• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN TERJADINYA NEUROPATI SENSORIK DIABETIK Hubungan Antara Lama Menderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Terjadinya Neuropati Sensorik Diabetik Di RSUD Salatiga.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN TERJADINYA NEUROPATI SENSORIK DIABETIK Hubungan Antara Lama Menderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Terjadinya Neuropati Sensorik Diabetik Di RSUD Salatiga."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN TERJADINYA NEUROPATI SENSORIK DIABETIK

DI RSUD SALATIGA

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh :

Dwi Lestari J 500 110 073

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)
(3)

ABSTRAK

Hubungan Antara Lama Menderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Terjadinya Neuropati Sensorik Diabetik di RSUD Salatiga

Dwi Lestari, Nur Hidayat, Erika Diana Risanti Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diabetes Melitus Tipe 2 terjadi akibat resistensi tubuh terhadap efek insulin yang diproduksi oleh sel β pankreas. Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan kasus terbanyak di Indonesia. Menderita diabetes melitus yang lama dan tidak terkontrol menyebabkan timbulnya berbagai komplikasi salah satunya adalah neuropati sensorik diabetik. Neuropati sensorik diabetik adalah gangguan sistem saraf perifer. Hiperglikemi persisten disinyalir merupakan faktor risiko terjadinya neuropati sensorik diabetik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama menderita diabetes mellitus tipe 2 dengan terjadinya neuropati sensorik diabetik.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan sampel sebanyak 35 pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Salatiga yang sudah memenuhi kriteria restriksi. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square secara bivariat.

Analisis statistik Chi-Square didapatkan X2 = 20,896 (<X2 tabel = 3,841) dan pvalue = 0,000 (<α = 0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara lama menderita diabetes melitus tipe 2 dengan terjadinya neuropati sensorik diabetik. Lama menderita diabetes melitus kurang dari sepuluh tahun dengan proporsi terbanyak mengalami neuropati sensorik sedang sebesar 51,42%.

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara lama menderita diabetes mellitus tipe 2 dengan terjadinya neuropati sensorik diabetik.

(4)

ABSTRACT

Relationship between the length of Type 2 Diabetes Mellitus Suffering Time and Diabetic Sensory Neuropathy at RSUD of Salatiga

Dwi Lestari, Nur Hidayat, Erika Diana Risanti Medical Faculty Muhammadiyah Surakarta University

Type 2 Diabetes Mellitus occurs as a result of the body's resistance to the effects of insulin produced by the pancreatic β cells. Type 2 Diabetes Mellitus is the largest case in Indonesia. Having diabetes mellitus for a long time and uncontrolled caused various complications such as diabetic sensory neuropathy. Diabetic sensory neuropathy is a disorder of the peripheral nervous system. Persistent hyperglycemia suspected as a risk factor for diabetic sensory neuropathy.

The purpose of this study to determine the relationship between the length of time of suffering Type 2 Diabetes Mellitus and Diabetic Sensory Neurophaty occurrence.

The cross sectional method used for this reseach. The number of patient data sample is 35 that already passed restriction criteria. The instrument used in this research is a questionnaire. The data analyzed using Chi-Square test bivariate.

Chi-Square statistical analysis obtained X2 = 20.896 (<X2 table = 3.841) and p value = 0.000 (<α = 0.05) means that there is a significant relationship between length of diabetes mellitus suffering time with diabetic sensory neuropathy occurrence. Long suffered from diabetes for less than ten years with the highest proportion of sensory neuropathy is at 51.42%.

Based on the data analysis can be concluded that there is relationship between length of diabetes mellitus suffering time with diabetic sensory neuropathy occurrence.

(5)

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemi akibat kerusakan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemi kronis pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kelainan organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2014).

Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak menular. Diabetes Melitus yang terdiagnosis oleh dokter sebesar 2,1% dan

prevalensi terdiagnosis paling tinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), Kalimantan Timur (2,3%), dan Jawa Tengah (1,6%). Prevalensi diabetes terdiagnosis atau dengan gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%) (Riskesdas, 2013).

Prevalensi Diabetes Melitus terus meningkat dalam dekade terakhir yaitu 1,5% pertahun di AS dan menimbulkan komplikasi sekunder. Komplikasi akut berupa ketoasidosis diabetik, hiperosmoler non ketotik dan hipoglikemi. Komplikasi kronis termasuk neuropati, nefropati, retinopati, penyakit jantung iskemik, infark miokard, stroke dan sebagainya. Komplikasi kronis yang utama adalah neuropati 29,5% dan nefropati 15,7% (Worku, 2010).

Penderita diabetes jangka panjang sekitar 60-70% mengalami gejala neuropati diabetik. Neuropati diabetik penyebab dari 50-70% amputasi non-traumatik. Neuropati diabetik berpengaruh terhadap kualitas hidup yang berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas (Jack et al, 2012). Lama menderita Diabetes Melitus dengan rata-rata 8,5±7,0 tahun sebanyak 97,5% pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 menimbulkan beberapa komplikasi, diantaranya adalah neuropati diabetik (67,2%), retinopati diabetik (42%), nefropati diabetik (7,3%), komplikasi

mikrovascular (16%) dan makrovascular (27,6%) (Soewondo et al, 2010).

(6)

Selain itu, hiperglikemi kronis memicu terbentuknya advance glycosilation end product (AGEs) dan berpotensi merusak semua protein tubuh, termasuk sel saraf karena sifatnya yang toksik. Terbentuknya AGEs dan sorbitol, menurunkan fungsi nitric oxide, vasodilatasi berkurang, aliran darah ke saraf menurun, dan penurunan kadar mioinositol dalam sel saraf menyebabkan neuropati (Subekti, 2009).

Neuropati diabetik simtomatik ditemukan pada 28,5% dari 6.500 pasien diabetes melitus. Hasil studi yang dilakukan oleh Rochester ditemukan neuropati diabetik sebanyak 13% dengan lebih dari setengahnya ditemukan neuropati

dengan pemeriksaan klinis. Pada studi lain melaporkan kelainan kecepatan hantaran saraf terdapat pada 15,2% pasien baru diabetes melitus dan tanda klinis neuropati ditemukan pada 2,3% pasien (Subekti, 2009).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RSUD Salatiga pada bulan Desember 2014. Sampel yang digunakan pada penelitian adalah pasien rawat jalan dan rawat inap di RSUD Salatiga. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, jumlah sampel 35 responden. Intrumen penelitian ini menggunakan kuesioner DNS-score. DNS-score merupakan alat pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkan diagnosis neuropati sensorik diabetik. Alat tersebut telah banyak diuji dan hasilnya menunjukkan bahwa DNS-score mampu mengklasifikasikan apakah penderita diabetes melitus disertai neuropati atau tidak. Uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan oleh Jayaprakash (2011) menunjukkan konsistensi penilaian hubungan kekuatan yang signifikan dengan nilai r = 0,546 dan P<0,001. Prosedur penelitian yang dilakukan pertama adalah pengumpulan data responden yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner

(7)

HASIL PENELITIAN

Sebelum penelitian, sampel telah menyetujui surat persetujuan dan mengisi kuesioner. Sampel kemudian dipilih berdasarkan kriteria ristriksi yang telah ditetapkan. Data yang diperoleh berjumlah 45 orang, namun yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 35 orang. 10 orang lainnya masuk pada kriteria eksklusi dan tidak digunakan dalam penelitian.

Tabel 1. Korelasi Lama Menderita Diabates Melitus dengan Terjadinya Neuropati Sensorik Diabetik

Neuropati Sensorik Lama Menderita

DM

Sedang n %

Berat n %

Total n %

X2 P.value

< 10 tahun 18 51,42 1 2,86 19 54,29 20,896 <0,000

> 10 tahun 3 8,56 13 37,14 16 45,71

Total 21 60 14 40 35 100

(8)

20,896 (<X2 tabel = 3,841) dan pvalue = 0,000 (<α = 0,05) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, maka ada hubungan lama menderita diabetes melitus dengan terjadinya neuropati sensorik diabetik.

Pada penelitian ini menujukkan bahwa lama menderita diabetes melitus kurang dari sepuluh tahun dengan proporsi terbanyak mengalami neuropati sensorik sedang sebesar 54,29%.

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama menderita diabetes melitus tipe 2 dengan terjadinya neuropati sensorik diabetik. Pada penelitian ini menujukkan bahwa lama menderita diabetes melitus kurang dari sepuluh tahun dengan proporsi terbanyak mengalami neuropati sensorik sedang sebesar 51,42%.

Perbedaan proporsi pada lama menderita diabetes melitus dengan terjadinya neuropati sensorik secara statistik menunjukkan hubungan yang signifikan. Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai X2 = 20,896 (<X2 tabel = 3,841) dan p value = 0,000 (<α = 0,05) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, maka ada hubungan lama menderita diabetes melitus dengan terjadinya neuropati sensorik diabetik.

Penelitian yang dilakukan ini, hasilnya tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Soewondo, P., Soegondo, S., Suastika, M., Pranoto, A., Soetmadji, W.D., Tjokropawiro, S., (2010) dalam The DiabCare Asia 2008 study-Outcome on control and complications of type 2 diabetic patient

in Indonesia menunjukkan bahwa lama menderita diabetes melitus lebih dari lima tahun sampai kurang dari sepuluh tahun mengalami neuropati sensorik sebanyak 67,17% dengan nilai p< 0.001. Penelitian sebelumnya yang dilakukan

(9)

Hal tersebut sesuai dengan teori Tandra (2008), bahwa lamanya menderita diabetes melitus dengan kadar glukosa darah yang tinggi, akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memvaskularisasi saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yaitu neuropati diabetik.

Beberapa teori yang menjelaskan patogenesis neuropati diabetik diantaranya adalah faktor metabolik, kelainan vascular, mekanisme imun, dan peran Nerve Growth Factor (NGF). Penekanan utama diberikan pada teori faktor metabolik sebagai proses terjadinya neuropati diabetik. Teori faktor metabolik

menjelaskan bahwa hiperglikemi mengakibatkan peningkatan aktivitas jalur poliol (glukosa-sorbitol-fruktosa) dalam jaringan saraf. Peningkatan aktivitas jalur tersebut sesuai dengan kadar glukosa plasma. Akibatnya pada jaringan saraf akan terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa serta penurunan kadar mioinositol yang mengakibatkan terjadinya neuropati (Subekti, 2009).

Menurut Subekti (2009) tingginya angka kejadian dan derajat keparahan neuropati diabetik bervariasi sesuai dengan usia, lama menderita diabetes melitus, kendali glikemik, dan fluktuasi kadar glukosa darah sejak terdiagnosis diabetes melitus. Dari berbagai faktor risiko yang berperan pada mekanisme patogenik neuropati diabetik, hiperglikemi persisten sebagai kunci utama proses patologis yang menginduksi kerusakan saraf dan mengakibatkan neuropati diabetik (Sudoyo, 2009).

Terdapat kelemahan pada penelitian ini yaitu, tidak dikendalikanya variabel perancu yaitu: usia, jenis kelamin, kendali glikemik dan status hipertensi. Tidak dikendalikanya variabel perancu karena terdapat keterbatasan waktu dan pada kenyataan yang ada di lapangan bahwa kasus dari neuropati sensorik diabetik di RSUD Salatiga pada saat penelitian tidak terlalu banyak hanya didapatkan 43 kasus neuropati sensorik diabetik dari 45 pasien Diabetes Melitus

(10)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Salatiga pada bulan Desember 2014, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara lama menderita diabetes melitus tipe 2 dengan terjadinya neuropati sensorik diabetik.

SARAN

Saran pada penelitian ini adalah perlunya memberikan penyuluhan mengenai pengaruh lama menderita Diabetes Melitus Tipe 2 dan komplikasi yang

ditimbulkan sehingga dapat membantu penderita diabetes maupun masyarakat untuk mengetahui, memahami, mencegah, dan mengobati lebih dini penyakit Diabetes Melitus agar tidak menimbulkan komplikasi lebih lanjut, untuk penelitian selanjutnya disarankan agar mengendalikan variabel perancu untuk mengurangi kelemahan dalam penelitian, dan menggunakan variabel yang lain serta sampel yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association., 2014. Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus. Diabetes Care. 37: 1.

Jack, M.M., Wright, D.E., 2012. The Role of Advanced Glycation Endproducts and Glyoxalase I in Diabetic Peripheral Sensory Neurophaty. NIH Public Access. 159(5):355-365.

Jayaprakash, P., Bhansali, S., Dutta, P., Anantharaman, R., Shanmugasundar, G., Ravikiran, M., 2011. Validation of bedside methods in evaluation of diabetic peripheral neurophaty. Indian J Med Res. 133(6):654-649.

Riset Kesehatan Dasar., 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Indonesia.

(11)

control and complications of type 2 diabetic patient in Indonesia. Med J Indones. 19:235-44.

Subekti, I., 2009. Neuropati Diabetik: Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pp.1947-51.

Suyono, S., 2009. Diabetes Melitus di Indonesia: Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia pp.1877-79.

Tandra, H., 2008. Komplikasi Diabetes Kronis. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.h:44-45. Worku, D., Hamza, L., Woldemichael, K., 2010. Patterns of Diabetic

Referensi

Dokumen terkait

Hendro Gunawan, MA

Laporan keuangan adalah instrument yang tepat untuk dijadikan bahan. analisa kinerja BKK dari tahun ke

mengajar di sekolah yang patut diteliti untuk memperoleh gambaran tentang model pembelajaran yang akan diterapkan, (2) Melakukan studi pendahuluan terhadap

1) Pertumbuhan dan perkembangan hewan dan tumbuhan: pertumbuhan dan perkembangan hewan, pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, reproduksi hewan dan

Berdasarkan hasil observasi, hasil evaluasi dan hasil ulangan harian siswa tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa siswa masih belum memahami dengan baik materi bilangan berpangkat,

The result of this research shows that are: (1) There are 4 levels errors; substance errors, grammar errors, lexical errors, and discourse errors, and classified into 18 errors

Routing is designed by Transportation Salesperson Problem and Genetic Algorithm is used to make optimization.. The methodology framework is bellow on

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi pada PRSE di Desa Cibogo adalah