumlah Selalu Jarang Tidak Pernah

1. Menggunakan masker saat keluar

rumah 15 15

2. Memakai sarung tangan saat

keluar rumah 4 11 15

3. Mencuci tangan dengan sabun

atau hand sanitizer 6 9 15

4. Menghindari menyentuh wajah 5 10 15

5. Menghindari berjabat tangan

dengan orang lain 15 15

6. Menghindari kerumunan 9 6 15

7. Menjaga jarak setidaknya 1,5

meter 13 2 15

Sumber : Data primer, 2020

Lalu terdapat 15 responden yang tidak pernah menghindari berjabat tangan, dan beralasan bahwa mereka percaya bahwa orang yang mereka temui tidak terinfeksi COVID-19, dan responden akan sangat sungkan apabila menolak orang lain untuk berjabat tangan. Kemudian ada 9 responden yang selalu menghindari kerumunan dan 6 responden yang jarang menghindari kerumunan selama pandemi COVID- 19. Menurut responden yang jarang menghindari kerumunan beralasan karena untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti belanja ke pasar dan penerimaan bantuan dari pemerintah, serta menghadiri kegiatan keagamaan seperti pengajian di rumah tetangga. Selanjutnya ada 13 responden yang jarang menjaga jarak dengan orang lain dan 2 orang tidak pernah menjaga jarak apabila bertemu dengan orang lain, dengan alasan mereka meyakini bahwa orang lain tidak terinfeksi COVID-19.

Perubahan yang terjadi pada usahatani

Dari data dibawah menjelaskan bahwa pengiriman atau distribisi hasil panen menurun karena saat diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar, distribusi ke luar kota menjadi sangat sulit, bahkan pasar yang mau menerima pun menjadi sangat sedikit dan harga menjadi anjlok. Ketersediaan sarana dan prasarana produksi ini hampir semuanya tetap dan tidak ada kendala meskipun masuk pada masa pandemi COVID- 19. Jumlah hari tenaga kerja tetap karena luas lahan dan kooditas dan sarana prasarana tetap sama, namun ada beberapa pelaku usaha yang menggantinya dengan tenaga kerja dalam keluarga.

Lalu permintaan hasil produksi menurun dikarenakan cabai keriting bukan merupakan bahan pokok utama yang dibutuhkan pada saat masa pandemi COVID-19 dan akibat dari sulitnya melakukan distribusi keluar kota.

Tabel 17. Perubahan yang terjadi pada usahatani

Pernyataan Jawaban

Meningkat Tetap Menurun

Pengiriman atau distribusi hasil panen 15

Ketersediaan sarana dan prasarana produksi 14 1

Jumlah hari tenaga kerja 15

Permintaan terhadap hasil produksi 15

Jumlah hasil produksi 8 7

Harga jual 15

Biaya Produksi 15

Pendapatan 15

Sumber : Data primer, 2020

Jumlah hasil produksi cukup fluktuatif, ada yang meningkat dan ada pula yang menurun, karena usahatani yang dilakukan tetap menggunakan luas lahan yang sama, dan jumlah tanaman yang sama. Kemudian harga jual cabai merah keriting menurun cukup signifikan, hal ini disebabkan karena menurunnya permintaan sedangkan hasil panen cukup melimpah dan tidak bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama. Untuk biaya produksi bisa dibilang tetap karena tetap menggunakan luas lahan, sarana prasaraana dan komoditas yang sama. Kemudian untuk pendapatan usahatani tentu mengalami penurunan dikarenakan turunnya harga jual.

Motivasi petani dalam melanjutkan usahatani cabai keriting

Gambar 2. Motivasi petani dalam melanjutkan usaha

Sumber : Data primer, 2020 47% 53%

Motivasi Kelanjutan Usahatani

Tetap Melanjutkan Mengganti Komoditas

(6)

Dari data diatas tercatat bahwa sebanyak 53% atau 8 responden tetap ingin melanjutkan usahatani dengan komoditas cabai merah keriting. Delapan responden tersebut telah banyak menguasai teknik produksi cabai merah keriting, selain itu mereka yakin bahwa setelah pandemi COVID-19 pendapatan akan menjadi normal kembali dan namun tentu akan melakukan penanganan yang berbeda menyesuaikan dengan keadaan.

Perbandingan Analisis Usahatani Cabai Merah Keriting Berdasarkan wawancara langsung dilapangan, bahwa sesungguhnya yang memiliki lahan untuk berusahatani cabai merah keriting yaitu sebanyak 15 petani saja, dan banyak juga petani lainnya yang memiliki lahan pertanian namun menanam

komoditas yang berbeda. Meskipun begitu, dalam bejalannya usaha ini dilakukan bersama dengan kelompok tani. Luas lahan dan banyaknya tanaman cabai merah keriting yang ditanam sangat berpengaruh pada jumlah produk yang dihasilkan.

Biaya Total (TC)

Total Biaya adalah jumlah keseluruhan biaya yang digunakan dalam proses produksi. Total biaya tetap dan biaya variabel pada waktu sebelum pandemi dan saat pandemi COVID-19 jumlahnya sama. Dan untuk biaya total yang dikeluarkan dari luas lahan satu hektar yaitu sebesar Rp.

17.940.013,- dalam satu kali musim tanam.

Tabel 20. Biaya Total

No. Responden Luas Lahan (Ha) Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Biaya Total (Rp)

1 0,4 1.470.000 5.720.000 7.190.000

2 0,4 1.470.000 5.720.000 7.190.000

3 0,25 922.500 3.570.000 4.492.500

4 1 3.675.000 14.300.000 17.975.000

5 0,85 3.162.500 12.150.000 15.312.500

6 0,6 2.210.000 8.580.000 10.790.000

7 0,5 1.840.000 7.150.000 8.990.000

8 0,74 2.720.000 10.582.000 13.302.000

9 0,35 1.292.500 5.000.000 6.292.500

10 0,55 2.027.500 7.860.000 9.887.500

11 0,15 551.500 1.770.000 2.321.500

12 0,9 3.350.000 12.870.000 16.220..000

13 0,54 1.985.000 7.722.000 9.707.000

14 0,33 1.222.500 4.714.000 5.936.500

15 0,45 1.662.500 6.430.000 8.092.500

Rata-Rata 0,53 1.970.767 7.609.200 9.579.967

Satuan ha 1 3.690.575 14.249.438 17.940.013

Sumber : Data primer, 2020 Total Penerimaan (TR)

(7)

Tabel 21. Total penerimaan sebelum masa pandemi COVID-19

No. Responden Luas Lahan (ha) Produksi (Kg) Harga (Kg/Rp) Jumlah (Rp)

1 0,4 2356 9.500 22.382.000

2 0,4 2450 9.500 23.275.000

3 0,25 1375 9.500 13.062.500

4 1 5640 9.500 53.580.000

5 0,85 4770 9.500 45.315.000

6 0,6 3522 9.500 33.459.000

7 0,5 2980 9.500 28.310.000

8 0,74 4200 9.500 39.900.000

9 0,35 2120 9.500 20.140.000

10 0,55 3024 9.500 28.728.000

11 0,15 850 9.500 8.075.000

12 0,9 5210 9.500 49.495.000

13 0,54 3154 9.500 29.963.000

14 0,33 1915 9.500 18.192.500

15 0,45 2490 9.500 23.655.000

Rata-rata 0,53 3070 9.500 29.168.800

Satuan ha 1 5749 9.500 54.615.500

Sumber : Data primer, 2020

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah produksi usaha tani cabai merah keriting dalam satu kali musim tanam dengan luas lahan satu hektar sebelum masa pandemi COVID-19 adalah 5749 kg dengan harga jual per kg cabai merah keriting seharga Rp.

9.500,-. Maka didapatlah total penerimaan usahatani cabai merah keriting dengan luas lahan satu hektar sebelum masa pandemi sebesar Rp. 54.615.500,- untuk satu kali musim tanam.

Tabel 22. Total Penerimaan Saat masa pandemi COVID-19

No. Responden Luas Lahan (Ha) Produksi (kg) Harga (kg/Rp) Jumlah (Rp)

1 0,4 2411 6.500 15.671.500

2 0,4 2395 6.500 15.567.500

3 0,25 1382 6.500 8.983.000

4 1 5650 6.500 36.725.000

5 0,85 4720 6.500 30.680.000

6 0,6 3595 6.500 23.367.500

7 0,5 3026 6.500 19.669.000

8 0,74 4280 6.500 27.820.000

9 0,35 2075 6.500 13.487.500

10 0,55 3070 6.500 19.955.000

11 0,15 874 6.500 5.681.000

12 0,9 5125 6.500 33.312.500

13 0,54 3180 6.500 20.670.000

14 0,33 2100 6.500 13.650.000

15 0,45 2570 6.500 16.705.000

Rata-rata 0,53 3097 6.500 20.129.633

Satuan ha 1 5799 6.500 37.693.500

Sumber : Data primer, 2020

(8)

Dari tabel diatas jumlah produksi dalam satu kali masa tanam dengan luas lahan satu hektar pada saat masa pandemi COVID-19 adalah 5799 kg dengan harga jual per kg cabai merah keriting seharga Rp. 6.500,-, maka total penerimaan usahatani cabai merah keriting dengan luas lahan satu hektar pada saat masa pandemi sebesar Rp. 37.693.500,- untuk satu kali masa tanam.

Dapat disimpulkan bahwa adanya perbandingan yang cukup besar dari jumlah penerimaan antara sebelum pandemi dan pada saat pandemi. Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh turunnya harga jual cabai merah keriting yang menurut pelaku usahatani disebabkan oleh terhambatnya proses distribusi dan hanya mampu memasarkannya di sekitar lokasi jalannya usaha.

Pendapatan (π)

Tabel 23. Total pendapatan sebelum masa pandemi COVID-19

No. Responden Luas Lahan (Ha) Penerimaan Biaya Total Pendapatan

1 0,4 22.382.000 7.190.000 15.192.000

2 0,4 23.275.000 7.190.000 16.085.000

3 0,25 13.062.500 4.492.500 8.570.000

4 1 53.580.000 17.975.000 35.605.000

5 0,85 45.315.000 15.312.500 30.002.500

6 0,6 33.459.000 10.790.000 22.669.000

7 0,5 28.310.000 8.990.000 19.320.000

8 0,74 39.900.000 13.302.000 26.598.000

9 0,35 20.140.000 6.292.500 13.847.500

10 0,55 28.728.000 9.887.500 18.840.500

11 0,15 8.075.000 2.321.500 5.753.500

12 0,9 49.495.000 16.220.000 33.275.000

13 0,54 29.963.000 9.707.000 20.256.000

14 0,33 18.192.500 5.936.500 12.256.000

15 0,45 23.655.000 8.092.500 15.562.500

Rata-rata 0,53 29.168.800 9.579.967 19.588.833

Satuan ha 1 54.615.500 17.940.013 36.675.487

Sumber : Data primer, 2020

Tabel 24. Total pendapatan saat masa pandemi COVID-19

No. Responden Luas Lahan (Ha) Penerimaan Biaya Total Pendapatan

1 0,4 15.671.500 7.190.000 8.481.500

2 0,4 15.567.500 7.190.000 8.377.500

3 0,25 8.983.000 4.492.500 4.490.500

4 1 36.725.000 17.975.000 18.750.000

5 0,85 30.680.000 15.312.500 15.367.500

6 0,6 23.367.500 10.790.000 12.577.500

7 0,5 19.669.000 8.990.000 10.679.000

8 0,74 27.820.000 13.302.000 14.518.000

9 0,35 13.487.500 6.292.500 7.195.000

10 0,55 19.955.000 9.887.500 10.067.500

11 0,15 5.681.000 2.321.500 3.359.500

12 0,9 33.312.500 16.220.000 17.092.500

13 0,54 20.670.000 9.707.000 10.963.000

14 0,33 13.650.000 5.936.500 7.713.500

15 0,45 16.705.000 8.092.500 8.612.500

(9)

Rata-rata 0,53 20.129.633 9.579.967 10.549.667

Satuan 1 37.693.500 17.940.013 19.753.487

Sumber : Data primer, 2020

Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa pendapatan bersih usahatani cabai merah keriting dengan luas lahan satu hektar yang diperoleh sebelum pandemi COVID-19 adalah sebesar Rp. 36.675.487,- untuk sekali masa tanam, sedangkan pendapatan usahatani cabai merah keriting dengan luas lahan 1 hektar pada saat pandemi adalah sebesar Rp. 19.753.487,- untuk sekali masa tanam. Maka dapat disimpulkan bahwa perbandingan pendapatan antara sebelum dan saat pandemi COVID-19 cukup besar dengan selisih Rp. 16.922.000,-.

Namun meskipun begitu usaha tani cabai merah keriting ini masih dapat memberikan keuntungan kepada para petani cabai keriting meskipun adanya penurunan harga jual saat pemasaran.

Perbandingan Pendapatan Sebelum dan Saat Masa Pandemi COVID-19

Rp. 36.675.487 – Rp. 19.753.487

= Rp. 16.922.000,- Revenue Cost Ratio (R/CRatio)

Sebelum Pandemi Saat Pandemi 𝑅

𝐶Ratio =54.615.500 17.940.013 = 3,04

𝑅

𝐶Ratio =37.693.500 17.940.013 = 2.1

Berdasarkan analisis diatas maka diperoleh jumlah R/C usahatani cabai merah keriting sebelum masa pandemi COVID- 19 sebesar 3,04, sedangkan jumlah R/C usahatani cabai merah keriting pada saat masa pandemi COVID-19 sebesar 2,1 yang berarti sesuai dengan kriteria R/C > 1, maka usaha usahatani cabai merah keriting ini layak untuk dijalankan/diusahakan meskipun pada faktanya terjadi penurunan R/C ratio yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pandemi COVID-19 ternyata tidak terlalu berdampak pada aktivitas para petani cabai merah keriting dan banyak yang tidak patuh dalam menerapkan protokol kesehatan meskipun tidak sedikit dari para petani tersebut yang tahu tentang bahaya dari COVID-19. Meskipun begitu, terdapat perubahan yang dialami para petani tersebut baik dari segi pemenuhan kebutuhan maupun peningkatan pendapatan.

Dalam kegiatan usahatani cabai merah keriting, pendapatan usahatani sebelum pandemi COVID-19 yaitu rata- rata sebesar Rp. 19.588.833,- sedangkan pendapatan usahatani pada saat pandemi COVID-19 yaitu rata-rata sebesar Rp.

10.549.667,-. Meskipun begitu, sebagian besar petani meyakini bahwa usahatani cabai merah keriting masih layak dijalankan karena perbandingan harga seperti ini hanya terjadi akibat pandemi COVID-19 saja dan akan menjadi normal kembali setelah pandemi ini berakhir. Petani pun melakukan penanganan lain dalam proses pemasarannya agar tidak bergantung pada bandar ataupun pengepul.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, C. (2020, 6 12). Social Distancing: Menjaga Jarak Antar Manusia,. Diambil kembali dari

percikaniman.id:

https://percikaniman.id/2020/03/16/social-distancing- adalah

Budastra, I. K. (2020). Dampak Sosial Ekonomi COVID-19 Dan Program Potensial Untuk Penanganannya Studi Kasus di Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Agrimansion, 21(1), 48-57.

Chamdi, A. (2003). Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan Kredenan Kabupaten Grobogan. Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian.

Direktorat Jendral PPHP. (2014). Statistik Ekspor Impor Komoditas Pertanian 2001 - 2013. Jakarta: Direktorat Jendral PPHP Kementerian Pertanian.

Fadli, R. (2020, Juni 21). Coronavirus. Diambil kembali dari Halodoc.com:

https://www.halodoc.com/kesehatan/coronavirus Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. (2020, Juli 4).

Update Situasi Virus corona (Covid-19) Di Indonesia.

Diambil kembali dari covid19.go.id:

https://covid19.go.id/p/berita

Hanoatubun, S. (2020). Dampak Covid–19 terhadap Prekonomian. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and, 2(1), 146-153.

Heri. (2017, Februari 12). 10 Teknik Pengambilan Sampel dan Penjelasannya Lengkap (Sampling). Diambil kembali dari Salamadian.com: https://salamadian.com/teknik- pengambilan-sampel-sampling/

Istiyanti, E. (2010). Efisiensi Pemasaran Cabai Merah Keriting di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman. Jurnal Pertanian Mapeta, 7(2), 116-124.

Kholis, M. N., Fraternesi, & Wahidin, L. O. (2020). Prediksi Dampak COVID-19 Terhadap Pendapatan Nelayan Jaring Insang di Kota Bengkulu. Albacore, 4(1), 001- 011.

Mardhia, D., Kautsari, N., Syaputra, L. I., Ramdhani, W., &

Rasiardhi, C. O. (2020). Penerapan Protokol Kesehatan dan Dampak COVID-19 Terhadap Harga Komoditas Perikanan dan Aktivitas Penangkapan. Indonesian Journal of Applied Science and Technology, 1(2), 80- 87.

Maryanti, S., Netrawati, I., & Nuada, I. (2020). Pandemi COVID-19 dan Implikasinya Pada Perekonomian NTB. Media Bina Ilmiah, 14(10), 3497-3508.

Masniadi, R., Angkasa, M. A., Karmeli, E., & Esabella, S.

(2020). Telaah Kritis Ketahanan Pangan Kabupaten

(10)

Sumbawa. Indonesian Journal of Social Sciences and Humanities, 1(2), 109-120.

Nazir, M. (2011). Metode Penelitian. Yogyakarta: Ghalia Indonesia.

Nirmalasari, F. O., Marhawati, M., & Alam, M. N. (2013).

Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha Gula Merah Dengan Usaha Gula Tapo (Studi Kasus Di Desa Ambesia Kecamatan Tomini Kabupaten Parigi Moutong). Agrotekbis, 60-66.

Normansyah, D., Rochaeni, S., & Humaerah, A. D. (2014).

Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Di Kelompok Tani Jaya, Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Jurnal Agribisnis, 8(1), 29 - 44.

Nuraeni, D., Anindita, R., & Syafrial. (2015). Analisis Varian Harga dan Integrasi Pasar Bawang Merah di Jawa Barat. Habitat, 26(3), 163-172.

PAK TANI DIGITAL. (2020, Juli 4). 4 Tahap Budidaya Cabe Keriting yang Berbuah Lebat. Diambil kembali dari paktanidigital.com:

https://paktanidigital.com/artikel/4-tahap-budidaya- cabe-keriting-yang-berbuah-lebat/#.XwRBiNUzbIU Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Hyun, C. C., Wijayanti,

L. M., & Putri, R. S. (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 1-12.

Rahmadia, S., & Febriyani, N. (2020). Dampak COVID-19 Terhadap Ekonomi. Banda Aceh: Jurusan Ekonomi Islam, Universitas Syiah Kuala.

Shalihah, N. F. (2020, Mei 17). Viral Video Pedagang Membagikan Sayuran Gratis di Jalan, Ini Faktanya.

Diambil kembali dari Kompas.com:

https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/17/15500 0865/viral-video-pedagang-membagikan-sayuran- gratis-di-jalan-ini-faktanya?page=all

Soekarwati. (1995). Ilmu Usahatani Dalam Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press).

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Susanti. (2014). Efisiensi Teknis Uusahatani Cabai Merah Keriting di Kabupaten Bogor: Pendekatan Stochastic Production Frontier. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Susanto AN, & Sirappa MA. (2007). Karakteristik dan ketersediaan data sumber daya lahan pulau-pulau kecil untuk perencanaan pembangunan pertanian. Jurnal Penelitian dan Pembangunan Pertanian, 26(2), 41-53.

World Health Organization. (2020, Juli 4). Coronavirus disease (COVID-19) pandemic. Diambil kembali dari covid19.go.int:

https://www.who.int/emergencies/diseases/novel- coronavirus-2019

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, antara lain: (1) Pada masa pandemi Covid-19 ini masih terjadi penambahan yang signifikan kasus Covid-19;

73 | Analisis Pengaruh Pandemi COVID-19 Terhadap Arus Kas Perusahaan Industri Farmasi Dampak COVID 19 Terhadap Sektor Perdagangan Membuat Penjualan &amp;Profitabilitas

Maka dari itu dalam penelitian ini akan dikaji bagaimana program pengembangan keberagamaan yang dilaksanakan sebelum terjadi pandemi COVID-19 dan pada saat pandemi

Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi dampak pandemi Covid -19 terhadap sektor perbankan, mengidentifikasi apakah pandemi Covid -19 dapat digolongkan

Sehubungan dengan Penanganan Pandemi Corona Virus Disease – 19 (COVID-19), pengungkapan dan penyajian atas dampak dan penanganan pandemi Covid-19 berpedoman dengan Surat

Karena adanya hubungan antara kualitas udara dengan pandemi Covid-19 ini, maka dilakukan analisis dampak pandemi Covid- 19 terhadap kualitas udara di Surabaya

Berkat Rahmat dan Karunia-Nya lah yang telah memudahkan segala urusan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Dampak Pandemi Covid-19

Terdapat kondisi overvalued yang nyata pada saat sebelum pandemi covid-19 untuk 5 saham yang menjadi sample penelitian dan ditengah pandemi covid-19 mayoritas