viii ABSTRAK
Caecilia Anis Pratiwi. 2017. Kesiapan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman untuk Memanfaatkan Internet sebagai Sumber Belajar Fisika. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman dalam memanfaatkan internet sebagai sumber belajar Fisika. Penelitian ini dilaksanakan di tujuh Sekolah Menengah Atas yang ada di Kabupaten Sleman pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner kesiapan sekolah, observasi dan wawancara kepada kepala sekolah. Data yang diperoleh diperkuat dengan melakukan observasi dan crosscheck terhadap guru fisika, staf ahli dan siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, 71,42 % dari jumlah sekolah telah siap untuk memanfaatkan internet sebagai sumber belajar. Aspek yang paling siap adalah sumber daya manusia, yaitu sebesar 85,71 % dari jumlah sekolah. Sedangkan aspek yang paling rendah kesiapannya adalah sarana prasarana yaitu sebesar 42,86 % dari jumlah sekolah. Besarnya kesiapan aspek kebijakan sekolah adalah 57,13% dari jumlah sekolah. Fakta itu menunjukkan bahwa perlu adanya peningkatan pengadaan sarana prasarana untuk menunjang pemanfaatan internet.
ix ABSTRACT
Caecilia Pratiwi Anis. 2017. The School Readiness of Senior High School in Sleman Regency for Internet Exploration as the Sources of Learning Physics. A Thesis, Physic Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The purpose of this research are to find out the school readiness of Senior High School in Sleman regency for Internet Exploration as the Sources of Learning Physics. This research was conducted at seven Senior High School in Sleman Regency in the second semester of the 2015/2016 academic year. The used instruments in data collection i.e. school readiness questionnaire, observation and interviews for the headmaster of each school. The obtained data confirmed by observation and crosscheck with the physics teacher, expert staff and students.
The results showed that overall, 71.42% of the number of schools are ready to use the Internet as a learning resource. Aspects of the most prepared are human resources, amounting to 85.71% of the number of school. While most aspects of the low readiness is the infrastructure that is equal to 42.86% of the number of school. The amount of the regulation aspects of school readiness is 57.13% of the number of school. The facts show that it is necessary to support the use of the Internet.
KESIAPAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN SLEMAN UNTUK MEMANFAATKAN INTERNET SEBAGAI
SUMBER BELAJAR FISIKA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Caecilia Anis Pratiwi
121424022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
KESIAPAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN SLEMAN UNTUK MEMANFAATKAN INTERNET SEBAGAI
SUMBER BELAJAR FISIKA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Caecilia Anis Pratiwi
121424022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Tuhan yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kupersembahkan skripsi ini sebagai bentuk ucapan syukur dan
tanda terima kasihku untuk semua orang yang selalu mendoakanku,
mendukungku, memotivasiku untuk terus selalu berusaha melakukan yang
terbaik. Skripsi ini ku persembahkan untuk :
Tuhan Yang Maha Esa yang selalu meyertai setiap langkahku
Keluargaku tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan yang
terbaik untukku.
Teman-teman yang selalu siap mendengarkan keluhanku dan selalu
membantuku di saat aku membutuhkan pertolongan
v MOTTO
“ Sukses bukanlah akhir dari segalanya, kegagalan bukanlah
sesuatu yang fatal : namun keberanian untuk meneruskan
viii ABSTRAK
Caecilia Anis Pratiwi. 2017. Kesiapan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman untuk Memanfaatkan Internet sebagai Sumber Belajar Fisika. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman dalam memanfaatkan internet sebagai sumber belajar Fisika. Penelitian ini dilaksanakan di tujuh Sekolah Menengah Atas yang ada di Kabupaten Sleman pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner kesiapan sekolah, observasi dan wawancara kepada kepala sekolah. Data yang diperoleh diperkuat dengan melakukan observasi dan crosscheck terhadap guru fisika, staf ahli dan siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, 71,42 % dari jumlah sekolah telah siap untuk memanfaatkan internet sebagai sumber belajar. Aspek yang paling siap adalah sumber daya manusia, yaitu sebesar 85,71 % dari jumlah sekolah. Sedangkan aspek yang paling rendah kesiapannya adalah sarana prasarana yaitu sebesar 42,86 % dari jumlah sekolah. Besarnya kesiapan aspek kebijakan sekolah adalah 57,13% dari jumlah sekolah. Fakta itu menunjukkan bahwa perlu adanya peningkatan pengadaan sarana prasarana untuk menunjang pemanfaatan internet.
ix ABSTRACT
Caecilia Pratiwi Anis. 2017. The School Readiness of Senior High School in Sleman Regency for Internet Exploration as the Sources of Learning Physics. A Thesis, Physic Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The purpose of this research are to find out the school readiness of Senior High School in Sleman regency for Internet Exploration as the Sources of Learning Physics. This research was conducted at seven Senior High School in Sleman Regency in the second semester of the 2015/2016 academic year. The used instruments in data collection i.e. school readiness questionnaire, observation and interviews for the headmaster of each school. The obtained data confirmed by observation and crosscheck with the physics teacher, expert staff and students.
The results showed that overall, 71.42% of the number of schools are ready to use the Internet as a learning resource. Aspects of the most prepared are human resources, amounting to 85.71% of the number of school. While most aspects of the low readiness is the infrastructure that is equal to 42.86% of the number of school. The amount of the regulation aspects of school readiness is 57.13% of the number of school. The facts show that it is necessary to support the use of the Internet.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala
berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Kesiapan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman untuk
Memanfaatkan Internet sebagai Sumber Belajar Fisika”. Penyusunan skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
pada program studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan,
dukungan dan saran-saran dari berbagai pihak selama pelaksanaan penelitian dan
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Tarsius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing yang
telah sabar memberikan bimbingan, kritik, dan saran serta banyak meluangkan
waktu dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika yang selalu memberikan nasihat, dukungan dan motivasi.
3. Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasi
4. Seluruh Dosen Universitas Sanata Dharma yang dengan penuh kedisiplinan
mendidik dan mendampingi penulis selama menempuh perkuliahan di Program
xi
5. Keluargaku tercinta yang menjadi penyemangat hidupku, yang senantiasa
mencurahkan cinta kasih, dukungan, perhatian, dan doa
6. Kepala Sekolah, Guru, dan Karyawan yang telah membantu penulis dalam
penelitian ini serta siswa SMA yang berpartisipasi sebagai responden saat
pengambilan data
7. Rekan seperjuangan ku (Amanda Kartika, Rahayu Larasati, Fransiska Yupita
dan Carlina) yang mau bekerja sama selama penelitian ini.
8. Sahabatku Delvie Naberia & Amanda Kartika, terima kasih atas
kebersamaanya selama ini, merasakan suka dan duka bersama, yang selalu
memberikan masukan dan semangat sepanjang penyelesaian pengerjaan
skripsi ini.
9. Keluarga besar Pendidikan Fisika 2012 atas kebersamaan, dukungan dan
bantuan yang diberikan selama belajar di Pendidikan Fisika Universitas Sanata
Dharma
10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun
demikian penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Penulis
xii DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xix
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakanng . ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
xiii
E. Batasan Masalah ... 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kesiapan ... 8
1. Pengertian Kesiapan ... 8
2. Aspek Kesiapan ... 9
3. Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan ... 10
B. Internet ... 11
C. Pengertian Belajar ... 14
D. Sumber Belajar ... 16
1. Pengertian Sumber Belajar ... 16
2. Fungsi Sumber Belajar ... 17
E. Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar ... 17
F. Penelitian yang Relevan ... 20
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 23
B. Subjek Penelitian ... 23
1. Populasi ... 23
2. Sampel ... 25
C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28
D. Metode Pengambilan Data ... 29
E. Instrumen Penelitian ... 30
xiv
2. Wawancara ... 32
3. Observasi ... 34
F. Validitas ... 36
G. Metode Analisis Data ... 37
1. Analisis Kuantitatif ... 37
2. Analisis Kualitatif ... 39
3. Kategorisasi Kesiapan Sekolah ... 40
H. Prosedur Penelitian ... 42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 43
B. Data ... 45
1. Angket ... 45
2. Wawancara ... 47
C. Analisis Data ... 54
1. Analisis Angket ... 54
2. Analisis Wawancara ... 59
3. Hasil Keseluruhan ... 66
4. Hasil Observasi ... 69
D. Aspek Khusus Pemanfaatan Internet untuk Pembelajaran Fisika .... 76
E. Pembahasan ... 79
xv BAB V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 87
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Kesiapan Sekolah ... 91
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari Universitas ... 95
Lampiran 3. Surat Ijin dari Kantor Kesatuan Bangsa ... 103
Lampiran 4. Surat Ijin dari BAPPEDA ... 105
Lampiran 5. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ... 106
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penentuan Sampel ... 27
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar ... 31
Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar ... 32
Tabel 3.4 Kisi-kisi Observasi Kesiapan dan Checklist ... 34
Tabel 3.5 Kategorisasi Kesiapan Sumber Daya Manusia ... 38
Tabel 3.6 Kategorisasi Tingkat Kesiapan Sarana Prasarana ... 38
Tabel 3.7 Kategorisasi Tingkat Kesiapan Kebijakan Sekolah ... 39
Tabel 3.8 Kategorisasi Tingkat Kesiapan Sekolah ... 39
Tabel 3.9 Kategorisasi Kesiapan Sekolah ... 41
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 44
Tabel 4.2 Skor Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan Internet ... 46
Tabel 4.3 Hasil Wawancara Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar ... 48
Tabel 4.4 Kategorisasi Faktor Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar ... 54
Tabel 4.5 Prosentase Kesiapan Sumber Daya Manusia ... 56
Tabel 4.6 Prosentase Kesiapan Sarana Prasarana ... 56
xviii
Tabel 4.8 Kategori Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan Internet
sebagai Sumber Belajar ... 58
Tabel 4.9 Prosentase Kesiapan Sekolah ... 59
Tabel 4.10 Analisis Wawancara Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan
Internet sebagai Sumber Belajar ... 60
Tabel 4.11 Penjelasan Sekolah yang Sangat Siap dengan Sekolah yang
Sangat Tidak Siap ... 64
Tabel 4.12 Prosentase Kesiapan Sekolah secara Keseluruhan ... 66
Tabel 4.13 Perbandingan Kesiapan Sekolah berdasarkan
Letak Geografisnya ... 67
Tabel 4.14 Hasil Observasi ... 69
Tabel 4.15 Aspek Khusus Pemanfaatan Internet untuk Pembelajaran
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Faktor-Faktor Kesiapan Sekolah terhadap
Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar ... 19
Gambar 3.1 Peta Kabupaten Sleman ... 27
Gambar 3.2 Skema Proses Analisis Kualitatif ... 40
Gambar 3.3 Prosedur Rencana Penelitian ... 42
Gambar 4.1 Fitur JBClass ... 77
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada
disekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarga sendiri (Syah, 2012).
Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk
dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya,
tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak
sekali terdapat dimana- mana; di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan,
dan sebagainya (Djamarah, S.B & Zain, A., 2010). Bila media adalah sumber
belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun
peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti
yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang
disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara
(Djamarah, S.B & Zain, A., 2010).
Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu
guru memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media
anak didik. Kalau dalam pendidikan di masa lalu, guru merupakan satu-satunya
sumber belajar bagi anak didik. Tetapi lain halnya sekarang, perangkat teknologi
sudah ada dimana-mana. Pertumbuhan dan perkembangannya hampir-hampir
tak terkendali, sehingga wabahnya pun menyusup ke dalam dunia pendidikan.
Ternyata teknologi yang disepakati sebagai media itu, tidak hanya sebagai alat
bantu tetapi juga sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar
(Djamarah, S.B & Zain, A., 2010). Maka sumber belajar sekarang ini tidak hanya
berasal dari buku saja karena teknologi yang semakin berkembang ini
menyediakan sumber belajar baru bagi siswa, yaitu sumber belajar berbasis
teknologi.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses
pembelajaran. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan
menggunakan berbagai sarana seperti telepon, komputer, internet, e-mail dan
layanan pesan singkat (Suyanto & Jihad, A., 2013). Banyak sekali
jenis-jenis-jenis teknologi yang dapat digunakan oleh guru untuk menunjang keberhasilan
proses pembelajaran. Untuk menyampaikan materi pelajaran misalnya, guru
dapat memanfaatkan OHP atau LCD, dengan bantuan program computer. Untuk
memberikan sumber belajar yang lebih beragam dan mutakhir, guru dapat
memanfaatkan internet dan lain sebagainya (Sanjaya, W., 2008).
Dalam Litbang Kompas, 27 Desember 2007, Astuti mengatakan bahwa
sebenarnya internet bisa jadi sumber belajar alternatif yang cukup efektif dan
guru. Padahal, semakin lama sumber belajar tradisional ini semakin terbatas,
baik jumlah maupun distribusi. Dalam hal ini internet bisa jadi substitusi yang
sifatnya lebih untuk melengkapi, bukan menggantikan peran guru secara
keseluruhan. Pemanfaatan sumber belajar berbasis teknologi dengan media
elektronik saat ini sangat umum digunakan di dunia pendidikan.
Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung
dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup
yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan
menggunakan internet. Perkembangan muthakir dalam dunia pendidikan diikuti
dengan munculnya fenomena yang disebut cyber teaching atau pengajaran
maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet.
Istilah lain yang makin popular saat ini ialah e-learning, yaitu model
pembelajaran dengan menggunakan media TIK khususnya internet (Suyanto &
Jihad, A., 2013).
E-learning membantu siswa belajar tidak selalu dikelas, dapat lebih santai, dapat diulang tanpa harus ada guru. Maka siswa dapat terus belajar.
Internet banyak membantu dalam mencari bahan fisika dan model pembelajaran
modern fisika. Lewat internet siswa dibantu untuk mencari sumber lain
(Suparno, P., 2009). Teknologi ini mau tidak mau perlu digunakan dalam proses
pembelajaran sains sehingga pembelajaran sains lebih menarik, bervariasi, dan
siswa dapat belajar dimanapun. Model pembelajaran dengan simulasi computer,
lewat internet, lewat web, dapat digunakan untuk mengembangkan pembelajaran
Maulida dan Jia-Jiunn (2013) mengatakan bahwa e-learning adalah cara
baru dalam proses belajar mengajar. Ini merupakan konsekuensi dasar dan logis
dari pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Untuk
membangun e-learning yang efektif perlu banyak hal yang harus dipersiapkan,
seperti kesiapan teknologi, kesiapan lembaga pendidikan dan kesiapan
komunitas. Namun menurut Gordon Ouma, dkk (2013), keberhasilan
pelaksanaan e-learning bergantung pada tingkat kesiapan infrastruktur ICT dan
kesiapan pengguna. Untuk mengadopsi e-learning, sekolah diharapkan
mencapai tingkat pembangunan infrastruktur dan pengguna e-learning juga
harus memperoleh kompetensi teknis yang diperlukan dicampur dengan sikap
positif dan persepsi terhadap e-learning. Gordon Ouma, dkk (2013)
mengelompokkan bahwa terdapat 4 faktor untuk menilai kesiapan sekolah
terhadap e-Learning yaitu manusia (attitudes, confidence, experience),
teknologi, ketersediaan sarana prasarana, manajemen sekolah (infrastruktur).
Mengukur tingkat kesiapan di Sekolah Menengah Atas memerlukan pemahaman
yang jelas tentang bagaimana komponen lingkungan e-Learning berinteraksi.
Komponen utama dari implementasi e-learning adalah manusia dan teknologi.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa melalui
internet sekolah dapat melakukan pembelajaran jarak jauh (Distance Learning
atau e-Learning). Untuk melaksanakan dan menyadari manfaat dari e-learning
yaitu proses pembelajaran dengan menggunakan bantuan teknologi berupa
internet di sekolah, penelitian ini meneliti kesiapan sekolah dalam
ketersediaan sarana prasarana (teknologi), kebijakan sekolah terhadap
pemanfaatan internet, serta persepsi dan sikap pengguna terhadap internet. Tiga
hal tersebut merupakan faktor yang harus dipenuhi sehingga sekolah dapat
dikatakan siap memanfaatkan internet sebagai sumber belajar.
Kesiapan sekolah sangat penting karena untuk dapat memanfaatkan
internet sebagai sumber belajar, sekolah harus mempersiapkan segala sesuatu
untuk tercapainya tujuan tersebut. Ketika sekolah telah siap maka pendidikan di
sekolah dapat berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Maka
berdasarkan uraian diatas peneliti mengambil judul Kesiapan Sekolah Menengah
Atas di Kabupaten Sleman untuk Memanfaatkan Internet Sebagai Sumber
Belajar Fisika.
.
A. Rumusan Masalah
Bagaimana kesiapan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman untuk
memanfaatkan internet sebagai sumber belajar Fisika ?
B. Tujuan Penelitian
Mengetahui kesiapan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman untuk
C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
mahasiswa pendidikan tentang kesiapan pemanfaatan internet sebagai
sumber belajar di sekolah, karena sebagai calon pendidik harus memikirkan
kemajuan pendidikan mengingat kemajuan teknologi semakin pesat maka
pendidikan juga harus dapat menyesuaikan. Salah satu caranya dengan
memanfaatkan internet sebgai sumber belajar dalam bidang pendidikan.
2. Bagi Siswa
Memberikan informasi kepada siswa bahwa internet juga merupakan
sumber belajar yang dapat diakses kapan dan dimana saja mengingat bahwa
kebanyakan siswa sekarang kemana saja mereka pergi selalu membawa
handphone yang bisa akses internet. 3. Bagi Guru
Sebagai bahan acuan bagi guru untuk dapat meningkatkan
pemanfaatan internet sebagai sumber belajar dan mengembangkan
kemampuan untuk mengajar berbasis IT
4. Bagi Sekolah
Memberikan informasi bagi sekolah tentang pentingnya kecepatan
akses internet disekolah supaya internet dapat dimanfaatkan sebagai sumber
belajar dalam proses pembelajaran. Sekolah diharapkan dapat memberikan
memaksimalkan pemanfaatan internet sebagai sumber belajar yang mudah
di akses oleh siswa.
5. Bagi Pemerintah
Memberikan informasi pentingnya bantuan dari pemerintah untuk
sekolah-sekolah dalam meningkatkan pemanfaatan internet sebagai sumber
belajar.
D. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah agar pengkajian
masalah tidak terlalu luas dan pelaksanaan penelitian dapat difokuskan.
Berdasarkan latar belakang masalah maka penelitian ini difokuskan pada :
1. Tempat penelitian dilakukan di 7 Sekolah Menengah Atas dari beberapa
Kecamatan di Kabupaten Sleman.
2. Masalah yang dibahas yaitu tentang kesiapan sekolah terhadap pemanfaatan
internet sebaga sumber belajar yang mencakup beberapa faktor yaitu :
a. Sumber daya manusia terutama guru dan siswa
b. Sarana Prasarana yang mencakup teknologi, komputer, jaringan
internet (Wifi).
c. Kebijakan sekolah yang mencakup pelatihan guru dan seluruh staf di
sekolah, anggaran untuk penggunaan internet, aturan penggunaan
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kesiapan
1. Pengertian Kesiapan
Kesiapan diperlukan sebelum siswa mengikuti pembelajaran.
Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap
untuk memberi respon/ jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi
(Slameto, 2010). Dalam proses belajar, kesiapan ini timbul dari dalam diri
seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan
berarti kesiapan untuk melaksanakan sesuatu. Kesiapan sangat menentukan
keberhasilan dalam belajar. Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses
belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka
hasil belajarnya akan lebih baik (Slameto, 2010). Menurut Thorndike dalam
Slameto (2010), kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya.
Menurut Thorndike dalam Surya (2013), salah satu hukum
pembelajaran yaitu hukum kesiapan. Hukum kesiapan menyatakan bahwa
hubungan antara rangsangan dan perilaku akan menjadi lebih kokoh apabila
disertai dengan kesiapan.
Maka dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesiapan adalah
keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap dalam menerima
2. Aspek Kesiapan
Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada
kecenderungan memberi respon. Menurut Slameto (2010), kondisi kesiapan
mencakup 3 aspek :
a. Kondisi fisik, mental dan emosional
Kondisi fisik adalah kesiapan tubuh jasmani seseorang untuk
mengikuti kegiatan belajar. Kondisi mental adalah keadaan siswa yang
berhubungan dengan kecerdasan siswa. Sedangkan kondisi emosional
adalah kondisi seseorang untuk dapat mengatur emosinya dalam
menghadapi masalah.
b. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan
Kebutuhan merupakan segala sesuatu yang harus dipenuhi saat
itu juga atau rasa membutuhkan terhadap materi yang diajarkan. Motif
merupakan suatu daya penggerak atau pendorong. Di dalam menentukan
tujuan, disadari atau tidak untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, dan
yang menjadi penyebab untuk berbuat itu adalah motif. Maka motif
sangat erat kaitannya dengan tujuan.
Hubungan kebutuhan, motif dan tujuan dengan kesiapan menurut
Slameto (2010) adalah :
1) Kebutuhan ada yang disadari dan tidak disadari
2) Kebutuhan yang tidak disadari akan mengakibatkan tidak adanya
3) Kebutuhan mendorong usaha, dengan kata lain timbul motif
4) Motif tersebut diarahkan ke pancapaian tujuan.
Jelas bahwa kebutuhan yang disadari akan membuat siswa
berusaha untuk dapat siap mencapai tujuan. Maka kebutuhan, motif dan
tujuan ada hubungannya dengan kesiapan.
c. Keterampilan, pengetahuan pengertian yang lain yang telah dipelajari
Keterampilan dan pengetahuan merupakan kemahiran,
kemampuan serta pemahaman yang dimiliki siswa terhadap materi yang
telah diajarkan. Keterampilan misalnya kemahiran siswa membuat alat
peraga. Sedangkan pengetahuan misalnya pemahaman mengenai materi
yang diajarkan.
3. Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan menurut Djamarah dan
Aswan dalam Kadek Sri (2011), yaitu:
a. Kesiapan Fisik
Kesiapan fisik berkaitan erat dengan kesehatan yang akan
berpengaruh pada hasil belajar dan penyesuaian sosial individu. Hal ini
b. Kesiapan Psikis
Kesiapan psikis berkaitan erat dengan kecerdasan, daya ingat
tinggi, kebutuhan yang terpuaskan, ada hsrat atau motivasi untuk belajar,
dapat berkonsentrasi da nada perhatian.
c. Kesiapan Materiil
Individu dalam mempelajari materi tentunya harus mempunyai
bahan yang dapat dipelajari atau dikerjakan. Dengan didukung dengan
berbagai sumber bacaan maka akan memberikan pengetahuan dan akan
membantu siswa dalam merespon atas pertanyaan-pertanyaan dari guru
terkait dengan pelajaran.
A. Internet
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBI), internet adalah jaringan
komunikasi elektronik yang menghubungkan jaringan komputer dan fasilitas
komputer yg terorganisasi di seluruh dunia melalui telepon atau satelit. Internet
atau interconnected network berkembang seiring bertambahnya komputer dan
jaringan yang terhubung ke internet. Dengan demikian, internet berfungsi
sebagai penghubung antar jaringan kecil. Internet sebagai jaringan dari berbagai
jaringan. (Novian, A. & Abdullah, D., 2010).
Internet (Interconnected Network) merupakan contoh jaringan komputer.
internet diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia,
yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di
komunikasi internet ini harus megikuti standar serta media tertentu. Media yang
digunakan dalam jaringan ini adalah jaringan telepon (Supriyadi, E. & Kiswanto,
M.H., 2010).
Menurut Sidharta (1996), internet adalah sumber daya informasi yang
menjangkau seluruh dunia. Asal-usul internet berasal dari jaringan kompuer
yang dibentuk pada tahun 1970-an. Jaringan computer tersebut disebut Arpanet.
Jaringan computer hanyalah medium yang membawa informasi. Daya guna
internet terletak pada informasi itu sendiri. Internet adalah gambaran dinamis
bahwa manusia yang mampu berkomunikasi secara bebas akan memilih untuk
bersikap sosial dan tidak mementingkan diri sendiri. Internet adalah forum
global pertama dan perpustakaan global pertama dimana setiap pemakai dapat
berpartisipasi dalam segala waktu (internet tidak pernah tutup).
Meluasnya penggunaan jaringan komputer merupakan motor bagi
perkembangan teknologi elektronik terbaru ini (internet). Internet adalah
kumpulan yang luas dari jaringan komputer besar dan kecil yang saling
bersambungan menggunakan jaringan komunikasi yang ada diseluruh dunia.
Selain itu, Internet adalah seluruh manusia yang secara aktif berpartisipasi
sehingga membuat Internet menjadi sumber daya informasi yang sangat
berharga (Tretter, M., 1996).
Menurut Sofana (2006), network (jaringan) atau tepatnya computer
network (jaringan komputer) adalah gabungan beberapa buah komputer yang saling terhubung dan dapat saling bertukar informasi. Salah satu model jaringan
komputer berskala WAN (satu dunia). Laboratorium computer dan internet di
sekolah sebenarnya merupakan bentuk sederhana warung internet (warnet).
Internet membuka peluang bagi siswa untuk berkomunikasi dengan user lain di
dunia. Internet bisa menjadi pemicu dan sarana meningkatkan kemampuan
siswa. Internet juga bisa menjadi kabar baik bagi para guru dan staf. Guru dan
staf dapat meningkatkan kemampuannya (Sofana, I., 2006).
Dalam dunia internet sering dikenal sebutan bit atau byte dan bandwidth.
Sejumlah byte yang “diangkut” dari satu satu titik ke titik lain per satuan waktu
disebut transfer rate-nya. Kadangkala transfer rate disebut speed atau kecepatan
transfer data. Adakalanya orang menyebut transfer data sebagai bandwidth.
Sebenarnya bandwidth berbeda dengan transfer rate. Bandwidth menyatakan
lebar spektrum. Namun bandwidth dan transfer rate saling berkaitan. Semakin
besar bandwidth-nya akan semakin tinggi juga transfer rate yang dicapai
(Sofana, I., 2006).
Menurut Rusman, Deni & Cepi (2012). pemanfaatan internet sebagai
sumber pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut :
1. Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air
dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan
ruang kelas.
2. Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka
biasa.
3. Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan
4. Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing – masing
siswa.
5. Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.
6. Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik siswa dan
memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua siswa maupun guru) dapat
turut serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek
tugastugas yang dikerjakan siswa secara online.
Maka dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa internet adalah sumber
pembelajaran yang dapat menjadikan siswa lebih mandiri dalam belajar dengan
mendapatkan askes untuk mencari materi yang sedang dipelajari.
B. Pengertian Belajar
Belajar merupakan permasalahan yang umum dibicarakan setiap orang
terutama yang terlibat dalam dunia pendidikan (Irham, M. & Wiyani, N.A.,
2014). Belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang diwujudkan dalam bentuk
perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan menetap disebabkan adanya
interaksi individu dengan lingkungan belajarnya (Irham, M. & Wiyani, N.A.,
2014).
Menurut Khodijah (2014), belajar merupakan proses penting yang terjadi
dalam kehidupan setiap orang. Karenanya, pemahaman yang benar tentang
konsep belajar sangat diperlukan, terutama bagi kalangan pendidik yang terlibat
belajar digunakan secara luas. Hal ini disebabkan karena aktivitas yang disebut
belajar itu muncul dalam berbagai bentuk. Membaca buku, menghafal ayat
Al-Qur’an, mencatat pelajaran, hingga menirukan perilaku tokoh dalam televisi,
semua disebut belajar. Maka menurut Khodijah (2014), dapat disimpulkan :
1. belajar adalah sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh
dan membentuk kompetensi, keterampilan, dan sikap yang baru;
2. proses belajar melibatkan proses-proses internal yang terjadi berdasarkan
latihan, pengalaman dan interaksi social;
3. hasil belajar ditunjukkan oleh terjadinya perubahan perilaku (baik actual
maupun potensial); dan
4. perubahan yang dihasilkan dari belajar bersifat relatif permanen.
Menurut Mustaqim (2008), belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman. Dengan kata lain yang
lebih rinci dari belajar adalah :
1. Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja.
2. Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan, berupa sesuatu yang baik yang
segera nampak atau tersembunyi tetapi juga hanya berupa penyempurnaan
terhadap sesuatu yang pernah dipelajari.
3. Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan ketrampilan jasmani,
kecepatan perseptual, isi ingatan, abilitas berpikir, sikap terhadap nilai-nilai
dan inhibisi serta lain-lain fungsi jiwa (perubahan yang berkenaan dengan
aspek psikis dan fisik);
C. Sumber Belajar
1. Pengertian Sumber Belajar
Dalam pembelajaran konvesional, sering guru menentukan buku
teks sebagai satu-satunya sumber materi pembelajaran. Dengan demikian,
perubahan dan atau penyempurnaan kurikulum, pada dasarnya adalah
penyempurnaan dan perubahan buku ajar. Akibatnya ketika terjadi
perubahan kurikulum, maka selalu diikuti oleh perubahan buku pelajaran
(Sanjaya, W., 2008).
Dewasa ini ilmu pengetahuan berkembang sangat cepat, sehingga
kalau guru dan siswa hanya mengandalkan buku teks sebagai sumber
pembelajaran,bisa terjadi materi yang dipelajarinya itu akan cepat using.
Dengan demikian, guru dituntut untuk menggunakan sumber lain yang dapat
menyajikan informasi terbaru, misalnya menggunakan jurnal yang
menyajikan berbagai pengetahuan muthakir, majalah, koran dan sumber
informasi elektronik, misalnya dengan menggunakan dan memenfaatkan
internet dan lain sebagainya. Kemajuan teknologi informasi, memungkinkan
materi pelajaran tidak hanya disimpan dalam buku teks saja, akan tetapi bisa
disimpan dalam berbagai bentuk teknologi yang lebih efektif dan efisien,
misalnya dalam bentuk CD, kaset, dan lain sebagainya. (Sanjaya, W., 2008).
Sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat permainan untuk
memberikan informasi mauoun berbagai keterampilan kepada murid
maupun guru antara lain buku referensi, buku cerita, gambar-gambar,
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan
sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar
seseorang (Djamarah, S.B. & Zain, A., 2010). Untuk tercapainya tujuan
pengajaran tidak mesti dilihat dari kemahalan suatu media, yang sederhana
juga bisa mencapainya, asalkan guru pandai menggunakannya. Maka guru
yang pandai menggunakan media adalah guru yang bisa manipulasi media
sebagai sumber belajar dan penyalur informasi dari bahan yang disampaikan
kepada anak didik dalam proses belajar mengajar.
2. Fungsi Sumber Belajar
Fungsi dari sumber balajar menurut Sudono (2000) yaitu
memberikan kesempatan proses berasosiasi kepada anak untuk mendapatkan
dan memperkaya pengetahuan dengan menggunakan berbagai alat, buku,
narasumber, atau tempat. Penggunaan sumber belajar disesuaikan dengan
tingkat kebutuhan anak. Fungsi sumber belajar yang lain adalah
meningkatkan perkembangan anak dalam berbahasa melalui berkomunikasi
dengan mereka tentang hal-hal yang berhubungan dengan sumber belajar
atau hal lain.
D. Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar Kesiapan terhadap pemanfaatan internet biasa disebut dengan
E-readiness. Menurut Budhiraja (2002: 5), E-readiness sebagai tingkat dimana
tersebut diukur dengan menilai kemajuan relatif dari suatu daerah yang
mengadopsi teknologi informasi dan penerapannya. Dari pendapat tersebut
maka kesiapan sekolah terhadap pemanfaatan internet atau bisa disebut
e-learning readiness (ELR) adalah kesiapan fisik atupun mental suatu organisasi
yang berupa sekolah untuk menerapkan e-learning yaitu memanfaatan internet
dalam pembelajaran di sekolah.
Menurut Haney (2002) dalam Aydin, C.H. & Tasci, D (2005), faktor
kesiapan organisasi dalam menerapkan E-Learning diklasifikasikan dalam 7
kategori yaitu sumber daya manusia, sistem manajemen pembelajaran, pelajar,
konten, teknologi informasi, biaya dan vendor. Selain itu Chapnick (2000) dalam
Aydin, C.H. & Tasci, D (2005), faktor yang harus diperhatikan untuk menilai
kesiapan dimasukkan 8 kategori kesiapan yaitu psychological, sociological,
environmental, human resources, financial, technological skill, equipment,
content. Berdasakan difusi Everett M. Rogers (Aydin, C.H. & Tasci, D., 2005),
empat faktor utama yang dapat membantu organisasi mengukur seberapa siap
mereka untuk e-learning telah ditentukan. Teori inovasi Everett M. Rogers
memberikan latar belakang teoritis untuk faktor-faktor ini.yaitu teknologi,
inovasi, orang dan pengembangan diri.
Gordon Ouma, dkk (2013), mengelompokkan bahwa terdapat 4 faktor
untuk menilai kesiapan sekolah terhadap e-Learning yaitu manusia (attitudes,
confidence, experience), teknologi, ketersediaan sarana prasarana, manajemen
sekolah (infrastruktur). Mengukur tingkat kesiapan di Sekolah Menengah Atas
e-Learning berinteraksi. Komponen utama dari implementasi e-learning adalah
orang-orang dan teknologi.
Dari pendapat di atas maka dapat dirangkum bahwa faktor-faktor yang
digunakan untuk menilai kesiapan sekolah terhadap pemanfaatan internet
sebagai sumber belajar adalah manusia (kesiapan guru, siswa dan seluruh
anggota sekolah), sarana prasarana (jaringan Wifi, computer, LCD, teknologi
yang mencakup software dan hardware), kebijakan sekolah (tenaga ahli,
anggaran, dll). Kerangka yang menampilkan kesiapan semua komponen sekolah
dalam pelaksanaan e-Learning yaitu pemanfaatan internet sebagai sumber
belajar ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.1 Bagan Faktor-Faktor Kesiapan sekolah terhadap Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar
Guru Siswa Pelatihan Staf
Anggaran
Website & e-mail Teknologi Kemampuan
Sumber Daya Manusia
Wifi Sarana Prasarana
yang menunjang pemanfaatan
internet
Komputer Staf / karyawan
Kesiapan Sekolah
Staf Ahli Internet Kebijakan
Sekolah terhadap pemanfaatan
internet
E. Penelitian Yang Relevan
Dalam penelitian ini peneliti mencari referensi dari penelitian
sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti lain tentang E-Learning Readiness
yaitu kesiapan terhadap penerapan e-learning. Penelitian yang sebelumnya telah
dilakukan oleh :
1. Ilham Fajri Maulida & Jia Jiunn Lo (2013) dengan judul “ E-Learning Readiness in Senior High School in Banda Aceh, Indonesia”. Penelitian ini dilakukan di 33 sekolah yaitu 17 SMA Negeri dan 16 SMA Swasta di kota
Banda Aceh. Subyek penelitian ini yaitu kepala sekolah, guru, administrator
sekolah dan staf dinas pendidikan. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu kualitatif dan kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan cara
membagikan kuisioner, melakukan wawancara serta observasi di sekolah.
Hasil dari penelitian ini yaitu 40% sekolah siap menerapkan e-learning.
Peneliti menemukan kendala terbesar dalam menerapkan e-learning yaitu
keuangan serta kurangnya dukungan dari pemerintah dan satu-satunya
faktor yang menyatakan siap adalah keerampilan siswa mengunakan
komputer dan akses internet.
2. Arif Kurniawan (2014) dengan judul “Pengukuran Tingkat Kesiapan
Penerapan e-Learning Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah di Kota
Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
menggunakan kuesioner. Penelitian ini menghasilkan kuesioner terdiri dari
empat faktor yaitu manusia, pengembangan diri, teknologi, dan inovasi.
penelitian ini yaitu lima SMA Muhammadiyah di Kota Yogyakarta.
Responden pada penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah
bagian kurikulum, bendahara sekolah, penanggung jawab laboratorium
komputer sekolah, dan guru yang ahli dalam e-learning. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelima sekolah tersebut yang berarti kelima SMA
Muhammadiyah di Kota Yogyakarta termasuk pada kategori siap dalam
penerapan e-learning, tetapi membutuhkan sedikit peningkatan pada faktor
manusia dan pengembangan diri.
3. Gordon, Fredrick & Benjamin (2013) dengan judul “Evaluation of E-Learning Readiness in Secondary Schools in Kenya”. Populasi dalam penelitian ini yaitu 10 SMA di Kabupaten Rachuonyo, Kenya yang
menerima dana infrastruktur ICT dari pemerintah. Sampel yang digunakan
yaitu 10 kepala sekolah, 72 guru dan 196 siswa yang dihitung dengan
menggunakan teknik random sampling dengan memperhatikan proporsional ukuran populasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu survei deskriptif dengan menggunakan instrumen penelitian berupa
angket. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru percaya diri
dapat mengoperasikan komputer dan siap menerapkan e-learning tapi perlu
perbaikan dalam keterampilan ICT untuk berhasil menerapkan e-learning.
Siswa percaya bahwa komputer akan membuat pembelajaran lebih menarik
dan sebagian besar siswa ingin menggunakan komputer di kelas. Namun
e-learning seperti konektivitas internet sangat lambat, jumlah komputer yang
tersedia terlalu terbatas dibandingkan dengan siswa yang terdaftar.
Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, semua penelitian
menggunakan metode survei dengan memberikan angket. Ketiganya sama-sama
meneliti kesiapan Sekolah Menengah Atas terhadap penerapan e-Learning hanya
lokasinya yang berbeda. Hasil dari penelitian 1 yaitu keuangan dan dukungan
pemerintah kurang, penelitian 2 menunjukkan bahwa masih membutuhkan
sedikit peningkatan pada faktor manusia (seluruh anggota sekolah) dan
pengembangan diri, sedangkan pada penelitian 3 hasilnya yaitu tingkat
infrastruktur ICT masih sangat tidak memadai untuk pelaksanaan e-learning.
Maka berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tersebut, peneliti akan
fokus pada kesiapan sekolah pemanfaatan internet sebagai sumber belajar yang
merupakan bagian dari penerapan e-Learning, maka hal tersebut yang menjadi
perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Faktor kesiapan yang
akan diteliti yaitu sumber daya manusia (seluruh anggota sekolah), sarana
prasarana dan kebijakan sekolah (termasuk didalamnya adalah keuangan). Sampel
yang digunakan juga setingkat SMA namun di Kabupaten Sleman dan subyeknya
adalah kepala sekolah. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu
survei dengan cara menyebarkan angket, disertai dengan wawancara dan di
23 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian gabungan antara kuantitatif
dan kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah desain riset yang menggunakan data
berupa skor atau angka yang kemudian akan dianalisis dengan statistik (Suparno,
P., 2014: 119). Menurut Bogdan dan Tylor (1990) dalam Margono (2010),
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.
Penelitian kuantitatif dalam penelitian ini berupa jumlah skor dari angket
mengenai kesiapan sekolah. Sedangkan penelitian kualitatif yaitu wawancara
terhadap kepala sekolah untuk memperkuat data kuantitatif terkait kesiapan
sekolah terhadap pemanfaatan internet sebagai sumber belajar. Kebenaran dari
hasil wawancara tersebut di perkuat dengan melakukan observasi atau
crosscheck terhadap siswa, guru dan staf ahli.
B. Subjek Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi berhubungan
data, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan
banyaknya manusia (Margono, 2010).
Di Kabupaten Sleman, Yogyakarta terdiri dari 17 kecamatan dan
memiliki 50 Sekolah Menengah Atas yang terdiri dari 17 SMA Negeri dan
33 SMA Swasta. Populasi dalam penelitian ini adalah 17 Sekolah Menengah
Atas dengan asumsi bahwa masing-masing kecamatan di Kabupaten Sleman
diwakili oleh satu sekolah.
Populasi dalam penelitian ini dapat dikelompokkan berdasarkan
beberapa faktor yaitu :
a. Sumber Dana
1) SMA Negeri yaitu sekolah yang sumber dana untuk pengadaan
fasilitas sekolah berasal dari pemerintah.
2) SMA Swasta yaitu sekolah yang sumber dana untuk fasilitas di
sekolah berasal dari yayasan pendiri sekolah.
b. Letak Geografis
1) Letak sekolah berada di kota, desa atau pegunungan.
Posisi dari sekolah tersebut untuk mengetahui apakah ada
pengaruhnya untuk kecepatan akses internet.
2) Letak sekolah berada di bagian timur, selatan, barat atau utara.
Posisi sekolah ini untuk melihat apakah sekolah yang dipilih
sebagai sampel telah mewakili masing-masing bagian daerah yang
Faktor-faktor tersebut akan membantu peneliti dalam memilih sampel
agar dapat mewakili populasi, karena populasi hanya berjumlah 17 sesuai
dengan jumlah kecamatannya.
1. Sampel
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (monster)
yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Margono, 2010).
Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel
tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal
sebelumnya. Dalam menentukan ukuran sampel minimal yang mampu
mewakili populasi, menggunakan rumus Slovin (Sugiyono, 2009), yaitu :
� =
1 + � �
�
Dimana : n = ukuran sampel
N = jumlah populasi
e = persentase ketidakpastian dengan tingkat kesalahan 25%
Populasi berjumlah 17 dan tingkat kesalahan yang digunakan sebesar
25% (0,25) atau dapat dikatakan tingkat keakuratannya sebesar 75% (0,75),
maka sampel yang diambil untuk mewakili populasi tersebut yaitu sebesar:
Setelah dibulatkan maka jumlah sampel ideal yang dilibatkan dalam
penelitian adalah 8 sekolah. Namun pada penelitian ini hanya menggunakan
7 sekolah sebagai sampel dikarenakan banyak sekolah yang menolak untuk
dijadikan tempat penelitian. Peneliti berusaha mencari sekolah pengganti
tetapi banyak sekolah pengganti tersebut tidak bisa karena sedang sibuk
mempersiapkan UAS dan telah banyak mahasiwa dari universitas lain yang
melakukan penelitian di sekolah tersebut.
Maka akhirnya peneliti hanya menggunakan 87,5% dari sampel
minimal yaitu 7 SMA di Kabupaten Sleman dengan melihat kategori SMA
tersebut berdasarkan letak geografisnya. Pemilihan sampel tidak melihat
kemampuan siswa berupa nilai hasil belajar siswa, karena peneliti ingin
mengetahui kesiapan sekolah terhadap pemanfaatan internet.
Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan teknik pengambilan sampling secara convenience sampling.
Teknik convenience sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia menjadi
responden untuk dijadikan sampel atau peneliti memilih orang-orang yang
terdekat saja (Siregar, S., 2013). Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 7 Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman yang dapat
mewakili populasi dengan melihat faktor letak geografis. Letak geografis
Gambar 3.1 Peta Kabupaten Sleman
Berdasarkan peta Kabupaten Sleman, yang berada di tengah adalah
kecamatan Sleman dan Ngaglik, bagian timur yaitu Ngemplak dan Kalasan,
bagian tenggara adalah Prambanan dan Berbah, selatan yaitu Depok, Mlati,
Seyegan, Godean, Gamping, bagian barat laut ada Minggir dan Moyudan,
sebelah barat yaitu Tempel, Barat laut yaitu Turi, bagian utara adalah Pakem
dan bagian timur laut adalah Prambanan.
Agar dapat mewakili populasi maka sampel yang dipilih berada pada
kecamatan berikut ini :
Tabel 3.1 Penentuan Sampel
No SMA Letak Geografis Posisi
Letak geografis sekolah berada di desa jika sekolah tersebut jauh dari
jalan raya utama yang ramai, tempatnya berada di dekat sawah-sawah dan
akses jalan ke sekolah tersebut hanya melewati jalan kecil. Sedangkan
sekolah yang masuk kategori kota jika sekolah tersebut berada di pinggir
jalan raya atau dekat dengan daerah kabupaten atau kecamatan. Selain itu
akses menuju sekolah itu tanpa melalui sawah atau jalan kecil.
Maka subjek penelitian ini adalah kepala sekolah dari 7 Sekolah
Menengah Atas di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sedangkan objek dari
penelitian ini yaitu kesiapan dari Sekolah Menengah Atas di Kabupaten
Sleman terhadap pemanfaatan internet sebagai sumber belajar. Kesiapan ini
mencakup kesiapan sumber daya manusia, sarana prasarana serta kebijakan
sekolah.
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – September 2016 dengan
menyebarkan angket serta melakukan wawancara terhadap kepala sekolah.
selanjutnya dilakukan observasi sekolah dan crosscheck kepada siswa, guru dan
staf ahli pada tanggal 7-10 November 2016. Tempat penelitian ini adalah 7
Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman, yang dipilih dengan
menggunakan teknik convenience sampling terdiri dari :
1. SMA N 1 Turi
3. SMA N 1 Tempel
4. SMA N 1 Ngaglik
5. SMA N 1 Minggir
6. SMA N 1 Prambanan
7. SMA Santo Mikael, Mlati
B. Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini
adalah survei dengan membagikan angket, wawancara/ interview dan observasi.
Survei adalah kumpulan pertanyaan yang disusun dengan jelas untuk
mendapatkan jawaban dari subjek tentang hal, kegiatan, pendapat, kebiasaan, dll
yang ingin diketahui peneliti. Model survei sering disebut model angket atau
kuesioner (Suparno, P., 2008). Dalam penelitian ini peneliti melakukan survei
dengan memberikan angket kepada kepala sekolah dari masing-masing sekolah
yang dijadikan sampel. Angket tersebut memuat pertanyaan tentang kesiapan
sekolah terhadap pemanfaatan internet dengan melihat tiga faktor kesiapan yaitu
kesiapan sumber daya manusia, sarana prasaranan dan kebijakan sekolah.
Peneliti juga menggunakan metode wawancara untuk mengkonfirmasi
data hasil angket. Menurut Suparno, P. (2008), wawancara atau interview adalah
kegiatan yang menuntut peneliti mengadakan pembicaraan terencana terhadap
siswa atau subjek yang diteliti, dengan pertanyaan lisan yang telah disiapkan
untuk mendapat data yang diinginkan. Sasaran wawancara ini bersifat personal
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah dari
masing-masing sekolah yang dijadikan sampel.
Hasil wawancara diperkuat dengan melakukan observasi langsung. Dalam
observasi langsung, peneliti langsung mengamati subjek atau hal yang mau
diteliti, terjun langsung dengan melihat, merasakan, mendengar, berpikir tentang
subjek atau hal yang diteliti. Lalu peneliti mencatat apa yang di amati itu
(Suparno, P., 2008). Untuk mengkonfirmasi hasil angket dan wawancara maka
peneliti harus melakukan observasi secara langsung ke sekolah serta melakukan
crosscheck terhadap guru, siswa dan staf ahli.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian. Bentuknya dapat berupa : tes tertulis, angket, wawancara,
dokumentasi, observasi (Suparno, P., 2014). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini berupa angket yang berisi pertanyaan untuk mengetahui tingkat
kesiapan sekolah dalam pemanfaatan internet sebagai sumber belajar, daftar
pertanyaan untuk kepala sekolah dan lembar observasi untuk memperkuat hasil
angket dan wawancara.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
diuraikan sebagai berikut :
1. Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket langsung
jawaban dan menggunakan model one way survey. Menurut Suparno, P.
(2008), angket langsung yaitu peneliti mendatangi langsung subjek dan
menyebarkan survei berupa angket. Pertanyaan tertutup yaitu responden
hanya harus memilih jawaban yang sudah disediakan, sedangkan model one
way survey yaitu peneliti tidak mengembalikan hasil angket kepada subjek sehingga subjek tidak mengerti hasil. Peneliti langsung menggunakan hasil
penelitian itu untuk tindak lanjutnya sendiri. Kisi-kisi tentang kesiapan
sekolah, disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.2 Kisi –Kisi Angket Kesiapan Sekolah Terhadap Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar
No Faktor Indikator Butir Soal
A. Sumber Daya Manusia
Kemampuan siswa menggunakan teknologi (internet) sebagai sumber belajar
1, 2, 3, 4
Kemampuan guru menggunakan teknologi (internet) sebagai sumber belajar
6,7, 8, 9
Kemampuan seluruh anggota sekolah dalam pemanfaatan internet
5, 10, 11
B. Sarana Prasarana
Fasilitas komputer yang memadai 1, 2, 3 Dapat akses internet disekolah dengan
wifi
4, 5, 6, 7, 8, 9
Adanya peralatan teknologi (hardware dan software)
10, 11
Sekolah memiliki website atau email untuk menyediakan sumber belajar
12, 13
C. Kebijakan Sekolah
Tersedianya dana yang cukup untuk pemanfaatan internet
1, 4
Adanya staf ahli yang mengurus sistem pemanfaatan internet disekolah
3
Adanya aturan disekolah tentang pemanfaatan internet
5, 6
Adanya pelatihan guru dan staf tentang pemanfaatan dan penggunaan internet
2. Wawancara
Dalam penelitian ini menggunakan wawancara bersifat individu
(personal). Menurut Suparno, P. (2008), wawancara atau interview adalah
kegiatan yang menuntut peneliti mengadakan pembicaraan terencana
terhadap siswa atau subjek yang diteliti, dengan pertanyaan lisan yang telah
disiapkan untuk mendapatkan data yang diinginkan. Suparno, P. (2008)
mengatakan bahwa wawancara personal adalah wawancara yang dilakukan
langsung oleh peneliti terhadap subjek sendiri. Peneliti bertanya secara lisan
dan subjek juga menjawab secara lisan. Namun, jawaban lisan ini
selanjutnya harus ditranskrip ke dalam tulisan untuk dapat dilaporkan dan
diambil kesimpulan.
Wawancara ini dilakukan untuk memperkuat hasil pengumpulan data
dengan angket, sehingga pertanyaan dalam wawancara ini berhubungan
dengan angket tentang kesiapan sekolah terhadap pemanfaatan internet.
Kisi-kisi pertanyaan tentang kesiapan sekolah untuk bahan wawancara
disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.3 Kisi –Kisi Wawancara Kesiapan Sekolah Terhadap Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar
No Faktor Indikator Pertanyaan
A. Sumber Daya Manusia
Kemampuan siswa menggunakan teknologi (internet) sebagai sumber belajar
1.Apakah siswa diperbolehkan menggunakan hp atau laptop untuk akses internet pada saat pembelajaran ?
2.Apakah siswa disekolah ini dibiasakan mengirim tugas lewat e-mail?
Kemampuan guru menggunakan teknologi (internet)
No Faktor Indikator Pertanyaan sebagai sumber
belajar
2.Apakah semua guru memiliki kemampuan mengakses internet?
3.Apakah guru disini dalam pembelajaran biasa
menggunakan aplikasi, simulasi video dari internet?
Kemampuan seluruh anggota sekolah dalam pemanfaatan internet
1.Apakah semua karyawan (petugas TU, perpustakaan) di sekolah ini dapat
megoperasikan komputer ? 2.Apakah semua karyawan di
sekolah ini memiliki kemampuan mengakses
1.Berapakah jumlah komputer yang ada di laboratorium komputer ?
2.Berapakah jumlah ruangan yang terdapat komputer ? Dapat akses
internet disekolah.
1.Apakah internet dapat diakses di seluruh ruangan disekolah ini ?
2.Berapakah kecepatan akses internet disekolah ini? 3.Apakah akses internet
diperpustakaan lebih cepat? Adanya peralatan
teknologi (hardware dan software)
1.Apakah koleksi diperpustakaan ini berbentuk buku saja atau terdapat CD, file tentang materi pembelajaran siswa?
2.Apakah disetiap kelas serta laboratorium dilengkapi dengan LCD ?
3.Apakah sekolah ini memiliki aplikasi secara online yang berisi materi atau tugas dari guru dan dapat diakses siswa untuk mengambil materi, mengambil dan mengumpulkan tugas ??
Sekolah memiliki website atau email untuk menyediakan sumber belajar
No Faktor Indikator Pertanyaan C. Kebijakan
Sekolah
Tersedianya dana yang cukup untuk pemanfaatan internet
1.Seberapa besar anggaran untuk internet di sekolah ini?
2.Apakah ada sumber dana tersendiri untuk pemanfaatan internet ?
Adanya staf ahli yang mengurus sistem pemanfaatan internet disekolah
1.Apakah di sekolah ini memiliki staf ahli yang mengatur
pemanfaatan internet ?
Adanya aturan disekolah tentang pemanfaatan internet
1.Apakah internet disekolah ini dapat diakses 24 jam ? 2.Apakah disekolah ini
melakukan pengeblokan terhadap situs tertentu ? 3.Apakah terdapat perlindungan
internet berupa sandi untuk mengakses internet disekolah ini?
1.Apakah disekolah ini mengadakan pelatihan
mengoperasikan komputer dan cara mengakses internet bagi seluruh guru dan karyawan ?
3. Observasi
Dalam memperkuat data hasil wawancara, maka peneliti melakukan
observasi terhadap beberapa hal sebagai berikut :
Tabel 3.4 Kisi –Kisi Observasi Kesiapan Sekolah dan Checklist
No Subjek Pertanyaan
Checklist
A. Siswa Seberapa sering menggunakan HP untuk mencari materi dari internet saat pelajaran berlangsung ? Seberapa sering mengirim tugas melalui e-mail ? Seberapa sering guru menggunakan simulasi atau video ?
Apakah semua tempat di sekolah dapat akses internet dengan cepat ?
No Subjek Pertanyaan
Siswa Apakah anda bersama dengan guru bergabung dalam situs belajar secara online ?
B. Guru Apakah siswa menggunakan HP untuk mencari materi dari internet saat pelajaran berlangsung Seberapa sering anda meminta siswa untuk mengirim tugas melalui e-mail ?
Seberapa sering anda menggunakan simulasi atau video ?
Apakah anda bersama dengan siswa bergabung dalam situs belajar secara online ?
Apakah ada pelatihan pemanfaatan internet bagi guru dan karyawan di sekolah ini ?
C. Staf Ahli Dimanakah tempat yang akses internetnya tercepat ?
Sekolah ini untuk akses internet menggunakan wifi atau kabel ?
Berapakah bandwidth yang dipakai sekolah ini? Apakah ada pengeblokan situs tertentu ?
Apakah anda dapat memantau situasi disekolah ini dengan bantuan internet seperti CCTV ? Apakah ada pengaturan khusus untuk tempat-tempat tertentu agar akses internetnya lebih cepat dibandingkan yang lain ?
Observasi
A. Lab. Komputer Berapa jumlah komputer ?
Bagaimana akses internet di Lab. Komputer ? B. Lab. IPA Apakah terdapat LCD dan komputer ?
Bagaimanakah kecepatan akses internet di Lab. IPA ?
C. Jaringan Dimana tempat yang akses internetnya tercepat ? D. Perpustakaan Apakah terdapat koleksi berbasis IT ?
Bagaimana kecepatan akses internet di perpustakaan ?
D. Validitas
Suparno, P. (2014) menyatakan validitas dapat mengukur atau
menentukan apakah suatu tes sungguh mengukur apa yang mau diukur, yaitu
apakah sesuai dengan tujuan. Validitas menunjuk pada kesesuaian, penuh arti,
bergunanya kesimpulannya valid bila sesuai dengan tujuan penelitian.
Menurut Azwar, S. (2015), validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument pengukur dapat dikatakan
memiliki validitas yang tinggi apabila alat tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content
validity). Menurut Azwar, S. (2015) validitas isi yakni penilaian terhadap sejauh mana butir atau item dalam skala mencakup kawasan isi yang hendak diukur
dalam skala tersebut. Validitas isi ini diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes
dengan analisis rasional atau melalui professional judgement (pendapat
profesional). Validitas isi ini juga diperoleh dengan cara membuat alat ukur
bersama seorang ahli di dalam bidang pengukuran sehingga item-item yang
dibuat akan mewakili atribut atau indikator.
Dalam penelitian ini validitas dilakukan oleh dosen pembimbing serta
E. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis data ada
2 macam yaitu analisis kuantitatif yang berasal dari angket dan analilis kualitatif
dari hasil wawanacara. Metode analisis data tersebut yaitu :
1. Analisis Kuantitatif
Kuesioner terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan
sebagai pedoman untuk melakukan wawancara terhadap kepala sekolah
untuk mengetahui kesiapan sekolah terhadap pemanfaatan internet sebagai
sumber belajar. Pertanyaan telah dikategorikan kedalam pertanyaan positif
yang dianalisis dengan skor 5, 4, 3, 2 dan 1.
Hasil penilaian yang diperoleh dalam kuesioner tersebut diperoleh
dengan menjumlahkan skor yang didapat. Dari hasil perhitungan nilai maka
dapat dilihat nilai kesiapan sekolah. Jawaban responden akan dikelompokan
menjadi 2 kategori yaitu siap dan belum siap. Kategori tersebut didasarkan
atas interval. Apabila seluruh kelas interval mempunyai besar kelas yang
sama, besar kelas sering diberi simbol c yang merupakan selisih antara dua
lower limit atau dua upper limit yang berdekatan, disebut nilai kelas interval
(Supranto, J., 1987). Persamaan untuk menentukan besarnya kelas interval:
c = ��− �� �
dimana : c : perkiraan besarnya kelas
k : banyaknya kelas
Xn : nilai observasi terbesar