DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ... iv
KATA PENGANTAR ... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... viii
DAFTAR ISI ... ix
ABSTRAK ... xiii
ABSTRACT ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang masalah ... 1
1.2 Rumusan masalah ... 7
1.3 Ruang lingkup masalah ... 7
1.4 Orisinalitas ... 8
1.5 Tujuan penelitian ... 9
1.5.1 Tujuan umum ………..9
1.5.2 Tujuan khusus ………9
1.6 Manfaat penelitian ... 9
1.6.1. Manfaat teoritis ... 9
1.6.2. Manfaat praktis
10
1.7 Landasan teoritis
... 1 0
1.8 Metode penelitian
... 1 4
1.8.1. Jenis penelitian
... 1 4
1.8.2. Jenis pendekatan
... 1 5
1.8.3. Sifat penelitian
... 1 5
1.8.4. Data dan sumber data
... 1
6
1.8.5. Teknik pengumpulan data ... 1 8
1.8.6. Teknik pengolahan dan analisis data ... 1 9
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA DAN
PERLINDUNGAN HUKUM
2.1 Tenaga Kerja………
21
2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Tenaga Kerja ………..…….
21
2.2.1 Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja ………...………..…….
27
2.2 Perlindungan Hukum ………..…
30
2.2.1 Pengertian Perlindungan Hukum ………..…..
30
2.2.2 Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja ….………..
31
BAB III BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM YANG DIBERIKAN
KEPADA PEKERJA TIDAK TETAP PADA HOTEL LAVENDER
3.1 Perlindungan Tenaga Kerja Di Indonesia ………
34
3.1.1 Perlindungan Pekerja dalam Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan...………. 34 3.1.2 Perlindungan Tentang Upah, Kesejahteraan dan Jaminan
Sosial Pekerja
………. 39 3.2 Perlindungan Hukum Kepada Pekerja Tidak Tetap di Hotel
Lavender
………
46
BAB IV HAMBATAN – HAMBATAN PERLINDUNGAN HUKUM YANG TERJADI KEPADA PEKERJA TIDAK TETAP DI HOTEL LAVENDER
4.1 Faktor Penghambat Yang Terjadi Kepada Pekerja Tidak………
…62
4.1.1 Kontrak Yang Tidak Sesuai Dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP-100/MEN/IV/2004 Tahun 2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Waktu Tertentu
……….63
4.1.2 Tidak Didaftarkannya Pekerja Tidak Tetap Ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ………...
65
4.2 Upaya Menangani Hambatan – Hambatan Yang Terjadi Kepada Pekerja Tidak Tetap ………...
53
4.2.1 Upaya Menangani Hambatan Kontrak Yang Tidak Sesuai Dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP-100/MEN/IV/2004 Tahun 2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Waktu Tertentu
………
… 66
4.2.2 Upaya Menangani Hambatan Tidak Didaftarkannya Pekerja Tidak Tetap Ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
…………..……….
. 68 BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ………....
72 5.2 Saran
………... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RINGKASAN SKRIPSI
ABSTRAK
Pekerja merupakan bagian dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang telah melakukan pekerjaan, baik bekerja untuk diri sendiri maupun bekerja dalam hubungan kerja atau dibawah perintah pemberi kerja bisa perseroan, pengusaha, badan hukum atau badan lainnya dan atas jasanya dalam bekerja yang bersangkutan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pada bagiannya pekerja dibagi menjadi 2 (dua), yaitu pekerja tetap dan pekerja tidak tetap. Bagian itu ada, karena kesepakatan dalam sebuah perjanjian kerja yang dibuat. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu. Pekerja untuk waktu tertentu biasa disebut dengan pekerja tidak tetap, karena dibatasi masa atau jangka waktu kerjanya diatur dalam pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Diantara seluruh pekerja pada Hotel Lavender Bali, beberapa dari mereka statusnya adalah tenaga kerja tidak tetap. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah bagaimana bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada pekerja tidak tetap pada Hotel Lavender Bali dan bagaimanakah hambatan – hambatan yang terjadi pada pekerja tidak tetap pada Hotel Lavender Bali.
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian yuridis-empiris. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan suatu kebenaran adalah dengan melakukan penelitian yang bersifat yuridis – empiris.
Penelitian ini beranjak dari kesenjangan antara das solen (teori) dengan das sein (praktek atau kenyataan).
Hasil penelitian ini adalah bahwa pekerja tidak tetap pada Hotel Lavender
Bali hanya mendapatkan perlindungan ekonomis berupa upah yang sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 17 ayat 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum, sedangkan perlindungan sosial dan teknisnya tidak terpenuhi. Kemudian yang menjadi faktor penghambat terwujudnya perlindungan hukum bagi pekerja tidak tetap pada Hotel Lavender Bali adalah daya kerja pekerja tidak tetap pada Hotel Lavender yang dipekerjakan selama 26 hari dalam sebulan karena melanggar aturan mengenai maksimal hari kerja yang tertera dalam Pasal 10 ayat (2) KEPMEN No. 100 Tahun 2004, kemudian tidak didaftarkannya pekerja tidak tetap pada BPJS Ketenagakerjaan oleh pengusaha seperti yang telah diatur pada Pasal 15 ayat (2) UU BPJS karena menghambat terwujudnya perlindungan teknis pekerja.
Kata kunci : Perlindungan Hukum, Tenaga Kerja, Pekerja Tidak Tetap
ABSTRACT
Workers are part of the labor force of workers who had been doing the job, either working for themselves or working in employment or under the orders of the employer to the company, employer, corporation or other entity, and for his service in the work concerned a wage or remuneration in another form. On its part the workers were divided into 2 (two), namely permanent workers and daily workers. Part of it there, because agreement on an employment made. Work agreement for a specified time or for an unspecified time. Workers for a certain period commonly referred to as temporary workers, because the restricted period or periods of work stipulated in article 59 of Law No. 13 of 2003 on Manpower.
Among all workers at Lavender Hotel Bali, some of them employment status is not fixed. Issues raised in this paper is how the forms of legal protection given to temporary workers at Lavender Hotel Bali and how barriers - barriers that occur in temporary workers at Lavender Hotel Bali.
This type of research used by the author is the kind of juridical-empirical research. One way that can be taken to get the truth is to do research juridical - empirical. This research moved from the gap between das solen (theory) with das sein (practice or reality).
This type of research used by the author is the kind of juridical-empirical
research. One way that can be taken to get the truth is to do research juridical -
empirical. This research moved from the gap between das solen (theory) with das
sein (practice or reality). The results of this study is that the workers do not stay
at Hotel Lavender Bali is only getting protection economical form of wages in
accordance with the provisions of Article 17 paragraph 1 of the Regulation of the
Minister of Manpower and Transmigration Republic of Indonesia Number 7 of
2013 concerning the minimum wage, while social protection and technical
assistance are not met , Then the factors that inhibit the establishment of legal protection for temporary workers at the Hotel Lavender Bali is the workings of temporary workers at the Hotel Lavender had been employed for 26 days a month for violating the rules on maximum working day under Article 10 paragraph (2) KEPMEN No. , 100 of 2004, then no registration of temporary workers at the Employment BPJS by employers as set out in Article 15 (2) BPJS for obstructing the realization of technical protection of workers.
Keywords: Legal Protection, Labor, Daily Worker
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jaminan untuk tenaga kerja sangat diperlukan mengingat berbagai
tantangan dan resiko yang dihadapinya. Oleh karena itu, kepada tenaga kerja
perlu diberikan pembinaan, pengarahan, pemeliharaan, perlindungan, dan
peningkatan kesejahteraan sebagai perlindungan dasar untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimum bagi tenaga kerja. Hal ini merupakan suatu
penghargaan kepada setiap tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga
dan pikiran kepada perusahaan tempat dimana ia bekerja, sehingga dapat
meningkatkan produktifitas nasional. Perlindungan pekerja dapat dilakukan
baik dengan jalan memberikan tuntunan, maupun dengan jalan meningkatkan
pengakuan hak – hak asasi manusia, perlindungan fisik dan teknis serta sosial
dan ekonomi melalui norma yang berlaku dalam lingkungan kerja tersebut.
Diaturnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan memberikan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja dan
sekaligus bertujuan untuk menghapus sistem perbudakan dan menjaga agar
para tenaga kerja lebih dimanusiakan. Sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup tenaga kerja dan hidup layak sebagai manusia. Untuk
menjalankan proses dari perlindungan terhadap tenaga kerja itu
memerlukan beberapa perencanaan dan pelaksanaan secara komprehensif, terpadu dan berkesinambungan. Selain itu, perlindungan hukum terhadap terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar tenaga kerja. Menjamin kesamaan kesempatan dan perlakuan tanpa diskriminasi atas apapun. Dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha dan kepentingan pengusaha. Lingkup perlindungan terhadap tenaga kerja atau buruh menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 2003, meliputi:
11) Perlindungan atas hak-hak dasar pekerja atau buruh untuk berunding dengan pengusaha;
2) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja;
3) Perlindungan khusus bagi pekerja atau buruh perempuan, anak, dan penyandang cacat; dan
4) Perlindungan tentang upah, kesejahteraan dan jaminan sosial tenaga kerja.
Pekerja merupakan bagian dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang telah melakukan pekerjaan, baik bekerja untuk diri sendiri maupun bekerja dalam hubungan kerja atau dibawah perintah pemberi kerja bisa perseroan, pengusaha, badan hukum atau badan lainnya dan atas jasanya dalam bekerja yang bersangkutan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan kata lain tenaga kerja disebut pekerja bila ia melakukan pekerjaan dalam hubungan kerja.
Sedangkan menurut Undang – Undang Nomor 13 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi
1 Eko Wahyudi, dkk, 2016, Hukum Ketenagakerjaan, Sinar Grafika, Jakarta, h. 32.
xi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Pada bagiannya tenaga kerja dibagi menjadi 2 (dua), yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Bagian itu ada, karena kesepakatan dalam sebuah perjanjian kerja yang dibuat. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu. Pekerja untuk waktu tertentu biasa disebut dengan pekerja tidak tetap, karena dibatasi masa atau jangka waktu kerjanya. Merujuk kepada Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Menurut jenis dan sifatnya tenaga kerja tidak tetap dibagi menjadi 4 (empat), yaitu:
1) Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
2) Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;
3) Pekerjaan yang bersifat musiman; atau
4) Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
Bila merujuk kepada aturan diatas, maka jenis tenaga kerja hanya dapat
diterapkan untuk 3 (tiga) jenis pekerjaan yaitu tenaga kerja kontrak, tenaga kerja
musiman dan tenaga kerja harian/lepas. Tenaga kerja tidak tetap ini harus
mendapatkan perlakuan yang sama dengan tenaga kerja tetap tanpa diskriminasi
dalam bentuk apapun. Seperti halnya yang tertera pada Pasal 6 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa setiap
pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari
pengusaha. Salah satu pengguna tenaga kerja tidak tetap dan menjadi pokok
pembahasan peneltian ini adalah Hotel Lavender Bali yang merupakan salah satu
hotel yang tentunya merupakan penyedia jasa pelayanan penginapan, penyedia
xii
makanan dan minuman serta jasa lainnya yang dikelola secara komersil. Dalam kesehariannya Hotel Lavender Bali mempekerjakan banyak sekali tenaga kerja yang diantaranya adalah general manager, excecutive asst. manager, dan divisi – divisi lainnya yang menunjang jalannya jasa pelayanan dihotel tersebut.
Diantara seluruh pekerja pada Hotel Lavender Bali, beberapa dari mereka statusnya adalah tenaga kerja tidak tetap. Beberapa tahun yang lalu terdapat permasalahan terkait pekerja tidak tetap. Permasalahan tersebut berawal dari kecelakaan kerja yang terjadi pada salah seorang pekerja tidak tetap yang bekerja di bagian pembersih kolam yang saat itu pelipisnya terkena pentalan kerikil karena mesin gergaji rumput yang sedang digunakan oleh tukang kebun di hotel.
Kemudian pekerja tersebut dibawa ke Rumah Sakit terdekat. Timbullah masalah pada bagian pembayaran tagihan perawatan dan obat. Ternyata pekerja tidak tetap tersebut tidak terdaftar dalam BPJS sehingga ia harus membayar dulu tagihan perawatan dengan uangnya sendiri, kemudian barulah diganti oleh pihak Hotel.
Hal tersebut karena pihak hotel menggunakan sistem rimbes dalam menangani
kecelakaan kerja, bukannya menggunakan BPJS Ketenagakerjaan. Dengan jenis
pekerjaan yang sama dan waktu kerja yang hampir sama dengan pekerja tetap
semestinya pekerja tidak tetap juga berhak untuk didaftarkan pada BPJS
Ketenagakerjaan.
xiii
Secara umum di nasional problematika yang terjadi mengenai masalah pegawai tidak tetap ini pokok pangkal kekurangpuasannya berkisar pada masalah:
21) Pengupahan;
2) Jaminan sosial;
3) Perilaku penugasan yang kadang-kadang dirasakan kurang sesuai dengan kepribadian;
4) Daya kerja dan kemampuan kerja yang dirasakan kurang dengan pekerjaan yang harus diemban;
5) Adanya masalah pribadi. Ditambah lagi dilingkup tenaga kerja tidak tetap, sering tidak mendapatkan perlindungan hukum dan tidak mendapatkan perlakuan yang sama dengan tenaga kerja tetap.
Suatu peraturan perusahaan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pengusaha wajib memberitahu dan menjelaskan tentang peraturan perusahaan kepada tenaga kerja. Perlindungan pekerja dari kekuasaan pengusaha terlaksana apabila peraturan dalam bidang ketenagakerjaan yang mengharuskan atau memaksa pengusaha bertindak seperti dalam peraturan perundang-undangan tersebut benar – benar dilaksanakan semua pihak karena keberlakuan hukum tidak dapat diukur secara yuridis saja, tetapi diukur secara sosiologi dan filosofis.
Awal terjadinya hubungan kerja disebabkan adanya perjanjian kerja.
Perjanjian kerja sesuai dengan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan merupakan perjanjian yang dilakukan oleh seorang calon pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat –
2 Ibid, h. 15-16.
xiv
syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
3Isi dari perjanjian itu antara lain mengenai kapan pekerja mulai melaksanakan pekerjaan dan apa yang akan dikerjakan, kemudian besarnya upah yang akan diterima serta syarat-syarat kerja lain yang disepakati bersama. Dalam Pasal 51 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa:
1) Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan.
2) Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan adanya perjanjian kerja maka secara langsung telah terjadi hubungan hukum keperdataan antara pekerja dengan pengusaha yang biasa disebut dengan hubungan kerja. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang dimaksud dengan hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.
4Dalam skripsi ini mengkaji mengenai hubungan kerja pengusaha dengan pekerja tidak tetap pada Hotel Lavender Bali seperti yang dijabarkan diatas bahwa dengan hubungan kerja yang sudah sah dan diakui oleh undang – undang maka apabila terjadi kecelakaan kerja, pekerja berhak memperoleh jaminan kecelakaan kerja.
3 Asri Wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta, Sinar Grafika, h.41.
4 Ibid, h. 36.
xv
Tema perlindungan hukum terhadap pekerja tidak tetap penulis angkat karena dirasa penting untuk melakukan tinjauan yuridis hukum ketenagakerjaan dengan kondisi yang ada dalam praktik lapangan. Dengan itu dapat dilihat apakah kepastian hukum di Indonesia sudah menjamin terlindungnya hak – hak setiap orang warga negaranya khususnya dalam suatu hubungan kerja agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan, baik pekerja dan pengusaha sama-sama dapat mensejahterakan kehidupannya.
Penelitian ini hanya terbatasi pada ruang lingkup yang bekerja sebagai tenaga kerja tidak tetap pada Hotel Lavender Bali yang merupakan sebuah Hotel yang berada di Sunset Road, Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Sebagai penunjang berjalannya bisnis Hotel tersebut, mempekerjakan beberapa pekerja tidak tetap. Terdapat 4 (empat) lingkup perlindungan hukum tenaga kerja seperti yang disebutkan di atas, namun pada penelitian ini hanya difokuskan pada lingkup perlindungan hukum tentang upah, kesejahteraan dan jaminan sosial tenaga kerja. Demikian penulis akan membuat sebuah bentuk penelitian mengenai hal tersebut untuk melengkapai tugas – tugas dan syarat – syarat guna mencapai derajat sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Udayana, dengan judul:
Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Tidak Tetap Pada Hotel Lavender Bali.
1.2 Rumusan Masalah
xvi
Fokus penelitian ini adalah menyangkut tentang bagaimana penerapan perlindungan hukum terhadap pegawai tidak tetap pada Hotel Lavender Bali sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang mengatur tentang ketenagakerjaan. Sehubungan dengan hal – hal yang telah terurai di atas, maka permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada pekerja tidak tetap pada Hotel Lavender Bali?
2. Bagaimanakah hambatan – hambatan perlindungan hukum yang terjadi pada pekerja tidak tetap pada Hotel Lavender Bali?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Agar permasalahan yang dijadikan sebagai penelitian ini tidak terlalu luas, lebih terarah dan tidak menyimpang dari tujuan pokok masalah yang di tentukan yakni permasalan yang berhubungan dengan persamaan hak tenaga kerja tidak tetap dengan pekerja tetap. Dalam penulisan skripsi ini permasalan dibatasi kepada kedudukan hukum dan hak-hak tenaga kerja tidak tetap kepada pihak Hotel Lavender Bali.
1.4 Orisinalitas
Dalam rangka menghindari plagiat dalam penulisan ini, maka penulis mencantumkan beberapa karya ilmiah terdahulu yang pembahasannya berkaitan dengan bentuk perlindungan hukum bagi pekerja tidak tetap.
Tabel 1.1
xvii
Daftar Penelitian Sejenis
No Judul Skripsi Penulis Metode Pendekatan
1 Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Harian Lepas di UD Berkah Sedulur Desa Tanjungsari Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.
Ariani Endah Nuryanti
(Mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang)
(1) Bagaimanakah
perlindungan hukum terhadap pekerja harian lepas di UD Berkah Sedulur?, (2) Apakah hambatan-
hambatan dalam pelaksanaan
perlindungan hukum terhadap pekerja harian lepas dan cara penyelesaiannya?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah di rumuskan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1.5.1 Tujuan umum
- Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum yang diberikan
pengusaha kepada pekerja tidak tetap pada Hotel Lavender Bali.
xviii
- Untuk mengetahui hambatan – hambatan yang terjadi pada pekerja tidak tetap pada Hotel Lavender Bali.
1.5.2 Tujuan khusus
- Untuk memahami bentuk pertanggungjawaban dari pengusaha dalam hal pemberian perlindungan hukum terhadap pekerja tidak tetap yang bekerja pada Hotel Lavender Bali.
- Untuk memahami hambatan – hambatan yang terjadi pada pekerja tidak tetap pada Hotel Lavender Bali.
1.6 Manfaat Penelitian
Semua bentuk penelitian pasti mendatangkan sebuah manfaat. Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk peneliti sendiri ataupun untuk masyarakat, adapaun manfaatnya sebagai berikut:
1.6.1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman secara
teoritis mengenai hubungan kerja serta perlindungan hukum terhadap perkerja tidak tetap pada Hotel Lavender Bali.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti maupun
masyarakat tentang bagaimana sistem perlindungan hukum terhadap pekerja tidak tetap.
Sebagai suatu sumbangan kepustakaan dan sekaligus untuk
memenuhi persyaratan dalam mencapai derajat Strata satu (S-1)
xix
program studi ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Udayana.
1.6.2. Manfaat praktis
Dapat dijadikan pedoman baik oleh pemerintah, praktisi, mahasiswa maupun khalayak umum dalam menyelesaikan permasalahan yang sejenis.
1.7 Landasan Teoritis
Dalam setiap penelitian selalu harus disertai dengan pemikiran – pemikiran teoritis, karena ada hubungan timbal balik yang erat antara teori dengan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data, analisa serta kontruksi data.
Dengan mengedepankan teori – teori, maka dalam suatu penelitian dapat dijelaskan fenomena yang dihadapi.
Perlindungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tempat berlindung hal (perbuatan dsb) memperlindungi. Menurut Sungkono, SH., MS. pada dasarnya hukum merupakan perlengkapan masyarakat untuk menjamin agar kebutuhan – kebutuhan dalam masyarakat dapat dipenuhi secara teratur agar tujuan-tujuan kebijaksanaan publik dapat terwujud di dalam masyarakat.
Perlindungan hukum merupakan terjemahan dari bahasa Belanda yakni
“rechtbescherming”. Kata perlindungan hukum diartikan suatu usaha untuk
memberikan hak-hak pihak yang dilindungi sesuai dengan kewajiban yang telah
dilakukan.
xx
Kemudian Hadjon membangun sebuah konsep perlindungan hukum dari perspektif keilmuan hukum, menurutnya perlindungan hukum mempunyai makna sebagai perlindungan dengan menggunakan sarana hukum atau perlindungan yang diberikan oleh hukum, ditujukan kepada perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan tertentu, yaitu dengan cara menjadikan kepentingan yang perlu dilindungi tersebut ke dalam sebuah hak hukum.
5Ada dua macam perlindungan hukum, yaitu perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif. Perlindungan hukum preventif artinya perlindungan hukum yang bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa.
Perlindungan hukum represif, yaitu perlindungan hukum yang diberikan setelah adanya sengketa. Perlindungan hukum represif ini bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Hal ini diatur dalam Undang – Undang Ketenagakerjaan pada Pasal 1 angka 2. Kemudian dalam Pasal 1 angka 3 diikuti dengan pengertian pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Dalam hukum ketenagakerjaan bentuk perlindungan hukum yang diberikan berupa perlindungan hukum dibidang keamanan kerja baik dalam waktu
5 Philipus M.Hadjon, 2008, Konstitusi Sebagai Rumah Bangsa, Penerbit Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, h. 373.
xxi
yang relatif singkat ataupun panjang akan tetap terjamin dan ada pula jaminan keselamatan bagi pekerja. Dengan adanya perlindungan hukum terhadap pekerja, negara mewajibkan kepada pengusaha untuk menyediakan alat keamanan kerja bagi pekerja. Dalam hal pertanggungjawaban terhadap pekerja apabila terjadi kecelakaan kerja ketika melaksanakan kewajibannya dalam pekerjaan, maka pengusaha akan menanggung beban yang timbul secara materiil dengan memberikan penggantian dari biaya yang timbul akibat kecelakaan kerja.
6Produk hukum yang dapat memberikan perlindungan hukum dan kepastian terhadap pekerja dan tenaga kerja adalah Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Perlindungan tenaga kerja sangat mendapat perhatian dalam hukum ketenagakerjaan. Seperti contohnya adalah ketentuan – ketentuan yang mengatur mengenai kesejahteraan, kesempatan yang sama tanpa diskriminasi, perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, dan memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.
Bentuk perlidungan hukum terhadap pekerja seperti apa yang telah dipaparkan diatas harus diawali dengan adanya perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerja. Berdasarkan ketentuan Pasal 50 UUK hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh.
7Dalam Pasal 1 angka 15 UUK telah diberikan defenisi, bahwa hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan karyawan berdasarkan perjanjian kerja yang
6 Soedarjadi, 2008, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, h.
53.
7 Asri Wijayanti, Op.Cit., h. 37.
xxii
mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah. Dari beberapa pengertian di atas yang menjadi dasar hubungan kerja adalah perjanjian kerja. Atas dasar perjanjian kerja itu kemudian muncul unsur pekerjaan, upah dan perintah. Dengan demikian hubungan kerja tersebut adalah sesuatu yang abstrak, sedangkan perjanjian kerja adalah sesuatu yang konkret atau nyata. Dengan adanya perjanjian kerja akan ada ikatan antara pengusaha dan pekerja. Dengan perkataan lain ikatan karena adanya perjanjian kerja inilah yang merupakan hubungan kerja.
Secara umum pengertian dari perjanjian kerja dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 14 UUK yang menyatakan perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/ karyawan dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat- syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.
8Status dalam suatu perjanjian kerja dalam praktiknya terbagi atas dua macam, yaitu perjanjian kerja tidak tetap dan perjanjian kerja tetap. Pekerja tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja penuh (full time) dalam pekerjaan tersebut. Pekerja tidak tetap atau tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang
8Asri Wijayanti, Op.Cit., h. 46.
xxiii
dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja. Perjanjian kerja tidak tetap meliputi : 1) Perjanjian Kerja Harian Lepas; 2) Perjanjian Kerja Borongan.
1.8 Metode Penelitian 1.8.1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian hukum empiris.
Jenis penelitian ini merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan kebenaran, yaitu dengan membandingkan aturan yang ada dengan pelaksanaannya atau kenyataan dalam masyarakat (dasollen dan dassein).
9Pertimbangan dalam penggunaan jenis penelitian ini dikarenakan obyek kajian yang akan diteliti terdapat kesenjangan antara peraturan yang ada (dasollen) dengan pelaksanaan dari peraturan tersebut di masyarakat (dasein) dalam penelitian ini adalah pelaksanaan hubungan kerja antara pekerja tidak tetap dengan pengusaha yang mempekerjakannya pada Hotel Lavender Bali. Penelitian ini dilakukan dengan menghubungkan permasalahan dengan ketentuan yang mengatur permasalahan ini dan pemecahannya dalam kehidupan masyatakat.
1.8.2. Jenis pendekatan
9 Johan Nasution, Bahder, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, h.
36.
xxiv
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan fakta (The Fact Approach) dan pendekatan perundang-undangan (The Statue Approach). Pendekatan fakta (The Fact Approach) dilakukan dengan melihat keadaan nyata di wilayah penelitian yaitu pada Hotel Lavender Bali. Pendekatan perundang-undangan (The Statue Approach) dilakukan dengan kajian terhadap undang-undang yang dikaitkan dengan permasalahan yang ada di lapangan.
10Pendekatan fakta ini, merupakan data primer yang diperoleh dalam penelitian di lapangan, sedangkan data penelitian sekunder diperoleh melalui pendekatan perundang-undangan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkutpaut dengan isu hukum yang sedang ditangani, dalam penelitian ini terkait dengan bentuk perlindungan hukum terhadap tenaga kerja tidak tetap yang tidak mendapat haknya sebagai seorang tenaga kerja.
1.8.3. Sifat penelitian
Penelitian hukum empiris menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :
111. Pendekatan yang sifatnya eksploratif (penjajakan atau penjajahan)
Penelitian eksploratif umumnya dilakukan terhadap pengetahuan yang masih baru, belum ada teori – teori , atau belum adanya informasi tentang norma – norma atau ketentuan yang mengatur tentang hal tersebut, atau kalaupun sudah ada masih relatif sedikit, begitu pula masih belum adanya dan atau
10 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Prenada Media, Jakarta, h. 97.
11 Ismayanti, 2010, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, PT. Grasindo, Jakarta, h. 12.
xxv
sedikitnya literatur atau karya ilmiah lainnya yang menulis tentang hal tersebut.
2. Penelitian yang sifatnya deskriptif
Sifat penelitian deskriptif ada pada penelitian secara umum, termasuk pula didalamnya penelitian ilmu hukum, bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat – sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala dengan gejala lain di masyarakat.
3. Penelitian yang sifatnya eksplanatoris
Penelitian eksplanatoris sifatnya menguji hipotesis yaitu penelitian yang ingin mengetahui pengaruh atau dampak suatu variable lainnya atau penelitian tentang hubungan atau korelasi suatu variable.
Dari ketiga sifat penelitian tersebut, sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif, karena bermaksud menggambarkan secara jelas tentang hubungan hukum antara pihak pekerja tidak tetap dengan pihak Hotel Lavender apabila terjadi kelalaian dalam perjanjian kerja yang mengakibatkan kerugian pada salah satu pihak, dan upaya-upaya penyelesaian di luar pengadilan akibat terjadinya kelalaiaan tersebut.
1.8.4. Data dan Sumber Data
Pada penulisan dan penelitian ini, adapun data yang digunakan adalah
bersumber dari:
xxvi
1. Data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari sumber utama di lapangan, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan baik dari responden ataupun informan, dimana data tersebut berasal dari observasi atau pengamatan secara langsung ke tempat kejadian dan melalui wawancara. Informan bisa di artikan sebagai seseorang atau lebih yang memberikan informasi kepada tentang segala hal yang berkaitan dengan subjek penelitian.
12Responden adalah seseorang atau lebih yang dapat memberikan tanggapan atas pertanyaan yang di ajukan peneliti kepadanya lewat daftar pertanyaan.
13Penentuan Informan awal, dilakukan terhadap beberapa informan yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Mereka yang menguasai dan memahami fokus permasalahannya melalui proses ekulturasi.
b. Mereka yang terlibat dengan (didalam) kegiatan yang tengah diteliti.
c. Mereka yang mempunya kesempatan dan waktu yang memadai untuk dimintai infoermasi. Sehingga didalam penelitian ini yang akan menjadi informan awal adalah:
1) HRD atau Personalia Hotel Lavender Bali.
2) Pekerja tidak tetap Hotel Lavender Bali
2. Sumber Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari tangan kedua atau dengan kata lain data yang bukan berasal dari sumber utama, yang dalam hal
12 Ade Saptomo, 2009, Pokok pokok metodologi Penelitian Hukum Empiris Murni, Jakarta Trisakti, Jakarta, h.81.
13 Ibid, h. 82.