• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN INTERNAL LOCUS OF CONTROL MELALUI KONSELING EKLEKTIK DENGAN SIMENGGUNAKAN MEDIA KREATIF PADA SWA KELAS VII SMPN 17 MEDAN. SKRIPSI, FAKULTAS ILMU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN INTERNAL LOCUS OF CONTROL MELALUI KONSELING EKLEKTIK DENGAN SIMENGGUNAKAN MEDIA KREATIF PADA SWA KELAS VII SMPN 17 MEDAN. SKRIPSI, FAKULTAS ILMU."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN INTERNAL LOCUS OF CONTROL MELALUI

KONSELING EKLEKTIK DENGAN MENGGUNAKAN

MEDIA KREATIF PADA SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 17 MEDAN

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh:

PEPI SEPTY ANJANI PJT

NIM 108121042

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Meningkatkan Internal Locus Of Control Melalui Konseling Eklektik Dengan Menggunakan Media Kreatif Pada siswa kelas XII SMP Negeri 17 Medan.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si sebagai Rektor UNIMED yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan studi di Universitas Negeri Medan. 2. Bapak Drs. Nasrun Nasution, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMED. 3. Pembantu dekan I, pembantu dekan II dan pembantu dekan III Fakultas Ilmu

Pendidikan UNIMED.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Munir, M.Pd sebagai Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan beserta stafnya, yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan pengajuan judul skripsi hingga pengajuan sidang skripsi.

5. Ibu Prof. Dr. Sri Milfayetty., M.S., Kons., S.Psi selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh ketekunan dan kesabaran membimbing dalam penulisan skripsi.

6. Ibu Dra. Zulhaini, Ibu Dra. Rosmala Dewi, M.Pd dan Ibu Dra. Rahmulyani, M.Pd., Kons selaku dosen nara sumber yang telah memberikan pengarahan, saran dan koreksi dalam penyusunan skripsi.

7. Bapak/Ibu dosen UNIMED, khususnya jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan bekal ilmu hingga penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Ibu Dra. Nuraini A selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing

selama perkuliahan.

9. Bapak Drs. Monang Siregar, M.Pd sebagai kepala sekolah dan Ibu Sri Kemala Khairani sebagai wakil kepala sekolah di SMP Negeri 17 Medan yang telah memberikan izin dan kemudahan untuk penelitian di sekolah tersebut.

(6)

11. Tak lupa pula buat saudara-saudaraku yang tercinta A. Yusuf AP, M. Ridho AP, Nazwa AP, Miranda Z Alba dan Suci Anggraini yang telah memberikan dukungan moril serta do’a kepada penulis.

12. Buat para sahabat dan rekan seperjuangan khususnya Jurusan Bimbingan dan Konseling Stambuk 08: (Dinda Fadilla, Syahdariah, Mayumi Ramadhani, Khairunnajah Siagian, Maya Sari, Masyithah Nasution, Nurlelawati, Bayu Arifianto, M. Nuzul Pratama, Miswanto, Fery Riswansyah, Zeini Hafiz) yang telah banyak memberikan masukan dan saran, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk dijadikan perbaikan pada penelitian berikutnya.

Medan, 05 September 2012 Penulis

(7)

iv

c. Perbedaan karakteristik antara internal locus of control dengan eksternal locus of control ... 14

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi locus of control ... 15

e. Locus of control pada remaja ... 19

2.1.2 Konseling Eklektik ... 22

(8)

v

b. Layanan konseling individu ... 23

c. Pelaksanaan layanan konseling individu ... 24

d. Konseling Eklektik ... 26

2.14 Konseling Eklektik Dengan Media Kreatif Untuk Meningkatkan Internal Locus of Control Siswa .... 38

2.2 Kerangka konseptual ... 39

3.4 Operasional Variabel Penelitian ... 47

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 47

4.1.3 Peningkatan internal locus of control ... 55

4.14 Pengujian Hipotesis ... 57

(9)

vi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 69

(10)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : Skala peningkatan internal locus of control ... 38

Tabel 3.1 : Rencana Perangkat Penelitian Siklus I ... 42

Tabel 3.2 : Rencana Perangkat Penelitian Siklus II ... 44

Tabel 3.3 : Lay Out Skala Locus Of Control ... 48

Tabel 4.1 : Penilaian Rancangan Pelayanan Konseling Individu (RPKI) ... 52

Tabel 4.2 : Penilaian Media Kreatif ... 53

Tabel 4.3 : Data Penilaian Proses Konseling ... 53

Tabel 4.4 : Aktivitas Pelaksanaan Konseling Individual ... 54

Tabel 4.5 : Analisis Hasil Verbatim Internal Locus of control 55 Tabel 4.6 : Peningkatan Internal Locus Of Control (loc) ... 55

(11)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 : Internal-eksternal locus of control ... 35 Gambar 3.1 : Proses Penelitian Tindakan ... 41

(12)

ix

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Bagan 4.1 : Perbandingan Peningkatan Internal Locus of

(13)

x

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.1 : Alur Kegiatan Konseling dalam Pendekatan

(14)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Instrumen uji coba locus of control ... 66

Lampiran 2 : Kunci jawaban instrument locus of control ... 70

Lampiran 3 : Hasil aplikasi instrument locus of control ... 71

Lampiran 4 : Laporan locus of control ... 79

Lampiran 5 : Instrumen Penilaian Media Kreatif ... 83

Lampiran 6 : Rencana Pelayanan Konseling Individu (RPKI) .... 99

Lampiran 7 : Instrumen Penilaian Rencana Pelayanan Konseling Individu ... 113

Lampiran 8 : Penilaian Aktivitas Pelaksanaan Konseling Individual ... 119

Lampiran 9 : Laiseg ... 121

Lampiran 10 : Laijapen ... 141

Lampiran 11 : Laijapan ... 145

Lampiran 12 : Dialog Konseling Siswa 1 ... 149

Lampiran 13 : Dialog Konseling Siswa 2 ... 173

Lampiran 14 : Dialog Konseling Siswa 3 ... 204

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Siswa adalah manusia berpotensi yang layak dikembangkan untuk mencapai kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai saat ini masih terjebak pada pengembangan kognitif siswa dengan tujuan siswa akan menjadi orang cerdas, prestasi belajar dan nilai tinggi. Sehingga dapat memasuki perguruan tinggi yang berkualitas. Dengan kata lain selama ini sekolah-sekolah cenderung mengabaikan pengembangan kepribadian siswa. Hal ini diperkuat oleh pendapat Cark dalam Willis (2010) yang menyatakan bahwa keadaan disekolah cenderung mengutamakan pendidikan kearah penguasaan iptek, namun lemah dalam pengembangan kepribadian beriman, bertaqwa, kreatif, punya perasaan kemanusiaan, intuisi, dan daya tanggap.

Hal ini juga didukung pendapat Willis (2010) yang menyatakan bahwa: Tekanan sistem sekolah yang berorientasi pengembangan kognitif sering membuat para siswa jenuh, frustasi dan konflik karena mereka tidak mempunyai pilihan lain kecuali belajar dan menghafal. Akibatnya, hasil belajar kurang memuaskan dan muncul gejala-gejala membolos, malas, pertengkaran, menentang guru dan bahkan perkelahian sesama siswa.

(16)

2

Individu dikatakan memiliki locus of control Internal jika percaya bahwa dirinyalah yang mengendalikan dan bertanggung jawab atas kejadian-kejadian tertentu dalam hidupnya. Diketahui eksternal jika individu percaya bahwa lingkungan, keberuntungan, nasib, keadaan dirinya, atau orang lainlah yang mengendalikan keputusan dalam kehidupannya.

Individu yang memiliki locus of control internal percaya bahwa peristiwa yang dialaminya bersumber dari perilaku dan tindakannya sendiri. Seorang siswa yang memiliki locus of control internal ketika tidak mendapatkan hasil yang memuaskan pada ujian di sekolah, mereka akan menyalahkan kurangnya kesiapan dirinya dalam belajar. Jika tampil dengan baik pada ujian, siswa akan berpikir bahwa hal tersebut terjadi karena dirinya telah belajar dengan baik.

Siswa yang memiliki locus of control eksternal percaya bahwa orang lain, nasib, keberuntungan, atau kesempatanlah yang menentukan peristiwa dalam hidup mereka. Jika siswa yang memiliki locus of control eksternal gagal pada ujian, maka siswa tersebut akan menyalahkan pertanyaan ujian yang dirasakannya terlalu sulit. Sedangkan jika mereka tampil dengan baik pada ujian, mereka akan berpikir guru bersikap baik atau mereka beruntung. Siswa tersebut menilai kegagalannya sebagai faktor eksternal.

(17)

3

usaha kita yang belum optimal dan kita harus berusaha lebih baik lagi agar memperoleh keberhasilan. Tetapi pada kenyataannya, sering kali seseorang menyalahkan keadaan dan faktor diluar dirinya serta tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap hasil dari tindakannya tersebut. Kurangnya rasa tanggung jawab akan menyebabkan kegagalan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Washington Irvin dalam Bani (2011) yang menyatakan bahwa 90% kegagalan disebabkan karena kita membiarkan tanggung jawab kita (self-excuse).

Selanjutnya Bani (2011) juga menyatakan individu yang locus of control-nya lebih besar kearah internal memiliki tanggung jawab terhadap hasil dari tindakan yang dilakukannya serta memperbaiki hasil yang belum optimal. Sebaliknya, orang yang locus of control-nya lebih besar ke eksternal akan menunjuk orang lain atau keadaan sebagai penanggungjawab atas nasibnya dan tidak ada perbaikan atas hasil tindakannya.

Menurut Weiner dalam Woolfolk (2009) Internal/eksternal locus of control berhubungan erat dengan perasaan self-esteem. Bila kesuksesan atau kegagalan diatribusikan pada faktor-faktor internal, kesuksesan akan menimbulkan rasa bangga dan meningkatkan motivasi. Sementara kegagalan akan menurunkan self esteem. Gagal pada suatu tugas yang tidak dapat dikontrol menghasilkan perasaan

malu atau marah.

Penelitian yang dilakukan oleh Zulkaida (2007) menyimpulkan bahwa locus of control memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kematangan karir.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurnaimah (2010) menyimpulkan bahwa internal locus of control siswa dalam prestasi belajar dapat ditingkatkan melalui layanan

(18)

4

Beranjak dari hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan bahwa locus of control siswa berpengaruh terhadap kematangan karir dan prestasi belajar siswa

serta dapat dikembangkan di sekolah. Selama ini belum banyak cara yang dilakukan oleh konselor sekolah dan guru bidang studi untuk meningkatkan Internal Locus of control siswa. Keadaan ini menimbulkan masih banyak siswa

yang belum memiliki internal locus of control.

Hasil Alat Ungkap Masalah (AUM) di SMP Negeri 17 Medan, menunjukkan bahwa 85 % siswa di sekolah tersebut memiliki gaya belajar kinestetik. Artinya siswa-siswi tersebut mengalami kesulitan memahami dan memaknai informasi yang disampaikan hanya dengan metode ceramah. Siswa di sekolah tersebut lebih mudah memahami informasi dengan menyentuh, merasakan, mengamati, dan menemukan sendiri informasi yang penting bagi mereka.

Jika keadaan ini dihubungkan dengan masalah perkembangan internal locus of control siswa, muncul dugaan bahwa salah satu penyebabnya adalah cara yang

dilakukan guru atau konselor tidak sesuai untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik. Maka cara yang tepat untuk mengembangkan internal locus of control siswa adalah dengan menggunakan pendekatan konseling individual.

(19)

5

Model konseling individual yang sesuai untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik adalah konseling eklektik dengan media kreatif. Konseling eklektik menurut Thorne dalam Winkel & Hastuti (2004) bermaksud mengembangkan dan memanfaatkan kemampuan konseli untuk berfikir benar dan tepat sehingga konseli mampu dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya (problem solving).

Istilah konseling eklektik menunjuk pada suatu sistematika dalam konseling yang berpegang pada pandangan teoretis dan pendekatan, yang merupakan perpaduan dari berbagai unsur yang diambil atau dipilih dari beberapa konsep serta pendekatan.

Proses konseling pada dasarnya adalah upaya kolaboratif yang bersifat terapetik antara konselor dan konseli dalam mengeksplorasi dan mengkaji berbagai isu yang menjadi masalah bagi konseli serta mengembangkan solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Di satu sisi, proses konseling dapat menjadi sebuah pengalaman yang mencerahkan dan membawa pada pemecahan masalah, namun di sisi lain proses konseling yang tidak efektif dapat menjadi pengalaman yang menjemukan, kurang bermakna, dan berakhir pada kebuntuan.

Untuk menghindari pengalaman yang kurang efektif selama proses konseling berlangsung maka konseling yang diperlukan untuk mengembangkan internal locus of control siswa dengan gaya belajar kinestetik adalah konseling

(20)

6

masalah. Demikian juga halnya dengan siswa, media multisensori dapat diubah dan dimanipulasi untuk menggantikan pikiran dan perasaannya, sehingga menjadi lebih mudah fokus terhadap masalah dan terlibat aktif dalam penggunaan media kreatif.

Beranjak dari fenomena belum semua siswa di sekolah dapat mengembangkan internal locus of controlnya, padahal ini sangat diperlukan dalam perkembangan kepribadian, sementara cara yang dilakukan guru dan konselor belum efektif untuk mengembangkan internal locus of control terutama siswa dengan gaya belajar kinestetik, maka perlu untuk menguji apakah konseling eklektik dengan media kreatif dapat meningkatkan internal locus of control siswa. Studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SMP Negeri 17 Medan pada tanggal 27 Februari 2012 pada siswa-siswi kelas VII-1, dengan memberikan angket untuk menguji locus of control siswa diperoleh data bahwa dari 36 siswa yang diuji ternyata 11 % siswa memiliki eksternal locus of control. Atas dasar hal ini maka disusunlah sebuah penelitian yang berjudul “MENINGKATKAN INTERNAL

LOCUS OF CONTROL MELALUI KONSELING EKLEKTIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KREATIF PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 17 MEDAN“.

1.2 Identifikasi Masalah

1). Mengapa internal locus of control sebagian siswa tidak berkembang disekolah.

(21)

7

3). Bagaimanakah cara yang efektif mengembangkan locus of control siswa. 4). Apakah konseling eklektik dengan media kreatif dapat meningkatkan

internal locus of control siswa.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah-masalah diatas, perlu kiranya dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini agar masalah yang diteliti lebih jelas dan terarah. Masalah penelitian ini dibatasi pada Peningkatan Internal Locus of Control Siswa Melalui Konseling Eklektik Dengan Menggunakan Media Kreatif

Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 17.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah penelitian, dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah :

1). Apakah konseling eklektik dengan menggunakan media kreatif dapat meningkatkan internal locus of control siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan?

1.5 Tujuan Penelitian

(22)

8

1.6 Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memberikan masukan untuk

pengembangan ilmu, khususnya dalam meningkatkan internal locus of

control siswa dengan menggunakan layanan konseling eklektik

melalui media kreatif.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan serta tambahan bagi pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti dan berguna bagi pihak yang berminat pada masalah yang sama.

2) Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan dalam membantu siswa untuk mengembangkan internal locus of control di sekolah

b. Bagi Siswa

Sebagai bahan masukan bagi siswa-siswi SMP Negeri 17 Medan untuk mengembangkan Internal locus of control.

c. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan konseling yang lebih efektif.

d. Bagi Peneliti

Guna mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, sekaligus mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang dipelajari.

(23)

9

(24)

69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarakan hasil penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a) Internal locus of control siswa dapat ditingkatkan melalui konseling eklektik.

b) Konseling eklektik dengan media kreatif dapat digunakan untuk meningkatkan internal locus of control siswa.

c) Konseling eklektik dengan media kreatif dapat meningkatkan internal locus of control siswa.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka peneliti menyarankan: a) Guru bimbingan dan konseling dapat menerapkan konseling eklektik

sebagai salah satu pemilihan teknik konseling untuk meningkatkan internal locus of control dan masalah-masalah lainnya.

b) Orang tua dapat bekerja sama dengan pihak sekolah dalam meningkatkan internal locus of control

(25)

70

(26)

71

DAFTAR PUSTAKA

Arintoko. 2010. Wawancara Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset. Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Bani, A.S (ed.). 2011. Total Confidence. Jawa barat: Bee Media Pustaka.

Calhoun, James F dan Acocella, Joan Ross. 1995. Psychology Of Adjustment and Human Relationship. Ikip Semarang Press.

Coop. RH dan K, White. 1995. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: erlangga. Dewi, Kartika Sari. 2010. Meningkatkan Kemandirian Siswa Untuk Mengatasi

Masalah Penyesuaian Diri Melalui Konseling Realita di SMA Negeri 4 Medan. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. Skripsi tidak diterbitkan.

Gilliland. 1984. Tahapan-tahapan Konseling Eklektik. Dalam http://duniaku-suka.blogspot.com/2011/11/ tahapan-tahapan-konseling-eklektik. html (diakses pada tanggal 18 Maret 2012)

Gladding, Samuel T. 2012. Konseling Profesi Yang Menyeluruh, edisi keenam. Jakarta: PT Indeks.

Gunarsa, Singgih D. 1992. Konseling dan psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia. Hidayat, Dede Rahmat dan Badrujaman, Aip. 2012. Penelitian Tindakan dalam

Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Indeks.

Hook, Peter dkk. 2011. Strategi Membimbing dan Mengarahkan. Jakarta: Erlangga.

Nurnaimah. 2010. Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Internal Locus Of Control Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Medan T.A 2010/2011. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. Skripsi tidak diterbitkan. Prayitno dan Amti, Erman. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling.

Bandung: Erlangga.

Prayitno. 2012. Jenis Layanan Dan Kegiatan Pendukung Konseling. Universitas Negeri Padang.

(27)

72

72

Santrock, Jhon W. 2003. Adolescence. Jakarta: Erlangga.

Shertzer dan Stone. 2011. Teori Konseling Eklektik. Dalam http://duniaku-suka.blogspot.com/2011/11/teori-konseling-eklektik.html. (diakses pada tanggal 18 Maret 2012).

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Pt Grasindo.

Soemanto, Wasty. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina aksara.

Sokhi, Parno. 2010. Perbedaan Orientasi locus of control Antara Mahasiswa yang Aktif Dengan yang Tidak Aktif Berorganisasi di UMA. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Medan Area. Skripsi tidak diterbitkan. Sujarwo. 2009. Hubungan Antara Locus Of Control Dengan Job-Stress Pada

Karyawan DI PT PLN Wilayah Sumatera Utara. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Medan Area. Skripsi tidak diterbitkan.

Sunarto dan Hartono, Agung. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Rineka cipta.

Surya, Mohamad. 2003. Psikologi Konseling. Bandung: C.V. Pustaka Bani Quraisy.

Woolfolk, Anita. 2009. Educational Psychology Active Learning Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Winkel, W.S dan Hastuti, Sri. 2004. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Willis, Sofyan S. 2010. Konseling Individual, Teori dan Praktek cetakan kelima. Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait