FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
JUMLAH MAHASISWA BARU PERGURUAN TINGGI SWASTA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1997-2008
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
OLEH
IS RAHAYU
NIM : 041324034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO & HALAMAN PERSEMBAHAN
Bertemu orang marah adalah kesempatan untuk membuat yang
bersangkutan kagum akan kesabaran kita.
(Gede Prama)
Prestasi adalah apa yang mampu Anda lakukan.
Motifasi menentukan apa yang Anda lakukan.
Sikap menentukan seberapa baik Anda melakukannya.
(Lois Holtz)
Anda tidak pernah mencapai kesuksesan sesungguhnya sampai
Anda menyukai apa yang sedang Anda Kerjakan.
(Dale Carnegie)
Hidup adalah sebuah karya seni, kita melukisnya melalui tindakan,
pikiran dan kata-kata.
(Gede Prama)
Dengan tulus aku persembahkan skripsi ini kepada :
Allah Swt yang telah memberi aku hidup
Kedua orang tuaku tercinta, Bp. Sukarno & Ibu Sutini
Semua kakak-kakakku tersayang
Semua keponakan-keponakanku tersayang
Semua orang-orang yang kukasihi dan mengasihiku
Pelita hatiku tercinta
Keluarga besar Pendidikan Ekonomi USD’2004
vii
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH MAHASISWA BARU
PERGURUAN TINGGI SWASTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
TAHUN 1997-2008
Is Rahayu
041324034
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2009
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 1997-2008 yaitu : (1) jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi
negeri, (2) jumlah program studi perguruan tinggi negeri (3) biaya pendidikan
perguruan tinggi swasta dan (4) jumlah lulusan SMA/SMK.
Penelitian ini merupakan penelitian expost facto yang mencoba menganalisis
dan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan
tinggi swasta Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1997-2008. Sumber data
merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari
Kopertis, Badan Pusat Statistik, dan langsung dari beberapa perguruan tinggi.
Penelitian ini mempergunakan teknik analisis data regresi linier berganda.
viii
ABSTRACT
FACTORS THAT INFLUENCING THE NUMBERS OF NEW STUDENTS IN
PRIVATE HIGHER EDUCATION AT SPECIAL PROVINCE OF
YOGYAKARTA IN 1997-2008
Is Rahayu
041324034
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2009
The objective of the research is to know and analyze factors that influencing
the numbers of new students in private higher education at Special Province of
Yogyakarta in 1997-2008, namely (1) the numbers of new students in state higher
education, (2) the numbers of study programs in state higher education, and (3)
tuition fee in private higher education, (4) the numbers of high school graduates.
This study is an ex-post facto that tries to analyze and test factors that
influencing the number of students in private higher education at Special Province of
Yogyakarta in 1997-2008. The source data was secondary data which was obtained
from various sources including Private Higher Education Coordinator, Statistic
Bureau and directly obtained from higher education. Multiple linier regression was
applied to analyze the data.
0.95 Coefficient value (R
2) indicates that effect of independent variable on
dependent one was 95%, meanwhile the remaining was influenced by other factor.
Based on data analysis, it could be concluded that (1) the number of students in state
higher education significantly has negative effect on the number of students in
private higher education at Special Province of Yogyakarta in 1997-2008; (2) the
number of study programs in state higher education significantly has negative effect
on the numbers of students in private higher education at Special Province of
Yogyakarta in 1997-2008; (3) tuition fee in private higher education significantly has
positive effect on the numbers of students in private higher education at Special
Province of Yogyakarta in 1997-2008; and (4) the numbers of high school graduates
significantly has positive effect on the numbers of students in private higher
education at Special Province of Yogyakarta in 1997-2008.
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT atas berkat, rahmat serta hidayahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini di susun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tak
lepas dari partisipasi dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ini penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1.
Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2.
Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi serta
selaku Dosen Pembibmbing I, terimakasih atas bimbingan dan pengarahan yang
diberikan kepada penulis dari awal hingga akhir dalam proses penyusunan skripsi
ini.
3.
Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si, selaku Dosen pembimbing II terimakasih
atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis dari awal hingga
x
4.
Bapak Drs. P.A. Rubiyanto, Bapak Y. M. Vianey Mudayen, S.Pd, dan Ibu Dra.
C. Retno Wigati, M. Si., Selaku Dosen Pendidikan Ekonomi terimakasih untuk
bantuan, bimbingan, masukan, serta pelajaran-pelajaran yang diberikan selama
dibangku perkuliahan yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi saya.
5.
Mbak Titin di Sekretarariat Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma
yang telah banyak membantu dalam segala urusan administrasi penulis.
6.
Segenap karyawan & karyawati Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang
telah menyediakan koleksi buku-buku dan fasilitas yang memadai yang sangat
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
7.
Pihak Kopertis Wilayah V, Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta
Yang telah memberikan data kepada penulis.
8.
Pihak Perguruan Tinggi (UGM, UNY, UIN, ISI, ATK, STPN, UII, UMY, USD,
UPN UAJY) Daerah istimewa Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan
memberikan data kepada penulis.
9.
Ayah & Ibuku tercinta, yang tiada henti-hentinya mendoakanku, memberikan
dukungan kepadaku, dan telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh
kesabaran dan kasih sayang.
10.
Kakak-kakaku semua yang tersayang terimakasih atas dukungan, doa, dan
bantuannya selama ini.
11.
Mbak Yuli & Mas Ino, terimakasih untuk segala dukungan, dan nasehat yang
xi
12.
Mas Sur & Mbak alin, terimakasih atas segala doa, dukungan dan
ketersediaannya menjadi pendengar keluh kesahku.
13.
Keluarga di Jakarta ( Mas Mulyana, Mas Supri, Mbak Tris, calon kakak Iparku
“mbak Mutia” dan keponakan-keponakanku tersayang) terimakasih atas segala
nasehat dan doa yang diberikan untukku.
14.
Mas Suyut’ku terimakasih atas segala kesabaran, perhatian, kasih sayang,
dukungan, doa, serta bantuannya untukku selama ini.
15.
Sahabat terbaek’ku Leny terimakasih untuk bantuan, dukungan, dan doanya.
Serta terimakasih untuk tumapangannya dikost ketika disela-sela waktu kuliah
dan ketika aku tidak bisa pulang ke rumah hehe...
16.
Teman-teman PE angkatan 2004, Sigit, Santi, Neni, Imel, Ina, Riri, Cristin,
Berta, Yanti, Yosti, Yogi, Trico, dan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
terimakasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaannya selama ini.
17.
Untuk sahabat-sahabatku yang senantiasa meluangkan waktu untuk membantuku
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
18.
Untuk Mas Surya, terimakasih untuk segala bantuannya dan terimakasih juga
telah dengan sabar membantu mengantarkan dan menemaniku muter-muter ke
DIY untuk mengurus perijinan penelitian ini.
19.
Untuk Honda Supra 125’ku tersayang, Kau adalah hidupku, karena hanya engkau
yang benar-benar siap menemani dan setia mengantarkanku kemana tujuanku
xii
20.
Teman-teman seperjuangan Pendidikan Ekonomi 2004, terimakasih atas
kebersamaan dan persaudaraan yang terjalin selama ini.
21.
Semua pihak yang terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis sangat terbuka dalam menerima segala bentuk kritikan
maupun saran yang diberikan demi kebaikan, kemajuan, serta perkembangan skripsi
ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...
ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….
iii
HALAMAN MOTTO ...
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...
v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...
vi
ABSTRAK ... ...
vii
ABSTRACT ...
viii
KATA PENGANTAR ...
ix
DAFTAR ISI ………
xiii
DAFTAR TABEL ...
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
……….
1
A.
Latar Belakang Masalah
………..
1
B.
Rumusan Masalah
………
5
C.
Pembatasan Masalah ………
6
D.
Tujuan Penelitian ……….
6
xiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
………
8
A.
Perkembangan Pendidikan Tinggi di Indonesia
……….
8
1.
Konsep Perguruan Tinggi
………
8
2.
Sejarah Perguruan Tinggi
………
10
3.
Dinamika Perguruan Tinggi di Indonesia ………...
12
B.
Peran Perguruan Tinggi Bagi Masyarakat
……….
16
C.
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Mahasiswa Baru
Perguruan Tinggi Swasta
……….
18
1.
Jumlah Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri ………
18
2.
Jumlah Program Studi Perguruan Tinggi Negeri……… 19
3.
Biaya Pendidikan Perguruan Tinggi Swasta ………..
21
4.
Jumlah Lulusan SMA / SMK
……….
23
D.
Penelitian Terdahulu ………..
25
E.
Kerangka Pemikiran
………..
27
F.
Hipotesis ……… 29
BAB III METODE PENELITIAN
……… 30
A.
Jenis Penelitian
………..
30
B.
Jenis Data dan Sumber Data ………..
30
C.
Waktu dan Tempat Penelitian ………
31
D.
Data Yang Diperlukan
………
31
E.
Variabel Penelitian
……….
32
xv
BAB IV GAMBARAN UMUM
…..……… 42
A.
Keadaan Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta…….. 42
B.
Sejarah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta………
43
C.
Gambaran Responden Penelitian………
46
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……….
54
A.
Analisis Data ... 54
B.
Pembahasan... 68
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……… 82
A.
Kesimpulan ……… ... 82
B.
Saran... 83
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel III.1
Uji Durbin Watson……… …………. 38
Tabel V.1
Pengujian Normalitas………. 54
Tabel V.2
Descriptive Statistic……… 55
Tabel V.3
Pengujian linieritas……….. 56
Tabel V.4
Pengujian Multikolinieritas……… 57
Tabel V.5
Pengujian Heteroskedastisitas……… 60
Tabel V.6
Pengujian Autokorelasi………
62
Tabel V.7
Hasil Koefisien Regresi Ganda………
64
Tabel V.8
Hasil Uji F Hitung………
67
Tabel V.9
Hasil Uji R
2……….
68
Tabel V.10
Jumlah Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri DIY………
70
Tabel V.11
Jumlah Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri DIY dalam
Lima
Tahun
Terakhir……….
71
Tabel V.12
Jumlah Program Studi Perguruan Tinggi Negeri DIY………...
74
Tabel V.13
Biaya Pendidikan Perguruan Tinggi Swasta DIY………..
78
Tabel V.14
Jumlah Lulusan SMA/SMK DIY………
81
1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting untuk
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, cerdas, damai, terbuka,
demokratis, dan mampu bersaing serta dapat meningkatkan kesejahteraan
semua warga Indonesia. Oleh karena itu hendaknya program pendidikan
senantiasa selalu ditinjau dan diperbaiki.
Cita-cita untuk menghasilkan sumberdaya yang berkualitas, cerdas,
damai terbuka demokratis dan siap menerima berbagai tantangan tersebut
tentu saja diperlukan pendidikan tinggi, karena pada dasarnya pendidikan
tinggi merupakan kunci dalam mengembangkan pengetahuan dan kualitas
kemampuan untuk meraih peluang partisipasi yang akan muncul dalam
transformasi dunia dan pembangunan berkelanjutan dalam konteks global
yang kaya akan informasi (Pendidikan Tinggi, 1999).
Untuk memperoleh pendidikan tinggi, seseorang harus melewati
jenjang mulai dari Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. kemudian
tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Kemudian Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan
lanjutan pendidikan dasar (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan).
Untuk selanjutnya, para calon mahasiswa baru dapat memilih
melanjutkan ke perguruan tinggi negri (PTN) atau perguruan tinggi swasta
(PTS). Memang pada kenyataannya sebagian besar calon mahasiswa baru
biasanya lebih memilih untuk melanjutkan ke PTN. Besarnya minat ke PTN
menunjukkan tiga kemungkinan. Pertama, PTN menjadi pilihan karena
dianggap memiliki kualitas yang lebih baik daripada PTS. Kedua, biaya
kuliah di PTN lebih murah daripada kuliah di PTS. Ketiga, bagaimanapun,
kuliah di PTN memiliki gengsi yang tinggi karena hanya mereka yang
memiliki kualitas akademik yang bisa kuliah di PTN yang dibuktikan
dengan lulus SPMB. Tentu saja bagi mereka yang lulus masuk PTN
merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi mereka
(http://www.jawapos.co.id). Sedangkan bagi calon mahasiswa baru yang
tidak dapat masuk atau tidak diterima di PTN bukan berarti mereka tidak
dapat melanjutkan ke perguruan tinggi karena mereka masih dapat
melanjutkan ke PTS.
Namun sayangnya, nama PTS sampai saat ini seolah masih saja
mendapat nilai buruk dimata masyarakat karna dianggap PTS berkualitas
rendah. Hal tersebut membuat calon mahasiswa baru enggan untuk masuk
ke PTS, apalagi jika PTSnya bukan PTS yang faforit. Oleh karena itu wajar
PTS. Sehingga akibatnya jumlah mahasiswa baru yang masuk di PTS
semakin terus berkurang karena lebih banyak yang terserap di PTN. Sebagai
contoh misalnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi sosial ekonomi
DIY tidak bisa dilepaskan dari posisinya sebagai kota tujuan pendidikan.
Sebagai kota pendidikan DIY memiliki banyak perguruan tinggi yang sangat
berkualitas, baik ditingkat nasional maupun regional. Oleh karena itu DIY
selalu menjadi tujuan studi bagi para pelajar/mahasiswa di seluruh Indonesia
bahkan manca negara. Namun meskipun demikian, di DIY saat ini (2004),
banyak PTS yang kondisinya sangat memprihatinkan, bahkan telah
diperkirakan hampir separoh dari 102 PTS di DIY terancam bangkrut karena
kekurangan mahasiswa baru (www.sinarharapan.co.id). Terbukti yaitu pada
tahun 2002 jumlah mahasiswa baru PTS tercatat sebesar 44853, jumlah ini
menurun sekitar 1,2% dari jumlah mahasiswa baru pada tahun 2001.
sedangkan tahun 2008 jumlah mahasiswa baru turun mencapi 25%.
Menurunnya jumlah mahasiswa baru di PTS DIY tersebut disebabkan
karena umumnya calon mahasiswa baru lebih memilih ke PTN, selain itu
juga disebabkan adanya otonomi perguruan tinggi negeri yang dengan
otonomi tersebut hampir semua PTN menaikkan jumlah kuota penerimaan
mahasiswa barunya. Terbukti jumlah mahasiswa baru di PTN cenderung
meningkat seperti pada tahun 2002 jumah mahasiswa baru di PTN 12593,
jumlah ini meningkat 11,6% dari jumlah mahasiswa tahun 2001. sedangkan
menaikkan kuota ini, dapat merugikan PTS yang selama ini juga turut
berjuang mencerdaskan bangsa (Jawa Pos, 2 Mei 2008).
Aktivitas pendidikan di DIY, sebenarnya juga turut memajukan
sektor ekonomi masyarakat DIY. Besaran pengeluaran mahasiswa dapat
memberikan kontribusi positif bagi perekonomian DIY terutama dalam
bisnis makanan, minuman, pondokan, foto copy, transportasi, teknologi
komunikasi dan rekreasi. Menurut hasil survey pada tahun 2008, biaya
hidup mahasiswa DIY untuk seluruh strata pendidikan rata-rata sebesar Rp
1.278.350. Untuk pengeluaran makan dan minum (31%), pondokan (17%),
transportasi(10%), telepon/HP (7%), rekreasi (7%), perawatan diri (5%),
internet (4%), buku pelajaran (3%). Hal ini berarti pengeluaran mahasiswa
dapat membantu perekonomian masyarakat sekitar seperti bagi pembuka
warung makan, pemilik pondokan, dll. Dimisalkan jika jumlah mahasiswa di
DIY 300 ribu orang maka sumbangan mahasiswa terhadap pendapatan
daerah mencapai 4,6 triliun dalam waktu satu tahun (www.forum
bebas.com).
Melihat kenyataan yang ada, beberapa PTS di Yogyakarta saat in
banyak yang kondisinya memprihatinkan dan terancam bangkrut karena
kekurangan mahasiswa yang diakibatkan juga karena adanya otonomi
daerah, dimana saat ini masing-masing daerah dapat mendirikan perguruan
tinggi. Maka bagi yang didaerahnya sudah berdiri perguruan tinggi, mereka
tidak perlu lagi datang jauh-jauh ke Yogyakarta tetapi akan lebih memilih
berkuliah di DIY, secara tidak langsung sumbangan dalam sektor ekonomi
juga dapat berkurang.
Maka berdasarkan latar belakang ini penulis tertarik untuk
mengambil judul penelitian “FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI JUMLAH MAHASISWA BARU PERGURUAN TINGGI SWASTA DIY TAHUN 1997-2008 ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah
pokok pada penelitian sebagai berikut :
1. Apakah jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi negeri (PTN) DIY
tahun 1997-2008 mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan
tinggi swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008?
2. Apakah jumlah program studi perguruan tinggi negeri (PTN) DIY tahun
1997-2008 mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi
swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008?
3. Apakah biaya pendidikan perguruan tinggi swasta (PTS) DIY tahun
1997-2008 mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi
swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008 ?
4. Apakah jumlah lulusan SMA/SMK DIY tahun 1997-2008
mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta (PTS)
C. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan laporan ini penulis hanya mengambil beberapa faktor
saja. Adapun didalam penelitian ini penulis membatasi pada faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta (PTS)
tahun 1997-2008.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai
disini adalah
1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi
negeri (PTN) DIY terhadap jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi
swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008.
2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah program studi perguruan tinggi
negeri (PTN) DIY terhadap jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi
swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008.
3. Untuk mengetahui pengaruh biaya pendidikan perguruan tinggi swasta
(PTS) DIY terhadap jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta
(PTS) DIY tahun 1997-2008.
4. Untuk mengetahui pengaruh jumlah lulusan SMA/SMK DIY terhadap
jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta (PTS) DIY tahun
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah
Dapat memberikan pertimbangan kepada pemerintah untuk dapat
mengambil kebijakan yang tepat ketika akan melakukan kebijakan yang
menyangkut tentang perguruan tinggi swasta DIY dan perguruan tinggi
negeri DIY .
2. Bagi Peneliti
Dapat sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
mahasiswa baru perguruan tinggi swasta DIY.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah referensi koleksi
perpustakaan Sanata Dharma Yogyakarta, yang berguna bagi para
Mahasiswa dan Mahasiswi Sanata Dharma sera Pihak-pihak yang
membutuhkan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya pengetahuan yang berhubungan dengan faktor-faktor yang
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan Pendidikan Tinggi di Indonesia
1. Konsep Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi yang dapat berbentuk akademi,
politeknik, sekolah tinggi, institute atau universitas
(http://www.pts.co.id/struktur.asp). Akademi adalah perguruan tinggi
yang menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam satu
cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, atau
kesenian tertentu. Politeknik adalah perguruan tinggi yang
menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam sejumlah
bidang pengetahuan khusus. Sekolah Tinggi adalah perguruan tinggi
yang menyelenggarakan program pendidikan akademik atau
profesional dalam lingkup satu disiplin ilmu tertentu. Institut adalah
perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan
akademik atau profesional dalam sekelompok disiplin ilmu
pengetahuan, teknologi, atau kesenian yang sejenis. Sedangkan
Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program
pendidikan yang bersifat keilmuan dan kejurusan dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni. Disamping
fakultas dan fakultas dapat terdiri dari beberapa jurusan
(http://www.pts.co.id/struktur.asp).
Sesuai yang tertulis dalam Petunjuk Pelaksanaan Sistem
Pendidikan Nasional Tahun 2005/2006 dan Angka Kredit Jabatan
Fungsional Guru/Jabatan Dosen, dijelaskan bahwa struktur pendidikan
tinggi di Indonesia terdiri dari dua jalur pendidikan, yaitu (1)
Pendidikan akademik adalah pendidikan tinggi yang diarahkan
terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan dan pengembangannya,
dan lebih mengutamakan peningkatan mutu serta memperluas
wawasan ilmu pengetahuan. Pendidikan akademik diselenggarakan
oleh sekolah tinggi, institut, dan universitas; (2) Pendidikan
profesional adalah pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada
kesiapan penerapan keahlian tertentu, serta mengutamakan
peningkatan kemampuan/ketrampilan kerja atau menekankan pada
aplikasi ilmu dan teknologi. Pendidikan profesional ini
diselenggarakan oleh akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan
universitas. Selain itu dijelaskan juga bahwa tujuan dari pendidikan
tinggi adalah (1) menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau
professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau
menciptakan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan atau kesenian; (2)
Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan tekhnologi
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya
kebudayaan nasional.
2. Sejarah Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi tertua di Indonesia adalah sekolah
kedokteran. Sekolah ini berawal dari latihan juru cacar pada tahun
1811. sekolah ini di susul oleh sekolah ahli kesehatan pada tahun 1851.
Lulusannya setelah dua tahun belajar, disebut Dokter Jawa. Pada tahun
1875 gelar itu diubah menjadi Ahli Kesehatan Bumi Putera (Inlandsch
Ganeeskundige). Pada tahun 1902 sekolah itu direorganisasi dan masa
belajarnya ditambah. Gelarnya diubah menjadi Dokter Bumi Putera
(Inlandsh Arts) dan diberi nama School toot opleiding van indisch
Artsen (STOVIA). Pada tahun 1913 nama sekolah tersebut diubah lagi
menjadi Nederlandsch-indische Arteenschool (NIAS) dan gelarnya
disebut Indisch Arts. Masa belajarnya 7 tahun di atas MULO. Pada
tahun 1927 NIAS yang berkedudukan di Jakarta (Batavia) dijadikan
Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hogeschool, STK)
(Ndraha ; 1988).
Sementara itu pada tahun 1910 didirikan perkumpulan
Universitas di Indonesia (Indisch Universiteits Vereeniging) yang
bertujuan mendirikan perguruan tinggi di Indonesia. Maka disamping
STK, didirikan Sekolah Tinggi Tekhnik (STT) di Bandung atas
Nederlandsch Indie dengan lama pendidikan lima tahun. Sekolah
Hukum (Rechtschool) yang didirikan pada tahun 1909 di Jakarta pada
tahun 1924 ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Hukum (Recht
Hogeschool) lima tahunan (Ndraha ; 1988).
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, pemerintah dan
masyarakat mulai memusatkan perhatian pada pembangunan bangsa,
antara lain dibidang pendidikan tinggi. Demikian di Yogyakarta
didirikan beberapa perguruan tinggi, antara lain Akademi Ilmu Politik
(AIP) untuk mendidik tenaga-tenaga dibidang pemerintahan dalam
negeri, luar negeri, dan penerangan. Kemudian, berdasarkan PP 1949
Nomor 23 tentang Peraturan Sementara Tentang Penggabungan
Perguruan tinggi menjadi Universitas, semua perguruan tinggi negeri
di Yogyakarta untuk sementara dengan tidak mengubah keadaan dan
susunannya masing-masing digabungkan menjadi satu universitas
dengan nama Universitas Gadjah Mada (UGM). Setelah itu diberbagai
kota besar didirikan perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia
terdiri atas tiga kategori, yaitu Perguruan Tinggi Negeri (PTN),
Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK), dan perguruan Tinggi Swasta
3. Dinamika Perguruan Tinggi di Indonesia
Pada saat ini sektor pendidikan tingi di Indonesia
mengakomodasi sekitar 3,5 juta mahasiswa dan meluluskan sekitar
600 ribu lulusan dari berbagai jenjang pertahun, sebagian besar
(>90%) diantaranya adalah pada program pendidikan akademik
jenjang sarjana dan jenjang pendidikan vokasi (diploma). Beberapa
dari lulusan ini telah mampu merebut pasar kerja baik dalam
maupun luar negeri. Di samping itu, juga terdapat lulusan-lulusan
yang mampu melakukan studi lanjut pada berbagai perguruan
tinggi ternama di luar negeri. Namun demikian, secara umum
kualitas lulusan pada sektor ini belum memadai. Hal ini dapat
dilihat misalnya dari data Badan Pusat Statistik yang menunjukkan
bahwa angka pengangguran terbuka untuk lulusan perguruan tinggi
(diploma dan sarjana) pada tahun 2001 mencapai 541 ribu orang.
Sementara itu terjadi keadaan dimana pihak pencari tenaga kerja
mengeluhkan sulitnya mencari tenaga kerja dengan kualifikasi dan
kompetensi yang mereka inginkan. Hal ini menunjukkan bahwa
meskipun secara jumlah terjadi produksi lulusan yang berlebih
namun dari segi kualitas masih terjadi kekurangan. Rendahnya
tingkat keterserapan lulusan perguruan tinggi dalam pasar kerja
juga diakibatkan oleh rendahnya relevansi antara bidang keilmuan
dan keterampilan yang dimiliki oleh lulusan tersebut dengan
Selain itu, peringkat perguruan tinggi Indonesia umumnya
menduduki peringkat jauh di bawah perguruan tinggi lain di Asia.
Hal ini dibuktikan dengan hasil survey Asiaweek tahun 2000 yang
menempatkan perguruan tinggi Indonesia pada posisi bawah. Dua
universitas besar yaitu Universitas Indonesia dan Universitas
Gadjah Mada berturut-turut menempati posisi 63 dan 68 dari 77
perguruan tinggi di Asia.
Untuk memperbaiki keadaan di atas, diperlukan adanya
strategi nasional untuk mengembangkan institusi pendidikan tinggi
yang dapat dipercaya melalui restrukturisasi sistem secara nasional.
Sistem tersebut haruslah akuntabel terhadap publik, ditunjukkan
dengan efisiensi yang tinggi, mutu dan relevansi keluaran, dan
manajemen internal yang transparan serta memenuhi standar mutu
yang berlaku. Sebagai kekuatan moral, perguruan tinggi harus
mampu berkontribusi secara langsung untuk menyelesikan
berbagai persoalan yang ada dimasyarakat. Untuk mengantisipasi
berbagai tantangan tersebut, maka pendidikan tinggi menerapkan
strategi baru yang dikenal dengan paradigma baru. Implementasi
dari konsep tersebut mengandalkan pendanaan berdasarkan kinerja
dan meningkatkan partisipasi pengguna dalam melakukan
perencanaan secara transparan, demokratis, serta memiliki
bukanlah tujuan karena tujuan sebenarnya adalah peningkatan
kualitas keluaran dan manfaat pendidikan tinggi bagi masyarakat.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, pada awal tahun
2003 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen
Pendidikan Nasional telah menerbitkan dokumen Higher
Education Long Term Strategy (HELTS) 2003-2010 yang akan
mengembangkan 3 strategi utama, yaitu peningkatan daya saing
bangsa (nation’s competitiveness), otonomi dan desentralisasi
(autonomy), dan kesehatan organisasi (organizational health).
a) Daya saing bangsa
Di tengah anggapan bahwa pendidikan tinggi belum
mampu menyumbangkan lulusan yang dapat mengisi tenaga kerja
berkualitas baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat
internasional, perguruan tinggi dituntut untuk dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Untuk
meningkatkan daya saing lulusan, haruslah dimulai dengan
peningkatan daya saing perguruan tinggi itu sendiri. Pada tingkat
nasional, upaya peningkatan daya saing institusi pendidikan tinggi
telah dilakukan Ditjen Dikti sejak awal tahun 1990-an melalui
kebijakan yang tertuang di dalam Kerangka Pengembangan
Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (KPPTJP) 1996-2005 yang
institusi pendidikan tinggi diharapkan mampu meningkatkan
kualitasnya melalui berbagai program pembangunan.
b) Otonomi dan desentralisasi
Pembenahan kapasitas institusi juga dilakukan dengan
pendelegasian kewenangan yang lebih besar kepada perguruan
tinggi. Ditjen Dikti telah bergeser perannya dari regulator menjadi
fasilitator. Melalui PP 61 tahun 1999, kewenangan perguruan
tinggi makin diperluas melalui otonomi perguruan tinggi.
Perguruan tinggi yang otonom diharapkan akan memilih dan
menetapkan fokus masing-masing yang dilandasi oleh potensi,
kekhasan dan nilai-nilai akademik universal serta tujuan
pendidikan nasional.
c) Kesehatan Organisasi
Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka
institusi pendidikan tinggi juga harus sehat. Kesehatan institusi
pendidikan tinggi diartikan sebagai suatu keadaan dimana
organisasi ini akan secara sistematis dan terprogram dikembangkan
baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat perguruan tinggi.
Pada tingkat pusat akan dilakukan pembenahan kelembagaan yang
mengarah pada efisiensi dan efektivitas program-program
pengembangan sektor pendidikan tinggi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Sementara itu, perguruan tinggi juga diharapkan
senantiasa berupaya menghasilkan lulusan yang berkualitas
(Depdiknas RI ; 2004).
B. Peran Perguruan Tinggi Bagi Masyarakat
Perguruan tinggi merupakan lembaga yang sangat strategis dalam
mendorong percepatan pembangunan masyarakat. Dengan sejumlah
keunggulan yang dimilikinya seperti sumber daya manusia, perangkat
kelembagaan yang mapan, serta kemampuan membuat riset dan kajian,
maka perguruan tinggi seyogyanya berperan sebagai agen pembangunan.
Selain itu, perguruan tinggi juga merupakan pusat pengembangan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi, serta pusat kegiatan penelitian sesuai
dengan kebutuhan pembangunan masa sekarang dan masa datang.
Perguruan tinggi mendidik mahasiswa agar mampu menguasai ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, berjiwa penuh pengabdian serta memiliki
rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan Negara
Indonesia dalam rangka pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi.
Pelaksanaan Tridharma Perguruan tinggi yang meliputi: Dharma
pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Dengan dharma pendidikan, perguruan tinggi diharapkan
melakukan peran pencerdasan masyarakat dan transmisi budaya. Dengan
dharma penelitian, perguruan tinggi diharapkan melakukan
temuan-temuan baru ilmu pengetahuan dan inovasi kebudayaan. Dengan dharma
pelayanan masyarakat untuk ikut mempercepat proses peningkatan
kesejahteraan dan kemajuan masyarakat (www.pmiinglah.word.com).
Peran makro yang dapat dimainkan oleh perguruan tinggi terutama
dalam aspek dharma pengabdian masyarakat yaitu perguruan tinggi
memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi
perubahan-perubahan suatu masyarakat. Peran dan fungsi perguruan tinggi dapat
diwujudkan dalam bentuk membangun gerakan pembelajaran
masyarakat untuk mendorong segera terciptanya transformasi sosial.
Oleh karena itu perguruan tinggi harus mampu melakukan upaya-upaya
yang bermanfaat dalam bentuk yang lebih operasional seperti (1)
mengembangkan model pembangunan yang benar-benar berbasis pada
keilmuan dan sumberdaya lokal; (2) mengembangkan pusat-pusat
pengembangan masyarakat dengan, memanfaatkan sumberdaya lokal
yang ada; (3) membangun basis-basis pengembangan keilmuan yang
benar-benar relevan bagi kebutuhan masyarakat dalam rangka merespon
perubahan global yang sangat dinamis; (4) menyebar luaskan berbagai
informasi yang masih menjadi masalah yang dihadapi dalam kehidupan
berbangsa, dan bernegara melalui berbagai cara agar
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Swasta (PTS) DIY.
1. Jumlah Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri DIY.
Setiap tahun di Indonesia, lebih dari satu juta lulusan
pendidikan menengah yang ingin melanjutkan ke pendidikan
tinggi. Orang tua atau calonmahasiswa pasti akan selalu berupaya
untuk memilih jenis pendidikan tinggi atau perguruan tinggi
tertentu yang dapat memberikan jaminan masa depan. Dengan ilmu
yang didapat di perguruan tinggi, mereka berharap akan
mendapatkan kesempatan kerja yang lebih luas dan lebih
kompetitif. Pilihan bagi para calon mahasiswa baru tersebut
biasanya adalah perguruan tinggi negeri (PTN), karena menurut
pandangan masyarakat, PTN selalu lebih baik dari perguruan
tinggi swasta (PTS). Anggapan bahwa PTN selalu lebih baik dari
PTS tersebut muncul karena PTN umumnya memiliki sumber
daya yang lebih baik, mislnya jumlah dosen yang gelarnya doktor
lebih banyak. Sebenarnya anggapan bahwa PTN selalu lebih baik
dari PTS tersebut hanya sebuah mitos belaka, karena PTN tidak
selalu lebih baik dari PTS. Buktinya, ada PTS yang memiliki
kualitas tidak kalah dengan PTN (Depdiknas RI ; 2004).
Sebuah anggapan memang sulit untuk dibantah. Buktinya,
sampai pada saat ini PTN sering kali menjadi pilihan pertama dan
maka sangat wajar apabila jumlah mahasiswa baru di PTN selalu
lebih stabil atau cenderung meningkat dibandingkan dengan PTS
(www.sinarharapan.co.id). Sebagai contoh misalnya jumlah
mahasiswa baru di PTN DIY, pada tahun 2002 jumah mahasiswa
baru di PTN 12593, jumlah ini meningkat 11,6% dari jumlah
mahasiswa tahun 2001. sedangkan sampai pada tahun 2008
jumlahnya naik mencapai 31%. Sedangkan jumlah mahasiswa baru
di PTS DIY cenderung mengalami penurunan yaitu tahun 2001
berjumlah 45427, tahun 2002 menurun 1,2% menjadi 44853 dan
pada akhirnya tahun 2008 menurun hingga 25%. Sementra di PTN
jumlah mahasiswa baru yang diterima cenderung meningkat yaitu
tahun 2002 sebesar 12593, jumlah ini meningkat 11,6% dari
jumlah mahasiswa baru tahun 2001. .
Dari contoh di atas dapat diartikan bahwa jumlah
mahasiswa baru di PTN dapat mempengaruhi jumlah mahasiswa
baru di PTS. Ketika jumlah mahasiswa baru di PTN meningkat,
maka pengaruhnya terhadap PTS jumlah mahasiswa barunya
semakin menurun.
2. Jumlah Program Studi Perguruan Tinggi Negeri
Selepas pengumuman kelulusan ujian nasional dan ujian
sekolah, sebagian siswa lulusan SMA/SMK bersiap-siap
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Yang belum lulus
Mendiknas telah menginstruksikan kepada Dirjen Dikti dan Dirjen
Disdakmen untuk mengeluarkan surat kepada sekolah dan
perguruan tinggi (PT) agar dapat menerapkan penerimaan
bersyarat. Melalui cara itu, siswa yang tidak lulus dalam ujian
nasional (UN) tetap bisa kuliah dan diberi kesempatan megikuti
UN susulan paling lambat 1 tahun (Suara Merdeka, 2 Juli 2005).
Seperti adat kebiasaan yang ada bahwa calon mahasiswa
baru lebih memilih untuk melanjutkan ke perguruan tinggi negeri
(PTN) dengan berbagai alasan seperti PTN lebih berkualitas dan
biaya pendidikan di PTN lebih murah. Untuk program studi
mereka cenderung tidak memikirkan yang terpenting bagi mereka
adalah diterima di PTN. Mereka juga tidak peduli dengan kriteria
akreditasi yang diperoleh program studi yang dipilihnya. Padahal
sebenarnya untuk meningkatkan mutu dan efisiensi perguruan
tinggi baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
masyarakat akreditasi program studi pada perguruan tinggi
merupakan suatu hal yang sangat penting. Tidak bisa disalahkan
anggapan mereka yang demikian. Memang itulah kenyataan yang
ada pada sebagian siswa beserta para orang tua saat ini. Meski ada
yang sejak awal telah mempunyai pilihan program studi dan yang
dipilihnya mungkin bukan PTN melainkan PTS favorit, namun
kenyataan masih menunjukkan sebagian besar lainnya memilih
segera pindah ketika mereka dinyatakan diterima di PTN
(www.suaramerdeka.com).
Dengan demikian jumlah program studi yang ada di PTN
akan berpengaruh terhadap jumlah mahasiswa baru di PTS
semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena sebagian besar calon
mahasiswa baru memilih program studi yang ada di PTN. Apalagi
jika di PTN menambah atau membuka program studi baru, maka
hal ini akan membuka peluang untuk menyerap mahasiswa baru
PTN lebih banyak, maka hal ini akan berpengaruh terhadap jumlah
mahasiswa baru di PTS semakin berkurang.
3. Biaya Pendidikan Perguruan Tinggi Swasta
Sebagaimana telah dicantumkan dalam Undang-Undang No
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembiayaan
sektor pendidikan termasuk pendidikan tinggi merupakan tanggung
jawab bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat.
Selanjutnya dalam rangka menegakkan transparansi dan
akuntabilitas, pendidikan tinggi akan menerapkan sistem
pembiayaan yang rasional dengan satuan biaya yang jelas serta
kejelasan peran dan tanggung jawab masing-masing pihak yang
berkepentingan.
Pada perguruan tinggi negeri (PTN), sebagian besar sumber
pendanaannya masih berasal dari pemerintah, baik berupa
seperti gaji pegawai dan biaya operasional. Secara rata-rata peserta
didik hanya menanggung kurang dari 30% dari dana yang
dialokasikan oleh pemerintah. Namun meskipun demikian, PTN
masih menarik uang sumbangan penyelenggaraan pendidikan
(SPP) dari mahasiswa. Berbeda pada perguruan tinggi swasta
(PTS) sebagian besar lebih dari (90 %) pendanaannya berasal dari
SPP atau sumbangan lainnya yang dibayar oleh mahasiswa (
Depdiknas ; 2004). Hal tersebut membuat masyarakat mempunyai
anggapan bahwa biaya pendidikan di PTN lebih murah daripada di
PTS. Itulah yang selalu mendorong calon mahasiswa baru lebih
memilih PTN daripada PTS. Dengan alasan biaya pendidikan di
PTN lebih murah, padahal sebenarnya anggapan tersebut belum
tentu benar. Akibat anggapan tersebut, dimana masyarakat menilai
bahwa biaya pendidikan di PTS sangat mahal membuat calon
mahasiswa baru lebih memilih masuk di PTN. Akibatnya, calon
mahasiswa lebih memilih melanjutkan ke PTN dengan biaya yang
lebih murah daripada melanjutkan ke PTS dengan biaya mahal.
Namun meskipun demikian, karena pendidikan merupakan
kebutuhan pokok yang sangat penting dan bermanfaat untuk masa
depan yang semua orang juga membutuhkan, maka dari itu
kebanyakan calon mahasiswa yang melanjutkan ke PTS besarnya
biaya tidak menjadi pikiran yang utama karena yang terpenting
juga diimbangi dengan kelengkapan yang mendukung sarana dan
prasarana yang mendukung proses belajar mengajar mahasiswa.
Sehingga hal ini membawa pengaruh positif terhadap jumlah
mahasiswa baru yang masuk ke PTS.
4. Jumlah Lulusan SMA/SMK
Tujuan lembaga Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
yaitu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Pengertian dari melanjutkan ke
Pendidikan tinggi yaitu sebagai suatu kegiatan inti untuk
meningkatkan belajarnya melalui lembaga formal yang lebih tinggi
dari pendidikan yang telah diselesaikan guna mencapai suatu taraf
tertentu yang dikehendakinya. (Joshep 1984 : 4).
Keberhasilan dari tujuan di atas dapat dilihat bahwa selepas
pengumuman kelulusan ujian nasional dan ujian sekolah, sebagian
siswa lulusan SMA/SMK banyak yang bersiap-siap melanjutkan
studi ke jenjang yang lebih tinggi. Bagi siswa yang belum lulus
sebagian mungkin juga ikut mempersiapkan diri, mengingat
Mendiknas telah menginstruksikan kepada Dirjen Dikti dan Dirjen
Disdakmen untuk mengeluarkan surat kepada sekolah dan
perguruan tinggi (PT) agar dapat menerapkan penerimaan
bersyarat. Melalui cara itu, siswa yang tidak lulus dalam ujian
nasional (UN) tetap bisa kuliah dan diberi kesempatan megikuti
Ada berbagai hal yang menjadi pertimbangan bagi calon
mahasiswa baru sebelum melanjutkan ke perguruan tinggi, seperti
jenis perguruan tinggi yang akan dipilih, jenis program studi, biaya
kuliah dan lain-lain. Namun seperti biasanya, bahwa pilihan utama
bagi calon mahasiswa baru adalah memilih ke Perguruan tinggi
negeri (PTN) dengan berbagai alasan seperti lebih berkualitas dan
biaya pendidikannya murah.
Pada saat ini jumlah perguruan tinggi Swasta di Indonesia
semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2004
jumlah PTS sekitar 2.100 – 2.200, dan pada tahun 2007 meningkat
menjadi 2.761 dengan jumlah mahasiswa sekitar 2,7 juta. Jadi
hampir setiap tahun terjadi penambahan 500 PTS baru
(www.republika.co.id).Namun demikian jumlah mahasiswa di PTS
semakin mengalami penurunan. Sebagai contoh di DIY pada tahun
2004 diperkirakan separoh dari 102 PTS terancam bangkrut. Hal
ini disebabkan karenakan semakin menurunnya lulusan SLTA
yang melanjutkan ke perguruan tinggi. (www.republika.com).
Jadi, jumlah lulusan SMA/SMK dapat membawa pengaruh
terhadap jumlah mahasiswa baru PTS, Sesuai dengan pilihan calon
mahasiswa baru, yang menjadi utama adalah PTN, maka dengan
demikian jumlah mahasiswa baru di PTS semakin berkurang.
D. Penelitian Terdahulu
Judul penelitian “ ANALISIS TREND PERKEMBANGAN
SEKOLAH MENENGAH SWASTA DI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA TAHUN 1996-2003 ”. Disusun oleh Agnes
Irniyustina, Universitas sanata dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan
jumlah Sekolah Menengah Pertama Swasta di DIY tahun
1996-2003, untuk menganalisis perkembangan jumlah murid Sekolah
Menengah Pertama Swasta di DIY tahun 1996-2003, untuk
menganalisis perkembangan jumlah Sekolah Menengah Atas
Swasta di DIY tahun 1996-2003, untuk menganalisis
perkembangan jumlah murid Sekolah Menengah Atas di DIY
tahun 1996-2003.
Variabel penelitian dalam skripsi ini adalah perkembangan
Sekolah Menengah Swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan
analisis deret berkala yaitu dengan menggunakan metode setengah
rata-rata untuk menghitung nilai trend dari awal tahun 1996-2003.
Dari hasil penelitian terdahulu dapat dibuat suatu
kesimpulan:
1) Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai trend
perkembangan jumlah Sekolah Menengah Pertama Swasta
Di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1996-2003 bahwa
setiap tahunnya mengalami penurunan sebesar 7,563
sekolah.
2) Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai trend
perkembangan jumlah muid Sekolah Menengah Pertama
Swasta Di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1996-2003
bahwa setiap tahunnya mengalami penurunan sebesar
5.386,25 murid.
3) Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai trend
perkembangan jumlah Sekolah Menengah Atas Swasta Di
Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1996-2003 bahwa
setiap tahunnya mengalami penurunan sebsar 4,125
sekolah.
4) Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai trend
perkembangan jumlah murid Sekolah Menengah Atas
Swasta Di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1996-2003
bahwa setiap tahunnya mengalami penurunan sebesar
E. KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam melakukan penelitian ini dan untuk menjwab
berbagai masalah dari penelitian ini, pola pikir sangat penting. Pola
pikir dapat mempermudah cara-cara yang akan ditempuh dalam
penelitian. Pola pikir juga dapat disebut dengan kerangka
pemikiran. Kerangka pemikiran penelitian ini untuk menjawab
rumusan masalah sebagai berikut : faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta
(PTS) DIY. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi negeri (PTN), jumlah
program studi yang ada di PTN, biaya kuliah perguruan tinggi
swasta, dan jumlah lulusan SMA/SMK. Secara umum, calon
mahasiswa baru lebih banyak memilih melanjutkan ke PTN
daripada ke PTS. Berbagai alasan yang membuat mereka memilih
PTN antara lain seperti lebih berkualitas, biaya pendidikan murah
dan mudah mencari pekerjaan setelah lulus. Itulah berbagai
anggapan calon mahasiswa baru terhadap PTN yang belum tentu
selalu benar adanya. Hal ini membuat para orang tua dan calon
mahasiswa baru memilih PTN. Karna sebagian besar calon
mahasiswa baru lebih mengutamakan pilihannya untuk masuk ke
PTN yang juga didukung dengan berbagai program mudah untuk
memasukkinya, akibatnya kini PTS mengalami kekurangan
juga mengalami peningkatan, sehingga lebih banyak peluang untuk
calon mahasiswa baru untuk masuk ke PTN. Akibatnya calon
mahasiswa yang masuk ke PTS menurun karna lebih banyak
terserap di PTN. Biaya kuliah di PTS banyak dinilai masyarakat
adalah sangat mahal. Tetapi dengan mahalnya biaya kuliah di PTS
yang juga dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, membuat
masyarakat berfikir bahwa hal itu adalah wajar. Sehingga hal
tersebut tidak menjadi suatu masalah karna mereka menganggap
bahwa pendidikan adalah investasi masa depan. Jadi berapapun
biaya kuliah di PTS tidak menghalangi para orang tua untuk
memasukkan anaknya ke PTS. Sedangkan lulusan SMA/SMK akan
mempengaruhi jumlah calon mahasiswa baru karna calon
mahasiswa baru berasal dan bergantung dari para lulusan
SMA/SMK. Dari uraian di atas maka peneliti dapat menyimpulkan
F. HIPOTESIS
1. Jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi negeri berpengaruh
negatif terhadap jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi
swasta DIY tahun 1997-2008.
2. Jumlah program studi perguruan tinggi negeri berpengaruh
negatif terhadap jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi
swasta DIY tahun 1997-2008.
3. Biaya pendidikan perguruan tinggi swasta berpengaruh
positif terhadap jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi
swasta DIY tahun 1997-2008.
4. Jumlah lulusan SMA/SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) berpengaruh positif terhadap jumlah mahasiswa baru
perguruan tinggi swasta DIY tahun 1997-2008.
Jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi negeri
Jumlah program studi perguruan tinggi negeri Biaya pendidikan perguruan
tinggi swasta Jumlah lulusan SMA/SMK di
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ex post facto,
yaitu penelitian yang menunjukkan bahwa penelitian tersebut dilakukan
sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas tersebut terjadi
karena perkembangan kejadian itu secara alami (Furchan, 1982:382).
Jenis penelitian ini dianggap sangat mendukung untuk memecahkan dan
menggambarkan persoalan yang telah disampaikan terlebih dahulu.
B. Jenis Data Dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif adalah serangkaian pengukuran/observasi yang
dinyatakan dalam angka, merupakan data kasar karena langsung
diperoleh dari hasil pengukuran dan masih berwujud catatan yang
belum mengalami pengolahan yaitu data yang berbentuk
angka-angka.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder
yaitu data yang telah diolah menjadi suatu informasi. Dalam
dari Departemen pendidikan nasional, kopertis, Badan Pusat
Statistik atau langsung dari beberapa perguruan tingi.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juli 2009.
2. Tempat Penelitian
Peneliti mengambil lokasi penelitian di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
D. Data Yang Diperlukan
Dalam menyelesaikan penelitian ini data yang dibituhkan adalah
sebagai berikut :
1. Data jumlah mahasiswa baru Perguruan Tinggi Negeri (PTN) DIY
Tahun 1997-2008.
2. Data jumlah mahasiswa baru Perguruan Tinggi Swasta (PTS) DIY
Tahun 1997-2008.
3. Data jumlah Program Studi PTN DIY Tahun 1997-2008.
4. Data biaya pendidikan PTS DIY Tahun 1997-2008.
Dalam hal ini penulis memberikan batasan biaya pendidikan adalah
biaya langsung. Biaya langsung yang dimaksud adalah biaya
kuliah yang meliputi DPP (Dana Pengembangan Pendidikan), UKT
kuliah yang akan diambil adalah untuk jurusan Manajemen,
alasannya karena kebanyakan Universitas di Yogyakarta memiliki
jurusan Manajemen. Untuk menghitung biaya pendidikan tersebut
peneliti akan mengambil secara sampel dari beberapa perguruan
tinggi yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Perguruan Tinggi
tersebut adalah Perguruan tinggi swasta (PTS) terbesar di DIY
yang diantaranya yaitu Universitas Sanata Dharma (USD),
Universitas Atma Jaya (UAJ), Universitas Kristen Duta Wacana
(UKDW), Universitas Pembangunan Nasional (UPN), Universitas
Islam Indonesia (UII) dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(UMY) (www.kemitraan.or.id). Kriteria penentuan perguruan
tinggi swasta terbesar yaitu dilihat dari jumlah mahasiswa baru
yang diterima setiap tahun ajaran baru yaitu mencapai 1000
mahasiswa. Disini penulis akan menghitung biaya kuliah rata-rata
selama empat tahun pada jurusan Manajemen dari masing-masing
PTS terbesar seperti yang telah disebutkan di atas.
5. Data jumlah lulusan SMA/SMK DIY Tahun 1997-2008.
Pengambilan data dilakukan berdasarkan pertimbangan
perorangan atau peneliti. Penulis mengambil data tahun 1997-2008
mengenai jumlah mahasiswa baru perguruan tingi negeri, jumlah
mahasiswa baru perguruan tinggi swasta, biaya pendidikan
perguruan tinggi swasta dan jumlah lulusan SMA/SMK dengan
tahun tersebut seperti misalnya tahun 1997-1998 adalah masa krisis
moneter, tahun 1999 mulai diterapkannya otonomi pada Perguruan
tinggi negeri yang hingga sampai pada saat ini masih berlaku.
Selain itu penulis juga mempertimbangan atas ketersediaan data
yang bersifat sekunder.
E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, antara lain yaitu :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang diduga secara bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat, yaitu: jumlah mahasiswa
baru PTN DIY (X1), jumlah program studi PTN (X2), biaya kuliah
PTS DIY (X3), dan jumlah lulusan SMA/SMK DIY (X4).
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independen. Variabel terikat dari penelitian ini adalah
jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta DIY (Y).
F. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab rumusan masalah pertama, kedua, ketiga dan
keempat mempergunakan teknis analisis data Persamaan Regresi
Berganda. Koefisien persamaan regresi dihitung dengan menggunakan
program SPSS versi 11.00. Pengujian ini dilakukan untuk mengestimasi
besarnya hubungan variabel independen ( jumlah mahasiswa baru PTN
jumlah lulusan SMA/SMK DIY) terhadap variabel dependen (jumlah
mahasiswa baru PTS DIY). Bentuk model yang digunakan (Sugiyono,
2005) :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Keterangan :
Y = Jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta
α = Konstanta
β1-4 = Koefisien regresi
e = Kesalahan pengganggu
X1 = Jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi negeri (PTN)
X2 = Biaya pendidikan/kuliah perguruan tinggi swasta (PTS)
X3 = Jumlah program studi perguruan tinggi negeri (PTN)
X4 = Jumlah lulusan SMA/SMK
1. Pengujian Prasyarat Regresi
a. Pengujian Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data
dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Normalitas
data dapat dilihat dengan menggunakan cara nilai skewness, nilai
ini digunakan untuk mengetahui bagaimana distribusi normal data
dalam variabel dengan menilai kemiringan kurva. Nilai normalitas
baik apabila mendekati angka nol, uji normalitas
Keterangan :
D : Deviasi atau penyimpangan
Sn1 : Distribusi komulatif
Sn2 : Distribusi komulatif dokumentasi
X : Jumlah Variabel
Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan
hipotesis sebagai berikut:
Ho: ρ data normal
Ha: ρ data tidak normal
Kriteria yang digunakan dalam mengetahui normal atau
tidaknya data tersebut sebagai berikut: apabila perhitungan
Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari probabilitas (ρ: 0,05), maka
Ho diterima. Apabila Kolmogorov-Smirnov lebih kecil dari
probabilitas (ρ : 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima.
b. Pengujian Linearitas
Asumsi linieritas dapat terpenuhi jika nilai residual dan nilai
prediksi tidak menggambarkan satu pola hubungan tertentu atau
dengan kata lain jika menggambarkan suatu hubungan yang acak
maka asumsi linieritas terpenuhi (Sudjana: 1996). Adapun
rumusnya yaitu:
2 1
Keterangan :
F : Harga bilangan F untuk garis regresi
KR1 : Harga kuadrat rata-rata garis regresi
KR2 : Harga kuadrat residu
Kriteria penerimaan data ini linier atau tidak adalah, apabila
Thitung lebih kecil dari level of signifikan (α) 0,05 maka hubungan
data linier. Sedangkan bila Thitung lebih besar dari level of
signifikan (α) 0,05 maka hubungan tidak linier.
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk mendapatkan model regresi yang dapat digunakan untuk
melakukan estimasi, maka dilakukan pengujian mengenai ada
tidaknya penyimpangan terhadap asumsi klasik, yaitu :
a. Uji Multikolinieritas.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara variabel independen (Jumlah mahasiswa baru
PTN, jumlah program studi PTN, dan biaya pendidikan PTN DIY)
terhadap jumlah mahasiswa baru PTS DIY. Model regresi yang
baik tidak terjadi multikolinieritas.
x2 = n k InD
⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − − = ) 5 2 ( 6 1 1 Keterangan:
n = jumlah pengamatan
k = banyak variable bebas
X2 = perhitungan monokolinieritas ln = nilai linearitas
Kriteria penerimaan dalam analisis uji multikolinieritas
adalah sbagai berikut :
1. Jika VIF > 5; maka terjadi multikolinieritas
2. Jika VIF < 5; maka tidak terjadi multikolinieritas
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti nilai varians berbeda dari satu
observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik tidak terjadi
heteroskedastisitas ( Firdaus ; 2004).
) 1 ( 6 1 2 1 1 − =
∑
= n n d r n Keterangan:r 1 = uji heteroskedastisitas
t dan t-1 = observasi terakhir dan sebelumnya
n = variabel
d 2 = nilai determinan
Kriteria penerimaan dalam analisis uji heteroskedastisitas,
adalah sebagai berikut :
1. Jika probabilitas (P) < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam
sebuah regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Jika terjadi korelasi
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi linier yang
baik tidak terjadi autokorelasi (Firdaus ; 2004)
( ) β
∑
∑
= = − − = n t n t t e t e DW 2 2 1 2 2 1 1 Keterangane1 = gangguan estimasi
t dan t-1 = observasi terakhir dan sebelumnya
t dan t-2 = nilai observasi
DW = Durbin Watson
Ada tidaknya autokorelasi dalam uji ini dengan dinilai dari kriteria
menurut Durbin Watson, yaitu:
Durbin Watson Kesimpulan
<1,10 Ada Autokorelasi 1,10-1.54 Tanpa kesimpulan 1.55-2.46 Tidak ada autokrelasi
3. Pengujian Hipotesis
Hipotesis adalah suatu anggapan atau pendapat yang
diterima secara tentatif untuk menjelaskan suatu fakta atau yang
dipakai sebagai dasar bagi suatu penelitian. Hipotesis yang
dirumuskan adalah hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternative (Ha).
Hipotesis yang dirumuskan ini disebut hipotesis nol, karena
hipotesis ini mempunyai perbedaan nol atau tidak mempunyai
perbedaan dengan hipotesi yang sebenarnya.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji
T- test. Uji T-test bertujuan untuk menguji signifikasnsi pengaruh
variabel independent (jumlah mahasiswa baru PTN DIY, jumlah
program studi PTN, biaya kuliah PTS DIY , dan jumlah lulusan
SMA/SMK DIY) Terhadap variabel dependent (jumlah mahasiswa
baru PTS). Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut :
a. Menentukan Formulasi Hipotesis Ho dan Ha
1. Jumlah Mahasiswa Baru PTN
Ho = jumlah mahasiswa baru PTN DIY tidak berpengaruh
terhadap jumlah mahasiswa baru PTS DIY.
Ha = jumlah mahasiswa baru PTN DIY berpengaruh
2. Jumlah Program Studi PTN
Ho = Jumlah program studi PTN DIY tidak berpengaruh
terhadap jumlah mahasiswa baru PTS DIY.
Ha = Jumlah program studi PTN DIY berpengaruh
terhadap jumlah mahasiswa baru PTS DIY.
3. Biaya kuliah PTS
Ho = Biaya kuliah PTS tidak berpengaruh terhadap jumlah
mahasiswa baru PTS DIY
Ha = Biaya kuliah PTS DIY berpengaruh terhadap jumlah
mahasiswa baru PTS DIY.
4. Jumlah lulusan SMA/SMK DIY
Ho = Jumlah lulusan SMA/SMK DIY tidak berpengaruh
terhadap jumlah mahasiswa baru PTS DIY.
Ha =Jumlah lulusan SMA/SMK DIY berpengaruh terhadap
jumlah mahasiswa baru PTS DIY.
b. Menentukan level of significant(α ) = 5% dengan nilai level of
confidance sebesar 95% dengan degree of freedom (df) = n-k-1.
c. Menentukan daerah penerimaan dan penolakan hipotesis
Ho tidak dapat ditolak jika = t hitung < (t table) t α n-k
Ho ditolak jika = t hitung > (t table) t α n-k
d. Menentukan T hitung dengan rumus ;
) (bi Se
Keterangan
bi = koefisien regresi variabel independent
Se = standart eror
n = Jumlah pengamatan
k = jumlah variabel bebas
e. Menarik kesimpulan dengan cara membandingkan hasil dari t hitung
dan t tabel kemudian tentukan daerah penerimaan dan penolakannya.
Apabila Ho ditolak jumlah mahasiawa baru PTN DIY, jumlah
program studi PTN DIY, biaya kuliah PTS DIY dan jumlah lulusan
SMA/SMK DIY, berpengaruh secara individual dan signifikan
42
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Keadaan Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
1. Letak Geografis
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak pada 7' 15 - 8' 15
Lintang Selatan dan garis 110' 5 - 110' 4 Bujur Timur, dengan batas
wilayah sebagai berikut : Sebelah Barat Kabupaten Purworejo (Jawa
Tengah). Sebelah Barat Laut Kabupaten Magelang (Jawa Tengah).
Sebelah Timur Laut Kabupaten Klaten (Jawa Tengah). Sebelah Timur
Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah). Sebelah Selatan Samudera Indonesia.
Luas Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu 3.185,80 km2 yang
terdiri atas Kota Yogyakarta 32,50 km2. Kabupaten Sleman 574,82 km2 ,
Kabupaten Bantul 506,85 km2 ,Kabupaten Kulon Progo 586,27
km2,Kabupaten Gunung Kidul 1485,36 km2 (www.gudeg.net).
2. Iklim dan Keadaan Alam
Temperatur rata-rata di DIY berkisar antara 26,6' C samapi 28.8' C
sedangkan temperatur minimum 18' C dan maximum 35' C. Kelembaban
udara rata-rata 74% dengan kelembaban minimum 65 % dan maximum 84
%. Sedangkan curah hujan di DIY bervariasi antara 3 mm sampai 496
mm. Curah hujan diatas 300 mm terjadi pada bulan Januari, Pebruari,
hujan terendah 3mm samapi 24 mm terjadi pada bulan Mei sampai
Oktober. Curah hujan tahunan rata-rata 1855 mm.
Keadaan alam di DIY yaitu dibagian utara seluas lebih kurang 4 %
tanah miring (kelanjutan dari gunung berapi) dengan sifat-sifat: wilayah
hujan, kaya akan mata air dan sangat subur. Dibagian selatan/barat seluas
lebih kurang 7 % dari barat ke arah selatan dengan ketinggian semakin
rendah berakhir pada daratan pantai alluvial dengan sifat tanah: wilayah
hujan, banyak mata air. Dibagian tengah seluas 41 % merupakan tanah
datar/ngarai dengan sifat tanah cukup subur, jaringan pengairan baik
dengan penduduk yang padat.
B. Sejarah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah provinsi yang
berdasarkan wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan
Kadipaten Pakualaman. Selain itu ditambahkan pula mantan-mantan
wilayah Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Praja Mangkunagaran yang
sebelumnya merupakan enklave di Yogyakarta. Status Yogyakarta sebagai
Daerah Istimewa berkenaan dengan runtutan sejarah Yogyakarta, baik
sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam
pengangkatan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi DIY dari
Presiden RI, selanjutnya pada tanggal 5 September 1945 beliau
daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari
Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945.
Pada tanggal 30 Oktober 1945, beliau mengeluarkan amanat kedua
yang menyatakan bahwa pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa
Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri
Paduka Paku Alam VIII bersama-sama Badan Pekerja Komite Nasional
Meskipun Kota Yogyakarta baik yang menjadi bagian dari Kesultanan
maupun yang menjadi bagian dari Pakualaman telah dapat membentuk
suatu DPR Kota dan Dewan Pemerintahan Kota yang dipimpin oleh kedua
Bupati Kota Kasultanan dan Pakualaman, tetapi Kota Yogyakarta belum
menjadi Kota Praja atau Kota Otonom, sebab kekuasaan otonomi yang
meliputi berbagai bidang pemerintahan masih tetap berada di tangan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta yang meliputi
daerah Kasultanan dan Pakualaman baru menjadi Kota Praja atau Kota
Otonomi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947, dalam
pasal I menyatakan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang meliputi
wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari Kabupaten
Bantul yang sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo
ditetapkan sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri. Daerah tersebut dinamakan Haminte Kota Yogyakaarta.
Untuk melaksanakan otonomi tersebut Walikota pertama yang
dijabat oleh Ir.Moh Enoh mengalami kesulitan karena wilayah tersebut
belum dilepas. Hal itu semakin nyata dengan adanya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, di
mana Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Tingkat I dan Kotapraja
Yogyakarta sebagai Tingkat II yang menjadi bagian Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Selanjutnya Walikota kedua dijabat oleh Mr.Soedarisman
Poerwokusumo yang kedudukannya juga sebagai Badan Pemerintah
Harian serta merangkap menjadi Pimpinan Legislatif yang pada waktu itu
bernama DPR-GR dengan anggota 25 orang. DPRD Kota Yogyakarta baru
dibentuk pada tanggal 5 Mei 1958 dengan anggota 20 orang sebagai hasil
Pemilu 1955. Dengan kembali ke UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5
Juli 1959, maka Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 diganti dengan
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah, tugas Kepala Daerah dan DPRD dipisahkan dan
dibentuk Wakil Kepala Daerah dan badan Pemerintah Harian serta sebutan
Kota Praja diganti Kotamadya Yogyakarta.
Atas dasar Tap MPRS Nomor XX