kurangnya produksi dopamin didalam tubuh yang disebabkan karena substansia nigra mati atau mengalami perubahan fungsi. Kalsium yang berlebih didalam sel dapat menyebabkan beberapa fungsi sel terganggu, salah satunya pelepasan neurotransmiter yaitu adenosin, norepinefrin, dopamin dan glutamat. Hal ini menyebabkan banyaknya kalsium didalam sel dapat menyebabkan pelepasan dopamin terganggu. Proses pelepasan dopamin ini sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit Parkinson. Tujuan. Mengukur risiko penggunaan obat antihipertensi calcium channel blockers (CCBs) terhadap terjadinya penyakit Parkinson.
Metode. Desain penelitian ini adalah matched case-control dengan rasio 1:2 antara jenis
kelamin dan usia (± 5 tahun). Data dianalisis bivariat dengan uji Chi-Square atau Fisher dilanjutkan dengan uji multivariat yaitu uji regresi logistik (p<0,05). Hasil. Data 177 responden penelitian terdiri dari 90 laki-laki (50,8%) dan 87 perempuan (49,2%). Sebanyak 59 orang responden memiliki riwayat parkinson dimana 35 orang diantaranya memiliki riwayat hipertensi dan sebanyak 21 orang memiliki riwayat penggunaan antihipertensi golongan CCB. Analisis bivariat menunjukkan hasil OR = 0,590 : 95%CI : 0,307-1,136 : p = 0,113 untuk hipertensi dan OR = 1,160 : 95%CI : 0,493-2,729 : p = 0,733 untuk penggunaan antihipertensi golongan CCB serta beberapa variabel yang signifikan terhadap kejadian parkinson, yaitu responden yang memiliki keluarga dengan riwayat parkinson OR = 3,810 : 95%CI : 1,311-11,066 : p = 0,009, riwayat DM OR = 0,187 : 95%CI : 0,063-0,558 : p = 0,001 dan mengkonsumsi alkohol OR = 13,245 : 95%CI : 1,556-112,773 : p = 0,006. Analisis multivariat menunjukan riwayat keluarga dengan parkinson (p = 0,031), riwayat DM (p = 0,006) dan mengkonsumsi alkohol (p = 0,019) memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian penyakit parkinson. Kesimpulan : Tidak ada efek perlindungan antihipertensi golongan CCB terhadap kejadian penyakit parkinson.
Parkinson's disease is a neurodegenerative disease that is caused by a lack of dopamine production in the body caused by the substantia nigra died or undergo changes in function.
Excess calcium inside the cell can cause multiple cell functions compromised, one of which is the release of neurotransmitters namely adenosine, norepinephrine, dopamine and glutamate. This causes the surge of calcium inside the cell that can disturb the release of dopamine. The process of dopamine release is highly influential on the occurrence of
Parkinson’s disease. Aim : To know whether the use of calcium channel blockers (CCBs)
antihypertensive medications is associated with the occurrence of Parkinson's disease in nerve poly of Bethesda Hospital in Yogyakarta. Method : This study’s design was a case -control with the matching process (1: 2) between the sex and age (± 5 years). Data were analyzed by bivariate with Chi-square or Fisher test continued by multivariate namely logistic regression test (p <0.05). Results : Data of 177 survey respondents consisted of 90 males (50.8%) and 87 women (49.2%). A total of 59 respondents have a history of Parkinson's in which 35 of them have a history of hypertension and at least 21 people have a history of antihypertensive use of CCB class. Bivariate analysis shows results of OR = 0,590 : 95%CI : 0.307-1.136 : p = 0.113 for hypertension and OR = 1.160 : 95%CI : 0.493-2.729 : p = 0.733 for antihypertensive use of CCB class as well as some significant variables on the incidence of Parkinson's, namely the respondents who have a family history of Parkinson OR = 3,810 : 95%CI : 1.311-11.066 : p = 0.009, DM history OR = 0.187 : 95%CI : 0.063-0.558 : p = 0.001 and consuming alcohol OR = 13.245 : 95%CI : 1.556-112.773 : p = 0,006. Multivariate analysis shows that a family with history of Parkinson (p = 0.031), history of DM (p = 0.006) and consuming alcohol (p = 0.019) have a significant relation to the incidence of Parkinson's disease. Conclusion : There is no protective effect with antihypertensive use of CCB the incidence of Parkinson's disease.
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN PENYAKIT PARKINSON DI RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Florentina Kassandra
NIM : 138114138
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN PENYAKIT PARKINSON DI RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Florentina Kassandra
NIM : 138114138
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
“
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah,maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta,
menerima dan setiap orang yang mencari,
mendapat dan setiap orang yang mengetok,
baginya pintu dibukakan
”
( Mat 7 : 7-8 )
Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, kupersembahkan
karya ini untuk :
Orang Tua dan Keluarga
Sahabat dan Teman-teman
Farmasi Angkatan 2013
viii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa penulis panjatkan atas segala
berkat, rahmat, dan limpahan kasih-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat
menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Penggunaan Obat
Antihipertensi Dan Penyakit Parkinson Di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta”
sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini mendapat dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan izin dan arahan kepada peneliti.
2. Dr.dr.Rizaldy Taslim Pinzon, Mkes, SpS, selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak membantu dalam berbagai ilmu, pengetahuan, dan
wawasan, serta bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
berdiskusi dan mengarahkann penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. Dan Christianus Heru Setiawan, M.Sc.,
Apt., selaku dosen penguji atas semua saran, dan dukungan yang
membangun.
4. Kepala Rumah Sakit Bethesda dan Poli Saraf rawat jalan yang memberikan
ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian dan pengambilan data.
5. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana, yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian.
6. Pasien Poli Saraf rawat jalan di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta yang
telah bersedia terlibat dalam penelitian sebagai responden.
7. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama proses
perkuliahan.
8. Bapak Apolonaris Biong, Mama Yosepa Sepina, Abangku Doroteus Martyan,
Adekku Pertiwi Putri Erawati dan seluruh keluarga tercinta, sumber
ix
perhatian, kesabaran dalam membimbing penulis dari awal hingga
berakhirnya penulisan ini.
9. Teman-teman seperjuangan skripsi Lia, Ocha, Santi, Reni, Tiara, Atika, Kris,
Rendra dan Cahyo yang selalu berjuang bersama dan saling memberikan
semangat.
10. Sahabat-sahabat Dea Puput Arisanti, Agnes Scherine Karlinda, Herlince Apu,
Herawati Claudia, Marihot Tua Sitohang, Wendy Felix, Ryan Wilson,
Chrisna Rotua Simorangkir, Xavier Sakti, Kenny Kowira, atas semua hiburan
dan selalu mengingatkan penulis selama ini.
11. Bapak Ibu dan teman-teman dari kos Cinta atas segala doa, dukungan,
semangat, dan nasehat kepada penulis.
12. Teman-teman FSM D 2013, FKK C 2013 dan semua angkatan 2013 yang
telah bersama-sama berproses dan berbagi suka duka di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan
serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama
di bidang ilmu farmasi.
Yogyakarta, 14 Januari 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii
PRAKATA ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
ABSTRAK ... xiv
ABSTRACT ... xv
PENDAHULUAN ... 1
METODE PENELITIAN ... 3
Desain dan subjek penelitian ... 3
Instrumen Penelitian ... 3
Analisis statistik ... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4
KESIMPULAN ... 12
SARAN ... 12
xi
LAMPIRAN ... 15
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat izin penelitian ... 15
Lampiran 2. Ethical Clearance ... 16
Lampiran 3. Informed Consent ... 17
Lampiran 4. Form Wawancara ...20
Lampiran 5. Definisi Operasional ...22
Lampiran 6. Perhitungan Sampel Penelitian ... 23
Lampiran 7. Surat Keterangan Clinical Epidemiology & Biostatistics Units (CE & BU) ...24
Lampiran 8. Tabel Uji Analisis SPSS ...25
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Analisis Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Kejadian
Parkinson ... 5
Tabel II. Analisis Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Kejadian
Parkinson ... 7
Tabel III. Analisis Hubungan Antara Penggunaan Antihipertensi Terhadap
Kejadian Parkinson ... 9
Tabel IV. Analisis Hubungan Antara Penggunaan Antihipertensi Amlodipine dan
Nifedipine Terhadap Kejadian Parkinson ...11
xiv
Abstrak
Penyakit Parkinson merupakan suatu penyakit neurodegeneratif yang disebabkan oleh kurangnya produksi dopamin didalam tubuh yang disebabkan karena substansia nigra mati atau mengalami perubahan fungsi. Kalsium yang berlebih didalam sel dapat menyebabkan beberapa fungsi sel terganggu, salah satunya pelepasan neurotransmiter yaitu adenosin, norepinefrin, dopamin dan glutamat. Hal ini menyebabkan banyaknya kalsium didalam sel dapat menyebabkan pelepasan dopamin terganggu. Proses pelepasan dopamin ini sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit Parkinson. Tujuan. Mengukur risiko penggunaan obat antihipertensi calcium channel blockers (CCBs) terhadap terjadinya penyakit Parkinson. Metode. Desain penelitian ini adalah matched case-control dengan rasio 1:2 antara jenis kelamin dan usia (± 5 tahun). Data dianalisis bivariat dengan uji Chi-Square atau Fisher dilanjutkan dengan uji multivariat yaitu uji regresi logistik (p<0,05). Hasil. Data 177 responden penelitian terdiri dari 90 laki-laki (50,8%) dan 87 perempuan (49,2%). Sebanyak 59 orang responden memiliki riwayat parkinson dimana 35 orang diantaranya memiliki riwayat hipertensi dan sebanyak 21 orang memiliki riwayat penggunaan antihipertensi golongan CCB. Analisis bivariat menunjukkan hasil OR = 0,590 : 95%CI : 0,307-1,136 : p = 0,113 untuk hipertensi dan OR = 1,160 : 95%CI : 0,493-2,729 : p = 0,733 untuk penggunaan antihipertensi golongan CCB serta beberapa variabel yang signifikan terhadap kejadian parkinson, yaitu responden yang memiliki keluarga dengan riwayat parkinson OR = 3,810 : 95%CI : 1,311-11,066 : p = 0,009, riwayat DM OR = 0,187 : 95%CI : 0,063-0,558 : p = 0,001 dan mengkonsumsi alkohol OR = 13,245 : 95%CI : 1,556-112,773 : p = 0,006. Analisis multivariat menunjukan riwayat keluarga dengan parkinson (p = 0,031), riwayat DM (p = 0,006) dan mengkonsumsi alkohol (p = 0,019) memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian penyakit parkinson. Kesimpulan : Tidak ada efek perlindungan antihipertensi golongan CCB terhadap kejadian penyakit parkinson.
xv
Abstract
Parkinson's disease is a neurodegenerative disease that is caused by a lack of dopamine production in the body caused by the substantia nigra died or undergo changes in function. Excess calcium inside the cell can cause multiple cell functions compromised, one of which is the release of neurotransmitters namely adenosine, norepinephrine, dopamine and glutamate. This causes the surge of calcium inside the cell that can disturb the release of dopamine. The process of
dopamine release is highly influential on the occurrence of Parkinson’s disease. Aim : To know whether the use of calcium channel blockers (CCBs)
antihypertensive medications is associated with the occurrence of Parkinson's
disease in nerve poly of Bethesda Hospital in Yogyakarta. Method : This study’s
design was a case-control with the matching process (1: 2) between the sex and age (± 5 years). Data were analyzed by bivariate with Chi-square or Fisher test continued by multivariate namely logistic regression test (p <0.05). Results : Data of 177 survey respondents consisted of 90 males (50.8%) and 87 women (49.2%). A total of 59 respondents have a history of Parkinson's in which 35 of them have a history of hypertension and at least 21 people have a history of antihypertensive use of CCB class. Bivariate analysis shows results of OR = 0,590 : 95%CI : = 13.245 : 95%CI : 1.556-112.773 : p = 0,006. Multivariate analysis shows that a family with history of Parkinson (p = 0.031), history of DM (p = 0.006) and consuming alcohol (p = 0.019) have a significant relation to the incidence of Parkinson's disease. Conclusion : There is no protective effect with antihypertensive use of CCB the incidence of Parkinson's disease.
1
PENDAHULUAN
Penyakit Parkinson merupakan suatu penyakit degeneratif pada sistem
saraf yang ditandai dengan adanya tremor (muncul pada saat istirahat), rigiditas
(kekakuan), akinesia atau bradikinesia (gerakan yang lambat), postural instability
(ketidakseimbangan postural) (Ginsberg, 2005). Gejala penyakit Parkinson sekitar
5–10 persen pada awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, akan tetapi rata–rata
menyerang penderita dengan usia 65 tahun (Pinzon & Adnyana, 2015).
Berdasarkan data dari WHO, insidensi penyakit Parkinson di Asia menunjukkan
1,5 sampai 8,7 kasus per tahun di Cina dan Taiwan, sedangkan di Singapura,
Wakayama dan Jepang, terdapat 6,7 sampai 8,3 kasus per tahun, dengan kisaran
umur 60 sampai 69 tahun dan jarang di temukan pada umur <50 tahun
(Muangpaisan, 2009).
Di Amerika Serikat, ada sekitar 60.000 penderita Parkinson setiap
tahunnya. Di Indonesia sendiri, diperkirakan 10 orang dari setiap tahunnya
mengalami penyakit Parkinson. Penderita Parkinson sampai saat ini sekitar
200.000-400.000 (Pinzon & Adnyana, 2015). Statistika menunjukkan, baik di luar
negeri maupun di dalam negeri, laki-laki lebih banyak terkena dibandingkan
wanita (3:2) dengan alasan yang belum diketahui (Dipiro, 2008). Penyakit
Parkinson diperkirakan menyerang 876.665 orang di Indonesia dari total jumlah
penduduk sebesar 238.452.952. Total kasus kematian akibat penyakit Parkinson di
Indonesia menempati peringkat ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di Asia dengan
prevalensi mencapai 1100 kematian pada tahun 2002 (Noviani, 2010). Penelitian
oleh Laksono et al (2013) juga menyebutkan, di RSUD Serang tahun 2007 sampai
2010, didapatkan 51 kasus penyakit Parkinson.
Dalam perawatan penyakit Parkinson salah satu aspek penting yang harus
di perhatikan adalah obat-obatan yang dapat mempengaruhi penyakit Parkinson.
Salah satu obatnya adalah antihipertensi yaitu metildopa dan calcium channel
blocker pernah di laporkan menyebabkan drug-induced Parkinsonisme (Pinzon &
Adnyana, 2015). Studi prospektif menunjukkan peningkatan risiko Parkinson
Disease pada pasien hipertensi. Beberapa mekanisme spekulatif termasuk
2
menyebabkan lesi serebrovaskular iskemik, peningkatan stres oksidatif, dan
modulasi sistem renin-angiotensin pusat (RAS) yang mengarah ke Parkinson
Disease. Tidak diketahui secara jelas apakah dengan menurunkan tekanan darah
memiliki peran dalam mengurangi risiko Parkinson Disease. Efek yang diamati
dari penurunan risiko Parkinson Disease pada pengguna Calcium channel blocker
diasumsikan terutama oleh adanya tindakan pelindung saraf bukan karena
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi (Gudala, 2015).
Hipertensi merupakan suatu penyakit yang paling sering muncul di
Indonesia. Seseorang dikatakan hipertensi apabila setelah dilakukan pengukuran
beberapa kali, hasil pengukuran tetap tinggi yaitu nilai sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg (Prasetyaningrum, 2014). Daerah Istimewa Yogyakarta masuk dalam lima besar provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak di Indonesia
bersama dengan provinsi lain seperti Jawa Timur, Bangka Belitung, Sulawesi
Tengah dan Jawa Tengah (Dinkes Sleman, 2012).
Penelitian case-control oleh Savica et al (2012) mengatakan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna terhadap penggunaan obat antihipertensi
dengan terjadinya resiko penyakit Parkinson (OR 1,00; 95% CI, 0,65-1,54).
Penelitian kohort oleh Simon et al (2010) menyatakan bahwa tidak adanya efek
perlindungan (penurunan risiko) terhadap penyakit Parkinson pada orang yang
menggunakan obat antihipertensi calcium channel blockers (RR=1,18,95% CI;
0,73,-1,92). Penelitian kohort oleh Lee et al (2014) menunjukkan bahwa terjadi
penurunan penyakit Parkinson dengan penggunaan obat antihipertensi calcium
channel blockers (HR, 0,75; 95% CI, 0,59-0,96). Penelitian kohort oleh Pasternak
et al (2012) juga mengatakan bahwa pengunaan dihydropyridine calcium channel
3
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah case-control yang dilakukan di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta. Dalam penelitian ini dilakukan analisis hubungan antara
hipertensi dan penggunaan obat antihipertensi calcium chanel blocker terhadap
timbulnya penyakit Parkinson. Pengambilan data dilakukan pada 2 kelompok
responden yaitu satu kelompok kasus dan satu kelompok kontrol. Kelompok
kasus adalah kelompok responden yang terdiagnosa penyakit Parkinson oleh
dokter dan kelompok kontrol adalah responden yang tidak terdiagnosa penyakit
Parkinson oleh dokter. Data diperoleh dari wawancara, mengamati rekam medis
dan data diolah dan dianalisis dengan metode statistika.
Pemilihan responden penelitian dengan teknik consecutive sampling dimana
responden penelitian dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria
inklusi pada kelompok kasus dalam penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosa
penyakit Parkinson oleh dokter, bersedia menjadi subjek penelitian dengan
menandatangani informed consent serta bersedia untuk diwawancarai dan kriteria
inklusi pada kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah pasien yang tidak
terdiagnosa penyakit Parkinson oleh dokter, bersedia menjadi subjek penelitian
dengan menandatangani informed consent serta bersedia untuk diwawancarai.
Responden penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi,
menandatangani informed consent dan bersedia untuk diwawancarai dalam
penelitian ini adalah 177 orang. Kelompok kasus berjumlah 59 orang dan
kelompok kontrol berjumlah 118 orang ( 1:2 ).
Instrumen yang digunakan adalah panduan wawancara yang mengacu pada
penelitian Association of Blood Pressure and Hypertension With the Risk of
Parkinson Disease: The National FINRISK Study yang telah di modifikasi.
Pengambilan data dilakukan dengan dua langkah yaitu mewawancarai pasien yang
terdaftar dalam data poli syaraf dan melihat rekam medis pasien untuk
mengkonfirmasi terkait pengobatan (antihipertensi) yang di terima oleh pasien.
Panduan wawancara diisi oleh responden dan dipandu oleh pewawancara. Hasil
wawancara serta konfirmasi RM pasien tersebut digunakan untuk melihat apakah
4
atau tidak terhadap kejadian penyakit parkinson. Data yang telah diperoleh
dikumpulkan dalam worksheet Excel®. Data tersebut diolah dengan uji hipotesis
Chi-Square (X2) atau Fisher dan data diolah dengan analisis multivariat regresi
logistik ketika hasil dari analisis bivariat di atas mempunyai nilai p < 0,05.
Penelitian telah mendapat izin dari Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian telah disetujui oleh Komisi Etik
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Duta Wacana Yogyakarta dengan nomor 252/C.16/FK/2016, sedangkan keaslian
penelitian juga telah disetujui oleh Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini jumlah responden yang memenuhi kriteria penelitian
sebanyak 177 orang, yang terdiri dari 90 laki-laki (50,8%) dan 87 perempuan
(49,2%). Dikelompokkan berdasarkan kelompok kasus (parkinson) dan kelompok
kontrol (tidak parkinson) dengan proses matching antara jenis kelamin dan usia (±
5 tahun). Responden yang ikut dalam penelitian ini berstatus sedang menjalani
rawat jalan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Berdasarkan Tabel I sebanyak 87,7% responden penelitian berusia >60
tahun, 67,2% memiliki riwayat hipertensi, 20,9% memiliki riwayat DM, 9,0%
memiliki keluarga dengan riwayat parkinson, 28,8% memiliki riwayat cedera
kepala, 38,4% memiliki riwayat kolesterol, 4,0% mengkonsumsi alkohol, 26%
mengkonsumsi kopi, 75,7% mengkonsumsi teh, 4,6% merokok dan 55,9% yang
rutin berolahraga. Pada karateristik usia didapatkan nilai p sebesar 0,429 yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna antara usia terhadap
kejadian penyakit parkinson. Karakteristik responden dengan jenis kelamin
didapatkan nilai p sebesar 1,000 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
5
Tabel I. Analisis Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Kejadian Parkinson
Responden yang memiliki keluarga dengan riwayat Parkinson didapatkan
nilai p sebesar 0,009 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara keluarga dengan riwayat parkinson terhadap kejadian parkinson.
Karakteristik
Keluarga dengan Riwayat Parkinson
0,009 3,810 (1,311-11,066)
Diabetes Melitus (DM)
0,001 0,187 (0,063-0,558)
Kolestrol
0,006* 13,245 (1,556-112,773)
6
Responden yang memiliki keluarga dengan riwayat Parkinson memiliki risiko
3,810 (95%CI=1,311-11,066, p=0,009) kali terkena parkinson dibandingkan
dengan yang tidak memiliki keluarga dengan riwayat parkinson. Hasil tersebut
sejalan dengan pernyataan yang menjelaskan bahwa adanya riwayat penyakit
parkinson pada keluarga meningkatkan faktor resiko menderita penyakit
parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia
lebih dari 70 tahun (Dipiro,2008).
Responden dengan riwayat DM didpatkan nilai p sebesar 0,001yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat DM
terhadap kejadian parkinson. Responden dengan riwayat DM memiliki risiko
0,187 (95%CI=0,063-0,558, p=0,001) kali terkena parkinson dibandingkan
dengan yang tidak memiliki riwayat DM. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Lu et al (2014) yang mengatakan bahwa terjadi penurunan
penyakit parkinson pada penderita DM (OR 0,75; 95% CI 0,58–0,98).
Responden yang mengkonsumsi alkohol didapatkan nilai p sebesar 0,006
yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi
alkhol terhadap kejadian parkinson. Responden yang mengkonsumsi alkohol
memiliki risiko 13,245 (95%CI=1,556-112,773, p=0.006) kali terkena parkinson
dibandingkan dengan responden yang tidak mengkonsumsi alkohol. Hasil tersebut
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh SB Sipetic et al (2012) yang
mengatakan bahwa risiko penyakit parkinson meningkat secara signifikan dengan
meningkatnya jumlah konsumsi alkohol (OR = 4,78; 95% CI = 2,67-8,55).
Responden yang memiliki riwayat kolesterol didapatkan nilai p sebesar
0,662 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna antara
riwayat kolesterol terhadap kejadian parkinson. Hasil tersebut sejalan dengan
penelitian yang di lakukan oleh Simon et al (2007) yang mengatakan bahwa tidak
adanya hubungan antara riwayat kolesterol terhadap kejadian parkinson.
Responden yang mengkonsumsi kopi didapatkan nilai p sebesar 0,196 yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna antara konsumsi
kopi terhadap kejadian parkinson. Responden yang mengkonsumsi teh didapatkan
7
bermakna antara konsumsi teh terhadap kejadian parkinson. Responden yang
merokok didapatkan nilai p sebesar 0,479 yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang tidak bermakna antara merokok terhadap kejadian parkinson.
Menurut Checkoway (2002), hasil tersebut dapat terjadi karena untuk data asupan
kafein dan merokok didapat tergantung pada jawaban pasien. Hal tersebut dapat
menunjukkan hasil yang bias pada penelitian ini.
Responden yang rutin berolahraga didapatkan nilai p sebesar 0,333 yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna antara rutin
berolahraga terhadap kejadian parkinson. Menurut Xu et al (2010) hasil tersebut
dapat terjadi karena data didapat dari jawaban responden, dimana jawaban
tersebut bergantung pada ingatan responden. Hal ini yang dapat menyebabkan
hasil yang bias pada penelitian ini.
Tabel II. Analisis Hubungan karakteristik responden Terhadap Kejadian Parkinson
Karakteristik
n (%)
Total
(%) p
Parkinson Non Parkinson
Hipertensi
Menurut penelitian oleh Gudala (2015) hipertensi yang tidak diobati akan
berkembang menjadi kronis yang dapat menyebabkan lesi serebrovaskular
iskemik, peningkatan stres oksidatif, dan modulasi sistem renin-angiotensin pusat
(RAS) yang mengarah ke Parkinson Disease. Berdasarkan hasil yang ditunjukkan
pada Tabel II responden yang menderita hipertensi antara kelompok parkinson
dan tidak parkinson lebih banyak di bandingkan yang tidak menderita hipertensi.
Kejadian tersebut bisa disebabkan karena faktor usia responden. Menurut syahrini
(2012) hipertensi paling banyak terjadi pada usia 55-64 tahun.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara kelompok yang menderita parkinson dan kelompok yang tidak menderita
8
yang dilakukan oleh Simon et al (2007) yang mengatakan bahwa penyakit
parkinson tidak signifikan berhubungan dengan riwayat hipertensi.
Menurut penelitian oleh Kenborg (2015) cedera kepala dapat memicu kaskade fisiologis yang melibatkan beberapa proses dalam perkembangan
penyakit parkinson seperti peradangan saraf dan aktivasi mikroglia, akumulasi α -synuclein, gangguan fungsi mitokondria dan peningkatan produksi radikal bebas. Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel II responden yang mengalami cedera kepala antara kelompok parkinson dan kelompok tidak parkinson lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami cedera kepala.
Hasil uji statistik bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
kelompok yang menderita parkinson dan kelompok yang tidak menderita
parkinson terhadap riwayat cedera kepala. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kenborg (2015) yang mengatakan bahwa hasil penelitian
mereka tidak menemukan bukti hubungan antara cedera kepala dengan penyakit parkinson, kecuali pada masa remaja.
Menurut Satyanegara (2010), tingginya kadar kalsium pada intrasel yaitu di
atas 10,4 mol/L dapat memacu serangkaian reaksi yang secara potensial
mempunyai efek serius terhadap fungsi dan integrasi sel, pelepasan
neurotransmiter, lipolisis dan proteolisis. Pelepasan Neurotransmiter ini seperti
adenosin, norepinefrin, dopamin dan glutamat yang selanjutnya akan menginduksi
suatu reaksi yang menghasilkan radikal bebas melalui autooksidasi, reaksi
hiposantin dan lipolysis. Hal ini menyebabkan dengan banyaknya kalsium
didalam sel dapat menyebabkan pelepasan dopamin terganggu, dimana proses
pelepasan atau produksi dopamin ini sangat berpengaruh terhadap terjadinya
peyakit Parkinson. Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gudala (2015) mengatakan bahwa terdapat hubungan antara kalsium dan neuron
dopaminergik dimana neuron dopaminergik disubstansia nigra memiliki pintu
saluran kalsium 1,3 L-type yang digunakan untuk memacu jantung bekerja. Menurut Gudala (2015), dengan menghalangi masuknya kalsium dapat mencegah
atau menghentikan perkembangan Parkinson Disease. Efek penurunan risisko
9
saraf bukan karena penurunan tekanan darah pada pasien dengan riwayat hipertensi.
Tabel III. Analisis Hubungan Antara Penggunaan Antihipertensi Terhadap Kejadian Parkinson
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel III responden penelitian yang menggunakan CCB (72 orang; 63,2%) dan yang menggunakan Non-CCB (42 orang; 36,8%). Jumlah responden yang menggunakan CCB pada kelompok yang menderita parkinson (21 orang; 18,4%) dan yang menggunakan Non-CCB (11 orang; 9,6%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna antara kelompok yang menderita parkinson dan kelompok yang
tidak menderita parkinson terhadap riwayat penggunaan CCB maupun Non-CCB.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ton et al (2007) yang
mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara riwayat penggunaan CCB
maupun Non-CCB terhadap risiko penyakit parkinson.
Responden yang menggunakan antihipertensi golongan CCB dibagi menjadi
CCB tunggal (72 orang; 63,2%) dan CCB dengan kombinasi (5 orang; 6,5%).
Jumlah responden yang menggunakan CCB tunggal pada kelompok yang
menderita parkinson (21 orang; 27,3%) dan responden yang menggunakan CCB
dengan kombinasi (3 orang; 3,9%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
Karakteristik
n (%)
p Parkinson Tidak Parkinson
Antihipertensi
10
terdapat hubungan yang tidak bermakna antara kelompok yang menderita
parkinson dan kelompok yang tidak menderita parkinson terhadap riwayat
penggunaan CCB maupun CCB dengan kombinasi.
Responden yang menggunakan antihipertensi golongan CCB dibagi menjadi
dua kelompok berdasarkan lama penggunaannya yaitu < 2,5 tahun (34 orang;
47,2%) dan ≥ 2,5 tahun (38 orang; 52,8%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna antara kelompok yang menderita
parkinson dan kelompok yang tidak menderita parkinson terhadap riwayat
penggunaan CCB < 2,5 tahun maupun ≥ 2,5 tahun. Hasil tersebut sejalan dengan
penelitian yang di lakukan oleh Ton et al (2007) yang mengatakan bahwa tidak
terdapat hubungan antara durasi penggunaan CCB terhapat kejadian parkinson.
Menurut Gudala (2015), terjadi penurunan risiko kejadian parkinson pada
riwayat penggunaan amlodipine dan felodipine. Penelitian Lee et al (2014)
mengatakan bahwa terdapat efek menguntungkan dari penggunaan antihipertensi
golongan CCB kelas dihydropyridine yang diperkirakan berasal dari target
kerjanya yaitu bekerja pada saluran Ca (V) 1,3 L-type dan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi didalam otak dari pada yang bertindak di perifer. Ada pengaruh pada pemberian tingkatan dosis amlodipin terhadap kejadian parkinson, namun hal serupa tidak ditemukan pada felodipine dan nifedipine. Amlodipine mempunyai mekanisme kerja yaitu tidak melintasi sawar darah-otak dengan mudah seperti felodipine, sehingga amlodipine memiliki beberapa efek perlindungan lainya dari pada efek antagonis pada saluran kalsium dalam sistem saraf pusat (Lee et al, 2014).
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel III responden yang
menggunakan antihipertensi golongan CCB memiliki dosis 5 mg (45 orang;
62,5%) dan 10 mg (27 orang; 37,5%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara kelompok yang menderita parkinson dan
kelompok yang tidak menderita parkinson terhadap dosis CCB yang digunakan.
Responden yang menggunakan antihipertensi golongan CCB (amlodipine)
memiliki dosis 5 mg (45 orang; 67,1%) dan 10 mg (22 orang; 32,9%). Hasil uji
11
yang menderita parkinson dan kelompok yang tidak menderita parkinson terhadap
dosis CCB (amlodipin) yang digunakan.
Tabel IV. Analisis Hubungan Antara Penggunaan Antihipertensi Tunggal,
Amlodipine dan Nifedipine Terhadap Kejadian Parkinson
Pada penelitian ini antihipertensi golongan CCB yang digunakan terdiri dari
amlodipine (67 orang; 93,1%) dan nifedipine (5 orang; 6,9%). Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kelompok yang
menderita parkinson dan kelompok yang tidak menderita parkinson terhadap
penggunaan amlodipine maupun nifedipine.
Hasil diatas dapat terjadi diduga karena adanya paparan dari beberapa faktor
risiko parkinson seperti riwayat hipertensi, riwayat DM, riwayat kolesterol serta
pola hidup dimana peneliti tidak dapat memastikan faktor mana yang lebih
mempengaruhi kejadian parkinson. Hal ini yang dapat membuat hasil penelitian
menjadi bias.
Tabel V. Hasil Analisis Multivariat Antara Riwayat Keluarga dengan Parkinson,
Riwayat DM dan Riwayat Konsumsi Alkohol Terhadap Kejadian Parkinson
Karekteristik p OR (95%CI)
Riwayat keluarga dengan Parkinson 0,031 3,450 (1,118-10,644)
Riwayat DM 0,006 0,194 (0,060-0,623)
Riwayat Konsumsi Alkohol 0,019 15,744 (1,579-157,004)
Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa riwayat keluarga dengan
parkinson, riwayat DM dan mengkonsumsi alkohol memiliki hubungan yang
bermakna terhadap kejadian penyakit parkinson.
Keterbatasan dari penelitian ini adalah peneliti tidak mampu mengendalikan
kualitas pencatatan, pengukuran dan keakuratan data terhadap jawaban pasien.
Peneliti kesulitan dalam membaca beberapa koding dalam rekam medis serta
peneliti tidak menanyakan secara spesifik untuk data konsumsi kopi (hitam atau
sachetan), konsumsi teh (hijau atau herbal), konusumsi alkohol (beer atau wine),
12
aktivitas fisik (hitung pengeluaran energi responden) sehingga hal ini yang dapat
membuat hasil penilitian menjadi bias.
Keunggulan dari penelitian ini adalah mengunakan elektronik rekam medis
untuk mengkomfirmasi kembali jawaban responden terkait data penggunaan obat
antihipertensi dan beberapa penyakit penyerta. Hal ini dilakukan untuk
meminimalkan terjadinya hasil yang bias pada penelitian.
KESIMPULAN
Penggunaan CCB tidak berhubungan bermakna dengan kejadian penyakit
parkinson.
SARAN
Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
terkait riwayat penggunaan antihipertensi CCB terhadap kejadian parkinson
dengan menggunakan desain penelitian kohort dimana waktu yang dibutuhkan
lebih lama dan sampel yang digunakan lebih banyak. Peneliti menguasai atau
mengetahui cara membaca koding dalam rekam medis sehingga terjadinya hasil
bias dapat diminimalkan serta peneliti dapat lebih spesifik melakukan wawancara
pada responden terkait beberapa pola hidup sehingga dapat menghasilkan hasil
13
DAFTAR PUSTAKA
Checkoway H., Powers K., Weller T. S., Franklin G. M., Longstreth, W. T.,
Swanson P. D., 2002. “Parkinson’s Disease Risks Associated with Cigarette
Smoking, Alcohol Consumption, and Caffeine Intake”, American Journal of
Epidemiology, vol. 155, No. 8.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2012, http://dinkes.slemankab.go.id, diakses
tanggal 10 april 2016
Dipiro, J.T., et al., 2008. Pharmacotherpy handbook, 7th edition, Mc Graw hill, US. p.360
Ginsberg, L., 2005. Neurologi, 8th edition, Penerbit Erlangga, Jakarta, P. 100 Gudala, K., Kanukula, R., & Bansal, D., 2015. Reduced Risk of Parkinson’s
Disease in Users of Calcium Channel Blockers: A Meta-Analysis.
International Journal of Chronic Diseases, 2015 (March 2014), 697404.
Kenborg, L., Rugbjerg, K., Lee, P.-C., Ravnskjær, L., Christensen, J., Ritz, B., & Lassen, C. F., 2015. Head injury and risk for Parkinson disease: Results from a Danish case-control study. Neurology, 84(11), 1098–1103.
Laksono S.P., Qomariyah, Endang, P., 2013. Majalah Kesehatan PharmaMedika, 2011 Vol,3, No,2 , 268
Lee, Y. C., Lin, C. H., Wu, R. M., Lin, J. W., Chang, C. H., & Lai, M. S., 2014.
Antihypertensive agents and risk of Parkinson’s disease: a nationwide cohort
study. PLoS One, 9(6), e98961.
Lu L, Fu Dl, Li Hq, Liu Aj, Li Jh, et al., 2014. Diabetes and Risk of Parkinson's Disease: An Updated Meta-Analysis of Case-Control Studies. PLOS ONE 9(1): e85781.
Muangpaisan, W., Hori, H., & Brayne, C., 2009. Systematic review of the
prevalence and incidence of Parkinson’s disease in Asia. Journal of Epidemiology / Japan Epidemiological Association, 19(6), 281–93.
Noviani, E., 2010. “Hubungan Antara Merokok Dengan Penyakit Parkinson di
RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto”. Mandala of Health. 4, (2),
81-86
Pinzon R, Adnyana K, 2015, Penyakit Parkinson, Betha Grafika, Yogyakarta, hal.1-24
Prasetyaningrum Y, 2014, Hipertensi Bukan Untuk Ditakuti, Fmedia (Imprint AgroMedia Pustaka), Jakarta
S. Kang, G. Cooper, S. F. Dunne et al., 2012. “CaV1.3-selective L-type calcium
channel antagonists as potential new therapeutics for Parkinson’s disease,”
Nature Communications, vol. 3, p. 1146.
Satyanegara, dkk, 2010, Ilmu Bedah Saraf, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Savica, R., Grossardt, B. R., Ahlskog, J. E., & Rocca, W. A., 2012. Metabolic
14
Movement Disorders : Official Journal of the Movement Disorder Society,
27(8), 974–9.
SB, Sipetic., HD, Vlajinac., JM, Maksimovic., JM, Marinkovic., ED, Dzoljic., IS, Ratkov., VS, Kostic., 2012. Cigarette smoking, Coffee intake and alcohol
consumption preceding Parkinson’s disease : a case-control study.
Simon, K. C., Chen, H., Michael, S., & Ascherio, A., 2007. Hypertension, hypercholesterolemia, diabetes, and risk of Parkinson disease. Neurology,69 (17), 1688–1695.
Simon, K. C., Gao, X., Chen, H., Schwarzschild, M. A., & Ascherio, A., 2010. Calcium channel blocker use and risk of Parkinson’s disease. Movement
Disorders : Official Journal of the Movement Disorder Society, 25(12), 1818–
1822. http://doi.org/10.1002/mds.23191
Syahrini, E. N., Susanto, H. S. dan Udiyono, A., 2012, Faktor-faktor risiko
hipertensi primer di puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang, 2(1): hal
315-325.
Ton, T. G. N., Heckbert, S. R., Longstreth, W. T., Rossing, M. A., Kukull, W. A., Franklin, G. M., Checkoway, H., 2007. Calcium channel blockers and
beta-blockers in relation to Parkinson’s disease. Parkinsonism & Related Disorders, 13(3), 165–9.
15
16
17
Lampiran 3. Informed Consent
LEMBAR INFORMASI SUBJEK
Judul Penelitian : Hubungan Antara Penggunaan Obat Antihipertensi dan
Penyakit Parkinson Di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta
Jenis Penelitian : Studi (Observasional) Non-Experimental, Retrospektif
Nama Peneliti : Florentina Kassandra
Nama dan Alamat Penelitian : RS.Bethesda, Jl. Jend. Sudirman No. 70,
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Indonesia Lokasi (Tempat) Penelitian : Poli Saraf
1. Pendahuluan
Penyakit hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah Anda berada diatas atau melebihi batas normal. Beberapa studi melaporkan bahwa hipertensi yang tidak diobati akan berkembang menjadi kronis yang dapat menyebabkan lesi serebrovaskular iskemik, peningkatan stres oksidatif dan modulasi sistem renin-angiotensin pusat (RAS) yang mengarah ke penyakit parkinson.
Penyakit Parkinson merupakan suatu penyakit yang terjadi karena adanya gangguan atau perubahan fungsi pada sistem saraf yang juga dapat dikatakan suatu penyakit yang terjadi karena kehilangan fungsi dopaminergik (salah satu bahan kimia yang penting di dalam otak yang berfungsi sebagai penghantar sistem gerak tubuh).
calcium channel blockers merupakan salah satu obat antihipertensi
yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Obat calcium channel blockers terbagi atas dua kelas. Kelas pertama adalah dihydropyridine yaitu amlodipin, felodipin, isradipin, isradipin SR, lekarnidipin, nicardipin SR, nifedipin LA, Nisoldipin dan untuk kelas kedua adalah non-dihydropyridine yaitu diltiazem SR, verapamil SR. Beberapa Studi melaporkan bahwa penggunaan golongan obat ini dalam terapi hipertensi, terdapat hubungan terhadap kejadian penyakit parkinson.
Sebelum menyetujui untuk berpartisipasi dalam studi observasional ini, Anda harus membaca dan memahami terlebih dahulu formulir ini. Formulir ini menggambarkan tujuan, prosedur, manfaat dan risiko dalam penelitian ini. Silahkan minta peneliti maupun asisten peneliti untuk menjelaskan bagian formulir yang tidak Anda pahami. Luangkan waktu Anda dan jika perlu, diskusikan partisipasi Anda dengan teman atau kerabat Anda.
2. Tujuan Studi Observasional
Studi observasional ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang ada atau tidaknya hubungan antara penggunaan obat antihipertensi (CCB) terhadap kejadian penyakit parkinson.
18
komfirmasi persetujuan untuk berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian ini. Jika Anda memutuskan untuk tidak berpartisipasi maka hal ini tidak akan mempengaruhi perawatan medis Anda di masa depan.
3. Prosedur Studi
Penelitian ini merupakan studi (observasional) non-experimental dan bersifat retrospektif. Studi observasioanl adalah penelitian untuk pengumpulan data dan informasi yang relevan tentang penggunaan suatu obat dalam penggunaan sehari-hari. Pada penelitian ini pengumpulan data akan diambil berdasarkan hasil wawancara serta rekam medis milik Anda yang tertulis dalam RS.Bethesda ini.
Jika Anda setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka Anda akan diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang tertera pada lembar panduan pertanyaan wawancara. Panduan Pertanyaan wawancara ini dimaksud untuk dapat melihat apakah penggunaan obat antihipertensi tersebut memiliki hubungan atau tidak pada Anda. Semua data akan dikumpulkan sedemikian rupa sehingga nama atau inisial Anda tidak akan disebutkan. Dengan menandatangani lembar komfirmasi persetujuan, Anda setuju untuk tidak membatasi penggunaan data atau hasil yang diperoleh dari penelitian ini, asalkan hanya untuk tujuan ilmiah. Anda memiliki hak atas kerahasian mengenai data yang telah Anda beri dan privasi informasi medis Anda. Semua informasi pribadi yang disediakan akan sangat dirahasiakan.
4. Risiko Yang Terjadi Dalam Studi
Sebagai subjek dalam studi ini, Anda tidak akan terkena risiko apa-apa karena pada penelitian ini peneliti tidak melakukan experimental apapun pada Anda.
5. Manfaat Studi Bagi Subjek
20
22
Lampiran 5. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Cara Pengukuran dinyatakan oleh data
diagnosis dokter di
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Kategorik Parkinson dan
tidak Parkinson
Hipertensi adalah suatu
keadaan yang
menggambarkan
tekanan darah diatas normal yang diperoleh dari data wawancara
yang dikomfirmasi
ulang melalui data
rekam medis
Kategorik Hipertensi dan
tidak Hipertensi
Usia
Usia responden
didapatkan dari hasil wawancara atau dari
medis pasien Nominal
Laki laki dan
23
Lampiran 6. Perhitungan Sampel Penelitian
Penjabaran Perhitungan Sampel
Penjabaran perhitungan sample menggunakan Software Power and Sample Size
Calculations:
1. Kesalahan tipe 1 ( ditetapkan sebesar 5% 0,05
2. Kesalahan tipe 2 ( ditetapkan sebesar 20% sehingga power 100 – 20%
= 80% 0,8
3. Proporsi kontrol ( ) 21,2% (Ton et al, 2007)
4. m 2 (peneliti menetapkan m = 2 karena jumlah kasus masih jarang
terjadi atau masih sedikit sehingga apabila didapatkan jumlah kasus 1
jumlah kontrol dari kasus tersebut adalah 2)
5. OR 2,5 (karena belum banyaknya penelitian mengenai kasus ini maka
24
Lampiran 7. Surat Keterangan Clinical Epidemiology & Biostatistics
25
Lampiran 8. Tabel Uji Analisis SPSS
26
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 29.00.
27
Keluarga Dengan Riwayat Parkinson
28
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.33.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Keluarga Dengan Riwayat Parkinson
(Tidak / Ya) 3,810 1,311 11,066
For cohort Parkinson = Tidak
1,855 ,977 3,521
For cohort Parkinson = Ya
,487 ,312 ,760
N of Valid Cases
29
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.33.
31
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.00.
b. Computed only for a 2x2 table
32
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.67.
b. Computed only for a 2x2 table
33
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.33.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Konsumsi Alkohol
(Tidak / Ya) 13,245 1,556 112,773
For cohort Parkinson = Tidak 4,818 ,783 29,656
For cohort Parkinson = Ya ,364 ,250 ,530
35
Linear-by-Linear Association ,686 1 ,408
N of Valid Cases
177
36 Merokok
41 Dosis CCB
DOSIS CCB * Status Hipertensi Crosstabulation
Status Hipertensi Total Tidak Parkinson Parkinson
DOSIS
% within Status Hipertensi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 70,8% 29,2% 100,0%
Continuity Correctionb ,757 1 ,384
Likelihood Ratio 1,276 1 ,259 ,292 ,192
Fisher's Exact Test ,292 ,192
Linear-by-Linear Association 1,277c 1 ,258 ,292 ,192 ,111
N of Valid Cases 72
42
c. The standardized statistic is -1,130. Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for DOSIS CCB (10 mg / 5 mg)
,550 ,195 1,549
For cohort Status Hipertensi = Tidak Parkinson
,833 ,597 1,163
For cohort Status Hipertensi = Parkinson
1,515 ,744 3,085
N of Valid Cases 72
Dosis Amlodipin
Dosis Amlodipine * Status Hipertensi Crosstabulation
Status Hipertensi Total Tidak % within Status Hipertensi 100,0% 100,0% 100,0%
43
Continuity Correctionb ,120 1 ,729
Likelihood Ratio ,402 1 ,526 ,566 ,360
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,91. b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is -,635.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Dosis Amlodipine (10 mg / 5 mg)
,693 ,225 2,137
For cohort Status Hipertensi = Tidak Parkinson
,902 ,649 1,256
For cohort Status Hipertensi = Parkinson
1,302 ,586 2,893
44 Amlodipine dan Nifedipine
amlodipin * Status Hipertensi Crosstabulation
Status Hipertensi Total Tidak Parkinson Parkinson
amlodipin
% within Status Hipertensi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 70,8% 29,2% 100,0%
Continuity Correctionb 1,129 1 ,288
Likelihood Ratio 2,217 1 ,137 ,312 ,144
45
c. The standardized statistic is -1,561. Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for amlodipin (nifedipine / amlodipine)
,245 ,038 1,587
For cohort Status Hipertensi = Tidak Parkinson
,547 ,185 1,616
46
Lampiran 9. Instrumen Penelitian
INSTRUMEN PENELITIAN
NO VARIABEL JAWABAN KETERANGAN
1 Nomor rekam medic 02035859
2 Nama ( Inisial ) R
10 Riwayat Cedera Kepala:
47
14 Riwayat Kolesterol :
Ya
17 Mengkonsumsi Alkohol :
Ya Tidak
(1) (0) (0)
18 Mengkonsumsi Kopi :
48
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Hubungan Antara
Penggunaan Obat Antihipertensi dan Penyakit
Parkinson di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta ”
bernama lengkap Florentina Kassandra, lahir di Sintang,
20 Juni 1995, merupakan anak kedua dari dua bersaudara
pasangan Apolonaris Biong dan Yosepa Sepina.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK
Kanisius Pontianak (1999-2000), TK Panca setya 1 Sintang (2000-2001) pendidikan
Sekolah Dasar di SD Panca Setya 1 Sintang (2001-2007), pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di SMP Panca Setya 1 Sintang (2007-2010), pendidikan Sekolah
Menengah Atas di SMA Taruna Bumi Khatulistiwa Kubu Raya (2010-2013). Penulis
melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada
tahun 2013. Penulis terlibat dalam berbagai organisasi dan kepanitiaan, antara lain
menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma (2015), anggota divisi Pubdekdok pada acara Pharmacy Performance Road
to School (2014), anggota divisi P3K Pharmacy 3on3 (2014), anggota divisi DDU
Cara Belajar Ibu Aktif (2016), dan menjadi pubdekdok Komisi Pemilihan Umum
Gubernur BEMF dan Ketua DPMF Farmasi (2014). Selain itu, Penulis juga pernah