iv
PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DALAM TRANSAKSI NON-TUNAI AKIBAT KEGAGALAN SISTEM DITINJAU DARI PERATURAN BANK INDONESIA
TENTANG UANG ELEKTRONIK
ABSTRAK
Maharanny Permatha 110110110136
Alat pembayaran di Indonesia mengalami evolusi yang sangat pesat. Begitupun dengan transaksi menggunakan uang elektronik. Bank Indonesia mencanangkan Gerakan Nasional Non-Tunai sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan uang elektronik. Namun, dalam praktiknya tidak sedikit terjadi kegagalan sistem dalam transaksi non-tunai menggunakan uang elektronik yang menimbulkan kerugian bagi pemegang uang elektronik. Tujuan penelitian ini ialah untuk memberikan informasi mengenai perlindungan hukum pemegang uang elektronik dalam transaksi non-tunai akibat kegagalan sistem.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis-normatif, yaitu penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Spesifikasi penelitian bersifat deskriptif-analitis, yaitu menggambarkan penerapan dan pengaturan secara jelas mengenai permasalahan dan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan implementasi Peraturan Bank Indonesia Tentang Uang Elektronik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam praktik penggunaan uang elektronik, kedudukan bank yang dapat memiliki lebih dari satu peran menimbulkan konsekuensi dan tanggung jawab yang berbeda di dalam praktik penggunaan uang elektronik. Adapun perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam transaksi non-tunai akibat kegagalan sistem diamanatkan di dalam PBI Tentang Uang Elektronik, PBI Tentang Perlindungan Jasa Sistem Pembayaran dan POJK Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan. Pengaduan wajib diselesaikan terlebih dahulu oleh Lembaga Jasa Keuangan. Apabila tidak tercapai kesepakatan penyelesaian Pengaduan, maka penyelesaian sengketa dilakukan melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa.