• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN PENDIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU BAHAN PERTIMBANGAN DALAM PENENTUAN PRIORITAS JENIS SEKOLAH : Studi tentang permintaan terhadap pendidikan Sckolah Menengah Tingkat Atas ( SMTA ) di Kota Madya Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN PENDIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU BAHAN PERTIMBANGAN DALAM PENENTUAN PRIORITAS JENIS SEKOLAH : Studi tentang permintaan terhadap pendidikan Sckolah Menengah Tingkat Atas ( SMTA ) di Kota Madya Bandung."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN

PENDfDIKAN SEBAGAI SALAH SATU BAHAN PERMBANGAN

DALAM PENENTUAN PRIORITAS JENIS SEKOLAH

( Studi tentang permintaan terhadap pendidikan Sckolah Menengah Tingkat Atas ( SMTA )

di Kota Madya Bandung )

T E S I S

Diajukan kepada panitia Ujian Tesis lnstitut Keguruan dan Ilmu Pedidikan Bandung Untuk memenuhi Sebagian dari Syarat Program Pasca Sarjana

Bidang Studi Administrasi Pendidikan

O l e h : ABDULLAH NS

No. Pokok : 255/A-16/XIII-5

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

ProS. DR. Qteng Sutisna MLSa Ed.

Penbimbing I

DR. Mohammad Fafcry Gaffar M.Ed.

Pembimbing II

Dcseraber, 1985

FAKULTAS PASCA SARJANA

(3)

Yang mcngajarkan dengan pena, Menga-jarkan kepada manusia apa yang belum

dikctahui.

( Al Alaq ayat 3 - 5 )

Kvpersembahhan :

(4)
(5)

Daa4aa aeajucapkaa ayukur Albaadulillah akairaya

teals iai dapat peaulia aeleaaikaa. Deroafan daa

bia-bia6aa yaa* tekua dari para ,eabiabin£ adalan aerupakaa

faktar yaaf aanjat aeaeatukaa dalaa aeayelesaikaa taala

ini. Daaian doronjaa daa biabia«aa teraebut peaulia te

la* beruaaaa keraa uatuk aeayeleaaikaaaya dea«aa

ae-baik-baikaya aaauai deaiaa keaaapuaa yaa* ada pada

pe

nulia. Akaa tetapi teatu aaja aaail yaa$ dapat

peaulia

capai aaaia jaua dari aeapuraa bankaa auaj;kin

baayak

kekuraataaaya. Haaua deaikiaa dea4aa rendaa hati

pe

aulia beraarap a4ar taasil karya ini ada aaafaataya

wa-laupua aaa*at kecil dalaa pea*eabaa*aa dan

peabiaaaa

peudidikaa kita, terutaaa uatuk SMTA di Eota

Madya

Baaduag.

Dalaa penyeleaaian teals ini aelain para

»••-biabinj jusa aaaia ada beberapa pihak yaa* tela*

•••-berikaa baatuaa kepada peaulia balk lan4sunS

aaupua

tidak lamauat, terutaaa Bapak Dekan FP3 IKIP

Baadua*

beaerta atafaya. Olea kareaa itu adalali pada teapataya

apabila keaeapataa ial peaulia pertunakaa *at*k

••-ayaapaikan rasa teriaa kaaia. Ucapan teriaa kaaia

ini

peaulia aaapaikaa kepada :

(6)

Yt*. Bapak Era. H. kuaaaaad jmaaa Seaaatri M.Sc.

se-ba*ai Rekter HIP Baadunt yaa* tela*

aeaberi

izia kepada peaulia uatuk aen*ikuti kuliah

di

PPS HIP Baadua*.

Yta. Eapak Prof.DR. Achaad Saausi 3H. UPA yaa« tela*

aeaberi keseapataa kepada peaulia untuk

ae-axikuti peadidikaa di PPS inp Baadun* ini.

Yta. Bapak praf. DR. Supardj© Adikusuao sebagai Pea

baatu Dekan I PPS HIP Bandua«.

Yta. Bapak DR. Djawad Daalaa aebasai Peabaatu Dekaa

II PPS HIP Baadun*.

Yta. Bapak DR. Yus Rusyaaa aebajai Peabantu

Dekaa

III PPS HIP Baaduaj.

Yta. Bapak Praf. DR. Otea* Sutiaaa ii.Sc.Ed.

aeba«ai

Peabiabia* I.

Yta. Bapak DR. teeaaaaad Pakry Gaffar M.Bd.

seba^ai

Peabiabiag II.

Yta. aelurua aa«ota ataf tata usaaa PPS HIP Baadaai;

yaaj tela* ikut aerta aeabaatu aeaperlaacar

prases studi peaulia di PPS IKIP Bandun*.

Yta. Bapak Dra. Ac*aad Matia aebafai Dekaa

PPIPS

HIP Baadua* yaa« tela* aeaberi izin kepada pe

aulia untuk aeacLkuti kuliaa di PPS HIP

Baa-dua^.

(7)

Yta. Bapak lepala laawil Depdikbud Prepiaai Jawa Barat

dea*aa aelura* stafaya yaag tela* aeaberi izia

daa aeabaatu dalaa aeacuapulkaa data.

Yta.Bapak lepala laadep Depdikbud Iota Madya

Baaduag

daa selurua stafaya yaa* telak aeaberi izia daa

aeabaatu dalaa peafuapulaa data.

Yta. Bapak daa Iba lepala SliTA di lota Madya

Baadua*

yan* tela* aeabaatu aeaperlancar proses

peajuapul-aa data.

Yta. seluru* teaaa-teaaa Deaea di pre«raa

Pendidikan

Ekonoai Ufcua/leperaai PPIPS HIP Banduac yaaf tela* aenderea* kepada penulis uatuk aeayelesai

-kaaaya.

Yt*. aeluru* teaaa-teaan aiawa PPS Anjjkatan ke

XIII

Juraaaa Adaiaiatraai Pendidikan yan« telaa

aen-deren* peaulia untuk aenyeleaaikaa teaia ini.

Yane kucintai iatri daa anak-aaakku yaa« telaa

ber-kerbaa aeaderita akibat ke*iataa atudi dan

pe-ayusuaaa teaia ini.

TJntuk aereka seaua penulia berde'a aeaoca Alia*

8ub*aaaku Wataala aeabalaa kebaikanaya. Aaien.

Ban****,

A*ustus 1985

Penulis

(8)
(9)

Halanan

IAIA PBNGABTAR

ij-DAPTAR ISI • v

DAPTAR TABEL ix

DAPTAR LAHPIRAS xii

BAB I : PEMDAHULUAI 1

1. Latar "belakan* penelitian •.. 1

2. Pekok peraaasalahan 8

3. Tujuan penelitian 13

4» Kegunaan penelitian 14

5• lerangka penikiran 15

&• AnsS*Pan dasar 20

7. HipoteaiB 20

8* Definisi variabel 23

BAB II : TIKJAUA* PTJ3TAIA 25

le Perencanaan pendidikan dan

adminis-trasi pendidikan • 25

2. Perencanaan pendidikan dan perenca

naan pesbangunaii 29

3. Arti dan pentingnya perencanaan pen

didikan 35

4. Ciri-ciri, ukuran, dan unsur- unsur

(10)

tahap perencanaan pendidikan .... 44

6. Maaalak-aasalafc pakek perencanaan

pendidikan

50

7. Pendekatan-pendekatan dalaa pe

rencanaan pendidikan 51

8. Peraintaan pendidikan dan

faktor-faktar yang aeapengaruhinya

60

9. Itesisi penelitian .... 70

10. leaiapulan teeritia

71

BAB III : 1CET0D0L0GI PESELITIAJ

74

1. Meteda penelitian dan teknik

pe-nguapulan data

74

2. papulasi

• • •

7*

3. Saapel

75

4. Inatruaen penelitian 83

5. Skala pengukuran 84

6. Ifladel analiaia 95

7. Interpretaai

102

BAB IV :MALI3I8 DATA DAI HA3IL PEISLITIAI... 105

1. 'Trend peraintaan pendidikan di

SMTA di lata Madya Bandung 105

(11)

2. leadaan pendidikan dan pekerjaan

•rang tua 107

3. interpretaai kaail penelitian

ae-cara keselurukan H3

a. interpretaai dangan aengguna

-2

kan nilai P dan nilai R .... 113

b. interpretaai dengan

aengguna-kan keefiaien regreai (bi) ...

115

c. Interpretaai dengan

aengguna-kan keefiaien kerelaai (r) ... 118

4. interpretaai kaail penelitian

ae-nurut jenia kelaain

122

a. interpretaai dengan aengguna

-kan nilai P dan nilai R .... 122

b. Interpretaai dengan

aengguna-kan keefiaien regreai (b^) •••

125

c. interpretaai dengan

aengguna-kan keefiaien korelaai (r) ... 128 5. interpretaai kaail penelitian

ae-nurut atatua aekelah 132

a* interpretaai dengan aengguna

-kan nilai P dan nilai R .. •• 132

b. interpretaai dengan

aengguna-kan keefiaien regreai (bi) ...

135

(12)

Co Interpretaai dengan aenggunakan

keefiaien kerelaai 137

6. Diakuai 1+2

a. Pengaruk pendidikan orang tua.. 142

b. Pengaruh pendapatan erang tua..

146

c. Pengaruk peraepai aiawa tentang

keaeapatan kerja

152

d. Pengaruk peraepai aiawa tentang keaeapatan ant*k aeneruakan ke

perguruan tinggi

156

e. Pengaruk biaya aekelak

160

BAB

V : H3IMPULAI DAI 8ARAI-3ARA3T

165

1. teaiapulan

x65

A. U»del analiaia dan inatruaen

penelitian

lfi5

B. Hipeteaia

i66

Co leaiapulan untuk keaelurukan

fakter-fakter 170

2. Iaplikaai dan aaran-aaran

171

A- Iaplikaai

171

B* Saran-aaran •••

3. leterbataaan dan ketuntasan pene

-l i t i a n

DAPTAR PUSTAIA

viii

175

178

(13)

Halaaan

TABSL 1 : Jualak aiswa kelaa 1 SUA, SMEA, 3TMy SPG, dan 3PMA di leta Madya Bandung

takun ajaran 1983/1984 74

TABEL 2 : Penentuan besar keeilnya aekalak ... 80

TABEL 3 : Saapel sekelak, aaapel kelaa dan

aaapel aiswa unt*k SUA aenurut pe-nyebaran wilayak, klaaifikaai ae

nurut autu dan beaamya aekelak .... 82

TABEL 4 : Saapel aekelak, aaapel kelas dan

aaapel aiawa untuk SMTA kejuruan ae nurut penyebaran wilayak, klaaifika

ai aenurut autu dan beaarnya sekelak 83

TABEL 5 : leadaan pendaftar ke SMTA Negeri di

lata Madya Bandung (1977-1983/1984). 106

TABEL 6a : Tingkat pendidikan ayak dan Jenia

3MTA yang dipilik 108

TABEL 6b : Tingkat pendidikan ibu dan jenia

SMTA yang dipilik 110

TABEL 7 : Jenia pekerjaan ayak dalaa

kubungan-nya dengan jenia SMTA yang dipilik /

diaasuki 112

TABEL 8 : Xeefiaien regreai 0^). nilai ?e dan

nilai R persaaaan regreai linear

berganda aedel I 116

TABEL 9 : leefisien deterainaei parsial (r ) ,

dan keefiaien kerelasi parsial (r)

aenurut kasil analiais persaaaan

regreai linear berganda aodel I .... 120

TABEL 10 : Keefiaian regresi (b.), nilai F dan

nilai R^ aenurut kaail analiais per saaaan regresi linear berganda aedel

II dan aedel III 124

TABEL 11 : Keefiaien deterainasi parsial (r ) ,

dan keefiaien korelasi parsial (r)

aenurut kasil analiais persaaaan

regresi linear berganda aodal II dan

aedel III 130

[image:13.597.67.494.151.691.2]
(14)
[image:14.597.88.472.113.718.2]

TABEL 12 TABEL 13 TABEL 14 TABEL 15 TABEL 16 TABEL 17 TABEL 18

Koefisien regresi (b.), nilai P dan nilai R aenurut hasil analy

sis persamaan regresi linear ber

ganda model IV dan aodel V

: Kogfisien deterainasi parsial (r ) dan keefisien korelasi par

sial (r) aenurut kasil analisis

persatsaan regreai linear "berganda aodel IV dan model V

: Pengaruk (b,) dan korelasi (r)

tingkat penaidikan ayak dan ting kat pendidikan ibu terkadap per aintaan pendidikan di SMTA ae nurut kasil analisis aodel I , aodel II, aodel III, aodel IV dan model V

: Pengaruk (b.) dan korelasi (r)

tingkat penaapatan orang tua ter kadap peraintaan pendidikan ae nurut kasil analisis aodel I, ao del II, model III, aodel IV dan aodel V

: Tingkat pendapatan ©rang tua dan jenia SMTA diaana siswa yang ber-sangkutan bersekolah

: Pengaruk (b^) dan korelasi (r)

persepsi siswa tentang besar ke-cilnya keseapatan para luluaan tiap jenia SMTA untuk aemperolek

pekerjaan terkadap peraintaan pendidikan aenurut aodel I, aodel

II, aodel III, aodel IV dan aodel

V • ,

: Pengaruk (b. ) dan korelasi (r)

persepsi siswa tentang besar ke-cilnya keseapatan para lulusan tiap jenis SMTA untuk aeneruskan

ke perguruan tinggi terkadap per

aintaan pendidikan aenurut model I, aodel II, aodel III, model IV,

dan aodel V

(15)
[image:15.597.159.442.279.561.2]

TABEL 19 : Pengaruk (b.) dan korelasi (r) biaya sekelak teriadap peraintaan pen

didikan aenurut aodel I, aodel II ,

aedel III, aodel IV, dan aodel V ... 161

(16)

LAMPIRAJT I :

LAMPIRAI II s

LAMPIRAI III :

LAMPIRAI IV LAMPIRAI V LAMPIRAH VI LAMPIRAI VII LAMPIRAJt VIII LAMPIRAI IX LAMPIRAI X LAMPIRAI XI Halaaan

Ringkasan

191

penyebaran papulaai siswa kelas

1 SMTA aenurut autu dan besar

sekalali 197

Data tentanj daya tampons,jualan

pendaftar dan jualak calon yang

diteriaa di kelas 1 SMA Negeri

dan SMTA kejuruan di tota Madya

Bandung 1977 a/d 1983/1984

203

Angket untuk siswa

204

luesioner untuk orang tua 213

Data tentang peraintaan pendidik

an (Y) tingkat pendidikan ayan

(X-.), tingkat pendidikan ibu

(xi), pendapatan erang tua (X-*)»

peraepai aiawa tentang besar

Ke-cilnya keaeapatan para lulusan

tiap jenia SMTA untuk memperolen

pekarjaan (XA)» persepsi

siswa

tentang besar keeilnya keaeapat

an para luluaan tiap jeniB SMTA

untuk aeneruskan ke perguruan

tinggi (X5) *»» *>i»y« sekolaa

^

Analisis rariabel independen

(keaeluruhan) madel <^4

Analisis aenurut jenis kelamin

(laki-laki) aadel II

239

Analisis aenurut jenis kelanin

(pereapuan) aedel III

2+*

Analisis aenurut status SMTA

(negeri) aadel IV

249

Analisis aenurut status SMTA

(swasta) aodel V

254

(17)

METODOLOGI PENELITIAN

1. Metoda penelitian dan teknik pengumpulan data

Metoda penelitian yang dipergunakan di dalam

penelitian ini adalah metoda survey dengan teknik pe

ngumpulan datanya adalah angket dan wawancara.

2. Populasi

populasi penelitian adalah seluruh siswa ke

las 1 SMA, SMEA, STM, SPG, dan SPMA di Kbta Madya

Bandung, icpulasi berjumlah sebanyak 22.351 orang

siswa dengan perincian seperti tertera di dalam

[image:17.597.106.487.282.632.2]

ta-bel 1 sebagai berikut :

TABEL 1 : Jumlah siswa kelas 1 SMA, SMEA, STM, SPG , dan SPMA di Kota Madya Bandung tahun ajar an 1983/1984

No. Jenis Sekolah jumlah siswa kelas 1

1 . SMA 15.633 orang

2. SMEA 1.4-11 orang

3. STM 3.774 orang

4. SPG 1.443 orang

5. SPMA 90 orang

Sumber : Hasil pencatatan di SMTA-3MTA yang bersang kutan di Kota Madya Bandung pada bulan Sep tember dan Oktober 1983 (lampiran II)

(18)

3* S a m p e l

a. Jumlah sampel

jumlah sampel adalah sebanyak 621 orang

siswa kelas 1. Jumlah sampel tersebut ditentukan

berdasarkan kriteria sebagai berikut :

(1). Sifat homoginitas dari populasi

populasi di dalam penelitian ini bersifat homogin. Kehomoginitasan tersebut ditandai

oleh hal-hal sebagai berikut :

(a). Setiap siswa kelas 1 SMTA-SMTA ter

sebut adalah para lulusan SMP.

(b). Siswa-siswa tersebut adalah seumur ,

mereka berumur antara 16 - 18 tahun.

Tentang kehomoginitasan dari populasi Peter

Hague dan Chris Manning menyatakan sebagai

berikut :

Derajat keseragaman (degree of homogenity)

dari populasi. Makin seragam populasi itu ,

makin kecil sampel yang dapat diambil.

Apa-bila populasi itu seragam sempuraa (comple

tely homogeneous), maka satu-satuan elemen-ter saja dari populasi sudah cukup

represen-tatif untuk diteliti (Masri Singarimbun ,

1981, h. 130)

(2). Kemampuan peneliti

Peneliti mempunyai kemampuan yang sangat

terbatas, baik dalam hal dana, tenaga mau7

(19)

yang diambil disesuaikan dengan kemampuan

tersebut. Dalam hal ini prof.Drs. Sutrisno

Hadi menjelaskan sebagai berikut :

Masalah tentang berapa besar-kecilnya sam

pel yang harus diambil untuk penyelidikan

kerap kali merupakan soal yang sangat

ga-wat. Utaumnya orang hanya menetapkan

besar-kecilnya sampel atas dasar pertimbangan

-pertimbangan praktis, seperti biaya,

ke

sempatan dan tenaga. Ini terutama

terjadi

pada research-research dalam bidang

pen

didikan dan psikologi. (Sutrisno Hadi , 1983, h. 75).

(3). Teknik penentuan jumlah sampel

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas

dan tetap mempertimbangkan reliabilitas

[image:19.597.143.487.193.563.2]

dan presisi dari sampel, maka untuk

me

nentukan jumlah sampel dipergunakan

tabel

yang diberikan oleh Gary Lewis sebagai ber^

(20)

Tabel A. 2 : Sampel size needed to achieve a given precision, for simple random sampling

Total

number i n u n i

-v e r s u m

98 i> precision sample out of 100

Number i n sample variancep X-0,03 X Sample

s i z e as

# the

popula

t i o n

Number i n sample variance 2

X- 0,01 X

Sample

size as #

of the popula

t i o n

100 74 74,0 48 48,0

200 117 58,5 64 32,0

500 180 36,0 79 15,8

1.000 220 22,0 86 8,6

5.000 267 5,3 92 1,8

10.000 274 2,7 93 0,9

50.000 280 0,6 94 0,2

Sumber : Planning Education for Development 1980 , Volume IV, halaman 216.

Di dalam penelitian ini variance dari populasi

tidak diketahui, namun demikian dengan alasan

-alasan seperti telah dikemukakan di muka kami

anggap tabel ini dapat dipergunakan. Karena jum

lah populasi sebanyak 22.351 orang siswa, maka

untuk menentukan jumlah sampel kami pergunakan

kolom ketiga baris ke enam, yaitu dengan

per-sentase sampel sebesar 2,7#. Sehingga jumlah

sampel ada sebanyak 603 orang. Akan tetapi bila

sampel keseluruhan tersebut didistribusikan se

[image:20.597.105.485.109.714.2]
(21)

untuk SPMA hanya akan memperoleh 2 orang saja ,

sehingga bila dianalisis tidak ada artinya. Oleh

karena itu, maka untuk SPMA kami ambil sampel mi

nimum, yaitu sebesar 20 orang, karena jumlah 20

orang inilah merupakan suatu jumlah minimum yang

secara statistik dapat dianalisis.

b. Distribusi sampel

(1). Sampel sekolah

Sebenarnya penentuan jumlah sampel ditentu -kan terbalik, yaitu dari jumlah sampel se cara keseluruhan, kemudian jumlah sampel sis

wa menurut wilayah (lokasi), selanjutnya jum

lah sampel sekolah, jumlah sampel kelas dan

jumlah sampel siswa untuk tiap-tiap kelas.

Untuk sampel sekolah ditentukan menurut kri

teria sebagai berikut :

(a). Distribusi sampel sekolah menurut wila

yah. Sesuai dengan pembagian wilayah

SMA menurut Kantor Depdikbud Kota Madya

Bandung, maka untuk SMA dikelompokkan menjadi empat Lingkungan Kerja Bersama

(LKB), yaitu LKB Barat, LKB Utara, 1KB

(22)

Untuk SMTA kejuruan karena jumlahnya

sedikit dan penyebarannya tidak merata,

maka pengambilan sampel sekolah

di-sesuaikan dengan pembagian wilayah me

nurut SMA.

(b). BLstribusi sampel sekolah menurut mutu.

Baik untuk SMA maupun untuk SMTA kejuru

an, maka tiap jenis SMTA dibedakan men

jadi tiga tingkatan mutu, yaitu

katego-ri A (baik), kategokatego-ri B (Bedang)

dan

kategori C (kurang). (lampiran II). Pe

nentuan ini hanya be-dasarkan judment

saja, yang didasarkan pada opini masya

rakat saja.

(c). Distribusi sampel menurut besar sekolah.

Selain didasarkan atas wilayah dan mu

tu, maka pengambilan Bampel sekolah

juga didasarkan atas ukuran besar

ke

cilnya sekolah. Penentuan besar kecil

nya sekolah adalah didasarkan atas ba

-nyak sedikitnya jumlah siswa kelas

I

tahun ajaran 1983/1984- Tiap jenis SMTA

dibedakan atas tiga kategori,yaitu be
(23)
[image:23.597.108.498.92.717.2]

sebagai berikut :

TABEL 2 : Penentuan besar kecilnya sekolah

Jenis SMTA Ukuran jumlah siswa kelas 1

SMA Besar 400 atau lebih

sedang 200 - 399

kecil kurang dari 200 SMTA Kejuruan Besar 200 atau lebih

sedang 100 - 199

kecil kurang dari 100

Berdasarkan kriteria tersebut maka sampel se

kolah ditentukan secara purposive.

(2). Sampel kelas

Sampel kelas ditentukan secara random, dengan

teknik sebagai berikut ;

(a). Bila sampel kelas yang diperuntukkan untuk

sesuatu sekolah jumlahnya hanya satu ke

las, maka sampel kelas diambil secara

undi-an.

(b). Bila sampel kelas untuk sesuatu sekolah

jumlahnya lebih dari satu kelas, maka di

pergunakan rumus sebagai berikut :

n

(24)

n •» Jumlah seluruh kelas di sekolah

yang bersangkutan

k - Jumlah sampel kelas

Sampel kelas yang pertama diambil se cara undian dan sampel kelas berikutnya

diambil menurut besarnya nilai Mi".

(3). Sampel siswa

Sampel siswa untuk setiap kelas sampel di

tentukan secara random dengan menggunakan

rumus seperti pada sampel sekolah, yaitu :

n

i - interval

n - Jumlah siswa di dalam kelas sampel

S - Jumlah sampel siswa

Dengan kriteria penentuan sampel seperti te

lah diuraikan, maka jumlah sampel sekolah ,

kelas dan sampel siswa keseluruhannya dapat

dilihat di dalam tabel 3 dan tabel 4 di

(25)
[image:25.597.87.491.121.589.2]

TABEL 3 : Sampel sekolah, sampel kelas dan sampel siswa

untuk SMA menurut penyebaran wilayah, klasifi

kasi menurut mutu dan besarnya sekolah

No. Sekolah Siswa Kelas Mutu Besarnya I

1 .

LKB BANDUNG BARAT (101) 23

(6)

1 A "besar

SMA Negeri 4

2. SMA Negeri 6 31 2 B sedang

3. SMA BPPK 15 1 B sedang

4. SMA Kenan Indonesia 32 2 C k e c i l

I I

5.

LKB BANDUNG UTARA (140)

46

(7)

A sedang

SMA Negeri 5

6. SMA Negeri 1 60 3 B b e s a r 7. SMA Kartika Chandra 34 2 C sedang

I l l LKB BANDUNG TIMUR ( 81) (5)

8 . SMA Negeri 10 53 3 B b e s a r

9. SMA Negeri 14 28 2 C b e s a r

IV 10.

LKB BANDUNG SELATAN (98)

35

(5)

2 A b e s a r

SMA Negeri 11

1 1 . SMA Negeri 7 49 2 B sedang

12. SMA putra 14 1 C k e c i l

Jumlah sampel (420) (23)

(26)
[image:26.597.85.491.138.701.2]

TABEL 4 : Sampel sekolah, sampel kelas dan sampel siswa untuk SMTA kejuruan menurut penyebaran wi layah, klasifikasi menurut mutu dan besarnya

sekolah

No. Sekolah Siswa Kelas Mutu Besarnya

I SMEA : ( 39) (2)

1. SMEA Negeri 1 25 1 A besar

2. SMEA Paeundan 14 1 A kecil

II STM : (102) (7)

1. STM Negeri 3 41

5 A besar

2. STM Merdeka 34 2 B besar

3. STM LPPM 27 2 B sedang

Ill SPG : ( 40) (3)

1. SPG Negeri 2 26 2 A besar

2. SPG Pasundan 14 1 B sedang

IV SPMA : (20) (1)

1. SPMA Gegerkalong 20 1 kecil

jumlah sampel (201) (12)

Sumber • Lampiran II

4. Instrumen penelitian

Data diperoleh dengan menggunakan angket un

tuk siswa dan wawancara untuk orang tua dari siswa

yang bersangkutan (lampiran IV dan V). Kedua angket

tersebut sebelum dipergunakan di dalam proses pe

nelitian yang sebenarnya telah diuji-cobakan ter-lebih dahulu dan telah diperbaiki seperlunya. Uji

(27)

kelaB 1 SMTA di Kota Madya Bandung. Yaitu

masing-masing 10 orang siswa kelas 1 SMA, 10 orang siswa

kelas 1 SMEA, 10 orang siswa kelas 1 STM, 10 orang

siswa kelas 1 SPG, dan 10 orang siswa kelas 1 SPMA.

Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari Kantor

Wilayah Departemen pendidikan dan Kebudayaan propin

si Jawa Barat dan Kantor Departemen pendidikan dan

Kebudayaan Kota Madya Bandung.

5» Skala pengukuran

Untuk menganalisis hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependennya di dalam

statistik kita dapat menggunakan macam-macam teknik

atau model analisis. Misalnya chi square, gamma , Yule's Q, regresi, korelasi, dan sebagainya. Teknik

mana yang akan digunakan tergantung kepada skala

pengukuran dari data yang akan dianalisis. Seperti

penulis yang lainnya Delbert C. Miller membedakan

skala pengukuran atas empat macam sebagai berikut :

Scale construction yields four types of scale : the nominal scale, consisting simply of dis-tinguishable categories with no implication of

"more" or "less"; the ordinal scale, on which positions can be identified in ramc order but no implication as to the distance between positions; the interval scale, which has equal distance between any two""acTjacent positions on the con tinuum; and the ratio scale, which has only

equal intervals but on absolute zero (Delbert G.

(28)

Variabel-variabel dalam penelitian ini me

nurut aslinya mempunyai skala pengukuran yang

ber-beda-beda. Untuk pendapatan orang tua, biaya se

kolah, persepsi siswa tentang besar kecilnya ke

sempatan para lulusan tiap jenis SMTA untuk mem

peroleh pekerjaan, dan persepsi siswa tentang besar

kecilnya kesempatan para lulusan tiap jenis SMTA

untuk meneruskan ke perguruan tinggi, skala pe ngukuran untuk keempat variabel tersebut adalah in

terval. Kemudian permintaan pendidikan, skala

pe-ngukurannya adalah skala nominal. Sedang untuk ting

kat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu da

pat dipandang sebagai skala interval dan dapat

di

pandang sebagai skala ordinal, untuk dapat me

nganalisis seluruh variabel maka digunakan skala

interval.

(1). Permintaan pendidikan di SMTA (Y)

Adalah suatu kenyataan bahwa masyarakat mem berikan nilai yang berbeda-beda untuk tiap

tiap jenis SMTA. Jadi artinya tiap-tiap jenis

SMTA ini mempunyai nilai tertentu yang dapat

dinyatakan di dalam bentuk a^.gka atau skor.

Tetapi berapa skor untuk masing-masing jenis

(29)

-masing jenis SMTA tersebut dilakukan sebagai

berikut : Proses pemilihan yang dilakukan oleh

siswa untuk memilih jenis SMTA mana yang akan

dimasuki adalah sederhana, artinya siswa lang

sung memilih salah satu diantara jenis SMTA

yang ada. Kalau hasil pilihan siswa tersebut

yang dimanifestasikan oleh jenis SMTA di mana

siswa yang bersangkutan sekarang bersekolah

kita pergunakan sebagai skor, maka skor yang

diperoleh tidak menggambarkan nilai yang

di-peroleh untuk masing-masing jenis SMTA, karena skor yang diperoleh untuk masing-masing jenis SMTA jumlahnya sama dengan jumlah sampel untuk

masing-masing jenis SMTA. Oleh karena itu skor

untuk permintaan pendidikan diambil dengan ca ra lain, yaitu dengan cara seperti yang

ter-cantum di dalam pertanyaan no. 11 halaman 207

lampiran IV. Dengan pertanyaan tersebut kita dapat mengetahui penilaian responden terhadap

tiap-tiap jenis SMTA, yaitu dengan cara

meng-hitung frekuensi pilihan responden untuk ma

singmasing jenis SMTA. Kemudian secara kumu

-latif kita dapat menghitung frekuensi untuk

(30)

memperoleh skor untuk SMA, STM, SPG, SMEA, dan

SPMA. Cara ini telah biasa dipergunakan di

dalam bidang soBiologi di Amerika Serikat ,

terutama untuk menentukan skor dari bermacam

-macam jabatan. mi dapat dilihat di dalam

con-toh yang diberikan oleh Anthony PM. Coxon. Da

lam menentukan skor untuk 16 jenis jabatan di

antaranya ia mengemukakan sebagai berikut :

Assign rank of one (1) to occupation which

you think ought to have the highest pres -tige and rewards and rank of sixteen (16) to occupation which you would give the lo west prestige and the poorest rewards. You

may "tie" two occupations with the same rank if you like (Anthony PM. Coxon, 1979 , h. 29).

Dalam contohnya ia menggunakan cara yang ke dua, yaitu dengan cara memberikan rank yang

sama untuk dua jabatan yang berada di dalam

satu pasang jabatan. Kemudian skor untuk tiap

jenis jabatan diperoleh dengan cara menjumlah-kan pilihan-pilihan yang sama. Berdasarmenjumlah-kan

angket untuk siswa, pertanyaan no. 11 secara

kumulatif untuk 621 orang responden, untuk

masing-masing jenis SMTA diperoleh skor se

(31)

Jenis SMTA SMA SMEA STM SPG SPMA Skor 1920 1126 1204 820 1136 jumlah 6210

Namun dengan cara memberikan pertanyaan No. 11

tersebut maka jumlah jawaban yang diperoleh

se-luruhnya menjadi 10 kali lipat, yaitu sebanyak

6210. Oleh karena itu untuk memperkecil jumlah

hitungan maka skor tersebut dibagi dengan 10 ,

sehingga masing-masing jenis SMTA memperoleh

skor sebagai berikut :

Jenis SMTA SMA SMEA STM SPG SPMA Skor 192 113 120 82 114 jumlah 621

Dengan cara demikian kita memperoleh skor tiap-tiap jenis SMTA tidak sama dengan

untuk

(32)

-sangkutan, dilain pihak jumlah skor

keseluruh-nya sama dengan jumlah sampel secara ke

seluruhan, yaitu 621. Jadi skor yang di

peroleh dengan cara ini dapat menggambarkan

penilaian responden terhadap masing-masing je

nis SMTA yang diselidiki di dalam penelitian

ini.

(2). Pendidikan ayah (x1) dan pendidikan ibu (Xg)

pendidikan ayah dan pendidikan ibu pada

ha-kekatnya merupakan akumulasi dari keseluruhan

pendidikan yang pernah dialami oleh ayah atau

ibu. Ia meliputi hasil pendidikan informal ,

pendidikan formal, dan pendidikan non formal,

perbedaan lingkungan, baik lingkungan keluarga

maupun lingkungan sosial lainnya yang lebih

besar, perbedaan tingkat pendidikan formal ,

perbedaan jenis pendidikan, perbedaan kursus

-kursus dan penataran-penatar^ yang pernah

di-alaminya, kesemuanya mempunyai dampak terhadap

pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan mung

kin juga status bagi ayah atau ibu. Jadi arti

nya tiap-tiap macam pendidikan mempunyai

nilai-nya masing-masing. Kalau nilai-nilai tersebut

(33)

ke-seluruhan akan merupakan skor pendidikan yang

dicapai oleh ayah atau ibu. Secara ideal

ten-tunya skor untuk pendidikan ayah dan pendidik

an ibu harus kita ambil dari keseluruhan pen

didikan yang telah dialami oleh mereka. Namun

hal itu sangat sulit untuk dilaksanakan,

ter

utama bagi penulis. Karena kita akan menghadapi

kesulitan untuk menilai perbedaan keadaan pen

didikan informal, perbedaan jenis pendidikan

yang setingkat, perbedaan jenis kursus-kursus,

dan perbedaan jenis penataran-penataran yang

pernah dialami oleh seseorang. Satu-satunya

pendidikan yang memungkinkan untuk ditentukan

skornya adalah tingkat pendidikan formal

yang

telah dicapai oleh seseorang. Oleh karena

itu

maka di dalam penelitian ini penentuan skor

untuk pendidikan adalah tingkat pendidikan

formal yang telah dicapai oleh ayah atau ibu.

Dalam hubungan ini Masri Singarimbun me

ngemukakan sebagai berikut : variabel tingkat

pendidikan dapat diukur dengan tahun

sekolah

atau tingkat sekolah (tidak sekolah, tidak

(34)

Di samping itu pengaruh pendidikan terhadap

anak dalam memilih jenis SMTA ini tekanannya

adalah pada faktor keteladanan ayah atau ibu ,

bukan bagaimana ayah dan ibu merabimbing para

putra-putranya secara langsung memilih

suatu

jenis SMTA tertentu untuk dimasukinya,walaupun

hal itu bisa terjadi, namun penelitian ini ti

dak menjadikan hal tersebut menjadi tekanan

utamanya. Ditinjau dari segi keteladanan ini ,

maka tingkat pendidikan yang dicapai oleh ayah

atau ibu lebih menonjol dari pada macam- macam

pendidikan yang lainnya. K&rena tingkat pen

didikan mempunyai pengaruh bukan hanya pada

pendapatan tetapi juga pada status*

Walaupun

secara horizontal jenis pendidikan di perguru an tinggi mempunyai dampak ekonomis dan sta

tus, akan tetapi pada tingkat menengah jenis

pendidikan pengaruh semacam itu tidak me

nonjol. Sehubungan dengan itu maka dalam pe

nelitian ini skor pendidikan ayah dan ibu di

tentukan berdasarkan tingkat pendidikan formal

yang dicapai oleh ayah atau ibu, dan

skor

untuk tiap-tiap tingkat pendidikan ditentukan

(35)

Tingkat pendidikan

Skor

Tidak sekolah 0

SD tidak tamat 1

SD tamat 2

SMTP tidak tamat 5

SMTP tamat 4

SMTA tidak tamat 5

SMTA tamat 6

pernah kuliah di perguruan

tinggi/PGSLP

7

Sarjana muda

8

Sarjana

9

Master 10

Doktor *1

(3). pendapatan orang tua (X^)

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan

ayah dan ibu atau wali dalam satu bulan.

Ukurannya adalah ribuan rupiah. Jadi

kalau

seandainya di dalam lampiran V halaman

213

tercatat nilai X? sebesar 56,5, artinya jum

-lah pendapatan orang tua ada-lah

sebesar

Ep 56.500,00.

(36)

memperoleh pekerjaan (X+) dan persepsi siswa

tentang besar kecilnya kesempatan para lulus

an tiap jenis SMTA untuk meneruskan ke

per

guruan tinggi (X5). Berdasarkan Guttman type

scale, maka skala dapat dibedakan atas

empat

tingkatan, salah satu contoh jawaban yang me

ngukur sikap yang ia kemukakan adalah :

very

much so, pretty much, slightly, dan very

little. Dt mana masing-masing jawaban

dari

yang tertinggi sampai yang terendah adalah 2,

1,5, 1, dan 0,5 (Delbert C Miller, 1964, h.

256). Kemudian untuk menentukan skor persepsi

berdasarkan skala Guttman, Delbert C Miller

memberikan contoh jawaban sebagai beTikut :

great, same, not much, none, don't know

(Delbert C. Miller, 1964, h. 261). Garry Le

wis dalam analisis gammanya membedakan tiga

tingkatan, yaitu more, same, dan less (Garry

Lewis, 1980, h. 85). Selanjutnya C.A. Moser

memberikan contoh jawaban sebagai berikut :

higher, same, lower, don't know (C.A. Moser ,

1979, h. 334). Berdasarkan contoh-contoh ter

(37)

meng-gunakan pertanyaan dan jawaban No. 17 dan

18

untuk persepsi tentang besar kecilnya ke

sempatan untuk memperoleh pekerjaan, dan per

tanyaan dan jawaban No. 19 dan 20 untuk per

-sepsi tentang kesempatan untuk meneruskan

ke

perguruan tinggi. Skor ditentukan sebagai ber

ikut :

Jawaban pertanyaan No*17 dan No. 19 Skor

Kesempatan untuk itu sangat besar

4

Kesempatan untuk itu besar

3

Kesempatan untuk itu ada

2

Kesempatan untuk itu tidak ada

1

jawaban pertanyaan No. 18 dan No* 20 Skor

Lebih besar 5

Sama ^

Lebih kecil 1

Dengan demikian skor tertinggi yang diperoleh

oleh seorang responden adalah 7 dan skor

terendah adalah 2.

(5)* Biaya sekolah (Xg)

Skor untuk biaya sekolah ditentukan sama se

perti pada pendapatan orang tua, yaitu

di

(38)

6. Model analisis

Data dianalisis secara manual dengan meng

gunakan model analisis regresi linear berganda dan

korelasi.

Li muka telah dikemukakan bahwa pada ha

kekatnya keinginan siswa untuk memasuki sesuatu

jenis SMTA tertentu dipengaruhi oleh banyak faktor.

Akan tetapi dari sekian banyak faktor tersebut ,

seperti telah dikemukakan di muka ada lima

faktor

yang diduga mempunyai pengaruh yang lebih penting

bila dibandingkan dengan faktor-faktor yang lain

nya. Dari kelima faktor tersebut ada satu

faktor

yang pada hakekatnya terdiri dari dua faktor,yaitu

faktor pendidikan orang tua. Faktor ini terdiri

dari pendidikan ayah dan pendidikan ibu.

Oleh

karena itu di dalam analisis kedua faktor tersebut

masing-masing berdiri sendiri. Sehingga di

dalam

analisis ini ada enam faktor yang mempengaruhi per

mintaan pendidikan, ialah :

(1). Pendidikan ayah (X^

(2). Pendidikan ibu (Xg)

(3). Pendapatan orang tua (X^)

(4). Persepsi siswa tentang besar kecilnya

ke

(39)

memperoleh pekerjaan (X^)

(5). persepsi siswa tentang besar kecilnya

ke

sempatan para lulusan tiap jenis SMTA

untuk

meneruskan ke perguruan tinggi (X5)

(6). Biaya sekolah (Xg)

Di samping keenam faktor tersebut, maka

jenis kelamin siswa dan status SMTA mungkin

ada

penganihnya terhadap pennintaan pendidikan di SMTA.

Oleh karena itu maka kedua faktor yang terakhir

ini dijadikan sebagai variabel kontrol.

Sehingga

proses berlangsungnya pengaruh keenam faktor

ter

sebut terhadap permintaan pendidikan dapat

di-gambarkan dalam gambar 2 halaman 97 sebagai

ber

-ikut :

(1). panah langsung dari variabel independen (Xx ,

Xg, X3, X4, x5, dan Xg) ke variabel dependen

(Y) menggambarkan pengaruh variabel indepen

-den terhadap variabel depen-dennya. Sifat

ana-lisisnya keseluruhan, yaitu untuk seluruh da

ta yang berjumlah sebanyak 621 orang.

(2). panah ke arah jenis kelamin yang kemudian

ke-luar lagi menuju variabel dependen (Y).

ini

berarti bahwa pengaruh variabel independen

[image:39.597.113.499.66.745.2]
(40)

Variabel independen

*2

X-X,

H

X,

Gambar 2 Variabel Kontrol

[image:40.597.121.459.108.700.2]
(41)

sebagai akibat dari perbedaan jenis kelamin

dari para siswa SMTA tersebut. Teknik

analisis-nya yaitu masing-masing jenis kelamin di

analisis tersendiri. Kemudian hasil analisis

untuk kedua jenis kelamin (laki-laki dan

perem-puan) diperbandingkan satu sama lain.

(3). panah ke arah status SMTA yang kemudian keluar

lagi menuju variabel dependen (Y). Ini berarti

bahwa pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependennya mungkin berbeda sebagai

akibat dari perbedaan status SMTA di mana me

reka bersekolah. Teknik analisisnya, yaitu

untuk SMTA negeri dan SMTA swasta masing-masing

dianalisis tersendiri. Kemudian hasil analisis

ini diperbandingkan satu sama lain.

Hubungan keenam variabel independen tersebut dengan variabel dependennya dapat dinyatakan di

dalam bentuk fungsi sebagai berikut :

Y - f (Xx, Xg, X3, X4, X5, Xg)

pengaruh keenam faktor tersebut terhadap per

mintaan pendidikan tidak selalu searah, tetapi mung

kin juga berlawanan. Misalnya makin tinggi pendapat

an orang tua, siswa/anak belum tentu memilih jenis

(42)

boleh jadi pilihannya jatuh pada jenis SMTA yajig

memperoleh skor pilihan yang rendah. Oleh karena itu

kita bukan hanya perlu untuk mengetahui besarnya pe ngaruh tiap-tiap faktor tersebut, akan tetapi juga

perlu mengetahui apakah pengaruh itu positif (searah)

atau negatif (berlawanan). Sehubungan dengan itu

maka kiranya akan lebih cocok bila dalam analisis

ini kita menggunakan model analisis regresi linear

berganda dan korelasi. Bentuk model analisis yang

dimaksud secara umum dapat dirumuskan sebagai ber

ikut :

Y" /% +/V1

/32x2

+/VS +^4X4 +P5*5 +^6X6+ i

di mana :

Y - Permintaan pendidikan di SMTA

X-i - Pendidikan ayah Xp • Pendidikan ibu

X~ • Pendapatan orang tua

X. • Persepsi siswa tentang besar kecilnya kesempat

an para lulusan tiap jenis SMTA untuk memper

-oleh pekerjaan

y - Persepsi siswa tentang besar kecilnya kesempat an para lulusan tiap jenis SMTA untuk menerus

-kan ke perguruan tinggi

(43)

A - Intercept

B - Besarnya pengaruh pendidikan ayah terhadap

permintaan pendidikan di SMTA

S9 mBesarnya pengaruh pendidikan ibu terhadap per

mintaan pendidikan di SMTA

@ - Besarnya pengaruh pendapatan orang tua ter hadap permintaan pendidikan di SMTA

Q. - Besarnya pengaruh persepsi siswa tentang be

sar kecilnya kesempatan para lulusan tiap je nis SMTA untuk memperoleh pekerjaan terhadap

permintaan pendidikan di SMTA

A » Besarnya pengaruh persepsi siswa tentang be

sar kecilnya kesempatan para lulusan tiap je

nis SMTA untuk meneruskan ke perguruan tinggi

terhadap permintaan pendidikan di SMTA

As " Besarnya pengaruh biaya sekolah terhadap per

mintaan pendidikan di SMTA

Untuk dapat menggunakan model analisis reg -resi linear berganda ini, maka diperlukan

asumsi-asumsi sebagai berikut •

(1)- E (Y/X) - My/x «/0o +/3.X

i - 1,2,3,4,5,6

Dimana matriks x adalah suatu gugus bilangan

(44)

(2). Nilai harapan dari tiap-tiap kesalahan

peng*-ganggu sama dengan nol ; E (£,) • 0

(3). Kesalahan pengganggu yang satu tidak berkore

-lasi dengan kesalahan pengganggu yang lainnya.

E (6 ±, 6-j) - S untuk j - i

0 untuk j # i

(4). Matriks X berdimensi penuh, yaitu k < n

Atas dasar asumsi-asumsi tersebut terutama

asumsi ke 2 maka model dugaannya menjadi sebagai

berikut :

Y - VblVb2V*3VV4+b5Vb6X6

Dari model dugaan ini kita dapat memperoleh

nilai-nilai b±

*i - 0,1,2,3,4,5,6, nilai PQ,

ni-2 2

lai R , r , dan r. Untuk memperoleh nilai-nilai b^^

digunakan metoda Doolittle (Richard W. Mensing,1975,

h. 196).

Dalam menjelaskan hubungan antara

faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pendidikan (X^,

Xg, X,, X4, Xg, dan Xg) dengan permintaan

pendidik-annya itu sendiri (Y) digunakan tiga macam uji

statistik, yaitu :

2

(1). Uji P dan Uji R untuk menguji :

(a). Ketepatan model yang dipergunakan dan

(45)

(2). Uji pengaruh dengan menggunakan koefisien reg

-resi (b.) yaitu untuk menguji besar kecilnya

pengaruh tiap-tiap faktor dari keenam faktor

seperti telah disebutkan di muka terhadap per

mintaan pendidikan.

(3). Uji hubungan atau korelasi (r), yaitu untuk me

nguji tentang kuat atau lemahnya hubungan an tara variabel independen dengan variabel depen

dennya. Dengan menggunakan rumus :

2

m

Explained variation

m

1

£_ (Y - Yx)

Total variation "~r~ — .2

(Lawrence L. Lapin, 1975, h. 523)

Dengan kriteria keputusannya adalah sebagai ber

ikut :

Koefisien korelasi : Sifat hubungan

0,01 - 0,20 Sangat lemah

0,21 - 0,40 Lemah

0,41 - 0,60 Sedang

0,61 - 0,80 Kuat

0,81 - 1,00 Sangat kuat

7. Interpretasi

Interpretasi terhadap hasil analisis data

menurut model seperti telah dijelaskan pada butir 6

(46)

(1). Interpretasi secara keseluruhan, yaitu inter

-pretasi hasil analisis data untuk seluruh sam

pel yang berjumlah 621 orang responden. Dalam

gambar 2 halaman 97 di muka digambarkan dengan

panah yang mengganbarkan hubungan langsung an

tara variabel independen (x^ Xg, X-, X^, X5 ,

dan Xg) dengan variabel dependennya (Y). Anali

sis data dilakukan dengan menggunakan model I

(lampiran VII). Ini merupakan analisis data

dan interpretasi yang utama, yaitu untuk

me-nguji tentang pengaruh dari keenam faktor ter sebut terhadap permintaan pendidikan, baik se

cara keseluruhan maupun untuk masing-masing

faktor.

(2). Interpretasi melalui variabel kontrol. Pungsi

analisis data dan interpretasi ini adalah un

tuk meyakinkan apakah betul tiap-tiap faktor

dari keenam faktor tersebut mempunyai pengaruh

terhadap permintaan pendidikan. Interpretasi ini ada dua macam, yaitu :

[image:46.597.118.492.153.698.2]

(a). Interpretasi menurut jenis kelamin.Dalam

gambar 2 di muka digambarkan dengan panah

yang hubungannya dengan variabel dependen

(47)

ke jenis kelamin (variabel kontrol) dari

jenis kelamin baru kemudian ke variabel dependennya (Y). Interpretasi ini masing masing terdiri atas 368 orang siswa laki

-laki berdasarkan hasil analisis model II

(lampiran VIII), dan 253 orang siswa

pe-rempuan berdasarkan hasil analisis model

III (lampiran IX).

[image:47.597.138.498.105.672.2]

(b). Interpretasi menurut status SMTA* Dalam

gambar 2 di muka digambarkan dengan panah yang bertahap, yaitu dari variabel indepen den ke status SMTA (variabel kontrol) baru

kemudian dari status SMTA panah tersebut

me-nuju ke variabel dependen (y). Analisis ini

masing-masing terdiri atas 437 orang siswa

SMTA negeri dan 184 orang siswa SMTA swasta

yang dilakukan berdasarkan hasil analisis

model IV untuk siswa SMTA negeri (lampiran

X) dan hasil analisis model V untuk SMTA

swasta (lampiran XI).

(3). Diskusi, dilakukan dengan cara membandingkan ha

sil analisis dan interpretasi statistik dengan

teori-teori dan pendapat para ahli. Dengan cara

demikian diharapkan agar kesimpulan yang di

(48)

Abu Ahaadi, Bra. H., Saaialogi pendidikan, PT Bina

Ilmu Surabaya, 1982

Ackley, Gardner, Teari Ekenemi Makre, Yayasan

pe-nerbitan Uaivarsitas Indanesia, 1973

Andersen, C.A., 3he Secial Gentaxt ef Educational

planning, TJKESCO, Paris, 1969

Armitage, P. Ca , Cemputable aedela ef Britiah Educa

tienal System Dalam Eceneaica ef Bducatien 2 ,

Mark Blaug, Penguin Beoka Ltd. Harmendawerth Midlesex, England, 1968

Baber, Hay E., Marriage and Family, McGraw-Hill Beek

Cempauy Inc., New Yerk, 1953

Banghart, Frank W., Educatienal Planning, flic Macmillan

Company, New Yerk, 1973

Barneaa, R.J., Ecenemic Analysis, An Intreductien , Butterwerth & Ce Ltd., Lenden, 1971

Beeby, C.E., Pendidikan di Indeneaia, Penilaian dan

pedeman perencanaan, LP3BS, Jakarta, 1981

, planning and Educatienal Aiminiatrater ,

UHESCO Paris, 1967

Billas, Teori Ekenemi Mikre, Erlangga, Jakarta, 1984

Bintere Tjakraamidjeje, MA., Perencanaan Pembangunan,

Gunung Agung, Jakarta, 1983

(49)

Blaug, Mark Cs., Econoaics of Education 1,

Penguin

Books Harmondsworth Middlesex, England, 1968

, Economics of Education 2,

Penguin

Books Ltd., Harmondsworth Middlesex,

England ,

1968

f Education and The Employment Probl.a

in Developing Countries, The Kaeaillan

Company

of India Ltd., 1980

, An introduction to sconoaia ef Educa

tion, Penguin Modern Economic Texts, New York ,

1976

Blalock, Hurbert M. , Social Statistics, iicGraw -

Hill

Eogakusha, Ltd., 1972

Surgers, Tyrece, Planning for Higher Education,

Corn

market Press, London, 1972

Carnoy, Ilartin, Education and Employment, A Critical

Appraisal, UNESCO, International Institute

for

Educational planning, 1977

Chesswass, K.B., Quantitative methods of

Educational

planning for Developing Countries, UNESCO, 1969

Coombs, Philip H., What ia Educational planning,UNE3CO

1970

Coxon, Anthony P.M., Measurement &Meaning,

McMillan

(50)

CM. Widodo, Pengalaman lerja Luluaan Sekolah, BP3I ,

Jakarta, 1979

Corea, Hector, Quantitative Methoda of Educational

Plax"vt"g, International Textbook Coapany,

Pen-ailvania, 1969

Davie, Ruaaell S., Planning Education for Developaent, Yolune I, Center for Studies in Education and

Developaent Harvard Univeraity, Cambridge ,

Massachusetts, 1980

, planning Education for Developaent,

Voluae II. Center for Studiea in Education and

Developaent Harvard Univeraity, Cambridge ,

Massachuaette, 1980

Eveets, Julia, The Sociology of Educational Ideas ,

Routledge & Teegan Paul, Ltd., 1973

Ferguson, C.E., Microeconoaic Theory, The Irwin Seriea

in Econoaics, Yale Univeraity, 1975

Poster, P.J., The Vocational School Fallacy in

Develop-aent Planning, dalaa Economica of Education 1 ,

Mark Blaugh Penguin Booke Ltd., Harmondsworth

Middleeex, England, 1968

Frooakin, Joseph T. Ca., Education as Industry,

Na

tional Bureau of Econoaic Reaearch, United State
(51)

Gelleraan, Saul W , Motivation and productivity, D.B.

Tarapore vata Sone & Co Private Ltd., Bombay

India, 1970

Gilaore, John V., The productive Peraonality, Albion

Publishing Company, Sanfrancisco, California ,

1974

Gordon, Thoaae, Menjadi Orang Tua Efektif, PT Graaedia,

Jakarta, 1984

Griffiths, Daniel E.. Behavioral Science and Educational

Administration, National Society for The Study

of Education, Chicago, 1966

Hack, Walter G., Cs., Economic Deaenaiona of Public

School Finance Concepts and Cases, McGraw-Hill

Book Company, New York, 1971

, Educational Administration ;

Selected Readinga, Boaton-Allyn and Bacon, Inc.,

1971

Hallack, J., HEP Working Paper Education and Work in

Indonesia, BP3I, Jakarta, 1978

Harbison, F., Educational Planning and Human Resources

Developaent, UNESCO, 1967

Havighurat, Robert J., Cs., Society and Education,Allyn

(52)

Jaaiaon, Dean T., Coat Factors in Planning Bducational

Technology Syateaa, UNESCO, 1977

Janne, Henri, Educational Needa of 16 - 19 Age Group A

Sociological Parapactive, dalaa International

Review of Education XXl/1975/2, UNESCO, Inatitute

for Education Haahurg, 1975

j. supranto, MA, Statiatik Teori & Jiplikaai, Jilid 2 ,

Erlangga, 1979

, Metode Raaalan luantitatif Untuk Pe

rencanaan, Graaedia, Jakarta, 1981

ELein., David, Planning Education for Developaent ,

Voluae III, Center for Studi.a in Education and

Developaent, Caabridge, Maaaachus.tta, 1980

Lappin, Lawrence L, gtatiatica for Modern Buainaaa

De-ciBiona, Harcourt Brace Javanovioh, New York ,

1973

Lewie, Gary, planning Education for Developaent,Voluae

IV, UNESCO, 1967

Malaaaia, Louie, Dunia Pedeaaan, Pendidikan dan

Per-keabangan, Gunung Agung, Jakarta, 1981

M. Moh. Bifai, Adainiatraai dan Supervial Pendidikan ,

Jeaaara, Bandung, 1984

M. Ngalia purwanto, Adainiatraai Pendidikan, ltolia Ma

(53)

McCaia, Robert, policy and Planning in Higher Education,

Univeraity of Queeaaland Preaa, 1973

McClelland, David C., The Achieving Sooiety, A Free

Preaa Paperback The Macaillan Coapany, New York,

1967

Miller, Debbert C., Handbook of Reaearch DC eign

and

Meaaur.aent, David Mc lay Coapany, Inc.,New York

1964

Montgoaery, John D., Alternatives and Deciaiona

in

Educational planning, UNESCO, 1976

Morphet, Engar L. Ca., Educational Organization &

Adai-niatration, Prentice-Hall Inc., Bnglewood Cliffa,

New York, 1974

Moaer c.A., Survey Methoda in Social Inveatigation, The

Engliah Language Book Society and Huaanity Edu

-cational Booka, London, 1979

Mulyanto Suaardi dkk., leaiakinan dan lebntuhan pokok ,

yayaaan Ilau-Ilau Soaial CV Rajawali, Jakarta

,

1982

Muller, johannea, Pendidikan Sebagai Jalan Peabebaaan

Manuaia Dari leaelaratan, dalaa priaaa, LP3ES ,

juli, 1980

Neblett, W.R., Higher Education, Deaand and Reap.nae

,

(54)

Oatl., Barnard, Statiatica in Rea.arch, Oxford & IBH

Publiahing C, New Delhi, 1975

Ot.ng Sutiena, Praf. DR. M.Sc.Ed., pendidikan dan

p.abanganan I, IKIP Bandung, 1977

, pendidikan dan p.abangunan II, IKIP

Bandung, 1977

, pendidikan dan peabangunan, Ganace

Bandung, 1977

para.n, Talc.tt, Toward A G.neral Th..ry af Acti.n ,

Harper & Raw Pabliah.r, New Y.rk, 1962

Renahaw, Edward P., Eatiaating The Return. T.

Bduca-ti.n, dalaa R.ading in sc.n.aica >f BducaBduca-ti.n, UNESCO, 1968

Richa.nd, W K.nn.th, The Educati.n Indnatry, M.th.a &

Co Ltd., USA, 1969

Ruacae, G.C., The Conditi.na far Succ.aa Bducati.nal

Planning, UNESCO, 1969

Robbina, Stephen p., The Ad.iniatrativ. Preceaa , Prentic. Hall ef India, private Liaited, New

Delhi, 1978

Rawly, CD., The Pelici.e . f Educational planning in

Devel.ping Ceantrioa, UNESCO, 1971

Sel. Socard j an, perubahan Saaial di Y.gyakarta, Gajah

(55)

Siaon, Herbert A., Adainiatrative Behavior, The Free

Preae A Deviaion of Mc Millan Publiahing Co.lnc

New York, 1976

Spindler, George Dearborn, Education and Cultural Pro

cess, Holt Rinehart and Winaton Inc, New York ,

1979

3TIA, Planning for Developaent of Huaan Resourcea,STIA

Jakarta

Stoltz, Lois Meek, Influence on Parent Behavior,

Stan-fords University Press, 1967

Sundoyo Pitoao, tebutuhan Daaar Pendidikan Di taapung

lota, Dalam Analisia Pendidikan Tahun II No. 4,

1982

Sudjana, DR. MA. MSc., Metoda gtatiatik, Tarsito ,

Bandung, 1975

Sudaraono, Pengantar Ekonoai Mikro, LP3ES, Jakarta ,

1983

Suaitro Djojohadikuauao, Indeneaia Dalaa Perkeabangan

Dunia, lini Dan Maaa Datang, LP3ES, Jakarta ,

1976

Suteraeiater, Robert A., People and Productivity ,

Graduate School of Buainess Adainiatration Uni

veraity of Washington, McGraw-Hill Book Coapany,

(56)

Ta Ngoc Chan, Deaograahic Aapect of Educational Plann

ing, UNESCO, 1969

Thoaas, J. Allen, The productive School, John Willey &

Sons inc., New York, 1971

UNESCO, Econoaic and Social Aapect of Educational

planning, UNESCO, 1973

, Reading In Eoonoaica of Education, UNESCO,1968

Vaizey, John, pendidikan Di Dunia Modern, Gunung Agung

Jakarta, 1978

Waakito Tjiptoaaeaito, Pendidikan dan Latihan

letenaga-ker.jaan di Indonesia, Analiaia Pendidikan Ta

hun II No. 4, 1982

W.A. Gerungan, DR., Paychology Soaial, PT Eresco Ban

dung, 1981

Winarno surakhaad, probleaatik peabaruan Pendidikan

Negara-Negara Berkeabang Dewaaa Ini, PriBaa No

2 Pebruari, 1981

Yauger, Nan Lin Daniel, The Process of Occupational

Statu. Achieveaentf A Preliainary Cross

Na

tional Coaparison, Aaerican Journal of So

ciology Voluae 81 Noveaber, 1975

Young, ELaball, 3ocial paychology, Appeton - Century

(57)

Dep. Dikbud, Perencanaan pendidikan, Materi pendidik

(58)

1. teaimnulan

Berdasarkan hasil analisis dan

interpretasi-nya seperti telah dikemukakan di muka* baik secara keseluruhan maupun menurut variabel-variabel

koa-trolnya, yaitu jenia kelamin dan status SMTA*

maka

dapat diambil kesimpulan-kesimpulan aebagai

ber

ikut :

A* MDdel analisis dan instrumen penelitian

Dari uji F diperoleh F0 - 181,97

Ft

4,36* Jadi aignifikan. Artinya perbedaan tingkat pendidikan ayah, perbedaan tingkat pendidikan ibu, perbedaan tingkat pendapatan orang tua,per

bedaan peraepsi aiswa tentang besar kecilnya ke

sempatan para lulusan tiap jenis SMTA untuk mem

peroleh pekerjaan, perbedaan peraepai siBwa ten

tang besar kecilnya kesempatan para lulucan tiap

jenis SMTA untuk meneruskan ke perguruan

tinggi

dan perbedaan biaya sekolah menyebabkan perbeda

an pilihan siswa tentang jenia SMTA yang akan

dimasukinya.

lemudian uji R2 menghasilkan R2 - 0,597*

(59)

Ini berarti bahwa lebih kurang 60 # pilihan aiewa

tentang jenia SMTA yang diaaaukinya dipengaruhi

oleh ke enaa faktor teraebut aecara beraaaa-aaaa.

Dari haail uji F dan uji R2 teraebut, aaka

dapat diaabil keBiapulan bahwa aodel analiaia

regreai linear berganda :

'Y - b0

* \ \ *

b^ + b3X3 + >4X4 + b5X5+ b6X6

adalah tepat atau cocok untuk aenganaliais

data

haail penelitian ini. Dan dengan deaikian

juga

berarti bahwa inatruaen yang dipakai dalaa pe nelitian ini reliabel.

B. H i p o t e 8 i a

(1). Hipoteaia 1

Dari rangkuman haail analiaia yang tercantua

di dalaa tabel 14 halaaan 143 dan interpre

-taainya, temyata bahwa tingkat pendidikan

orang tua (tingkat pendidikan ayah dan ting

kat pendidikan ibu) aeapunyai pengaruh

yang

cukup terhadap peraintaan pendidikan di SMTA.

Ini berarti bahwa hipoteaia 1 yang berbunyi:

"pendidikan orang tua aiawa aeapengaruhi

peraintaan pendidikan di SMTA. Makin tinggi

(60)

aa-kin cenderung untuk aeailih jenia SMTA yang

nemperoleh akor pilihan aiawa yang

tinggi

(yaitu SMA)" adalah terbukti.

(2). Hipoteaia 2

Dari rangkuaan hasil analiaia yang tercantua

di dalaa tabel 15 halaaan 147 dan interpre

-taainya, temyata bahwa pendapatan orang tua

aeapunyai pengaruh terhadap peraintaan

pen

didikan di SMTA, walaupun pengaruh tersebut

teraaauk leaah. Naaun jelas ada pengaruhnya.

jadi artinya hipoteaia 2 yang berbunyi :

"Pendapatan orang tua aeapengaruhi perainta

an pendidikan di SMTA. Makin tinggi tingkat

pendapatan orang tua, aaka siawa makin cen

derung untuk aeailih jenia SMTA yang

aea-peroleh skor pilihan siawa yang tinggi ( ya

itu SMA)M adalah terbukti.

(3). Hipoteaia 3

Dari rangkuaan haail analiaia yang

tertera

di dalaa tabel 17 halaman 153 dan interpre

-taainya, temyata bahwa peraepai siswa

ten

tang besar kecilnya keaeapatan para

luluaan

tiap jenia SMTA untuk aeaperoleh pekerjaan

(61)

pan-didikan. Dan koefisien regresi dan koefisien

korelasinya negatif. Ini berarti bahwa makin

tinggi persepsi siswa tentang hal tersebut

siswa cenderung untuk memilih jenis SMTA

yang memperoleh skor pilihan siswa yang ren

dah (yaitu SMTA kejuruan). Jadi artinya hi

potesis 3 yang berbunyi : "Persepsi siswa

tentang besar kecilnya keaempatan para lu

lusan tiap jenis SMTA untuk memperoleh pe

kerjaan mempengaruhi permintaan pendidikan

di SMTA* Makin tinggi skor persepsi siswa

tentang besar ke£ilnya kesempatan para lulus*

an tiap jenis SMTA untuk memperoleh pekerja

an, maka siawa aakin cenderung untuk memilih

jenis SMTA yang memperoleh skor pilihan sis

wa yang rendah tetapi member! kesempatan

yang lebih besar untuk memperoleh pekerjaan

(SMTA kejuruan)'1 adalah terbukti.

(4). Hipotesis 4

[image:61.597.136.487.97.729.2]

Dari hasil analisis yang tercantum di dalam

tabel 18 halaman 157 dan interpretasinya ,

temyata bahwa persepsi aiswa tentang besar

kecilnya keaempatan para lulusan tiap jenis

(62)

mempunyai pengaruh yang kuat terhadap per

mintaan pendidikan di SMTA. Jadi hipoteaia

yang berbunyi : "Persepsi siswa tentang be

sar kecilnya keaempatan para luluaan tiap

jenis SMTA untuk meneruskan ke perguruan

tinggi mempengaruhi permintaan pendidikan

di SMTA. Makin tinggi skor persepsi siawa

tentang besar kecilnya kesempatan para lu

luaan tiap jenia SMTA untuk meneruskan ke

perguruan tinggi, maka aiswa makin cen

derung untuk memilih jenis SMTA yang mem

peroleh skor pilihan aiswa yang tinggi (ya

itu SMA)M adalah terbukti.

(5)* Dari rangkuman haail analisis yang tercan -turn di dalam tabel 19 halaman 161 dan

in-terpretaainya, temyata bahwa biaya sekolah mempunyai pengaruh terhadap permintaan pen

didikan di SMTA, walaupun pengaruh tersebut

tergolong lemah. Namun jelas ada pengaruh

-nya. Jadi artinya hipotesis 5 yang ber bunyi : "Biaya sekolah mempunyai pengaruh

terhadap permintaan pendidikan di SMTA. Ma kin tinggi biaya pendidikan yang harua di

(63)

aiswa makin cenderung untuk aeailih

jenia

SMTA yang aeaperoleh akor pilihan siawa

yang tinggi (yaitu SMA)n adalah terbukti.

C. IesiBpulan untuk keaeluruhan faktor-faktor

Dari keliaa faktor yang aeapengaruhi per

aintaan pendidikan tersebut temyata ada

*ua

faktor yang pengaruhnya aangat kuat. ledua

fak

tor yang diaakaud adalah :

(1). Peraepai siswa tentang beaar kecilnya

ke

aeapatan para luluaan tiap jenia SMTA untuk

aeaperoleh pekerjaan.

(2). Peraepai siBwa tentang beaar kecilnya

ke

aeapatan para luluaan tiap jenia SMTA untuk

aeneruakan ke perguruan tinggi.

Hal ini adalah wajar karena pada akhirnya

eeaeorang memasuki aesuatu SMTA adalah

untuk

memperoleh perayaratan agar aegera dapat

aea

peroleh pekerjaan, atau untuk mempereloh

per

ayaratan agar dapat aeaperoleh pekerjaan

pada

taraf yang lebih tinggi, aehingga aeaungkinkan

baginya untuk aemperoleh pendapatan yang

l.bih

(64)

ii-penuhi dengan cara aeaaauki SMA, karena

jenia

SMTA yang terakhir ini secara foraal para lulus

-annya aeapunyai keseapatan yang lebih besar untuk

meneruskan ke perguruan tinggi dari pada

SMTA

kejuruan.

2. iaplikaai dan aaran-aaran

1. iaplikaai

Sebagai iaplikasi dari kesiapulan hipote

-sis-hipotesis tersebut di auka, aaka dapat

di

jelaskan sebagai berikut :

(1). Hipotesis 1

Salah satu indikator keberhasilan pembangun

an yang telah dan aedang kita laksanakan

adalah terjadinya peningkatan tingkat

pen

-didikan rata-rata yang dicapai oleh masyara

kat. Bila hal itu terjadi berarti pada

pe

riode berikutnya proporai orang tua

aiawa

yang meailiki tingkat pendidikan yang rela

-tif tinggi aenjadi lebih besar dari periode

aebeluanya. Dengan terbuktinya hipotesis

1

ini berarti bahwa meabesarnya proporai orang

tua yang dapat aencapai tingkat pendidikan

lebih tinggi di masa yang akan datang

aaka

(65)

pendidikan di SMA- Akan tetapi di lain pihak

permintaan pendidikan di SMTA kejuruan

cen

derung untuk aenurun. Hal seperti ini

perlu

diperhitungkan di dalam perencanaan pendidik

an.

(2). Hipotesis 2

Selain peningkatan tingkat pendidikan

rata-rata yang dicapai oleh aaayarakat, aaka

in

dikator yang lainnya dari keberhasilan

pea-bangunan adalah kenaikan pendapatan

per

capita. lalau hal ini terjadi aaka

berarti

bahwa proporsi orang tua yang berpendapatan

relatif tinggi di aaaa yang akan datang akan

lebih beaar dari pada periode sebelumnya.

Dengan terbuktinya hipotesis 2, berarti bah

wa membeearnya orang tua yang berpendapatan

tinggi di aasa yang akan datang akan

ae-nyebabkan naiknya peraintaan pendidikan

di

SMA dan dilain pihak peraintaan pendidikan

untuk SMTA kejuruan akan cenderung mengalaai

penurunan. Lcenderungan aetnacaa ini

perlu

diperhitungkan di dalaa perencanaan pendidit

(66)

(3). Hipotesia 3

Dari uraian di auka telah kita ketahui bah

wa persepsi siswa tentang besar kecilnya

keaeapatan untuk aeaperoleh pekerjaan aea

punyai kaitan dengan tingkat pendidikan dan

tingkat pendapatan orang tua yang

relatif

rendah. Oleh karena itu persepsi ini

di-dorong oleh aotivasi dan kebutuhan

untuk

bekerja. Diaaaping itu tentu saja

diperkuat

oleh tingkat kepaatian untuk aeaperoleh pe kerjaan para luluaan tiap jenia SMTA. Dengan terbuktinya hipoteaia 3 ini bila di aaaa

datang proporsi orang tua yang

berpendidik-an tinggi dberpendidik-an berpendapatberpendidik-an tinggi aeabesar,

aaka peraepai siawa tentang beaar keoilnya

keaeapatan untuk meaperoleh pekerjaan bagi

para luluaan tiap jenia SMTA cenderung

un

tuk aenurun. Sebab mereka akan aenuntut je

nia pekerjaan yang tarafnya lebih

tinggi

dari pada aereka yang keadaan orang

tuanya

seperti sekarang. Untuk itu aereka

akan

aeailih jenia SMTA yang aeaungkinkan

untuk

itu, yaitu SMA. Sedang di lain pihak

per

(67)

cen-derung untuk aenurun. Hal ini harua

di-perhatikan di dalaa perencanaan pendidikan.

(4). Hipoteaia 4

Di muka telah kita ketahui bahwa peraepai

aiswa tentang beaar kecilnya kesempatan para

lulusan tiap jenia SMTA untuk aeneruskan ke

perguruan tinggi ada kaitannya dengan

ting

kat pendidikan orang tua yang tinggi

dan

tingkat pendapatan orang tua yang

tinggi

pula. Seauai dengan iaplikaai dari hipoteaia

1 dan hipoteais 2, aaka berarti tuntutan un

tuk aeaaauki SMA di aaaa yang akan datang

•enjadi lebih tinggi dari pada aekarang.

Di

lain pihak aaka ainat untuk aeaaauki SMTA

kejuruan akan cenderung aenurun. Hal ini

perlu diperhitungkan di dalaa perencanaan

pendidikan.

(5). Hipoteaia 5

Dari uraian di auka dapat kita ketahui bahwa keaediaan untuk meabayar biaya sekolah<

Gambar

TABEL2
TABEL 12Koefisien regresidan nilai
TABEL 19 : Pengaruk (b.) dan korelasi (r) biayasekelak teriadap peraintaanpen
TABEL 1 : Jumlah siswa kelas 1 SMA, SMEA, STM, SPG ,dan SPMA di Kota Madya Bandung tahun ajar
+7

Referensi

Dokumen terkait