4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sapi Potong
Ternak sapi potong mempunyai peranan yang kompleks di dalam sistem pertanian di Indonesia, sebagai fungsi ekonomi dan biologis, ternak sapi potong telah dikenal sejak lama. Sapi potong merupakan salah satu ternak yang diharapkan sumbangannya guna meningkatkan pendapatan petani dan sekaligus memberikan peranan untuk pertumbuhan ekonomi bagi petani di pedesaan. Tersedianya hijauan pakan ternak yang cukup jumlah dan mutunya, merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan usaha dalam pengembangan ternak sapi potong, baik bersekala besar, sedang maupun kecil (Rusdiana et al., 2016).
Sapi potong merupakan penyumbang daging terbesar dari kelompok ruminansia terhadap produksi daging nasional sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang menguntungkan. Sapi potong telah lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan tenaga kerja untuk mengolah tanah dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional. Pola usaha ternak sapi potong sebagian besar berupa usaha rakyat untuk menghasilkan bibit atau penggemukan, dan pemeliharaan secara terintegrasi dengan tanaman pangan maupun tanaman perkebunan (Suryana, 2009).
Sapi Simmental Peranakan Ongole (SimPO) merupakan hasil persilangan antara sapi Simmental dengan sapi PO. Karakteristik sapi ini menyerupai sapi PO dan Simmental dengan perpaduan antara ciri sapi PO dan sapi Simmental, antara lain: 1) warna bulu penutup badan bervariasi mulai dari putih sampai coklat kemerahan, 2) warna kipas ekor, ujung hidung, lingkar mata dan tanduk ada yang berwarna hitam dan coklat kemerahan, 3) profil kepala datar, panjang dan lebar, dahi berwarna putih, 4) tidak memiliki kalasa, 5) ada gelambir kecil, 6) pertulangan besar, postur tubuh panjang dan besar, warna tracak bervariasi dari hitam dan coklat kemerahan (Hartati et al., 2009).
Sapi Limpo merupakan hasil persilangan antara dua bangsa sapi yang berbeda dan diharapkan memiliki sifat unggul yang diwariskan sapi PO yaitu tahan terhadap panas dan dari sapi Limousin yaitu kecepatan pertumbuhannya yang tinggi. Performa sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif sapi-sapi Limpo diduga terdapat beberapa kesamaan dengan sapi PO karena genetik sapi Limpo mengandung genetik sapi PO. Sapi Limpo berwarna coklat muda dan sebagian kecil berwarna coklat tua. Perbedaan warna pada bangsa sapi Limpo tersebutdisebabkan oleh pengaruh sapi PO yang berwarna putih dan Limousin yangberwarna coklat. Karakteristik eksterior sapi Limpo antara lain memiliki bulu tubuhberwarna coklat, warna kulit disekitar mata bervariasi dari coklat sampai hitam, moncong berwarna hitam tetapi ada beberapa sapi yang berwarna merah. Hal inimerupakan hasil pewarisan sapi PO, sapi Limpo berpunuk, bertanduk dan terdapat bercak putih di kepala dengan profil muka datar (Ridho, 2017).
Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi lokal yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Karakteristik fenotip yang dimiliki sapi PO yaitu karakteristik fisik yang ditampilkan pada performa sapi PO. Sapi PO memiliki karakteristik seperti, memiliki punuk, gelambir kecil tipis, warna kulit dominan putih, punggung berbentuk garis lurus, terdapat garis punggung berwarna hitam, warna pantat dan kulit kaki sama dengan warna kulit dominan, memiliki ekor panjang (>50 cm) dan bentuk (konfomasi tubuh) seperti baji. Ukuran statistik vital sapi PO yang dimaksud adalah ukuran tubuh sapi yang berperan vital sebagai parameter peforma produksi yang digunakan sebagai parameter teknis penentuan standar bibit (Supartini et al., 2014).
Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) dengan sapi Zebu (Bos indicus) dan menjadi salah satu bangsa sapi lokal Indonesia. Karakteristik sapi Madura sudah sangat seragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan peralihan yang kurang jelas, bertanduk khas dan jantannya bergumba.
Ciri umum fisik Sapi Madura adalah jantan maupun betina sama berwarna merah bata, paha belakang berwarna putih, tanduk pendek beragam. Tanduk sapi betina berukuran 10 cm, sedangkan pada jantan berukuran 15-20 cm.
Tinggi sapi jantan bekisar 120 cm sampai 105 cm. Bobot hidup berkisar 220- 250 kg, dengan presentase karkas 50,96%-51,72% (Susilawati, 2017).
Sapi bali merupakan hasil domestikasi banteng yang mempunyai kekhasan tertentu bila dibandingkan dengan jenis sapi lainnya. Sapi bali merupakan salah satu ternak yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat di Bali. Sapi Bali secara anatomi mempunyai ciri khas tertentu yang berbeda dengan jenis sapi lainnya. Pedet jantan maupun betina mempunyai warna merah bata, sedangkan sapi jantan dewasa berubah warna dari merah bata menjadi hitam. Bulu bagian belakang kedua paha berwarna putih yang dikenal dengan white mirror, sedangkan bulu di bawah persendian loncat keempat kakinya berwarna putih yang dikenal dengan white stocking.
Bagian punggung terdapat garis berwarna hitam (alae stripe), serta ujung ekor berwarna hitam (Kendran et al., 2012).
B. Bakalan
Bakalan merupakan faktor yang penting karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Pengadaan bakalan dapat dilakukan dengan mengawinkan indukan sapi sendiri atau dengan membeli anak sapi.
Keuntungan pengadaan bakalan sapi dari pembibitan sapi sendiri adalah peternak dapat langsung menentukan jenis sapi yang ingin dipelihara untuk penggemukan (Yulianto danSaparinto, 2011).
Pemilihan sapi potong bakalan yang akan dipelihara akan tergantung pada selera peternak dan kemampuan modal yang dimiliki. Secara umum yangmenjadi pilihan peternak adalah sapi potong yang umumnya dipelihara di daerah atau lokasi peternakan dan yang paling mudah pemasarannya.
Pemilihan bakalan yang baik menjadi langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan usaha. Salah satu tolak ukur penampilan produksi sapi potong adalah penambahan bobot badan harian (PBBH) dari bakalan (Zainal, 2010).
Pemilihan bakalan untuk tujuan penggemukan harus memperhatikan bangsa sapi. Bangsa sapi yang digunakan untuk penggemukan sebaiknya dipilih bangsa sapi yang mempunyai produktivitas tinggi atau jenis unggul, baik sapi unggul lokal maupun jenis sapi impor atau persilangan. Beberapa jenis sapi unggul lokal yang dijadikan ternak potong adalah sapi Bali, Peranakan Ongole (PO) dan sapi Madura, sedangkan untuk jenis sapi unggul impor adalah sapi Brahman, Simmental, Limousin, Ongole dan Brangus.
Jenis kelamin sapi sebaiknya berjenis kelamin jantan. Sapi jantan pertumbuhannya lebih cepat dibanding sapi betina, selain itu juga untuk mencegah pemotongan ternakbetina produktif. (Endang, 2007).
C. Manajemen Perkandangan
Kandang merupakan salah satu unsur penting dalam suatu usaha peternakan, terutama dalam penggemukan ternak potong. Bangunan kandang yang baik harus bisa memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman.
Bangunan kandang diupayakan untuk melindungi sapi terhadap gangguan dari luar yang merugikan, baik dari sengatan matahari, kedinginan, kehujanan dan tiupan angin kencang. Kandang berfungsi sebagai lokasi tempat pemberian pakan dan minum. Adanya kandang diharapkan sapi tidak berkeliaran di sembarang tempat serta mudah dalam pemberian pakan dan kotorannya pun bisa dimanfaatkan seefisien mungkin (Kertawirawan, 2013).
Kandang merupakan salah satu hal yang penting dalam berternak sapi, karena dengan adanya kandang akan memberikan perlindungan kepada ternak dan memudahkan dalam pemeliharaan dan perawatan. Jarak kandang ternak sapi dengan rumah petani peternak (penduduk) rata-rata tidak terlalu jauh berkisar antara 3 sampai 10 meter. Hal ini bertujuan selain untuk kesehatan lingkungan sekitar juga untuk menjaga keamanan ternak sapi dari kasus pencurian atau untuk mempercepat pengamanan bila ada gangguan dari hewan liar yang mengganggu ternak sapi (Siregar, 2009).
Lokasi usaha peternakan diusahakan bukan areal yang masuk dalam daerah perluasan kota dan juga merupakan daerah yang nyaman dan layak untuk peternakan sapi. Kandang memiliki dua tipe yaitu individu dan
kelompok. Kandang individu merupakan model kandang yang digunakan untuk menempatkan satu ternak satu kandang. Kadang kelompok atau kandang komunal adalah model kandang yang menempatkan beberapa ekor ternak secara bebas tanpa diikat (Prasetya, 2012).
Pemilihan lokasi kandang harus memperhatikan beberapa pertimbangan antara lain ketersediaan sumber air, lokasi dekat dengan sumber pakan, memiliki areal perluasan, ketersediaan akses transportasi, jarak kandang dengan perumahan minimal 10 m. Kontruksi kandang dibuat sekokoh mungkin sehingga mampu menahan beban dan benturan serta dorongan dari ternak. Kontruksi kandang dirancang sesuai agroklimat wilayah, tujuan pemeliharaan dan status fisiologis ternak (Simamora et al., 2015).
Kontruksi kandang adalah suatu hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kandang. Kandang harus dilengkapi dengan atap, dinding, dan ventilasi yang baik agar suhu dan kelembabannya stabil. Kontruksi kandang dibuat permanen dan lantai diplester dengan posisi miring supaya kotoran serta urin sapi mudah mengalir ke saluran pembuangan (Saparinto, 2015).
Kondisi kandang mempengaruhi pertumbuhan ternak. Ternak akan mampu berkembang dan tumbuh secara optimal dalam kondisi kandang yang baik. Kandang yang baik harus sesuai bagi pertumbuhan ternak antara lain kenyamanan, naungan serta perlindungan dari pengaruh lingkungan. Kondisi kandang yang baik sangat dipengaruhi oleh suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas cahaya. Kualitas kandang sangat ditentukan oleh iklim lingkungan mikro seperti suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas cahaya. Iklim lingkungan mikro sangat mempengaruhi pertumbuhan domba misalnya temperature lingkungan yang tinggi dapat mengurangi nafsu makan ternak sehingga mempengaruhi berat badan ternak (Widyarti dan Oktavia, 2011).
D. Manajemen Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam beternak sapi potong. Syarat pakan yang diberikan pada ternak harus berkualitas, mengandung zat gizi untuk kebutuhan hidup pokok ternak sapi
potong. Ketersediaan bahan pakan hijauan sangat dipengaruhi oleh musim, dimana pada musim penghujan tersedia dalam jumlah banyak dan berlimpah ruah, sedangkan pada musim kemarau ketersediaannya sangat terbatas (Labatar, 2018).
Manajemen pakan yang baik yaitu yang memperhatikan jenis pakan yang diberikan, jumlah pakan yang diberikan sesuai kebutuhan, imbangan hijauan dan konsentrat, serta frekuensi dan cara pemberian pakan yang tepat.
Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk.
Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan (Bunyamin et al., 2013).
Pakan memiliki peranan penting dalam keberhasilan usaha peternakan, karena 60-80% total biaya produksi digunakan untuk biaya pakan. Pemberian konsentrat dengan selang waktu 2 jam sebelum hijauan akan meningkatkan kecernaan bahan kering danbahan organik ransum, yang akan meningkatkan konsumsi bahan kering ransum. Konsentrat yang lebih mudah dicerna akan memacu pertumbuhan mikroba dan meningkatkan proses fermentasi dalam rumen. Pemberian konsentrat terlebih dahulu sebelum hijauan dapat menu- runkan pH rumen karena konsentrasi VFA rumen menurun terlalu banyak akibat konsumsi karbohidrat mudahterfermentasi (Astuti et al., 2015).
Perbandingan konsentrat dan hijauan untuk sapi penggemukan berkisar antara 60% : 40% sampai 80% : 20%. Sapi yang akan digemukan dan memperoleh ransum berupa hijauan dan konsentrat harus diatur pemberianyya agar tercapai hasil yang memuaskan. Pemberian hijauan pada sapi penggemukan sebaiknya dihindari pemberian yang sekaligus dan dalam jmlah yang banyak. Hal ini akan berakibat pada banyaknya hijauan yang tidak dimakan oleh sapi sehingga tidak efisien (Siregar, 2003).
1. Konsentrat
Konsentrat adalah pakan yang kaya akan sumber protein dan atau sumber energi, serta dapat mengandung pelengkap pakan dan atau imbuhan pakan. Konsentrat akan menghasilkan pertambahan bobot
badan yang tinggi dan menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
Konsentrat juga dapat menentukan kapan saatnya ternak itu harus dijual atau dipotong, sehingga peternak akan lebih efektif dalam perencanaan waktu. Pembuatan konsentrat akan mahal jika semua komponen bahan baku pakan diperoleh dari luar kawasan tersebut, serta konsentrat tidak akan memberikan hasil yang baik jika tidak dikomposisi secara benar (Hernaman, 2018).
Konsentrat merupakan salah satu komponen dalam budidaya ternak yang berperan penting untuk mencapai hasil yang diinginkan selain manajemen dan pembibitan. Konsentrat sapi yang memenuhi syarat ialah konsentrat yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air dalam jumlah yang cukup. Kesemuanya dapat disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat. Kebutuhan ternak terhadap jumlah pakan tiap hari tergantung dari jenis atau spesies, umur, dan fase pertumbuhan ternak (dewasa, bunting, dan menyusui) (Siregar et al., 2018).
Konsentrat merupakan pakan yang memiliki kandungan gizi yang seimbang, dapat meningkatkan pertambahan bobot badan maupun produksi susu, yang akan berpengaruh positif terhadap perkembangan pedet sehingga diperoleh pertumbuhan yang optimal. Bahan konsentrat yang dibuat terdiri dari dedak padi, jagung kuning, kacang kedelai, bungkil kelapa, garam, dan mineral. Pemberian konsentrat sangat penting dilakukan pada masa laktasi guna memproduksi susu setelah beranak (Budiari et al., 2021).
Konsentrat yang diberikan merupakan bahan pakan yang memiliki palatabilitas dan kecernaan yang tinggi, sehingga pemberian konsentrat dapat meningkatkan konsumsi bahan kering. Konsentrat merupakan bahan pakan yang mempunyai kandungan serat kasar rendah, sehingga kecernaannya tinggi. Bahan pakan dengan kecernaan yang tinggi akan meningkatkan konsumsi bahan kering, sebab pakan akan lebih cepat dicerna dan gerak laju pakan dalam saluran pencernaan lebih cepat
sehingga dapat segera tersedia ruang dalam saluran pencernaan untuk pakan yang baru (Mulyanti et al., 2021).
2. Hijauan
Hijauan merupakan pakan utama ternak sapi dan kebutuhan sapi terhadap hijauan cukup besar yaitu 10% dari bobot badan sapi atau 70%
dari komposisi. Fase penggemukan hanya memberikan hijauan sebagai pakan ternak, sehingga produksi sapi tergantung pada hijauan yang dikonsumsinya, dimana jumlah tersebut sudah memenuhi kebutuhan 10%
dari bobot badan sapi. Meningkatkan fungsi pakan discharge (hijauan) dalam rangka meningkatkan bobot badan sapi, maka peternak juga harus memperhatikan frekuensi pemberian hijauan, karena akan berpengaruh terhadap kecernaan bahan pakan oleh sapi, dimana empiris di lapangan umumnya peternak memberikan hijauan dalam jumlah yang banyak dengan frekuensi 2 kali sehari pada waktu pagi hari dan sore hari (Zakaria et al., 2017).
Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.
Kebutuhan hijauan untuk ternak ruminansia relatif tinggi dan penggunaannya sebagai pakan hingga 100%. Kualitas dan produktivitas hijauan tropis masih relatif rendah. hijauan dibedakan menjadi dua famili besar yaitu graminae dan leguminouse. Leguminosa merupakan jenis hijauan pakan sumber protein. Salah satu jenis leguminosa yang sudah dikenal baik oleh peternak adalah lamtoro (Leucaena leucocephala) (Manpaki et al., 2017).
Hijauan umumnya terdiri dari berbagai jenis legume (leguminosa), rumput-rumputan (graminae), limbah dan hasil ikutan pertanian. Jenis graminae atau rumut-rumputan merupakan sumber serat kasar yang membentuk energi, sedangkan leguminosa merupakan sumber protein karena umumnya mengandung protein kasar >18%. Kandungan keduanya merupakan bahan pakan yang bermutu. Leguminosae atau famili polong-polongan merupakan salah satu famili tumbuhan dikotil yang terpenting dan terbesar. Leguminosa mempunyai sifat-sifat yang
baik sebagai bahan pakan dan mempunyai kandungan protein dan mineral yang tinggi (Sawen et al., 2020).
Pakan hijauan yang sudah tua mengandung serat kasar yang tinggi.
Hal ini menunjukkan hijau yang sudah tua tersebut kurang bermutu.
Hijauan yang bermutu baik adalah yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Terdapat dua macam kondisi hijauan ketika hijauan tersebut diberikan pada ternak yaitu hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan segar merupakan makanan yang berasal dari hewan yang diberikan dalam bentuk segar. Yang termasuk hijauan segar adalah rumput segar leguminosa segar dan silage. Hijauan kering adalah makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja dikeringkan (hay) ataupun jerami kering (Koten et al., 2020).
E. Manajemen Kesehatan Ternak
Aspek penting dalam peternakan adalah kesehatan ternak. Guna meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh turunnya produktivitas, biaya pengobatan dan resiko kematian ternak maka diterapkan upaya pencegahan sejak dini. Aspek kesehatan hewan, antara lain pengetahuan mengenai penyakit agar ternak menjadi resisten, pencegahan penyakit ke dalam peternakan dan pengobatan penyakit dengan penggunaan obat-obatan serta bahan kimia secaraaman (Pinardi et al., 2019).
Keberhasilan peternakan sapi potong tidak hanya terletak pada usaha pengembangan jumlah ternak yang dipelihara, namun juga pada perawatan pengawasan, sehingga kesehatan ternak sapi tetap terjaga. Perawatan dan pengobatan pada ternak sapi juga memerlukan pertimbangan dari berbagai segi, baik dari segi penyakit maupun dari segi ekonomis. Usaha yang dilakukan peternak untuk mencegah terserangnya penyakit pada ternak mereka salah satunyaadalah dengan vaksinasi (Murtidjo, 1990).
Tindakan pencegahan penyakit yang dilakukan peternak biasanya adalah membersihkan kandang (sanitasi kandang) dan lingkungan sekitar kandang. Pencegahan yang dilakukan peternak dengan sanitasikandang yang dilakukan empat kali dalam seminggu. Sanitasi sebaiknya dilakukan untuk
mencegah terjadinya perkembangan penyakit. Pemberian vaksinasi secara berkala penting dilakukan, pemberian vaksinasi sebaiknya dilakukan 2-3 bulan sekali yang berguna sebagai pencegahan terhadap penyakit menular (Kuswati dan Susilawati, 2016).
Pemberian obat cacing dan vitamin bertujuan untuk memperbaiki performa ternak yang terlihat kurus-kurus. Pemberian obat cacing sebagai anti parasit dilakukan secara rutin setiap 6 bulan sekali. Obat cacing efektif dapatmenurunkan infeksi parasit pada sapi, termasuk juga infeksi protozoa, keberhasilan ini juga sangat dipengaruhi oleh kondisi sapi yang menjadi lebih baik karena pemberian vitamin B komplek. Vitamin B komplek akan meningkatkan nafsu makan dari sapi, sehingga kondisi sapi menjadi lebih sehat yang berdampak pada sistem pertahanan tubuhnya menjadi lebih kuat untukmelawan parasit itu sendiri (Apsari et al., 2018).
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu biosecurity, vaksinasi dan medikasi. Tindakan biosecurity dimaksudkan untuk mencegah penularan penyakit dari berbagai sumber penularan yang ada di luar tubuh ternak. Prinsip dasar biosecurity adalah sanitasi kandang pembersihan dan desinfektan. Tindakan tersebut berupa penyemprotan kandang dengan air bersih untuk menjaga kebersihan kandang dengan cara desinfeksi secara teratur dengan menggunakan desinfektan di lingkungan kandang sehingga dapat membunuh penyakit. Tindakan vaksinasi dilakukan untuk membunuh agen penyakit yang mampu masuk ke dalam tubuh ternak dengan cara menyediakan zat kebal (antibody) dalam tubuh ternak. Tujuan vaksinasi untuk menjaga kesehatan ternak sehingga didapatkan ternak sehat dan mampu berproduksi maksimal selama ternak masa produkstif. Tindakan program medikasi adalah suatu tindakan pemberian suplemen dan vitamin untuk menjaga kondisi kesehatan ternak (Sapanca et al., 2015).
F. Manajemen Limbah
Limbah peternakan adalah seluruh sisa buangan dari usaha kegiatan peternakan, baik berupa limbah cair, limbah padat, maupun berupa gas.
Limbah padat adalah semua limbah yang berbentuk padatan yang dapat
berupa kotoran ternak, ternak yang sudah mati atau isi perut dari pemotongan ternak. Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan yang dapat berupa air seni atau urin, air pencucian alat-alat. Limbah dari peternakan jika tidak diolah akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Usaha peternakan sebaiknya dapat mengolah limbah untuk mengurangi pencemaran lingkungan sekaligus dapat menambah penghasilan (Nugraha, 2013).
Limbah peternakan dapat diolah menjadi pupuk kompos, pupuk organik cair dan biogas. Pupuk kompos adalah proses pembusukan dari limbah feses ternak, proses pengomposan dapat berlangsung secara aerobik yaitu melibatkan oksigen dan anaerobik atau tanpa menggunakan oksigen di dalam prosesnya. Pupuk organik cair (POC) adalah proses fermentasi limbah urin ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida untuk tanaman. Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anareobik atau fermentasi dari bahan bahan organik seperti kotoran sapi (Mirwan, 2012).
Pengelolaan limbah ternak menjadi penting mengingat dampaknya pada lingkungan cukup besar. Pengelolaan limbah ternak yang baik pada usaha peternakan sapi potong dapat mendukung konsep pembangunan berkelanjutan. Keberhasilan pengelolaan limbah peternakan sangat dipengaruhi oleh teknik penanganan yang dilakukan, yang meliputi teknik pengumpulan (collections), pengangkutan (transport), pemisahan (separation) dan penyimpanan (storage) atau pembuangan (disposal) (Setiawan et al., 2012).
Kotoran sapi berpotensi dijadikan kompos karena memiliki kandungan nitrogen sebesar 0,4-1 %, phospor 0,2-0,5 %, kalium 0,1-1,5 %, kadar air 85- 92 %, dan beberapa unsur-unsur lain (Ca, Mg, Mn, Fe, Cu, Zn). Pupuk komposyang baik memerlukan bahan tambahan, karena pH kotoran sapi 4,0- 4,5 atau terlalu asam sehingga mikroba yang mampu hidup terbatas. Bahan tambahan tersebut yang mudah didapat dari lokasi penelitian antara lain serbukgergajian kayu, sekam dan rumput. Bahan tambahan pada pembuatan kompos berbahan baku kotoran sapi memiliki fungsi sebagai penyediaan rongga udara, sehingga proses pengomposan dapat berlangsung secara
optimal(Dewi et al., 2017).
Urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair sehingga dapat menjadi produk pertanian yang lebih bermanfaat yang biasa disebut dengan biourine. Penggunaan mikroorganisme pada pembuatan pupuk organik cair biasanya menggunakan stimulator plus yang dapat diperoleh di toko peternakan. Mikroorganisme juga dapat di produksi sendiri dari bahan bahan alami untuk mengurangi biaya produksi. Keunggulan penggunaan pupuk organik cair yaitu volume penggunaan lebih hemat dibandingkan pupuk organik padat serta aplikasinya lebih mudah (Rohani et al., 2017).
G. Pemasaran
Pemasaran pada prinsipnya merupakan proses kegiatan penyaluran produk yang dihasilkan oleh produsen agar dapat sampai kepada konsumen.
Bagi produsen sapi potong, baik perusahaan peternakan maupun peternakan rakyat pemasaran mempunyai peran yang penting. Setelah produk dalam hal ini ternak dihasilkan peternak pasti menginginkan ternaknya cepat sampai dan diterima oleh konsumen. Peternak harus melewati beberapa kegiatan pemasaran antara lain pengumpulan informasi pasar, penyimpanan, pengangkutan dan penjualan produk (Rianto et al., 2010).
Kebijakan harga merupakan kebijakan untuk menentukan tingkat harga maupun stabilitas harga dalam pemasaran, karena harga sangat berpengaruh terhadap keputusan peternak. Semakin tinggi harga produk peternakan akan memicu gairah peternak untuk meningkatkan produksinya guna memenuhi pasar. Kenyataannya penentuan harga jual di peternak masih dikendalikan oleh pedagang desa. Peternak belum memiliki ke-mampuan menaksir dan tidak memiliki informasi pasar (Sumitra, 2013).
Saluran pemasaran terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan yang digunakan untuk me-nyalurkan produk dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Saluran pemasaran merupakan sistem dari anggota-anggota saluran, produsen, perantara dan konsumen yang dihubungkan melalui proses pertukaran guna menciptakan nilai guna waktu dan tempat. terciptanya sistem pemasaran yang efisien serta menguntungkan
baik peternak maupun konsumen, maka peternak harus memilih jalur pemasaran yang pendek (Koesmara et al., 2015).
Margin pemasaran yang dihitung adalah merupakan selisih antara harga di tingkat pembeli dan harga di tingkat peternak. Jumlah besarnya margin pe- masaran berbeda antara satu lembaga pemasaran satu dan satu lembaga pemasaran lainnya. Margin pemasaran merupakan bagian biaya yang dibayarkan dan pendapatan yang diterima oleh setiap mata rantai yang terlibat dalam proses rantai pasokan. Distribusi sapi potong hidup hanya melibatkan satu perantara (saluran distribusi satu tingkat), maka mata rantai yang membayarkan dan menerima pendapatan adalah pedagang sapi potong hidup. Margin pendapatan yang diterima oleh pedagang adalah tinggi karena mata rantai yang terlibat sebagai perantara hanya satu yaitu pedagang sapi potong itu sendiri (Emhar et al., 2014).
H. Analisis Usaha
Analisis finansial adalah kegiatan melakukan penilaian dan penentuan satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak dari keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis usaha. Pembahasan dalam aspek finansial ini yaitu sumber dan penggunaan dana, modal kerja, pendapatan, biaya usaha, serta aliran kas atau arus kas (cash flow) (Sofyan, 2004).
Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu kali periode dan tidak bergantung pada besar kecilnya skala produksi.
Usahatani penggemukan sapi potong yang termasuk biaya tetap yaitu biaya penyusutan kandang dan peralatan (sekop, garpu dan sapu lidi). Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya tergantung pada skala produksi yang terdiri dari biaya pembelian bibit sapi, biaya pakan tambahan (ampas tahu), biaya obat-obatan dan biaya transportasi. Total biaya produksi merupakan penjumlahan biaya tetap (fixed cost) dan biaya variable (Armunanto, 2014).
Penerimaan adalah hasil yang diperoleh dari hasil kegiatan dinilai dalam satuan rupiah. Pendapatan adalah selisih dari penerimaan dikurangi biaya produksi yang dihitung dan dinyatakan dalam satuan rupiah. Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produk, sedangkan pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan usaha (Nurjaman, 2018).
Analisis usaha pada suatu perusahaan dapat dihitung dengan beberapa metode, antara lain:
1) Benefit Cost Ratio (BCR)
Perhitungan metode kelayakan investasi ini lebih menekankan kepada benefit dan biaya atau cost suatu invetasi, bisa berupa usaha, atau proyek. BCR dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Shintia dan Amalia, 2017).
BCR = Total Benefit Total Cost Keterangan :
BCR = Benefit Cost Ratio Total benefit = Penerimaan
Total cost = Biaya pengeluaran Kriteria BCR sebagai berikut:
i. BCR > 1, berarti usahatani menguntungkan ii. BCR < 1, berarti usahatani tidak menguntungkan iii. BCR = 1, berarti usahatani berada pada titik impas 2) Payback Period of Credit (PPC)
Payback Period of Credit (PPC) adalah periode yang diperlukan untuk kembali dana yang telah dikeluarkan atau diinvestasikan. PPC dapat dihitung menggunakan rumus berikut (Yasuha, 2017).
Payback Period =
n tahun Keterangan:
n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup
investasi mula-mula.
Kriteria PPC sebagai berikut:
i. PPC > Umur Ekonomis = tidak layak ii. PPC < Umur Ekonomis = layak 3) Break Event Point (BEP)
Analisis Break Event Point (BEP) atau titik impas merupakan suatu cara yang digunakan oleh manajer perusahaan untuk mengetahui atau untuk merencanakan pada volume produksi atau volume penjualan berapakah perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau tidak menderita kerugian. Terdapat dua rumus BEP yaitu sebagai berikut (Choiriyah et al., 2016) :
BEP (Rupiah)
BEP (Unit) =
Keterangan :
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) VC = Variabel Cost (Biaya Variabel) 4) Rentabilitas
Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dengan rumus:
Rentabilitas =
x 100%
Perbandingan antara jumlah laba yang diperoleh dalam periode tertentu dan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.
Rentabilitas, menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Sutrisno, 2003).
5) Profit Margin
Profit Margin merupakan rasio antara laba bersih dengan pejualan yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh biaya termasuk pajak
dibandingkan dengan penjualan.
Profit Margin =
Semakin tinggi profit margin semakin baik usaha perusahaan, karena menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dari penjulan (Widyanto, 2011).
Efisiensi dalam usaha sebenarnya juga ditentukan bagaimana pola masing-masing petani peternak dalam menggunakan semua faktor-faktor input. Penggunaan faktor input harus mengedepankan prinsip-prinsip yang efisien. Prinsip yang efisien dimaksudkan lebih mengarah kepada bagaimana petani peternak dapat menggunakan faktor-faktor produksi yang ada seoptimal mungkin. Semua faktor produksi yang ada dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan tidak terjadi pemborosan dalam penggunaan sarana produksi dan tepat dalam waktu (Armunanto, 2014).