PERANAN TNI DIBIDANG KEKUATAN SOSIAL
POLITIK DALAM MEWUJUDKAN
STABILITAS KEAMANAN
DIMASA ORDE BARU
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Utuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
GONGGOM SILAEN 071233210054
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
GONGGOM SILAEN. NIM 071233210054. PERANAN TNI DIBIDANG KEKUATAN SOSIAL POLITIK DALAM MEWUJUDKAN STABILITAS KEAMANAN DI MASA ORDE BARU. SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH, FAKULTAS IlMU SOSIAL, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan TNI di bidang kekuatan sosial politik dalam mewujudkan stabilitas di masa Orde Baru. Metode penelitian yang dilakukan dalam penenlitian ini didasarkan kepada metode penelitian sejarah. Dengan teknik pengumpulan data menggunakan library research.
Untuk menganalisis data maka dilakukan beberapa tahapan yaitu menemukan sumber data maupun informasi yang relevan dengan cara mengelompokkan data yang berkenan dengan peranan TNI dibidang kekuatan sosial politik dalam mewujudkan stabilitas keamanan di masa orde baru. Selanjutnya adalah verifikasi data yaitu keritik sumber data berdasarkan otensitas dan kredibilitas data. Kemudian menginterpretasikan data yaitu merangkai fakta-fakta dari sumber-sumber sejarah menjadi suatu kesatuan pengertian berdasrkan sumber-sumber yang diperoleh dari pengumpulan data sehingga dapat dianalisis. Dan tahap terakhir adalah menyajikan (rekontruksi) kembali fakta-fakta sejarah ke dalam tahap pembahasaan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh bahwa peranan TNI dibidang kekuatan sosial poolitik dalam mewujudkan stabilitas keamanan dimasa orde baru dilatar belakangi oleh konsep dwifungsi atau jalan tengah ABRI. Keterlibatan ABRI dalam sosil-politik erat kaitannya dengan konsep dwifungsi ABRI sebagai doktrinnya. Konsep dwifungsi juga terkandung secara implisit pada gagasan Mayjen A.H. Nasution (Kepala Staf AD) pada tahun 1958 dengan konsep “jalan tengah”, di mana peran tentara tidak terbatas pada tugas profesional militer belaka. Pada awal Orde Baru, dwifungsi dalam arti struktural terus dijalankan karena perwira-perwira ABRI terus memainkan peranan penting dalam struktur pemerintahan secara langsung. Dimana militer menjadi kunci hampir di semua jabatan pemerintahan, baik eksekutif, legislatif, dan lembaga-lembaga negara lainnya. ABRI dalam pelaksanaan kiprahnya khususnya sebagai kekuatan sosial politik menduduki jabatan-jabatan penting, seperti Presiden beberapa Lembaga Tinggi Negara dan menduduki beberapa pos Menteri, serta Gubenur untuk beberapa dekade masih dikuasai ABRI.
Lebih jauh ditandaskan bahwa ABRI dikatakan juga sebagai kekuatan sosial politik merupakan penjelmaan panggilan tugas, tekad dan ketetapan hati sebagai prajurit pejuang yang senantiasa manunggal dengan rakyat di dalam keperansertannya menentukan tujuan, haluan dan politik negara yang mengemban fungsinya dengan menampilkan diri sebagai pelopor, dinamisator, dan stabilisator negara.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Peranan TNI Dibidang Kekuatan Sosial Politik Dalam Mewujudkan Stabilitas Keamanan Di Masa Orde Baru”, sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak berupa moril maupun material. Maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati penulis dalam setiap perjalanan
hidup serta mengajarkan penulis akan arti pengertian, ketegaran,dan kesabaran dalam hidup.
Orangtua penulis, H. Silaen yang telah bekerja keras untuk mendidik dan
membesarkan penulis dan Ibu L. Tambunan yang telah melahirkan penulis ke dunia ini dan menjadi inspirasi penulis agar tetap berjuang. Dan tidak lupa kepada adek-adek penulis sayangi Lisbet Silaen, Maria Silaen, dan Sahala Tigor Marudut Silaen.
Kepada seseorang yang teristimewa dalam hidupku, yang selalu memberikan
Bapak Drs. Ponirin, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia dan meluangkan waktu untuk memberi arahan serta sabar dalam memberi bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Kepada Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si sebagai penguji ahli, Bapak Dr.
Phil Ichwan Azhari, MS sebagai penguji utama dan Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si sebagai pembanding bebas yang telah banyak memberikan massukan terhadap penyelesaian skripsi ini.
Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor UNIMED beserta stafnya.
Bapak Drs.H.Restu MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta stafnya.
Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
dan juga Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah.
Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Sejarah Fakulras Ilmu Sosial Universitas
Negeri Medan..
Buat para sahabat : Tagon galink, Piuk Sheva, Van Berz Sihole, Hendry Error,
Asroy Purba, Risman Harahap, Amsoni Sihombing, Anton Harison Sihotang dan teman-teman sekret gerakan perubahan yang telah banyak memberikan bantuan.
Kepada teman-teman di Sejarah khususnya Reguler 07.
Kepada semua personil TORPEDO FC yang selalu memberikan doa dan
Kepada teman-teman kostku di tempat.
Buat teman seperjuangan PPLT 2010 di SMK TI HARAPAN, Stabat,
Kabuapaten Langkat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna baik isi, teknik penulisan, maupun nilai ilmiahnya, mengingat keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman. Oleh sebab itu dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimah kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan jika ada pihak yang terlewatkan mendapatkan ucapan terima kasih, saya dengan tulus mengucapakan mohon maaf. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi bahan masukan bagi yang membutuhkannya.
Medan, Agustus 2013 Penulis
DAFTAR ISI
ABSTARAK... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1
B. Identifikasi masalah... 4
C. Pembatasan Masalah... 4
D. Rumusan Masalah... 5
E. Tujuan Penelitian... 5
F. Manfaat Penelitian... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kerangka Konsep... 7
B. Kerangka Teori... 13
C.Kerangka Berpikir... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Sejarah... 18
B. Sumber Data... 18
C. Teknik Pengumpulan Data... 19
D. Teknik Analisis Data... 20
BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Penelitian... 22
B. Latar Belakang TNI sebagai Kekuatan Sosial Politik.. 27
C. Konsep dan Landasan Dwifungsi ABRI/TNI... 30
D. TNI Sebagai Kekuatan Sosial politik di Masa Orde Baru 1. Dalam Bidang Sosial... 37
2. Dalam Bidang Politik... 38
a. Politik Sentralisasi di tangan Eksekutif... 39
b. Pendekatan Keamanan... 41
c. Dominasi Militer dan Perluasan Dwifungsi ABRI. 42
d. Rendahnya Apresiasi terhadap Supremasi Hukum dan HAM... 46
e. Otoritas Birokrasi yang Berlebihan... 48
f. Sistem Komando... 49
E. Pengaruh TNI Sebagai Kekuatan Sosial Politik Dalam Kaitannya Dengan Mewujudkan Stabilitas Keamanan... 50
1. Dalam Bidang Sosial... 52
2. Dalam Bidang Politik... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN... 59
B. SARAN... 63
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah Indonesia kembali melalui kekerasan senjata. TNI merupakan perkembangan organisasi yang berawal dari Badan Keamanan Rakyat (BKR). Selanjutnya pada tanggal 5 Oktober 1945 menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan untuk memperbaiki susunan yang sesuai dengan dasar militer international, dirubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).
Dalam perkembangan selanjutnya usaha pemerintah untuk menyempurnakan tentara kebangsaan terus berjalan, seraya bertempur dan berjuang untuk menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa. Untuk mempersatukan dua kekuatan bersenjata yaitu TRI sebagai tentara regular dan badan-badan perjuangan rakyat, maka pada tanggal 3 Juni 1947 Presiden mengesyahkan dengan resmi berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Orde Baru. Istilah ini sebelumnya tidak digunakan atau jarang terdengar, meskipun konsepnya sudah ada.
Seperti doktrin perjuangan TNI yang dihasilkan dalam seminar TNI Tri Ubaya Cakti yang dihasilkan dalam seminar TNI-AD (April 1965) yang antara lain menegaskan bahwa “sebagai Golongan Karya Angkatan Bersenjata... merupakan suatu kekuatan sosial politik dan kekuatan militer. Konsep dwifungsi juga terkandung secara implisit pada gagasan Mayjen A.H. Nasution (Kepala Staf AD) pada tahun 1958 dengan konsep “jalan tengah”, di mana peran tentara tidak terbatas pada tugas profesional militer belaka, Rahman (1998:145).
Pada awal Orde Baru yang terus berlanjut sampai sekarang, dwifungsi dalam arti struktural terus dijalankan karena perwira-perwira ABRI terus memainkan peranan penting dalam struktur pemerintahan secara langsung. Dimana militer menjadi kunci hampir di semua jabatan pemerintahan, baik eksekutif, legislatif, dan lembaga-lembaga negara lainnya, Rahman (1998 :146).
Nampaknya ini sejalan dengan dengan upaya pemerintah mewujudkan stabilitas sebagai prasyarat terlaksananya pembangunan. Pandangan mereka dan bukti sejarah menunjukkan, bahwa hanya ABRI yang dapat menjamin stabilitas pembagunan ekonomi di Indonesia. Sekiranya ABRI mundur dari partisipasi aktifnya dalam bidang pemerintahan, apakah stabilitas politik mampu terjamin dan proses pembangunan ekonomi tidak terganggu. Selain itu, apakah tanpa ABRI pemerintah mampu mengatasi peristiwa-peristiwa yang disebabkan oleh SARA dan mampu menjamin integritas bangsa dan negara?
ABRI dalam pelaksanaan kiprahnya khususnya sebagai kekuatan sosial politik menduduki jabatan-jabatan penting, seperti Presiden beberapa Lembaga Tinggi Negara dan menduduki beberapa pos Menteri, serta Gubenur untuk beberapa dekade masih dikuasai ABRI.
menampilkan diri sebagai pelopor, dinamisator, dan stabilisator negara, Rahman (1998:149)
Dari pandangan dan gambaran yang dipaparkan diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan pengkajian tentang Peranan TNI Dibidang Kekuatan Sosial Politik Dalam Mewujudkan Stabilitas Keamanan Di Masa Orde Baru.
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti dapat mengindentifikasi masalah yaitu :
1. Latar belakang TNI mempunyai peranan Di Bidang Kekuatan Sosial Politik Dalam Mewujudkan Stabilitas Keamanan Di Masa Orde Baru. 2. Peranan TNI Di Bidang Sosial Politik Di Masa Orde Baru
3. Pengaruh TNI sebagai kekuatan sosial politik dalam kaitannya dengan mewujudkan stabilitas keamanan.
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka peneliti dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana latar belakang TNI Sebagai Kekuatan Sosial Politik.
2. Bagaimanakah Keberadaan TNI Sebagai Kekuatan Sosial Politik di Masa Orde Baru
3. Bagaimana pengaruh TNI sebagai kekuatan sosial politik dalam kaitannya dengan mewujudkan stabilitas keamanan.
E. Tujuan Penelitian
Untuk mencapai suatu sasaran tertentu maka selalu berpegang pada tujuan, dimana tujuan itulah yang merupakan gambaran dari masalah yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui apakah latar belakang TNI mempunyai peranan dibidang Kekuatan Sosial Politik Di Masa Orde Baru.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah Peranan TNI Di Bidang Sosial Politik Di Masa Orde Baru
F. Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu berdasarkan tujuan di atas, maka manfaat yang ingin diperoleh sesudah melakukan penelitian ini adalah
1. Memberi sumbangan Ilmiah tentang sejarah Peranan TNI Di Bidang Kekuatan Sosial Politik Dalam Mewujudkan Stabilitas Keamanan Di Masa Orde Baru.
2.Memberikan informasi serta dapat memperluas pengetahuan bagi peneliti, akademisi dan masyarakat sehubungan dengan Peranan TNI Di Bidang Kekuatan Sosial Politik Dalam Mewujudkan Stabilitas Keamanan Di Masa Orde Baru.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang Peranan TNI Di Bidang Kekuatan Sosial Politik Dalam Mewujudkan Stabilitas Keamanan Di Masa Orde Baru
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Latar belakang TNI sebagai kekuatan Sosial Politik di Masa Orde Baru yaitu keterlibatan TNI dalam sosial politik erat kaitannya dengan konsep dwifungsi ABRI sebagai doktrinnya. Seperti doktrin perjuangan TNI yang dihasilkan dalam seminar TNI Tri Ubaya Cakti pada tahun 1965 yang antara lain menegaskan bahwa “sebagai Golongan Angkatan Bersenjata,
merupakan suatu kekuatan sosial politik dan kekuatan militer. Konsep dwifungsi ABRI juga terkandung secara implisit pada gagasan Mayjen A.H. Nasution (Kepala Staf AD) pada tahun 1958 dengan konsep “jalan tengah”, dimana peran tentara tidak terbatas pada tugas profesional militer
belaka. Inilah yang mengakibatkan pada awal Orde Baru dwifungsi dalam arti struktural terus dijalankan karena perwira-perwira ABRI memainkan peran penting dalam struktur pemerintahan secara langsung. Dimana militer menjadi kunci hampir disetiap jabatan pemerintahan, baik eksekutif, legislatif, dan lembaga-lembaga negara lainnya.
Peranan TNI dalam bidang sosial sangat penting terutama dalam menajaga stabilitas keamanan berbangsa dan bernegara dalam menjamin terlaksananya proses demokrasi. Untuk mencapai stabilitas tersebut pemerintahan Orde Baru memberikan pendekatan keamanan dengan memberikan tanggung jawab tersebut kepada ABRI.
b. Dalam bidang politik
Keterlibatan ABRI dalam sosial-politik erat kaitannya dengan konsep dwifungsi ABRI. Konsep ini juga terkandung secara implisit pada gagasan Mayjen A.H. Nasution (Kepala Staf AD) pada tahun 1958 dengan konsep “jalan tengah” dimana peran tentara tidak terbatas pada
tugas profesionalisme militer belaka. Konsep jalan tengah tentara oleh Mayjen A.H. Nasution dan UUD 1945 telah membei legitimasi yang kuat kepada golongan fungsional, termasuk tentara untuk masuk kedalam politik negara.
TNI telah menguasai berbagai aspek kehidupan dengan praktik-praktik yang tidak wajar. Mereka dijadikan sebagai alat kekuasaan oleh Presiden Soeharto. Soeharto mendayagunakan peran sosial politik ABRI untuk mewujudkan stabiltas politik dan ekonomi dengan menciptakan format politik Orde Baru.
Politik Sentralisasi di Tangan Eksekutif
Pendekatan Keamanan
Dominasi Militer dan Perluasan Dwifungsi ABRI
Rendahnya Apresiasi terhadap Supremasi Hukum dan HAM
Otoritas Birokrasi yang Berlebihan.
Pelaksanaan sistem Komando.
3. Pengaruh TNI sebagai kekuatan Sosial Politik dalam kaitannya dengan mewujudkan stabilitas keamanan di masa orde baru adalah sebagai berikut a. Dalam Bidang Sosial
tidak membolehkan organisasi atau kelompok kepentingan yang ingin bebas dari negara. Akses terhadap lembagara negara juga sulit diwujudkan, karena pemerintah Orde Baru melarang partisipasi politik rakyat. Rakyat hanya dikehendaki menerima saja kebijakan pemerintah, apalagi unjuk rasa dilarang keras oleh pemerintah.
b. Dalam Bidang Politik
mencerminkan proses elektoral yang dikontrol ketat oleh pemerintah yang kekuasaannya didukung oleh ABRI, untuk memperlihatkan keabsahannya kepada rakyat dan dunia luar.
Pemilihan umum memang dilakukan secara berkala lima tahun sekali, namun itu hanya melegitimasi penguasa. Partai terlalu dikekang, tidak ada kebebasan, calon-calon diseleksi pemerintah dan masih banyak lagi hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.
A. Saran
Adapun saran-saran yang diajukan berhubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Perlu dilakukan pembatasan kewenangan seorang ABRI dalam konstitusi
karena Fungsi dimana Dwifungsi ABRI yang terkait dengan keterlibatan tentara Indonesia dalam politik akibat dari kondisi yang menuntutnya, seperti kondisi darurat perang dapat mungkin terjadi lagi
Kehendak tentara untuk ikut serta dalam pembinaan negara sementara
tentara tidak mau hanya sekedar sebagai pengendali keamanan dan stabilitas negara jangan sampai disalahgunakan sebagai alat perluasan politik
Hukum yang berlaku sekarang semestinya menjadi pelindung kehidupan
Sehingga Hukum tidak lebih memfasilitasi kehendak penguasa politik, dan menyebabkan penegakannya menjadi sangat lemah karena campur tangan politik yang sangat dominan. Apabila hal ini terus berlangsung maka hukum akan kembali pada masa Orde Baru yaitu tidak melindungi masyarakat, tetapi merugikan masyarakat, terbukti dari banyaknya kebijakan yang melanggar aturan.
Hukum yang dibuat untuk menjamin pelaksanaan dan hak-hak dasar
warga negara serta kewajibannya termasuk tentara (ABRI) jangan sampai disalahgunakan dalam kewajiban belanegara sehingga apabila disalahgunakan maka dalam pelaksanaannya hukum dibuat untuk melayani dan melegitimasi kekuasaan semata-mata.seperti pada masa Orde Baru.