ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN
PENDfDIKAN SEBAGAI SALAH SATU BAHAN PERMBANGAN
DALAM PENENTUAN PRIORITAS JENIS SEKOLAH
( Studi tentang permintaan terhadap pendidikan Sckolah Menengah Tingkat Atas ( SMTA )
di Kota Madya Bandung )
T E S I S
Diajukan kepada panitia Ujian Tesis lnstitut Keguruan dan Ilmu Pedidikan Bandung Untuk memenuhi Sebagian dari Syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
O l e h : ABDULLAH NS
No. Pokok : 255/A-16/XIII-5
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ProS. DR. Qteng Sutisna MLSa Ed.
Penbimbing I
DR. Mohammad Fafcry Gaffar M.Ed.
Pembimbing II
Dcseraber, 1985
FAKULTAS PASCA SARJANA
Yang mcngajarkan dengan pena, Menga-jarkan kepada manusia apa yang belum
dikctahui.
( Al Alaq ayat 3 - 5 )
Kvpersembahhan :
Daa4aa aeajucapkaa ayukur Albaadulillah akairaya
teals iai dapat peaulia aeleaaikaa. Deroafan daa
bia-bia6aa yaa* tekua dari para ,eabiabin£ adalan aerupakaa
faktar yaaf aanjat aeaeatukaa dalaa aeayelesaikaa taala
ini. Daaian doronjaa daa biabia«aa teraebut peaulia te
la* beruaaaa keraa uatuk aeayeleaaikaaaya dea«aa
ae-baik-baikaya aaauai deaiaa keaaapuaa yaa* ada pada
pe
nulia. Akaa tetapi teatu aaja aaail yaa$ dapat
peaulia
capai aaaia jaua dari aeapuraa bankaa auaj;kin
baayak
kekuraataaaya. Haaua deaikiaa dea4aa rendaa hati
pe
aulia beraarap a4ar taasil karya ini ada aaafaataya
wa-laupua aaa*at kecil dalaa pea*eabaa*aa dan
peabiaaaa
peudidikaa kita, terutaaa uatuk SMTA di Eota
Madya
Baaduag.
Dalaa penyeleaaian teals ini aelain para
»••-biabinj jusa aaaia ada beberapa pihak yaa* tela*
•••-berikaa baatuaa kepada peaulia balk lan4sunS
aaupua
tidak lamauat, terutaaa Bapak Dekan FP3 IKIP
Baadua*
beaerta atafaya. Olea kareaa itu adalali pada teapataya
apabila keaeapataa ial peaulia pertunakaa *at*k
••-ayaapaikan rasa teriaa kaaia. Ucapan teriaa kaaia
ini
peaulia aaapaikaa kepada :
Yt*. Bapak Era. H. kuaaaaad jmaaa Seaaatri M.Sc.
se-ba*ai Rekter HIP Baadunt yaa* tela*
aeaberi
izia kepada peaulia uatuk aen*ikuti kuliah
di
PPS HIP Baadua*.
Yta. Eapak Prof.DR. Achaad Saausi 3H. UPA yaa« tela*
aeaberi keseapataa kepada peaulia untukae-axikuti peadidikaa di PPS inp Baadun* ini.
Yta. Bapak praf. DR. Supardj© Adikusuao sebagai Pea
baatu Dekan I PPS HIP Bandua«.
Yta. Bapak DR. Djawad Daalaa aebasai Peabaatu Dekaa
II PPS HIP Baadun*.
Yta. Bapak DR. Yus Rusyaaa aebajai Peabantu
Dekaa
III PPS HIP Baaduaj.
Yta. Bapak Praf. DR. Otea* Sutiaaa ii.Sc.Ed.
aeba«ai
Peabiabia* I.
Yta. Bapak DR. teeaaaaad Pakry Gaffar M.Bd.
seba^ai
Peabiabiag II.
Yta. aelurua aa«ota ataf tata usaaa PPS HIP Baadaai;
yaaj tela* ikut aerta aeabaatu aeaperlaacar
prases studi peaulia di PPS IKIP Bandun*.
Yta. Bapak Dra. Ac*aad Matia aebafai Dekaa
PPIPS
HIP Baadua* yaa« tela* aeaberi izin kepada pe
aulia untuk aeacLkuti kuliaa di PPS HIP
Baa-dua^.
Yta. Bapak lepala laawil Depdikbud Prepiaai Jawa Barat
dea*aa aelura* stafaya yaag tela* aeaberi izia
daa aeabaatu dalaa aeacuapulkaa data.
Yta.Bapak lepala laadep Depdikbud Iota Madya
Baaduag
daa selurua stafaya yaa* telak aeaberi izia daa
aeabaatu dalaa peafuapulaa data.
Yta. Bapak daa Iba lepala SliTA di lota Madya
Baadua*
yan* tela* aeabaatu aeaperlancar proses
peajuapul-aa data.
Yta. seluru* teaaa-teaaa Deaea di pre«raa
Pendidikan
Ekonoai Ufcua/leperaai PPIPS HIP Banduac yaaf tela* aenderea* kepada penulis uatuk aeayelesai
-kaaaya.
Yt*. aeluru* teaaa-teaan aiawa PPS Anjjkatan ke
XIII
Juraaaa Adaiaiatraai Pendidikan yan« telaa
aen-deren* peaulia untuk aenyeleaaikaa teaia ini.
Yane kucintai iatri daa anak-aaakku yaa« telaa
ber-kerbaa aeaderita akibat ke*iataa atudi dan
pe-ayusuaaa teaia ini.
TJntuk aereka seaua penulia berde'a aeaoca Alia*
8ub*aaaku Wataala aeabalaa kebaikanaya. Aaien.
Ban****,
A*ustus 1985
Penulis
Halanan
IAIA PBNGABTAR
ij-DAPTAR ISI • v
DAPTAR TABEL ix
DAPTAR LAHPIRAS xii
BAB I : PEMDAHULUAI 1
1. Latar "belakan* penelitian •.. 1
2. Pekok peraaasalahan 8
3. Tujuan penelitian 13
4» Kegunaan penelitian 14
5• lerangka penikiran 15
&• AnsS*Pan dasar 20
7. HipoteaiB 20
8* Definisi variabel 23
BAB II : TIKJAUA* PTJ3TAIA 25
le Perencanaan pendidikan dan
adminis-trasi pendidikan • 25
2. Perencanaan pendidikan dan perenca
naan pesbangunaii 29
3. Arti dan pentingnya perencanaan pen
didikan 35
4. Ciri-ciri, ukuran, dan unsur- unsur
tahap perencanaan pendidikan .... 44
6. Maaalak-aasalafc pakek perencanaan
pendidikan
50
7. Pendekatan-pendekatan dalaa pe
rencanaan pendidikan 51
8. Peraintaan pendidikan dan
faktor-faktar yang aeapengaruhinya
60
9. Itesisi penelitian .... 70
10. leaiapulan teeritia
71
BAB III : 1CET0D0L0GI PESELITIAJ
74
1. Meteda penelitian dan teknik
pe-nguapulan data
•
74
2. papulasi
• • •
7*
3. Saapel
75
4. Inatruaen penelitian 83
5. Skala pengukuran 84
6. Ifladel analiaia 95
7. Interpretaai
102
BAB IV :MALI3I8 DATA DAI HA3IL PEISLITIAI... 105
1. 'Trend peraintaan pendidikan di
SMTA di lata Madya Bandung 105
2. leadaan pendidikan dan pekerjaan
•rang tua 107
3. interpretaai kaail penelitian
ae-cara keselurukan H3
a. interpretaai dangan aengguna
-2
kan nilai P dan nilai R .... 113
b. interpretaai dengan
aengguna-kan keefiaien regreai (bi) ...
115
c. Interpretaai dengan
aengguna-kan keefiaien kerelaai (r) ... 118
4. interpretaai kaail penelitian
ae-nurut jenia kelaain
122
a. interpretaai dengan aengguna
-kan nilai P dan nilai R .... 122
b. Interpretaai dengan
aengguna-kan keefiaien regreai (b^) •••
125
c. interpretaai dengan
aengguna-kan keefiaien korelaai (r) ... 128 5. interpretaai kaail penelitian
ae-nurut atatua aekelah 132
a* interpretaai dengan aengguna
-kan nilai P dan nilai R .. •• 132
b. interpretaai dengan
aengguna-kan keefiaien regreai (bi) ...
135
Co Interpretaai dengan aenggunakan
keefiaien kerelaai 137
6. Diakuai • 1+2
a. Pengaruk pendidikan orang tua.. 142
b. Pengaruh pendapatan erang tua..
146
c. Pengaruk peraepai aiawa tentang
keaeapatan kerja
152
d. Pengaruk peraepai aiawa tentang keaeapatan ant*k aeneruakan ke
perguruan tinggi
156
e. Pengaruk biaya aekelak
160
BAB
V : H3IMPULAI DAI 8ARAI-3ARA3T
165
1. teaiapulan
x65
A. U»del analiaia dan inatruaen
penelitian
lfi5
B. Hipeteaia
i66
Co leaiapulan untuk keaelurukan
fakter-fakter 170
2. Iaplikaai dan aaran-aaran
171
A- Iaplikaai
171
B* Saran-aaran •••
3. leterbataaan dan ketuntasan pene
-l i t i a n •
DAPTAR PUSTAIA
viii
175
178
Halaaan
TABSL 1 : Jualak aiswa kelaa 1 SUA, SMEA, 3TMy SPG, dan 3PMA di leta Madya Bandung
takun ajaran 1983/1984 74
TABEL 2 : Penentuan besar keeilnya aekalak ... 80
TABEL 3 : Saapel sekelak, aaapel kelaa dan
aaapel aiswa unt*k SUA aenurut pe-nyebaran wilayak, klaaifikaai ae
nurut autu dan beaamya aekelak .... 82
TABEL 4 : Saapel aekelak, aaapel kelas dan
aaapel aiawa untuk SMTA kejuruan ae nurut penyebaran wilayak, klaaifika
ai aenurut autu dan beaarnya sekelak 83
TABEL 5 : leadaan pendaftar ke SMTA Negeri di
lata Madya Bandung (1977-1983/1984). 106
TABEL 6a : Tingkat pendidikan ayak dan Jenia
3MTA yang dipilik 108
TABEL 6b : Tingkat pendidikan ibu dan jenia
SMTA yang dipilik 110
TABEL 7 : Jenia pekerjaan ayak dalaa
kubungan-nya dengan jenia SMTA yang dipilik /
diaasuki 112
TABEL 8 : Xeefiaien regreai 0^). nilai ?e dan
nilai R persaaaan regreai linear
berganda aedel I 116
TABEL 9 : leefisien deterainaei parsial (r ) ,
dan keefiaien kerelasi parsial (r)
aenurut kasil analiais persaaaan
regreai linear berganda aodel I .... 120
TABEL 10 : Keefiaian regresi (b.), nilai F dan
nilai R^ aenurut kaail analiais per saaaan regresi linear berganda aedel
II dan aedel III 124
TABEL 11 : Keefiaien deterainasi parsial (r ) ,
dan keefiaien korelasi parsial (r)
aenurut kasil analiais persaaaan
regresi linear berganda aodal II dan
aedel III 130
[image:13.597.67.494.151.691.2]TABEL 12 TABEL 13 TABEL 14 TABEL 15 TABEL 16 TABEL 17 TABEL 18
Koefisien regresi (b.), nilai P dan nilai R aenurut hasil analy
sis persamaan regresi linear ber
ganda model IV dan aodel V
: Kogfisien deterainasi parsial (r ) dan keefisien korelasi par
sial (r) aenurut kasil analisis
persatsaan regreai linear "berganda aodel IV dan model V
: Pengaruk (b,) dan korelasi (r)
tingkat penaidikan ayak dan ting kat pendidikan ibu terkadap per aintaan pendidikan di SMTA ae nurut kasil analisis aodel I , aodel II, aodel III, aodel IV dan model V
: Pengaruk (b.) dan korelasi (r)
tingkat penaapatan orang tua ter kadap peraintaan pendidikan ae nurut kasil analisis aodel I, ao del II, model III, aodel IV dan aodel V
: Tingkat pendapatan ©rang tua dan jenia SMTA diaana siswa yang ber-sangkutan bersekolah
: Pengaruk (b^) dan korelasi (r)
persepsi siswa tentang besar ke-cilnya keseapatan para luluaan tiap jenia SMTA untuk aemperolekpekerjaan terkadap peraintaan pendidikan aenurut aodel I, aodel
II, aodel III, aodel IV dan aodel
V • ,
: Pengaruk (b. ) dan korelasi (r)
persepsi siswa tentang besar ke-cilnya keseapatan para lulusan tiap jenis SMTA untuk aeneruskan
ke perguruan tinggi terkadap per
aintaan pendidikan aenurut model I, aodel II, aodel III, model IV,
dan aodel V
TABEL 19 : Pengaruk (b.) dan korelasi (r) biaya sekelak teriadap peraintaan pen
didikan aenurut aodel I, aodel II ,
aedel III, aodel IV, dan aodel V ... 161
LAMPIRAJT I :
LAMPIRAI II s
LAMPIRAI III :
LAMPIRAI IV LAMPIRAI V LAMPIRAH VI LAMPIRAI VII LAMPIRAJt VIII LAMPIRAI IX LAMPIRAI X LAMPIRAI XI Halaaan
Ringkasan
191
penyebaran papulaai siswa kelas
1 SMTA aenurut autu dan besar
sekalali 197
Data tentanj daya tampons,jualan
pendaftar dan jualak calon yang
diteriaa di kelas 1 SMA Negeri
dan SMTA kejuruan di tota Madya
Bandung 1977 a/d 1983/1984
203
Angket untuk siswa
204
luesioner untuk orang tua 213
Data tentang peraintaan pendidik
an (Y) tingkat pendidikan ayan
(X-.), tingkat pendidikan ibu
(xi), pendapatan erang tua (X-*)»
peraepai aiawa tentang besar
Ke-cilnya keaeapatan para lulusan
tiap jenia SMTA untuk memperolen
pekarjaan (XA)» persepsi
siswa
tentang besar keeilnya keaeapat
an para luluaan tiap jeniB SMTA
untuk aeneruskan ke perguruan
tinggi (X5) *»» *>i»y« sekolaa
^
Analisis rariabel independen
(keaeluruhan) madel <^4
Analisis aenurut jenis kelamin
(laki-laki) aadel II
239
Analisis aenurut jenis kelanin
(pereapuan) aedel III
2+*
Analisis aenurut status SMTA
(negeri) aadel IV
249
Analisis aenurut status SMTA
(swasta) aodel V
254
METODOLOGI PENELITIAN
1. Metoda penelitian dan teknik pengumpulan data
Metoda penelitian yang dipergunakan di dalam
penelitian ini adalah metoda survey dengan teknik pe
ngumpulan datanya adalah angket dan wawancara.
2. Populasi
populasi penelitian adalah seluruh siswa ke
las 1 SMA, SMEA, STM, SPG, dan SPMA di Kbta Madya
Bandung, icpulasi berjumlah sebanyak 22.351 orang
siswa dengan perincian seperti tertera di dalam
[image:17.597.106.487.282.632.2]ta-bel 1 sebagai berikut :
TABEL 1 : Jumlah siswa kelas 1 SMA, SMEA, STM, SPG , dan SPMA di Kota Madya Bandung tahun ajar an 1983/1984
No. Jenis Sekolah jumlah siswa kelas 1
1 . SMA 15.633 orang
2. SMEA 1.4-11 orang
3. STM 3.774 orang
4. SPG 1.443 orang
5. SPMA 90 orang
Sumber : Hasil pencatatan di SMTA-3MTA yang bersang kutan di Kota Madya Bandung pada bulan Sep tember dan Oktober 1983 (lampiran II)
3* S a m p e l
a. Jumlah sampel
jumlah sampel adalah sebanyak 621 orang
siswa kelas 1. Jumlah sampel tersebut ditentukan
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
(1). Sifat homoginitas dari populasi
populasi di dalam penelitian ini bersifat homogin. Kehomoginitasan tersebut ditandai
oleh hal-hal sebagai berikut :
(a). Setiap siswa kelas 1 SMTA-SMTA ter
sebut adalah para lulusan SMP.
(b). Siswa-siswa tersebut adalah seumur ,
mereka berumur antara 16 - 18 tahun.
Tentang kehomoginitasan dari populasi Peter
Hague dan Chris Manning menyatakan sebagai
berikut :
Derajat keseragaman (degree of homogenity)
dari populasi. Makin seragam populasi itu ,
makin kecil sampel yang dapat diambil.
Apa-bila populasi itu seragam sempuraa (comple
tely homogeneous), maka satu-satuan elemen-ter saja dari populasi sudah cukup
represen-tatif untuk diteliti (Masri Singarimbun ,
1981, h. 130)
(2). Kemampuan peneliti
Peneliti mempunyai kemampuan yang sangat
terbatas, baik dalam hal dana, tenaga mau7
yang diambil disesuaikan dengan kemampuan
tersebut. Dalam hal ini prof.Drs. SutrisnoHadi menjelaskan sebagai berikut :
Masalah tentang berapa besar-kecilnya sam
pel yang harus diambil untuk penyelidikan
kerap kali merupakan soal yang sangat
ga-wat. Utaumnya orang hanya menetapkan
besar-kecilnya sampel atas dasar pertimbangan
-pertimbangan praktis, seperti biaya,
ke
sempatan dan tenaga. Ini terutama
terjadi
pada research-research dalam bidang
pen
didikan dan psikologi. (Sutrisno Hadi , 1983, h. 75).
(3). Teknik penentuan jumlah sampel
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas
dan tetap mempertimbangkan reliabilitas
[image:19.597.143.487.193.563.2]dan presisi dari sampel, maka untuk
me
nentukan jumlah sampel dipergunakan
tabel
yang diberikan oleh Gary Lewis sebagai ber^
Tabel A. 2 : Sampel size needed to achieve a given precision, for simple random sampling
Total
number i n u n i
-v e r s u m
98 i> precision sample out of 100
Number i n sample variancep X-0,03 X Sample
s i z e as
# the
popula
t i o n
Number i n sample variance 2
X- 0,01 X
Sample
size as #
of the popula
t i o n
100 74 74,0 48 48,0
200 117 58,5 64 32,0
500 180 36,0 79 15,8
1.000 220 22,0 86 8,6
5.000 267 5,3 92 1,8
10.000 274 2,7 93 0,9
50.000 280 0,6 94 0,2
Sumber : Planning Education for Development 1980 , Volume IV, halaman 216.
Di dalam penelitian ini variance dari populasi
tidak diketahui, namun demikian dengan alasan
-alasan seperti telah dikemukakan di muka kami
anggap tabel ini dapat dipergunakan. Karena jum
lah populasi sebanyak 22.351 orang siswa, maka
untuk menentukan jumlah sampel kami pergunakan
kolom ketiga baris ke enam, yaitu dengan
per-sentase sampel sebesar 2,7#. Sehingga jumlah
sampel ada sebanyak 603 orang. Akan tetapi bila
sampel keseluruhan tersebut didistribusikan se
[image:20.597.105.485.109.714.2]untuk SPMA hanya akan memperoleh 2 orang saja ,
sehingga bila dianalisis tidak ada artinya. Oleh
karena itu, maka untuk SPMA kami ambil sampel mi
nimum, yaitu sebesar 20 orang, karena jumlah 20
orang inilah merupakan suatu jumlah minimum yang
secara statistik dapat dianalisis.
b. Distribusi sampel
(1). Sampel sekolah
Sebenarnya penentuan jumlah sampel ditentu -kan terbalik, yaitu dari jumlah sampel se cara keseluruhan, kemudian jumlah sampel sis
wa menurut wilayah (lokasi), selanjutnya jum
lah sampel sekolah, jumlah sampel kelas dan
jumlah sampel siswa untuk tiap-tiap kelas.
Untuk sampel sekolah ditentukan menurut kri
teria sebagai berikut :
(a). Distribusi sampel sekolah menurut wila
yah. Sesuai dengan pembagian wilayah
SMA menurut Kantor Depdikbud Kota Madya
Bandung, maka untuk SMA dikelompokkan menjadi empat Lingkungan Kerja Bersama
(LKB), yaitu LKB Barat, LKB Utara, 1KB
Untuk SMTA kejuruan karena jumlahnya
sedikit dan penyebarannya tidak merata,
maka pengambilan sampel sekolah
di-sesuaikan dengan pembagian wilayah me
nurut SMA.
(b). BLstribusi sampel sekolah menurut mutu.
Baik untuk SMA maupun untuk SMTA kejuru
an, maka tiap jenis SMTA dibedakan men
jadi tiga tingkatan mutu, yaitu
katego-ri A (baik), kategokatego-ri B (Bedang)
dan
kategori C (kurang). (lampiran II). Pe
nentuan ini hanya be-dasarkan judmentsaja, yang didasarkan pada opini masya
rakat saja.
(c). Distribusi sampel menurut besar sekolah.
Selain didasarkan atas wilayah dan mu
tu, maka pengambilan Bampel sekolah
juga didasarkan atas ukuran besar
ke
cilnya sekolah. Penentuan besar kecil
nya sekolah adalah didasarkan atas ba
-nyak sedikitnya jumlah siswa kelas
I
tahun ajaran 1983/1984- Tiap jenis SMTA
dibedakan atas tiga kategori,yaitu besebagai berikut :
TABEL 2 : Penentuan besar kecilnya sekolah
Jenis SMTA Ukuran jumlah siswa kelas 1
SMA Besar 400 atau lebih
sedang 200 - 399
kecil kurang dari 200 SMTA Kejuruan Besar 200 atau lebih
sedang 100 - 199
kecil kurang dari 100
Berdasarkan kriteria tersebut maka sampel se
kolah ditentukan secara purposive.
(2). Sampel kelas
Sampel kelas ditentukan secara random, dengan
teknik sebagai berikut ;
(a). Bila sampel kelas yang diperuntukkan untuk
sesuatu sekolah jumlahnya hanya satu ke
las, maka sampel kelas diambil secara
undi-an.
(b). Bila sampel kelas untuk sesuatu sekolah
jumlahnya lebih dari satu kelas, maka di
pergunakan rumus sebagai berikut :
n
n •» Jumlah seluruh kelas di sekolah
yang bersangkutan
k - Jumlah sampel kelas
Sampel kelas yang pertama diambil se cara undian dan sampel kelas berikutnya
diambil menurut besarnya nilai Mi".
(3). Sampel siswa
Sampel siswa untuk setiap kelas sampel di
tentukan secara random dengan menggunakan
rumus seperti pada sampel sekolah, yaitu :
n
i - interval
n - Jumlah siswa di dalam kelas sampel
S - Jumlah sampel siswa
Dengan kriteria penentuan sampel seperti te
lah diuraikan, maka jumlah sampel sekolah ,
kelas dan sampel siswa keseluruhannya dapat
dilihat di dalam tabel 3 dan tabel 4 di
TABEL 3 : Sampel sekolah, sampel kelas dan sampel siswa
untuk SMA menurut penyebaran wilayah, klasifi
kasi menurut mutu dan besarnya sekolah
No. Sekolah Siswa Kelas Mutu Besarnya I
1 .
LKB BANDUNG BARAT (101) 23
(6)
1 A "besar
SMA Negeri 4
2. SMA Negeri 6 31 2 B sedang
3. SMA BPPK 15 1 B sedang
4. SMA Kenan Indonesia 32 2 C k e c i l
I I
5.
LKB BANDUNG UTARA (140)
46
(7)
A sedang
SMA Negeri 5
6. SMA Negeri 1 60 3 B b e s a r 7. SMA Kartika Chandra 34 2 C sedang
I l l LKB BANDUNG TIMUR ( 81) (5)
8 . SMA Negeri 10 53 3 B b e s a r
9. SMA Negeri 14 28 2 C b e s a r
IV 10.
LKB BANDUNG SELATAN (98)
35
(5)
2 A b e s a r
SMA Negeri 11
1 1 . SMA Negeri 7 49 2 B sedang
12. SMA putra 14 1 C k e c i l
Jumlah sampel (420) (23)
TABEL 4 : Sampel sekolah, sampel kelas dan sampel siswa untuk SMTA kejuruan menurut penyebaran wi layah, klasifikasi menurut mutu dan besarnya
sekolah
No. Sekolah Siswa Kelas Mutu Besarnya
I SMEA : ( 39) (2)
1. SMEA Negeri 1 25 1 A besar
2. SMEA Paeundan 14 1 A kecil
II STM : (102) (7)
1. STM Negeri 3 41
5 A besar
2. STM Merdeka 34 2 B besar
3. STM LPPM 27 2 B sedang
Ill SPG : ( 40) (3)
1. SPG Negeri 2 26 2 A besar
2. SPG Pasundan 14 1 B sedang
IV SPMA : (20) (1)
1. SPMA Gegerkalong 20 1 kecil
jumlah sampel (201) (12)
Sumber • Lampiran II
4. Instrumen penelitian
Data diperoleh dengan menggunakan angket un
tuk siswa dan wawancara untuk orang tua dari siswa
yang bersangkutan (lampiran IV dan V). Kedua angket
tersebut sebelum dipergunakan di dalam proses pe
nelitian yang sebenarnya telah diuji-cobakan ter-lebih dahulu dan telah diperbaiki seperlunya. Uji
kelaB 1 SMTA di Kota Madya Bandung. Yaitu
masing-masing 10 orang siswa kelas 1 SMA, 10 orang siswa
kelas 1 SMEA, 10 orang siswa kelas 1 STM, 10 orang
siswa kelas 1 SPG, dan 10 orang siswa kelas 1 SPMA.
Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari Kantor
Wilayah Departemen pendidikan dan Kebudayaan propin
si Jawa Barat dan Kantor Departemen pendidikan dan
Kebudayaan Kota Madya Bandung.
5» Skala pengukuran
Untuk menganalisis hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependennya di dalam
statistik kita dapat menggunakan macam-macam teknik
atau model analisis. Misalnya chi square, gamma , Yule's Q, regresi, korelasi, dan sebagainya. Teknik
mana yang akan digunakan tergantung kepada skala
pengukuran dari data yang akan dianalisis. Seperti
penulis yang lainnya Delbert C. Miller membedakan
skala pengukuran atas empat macam sebagai berikut :
Scale construction yields four types of scale : the nominal scale, consisting simply of dis-tinguishable categories with no implication of
"more" or "less"; the ordinal scale, on which positions can be identified in ramc order but no implication as to the distance between positions; the interval scale, which has equal distance between any two""acTjacent positions on the con tinuum; and the ratio scale, which has only
equal intervals but on absolute zero (Delbert G.
Variabel-variabel dalam penelitian ini me
nurut aslinya mempunyai skala pengukuran yang
ber-beda-beda. Untuk pendapatan orang tua, biaya se
kolah, persepsi siswa tentang besar kecilnya ke
sempatan para lulusan tiap jenis SMTA untuk mem
peroleh pekerjaan, dan persepsi siswa tentang besar
kecilnya kesempatan para lulusan tiap jenis SMTAuntuk meneruskan ke perguruan tinggi, skala pe ngukuran untuk keempat variabel tersebut adalah in
terval. Kemudian permintaan pendidikan, skala
pe-ngukurannya adalah skala nominal. Sedang untuk ting
kat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu da
pat dipandang sebagai skala interval dan dapat
di
pandang sebagai skala ordinal, untuk dapat me
nganalisis seluruh variabel maka digunakan skala
interval.
(1). Permintaan pendidikan di SMTA (Y)
Adalah suatu kenyataan bahwa masyarakat mem berikan nilai yang berbeda-beda untuk tiap
tiap jenis SMTA. Jadi artinya tiap-tiap jenis
SMTA ini mempunyai nilai tertentu yang dapat
dinyatakan di dalam bentuk a^.gka atau skor.
Tetapi berapa skor untuk masing-masing jenis
-masing jenis SMTA tersebut dilakukan sebagai
berikut : Proses pemilihan yang dilakukan oleh
siswa untuk memilih jenis SMTA mana yang akan
dimasuki adalah sederhana, artinya siswa lang
sung memilih salah satu diantara jenis SMTA
yang ada. Kalau hasil pilihan siswa tersebut
yang dimanifestasikan oleh jenis SMTA di mana
siswa yang bersangkutan sekarang bersekolah
kita pergunakan sebagai skor, maka skor yang
diperoleh tidak menggambarkan nilai yang
di-peroleh untuk masing-masing jenis SMTA, karena skor yang diperoleh untuk masing-masing jenis SMTA jumlahnya sama dengan jumlah sampel untuk
masing-masing jenis SMTA. Oleh karena itu skor
untuk permintaan pendidikan diambil dengan ca ra lain, yaitu dengan cara seperti yang
ter-cantum di dalam pertanyaan no. 11 halaman 207
lampiran IV. Dengan pertanyaan tersebut kita dapat mengetahui penilaian responden terhadap
tiap-tiap jenis SMTA, yaitu dengan cara
meng-hitung frekuensi pilihan responden untuk ma
singmasing jenis SMTA. Kemudian secara kumu
-latif kita dapat menghitung frekuensi untuk
memperoleh skor untuk SMA, STM, SPG, SMEA, dan
SPMA. Cara ini telah biasa dipergunakan di
dalam bidang soBiologi di Amerika Serikat ,
terutama untuk menentukan skor dari bermacam
-macam jabatan. mi dapat dilihat di dalam
con-toh yang diberikan oleh Anthony PM. Coxon. Da
lam menentukan skor untuk 16 jenis jabatan di
antaranya ia mengemukakan sebagai berikut :
Assign rank of one (1) to occupation which
you think ought to have the highest pres -tige and rewards and rank of sixteen (16) to occupation which you would give the lo west prestige and the poorest rewards. You
may "tie" two occupations with the same rank if you like (Anthony PM. Coxon, 1979 , h. 29).
Dalam contohnya ia menggunakan cara yang ke dua, yaitu dengan cara memberikan rank yang
sama untuk dua jabatan yang berada di dalam
satu pasang jabatan. Kemudian skor untuk tiap
jenis jabatan diperoleh dengan cara menjumlah-kan pilihan-pilihan yang sama. Berdasarmenjumlah-kan
angket untuk siswa, pertanyaan no. 11 secara
kumulatif untuk 621 orang responden, untuk
masing-masing jenis SMTA diperoleh skor se
Jenis SMTA SMA SMEA STM SPG SPMA Skor 1920 1126 1204 820 1136 jumlah 6210
Namun dengan cara memberikan pertanyaan No. 11
tersebut maka jumlah jawaban yang diperoleh
se-luruhnya menjadi 10 kali lipat, yaitu sebanyak
6210. Oleh karena itu untuk memperkecil jumlah
hitungan maka skor tersebut dibagi dengan 10 ,
sehingga masing-masing jenis SMTA memperoleh
skor sebagai berikut :
Jenis SMTA SMA SMEA STM SPG SPMA Skor 192 113 120 82 114 jumlah 621
Dengan cara demikian kita memperoleh skor tiap-tiap jenis SMTA tidak sama dengan
untuk
-sangkutan, dilain pihak jumlah skor
keseluruh-nya sama dengan jumlah sampel secara ke
seluruhan, yaitu 621. Jadi skor yang di
peroleh dengan cara ini dapat menggambarkan
penilaian responden terhadap masing-masing je
nis SMTA yang diselidiki di dalam penelitian
ini.
(2). Pendidikan ayah (x1) dan pendidikan ibu (Xg)
pendidikan ayah dan pendidikan ibu pada
ha-kekatnya merupakan akumulasi dari keseluruhan
pendidikan yang pernah dialami oleh ayah atau
ibu. Ia meliputi hasil pendidikan informal ,
pendidikan formal, dan pendidikan non formal,
perbedaan lingkungan, baik lingkungan keluarga
maupun lingkungan sosial lainnya yang lebih
besar, perbedaan tingkat pendidikan formal ,
perbedaan jenis pendidikan, perbedaan kursus
-kursus dan penataran-penatar^ yang pernah
di-alaminya, kesemuanya mempunyai dampak terhadap
pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan mung
kin juga status bagi ayah atau ibu. Jadi arti
nya tiap-tiap macam pendidikan mempunyai
nilai-nya masing-masing. Kalau nilai-nilai tersebut
ke-seluruhan akan merupakan skor pendidikan yang
dicapai oleh ayah atau ibu. Secara ideal
ten-tunya skor untuk pendidikan ayah dan pendidik
an ibu harus kita ambil dari keseluruhan pen
didikan yang telah dialami oleh mereka. Namun
hal itu sangat sulit untuk dilaksanakan,
ter
utama bagi penulis. Karena kita akan menghadapi
kesulitan untuk menilai perbedaan keadaan pen
didikan informal, perbedaan jenis pendidikan
yang setingkat, perbedaan jenis kursus-kursus,
dan perbedaan jenis penataran-penataran yang
pernah dialami oleh seseorang. Satu-satunya
pendidikan yang memungkinkan untuk ditentukan
skornya adalah tingkat pendidikan formal
yang
telah dicapai oleh seseorang. Oleh karena
itu
maka di dalam penelitian ini penentuan skor
untuk pendidikan adalah tingkat pendidikan
formal yang telah dicapai oleh ayah atau ibu.
Dalam hubungan ini Masri Singarimbun me
ngemukakan sebagai berikut : variabel tingkat
pendidikan dapat diukur dengan tahun
sekolah
atau tingkat sekolah (tidak sekolah, tidak
Di samping itu pengaruh pendidikan terhadap
anak dalam memilih jenis SMTA ini tekanannya
adalah pada faktor keteladanan ayah atau ibu ,
bukan bagaimana ayah dan ibu merabimbing para
putra-putranya secara langsung memilih
suatu
jenis SMTA tertentu untuk dimasukinya,walaupun
hal itu bisa terjadi, namun penelitian ini ti
dak menjadikan hal tersebut menjadi tekanan
utamanya. Ditinjau dari segi keteladanan ini ,
maka tingkat pendidikan yang dicapai oleh ayah
atau ibu lebih menonjol dari pada macam- macam
pendidikan yang lainnya. K&rena tingkat pen
didikan mempunyai pengaruh bukan hanya pada
pendapatan tetapi juga pada status*
Walaupun
secara horizontal jenis pendidikan di perguru an tinggi mempunyai dampak ekonomis dan sta
tus, akan tetapi pada tingkat menengah jenis
pendidikan pengaruh semacam itu tidak me
nonjol. Sehubungan dengan itu maka dalam pe
nelitian ini skor pendidikan ayah dan ibu di
tentukan berdasarkan tingkat pendidikan formal
yang dicapai oleh ayah atau ibu, dan
skor
untuk tiap-tiap tingkat pendidikan ditentukan
Tingkat pendidikan
Skor
Tidak sekolah 0
SD tidak tamat 1
SD tamat 2
SMTP tidak tamat 5
SMTP tamat 4
SMTA tidak tamat 5
SMTA tamat 6
pernah kuliah di perguruan
tinggi/PGSLP
7
Sarjana muda
8
Sarjana
9
Master 10
Doktor *1
(3). pendapatan orang tua (X^)
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan
ayah dan ibu atau wali dalam satu bulan.
Ukurannya adalah ribuan rupiah. Jadi
kalau
seandainya di dalam lampiran V halaman
213
tercatat nilai X? sebesar 56,5, artinya jum
-lah pendapatan orang tua ada-lah
sebesar
Ep 56.500,00.
memperoleh pekerjaan (X+) dan persepsi siswa
tentang besar kecilnya kesempatan para lulus
an tiap jenis SMTA untuk meneruskan ke
per
guruan tinggi (X5). Berdasarkan Guttman type
scale, maka skala dapat dibedakan atas
empat
tingkatan, salah satu contoh jawaban yang me
ngukur sikap yang ia kemukakan adalah :
very
much so, pretty much, slightly, dan very
little. Dt mana masing-masing jawaban
dari
yang tertinggi sampai yang terendah adalah 2,
1,5, 1, dan 0,5 (Delbert C Miller, 1964, h.
256). Kemudian untuk menentukan skor persepsi
berdasarkan skala Guttman, Delbert C Miller
memberikan contoh jawaban sebagai beTikut :
great, same, not much, none, don't know
(Delbert C. Miller, 1964, h. 261). Garry Le
wis dalam analisis gammanya membedakan tiga
tingkatan, yaitu more, same, dan less (Garry
Lewis, 1980, h. 85). Selanjutnya C.A. Moser
memberikan contoh jawaban sebagai berikut :
higher, same, lower, don't know (C.A. Moser ,
1979, h. 334). Berdasarkan contoh-contoh ter
meng-gunakan pertanyaan dan jawaban No. 17 dan
18
untuk persepsi tentang besar kecilnya ke
sempatan untuk memperoleh pekerjaan, dan per
tanyaan dan jawaban No. 19 dan 20 untuk per
-sepsi tentang kesempatan untuk meneruskan
ke
perguruan tinggi. Skor ditentukan sebagai ber
ikut :
Jawaban pertanyaan No*17 dan No. 19 Skor
Kesempatan untuk itu sangat besar
4
Kesempatan untuk itu besar
3
Kesempatan untuk itu ada
2
Kesempatan untuk itu tidak ada
1
jawaban pertanyaan No. 18 dan No* 20 SkorLebih besar 5
Sama ^
Lebih kecil 1
Dengan demikian skor tertinggi yang diperoleh
oleh seorang responden adalah 7 dan skor
terendah adalah 2.
(5)* Biaya sekolah (Xg)
Skor untuk biaya sekolah ditentukan sama se
perti pada pendapatan orang tua, yaitu
di
6. Model analisis
Data dianalisis secara manual dengan meng
gunakan model analisis regresi linear berganda dan
korelasi.
Li muka telah dikemukakan bahwa pada ha
kekatnya keinginan siswa untuk memasuki sesuatu
jenis SMTA tertentu dipengaruhi oleh banyak faktor.
Akan tetapi dari sekian banyak faktor tersebut ,
seperti telah dikemukakan di muka ada lima
faktor
yang diduga mempunyai pengaruh yang lebih penting
bila dibandingkan dengan faktor-faktor yang lain
nya. Dari kelima faktor tersebut ada satu
faktor
yang pada hakekatnya terdiri dari dua faktor,yaitu
faktor pendidikan orang tua. Faktor ini terdiri
dari pendidikan ayah dan pendidikan ibu.
Oleh
karena itu di dalam analisis kedua faktor tersebut
masing-masing berdiri sendiri. Sehingga di
dalam
analisis ini ada enam faktor yang mempengaruhi permintaan pendidikan, ialah :
(1). Pendidikan ayah (X^
(2). Pendidikan ibu (Xg)
(3). Pendapatan orang tua (X^)
(4). Persepsi siswa tentang besar kecilnya
ke
memperoleh pekerjaan (X^)
(5). persepsi siswa tentang besar kecilnya
ke
sempatan para lulusan tiap jenis SMTA
untuk
meneruskan ke perguruan tinggi (X5)
(6). Biaya sekolah (Xg)
Di samping keenam faktor tersebut, maka
jenis kelamin siswa dan status SMTA mungkin
ada
penganihnya terhadap pennintaan pendidikan di SMTA.
Oleh karena itu maka kedua faktor yang terakhirini dijadikan sebagai variabel kontrol.
Sehingga
proses berlangsungnya pengaruh keenam faktor
ter
sebut terhadap permintaan pendidikan dapat
di-gambarkan dalam gambar 2 halaman 97 sebagai
ber
-ikut :
(1). panah langsung dari variabel independen (Xx ,
Xg, X3, X4, x5, dan Xg) ke variabel dependen
(Y) menggambarkan pengaruh variabel indepen
-den terhadap variabel depen-dennya. Sifat
ana-lisisnya keseluruhan, yaitu untuk seluruh da
ta yang berjumlah sebanyak 621 orang.
(2). panah ke arah jenis kelamin yang kemudian
ke-luar lagi menuju variabel dependen (Y).
ini
berarti bahwa pengaruh variabel independen
[image:39.597.113.499.66.745.2]Variabel independen
*2
X-X,
H
X,
Gambar 2 Variabel Kontrol
[image:40.597.121.459.108.700.2]sebagai akibat dari perbedaan jenis kelamin
dari para siswa SMTA tersebut. Teknik
analisis-nya yaitu masing-masing jenis kelamin di
analisis tersendiri. Kemudian hasil analisis
untuk kedua jenis kelamin (laki-laki dan
perem-puan) diperbandingkan satu sama lain.
(3). panah ke arah status SMTA yang kemudian keluar
lagi menuju variabel dependen (Y). Ini berarti
bahwa pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependennya mungkin berbeda sebagai
akibat dari perbedaan status SMTA di mana me
reka bersekolah. Teknik analisisnya, yaitu
untuk SMTA negeri dan SMTA swasta masing-masing
dianalisis tersendiri. Kemudian hasil analisis
ini diperbandingkan satu sama lain.
Hubungan keenam variabel independen tersebut dengan variabel dependennya dapat dinyatakan di
dalam bentuk fungsi sebagai berikut :
Y - f (Xx, Xg, X3, X4, X5, Xg)
pengaruh keenam faktor tersebut terhadap per
mintaan pendidikan tidak selalu searah, tetapi mung
kin juga berlawanan. Misalnya makin tinggi pendapat
an orang tua, siswa/anak belum tentu memilih jenis
boleh jadi pilihannya jatuh pada jenis SMTA yajig
memperoleh skor pilihan yang rendah. Oleh karena itu
kita bukan hanya perlu untuk mengetahui besarnya pe ngaruh tiap-tiap faktor tersebut, akan tetapi juga
perlu mengetahui apakah pengaruh itu positif (searah)
atau negatif (berlawanan). Sehubungan dengan itu
maka kiranya akan lebih cocok bila dalam analisis
ini kita menggunakan model analisis regresi linear
berganda dan korelasi. Bentuk model analisis yang
dimaksud secara umum dapat dirumuskan sebagai ber
ikut :
Y" /% +/V1
/32x2
+/VS +^4X4 +P5*5 +^6X6+ i
di mana :
Y - Permintaan pendidikan di SMTA
X-i - Pendidikan ayah Xp • Pendidikan ibu
X~ • Pendapatan orang tua
X. • Persepsi siswa tentang besar kecilnya kesempat
an para lulusan tiap jenis SMTA untuk memper
-oleh pekerjaan
y - Persepsi siswa tentang besar kecilnya kesempat an para lulusan tiap jenis SMTA untuk menerus
-kan ke perguruan tinggi
A - Intercept
B - Besarnya pengaruh pendidikan ayah terhadap
permintaan pendidikan di SMTA
S9 mBesarnya pengaruh pendidikan ibu terhadap per
mintaan pendidikan di SMTA
@ - Besarnya pengaruh pendapatan orang tua ter hadap permintaan pendidikan di SMTA
Q. - Besarnya pengaruh persepsi siswa tentang be
sar kecilnya kesempatan para lulusan tiap je nis SMTA untuk memperoleh pekerjaan terhadap
permintaan pendidikan di SMTA
A » Besarnya pengaruh persepsi siswa tentang be
sar kecilnya kesempatan para lulusan tiap je
nis SMTA untuk meneruskan ke perguruan tinggi
terhadap permintaan pendidikan di SMTA
As " Besarnya pengaruh biaya sekolah terhadap per
mintaan pendidikan di SMTA
Untuk dapat menggunakan model analisis reg -resi linear berganda ini, maka diperlukan
asumsi-asumsi sebagai berikut •
(1)- E (Y/X) - My/x «/0o +/3.X
i - 1,2,3,4,5,6
Dimana matriks x adalah suatu gugus bilangan
(2). Nilai harapan dari tiap-tiap kesalahan
peng*-ganggu sama dengan nol ; E (£,) • 0
(3). Kesalahan pengganggu yang satu tidak berkore
-lasi dengan kesalahan pengganggu yang lainnya.
E (6 ±, 6-j) - S untuk j - i
0 untuk j # i
(4). Matriks X berdimensi penuh, yaitu k < n
Atas dasar asumsi-asumsi tersebut terutama
asumsi ke 2 maka model dugaannya menjadi sebagai
berikut :
Y - VblVb2V*3VV4+b5Vb6X6
Dari model dugaan ini kita dapat memperoleh
nilai-nilai b±
*i - 0,1,2,3,4,5,6, nilai PQ,
ni-2 2
lai R , r , dan r. Untuk memperoleh nilai-nilai b^^
digunakan metoda Doolittle (Richard W. Mensing,1975,
h. 196).
Dalam menjelaskan hubungan antara
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pendidikan (X^,
Xg, X,, X4, Xg, dan Xg) dengan permintaan
pendidik-annya itu sendiri (Y) digunakan tiga macam uji
statistik, yaitu :
2
(1). Uji P dan Uji R untuk menguji :
(a). Ketepatan model yang dipergunakan dan
(2). Uji pengaruh dengan menggunakan koefisien reg
-resi (b.) yaitu untuk menguji besar kecilnya
pengaruh tiap-tiap faktor dari keenam faktor
seperti telah disebutkan di muka terhadap per
mintaan pendidikan.
(3). Uji hubungan atau korelasi (r), yaitu untuk me
nguji tentang kuat atau lemahnya hubungan an tara variabel independen dengan variabel depen
dennya. Dengan menggunakan rumus :
2
m
Explained variation
m
1
£_ (Y - Yx)
Total variation "~r~ — .2
(Lawrence L. Lapin, 1975, h. 523)
Dengan kriteria keputusannya adalah sebagai ber
ikut :
Koefisien korelasi : Sifat hubungan
0,01 - 0,20 Sangat lemah
0,21 - 0,40 Lemah
0,41 - 0,60 Sedang
0,61 - 0,80 Kuat
0,81 - 1,00 Sangat kuat
7. Interpretasi
Interpretasi terhadap hasil analisis data
menurut model seperti telah dijelaskan pada butir 6
(1). Interpretasi secara keseluruhan, yaitu inter
-pretasi hasil analisis data untuk seluruh sam
pel yang berjumlah 621 orang responden. Dalam
gambar 2 halaman 97 di muka digambarkan dengan
panah yang mengganbarkan hubungan langsung an
tara variabel independen (x^ Xg, X-, X^, X5 ,
dan Xg) dengan variabel dependennya (Y). Anali
sis data dilakukan dengan menggunakan model I
(lampiran VII). Ini merupakan analisis data
dan interpretasi yang utama, yaitu untuk
me-nguji tentang pengaruh dari keenam faktor ter sebut terhadap permintaan pendidikan, baik se
cara keseluruhan maupun untuk masing-masing
faktor.
(2). Interpretasi melalui variabel kontrol. Pungsi
analisis data dan interpretasi ini adalah un
tuk meyakinkan apakah betul tiap-tiap faktor
dari keenam faktor tersebut mempunyai pengaruh
terhadap permintaan pendidikan. Interpretasi ini ada dua macam, yaitu :
[image:46.597.118.492.153.698.2](a). Interpretasi menurut jenis kelamin.Dalam
gambar 2 di muka digambarkan dengan panah
yang hubungannya dengan variabel dependen
ke jenis kelamin (variabel kontrol) dari
jenis kelamin baru kemudian ke variabel dependennya (Y). Interpretasi ini masing masing terdiri atas 368 orang siswa laki
-laki berdasarkan hasil analisis model II
(lampiran VIII), dan 253 orang siswa
pe-rempuan berdasarkan hasil analisis model
III (lampiran IX).
[image:47.597.138.498.105.672.2](b). Interpretasi menurut status SMTA* Dalam
gambar 2 di muka digambarkan dengan panah yang bertahap, yaitu dari variabel indepen den ke status SMTA (variabel kontrol) baru
kemudian dari status SMTA panah tersebut
me-nuju ke variabel dependen (y). Analisis ini
masing-masing terdiri atas 437 orang siswa
SMTA negeri dan 184 orang siswa SMTA swasta
yang dilakukan berdasarkan hasil analisis
model IV untuk siswa SMTA negeri (lampiran
X) dan hasil analisis model V untuk SMTA
swasta (lampiran XI).
(3). Diskusi, dilakukan dengan cara membandingkan ha
sil analisis dan interpretasi statistik dengan
teori-teori dan pendapat para ahli. Dengan cara
demikian diharapkan agar kesimpulan yang di
Abu Ahaadi, Bra. H., Saaialogi pendidikan, PT Bina
Ilmu Surabaya, 1982
Ackley, Gardner, Teari Ekenemi Makre, Yayasan
pe-nerbitan Uaivarsitas Indanesia, 1973
Andersen, C.A., 3he Secial Gentaxt ef Educational
planning, TJKESCO, Paris, 1969
Armitage, P. Ca , Cemputable aedela ef Britiah Educa
tienal System Dalam Eceneaica ef Bducatien 2 ,
Mark Blaug, Penguin Beoka Ltd. Harmendawerth Midlesex, England, 1968
Baber, Hay E., Marriage and Family, McGraw-Hill Beek
Cempauy Inc., New Yerk, 1953
Banghart, Frank W., Educatienal Planning, flic Macmillan
Company, New Yerk, 1973
Barneaa, R.J., Ecenemic Analysis, An Intreductien , Butterwerth & Ce Ltd., Lenden, 1971
Beeby, C.E., Pendidikan di Indeneaia, Penilaian dan
pedeman perencanaan, LP3BS, Jakarta, 1981
, planning and Educatienal Aiminiatrater ,
UHESCO Paris, 1967
Billas, Teori Ekenemi Mikre, Erlangga, Jakarta, 1984
Bintere Tjakraamidjeje, MA., Perencanaan Pembangunan,
Gunung Agung, Jakarta, 1983
Blaug, Mark Cs., Econoaics of Education 1,
Penguin
Books Harmondsworth Middlesex, England, 1968
, Economics of Education 2,
Penguin
Books Ltd., Harmondsworth Middlesex,
England ,
1968
f Education and The Employment Probl.a
in Developing Countries, The Kaeaillan
Company
of India Ltd., 1980
, An introduction to sconoaia ef Educa
tion, Penguin Modern Economic Texts, New York ,
1976
Blalock, Hurbert M. , Social Statistics, iicGraw -
Hill
Eogakusha, Ltd., 1972
Surgers, Tyrece, Planning for Higher Education,
Corn
market Press, London, 1972
Carnoy, Ilartin, Education and Employment, A Critical
Appraisal, UNESCO, International Institute
for
Educational planning, 1977
Chesswass, K.B., Quantitative methods of
Educational
planning for Developing Countries, UNESCO, 1969
Coombs, Philip H., What ia Educational planning,UNE3CO
1970
Coxon, Anthony P.M., Measurement &Meaning,
McMillan
CM. Widodo, Pengalaman lerja Luluaan Sekolah, BP3I ,
Jakarta, 1979
Corea, Hector, Quantitative Methoda of Educational
Plax"vt"g, International Textbook Coapany,Pen-ailvania, 1969
Davie, Ruaaell S., Planning Education for Developaent, Yolune I, Center for Studies in Education and
Developaent Harvard Univeraity, Cambridge ,
Massachusetts, 1980
, planning Education for Developaent,
Voluae II. Center for Studiea in Education and
Developaent Harvard Univeraity, Cambridge ,
Massachuaette, 1980
Eveets, Julia, The Sociology of Educational Ideas ,
Routledge & Teegan Paul, Ltd., 1973
Ferguson, C.E., Microeconoaic Theory, The Irwin Seriea
in Econoaics, Yale Univeraity, 1975
Poster, P.J., The Vocational School Fallacy in
Develop-aent Planning, dalaa Economica of Education 1 ,Mark Blaugh Penguin Booke Ltd., Harmondsworth
Middleeex, England, 1968
Frooakin, Joseph T. Ca., Education as Industry,
Na
tional Bureau of Econoaic Reaearch, United StateGelleraan, Saul W , Motivation and productivity, D.B.
Tarapore vata Sone & Co Private Ltd., Bombay
India, 1970
Gilaore, John V., The productive Peraonality, Albion
Publishing Company, Sanfrancisco, California ,
1974
Gordon, Thoaae, Menjadi Orang Tua Efektif, PT Graaedia,
Jakarta, 1984
Griffiths, Daniel E.. Behavioral Science and Educational
Administration, National Society for The Study
of Education, Chicago, 1966
Hack, Walter G., Cs., Economic Deaenaiona of Public
School Finance Concepts and Cases, McGraw-Hill
Book Company, New York, 1971
, Educational Administration ;
Selected Readinga, Boaton-Allyn and Bacon, Inc.,
1971
Hallack, J., HEP Working Paper Education and Work in
Indonesia, BP3I, Jakarta, 1978
Harbison, F., Educational Planning and Human Resources
Developaent, UNESCO, 1967
Havighurat, Robert J., Cs., Society and Education,Allyn
Jaaiaon, Dean T., Coat Factors in Planning Bducational
Technology Syateaa, UNESCO, 1977
Janne, Henri, Educational Needa of 16 - 19 Age Group A
Sociological Parapactive, dalaa International
Review of Education XXl/1975/2, UNESCO, Inatitute
for Education Haahurg, 1975
j. supranto, MA, Statiatik Teori & Jiplikaai, Jilid 2 ,
Erlangga, 1979
, Metode Raaalan luantitatif Untuk Pe
rencanaan, Graaedia, Jakarta, 1981
ELein., David, Planning Education for Developaent ,
Voluae III, Center for Studi.a in Education and
Developaent, Caabridge, Maaaachus.tta, 1980
Lappin, Lawrence L, gtatiatica for Modern Buainaaa
De-ciBiona, Harcourt Brace Javanovioh, New York ,
1973
Lewie, Gary, planning Education for Developaent,Voluae
IV, UNESCO, 1967
Malaaaia, Louie, Dunia Pedeaaan, Pendidikan dan
Per-keabangan, Gunung Agung, Jakarta, 1981
M. Moh. Bifai, Adainiatraai dan Supervial Pendidikan ,
Jeaaara, Bandung, 1984
M. Ngalia purwanto, Adainiatraai Pendidikan, ltolia Ma
McCaia, Robert, policy and Planning in Higher Education,
Univeraity of Queeaaland Preaa, 1973
McClelland, David C., The Achieving Sooiety, A Free
Preaa Paperback The Macaillan Coapany, New York,
1967
Miller, Debbert C., Handbook of Reaearch DC eign
and
Meaaur.aent, David Mc lay Coapany, Inc.,New York
1964
Montgoaery, John D., Alternatives and Deciaiona
in
Educational planning, UNESCO, 1976
Morphet, Engar L. Ca., Educational Organization &
Adai-niatration, Prentice-Hall Inc., Bnglewood Cliffa,
New York, 1974
Moaer c.A., Survey Methoda in Social Inveatigation, The
Engliah Language Book Society and Huaanity Edu
-cational Booka, London, 1979
Mulyanto Suaardi dkk., leaiakinan dan lebntuhan pokok ,
yayaaan Ilau-Ilau Soaial CV Rajawali, Jakarta
,
1982
Muller, johannea, Pendidikan Sebagai Jalan Peabebaaan
Manuaia Dari leaelaratan, dalaa priaaa, LP3ES ,
juli, 1980
Neblett, W.R., Higher Education, Deaand and Reap.nae
,
Oatl., Barnard, Statiatica in Rea.arch, Oxford & IBH
Publiahing C, New Delhi, 1975
Ot.ng Sutiena, Praf. DR. M.Sc.Ed., pendidikan dan
p.abanganan I, IKIP Bandung, 1977
, pendidikan dan p.abangunan II, IKIP
Bandung, 1977
, pendidikan dan peabangunan, Ganace
Bandung, 1977
para.n, Talc.tt, Toward A G.neral Th..ry af Acti.n ,
Harper & Raw Pabliah.r, New Y.rk, 1962
Renahaw, Edward P., Eatiaating The Return. T.
Bduca-ti.n, dalaa R.ading in sc.n.aica >f BducaBduca-ti.n, UNESCO, 1968
Richa.nd, W K.nn.th, The Educati.n Indnatry, M.th.a &
Co Ltd., USA, 1969
Ruacae, G.C., The Conditi.na far Succ.aa Bducati.nal
Planning, UNESCO, 1969
Robbina, Stephen p., The Ad.iniatrativ. Preceaa , Prentic. Hall ef India, private Liaited, New
Delhi, 1978
Rawly, CD., The Pelici.e . f Educational planning in
Devel.ping Ceantrioa, UNESCO, 1971
Sel. Socard j an, perubahan Saaial di Y.gyakarta, Gajah
Siaon, Herbert A., Adainiatrative Behavior, The Free
Preae A Deviaion of Mc Millan Publiahing Co.lnc
New York, 1976
Spindler, George Dearborn, Education and Cultural Pro
cess, Holt Rinehart and Winaton Inc, New York ,
1979
3TIA, Planning for Developaent of Huaan Resourcea,STIA
Jakarta
Stoltz, Lois Meek, Influence on Parent Behavior,
Stan-fords University Press, 1967
Sundoyo Pitoao, tebutuhan Daaar Pendidikan Di taapung
lota, Dalam Analisia Pendidikan Tahun II No. 4,
1982
Sudjana, DR. MA. MSc., Metoda gtatiatik, Tarsito ,
Bandung, 1975
Sudaraono, Pengantar Ekonoai Mikro, LP3ES, Jakarta ,
1983
Suaitro Djojohadikuauao, Indeneaia Dalaa Perkeabangan
Dunia, lini Dan Maaa Datang, LP3ES, Jakarta ,
1976
Suteraeiater, Robert A., People and Productivity ,
Graduate School of Buainess Adainiatration Uni
veraity of Washington, McGraw-Hill Book Coapany,
Ta Ngoc Chan, Deaograahic Aapect of Educational Plann
ing, UNESCO, 1969
Thoaas, J. Allen, The productive School, John Willey &
Sons inc., New York, 1971
UNESCO, Econoaic and Social Aapect of Educational
planning, UNESCO, 1973
, Reading In Eoonoaica of Education, UNESCO,1968
Vaizey, John, pendidikan Di Dunia Modern, Gunung Agung
Jakarta, 1978
Waakito Tjiptoaaeaito, Pendidikan dan Latihan
letenaga-ker.jaan di Indonesia, Analiaia Pendidikan Ta
hun II No. 4, 1982
W.A. Gerungan, DR., Paychology Soaial, PT Eresco Ban
dung, 1981
Winarno surakhaad, probleaatik peabaruan Pendidikan
Negara-Negara Berkeabang Dewaaa Ini, PriBaa No
2 Pebruari, 1981
Yauger, Nan Lin Daniel, The Process of Occupational
Statu. Achieveaentf A Preliainary Cross
Na
tional Coaparison, Aaerican Journal of So
ciology Voluae 81 Noveaber, 1975
Young, ELaball, 3ocial paychology, Appeton - Century
Dep. Dikbud, Perencanaan pendidikan, Materi pendidik
1. teaimnulan
Berdasarkan hasil analisis dan
interpretasi-nya seperti telah dikemukakan di muka* baik secara keseluruhan maupun menurut variabel-variabel
koa-trolnya, yaitu jenia kelamin dan status SMTA*
maka
dapat diambil kesimpulan-kesimpulan aebagai
ber
ikut :
A* MDdel analisis dan instrumen penelitian
Dari uji F diperoleh F0 - 181,97
Ft
4,36* Jadi aignifikan. Artinya perbedaan tingkat pendidikan ayah, perbedaan tingkat pendidikan ibu, perbedaan tingkat pendapatan orang tua,per
bedaan peraepsi aiswa tentang besar kecilnya ke
sempatan para lulusan tiap jenis SMTA untuk mem
peroleh pekerjaan, perbedaan peraepai siBwa ten
tang besar kecilnya kesempatan para lulucan tiapjenis SMTA untuk meneruskan ke perguruan
tinggi
dan perbedaan biaya sekolah menyebabkan perbeda
an pilihan siswa tentang jenia SMTA yang akan
dimasukinya.
lemudian uji R2 menghasilkan R2 - 0,597*
Ini berarti bahwa lebih kurang 60 # pilihan aiewa
tentang jenia SMTA yang diaaaukinya dipengaruhi
oleh ke enaa faktor teraebut aecara beraaaa-aaaa.
Dari haail uji F dan uji R2 teraebut, aaka
dapat diaabil keBiapulan bahwa aodel analiaia
regreai linear berganda :
'Y - b0
* \ \ *
b^ + b3X3 + >4X4 + b5X5+ b6X6
adalah tepat atau cocok untuk aenganaliais
data
haail penelitian ini. Dan dengan deaikian
juga
berarti bahwa inatruaen yang dipakai dalaa pe nelitian ini reliabel.
B. H i p o t e 8 i a
(1). Hipoteaia 1
Dari rangkuman haail analiaia yang tercantua
di dalaa tabel 14 halaaan 143 dan interpre
-taainya, temyata bahwa tingkat pendidikan
orang tua (tingkat pendidikan ayah dan ting
kat pendidikan ibu) aeapunyai pengaruh
yang
cukup terhadap peraintaan pendidikan di SMTA.
Ini berarti bahwa hipoteaia 1 yang berbunyi:
"pendidikan orang tua aiawa aeapengaruhi
peraintaan pendidikan di SMTA. Makin tinggi
aa-kin cenderung untuk aeailih jenia SMTA yang
nemperoleh akor pilihan aiawa yang
tinggi
(yaitu SMA)" adalah terbukti.
(2). Hipoteaia 2
Dari rangkuaan hasil analiaia yang tercantua
di dalaa tabel 15 halaaan 147 dan interpre
-taainya, temyata bahwa pendapatan orang tua
aeapunyai pengaruh terhadap peraintaan
pen
didikan di SMTA, walaupun pengaruh tersebut
teraaauk leaah. Naaun jelas ada pengaruhnya.
jadi artinya hipoteaia 2 yang berbunyi :
"Pendapatan orang tua aeapengaruhi perainta
an pendidikan di SMTA. Makin tinggi tingkat
pendapatan orang tua, aaka siawa makin cen
derung untuk aeailih jenia SMTA yang
aea-peroleh skor pilihan siawa yang tinggi ( ya
itu SMA)M adalah terbukti.
(3). Hipoteaia 3
Dari rangkuaan haail analiaia yang
tertera
di dalaa tabel 17 halaman 153 dan interpre
-taainya, temyata bahwa peraepai siswa
ten
tang besar kecilnya keaeapatan para
luluaan
tiap jenia SMTA untuk aeaperoleh pekerjaan
pan-didikan. Dan koefisien regresi dan koefisien
korelasinya negatif. Ini berarti bahwa makin
tinggi persepsi siswa tentang hal tersebut
siswa cenderung untuk memilih jenis SMTA
yang memperoleh skor pilihan siswa yang ren
dah (yaitu SMTA kejuruan). Jadi artinya hi
potesis 3 yang berbunyi : "Persepsi siswa
tentang besar kecilnya keaempatan para lu
lusan tiap jenis SMTA untuk memperoleh pe
kerjaan mempengaruhi permintaan pendidikan
di SMTA* Makin tinggi skor persepsi siswa
tentang besar ke£ilnya kesempatan para lulus*
an tiap jenis SMTA untuk memperoleh pekerja
an, maka siawa aakin cenderung untuk memilih
jenis SMTA yang memperoleh skor pilihan sis
wa yang rendah tetapi member! kesempatan
yang lebih besar untuk memperoleh pekerjaan
(SMTA kejuruan)'1 adalah terbukti.
(4). Hipotesis 4
[image:61.597.136.487.97.729.2]Dari hasil analisis yang tercantum di dalam
tabel 18 halaman 157 dan interpretasinya ,
temyata bahwa persepsi aiswa tentang besar
kecilnya keaempatan para lulusan tiap jenis
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap per
mintaan pendidikan di SMTA. Jadi hipoteaia
yang berbunyi : "Persepsi siswa tentang be
sar kecilnya keaempatan para luluaan tiap
jenis SMTA untuk meneruskan ke perguruan
tinggi mempengaruhi permintaan pendidikan
di SMTA. Makin tinggi skor persepsi siawa
tentang besar kecilnya kesempatan para lu
luaan tiap jenia SMTA untuk meneruskan ke
perguruan tinggi, maka aiswa makin cen
derung untuk memilih jenis SMTA yang mem
peroleh skor pilihan aiswa yang tinggi (ya
itu SMA)M adalah terbukti.
(5)* Dari rangkuman haail analisis yang tercan -turn di dalam tabel 19 halaman 161 dan
in-terpretaainya, temyata bahwa biaya sekolah mempunyai pengaruh terhadap permintaan pen
didikan di SMTA, walaupun pengaruh tersebut
tergolong lemah. Namun jelas ada pengaruh
-nya. Jadi artinya hipotesis 5 yang ber bunyi : "Biaya sekolah mempunyai pengaruh
terhadap permintaan pendidikan di SMTA. Ma kin tinggi biaya pendidikan yang harua di
aiswa makin cenderung untuk aeailih
jenia
SMTA yang aeaperoleh akor pilihan siawa
yang tinggi (yaitu SMA)n adalah terbukti.
C. IesiBpulan untuk keaeluruhan faktor-faktor
Dari keliaa faktor yang aeapengaruhi per
aintaan pendidikan tersebut temyata ada
*ua
faktor yang pengaruhnya aangat kuat. ledua
fak
tor yang diaakaud adalah :
(1). Peraepai siswa tentang beaar kecilnya
ke
aeapatan para luluaan tiap jenia SMTA untuk
aeaperoleh pekerjaan.
(2). Peraepai siBwa tentang beaar kecilnya
ke
aeapatan para luluaan tiap jenia SMTA untuk
aeneruakan ke perguruan tinggi.
Hal ini adalah wajar karena pada akhirnya
eeaeorang memasuki aesuatu SMTA adalah
untuk
memperoleh perayaratan agar aegera dapat
aea
peroleh pekerjaan, atau untuk mempereloh
per
ayaratan agar dapat aeaperoleh pekerjaan
pada
taraf yang lebih tinggi, aehingga aeaungkinkan
baginya untuk aemperoleh pendapatan yang
l.bih
ii-penuhi dengan cara aeaaauki SMA, karena
jenia
SMTA yang terakhir ini secara foraal para lulus
-annya aeapunyai keseapatan yang lebih besar untuk
meneruskan ke perguruan tinggi dari pada
SMTA
kejuruan.
2. iaplikaai dan aaran-aaran
1. iaplikaai
Sebagai iaplikasi dari kesiapulan hipote
-sis-hipotesis tersebut di auka, aaka dapat
di
jelaskan sebagai berikut :
(1). Hipotesis 1
Salah satu indikator keberhasilan pembangun
an yang telah dan aedang kita laksanakan
adalah terjadinya peningkatan tingkat
pen
-didikan rata-rata yang dicapai oleh masyara
kat. Bila hal itu terjadi berarti pada
pe
riode berikutnya proporai orang tua
aiawa
yang meailiki tingkat pendidikan yang rela
-tif tinggi aenjadi lebih besar dari periode
aebeluanya. Dengan terbuktinya hipotesis
1
ini berarti bahwa meabesarnya proporai orang
tua yang dapat aencapai tingkat pendidikan
lebih tinggi di masa yang akan datang
aaka
pendidikan di SMA- Akan tetapi di lain pihak
permintaan pendidikan di SMTA kejuruan
cen
derung untuk aenurun. Hal seperti ini
perlu
diperhitungkan di dalam perencanaan pendidik
an.
(2). Hipotesis 2
Selain peningkatan tingkat pendidikan
rata-rata yang dicapai oleh aaayarakat, aaka
in
dikator yang lainnya dari keberhasilan
pea-bangunan adalah kenaikan pendapatan
per
capita. lalau hal ini terjadi aaka
berarti
bahwa proporsi orang tua yang berpendapatan
relatif tinggi di aaaa yang akan datang akan
lebih beaar dari pada periode sebelumnya.Dengan terbuktinya hipotesis 2, berarti bah
wa membeearnya orang tua yang berpendapatan
tinggi di aasa yang akan datang akan
ae-nyebabkan naiknya peraintaan pendidikan
di
SMA dan dilain pihak peraintaan pendidikan
untuk SMTA kejuruan akan cenderung mengalaai
penurunan. Lcenderungan aetnacaa ini
perlu
diperhitungkan di dalaa perencanaan pendidit
(3). Hipotesia 3
Dari uraian di auka telah kita ketahui bah
wa persepsi siswa tentang besar kecilnya
keaeapatan untuk aeaperoleh pekerjaan aeapunyai kaitan dengan tingkat pendidikan dan
tingkat pendapatan orang tua yang
relatif
rendah. Oleh karena itu persepsi ini
di-dorong oleh aotivasi dan kebutuhan
untuk
bekerja. Diaaaping itu tentu saja
diperkuat
oleh tingkat kepaatian untuk aeaperoleh pe kerjaan para luluaan tiap jenia SMTA. Dengan terbuktinya hipoteaia 3 ini bila di aaaa
datang proporsi orang tua yang
berpendidik-an tinggi dberpendidik-an berpendapatberpendidik-an tinggi aeabesar,aaka peraepai siawa tentang beaar keoilnya
keaeapatan untuk meaperoleh pekerjaan bagi
para luluaan tiap jenia SMTA cenderung
un
tuk aenurun. Sebab mereka akan aenuntut je
nia pekerjaan yang tarafnya lebih
tinggi
dari pada aereka yang keadaan orang
tuanya
seperti sekarang. Untuk itu aereka
akan
aeailih jenia SMTA yang aeaungkinkan
untuk
itu, yaitu SMA. Sedang di lain pihak
per
cen-derung untuk aenurun. Hal ini harua
di-perhatikan di dalaa perencanaan pendidikan.
(4). Hipoteaia 4
Di muka telah kita ketahui bahwa peraepai
aiswa tentang beaar kecilnya kesempatan para
lulusan tiap jenia SMTA untuk aeneruskan ke
perguruan tinggi ada kaitannya dengan
ting
kat pendidikan orang tua yang tinggi
dan
tingkat pendapatan orang tua yang
tinggi
pula. Seauai dengan iaplikaai dari hipoteaia
1 dan hipoteais 2, aaka berarti tuntutan un
tuk aeaaauki SMA di aaaa yang akan datang
•enjadi lebih tinggi dari pada aekarang.
Di
lain pihak aaka ainat untuk aeaaauki SMTA
kejuruan akan cenderung aenurun. Hal ini
perlu diperhitungkan di dalaa perencanaan
pendidikan.
(5). Hipoteaia 5
Dari uraian di auka dapat kita ketahui bahwa keaediaan untuk meabayar biaya sekolah<