Manajemen Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri di Indonesia
(Studi Pada PTKIN di Jawa Dan Sumatera) Neliwati
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara
[email protected]Zaini Dahlan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara [email protected]
ABSTRAK
This study aims to explore the implementation of management of character education strengthening activities for students at state Islamic religious universities in Indonesia which includes four research focuses, namely: planning, organizing, implementing and assessing. This type of research is qualitative with a phenomenological approach. The instruments used in the study were interviews, documentation studies and Focus Group Discussion. The research locations are IAIN Padangsidimpuan, and IAIN Syekh Nurjati Cirebon. The data analysis used includes two steps: First, review all the data that has been collected related to the topic. Second, look at the repeated meanings that can be used as the main themes or patterns. The guarantee of the validity of the data is used with the techniques of credibility, dependability, transferability and confirmability. The results of this study indicate that: First, the planning of character education strengthening activities is carried out before the character education strengthening program with various coordination activities with the leadership, study programs to lecturers in the form of deliberation to determine things that need to be done in strengthening character education. Second, the process of division of labor is carried out in accordance with the organizational structure in the establishment of character education strengthening institutions at Ma'had, at the study program and faculty level. Third, the implementation of strengthening character education is carried out synergistically between Ma'had al- Jami'ah activities with lecture activities in the form of coordination between the managers of Ma'had and all study programs in each faculty at PTKIN under study.
Fourth, the assessment in character education strengthening activities is carried out in stages and coordinated according to a predetermined time.
Keywords: Management, Strengthening Character Education, Students, Phenomenology.
Pendahuluan
Perguruan Tinggi merupakan lembaga yang berusaha membentuk mahasiswa dan
calon alumninya sesuai dengan harapan dan cita-cita yang terkandung dalam Tri Darma
Perguruan Tinggi. Aktivitas mahasiswa mencakup pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Keseluruhan aktivitas tersebut tentunya sangat berpengaruh kepada kepribadian setiap mahasiswa dalam kegiatan di kampus, baik ketika mahasiswa berada dalam kegiatan perkuliahan, kegiatan organisasi intra dan ekstra kampus, kegiatan penelitian dan sekaligus kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
Mencermati banyaknya aktivitas yang dilakukan mahasiswa tersebut, maka sudah merupakan suatu keniscayaan jika mahasiswa harus mampu tampil dengan karakter yang baik dalam dirinya terutama ketika mengadakan hubungan dan komunikasi dengan mahasiswa lainnya di kampus. Selain itu pula, karakter baik tersebut harus dapat ditampilkan mahasiswa dalam berperilaku dengan dosen dan pegawai.
Sebagai lembaga perguruan tinggi, kampus harus mampu mencanangkan dan melaksanakan dengan baik penguatan pendidikan karakter, khususnya bagi mahasiswanya. Hal ini dikarenakan pada saat sekarang ini, terdapat banyak fenomena negatif yang muncul terutama berkaitan dengan kebobrokan moral yang justru berasal dari para remaja dan mahasiswa yang seharusnya mampu berfungsi sebagai “agent of change” bagi masyarakat, tetapi malah membuat kekacauan dan perilaku yang negatif di tengah-tengah masyarakat.
Di Indonesia, pendidikan karakter bangsa kembali menjadi topik hangat sejak 2010.
Pembangunan budaya dan karakter bangsa dicanangkan oleh Pemerintah dengan diawali
„Deklarasi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa‟ sebagai gerakan nasional pada Januari 2010. Hal ini ditegaskan ulang dalam Pidato Presiden pada peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2010. Sejak itu, pendidikan karakter menjadi perbincangan di tingkat nasional. Munculnya Deklarasi tersebut disinyalir akibat kondisi bangsa kita yang menunjukkan perilaku antibudaya dan antikarakter. Perilaku antibudaya bangsa tercermin di antaranya dari memudarnya sikap kebinekaan dan kegotong-royongan bangsa Indonesia, di samping kuatnya pengaruh budaya asing di tengah-tengah masyarakat. Adapun perilaku antikarakter bangsa di antaranya ditunjukkan oleh hilangnya nilai-nilai luhur yang melekat pada bangsa Indonesia, seperti kejujuran, kesantunan, dan kebersamaan, serta ditandai dengan munculnya berbagai kasus kriminal.
(Marzuki,2013:64-76).
Diperlukan upaya serius untuk menjadikan nilai-nilai luhur yang telah dikenal, kembali menjadi budaya dan karakter bangsa. Salah satu upaya ke arah itu adalah memperbaiki sistem pendidikan nasional dengan menitikberatkan pada pendidikan karakter. Dalam Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa disebutkan bahwa bentuk kegiatan pada program pendidikan karakter bangsa konteks mikro, dapat dibagi menjadi empat, yakni: kegiatan belajar-mengajar; kegiatan kehidupan keseharian di satuan pendidikan; kegiatan ekstra-kurikuler; kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat. Mengingat mahasiswa sebagai kelompok idealis dengan segala kelebihan dan potensinya, pemberian pendidikan karakter bangsa kepada mereka memerlukan strategi khusus. (Pemerintah Republik Indonesia, 2010)
Menyahuti kebijakan pemerintah tersebut, maka sangat perlu dilaksanakan Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter pada setiap lembaga perguruan tinggi. Kegiatan penguatan pendidikan karakter pada perguruan tinggi tersebut sangat membutuhkan pengelolaan yang baik. Hal ini dikarenakan mahasiswa memiliki pola pikir yang kritis, dan berperilaku kritis, sehingga kegiatan penguatan pendidikan karakter tersebut sangat memerlukan kerja manajerial yang baik.
Peneliti merasa tertarik mengadakan penelitian pada dua PTKIN di Indonesia yaitu IAIN Padangsidimpuan Sumatera Utara dan IAIN Syekh Nurjati Cirebon Jawa Barat, dikarenakan kedua PTKIN ini melaksanakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam bentuk Ma‟had Al-Jami‟ah. Menurut Prayitno, pendidikan karakter bukanlah hal baru lagi dalam dunia pendidikan. Pendidikan karakter perlu diangkat kembali karena ada gejala-gejala yang menyebabkan karakter dari pendidikan itu berkurang. Gejala ini bisa dilihat dari banyaknya guru yang mengajar dengan cara memarahi siswa dan contek-mencontek di kalangan pelajar atau mahasiswa. "Ini juga yang memicu korupsi," jelasnya, Jumat (9/12). Dr. Afriva Khaidir, SH.,M.Hum.,MAPA yang merupakan anggota tim sekaligus penulis buku Butir-Butir Nilai Karakter Cerdas bersama Prayitno menjelaskan bahwa kebijakan pusat membagi nilai karakter cerdas dalam empat konsep. Empat konsep itu ialah kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, dan kepedulian.
Berdasarkan fenomena dan didukung oleh peraturan pemerintah tersebut, peneliti
merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang bagaimana manajemen kegiatan
penguatan pendidikan karakter yang dilaksanakan pada PTKIN di Indonesia, dengan judul : ”Manajemen Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri di Indonesia (Studi pada PTKIN di Jawa dan Sumatera)”.
Penelitan ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan manajemen kegiatan penguatan pendidikan karakter bagi mahasiswa pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri di Indonesia yang meliputi empat fokus penelitian yaitu : Pertama, Perencanaan kegiatan penguatan pendidikan karakter bagi mahasiswa pada perguruan tinggi keagamaan Islam negeri di Indonesia. Kedua, Pengorganisasian kegiatan penguatan pendidikan karakter bagi mahasiswa pada perguruan tinggi keagamaan Islam negeri di Indonesia. Ketiga, Pelaksanaan Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa pada perguruan tinggi keagamaan Islam negeri di Indonesia. Keempat, Penilaian Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa pada perguruan tinggi keagamaan Islam negeri di Indonesia.
Hakekat Manajemen dan Fungsi-Fungsi Manajemen dalam Kegiatan Pendidikan Secara harfiah manegg (iare) berarti “menangani” atau “melatih kuda”, sementara secara maknawi berarti “ memimpin”, membimbing atau mengatur”. Ada juga yang berpendapat bahwa manajemen berasal dari kata kerja bahasa Inggeris “to manage” yang sinonim dengan to hand, to control, dan to guide (mengurus, memeriksa, dan memimpin). Untuk itu, dari asal kata ini, manajemen dapat diartikan sebagai pengurusan, pengendalian, memimpi atau membimbing. (Mulyono, 2008:16).
Selanjutnya, Nanang Fattah (2001:1) menggambarkan bahwa istilah manajemen merupakan proses merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Dari defenisi ini dapat diangkat suatu bentuk pemahaman bahwa dalam manajemen ada proses fungsi mulai dari tahap awal yaitu perencanaan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (guiding) dan mengendalikan (controlling) dan sampai pada tahap pencapaian tujuan (the achievement of the goal).
Oemar Hamalik (2010:16) memberikan batasan definisi manajemen sebagai
sebuah proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan
bantuan manusia lain serta sumber-sumber lainnya, menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, secara terminologis arti manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya muslim dan non muslim dalam memengaruhi dan menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien yang berlandaskan pada Al-Qur‟an dan Hadits, maqolah, dan sejarah Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya. Jadi, pada definisi ini terkandung beberapa unsur yaitu sumber daya lembaga pendidikan Islam, kepemimpinan pendidikan Islam, landasan pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, yang semua unsur ini mengakhiri pada suatu tujuan usaha yaitu tujuan pendidikan Islam.
Terdapat beberapa fungsi Manajemen dalam kegiatan organisasi yaitu planning, organizing, actuating dan controlling. Hubungan diantara fungsi-fungsi manajerial ini merupakan satu kesatuan sebagai proses yang berkesinambungan.
1. Perencanaan (planning) Pendidikan Islam.
Pada hakekatnya, perencanaan adalah aktivitas pengambilan keputusan mengenai sasaran apa yang akan dicapai, tindakan apa yang akan diambil dalam rangka pencapaian tujuan atau sasaran dan siapa yang akan melaksanakan tugas-tugasnya. Artinya, pada kerangka ini perencanaan adalah aktivitas memikirkan dan memilih rangkaian tindakan- tindakan yang tertuju pada tercapainya maksud-maksud dan tujuan pendidikan. (Ngalim Purwanto,2002:16). Terdapat pula ilmuwan yang mengartikan bahwa perencanaan sebagai sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Husaini Usman, 2002:48)
Perencanaan menjadi pegangan setiap pimpinan dan pelaksanaan untuk
dilaksanakan secara riil. Dengan demikian melalui perencanaan dapat dipersatukan
kesamaan pandangan, sikap dan tindak dalam pelaksanaan di lapangan. Dapat pula
dikatakan bahwa pimpinan harus mengetahui secara pasti tujuan jangka panjang, jangka
menengah dan jangka pendek. Perencanaan jangka pendek ini harus dirinci berdasarkan
skala prioritas, mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan secara bertahap serta
terencana melaksanakan tahap-tahap berikutnya sampai tujuan jangka pendek itu dapat
tercapai sepenuhnya, perlu diadakan evaluasi untuk menyempurnakan langkah selanjutnya. (M.Manullang, 1987:67)
Perencanaan dapat juga dimaknai dengan upaya-upaya yang dilakukan dalam menentukan tujuan dan target sebuah aktivitas melalui pengumpulan data-data dan menganalisisnya untuk kemudian merumuskan metode dan tata cara untuk merealisasikannya dengan seoptimal mungkin. Artinya, tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini sebuah perencanaan harus memenuhi tiga unsur utama sebuah perencanaan, yaitu pengumpulan data, analisis fakta dan penyusunan rencana yang konkret. (Syafaruddin, 2005:62)
Berdasarkan seluruh definisi tentang perencanaan pengembangan lembaga pendidikan Islam yang dijelaskan oleh beberapa ilmuwan di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan pengembangan lembaga pendidikan Islam adalah kegiatan sistematis merancang sumber daya lembaga, meliputi mengenai apa yang akan dicapai, merumuskan metode dan tata cara untuk merealisasikannya dengan seoptimal mungkin serta kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan dan memilih pelaksana kegiatan yang tepat bagi usaha pencapaian tujuan pendidikan Islam.
2. Pengorganisasian (organizing) Pendidikan Islam
Pengorganisasian sebagai keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat- alat tugas, tanggung jawab atau wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Udin Syaefuddin, 2005:46)
Pada hakekatnya, fungsi pengorganisasian pendidikan Islam adalah suatu kegiatan pengaturan pada Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber daya fisik lain yang dimiliki organisasi pendidikan Islam untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan pendidikan Islam. Hal ini berarti bahwa pengorganisasian dalam lembaga pendidikan Islam merupakan proses penyusunan struktur organisasi lembaga pendidikan Islam yang sesuai dengan tujuan organisasi lembaga pendidikan Islam, sumber daya-sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya.
Dua aspek utama dalam proses susunan struktur organisasi lembaga pendidikan
Islam yaitu departementalisasi dan pembagian kerja. Departementalisasi adalah
pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja organisasi lembaga pendidikan Islam agar kegiatan-kegiatan sejenis saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Hal ini akan tercermin pada struktur formal suatu organisasi dan tampak atau ditunjukkan oleh bagan suatu organisasi. Sedangkan pembagian kerja adalah perincian tugas pekerjaan agar setiap individu pada organisasi bertanggungjawab dalam melaksanakan sekumpulan kegiatan. Kedua aspek ini merupakan dasar proses pengorganisasian suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, Nanang Fatah (2001:71) menjelaskan bahwa istilah pengorganisasian mempunyai dua pengertian umum. Pertama, pengorganisasian diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional. Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara para anggota, sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif. Sedangkan organisasi dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan orang dengan sistem kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan sistem kerjasama telah diatur secara jelas, siapa yang menjalankan, siapa yang bertanggungjawab, arus komunikasi dan memfokuskan sumber daya pada tujuan.
Karakteristik sistem kerja dapat dilihat dari : (1) adanya komunikasi antara orang yang bekerjasama, (2) individu dalam organisasi tersebut mempunyai kemampuan untuk bekerjasama, dan (3) kerjasama itu ditujukan untuk mencapai tujuan.
Sementara itu, Syaiful Sagala menjelaskan bahwa pengorganisasian dapat diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam kerjasama pendidikan. Karena tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing organisasi. Kegiatan Pengorganisasian adalah untuk menentukan siapa yang akan melaksanakan tugas sesuai dengan prinsip pengorganisasian. (Syaiful Sagala, 2008:49)
Berdasarkan seluruh definisi yang dikemukakan ilmuwan tentang
pengorganisasian dapat dipahami bahwa pengorganisasian merupakan langkah ke arah
pelaksanaan rencana strategis yang telah disusun sebelumnya, atau dengan kata lain
merupakan upaya pelaksanaan dari kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan pada tahap
sebelumnya. Jadi, kegiatan pengorganisasian merupakan fungsi organik yang kedua
dalam manajemen pendidikan Islam setelah fungsi perencanaan tersebut. Dalam fungsi
pengorganisasian terdapat sekelompok orang yang mau bekerjasama secara koperatif, adanya tujuan pendidikan Islam yang hendak dicapai, adanya pekerjaan yang akan dikerjakan secara beraturan, adanya pembagian tugas yang jelas, pengelompokan kegiatan sesuai dengan bidangnya, penyediaan alat-alat atau sarana yang dibutuhkan untuk aktivitas organisasi di lembaga pendidikan Islam, adanya pendelegasian wewenang antara atasan dengan bawahan sebagai pelimpahan wewenang, dan pembuatan struktur organisasi lembaga pendidikan Islam untuk menunjang kinerja yang efektif dan efisien.
3. Penggerakan (actuating) Pendidikan Islam
Penggerakan atau pengarahan merupakan hubungan manusia sebagai komponen organisasi pendidikan Islam dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara efektif serta efisien dalam pencapaian tujuan suat organisasi pendidikan Islam. Didalam manajemen pendidikan Islam pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut manusia juga menyangkut dari tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda akan mampu memberikan warna pada proses pendidikan Islam dengan pola pengembangan yang berbeda-beda pula.
George R.Terry mendefinisikan Actuating sebagai tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok suka berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran, agar sesuai dengan perencanaan managerial dan usaha-usaha organisasi. Sedangkan Koontz dan Cyrill O‟Donnel juga mengatakan directing and leading are the interpersonal aspect of managing by which subordinate are lead to understand and contribute affectively and effectively to attainment of enterprise objectives.(Baharuddin,dkk., 2010:105). Hal ini berarti bahwa penggerakan merupakan suatu bentuk usaha yang bersifat merangsang anggota-anggota kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang baik. Tugas menggerakkan dilakukan oleh pemimpin, karena itu kepemimpinan pendidikan Islam mempunyai peran yang sangat penting menggerakkan personelnya melaksanakan program kerja lembaga pendidikan Islam. Menggerakkan adalah tugas pemimpin lembaga pendidikan Islam dan kepemimpinan pendidikan Islam.
Penggerakan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan
oleh adanya hubungan terhadap bawahan untuk dapat mengerti dan memahami
pembagian pekerjaan yang efektif dan efisien untuk tujuan yang ditetapkan. Oleh karena
itu, actuating adalah bagian yang sangat penting dalam proses manajemen pendidikan Islam. Berbeda dengan ketiga fungsi yang lain : planning, organizing, dan controlling.
Fungsi actuating dianggap sebagai fungsi intisari manajemen pendidikan Islam karena secara khusus berhubungan dengan orang-orang yang akan mengaktualisasikan kegiatan- kegiatan pendidikan Islam, Pada kerangka ini, Wibowo (2001:13) menyatakan bahwa actuating merupakan implementasi dari apa yang direncanakan dalam fungsi planning dengan memanfaatkan persiapan yang sudah dilakukan dalam organizing.
Fungsi actuating akan sukses dalam manajemen pendidikan Islam jika sebagian besar telah dipengaruhi oleh diantaranya : (a) mendapatkan orang-orang yang cakap serta mempunyai skill yang tinggi untuk menjalankan kegiatan pendidikan Islam, (b) menjelaskan secara detail tujuan pendidikan Islam yang hendak dicapai kepada seluruh komponen lembaga pendidikan Islam, (c) memberikan ruang yang luas terutama otoritas penuh kepada seluruh komponen lembaga pendidikan Islam, (d) memberikan inspirasi yang kuat serta keyakinan kepada komponen lembaga pendidikan Islam untuk meraih sukses dalam mencapai sasaran dan tujuan lembaga pendidikan Islam. (Muhammad Ilyasin, dkk., 2021:142-144)
4. Pengawasan (controlling) Pendidikan Islam.
Controlling sering disebut juga pengendalian yakni salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu koreksi sehingga apa yang dilakukan komponen lembaga pendidikan Islam dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yang telah digariskan semula.
Controlling (pengawasan) adalah proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. (Uber Silalahi, 2000:175)
Secara singkat, hakekat pengawasan dalam manajemen adalah suatu usaha
sistematis untuk menetapkan standar prestasi dengan sasaran perencanaan, merancang
sistem umpan balik informasi, membandingkan prestasi aktual dengan standar yang telah
ditetapkan itu, menentukan apakah terdapat penyimpangan dan mengukur signifikansi
tersebut dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih
efisien dan efektif guna mencapai sasaran perusahaan. (Bedjo Siswanto, 1991:159).
Berdasarkan pendapat ilmuwan di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan pendidikan Islam adalah proses penentuan apa yang dicapai, yaitu standar apa yang sedang dipakai, wujud apa yang dihasilkan, berupa pelaksanaan yang sesuai dengan standar, menilai pelaksanaan dan bilaman perlu mengambil tindakan korektif sehingga pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana yakni sesuai dengan standar untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan Islam.
Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter ini telah menjadi fokus perhatian banyak negara dalam rangka mempersiapkan generasi muda yang bermutu, bukan hanya bagi kepentingan individu-individu warga negara, tetapi juga penting masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat dikatakan sebagai usaha secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah/madrasah bahkan perguruan tinggi untuk membantu pembentukan karakter secara optimal untuk kemajuan bangsa dan negara.
Ryan and Bohlin dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez (2008:90) mengatakan bahwa karakter ini berkaitan dengan pengembangan kebaikan, pembiasaan yang baik dan yang memposisikan individu/siswa/mahasiswa menjadi bertanggung jawab dan dewasa. Kesulitannya terletak pada usaha untuk mendefinisikan karakter menjadi etika yang terefleksikan secara praktis yang dipelajari secara empirik. Narvaez (2006:703) memberikan ulasan dari berbagai definisi dari praktek pendidikan karakter yang dilaksanakan dari berbagai aspek.
Bohlin, E. Karen dalam Agus Zaenul Fitri (2005:160) mengatakan bahwa secara etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa latin character, yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlak. Istilah karakter juga diadopsi dari bahasa latin kharakter, kharessian, dan xharaz yang berarti tool fo marking, to engrave, dan pointed stake. Dalam bahasa Inggris, diterjemahkan menjadi character. Character berarti tabiat, budi pekerti, watak.
Berdasarkan pengertian diatas, karakter merupakan sifat kejiwaan, moral, akhlak,
budi pekerti yang tercermin dari prilaku dan menjadi ciri khas seseorang atau
sekelompok dalam komunitas tertentu.
Sejalan dengan hal di atas, Muhyidin (2012:44-45) mengatakan bahwa, karakter sama atau identik dengan akhlak dalam pengertian yang dikemukakan oleh Imam Ghazali sebagai suatu kondisi dalam jiwa, dimana akan timbul atau terpancar aktivitas atau perbuatan secara otomatis tanpa ada perintah dari pikiran maupun pemahaman yang mendalam. Akhlak sendiri terdiri dari dua macam yakni akhlak mulia atau akhlaqul karimah dan akhlak yang tercela atau akhlaqul mazmumah. Akhlak mulia merupakan karakter baik yang tertanam dalam jiwa individu, dimana akan muncul atau timbul kebiasaan-kebiasaan yang baik secara reflek, sedangkan akhlak tercela merupakan karakter atau sifat jelek yang tertanam dalam jiwa individu dimana akan timbul kebiasaan-kebiasaan buruk secara reflek. Sama halnya dengan akhlak, karakter merupakan sifat yang netral. Maknanya, karakter merupakan potensi yang tersembunyi, dimana karakter ini akan timbul menjadi potensi positf atau negatif sesuai atau tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Puskurbuk (2018) menyebutkan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan di Indonesia bersumber dari empat aspek yakni agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: 1; religius, 2; jujur, 3; toleransi, 4; disiplin, 5; kerja keras, 6; kreatif, 7; mandiri, 8; demokratis, 9; rasa ingin tahu, 10; semangat kebangsaan, 11; cinta tanah air, 12; menghargai prestasi, 13; bersahabat/komunikatif, 14; cinta damai, 15; gemar membaca, 16; peduli lingkungan, 17; peduli sosial, dan 18; tanggung jawab.
Berdasarkan pendapat diatas, ternyata banyak sekali nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan berdasarkan nilai-nilai yang digali dari agama, dasar negara, budaya masyarakat dan bangsa sendiri dimana nilai-nilai ini dahulu dipegang dan dilaksanakan oleh pendahulu kita sebagai kearifan lokal yang membuat bangsa Indonesia dikenal sampai manca negara sebagai negara yang memiliki masyarakat yang ramah tamah dan pemberani membela kebenaran dan keadilan.
Tujuan, Fungsi dan Penerapan Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa
Banyak tujuan dan fungsi pendidikan karakter, hal ini tergantung dari taksonomi
dimana pendidikan karakter itu akan diimplementasikan, walaupun begitu nilai-nilai
universal yang terkandung dalam pendidikan karakter bersifat universal sehingga dapat
dirumuskan dengan lebih sederhana. Masnur Muslich (2011:75) menjelaskan bahwa
tujuan pendidikan karakter diantaranya bertujuan untuk menjawab tantangan krisis multi dimensional terutama pada era disruption sekarang ini. Karena dengan pendidikan karakter akan terbentuk siswa/mahasiswa yang cerdas dan berkarakter kuat sehingga dapat menghadapi tantangan dunia yang semakin berat. Pada dasarmya pendidikan karakter tidak dapat dipisahkan dari sistem pendidikan nasional dimana pendidikan dinyatakan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran dimana peserta didik/mahasiswa secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan, akhlaq mulia serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, bangsa dan negara.
Berdasarkan rumusan ini berarti pendidikan karakter bertujuan untuk mengarahkan peserta didik/mahasiswa untuk memiliki aspek-aspek kaarakter yang sudah disebutkan di atas tadi untuk menjadi insan yang kaffah. Ngainun Naim (2012:55) menjelaskan bahwa peran pendidikan karakter berfungsi untuk pengembangan ilmu dan pembentukan karakter bangsa, dimana individu berusaha melakukan hal yang terbaik.
Mahasiswa harus memiliki karakter yang kuat berdasarkan pada budaya bangsa dan kearifan lokal serta dapat juga mengadopsi dari nilai-nilai yang baik dari budaya asing seperti rasa ingin tahu (curiusity), budaya ilmiah, dan lain-lain. Karakter yang kuat ini sangat dibutuhkan mahasiswa sebagai harapan bangsa untuk mengangat harkat dan martabat bangsa. Selama ini banyak kekayaan Bangsa Indonesia yang dikuasai oleh bangsa lain karena salah satuya lemahnya budaya akademik mahasiswa ditambah lagi makin berkurangnya integritas para pemimpin terhadap kemanjuan dan kemakmuran bagsa. Mereka hanya memikirkan kepentingan individu dan kelompoknya tanpa memperdulikan orang lain. “Budaya” korupsi yang sudah sangat akut dan pada tingat yang membahayakan yang menyengsarakan rakyat Indonesia. Terdapat semboyan “yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin”. Ada juga semboyan “mumpung saya berkuasa” dengan konotasi negatif.
Berdasarkan kondisi yang sangat memprihatinkan ini, maka implementasi
pendidikan karater sudah sangat mendesak untuk dilakukan terutama pada tingkat
pendidikan tinggi terutama pada pendidikan tinggi umum. Hal ini dikarenakan
pendidikan agama sebagai benteng kehidupan sudah sangat sedikit mereka pelajari.
Mahasiswa sebagai generasi yang siap untuk jadi pemimpin harus dibekali dengan karakter yang kuat sehingga memiliki komitmen dalam membangun bangsa menjadi negara yang maju, makmur, dan sejahtera.
Penerapan atau implementasi pendidikan karakter harus dikelola atau dimanage dengan baik. Sehingga program yang dirancang dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Mnajemen ini perlu karena ianya mencakup planning, organising, actuating dan controlling. Teori manajemen modern mentargetkan keahlian yang dapat bekerja dengan orang-orang dan organisasi dan sumber-sumber lain untuk pencapai tujuan organisasi (Certo, C. Samuel and S. Trevis Certo:2012).
Berdasarkan pendapat diatas manajemen moderen sangat perlu diterapkan pada suatu institusi seperti perguruan tinggi agar program yang ditetapkan dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan. Pendidikan karakter yang diimplementasikan diperguruan tinggi harus menerapkan manajemen modern seperti pendapat ahli diatas agar program besar yang digarap diperguruan tinggi dapat tercapai dengan menghasilkan alumni yang memiliki karakter yang unggul.
Penelitian Terdahulu
1. Tesis Rizal Siregar (2018), Konstruksi Program Pembinaan Karakter di Ma‟had Al- Jami‟ah IAIN Padangsidimpuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter yang ingin dibina melalui program Ma‟had Al-Jami‟ah adalah karakter religius, jujur, disiplin, sikap kritis, dan kepedulian sesuai dengan karakteristik dan kode etik mahasiwa IAIN Padangsidimpuan. Karakter religius dapat dibina melalui program kegiatan Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Padangsidimpuan yaitu bimbingan Al-Qur‟an;
bimbingan ta‟lim; bimbingan qira‟ah; bimbingan tahfiz;bimbingan tilawah; khotmul qur‟an bidang ibadah; shalat berjama‟ah; shaat rawatib; puasa sunnah Senin dan Kamis. Karakter lainnya dapat dibina melalui pengembangan kepribadian, Mahkamah Ma‟had, materi mahfuzat, materi hadist, nasyid, liga ma‟had, pembekalan etika dan rolling kamar asrama.
2. Magdalena (2013), Pembinaan Karakter Mahasiswa Melalui Pengembangan
Matrikulasi Kepribadian di STAIN Padangsidimpuan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pembinaan karakter mahasiswa dilakukan dengan memberikan pemahaman
tentang ajaran agama yang baiks sebagai pondasinya. Penggunaan masjid sebagai tempat pelaksanaan matrikulasi kepribadian, memanfaatkan waktu luang diluar perkuliahan, nara sumber terbatas, jumlah mahasiswa yang terlalu banyak, dan pengunaan metode ceramah yang monoton menjadi hambatan dalam pembinaan karakter mahasiswa di IAIN Padangsidimpuan
3. Joko Santoso (2018), Membangun Karakter Siswa Sekolah Dasar Melalui Media Ungkapan Hkmah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isi pesan ungkapan hikmah yang bersumber dari judul, penggalan lirik lagu, perkataan tokoh, isi Hadis, dan ayat Al-Qur‟an menjadi inspirasi bagi siswa sekolah dasar. Isinya meliputi nasehat kultural dan nilai arif ungkapan himah. Karater mereka dapat dibangun melalui sosialisasi dan digitalisasi stiker bijak yang berisi ungkapan hikmah.
4. Magdalena (2020), Penguatan Karakter Bersih dan jujur melalui video. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pesan video yang ditampilkan pada prinsipnya ada dua, yaitu pesan karakter kebersihan dan karakter kejujuran. Video ini didesain berdasarkan Theory Of Gaining Compliance. Terdapat beberapa isi pesan dalam video antara lain tentang : Pertama, karakter bersih dan jujur dapat dilihat dalam desain video dalam bagian cerita pendek tentang kebersihan yang menggambarakan mahasantriah merapikan handuk dan mukena yang bergantungan, menyapu kamar, menyuci piring, dan merapikan tumpukan buku. Perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran bahwa kebersihan memberikan konsekuensi sehat. Mahasantriah sadar akan perilaku hidup bersih dan mengetahui bahwa perbuatannya akan mendapatkan penghargaan dari orang lain, sehingga mereka lebih rajin menjaga kebersihan.
Kedua, Desain video dalam bagian cerita pendek tentang kebersihan tersebut juga
menggambarkan bahwa pakaian bergelantngan, piring kotor, peralatan belajar
berserakan, dan tempat tidur kotor memberikan akibat bau, banyak nyamuk, banyak
semut, dan batuk-batuk. Hal ini menunjukkan bawha video karakter bersih ini
didesain dengan menunjukkkan hukuman karakter kotor pada diri Mahasantriah
yang diuraikan dalam Theory Of Gaining Compliance. Ketiga,Desain video dalam
gambaran kondisi nyata di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Paadangsidimpuan . Karakter
bersih yang ditunjukkan dengan membuang sampah pada tempatnya dapat
diimplemetasikan jika fasilitas tempat sampah telah disediakan. Keempat, desain
video dalam bagian cerita pendek menunjukkan bahwa pemilik dompet yang hilang tersebut mengucapkan terimakasih atas kebaikan mahasantriah yang mengembalikan hak miliknya berupa dompet. Hal ini menunjukkan bahwa karakter jujur akan dipatuhi jika terdapat penghargaan dalam implementasinya. Kelima, desain video dalam cerita pendek ini juga menunjukkan bahwa mahasantriah mengkhayalkan bahwa merek memperolah musibah jika menggunakan uang yang diperoleh dari dompet yang bukan hak milik mereka. Hal ini tentu menunjukan bahawa karater tidak jujur mendapatkan hukuman sebagai konsekuensinya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan meode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Pemilihan penelitian kualitatif dimaksudkan untuk mengkaji secara mendalam tentang manajemen kegiatan penguatan pendidikan karakter bagi mahasiswa pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di Indonesia. Sedangkan pendekatan fenomenologi dilakukan untuk melihat fenomena perilaku masyarakat kampus secara alamiah yang berkaitan dengan manajemen kegiatan penguatan pendidikan karakter bagi mahasiswa pada PTKIN di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri di Indonesia di Sumatera Utara dan Jawa Barat, yaitu di IAIN Padangsidimpuan dan IAIN Syekh Nurjati Cirebon Jawa Barat.
Dalam proses menentukan partisipan penelitian, maka peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu sampel bertujuan. Partisipan penelitian ini adalah seluruh pimpinan lembaga perguruan tinggi yang terdiri dari tingkat Rektorat, Dekanat, Program Studi, Pengelola Ma‟had Al-Jami‟ah, dan Dosen di IAIN Padangsidimpuan Sumatera Utara dan IAIN Syekh Nurjati Cirebon Jawa Barat.
Strategi utama yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini dibagi
kepada 3 fase, yaitu: Pertama, Pada fase perencanaan, strategi yang digunakan adalah
studi dokumen atau telaah literatur. Strategi ini digunakan untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan manajemen kegiatan penguatan pendidikan karakter bagi mahasiswa
pada lembaga Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri di Indonesia di Sumatera Utara
dan Jawa Barat, yaitu di IAIN Padangsidimpuan dan IAIN Syekh Nurjati. Kedua, Pada
fase pengumpulan data pokok, strategi pengumpul data yang digunakan adalah: (a) studi
dokumen dan telaah literatur berkenaan dengan manajemen kegiatan penguatan pendidikan karakter bagi mahasiswa, dan (b) wawancara dengan Para Pimpinan lembaga Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri di Indonesia di Sumatera Utara dan Jawa Barat, yaitu di IAIN Padangsidimpuan dan IAIN Syekh Nurjati tentang manajemen kegiatan penguatan pendidikan karakter bagi mahasiswa. Ketiga, Pada fase melengkapi data, maka strategi pengumpul data yang digunakan yaitu : wawancara mendalam (indefth interview) dengan teknik semi terstruktur (semi-structured interview) dan Focus Group Discussion (FGD) dengan mengumpulkan seluruh partisipan penelitian dan membahas fokus penelitian yang kemungkinan masih belum didapat secara utuh datanya, sehingga dengan adanya FGD ini maka data penelitian akan bertambah kualitasnya sesuai dengan fokus penelitiannya.
Dalam analisis ini, teknik yang peneliti gunakan adalah mengadopsi strategi yang
disarankan McMillan dan Schumacher, yaitu: (1) meninjau semua data yang telah
dikumpulkan yang berkaitan dengan topik. Penekanan yang diberikan di sini bukanlah
pada makna topik, tetapi pada upaya memperoleh sebuah perspektif global mengenai
jajaran topik-topik data, (2) mencermati makna-makna yang berulang yang bisa dijadikan
sebagai tema atau pola-pola utama. Selanjutnya, untuk menjamin keabsaha data maka
digunakan beberapa teknik yaitu : Pertama, Kredibilitas data yaitu upaya peneliti untuk
menjamin kesahihan data dengan mengkonfirmasikan antara data yang diperoleh dengan
obyek penelitian. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti
sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dan sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi
pada obyek penelitian. Kedua, Transferabilitas atau keteralihan merupakan upaya
untuk membangun pemahaman yang mendasar terhadap temuan penelitian
berdasarkan waktu dan konteks khusus. Ketiga, Dependabilitas atau ketergantungan
data yaitu merupakan upaya untuk melakukan pengecekan ulang terhadap laporan
penelitian. Hal ini dimaksudkan agar ketergantungan penelitian mampu dipertanggung
jawabkan secara ilmiah dan dapat diuji ulang kebenarannya sesuai dengan ketentuan-
ketentuan penelitian kualitatif. Keempat, Konfirmabilitas (Kepastian). Kriteria ini
digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan
informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada.
Hasil Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu Manajemen Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa di PTKIN di Indonesia, maka ruang lingkup hasil penelitian ini meliputi : Perencanaan, Pengorganisasaian, Pelaksanaan dan Penilaian Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa.
1. Perencanaan Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa PTKIN di Indonesia.
Penelitian yang dilaksanakan dalam dua PTKIN di Indonesia, yaitu IAIN Padangsidimpuan Sumatera Utara dan IAIN Syekh Nurjati Cirebon Jawa Barat menunjukkan hasil yang sama dalam kegiatan penguatan pendidikan karakter yang diimplementasikan melalui adanya lembaga yang khusus membentuk karakter para mahasiswa (Mahasantri/ah) yaitu Ma‟had Al-Jami‟ah. Adanya Ma‟had Al-Jami‟ah diawali dengan adanya nomenklatur dari Pemerintah berupa Keputusan Dirjen Pendidikan Islam Nomor 2498 tentang Pedoman Implementasi Integrasi Ilmu di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Selain itu, mengacu pada Keputusan Dirjen Pendidikan Islam Nomor 1595 Tahun 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Ma‟had Al-Jami‟ah pada Perguruan Tinggi Keagamaa Islm Negeri (PTKIN).
Perencanaan yang dilakukan berkaitan dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dilakukan jauh sebelum adanya peraturan pemerintah tentang pentingnya kegiatan PPK ini dilakukan di perguruan tinggi dalam bentuk pendirian Ma‟had Al-Jami‟ah.
Pertama, di IAIN Padangsidimpuan melakukan kegiatan studi banding dengan PTKIN yang ada di Jawa yitu UIN Maliki Malik Ibrahim Malang tentang kegiatan pnguatan pendidikan karakter yang dilaksanakan dalam Ma‟had Al-Jami‟ahnya. Selain itu pula untuk mengembangkan kemampuan mahasantri/ah dalam bahasa, maka diadakan kunjunga ke IALF di Bali untuk membina kemampuan mahasiswa dalam bahasa Inggeris dan untuk bahasa Arab KE uin Maulana Malik Ibrahim Malang.
Selanjutnya, setelah selesai persiapan untuk pembangunan Ma‟had Al-Jami‟ah di IAIN
Padangsidimpuan, maka didirikan secara resmi lembaga penguatan dan pembentukan
pendidikan karakter pada tahun 2015. Untuk melaksanakan seluruh kegiatan penguatan
pendidikan karakter khususunya bagi mahasiswa, maka perlu dilaksanakan berbagai
perencanaan. Perencanaan ini sangat penting dilakukan dan bertujuan untuk menentukan
kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dilakukan di Ma‟had Al-Jami‟ah pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien melalui media yang ada.
Karena itu, maka diadakan berbagai kegiatan koordinasi antara pimpinan IAIN, pimpinan Fakultas, pimpinan Prodi bahkan sampai ke pihak dosen sebagai pelaksana perkuliahan dengan mahasiswa. Koordinasi dilakukan dalam bentuk rapat untuk memusyawarahkan kegiatan yang mendukung PPK bagi mahasantri. Perencanaan yang paling mendasar adalah dengan dibuatnya Buku Pedoman Ma‟had Al-Jami‟ah sebagai Panduan dalam seluruh kegiatan PPK di Ma‟had Al-Jami‟ah. Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Padangsidimpuan merupakan salah satu unit pelaksana teknis bagi pendukung pendidikan dan pengajaran di IAIN Padangsidimpuan. Berdasarkan hal ini sesuai dengan Instruksi Dirjen Pendis No.Dj.I/Dt.I.IV/PP.00.9/2374/2014 program Ma‟had al-Jami‟ah ini difokuskan kepada pembelajaran Al-qur‟an melihat dari latar belakang mahasiswa yang masuk ke IAIN Padangsidimpuan tidak semuanya alumni pesantren. Maka kegiatan ini diselenggarakan dalam upaya peningkatan kemampuan baca tulis al-qur‟an Mahasantri/ah.
Selain itu, ma‟had juga hadir untuk membina karakter/akhlak Mahasantri/ah. Di Ma‟had mahasiswa akan diberi materi juga pembiasaan-pembiasaan adab Islam. Sehingga dengan latar belakang budaya yang berbeda bisa diseragamkan. Maka kepribadian mahasiswa terbentuk ke arah yang lebih baik.Selanjutnya ma‟had al-Jami‟ah juga menjadi wadah melatih/membiasakan diri untuk ibadah, baik yang wajib maupun yang sunnah. Karena di Ma‟had Al-Jami‟ah Mahasantri/ah diwajibkan untuk melaksanakan sholat berjama‟ah setiap waktu dan juga dianjurkan untuk melaksanakan amalan-amalan yang sunnah.
Kemudian untuk menyahuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
demikian pesat, serta menjawab dinamika global, Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Padangsidimpuan
juga terintegrasi dengan Pembinaan Bahasa dan kehidupan berasrama. Dalam hal ini, Ma‟had Al-
jami‟ah berfungsi sebagai laboratorium alam untuk pengaplikasian bahasa yang dipelajari
Mahasantri/ah di kelas. Program ini merupakan program unggulan dan sekaligus distingsi
IAIN Padangsidimpuan. Di akhir program ini Mahasantri/ah yang mencapai ketuntasan diberikan
Sertifikat Ma‟had Al-jami‟ah sebagai tanda lulus mengikuti program Ma‟had Al-jami‟ah IAIN
Padangsidimpuan. Bagi Mahasantri/ah yang belum mencapai batas ketuntasan maka akan
diberikan program khusus dari lembaga.
Kedua, di IAIN Syekh Nurjati, kegiatan PPK ini sudah dilakukan sejak berdirinya IAIN sesuai dengan Visi dan Misi IAIN. Latar belakangnya dikarenakan perlu adanya pembentukan karakter positif dan baik di kalangan mahasiswa khususnya, sehingga mahasiswa akan mampu menghargai dosen, pimpinan, pegawai, dan sesama temannya terutama dalam sosialisasi yang berkaitan dengan perkulihan di kampus. Karakter yang dimunculkan bukan hanya secara lisan saja dalam berbicara, tetapi juga secara berbusana, berperilaku dan juga secara tulisan dalam menyusun karya ilmiah. Ma‟had al-Jami‟ah merupakan sebuah sistem yang dirancang, dibangun dan diimplementasikan sebagai sebuah ikhtiar yang masif dan sistemik untuk mendukung terwujudnya visi besar IAIN Syekh Nurjati. Sebagai sebuah sistem, Ma‟had al-Jami‟ah tidak hanya memfungsikan diri sebatas bangunan yang di dalamnya terdapat pengelola, staf dan mahasiswa yang bisa ditampung oleh kemampuan gedungnya, tetapi difungsikan sebagai sebuah sistem yang bisa menjangkau seluruh mahasiswa dalam mengikuti seluruh program yang dirancang oleh Ma‟had. Perencanaan yang dilakukan dalam PPK bagi mahasiswa dibukukan dalam bentuk buku Panduan Ma‟had Al-Jamiah tentang seluruh peraturan dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka pebentuka karakter bagi mahasiswa.
2. Pengorganisasian Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa PTKIN di Indonesia.
Kegiatan pengorganisasian dilakukan sesuai dengan struktur organisasi yang ada
di Ma‟had Al-Jami‟ah pada dua lokasi PTKIN yang diteliti. Pertama, IAIN
Padangsidimpuan membuat struktur organisasi Ma‟had dimulai dengan Rektor yang
bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pengasuhan, memberikan arahan-arahan dan
petunjuk dan rencana kegiatan pengasuhan dan mengadakan evaluasi tentang kegiatan-kegiatan
pengasuhan. Selanjutnya, Mudir atau direktur Ma‟had Al-Jami‟ah yang bertugas memimpin
Pengelolan Ma‟had Al Jami‟ah IAIN Padangsidimpuan, mengawasi berjalannya program kerja
dan kegiatan di Ma‟had Al Jami‟ah IAIN Padangsidimpuan, merencanakan program kerja,
kegiatan, dan belajar mengajar di Ma‟had. Kemudian Muwajjih/ah yang bertugas sebagai
pendidik dan pembina di Ma‟ha Al-Jami‟ah. Koordintor bidang bahasa yang bertanggung jawab
terhadap pengkondisian miliu bahasa dan melaksanakan pengajaran bahasa Arab dan bahasa
Inggeris. Koordinator bidang Qira‟ah yang bertanggungjawab terhadap pengentasan dan
peningkatan kualitas baca tulis Al-Qur‟an Mahasantri/ah. Kordinator bidang bahasa bertanggungjawab terhadap peningkatan kualitas ibadah. Koordinator bidang karakter bertanggungjawab terhadap penegakan disiplin Mahsantri/ah dan pengembangan Syi‟ar dan Nilai- nilai Islami dalam kehidupan berma‟had. Administrasi bertanggungjawab terhadap kualitas data mahasantri/ah. Musyrif/ah bertugas sebagai pembimbing mahasantri/ah di Ma‟had Al-Jami‟ah.
Kedua, IAIN Syekh Nurjati struktur organisasi Ma‟had Al-Jamiah terdiri dari Rektor sebagai Penanggung jawab utama dalam pengelolaan Ma‟had Al-Jami‟ah. Selanjutnya, Wakil Rektor III bagian Kemahasiswaan, Direktur Ma‟had, Staf Ma‟had Al-Jami‟ah, Tutor Mahad Al-Jami‟ah, dan Mahsantri/ah.
3. Pelaksanaan Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa PTKIN di Indonesia.
Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa yang dilakukan di dua PTKIN
yaitu di IAIN Padangsidimpuan Sumatera Utara dan IAIN Syekh Nurjati Cirebon Jawa Barat
dibuktikan dengan adanya koordinasi dalam mekanisme kerja yang sinergis antara pengelola
Ma‟had Al-Jami‟ah dengan pimpinan IAIN, Pimpinan Fakultas, Pimpinan Program Studi hingga ke
Dosen yang mengajar di perkuliahan. Pertama, di IAIN Padangsidimpuan seluruh kegiatan
Ma‟had mendapat pemantauan dari dosen yang mengajar mahasantri/ah dikarenakan pendidik yang
mengajar di Ma‟had juga merupakan dosen yang mengajar di perkuliahan. Disamping itu juga,
untuk memperolah kualitas kemampuan bahasa Inggeris dan Arab bagi mahasantri/ah yang duduk
di semseter 1 dan 2 diwajibkan mengikuti kegiatan bahasa sebanyak 32 SKS baik bahasa Arab
maupun bahasa Inggeris. Selanjutnya, pelaksanaan PPK juga dilaksanakan pada masing-masing
fakultas dengan berbagai kegiatan pengembangan bahasa, seni, pengembangan minat dan bakat
para mahasiswa dan dilakukan pada jadwal yang telah ditentukan dengan berorientasi pada visi,
misi sasaran, program, dan tujuan masing-masing fakultas. Tujuannya untuk meningkatkan
kemampuan mahasiswa dan menghasikan lulusan yang mampu bersaing dengan perguruan tinggi
lainnya dan mendidik untuk mampu berperan di tengah-tengah masyarakat demi masa depan yang
lebih baik. Kedua, IAIN Syekh Nurjati melaksanakan kegiatan PPK bagi mahasantri/ah dengan
berbagai kegiatan pengembangan keilmuwan dan pengembangan karakter, misalanya budaya
kepesantrenn, kitab kuning, praktek ibadah, bi‟ah lughowiyah, Tahsin al-qira’ah, praktek
ibadah.
4. Penilaian Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa PTKIN di Indonesia.
Penilaian yang dilakukan dalam kegiatan PPK di dua PTKIN yang diteliti yaitu IAIN Padangsidimpuan Sumatera Utara dan IAIN Syekh Nurjati Cirebon Jawa Barat dibuktikan dengan seringnya diadakan rapat antar pimpinan IAIN, Pimpinan Fakultas, Pimpinan Program Studi untuk menbicarakan hal-hal yang terjadi berkaitan dengan efektivitas kegiatan penguatan pndidikan karakter ataupun berkaitan dengan masalah-masalah yang terjadi pada dua IAIN yang diteliti berkaitan dengan adanya pelanggaran karakter atau berindikasi pada karakter jahat/negatif/tidak baik. Untuk mencegah adanya perilaku atau karakter tidak baik maka disusunlah pedoman etika bagi dosen dan mahasiswa. Jika terdapat ada dosen dan mahasiswa melakukan hal-hal yang tidak baik terutama dalam berkarakter maka akan diberikan sanksi atau hukuman. Sebailkinya jika da dosen dan mahasiswa memiliki karakter yang baik maka akan diberikan penghargaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya penerapan sanksi di IAIN Padangsidimpuan kepada dosen dan mahasiswa yang dikeluarkan dari kampus untuk di non aktifkan dalam kegiatan perkuliahan karena menunjukkan perilaku yang buruk. Demikian pula, di IAIN Syekh Nurjati dilakukan tahapan – tahapan hukuman bagi dosen dan mahasiswa yang melanggar aturan kampus tertama yang memiliki karakter buruk sehingga nantinya dengan hukuman tersebut akan mampu merubah karakternya dengan lebih baik lagi.
Kesimpulan
Manajemen kegiatan penguatan pendidikan karakter bagi mahasiswa yang dilaksanakan
pada dua PTKIN yaitu IAIN Padangsidimpuan dan IAIN Syekh Nurjati dilaksanakan melalui
lembaga pembinaan karakter yaitu Ma‟had Al-Jami‟ah. Terdapat bentuk kegiatannya yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian kegiatan penguatan pendidikan karakter
bagi mahasiswa dan mahasantri/ah. Perencanaan dilakukan dengan adanya koordinasi antar seluruh
pimpinan yang ada di dua PTKIN yang diteliti dalam bentuk rapat-rapat yang membicarakan
mengenai hal-hal yang akan dilakukan berkaitan dengan penguatan pendidikan karakter bagi
mahasiswa. Hasilnya dituliskan dalam bentuk buku Panduan Ma‟had Al-Jami‟ah. Untuk
pengorganisasian, disusunlah struktur organisasi yang sesuai dengan visi misi Ma‟had dan visi misi
IAIN yang diteliti dan selanjutnya disertai dengan tugas dan tanggunjawab masing-masing
personal yang terdapat dalam struktur organisasi tersebut. Pelaksanaan kegiatan penguatan
pendidikan karakter dilakukan dengan berbagai kegiatan baik di Ma‟had maupun di masing-masing fakultas yang berada di dua PTKIN yang diteliti antara lain : kegiatan tahsin qur‟an, pembinaan akhlak/karakter, pengkajian kitab kuning, tahfiz qur‟an, pengembangan minat dan bakat, pembinaan bahasa Inggeris dan Bahasa Arab. Pelaksanaan kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter ini dilakukan secara sinergis antara kegiatan Ma‟had oleh Pengelola Ma‟had dengan kegiatan Program studi dan Fakultas oleh Pengelola Program Studi dan Pengelola Fakultas. Kegiatan terakhir dalam manajemen penguatan pendidikan karakter bagi mahasiswa/mahasantri/ah adalah dengan penilaian. Penilaian dilakukan secara berkesinambungan dengan diadakanya rapat yang sudah terjadwal utuk menilai seluruh kegiatan yang sudah berjalan dalam penguatan pendidikan karakter dan sekaligus membahas permasalahan yang terjadi selama berlangsungnya kegiatan penguatan pendidikan karakter bagi mahasiswa. Salah satu cara yang dilakukan oleh kedua PTKIN untuk meredam terjadinya karakter tidak baik adalah dengan membuat kode etik dosen dan mahasiswa serta pegawai. Adanya hukuman bagi yang melanggar kode etik dan sebaliknya adanya penghargaan yang diberikaN pihak pimpinan IAIN bagi dosen dan mahasiswa yang menunjukkan karakter bagus. Implikasi penelitian ini adalah bahwa manajemen kegiatan penguatan pendidikan karakter yang terdapat di dua PTKIN yang diteliti dapat dijadikan model manajemen kegiatan penguatan pendidikan karakter bagi mahasiswa pada PTKIN yang lainnya di Indonesia. Sehingga diharapkan, kegiatan pengguatan pendidikan karakter dapat benar-benar dikelola dengan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya.
DAFTAR REFERENSI
Baharuddin dan Moh.Makin, Manajemen Pendidikan Islam; Transformasi Menuju Sekolah/Madrasah Unggul, Malang, UIN Maliki Press, 2010
Bedjo Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja, Bandung: CV.Sinar Baru, 1991
Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
James H. McMillan dan Sally Schumacher, Research in Education:A Conceptual Introduction. New York:Longman, 2001.
Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez. Ed. Handbook of Moral Education and Character
Education. 2008. New York: Routledges.
Magdalena, “Pembinaan Karakter Mahasiswa Melalui Pengembangan Matrikulasi Kepribadian di STAIN Padangsidimpuan.” Laporan Penelitian. STAIN Padangsidmpuan, 2013
Magdalena, Asnah, Agus Salim Lubis, Eka Sustri Harida, Penguatan Karakter Bersih dan Jujur Melalui Video. (Jakarta: Kencana, 2020)
Marzuki. 2013. Revitalisasi Pendidikan Agama di Sekolah dalam Pembangunan Karakter Bangsa di Masa Depan. Jurnal Pendidikan Karakter. 3 (1): 64-76.
Mathew B. Miles dan Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, terj. Thetjep Rohendi Rohidi (Jakarta: UI Perss, 1992).
M.Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia indonesia, 1987
Mukhamad Ilyasin dan Nanik Nurhayati, Manajemen Pendidikan Islam, Konstruksi Teoritis dan Praktis, Malang, Aditya Media Publishing, 2012
Muhyidin Albaboris, Mendidik Generasi Bangsa Perspektif Pendidikan Karakter, Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madan, Anggota IKAPI, 2012)
.
Narvaez, D. Integrative ethical education. In M. Killen & J. G. Smetana (Eds.), Handbook of moral Education. 2006. Mahwah, NJ and London: Erlbaum.