• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH MAHASISWA BARU PERGURUAN TINGGI SWASTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1997-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH MAHASISWA BARU PERGURUAN TINGGI SWASTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1997-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

JUMLAH MAHASISWA BARU PERGURUAN TINGGI SWASTA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1997-2008

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

OLEH

IS RAHAYU

NIM : 041324034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO & HALAMAN PERSEMBAHAN

Bertemu orang marah adalah kesempatan untuk membuat yang

bersangkutan kagum akan kesabaran kita.

(Gede Prama)

Prestasi adalah apa yang mampu Anda lakukan.

Motifasi menentukan apa yang Anda lakukan.

Sikap menentukan seberapa baik Anda melakukannya.

(Lois Holtz)

Anda tidak pernah mencapai kesuksesan sesungguhnya sampai

Anda menyukai apa yang sedang Anda Kerjakan.

(Dale Carnegie)

Hidup adalah sebuah karya seni, kita melukisnya melalui tindakan,

pikiran dan kata-kata.

(Gede Prama)

Dengan tulus aku persembahkan skripsi ini kepada :

Allah Swt yang telah memberi aku hidup

Kedua orang tuaku tercinta, Bp. Sukarno & Ibu Sutini

Semua kakak-kakakku tersayang

Semua keponakan-keponakanku tersayang

Semua orang-orang yang kukasihi dan mengasihiku

Pelita hatiku tercinta

Keluarga besar Pendidikan Ekonomi USD’2004

(5)
(6)
(7)

vii

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH MAHASISWA BARU

PERGURUAN TINGGI SWASTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TAHUN 1997-2008

Is Rahayu

041324034

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2009

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun 1997-2008 yaitu : (1) jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi

negeri, (2) jumlah program studi perguruan tinggi negeri (3) biaya pendidikan

perguruan tinggi swasta dan (4) jumlah lulusan SMA/SMK.

Penelitian ini merupakan penelitian expost facto yang mencoba menganalisis

dan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan

tinggi swasta Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1997-2008. Sumber data

merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari

Kopertis, Badan Pusat Statistik, dan langsung dari beberapa perguruan tinggi.

Penelitian ini mempergunakan teknik analisis data regresi linier berganda.

(8)

viii

ABSTRACT

FACTORS THAT INFLUENCING THE NUMBERS OF NEW STUDENTS IN

PRIVATE HIGHER EDUCATION AT SPECIAL PROVINCE OF

YOGYAKARTA IN 1997-2008

Is Rahayu

041324034

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2009

The objective of the research is to know and analyze factors that influencing

the numbers of new students in private higher education at Special Province of

Yogyakarta in 1997-2008, namely (1) the numbers of new students in state higher

education, (2) the numbers of study programs in state higher education, and (3)

tuition fee in private higher education, (4) the numbers of high school graduates.

This study is an ex-post facto that tries to analyze and test factors that

influencing the number of students in private higher education at Special Province of

Yogyakarta in 1997-2008. The source data was secondary data which was obtained

from various sources including Private Higher Education Coordinator, Statistic

Bureau and directly obtained from higher education. Multiple linier regression was

applied to analyze the data.

0.95 Coefficient value (R

2

) indicates that effect of independent variable on

dependent one was 95%, meanwhile the remaining was influenced by other factor.

Based on data analysis, it could be concluded that (1) the number of students in state

higher education significantly has negative effect on the number of students in

private higher education at Special Province of Yogyakarta in 1997-2008; (2) the

number of study programs in state higher education significantly has negative effect

on the numbers of students in private higher education at Special Province of

Yogyakarta in 1997-2008; (3) tuition fee in private higher education significantly has

positive effect on the numbers of students in private higher education at Special

Province of Yogyakarta in 1997-2008; and (4) the numbers of high school graduates

significantly has positive effect on the numbers of students in private higher

education at Special Province of Yogyakarta in 1997-2008.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT atas berkat, rahmat serta hidayahNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini di susun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tak

lepas dari partisipasi dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ini penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1.

Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2.

Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi serta

selaku Dosen Pembibmbing I, terimakasih atas bimbingan dan pengarahan yang

diberikan kepada penulis dari awal hingga akhir dalam proses penyusunan skripsi

ini.

3.

Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si, selaku Dosen pembimbing II terimakasih

atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis dari awal hingga

(10)

x

4.

Bapak Drs. P.A. Rubiyanto, Bapak Y. M. Vianey Mudayen, S.Pd, dan Ibu Dra.

C. Retno Wigati, M. Si., Selaku Dosen Pendidikan Ekonomi terimakasih untuk

bantuan, bimbingan, masukan, serta pelajaran-pelajaran yang diberikan selama

dibangku perkuliahan yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi saya.

5.

Mbak Titin di Sekretarariat Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma

yang telah banyak membantu dalam segala urusan administrasi penulis.

6.

Segenap karyawan & karyawati Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang

telah menyediakan koleksi buku-buku dan fasilitas yang memadai yang sangat

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

7.

Pihak Kopertis Wilayah V, Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta

Yang telah memberikan data kepada penulis.

8.

Pihak Perguruan Tinggi (UGM, UNY, UIN, ISI, ATK, STPN, UII, UMY, USD,

UPN UAJY) Daerah istimewa Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan

memberikan data kepada penulis.

9.

Ayah & Ibuku tercinta, yang tiada henti-hentinya mendoakanku, memberikan

dukungan kepadaku, dan telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh

kesabaran dan kasih sayang.

10.

Kakak-kakaku semua yang tersayang terimakasih atas dukungan, doa, dan

bantuannya selama ini.

11.

Mbak Yuli & Mas Ino, terimakasih untuk segala dukungan, dan nasehat yang

(11)

xi

12.

Mas Sur & Mbak alin, terimakasih atas segala doa, dukungan dan

ketersediaannya menjadi pendengar keluh kesahku.

13.

Keluarga di Jakarta ( Mas Mulyana, Mas Supri, Mbak Tris, calon kakak Iparku

“mbak Mutia” dan keponakan-keponakanku tersayang) terimakasih atas segala

nasehat dan doa yang diberikan untukku.

14.

Mas Suyut’ku terimakasih atas segala kesabaran, perhatian, kasih sayang,

dukungan, doa, serta bantuannya untukku selama ini.

15.

Sahabat terbaek’ku Leny terimakasih untuk bantuan, dukungan, dan doanya.

Serta terimakasih untuk tumapangannya dikost ketika disela-sela waktu kuliah

dan ketika aku tidak bisa pulang ke rumah hehe...

16.

Teman-teman PE angkatan 2004, Sigit, Santi, Neni, Imel, Ina, Riri, Cristin,

Berta, Yanti, Yosti, Yogi, Trico, dan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu

terimakasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaannya selama ini.

17.

Untuk sahabat-sahabatku yang senantiasa meluangkan waktu untuk membantuku

dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

18.

Untuk Mas Surya, terimakasih untuk segala bantuannya dan terimakasih juga

telah dengan sabar membantu mengantarkan dan menemaniku muter-muter ke

DIY untuk mengurus perijinan penelitian ini.

19.

Untuk Honda Supra 125’ku tersayang, Kau adalah hidupku, karena hanya engkau

yang benar-benar siap menemani dan setia mengantarkanku kemana tujuanku

(12)

xii

20.

Teman-teman seperjuangan Pendidikan Ekonomi 2004, terimakasih atas

kebersamaan dan persaudaraan yang terjalin selama ini.

21.

Semua pihak yang terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis sangat terbuka dalam menerima segala bentuk kritikan

maupun saran yang diberikan demi kebaikan, kemajuan, serta perkembangan skripsi

ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.

Penulis

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….

iii

HALAMAN MOTTO ...

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...

iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...

v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...

vi

ABSTRAK ... ...

vii

ABSTRACT ...

viii

KATA PENGANTAR ...

ix

DAFTAR ISI ………

xiii

DAFTAR TABEL ...

xvi

BAB I

PENDAHULUAN

……….

1

A.

Latar Belakang Masalah

………..

1

B.

Rumusan Masalah

………

5

C.

Pembatasan Masalah ………

6

D.

Tujuan Penelitian ……….

6

(14)

xiv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

………

8

A.

Perkembangan Pendidikan Tinggi di Indonesia

……….

8

1.

Konsep Perguruan Tinggi

………

8

2.

Sejarah Perguruan Tinggi

………

10

3.

Dinamika Perguruan Tinggi di Indonesia ………...

12

B.

Peran Perguruan Tinggi Bagi Masyarakat

……….

16

C.

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Mahasiswa Baru

Perguruan Tinggi Swasta

……….

18

1.

Jumlah Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri ………

18

2.

Jumlah Program Studi Perguruan Tinggi Negeri……… 19

3.

Biaya Pendidikan Perguruan Tinggi Swasta ………..

21

4.

Jumlah Lulusan SMA / SMK

……….

23

D.

Penelitian Terdahulu ………..

25

E.

Kerangka Pemikiran

………..

27

F.

Hipotesis ……… 29

BAB III METODE PENELITIAN

……… 30

A.

Jenis Penelitian

………..

30

B.

Jenis Data dan Sumber Data ………..

30

C.

Waktu dan Tempat Penelitian ………

31

D.

Data Yang Diperlukan

………

31

E.

Variabel Penelitian

……….

32

(15)

xv

BAB IV GAMBARAN UMUM

…..……… 42

A.

Keadaan Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta…….. 42

B.

Sejarah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta………

43

C.

Gambaran Responden Penelitian………

46

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……….

54

A.

Analisis Data ... 54

B.

Pembahasan... 68

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……… 82

A.

Kesimpulan ……… ... 82

B.

Saran... 83

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel III.1

Uji Durbin Watson……… …………. 38

Tabel V.1

Pengujian Normalitas………. 54

Tabel V.2

Descriptive Statistic……… 55

Tabel V.3

Pengujian linieritas……….. 56

Tabel V.4

Pengujian Multikolinieritas……… 57

Tabel V.5

Pengujian Heteroskedastisitas……… 60

Tabel V.6

Pengujian Autokorelasi………

62

Tabel V.7

Hasil Koefisien Regresi Ganda………

64

Tabel V.8

Hasil Uji F Hitung………

67

Tabel V.9

Hasil Uji R

2

……….

68

Tabel V.10

Jumlah Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri DIY………

70

Tabel V.11

Jumlah Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri DIY dalam

Lima

Tahun

Terakhir……….

71

Tabel V.12

Jumlah Program Studi Perguruan Tinggi Negeri DIY………...

74

Tabel V.13

Biaya Pendidikan Perguruan Tinggi Swasta DIY………..

78

Tabel V.14

Jumlah Lulusan SMA/SMK DIY………

81

(17)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting untuk

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, cerdas, damai, terbuka,

demokratis, dan mampu bersaing serta dapat meningkatkan kesejahteraan

semua warga Indonesia. Oleh karena itu hendaknya program pendidikan

senantiasa selalu ditinjau dan diperbaiki.

Cita-cita untuk menghasilkan sumberdaya yang berkualitas, cerdas,

damai terbuka demokratis dan siap menerima berbagai tantangan tersebut

tentu saja diperlukan pendidikan tinggi, karena pada dasarnya pendidikan

tinggi merupakan kunci dalam mengembangkan pengetahuan dan kualitas

kemampuan untuk meraih peluang partisipasi yang akan muncul dalam

transformasi dunia dan pembangunan berkelanjutan dalam konteks global

yang kaya akan informasi (Pendidikan Tinggi, 1999).

Untuk memperoleh pendidikan tinggi, seseorang harus melewati

jenjang mulai dari Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya

pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam

tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. kemudian

(18)

tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan

menengah. Kemudian Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan

lanjutan pendidikan dasar (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan).

Untuk selanjutnya, para calon mahasiswa baru dapat memilih

melanjutkan ke perguruan tinggi negri (PTN) atau perguruan tinggi swasta

(PTS). Memang pada kenyataannya sebagian besar calon mahasiswa baru

biasanya lebih memilih untuk melanjutkan ke PTN. Besarnya minat ke PTN

menunjukkan tiga kemungkinan. Pertama, PTN menjadi pilihan karena

dianggap memiliki kualitas yang lebih baik daripada PTS. Kedua, biaya

kuliah di PTN lebih murah daripada kuliah di PTS. Ketiga, bagaimanapun,

kuliah di PTN memiliki gengsi yang tinggi karena hanya mereka yang

memiliki kualitas akademik yang bisa kuliah di PTN yang dibuktikan

dengan lulus SPMB. Tentu saja bagi mereka yang lulus masuk PTN

merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi mereka

(http://www.jawapos.co.id). Sedangkan bagi calon mahasiswa baru yang

tidak dapat masuk atau tidak diterima di PTN bukan berarti mereka tidak

dapat melanjutkan ke perguruan tinggi karena mereka masih dapat

melanjutkan ke PTS.

Namun sayangnya, nama PTS sampai saat ini seolah masih saja

mendapat nilai buruk dimata masyarakat karna dianggap PTS berkualitas

rendah. Hal tersebut membuat calon mahasiswa baru enggan untuk masuk

ke PTS, apalagi jika PTSnya bukan PTS yang faforit. Oleh karena itu wajar

(19)

PTS. Sehingga akibatnya jumlah mahasiswa baru yang masuk di PTS

semakin terus berkurang karena lebih banyak yang terserap di PTN. Sebagai

contoh misalnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi sosial ekonomi

DIY tidak bisa dilepaskan dari posisinya sebagai kota tujuan pendidikan.

Sebagai kota pendidikan DIY memiliki banyak perguruan tinggi yang sangat

berkualitas, baik ditingkat nasional maupun regional. Oleh karena itu DIY

selalu menjadi tujuan studi bagi para pelajar/mahasiswa di seluruh Indonesia

bahkan manca negara. Namun meskipun demikian, di DIY saat ini (2004),

banyak PTS yang kondisinya sangat memprihatinkan, bahkan telah

diperkirakan hampir separoh dari 102 PTS di DIY terancam bangkrut karena

kekurangan mahasiswa baru (www.sinarharapan.co.id). Terbukti yaitu pada

tahun 2002 jumlah mahasiswa baru PTS tercatat sebesar 44853, jumlah ini

menurun sekitar 1,2% dari jumlah mahasiswa baru pada tahun 2001.

sedangkan tahun 2008 jumlah mahasiswa baru turun mencapi 25%.

Menurunnya jumlah mahasiswa baru di PTS DIY tersebut disebabkan

karena umumnya calon mahasiswa baru lebih memilih ke PTN, selain itu

juga disebabkan adanya otonomi perguruan tinggi negeri yang dengan

otonomi tersebut hampir semua PTN menaikkan jumlah kuota penerimaan

mahasiswa barunya. Terbukti jumlah mahasiswa baru di PTN cenderung

meningkat seperti pada tahun 2002 jumah mahasiswa baru di PTN 12593,

jumlah ini meningkat 11,6% dari jumlah mahasiswa tahun 2001. sedangkan

(20)

menaikkan kuota ini, dapat merugikan PTS yang selama ini juga turut

berjuang mencerdaskan bangsa (Jawa Pos, 2 Mei 2008).

Aktivitas pendidikan di DIY, sebenarnya juga turut memajukan

sektor ekonomi masyarakat DIY. Besaran pengeluaran mahasiswa dapat

memberikan kontribusi positif bagi perekonomian DIY terutama dalam

bisnis makanan, minuman, pondokan, foto copy, transportasi, teknologi

komunikasi dan rekreasi. Menurut hasil survey pada tahun 2008, biaya

hidup mahasiswa DIY untuk seluruh strata pendidikan rata-rata sebesar Rp

1.278.350. Untuk pengeluaran makan dan minum (31%), pondokan (17%),

transportasi(10%), telepon/HP (7%), rekreasi (7%), perawatan diri (5%),

internet (4%), buku pelajaran (3%). Hal ini berarti pengeluaran mahasiswa

dapat membantu perekonomian masyarakat sekitar seperti bagi pembuka

warung makan, pemilik pondokan, dll. Dimisalkan jika jumlah mahasiswa di

DIY 300 ribu orang maka sumbangan mahasiswa terhadap pendapatan

daerah mencapai 4,6 triliun dalam waktu satu tahun (www.forum

bebas.com).

Melihat kenyataan yang ada, beberapa PTS di Yogyakarta saat in

banyak yang kondisinya memprihatinkan dan terancam bangkrut karena

kekurangan mahasiswa yang diakibatkan juga karena adanya otonomi

daerah, dimana saat ini masing-masing daerah dapat mendirikan perguruan

tinggi. Maka bagi yang didaerahnya sudah berdiri perguruan tinggi, mereka

tidak perlu lagi datang jauh-jauh ke Yogyakarta tetapi akan lebih memilih

(21)

berkuliah di DIY, secara tidak langsung sumbangan dalam sektor ekonomi

juga dapat berkurang.

Maka berdasarkan latar belakang ini penulis tertarik untuk

mengambil judul penelitian “FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI JUMLAH MAHASISWA BARU PERGURUAN TINGGI SWASTA DIY TAHUN 1997-2008 ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah

pokok pada penelitian sebagai berikut :

1. Apakah jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi negeri (PTN) DIY

tahun 1997-2008 mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan

tinggi swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008?

2. Apakah jumlah program studi perguruan tinggi negeri (PTN) DIY tahun

1997-2008 mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi

swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008?

3. Apakah biaya pendidikan perguruan tinggi swasta (PTS) DIY tahun

1997-2008 mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi

swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008 ?

4. Apakah jumlah lulusan SMA/SMK DIY tahun 1997-2008

mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta (PTS)

(22)

C. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan laporan ini penulis hanya mengambil beberapa faktor

saja. Adapun didalam penelitian ini penulis membatasi pada faktor-faktor

yang mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta (PTS)

tahun 1997-2008.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai

disini adalah

1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi

negeri (PTN) DIY terhadap jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi

swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008.

2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah program studi perguruan tinggi

negeri (PTN) DIY terhadap jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi

swasta (PTS) DIY tahun 1997-2008.

3. Untuk mengetahui pengaruh biaya pendidikan perguruan tinggi swasta

(PTS) DIY terhadap jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta

(PTS) DIY tahun 1997-2008.

4. Untuk mengetahui pengaruh jumlah lulusan SMA/SMK DIY terhadap

jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta (PTS) DIY tahun

(23)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah

Dapat memberikan pertimbangan kepada pemerintah untuk dapat

mengambil kebijakan yang tepat ketika akan melakukan kebijakan yang

menyangkut tentang perguruan tinggi swasta DIY dan perguruan tinggi

negeri DIY .

2. Bagi Peneliti

Dapat sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah

mahasiswa baru perguruan tinggi swasta DIY.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah referensi koleksi

perpustakaan Sanata Dharma Yogyakarta, yang berguna bagi para

Mahasiswa dan Mahasiswi Sanata Dharma sera Pihak-pihak yang

membutuhkan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya pengetahuan yang berhubungan dengan faktor-faktor yang

(24)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Pendidikan Tinggi di Indonesia

1. Konsep Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan tinggi yang dapat berbentuk akademi,

politeknik, sekolah tinggi, institute atau universitas

(http://www.pts.co.id/struktur.asp). Akademi adalah perguruan tinggi

yang menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam satu

cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, atau

kesenian tertentu. Politeknik adalah perguruan tinggi yang

menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam sejumlah

bidang pengetahuan khusus. Sekolah Tinggi adalah perguruan tinggi

yang menyelenggarakan program pendidikan akademik atau

profesional dalam lingkup satu disiplin ilmu tertentu. Institut adalah

perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan

akademik atau profesional dalam sekelompok disiplin ilmu

pengetahuan, teknologi, atau kesenian yang sejenis. Sedangkan

Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program

pendidikan yang bersifat keilmuan dan kejurusan dalam berbagai

bidang ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni. Disamping

(25)

fakultas dan fakultas dapat terdiri dari beberapa jurusan

(http://www.pts.co.id/struktur.asp).

Sesuai yang tertulis dalam Petunjuk Pelaksanaan Sistem

Pendidikan Nasional Tahun 2005/2006 dan Angka Kredit Jabatan

Fungsional Guru/Jabatan Dosen, dijelaskan bahwa struktur pendidikan

tinggi di Indonesia terdiri dari dua jalur pendidikan, yaitu (1)

Pendidikan akademik adalah pendidikan tinggi yang diarahkan

terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan dan pengembangannya,

dan lebih mengutamakan peningkatan mutu serta memperluas

wawasan ilmu pengetahuan. Pendidikan akademik diselenggarakan

oleh sekolah tinggi, institut, dan universitas; (2) Pendidikan

profesional adalah pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada

kesiapan penerapan keahlian tertentu, serta mengutamakan

peningkatan kemampuan/ketrampilan kerja atau menekankan pada

aplikasi ilmu dan teknologi. Pendidikan profesional ini

diselenggarakan oleh akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan

universitas. Selain itu dijelaskan juga bahwa tujuan dari pendidikan

tinggi adalah (1) menyiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau

professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau

menciptakan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan atau kesenian; (2)

Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan tekhnologi

(26)

meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya

kebudayaan nasional.

2. Sejarah Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi tertua di Indonesia adalah sekolah

kedokteran. Sekolah ini berawal dari latihan juru cacar pada tahun

1811. sekolah ini di susul oleh sekolah ahli kesehatan pada tahun 1851.

Lulusannya setelah dua tahun belajar, disebut Dokter Jawa. Pada tahun

1875 gelar itu diubah menjadi Ahli Kesehatan Bumi Putera (Inlandsch

Ganeeskundige). Pada tahun 1902 sekolah itu direorganisasi dan masa

belajarnya ditambah. Gelarnya diubah menjadi Dokter Bumi Putera

(Inlandsh Arts) dan diberi nama School toot opleiding van indisch

Artsen (STOVIA). Pada tahun 1913 nama sekolah tersebut diubah lagi

menjadi Nederlandsch-indische Arteenschool (NIAS) dan gelarnya

disebut Indisch Arts. Masa belajarnya 7 tahun di atas MULO. Pada

tahun 1927 NIAS yang berkedudukan di Jakarta (Batavia) dijadikan

Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hogeschool, STK)

(Ndraha ; 1988).

Sementara itu pada tahun 1910 didirikan perkumpulan

Universitas di Indonesia (Indisch Universiteits Vereeniging) yang

bertujuan mendirikan perguruan tinggi di Indonesia. Maka disamping

STK, didirikan Sekolah Tinggi Tekhnik (STT) di Bandung atas

(27)

Nederlandsch Indie dengan lama pendidikan lima tahun. Sekolah

Hukum (Rechtschool) yang didirikan pada tahun 1909 di Jakarta pada

tahun 1924 ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Hukum (Recht

Hogeschool) lima tahunan (Ndraha ; 1988).

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, pemerintah dan

masyarakat mulai memusatkan perhatian pada pembangunan bangsa,

antara lain dibidang pendidikan tinggi. Demikian di Yogyakarta

didirikan beberapa perguruan tinggi, antara lain Akademi Ilmu Politik

(AIP) untuk mendidik tenaga-tenaga dibidang pemerintahan dalam

negeri, luar negeri, dan penerangan. Kemudian, berdasarkan PP 1949

Nomor 23 tentang Peraturan Sementara Tentang Penggabungan

Perguruan tinggi menjadi Universitas, semua perguruan tinggi negeri

di Yogyakarta untuk sementara dengan tidak mengubah keadaan dan

susunannya masing-masing digabungkan menjadi satu universitas

dengan nama Universitas Gadjah Mada (UGM). Setelah itu diberbagai

kota besar didirikan perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia

terdiri atas tiga kategori, yaitu Perguruan Tinggi Negeri (PTN),

Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK), dan perguruan Tinggi Swasta

(28)

3. Dinamika Perguruan Tinggi di Indonesia

Pada saat ini sektor pendidikan tingi di Indonesia

mengakomodasi sekitar 3,5 juta mahasiswa dan meluluskan sekitar

600 ribu lulusan dari berbagai jenjang pertahun, sebagian besar

(>90%) diantaranya adalah pada program pendidikan akademik

jenjang sarjana dan jenjang pendidikan vokasi (diploma). Beberapa

dari lulusan ini telah mampu merebut pasar kerja baik dalam

maupun luar negeri. Di samping itu, juga terdapat lulusan-lulusan

yang mampu melakukan studi lanjut pada berbagai perguruan

tinggi ternama di luar negeri. Namun demikian, secara umum

kualitas lulusan pada sektor ini belum memadai. Hal ini dapat

dilihat misalnya dari data Badan Pusat Statistik yang menunjukkan

bahwa angka pengangguran terbuka untuk lulusan perguruan tinggi

(diploma dan sarjana) pada tahun 2001 mencapai 541 ribu orang.

Sementara itu terjadi keadaan dimana pihak pencari tenaga kerja

mengeluhkan sulitnya mencari tenaga kerja dengan kualifikasi dan

kompetensi yang mereka inginkan. Hal ini menunjukkan bahwa

meskipun secara jumlah terjadi produksi lulusan yang berlebih

namun dari segi kualitas masih terjadi kekurangan. Rendahnya

tingkat keterserapan lulusan perguruan tinggi dalam pasar kerja

juga diakibatkan oleh rendahnya relevansi antara bidang keilmuan

dan keterampilan yang dimiliki oleh lulusan tersebut dengan

(29)

Selain itu, peringkat perguruan tinggi Indonesia umumnya

menduduki peringkat jauh di bawah perguruan tinggi lain di Asia.

Hal ini dibuktikan dengan hasil survey Asiaweek tahun 2000 yang

menempatkan perguruan tinggi Indonesia pada posisi bawah. Dua

universitas besar yaitu Universitas Indonesia dan Universitas

Gadjah Mada berturut-turut menempati posisi 63 dan 68 dari 77

perguruan tinggi di Asia.

Untuk memperbaiki keadaan di atas, diperlukan adanya

strategi nasional untuk mengembangkan institusi pendidikan tinggi

yang dapat dipercaya melalui restrukturisasi sistem secara nasional.

Sistem tersebut haruslah akuntabel terhadap publik, ditunjukkan

dengan efisiensi yang tinggi, mutu dan relevansi keluaran, dan

manajemen internal yang transparan serta memenuhi standar mutu

yang berlaku. Sebagai kekuatan moral, perguruan tinggi harus

mampu berkontribusi secara langsung untuk menyelesikan

berbagai persoalan yang ada dimasyarakat. Untuk mengantisipasi

berbagai tantangan tersebut, maka pendidikan tinggi menerapkan

strategi baru yang dikenal dengan paradigma baru. Implementasi

dari konsep tersebut mengandalkan pendanaan berdasarkan kinerja

dan meningkatkan partisipasi pengguna dalam melakukan

perencanaan secara transparan, demokratis, serta memiliki

(30)

bukanlah tujuan karena tujuan sebenarnya adalah peningkatan

kualitas keluaran dan manfaat pendidikan tinggi bagi masyarakat.

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, pada awal tahun

2003 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen

Pendidikan Nasional telah menerbitkan dokumen Higher

Education Long Term Strategy (HELTS) 2003-2010 yang akan

mengembangkan 3 strategi utama, yaitu peningkatan daya saing

bangsa (nation’s competitiveness), otonomi dan desentralisasi

(autonomy), dan kesehatan organisasi (organizational health).

a) Daya saing bangsa

Di tengah anggapan bahwa pendidikan tinggi belum

mampu menyumbangkan lulusan yang dapat mengisi tenaga kerja

berkualitas baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat

internasional, perguruan tinggi dituntut untuk dapat meningkatkan

efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Untuk

meningkatkan daya saing lulusan, haruslah dimulai dengan

peningkatan daya saing perguruan tinggi itu sendiri. Pada tingkat

nasional, upaya peningkatan daya saing institusi pendidikan tinggi

telah dilakukan Ditjen Dikti sejak awal tahun 1990-an melalui

kebijakan yang tertuang di dalam Kerangka Pengembangan

Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (KPPTJP) 1996-2005 yang

(31)

institusi pendidikan tinggi diharapkan mampu meningkatkan

kualitasnya melalui berbagai program pembangunan.

b) Otonomi dan desentralisasi

Pembenahan kapasitas institusi juga dilakukan dengan

pendelegasian kewenangan yang lebih besar kepada perguruan

tinggi. Ditjen Dikti telah bergeser perannya dari regulator menjadi

fasilitator. Melalui PP 61 tahun 1999, kewenangan perguruan

tinggi makin diperluas melalui otonomi perguruan tinggi.

Perguruan tinggi yang otonom diharapkan akan memilih dan

menetapkan fokus masing-masing yang dilandasi oleh potensi,

kekhasan dan nilai-nilai akademik universal serta tujuan

pendidikan nasional.

c) Kesehatan Organisasi

Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka

institusi pendidikan tinggi juga harus sehat. Kesehatan institusi

pendidikan tinggi diartikan sebagai suatu keadaan dimana

organisasi ini akan secara sistematis dan terprogram dikembangkan

baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat perguruan tinggi.

Pada tingkat pusat akan dilakukan pembenahan kelembagaan yang

mengarah pada efisiensi dan efektivitas program-program

pengembangan sektor pendidikan tinggi sesuai dengan kebutuhan

masyarakat. Sementara itu, perguruan tinggi juga diharapkan

(32)

senantiasa berupaya menghasilkan lulusan yang berkualitas

(Depdiknas RI ; 2004).

B. Peran Perguruan Tinggi Bagi Masyarakat

Perguruan tinggi merupakan lembaga yang sangat strategis dalam

mendorong percepatan pembangunan masyarakat. Dengan sejumlah

keunggulan yang dimilikinya seperti sumber daya manusia, perangkat

kelembagaan yang mapan, serta kemampuan membuat riset dan kajian,

maka perguruan tinggi seyogyanya berperan sebagai agen pembangunan.

Selain itu, perguruan tinggi juga merupakan pusat pengembangan

ilmu pengetahuan dan tekhnologi, serta pusat kegiatan penelitian sesuai

dengan kebutuhan pembangunan masa sekarang dan masa datang.

Perguruan tinggi mendidik mahasiswa agar mampu menguasai ilmu

pengetahuan dan tekhnologi, berjiwa penuh pengabdian serta memiliki

rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan Negara

Indonesia dalam rangka pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi.

Pelaksanaan Tridharma Perguruan tinggi yang meliputi: Dharma

pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Dengan dharma pendidikan, perguruan tinggi diharapkan

melakukan peran pencerdasan masyarakat dan transmisi budaya. Dengan

dharma penelitian, perguruan tinggi diharapkan melakukan

temuan-temuan baru ilmu pengetahuan dan inovasi kebudayaan. Dengan dharma

(33)

pelayanan masyarakat untuk ikut mempercepat proses peningkatan

kesejahteraan dan kemajuan masyarakat (www.pmiinglah.word.com).

Peran makro yang dapat dimainkan oleh perguruan tinggi terutama

dalam aspek dharma pengabdian masyarakat yaitu perguruan tinggi

memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi

perubahan-perubahan suatu masyarakat. Peran dan fungsi perguruan tinggi dapat

diwujudkan dalam bentuk membangun gerakan pembelajaran

masyarakat untuk mendorong segera terciptanya transformasi sosial.

Oleh karena itu perguruan tinggi harus mampu melakukan upaya-upaya

yang bermanfaat dalam bentuk yang lebih operasional seperti (1)

mengembangkan model pembangunan yang benar-benar berbasis pada

keilmuan dan sumberdaya lokal; (2) mengembangkan pusat-pusat

pengembangan masyarakat dengan, memanfaatkan sumberdaya lokal

yang ada; (3) membangun basis-basis pengembangan keilmuan yang

benar-benar relevan bagi kebutuhan masyarakat dalam rangka merespon

perubahan global yang sangat dinamis; (4) menyebar luaskan berbagai

informasi yang masih menjadi masalah yang dihadapi dalam kehidupan

berbangsa, dan bernegara melalui berbagai cara agar

(34)

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Swasta (PTS) DIY.

1. Jumlah Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri DIY.

Setiap tahun di Indonesia, lebih dari satu juta lulusan

pendidikan menengah yang ingin melanjutkan ke pendidikan

tinggi. Orang tua atau calonmahasiswa pasti akan selalu berupaya

untuk memilih jenis pendidikan tinggi atau perguruan tinggi

tertentu yang dapat memberikan jaminan masa depan. Dengan ilmu

yang didapat di perguruan tinggi, mereka berharap akan

mendapatkan kesempatan kerja yang lebih luas dan lebih

kompetitif. Pilihan bagi para calon mahasiswa baru tersebut

biasanya adalah perguruan tinggi negeri (PTN), karena menurut

pandangan masyarakat, PTN selalu lebih baik dari perguruan

tinggi swasta (PTS). Anggapan bahwa PTN selalu lebih baik dari

PTS tersebut muncul karena PTN umumnya memiliki sumber

daya yang lebih baik, mislnya jumlah dosen yang gelarnya doktor

lebih banyak. Sebenarnya anggapan bahwa PTN selalu lebih baik

dari PTS tersebut hanya sebuah mitos belaka, karena PTN tidak

selalu lebih baik dari PTS. Buktinya, ada PTS yang memiliki

kualitas tidak kalah dengan PTN (Depdiknas RI ; 2004).

Sebuah anggapan memang sulit untuk dibantah. Buktinya,

sampai pada saat ini PTN sering kali menjadi pilihan pertama dan

(35)

maka sangat wajar apabila jumlah mahasiswa baru di PTN selalu

lebih stabil atau cenderung meningkat dibandingkan dengan PTS

(www.sinarharapan.co.id). Sebagai contoh misalnya jumlah

mahasiswa baru di PTN DIY, pada tahun 2002 jumah mahasiswa

baru di PTN 12593, jumlah ini meningkat 11,6% dari jumlah

mahasiswa tahun 2001. sedangkan sampai pada tahun 2008

jumlahnya naik mencapai 31%. Sedangkan jumlah mahasiswa baru

di PTS DIY cenderung mengalami penurunan yaitu tahun 2001

berjumlah 45427, tahun 2002 menurun 1,2% menjadi 44853 dan

pada akhirnya tahun 2008 menurun hingga 25%. Sementra di PTN

jumlah mahasiswa baru yang diterima cenderung meningkat yaitu

tahun 2002 sebesar 12593, jumlah ini meningkat 11,6% dari

jumlah mahasiswa baru tahun 2001. .

Dari contoh di atas dapat diartikan bahwa jumlah

mahasiswa baru di PTN dapat mempengaruhi jumlah mahasiswa

baru di PTS. Ketika jumlah mahasiswa baru di PTN meningkat,

maka pengaruhnya terhadap PTS jumlah mahasiswa barunya

semakin menurun.

2. Jumlah Program Studi Perguruan Tinggi Negeri

Selepas pengumuman kelulusan ujian nasional dan ujian

sekolah, sebagian siswa lulusan SMA/SMK bersiap-siap

melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Yang belum lulus

(36)

Mendiknas telah menginstruksikan kepada Dirjen Dikti dan Dirjen

Disdakmen untuk mengeluarkan surat kepada sekolah dan

perguruan tinggi (PT) agar dapat menerapkan penerimaan

bersyarat. Melalui cara itu, siswa yang tidak lulus dalam ujian

nasional (UN) tetap bisa kuliah dan diberi kesempatan megikuti

UN susulan paling lambat 1 tahun (Suara Merdeka, 2 Juli 2005).

Seperti adat kebiasaan yang ada bahwa calon mahasiswa

baru lebih memilih untuk melanjutkan ke perguruan tinggi negeri

(PTN) dengan berbagai alasan seperti PTN lebih berkualitas dan

biaya pendidikan di PTN lebih murah. Untuk program studi

mereka cenderung tidak memikirkan yang terpenting bagi mereka

adalah diterima di PTN. Mereka juga tidak peduli dengan kriteria

akreditasi yang diperoleh program studi yang dipilihnya. Padahal

sebenarnya untuk meningkatkan mutu dan efisiensi perguruan

tinggi baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun

masyarakat akreditasi program studi pada perguruan tinggi

merupakan suatu hal yang sangat penting. Tidak bisa disalahkan

anggapan mereka yang demikian. Memang itulah kenyataan yang

ada pada sebagian siswa beserta para orang tua saat ini. Meski ada

yang sejak awal telah mempunyai pilihan program studi dan yang

dipilihnya mungkin bukan PTN melainkan PTS favorit, namun

kenyataan masih menunjukkan sebagian besar lainnya memilih

(37)

segera pindah ketika mereka dinyatakan diterima di PTN

(www.suaramerdeka.com).

Dengan demikian jumlah program studi yang ada di PTN

akan berpengaruh terhadap jumlah mahasiswa baru di PTS

semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena sebagian besar calon

mahasiswa baru memilih program studi yang ada di PTN. Apalagi

jika di PTN menambah atau membuka program studi baru, maka

hal ini akan membuka peluang untuk menyerap mahasiswa baru

PTN lebih banyak, maka hal ini akan berpengaruh terhadap jumlah

mahasiswa baru di PTS semakin berkurang.

3. Biaya Pendidikan Perguruan Tinggi Swasta

Sebagaimana telah dicantumkan dalam Undang-Undang No

20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembiayaan

sektor pendidikan termasuk pendidikan tinggi merupakan tanggung

jawab bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat.

Selanjutnya dalam rangka menegakkan transparansi dan

akuntabilitas, pendidikan tinggi akan menerapkan sistem

pembiayaan yang rasional dengan satuan biaya yang jelas serta

kejelasan peran dan tanggung jawab masing-masing pihak yang

berkepentingan.

Pada perguruan tinggi negeri (PTN), sebagian besar sumber

pendanaannya masih berasal dari pemerintah, baik berupa

(38)

seperti gaji pegawai dan biaya operasional. Secara rata-rata peserta

didik hanya menanggung kurang dari 30% dari dana yang

dialokasikan oleh pemerintah. Namun meskipun demikian, PTN

masih menarik uang sumbangan penyelenggaraan pendidikan

(SPP) dari mahasiswa. Berbeda pada perguruan tinggi swasta

(PTS) sebagian besar lebih dari (90 %) pendanaannya berasal dari

SPP atau sumbangan lainnya yang dibayar oleh mahasiswa (

Depdiknas ; 2004). Hal tersebut membuat masyarakat mempunyai

anggapan bahwa biaya pendidikan di PTN lebih murah daripada di

PTS. Itulah yang selalu mendorong calon mahasiswa baru lebih

memilih PTN daripada PTS. Dengan alasan biaya pendidikan di

PTN lebih murah, padahal sebenarnya anggapan tersebut belum

tentu benar. Akibat anggapan tersebut, dimana masyarakat menilai

bahwa biaya pendidikan di PTS sangat mahal membuat calon

mahasiswa baru lebih memilih masuk di PTN. Akibatnya, calon

mahasiswa lebih memilih melanjutkan ke PTN dengan biaya yang

lebih murah daripada melanjutkan ke PTS dengan biaya mahal.

Namun meskipun demikian, karena pendidikan merupakan

kebutuhan pokok yang sangat penting dan bermanfaat untuk masa

depan yang semua orang juga membutuhkan, maka dari itu

kebanyakan calon mahasiswa yang melanjutkan ke PTS besarnya

biaya tidak menjadi pikiran yang utama karena yang terpenting

(39)

juga diimbangi dengan kelengkapan yang mendukung sarana dan

prasarana yang mendukung proses belajar mengajar mahasiswa.

Sehingga hal ini membawa pengaruh positif terhadap jumlah

mahasiswa baru yang masuk ke PTS.

4. Jumlah Lulusan SMA/SMK

Tujuan lembaga Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

yaitu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi. Pengertian dari melanjutkan ke

Pendidikan tinggi yaitu sebagai suatu kegiatan inti untuk

meningkatkan belajarnya melalui lembaga formal yang lebih tinggi

dari pendidikan yang telah diselesaikan guna mencapai suatu taraf

tertentu yang dikehendakinya. (Joshep 1984 : 4).

Keberhasilan dari tujuan di atas dapat dilihat bahwa selepas

pengumuman kelulusan ujian nasional dan ujian sekolah, sebagian

siswa lulusan SMA/SMK banyak yang bersiap-siap melanjutkan

studi ke jenjang yang lebih tinggi. Bagi siswa yang belum lulus

sebagian mungkin juga ikut mempersiapkan diri, mengingat

Mendiknas telah menginstruksikan kepada Dirjen Dikti dan Dirjen

Disdakmen untuk mengeluarkan surat kepada sekolah dan

perguruan tinggi (PT) agar dapat menerapkan penerimaan

bersyarat. Melalui cara itu, siswa yang tidak lulus dalam ujian

nasional (UN) tetap bisa kuliah dan diberi kesempatan megikuti

(40)

Ada berbagai hal yang menjadi pertimbangan bagi calon

mahasiswa baru sebelum melanjutkan ke perguruan tinggi, seperti

jenis perguruan tinggi yang akan dipilih, jenis program studi, biaya

kuliah dan lain-lain. Namun seperti biasanya, bahwa pilihan utama

bagi calon mahasiswa baru adalah memilih ke Perguruan tinggi

negeri (PTN) dengan berbagai alasan seperti lebih berkualitas dan

biaya pendidikannya murah.

Pada saat ini jumlah perguruan tinggi Swasta di Indonesia

semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2004

jumlah PTS sekitar 2.100 – 2.200, dan pada tahun 2007 meningkat

menjadi 2.761 dengan jumlah mahasiswa sekitar 2,7 juta. Jadi

hampir setiap tahun terjadi penambahan 500 PTS baru

(www.republika.co.id).Namun demikian jumlah mahasiswa di PTS

semakin mengalami penurunan. Sebagai contoh di DIY pada tahun

2004 diperkirakan separoh dari 102 PTS terancam bangkrut. Hal

ini disebabkan karenakan semakin menurunnya lulusan SLTA

yang melanjutkan ke perguruan tinggi. (www.republika.com).

Jadi, jumlah lulusan SMA/SMK dapat membawa pengaruh

terhadap jumlah mahasiswa baru PTS, Sesuai dengan pilihan calon

mahasiswa baru, yang menjadi utama adalah PTN, maka dengan

demikian jumlah mahasiswa baru di PTS semakin berkurang.

(41)

D. Penelitian Terdahulu

Judul penelitian “ ANALISIS TREND PERKEMBANGAN

SEKOLAH MENENGAH SWASTA DI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA TAHUN 1996-2003 ”. Disusun oleh Agnes

Irniyustina, Universitas sanata dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan

jumlah Sekolah Menengah Pertama Swasta di DIY tahun

1996-2003, untuk menganalisis perkembangan jumlah murid Sekolah

Menengah Pertama Swasta di DIY tahun 1996-2003, untuk

menganalisis perkembangan jumlah Sekolah Menengah Atas

Swasta di DIY tahun 1996-2003, untuk menganalisis

perkembangan jumlah murid Sekolah Menengah Atas di DIY

tahun 1996-2003.

Variabel penelitian dalam skripsi ini adalah perkembangan

Sekolah Menengah Swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan

analisis deret berkala yaitu dengan menggunakan metode setengah

rata-rata untuk menghitung nilai trend dari awal tahun 1996-2003.

(42)

Dari hasil penelitian terdahulu dapat dibuat suatu

kesimpulan:

1) Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai trend

perkembangan jumlah Sekolah Menengah Pertama Swasta

Di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1996-2003 bahwa

setiap tahunnya mengalami penurunan sebesar 7,563

sekolah.

2) Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai trend

perkembangan jumlah muid Sekolah Menengah Pertama

Swasta Di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1996-2003

bahwa setiap tahunnya mengalami penurunan sebesar

5.386,25 murid.

3) Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai trend

perkembangan jumlah Sekolah Menengah Atas Swasta Di

Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1996-2003 bahwa

setiap tahunnya mengalami penurunan sebsar 4,125

sekolah.

4) Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai trend

perkembangan jumlah murid Sekolah Menengah Atas

Swasta Di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1996-2003

bahwa setiap tahunnya mengalami penurunan sebesar

(43)

E. KERANGKA PEMIKIRAN

Dalam melakukan penelitian ini dan untuk menjwab

berbagai masalah dari penelitian ini, pola pikir sangat penting. Pola

pikir dapat mempermudah cara-cara yang akan ditempuh dalam

penelitian. Pola pikir juga dapat disebut dengan kerangka

pemikiran. Kerangka pemikiran penelitian ini untuk menjawab

rumusan masalah sebagai berikut : faktor-faktor yang

mempengaruhi jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta

(PTS) DIY. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi negeri (PTN), jumlah

program studi yang ada di PTN, biaya kuliah perguruan tinggi

swasta, dan jumlah lulusan SMA/SMK. Secara umum, calon

mahasiswa baru lebih banyak memilih melanjutkan ke PTN

daripada ke PTS. Berbagai alasan yang membuat mereka memilih

PTN antara lain seperti lebih berkualitas, biaya pendidikan murah

dan mudah mencari pekerjaan setelah lulus. Itulah berbagai

anggapan calon mahasiswa baru terhadap PTN yang belum tentu

selalu benar adanya. Hal ini membuat para orang tua dan calon

mahasiswa baru memilih PTN. Karna sebagian besar calon

mahasiswa baru lebih mengutamakan pilihannya untuk masuk ke

PTN yang juga didukung dengan berbagai program mudah untuk

memasukkinya, akibatnya kini PTS mengalami kekurangan

(44)

juga mengalami peningkatan, sehingga lebih banyak peluang untuk

calon mahasiswa baru untuk masuk ke PTN. Akibatnya calon

mahasiswa yang masuk ke PTS menurun karna lebih banyak

terserap di PTN. Biaya kuliah di PTS banyak dinilai masyarakat

adalah sangat mahal. Tetapi dengan mahalnya biaya kuliah di PTS

yang juga dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, membuat

masyarakat berfikir bahwa hal itu adalah wajar. Sehingga hal

tersebut tidak menjadi suatu masalah karna mereka menganggap

bahwa pendidikan adalah investasi masa depan. Jadi berapapun

biaya kuliah di PTS tidak menghalangi para orang tua untuk

memasukkan anaknya ke PTS. Sedangkan lulusan SMA/SMK akan

mempengaruhi jumlah calon mahasiswa baru karna calon

mahasiswa baru berasal dan bergantung dari para lulusan

SMA/SMK. Dari uraian di atas maka peneliti dapat menyimpulkan

(45)

F. HIPOTESIS

1. Jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi negeri berpengaruh

negatif terhadap jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi

swasta DIY tahun 1997-2008.

2. Jumlah program studi perguruan tinggi negeri berpengaruh

negatif terhadap jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi

swasta DIY tahun 1997-2008.

3. Biaya pendidikan perguruan tinggi swasta berpengaruh

positif terhadap jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi

swasta DIY tahun 1997-2008.

4. Jumlah lulusan SMA/SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta

(DIY) berpengaruh positif terhadap jumlah mahasiswa baru

perguruan tinggi swasta DIY tahun 1997-2008.

Jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi negeri

Jumlah program studi perguruan tinggi negeri Biaya pendidikan perguruan

tinggi swasta Jumlah lulusan SMA/SMK di

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

(46)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ex post facto,

yaitu penelitian yang menunjukkan bahwa penelitian tersebut dilakukan

sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas tersebut terjadi

karena perkembangan kejadian itu secara alami (Furchan, 1982:382).

Jenis penelitian ini dianggap sangat mendukung untuk memecahkan dan

menggambarkan persoalan yang telah disampaikan terlebih dahulu.

B. Jenis Data Dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data

kuantitatif adalah serangkaian pengukuran/observasi yang

dinyatakan dalam angka, merupakan data kasar karena langsung

diperoleh dari hasil pengukuran dan masih berwujud catatan yang

belum mengalami pengolahan yaitu data yang berbentuk

angka-angka.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder

yaitu data yang telah diolah menjadi suatu informasi. Dalam

(47)

dari Departemen pendidikan nasional, kopertis, Badan Pusat

Statistik atau langsung dari beberapa perguruan tingi.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juli 2009.

2. Tempat Penelitian

Peneliti mengambil lokasi penelitian di Daerah Istimewa

Yogyakarta.

D. Data Yang Diperlukan

Dalam menyelesaikan penelitian ini data yang dibituhkan adalah

sebagai berikut :

1. Data jumlah mahasiswa baru Perguruan Tinggi Negeri (PTN) DIY

Tahun 1997-2008.

2. Data jumlah mahasiswa baru Perguruan Tinggi Swasta (PTS) DIY

Tahun 1997-2008.

3. Data jumlah Program Studi PTN DIY Tahun 1997-2008.

4. Data biaya pendidikan PTS DIY Tahun 1997-2008.

Dalam hal ini penulis memberikan batasan biaya pendidikan adalah

biaya langsung. Biaya langsung yang dimaksud adalah biaya

kuliah yang meliputi DPP (Dana Pengembangan Pendidikan), UKT

(48)

kuliah yang akan diambil adalah untuk jurusan Manajemen,

alasannya karena kebanyakan Universitas di Yogyakarta memiliki

jurusan Manajemen. Untuk menghitung biaya pendidikan tersebut

peneliti akan mengambil secara sampel dari beberapa perguruan

tinggi yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Perguruan Tinggi

tersebut adalah Perguruan tinggi swasta (PTS) terbesar di DIY

yang diantaranya yaitu Universitas Sanata Dharma (USD),

Universitas Atma Jaya (UAJ), Universitas Kristen Duta Wacana

(UKDW), Universitas Pembangunan Nasional (UPN), Universitas

Islam Indonesia (UII) dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(UMY) (www.kemitraan.or.id). Kriteria penentuan perguruan

tinggi swasta terbesar yaitu dilihat dari jumlah mahasiswa baru

yang diterima setiap tahun ajaran baru yaitu mencapai 1000

mahasiswa. Disini penulis akan menghitung biaya kuliah rata-rata

selama empat tahun pada jurusan Manajemen dari masing-masing

PTS terbesar seperti yang telah disebutkan di atas.

5. Data jumlah lulusan SMA/SMK DIY Tahun 1997-2008.

Pengambilan data dilakukan berdasarkan pertimbangan

perorangan atau peneliti. Penulis mengambil data tahun 1997-2008

mengenai jumlah mahasiswa baru perguruan tingi negeri, jumlah

mahasiswa baru perguruan tinggi swasta, biaya pendidikan

perguruan tinggi swasta dan jumlah lulusan SMA/SMK dengan

(49)

tahun tersebut seperti misalnya tahun 1997-1998 adalah masa krisis

moneter, tahun 1999 mulai diterapkannya otonomi pada Perguruan

tinggi negeri yang hingga sampai pada saat ini masih berlaku.

Selain itu penulis juga mempertimbangan atas ketersediaan data

yang bersifat sekunder.

E. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, antara lain yaitu :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang diduga secara bebas

berpengaruh terhadap variabel terikat, yaitu: jumlah mahasiswa

baru PTN DIY (X1), jumlah program studi PTN (X2), biaya kuliah

PTS DIY (X3), dan jumlah lulusan SMA/SMK DIY (X4).

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel independen. Variabel terikat dari penelitian ini adalah

jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta DIY (Y).

F. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab rumusan masalah pertama, kedua, ketiga dan

keempat mempergunakan teknis analisis data Persamaan Regresi

Berganda. Koefisien persamaan regresi dihitung dengan menggunakan

program SPSS versi 11.00. Pengujian ini dilakukan untuk mengestimasi

besarnya hubungan variabel independen ( jumlah mahasiswa baru PTN

(50)

jumlah lulusan SMA/SMK DIY) terhadap variabel dependen (jumlah

mahasiswa baru PTS DIY). Bentuk model yang digunakan (Sugiyono,

2005) :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

Keterangan :

Y = Jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi swasta

α = Konstanta

β1-4 = Koefisien regresi

e = Kesalahan pengganggu

X1 = Jumlah mahasiswa baru perguruan tinggi negeri (PTN)

X2 = Biaya pendidikan/kuliah perguruan tinggi swasta (PTS)

X3 = Jumlah program studi perguruan tinggi negeri (PTN)

X4 = Jumlah lulusan SMA/SMK

1. Pengujian Prasyarat Regresi

a. Pengujian Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data

dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Normalitas

data dapat dilihat dengan menggunakan cara nilai skewness, nilai

ini digunakan untuk mengetahui bagaimana distribusi normal data

dalam variabel dengan menilai kemiringan kurva. Nilai normalitas

baik apabila mendekati angka nol, uji normalitas

(51)

Keterangan :

D : Deviasi atau penyimpangan

Sn1 : Distribusi komulatif

Sn2 : Distribusi komulatif dokumentasi

X : Jumlah Variabel

Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan

hipotesis sebagai berikut:

Ho: ρ data normal

Ha: ρ data tidak normal

Kriteria yang digunakan dalam mengetahui normal atau

tidaknya data tersebut sebagai berikut: apabila perhitungan

Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari probabilitas (ρ: 0,05), maka

Ho diterima. Apabila Kolmogorov-Smirnov lebih kecil dari

probabilitas (ρ : 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima.

b. Pengujian Linearitas

Asumsi linieritas dapat terpenuhi jika nilai residual dan nilai

prediksi tidak menggambarkan satu pola hubungan tertentu atau

dengan kata lain jika menggambarkan suatu hubungan yang acak

maka asumsi linieritas terpenuhi (Sudjana: 1996). Adapun

rumusnya yaitu:

2 1

(52)

Keterangan :

F : Harga bilangan F untuk garis regresi

KR1 : Harga kuadrat rata-rata garis regresi

KR2 : Harga kuadrat residu

Kriteria penerimaan data ini linier atau tidak adalah, apabila

Thitung lebih kecil dari level of signifikan (α) 0,05 maka hubungan

data linier. Sedangkan bila Thitung lebih besar dari level of

signifikan (α) 0,05 maka hubungan tidak linier.

2. Uji Asumsi Klasik

Untuk mendapatkan model regresi yang dapat digunakan untuk

melakukan estimasi, maka dilakukan pengujian mengenai ada

tidaknya penyimpangan terhadap asumsi klasik, yaitu :

a. Uji Multikolinieritas.

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara variabel independen (Jumlah mahasiswa baru

PTN, jumlah program studi PTN, dan biaya pendidikan PTN DIY)

terhadap jumlah mahasiswa baru PTS DIY. Model regresi yang

baik tidak terjadi multikolinieritas.

x2 = n k InD

⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ = ) 5 2 ( 6 1 1 Keterangan:

n = jumlah pengamatan

k = banyak variable bebas

(53)

X2 = perhitungan monokolinieritas ln = nilai linearitas

Kriteria penerimaan dalam analisis uji multikolinieritas

adalah sbagai berikut :

1. Jika VIF > 5; maka terjadi multikolinieritas

2. Jika VIF < 5; maka tidak terjadi multikolinieritas

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas berarti nilai varians berbeda dari satu

observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik tidak terjadi

heteroskedastisitas ( Firdaus ; 2004).

) 1 ( 6 1 2 1 1 − =

= n n d r n Keterangan:

r 1 = uji heteroskedastisitas

t dan t-1 = observasi terakhir dan sebelumnya

n = variabel

d 2 = nilai determinan

Kriteria penerimaan dalam analisis uji heteroskedastisitas,

adalah sebagai berikut :

1. Jika probabilitas (P) < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas

(54)

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam

sebuah regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Jika terjadi korelasi

maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi linier yang

baik tidak terjadi autokorelasi (Firdaus ; 2004)

( ) β

= = − − = n t n t t e t e DW 2 2 1 2 2 1 1 Keterangan

e1 = gangguan estimasi

t dan t-1 = observasi terakhir dan sebelumnya

t dan t-2 = nilai observasi

DW = Durbin Watson

Ada tidaknya autokorelasi dalam uji ini dengan dinilai dari kriteria

menurut Durbin Watson, yaitu:

Durbin Watson Kesimpulan

<1,10 Ada Autokorelasi 1,10-1.54 Tanpa kesimpulan 1.55-2.46 Tidak ada autokrelasi

(55)

3. Pengujian Hipotesis

Hipotesis adalah suatu anggapan atau pendapat yang

diterima secara tentatif untuk menjelaskan suatu fakta atau yang

dipakai sebagai dasar bagi suatu penelitian. Hipotesis yang

dirumuskan adalah hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternative (Ha).

Hipotesis yang dirumuskan ini disebut hipotesis nol, karena

hipotesis ini mempunyai perbedaan nol atau tidak mempunyai

perbedaan dengan hipotesi yang sebenarnya.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji

T- test. Uji T-test bertujuan untuk menguji signifikasnsi pengaruh

variabel independent (jumlah mahasiswa baru PTN DIY, jumlah

program studi PTN, biaya kuliah PTS DIY , dan jumlah lulusan

SMA/SMK DIY) Terhadap variabel dependent (jumlah mahasiswa

baru PTS). Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut :

a. Menentukan Formulasi Hipotesis Ho dan Ha

1. Jumlah Mahasiswa Baru PTN

Ho = jumlah mahasiswa baru PTN DIY tidak berpengaruh

terhadap jumlah mahasiswa baru PTS DIY.

Ha = jumlah mahasiswa baru PTN DIY berpengaruh

(56)

2. Jumlah Program Studi PTN

Ho = Jumlah program studi PTN DIY tidak berpengaruh

terhadap jumlah mahasiswa baru PTS DIY.

Ha = Jumlah program studi PTN DIY berpengaruh

terhadap jumlah mahasiswa baru PTS DIY.

3. Biaya kuliah PTS

Ho = Biaya kuliah PTS tidak berpengaruh terhadap jumlah

mahasiswa baru PTS DIY

Ha = Biaya kuliah PTS DIY berpengaruh terhadap jumlah

mahasiswa baru PTS DIY.

4. Jumlah lulusan SMA/SMK DIY

Ho = Jumlah lulusan SMA/SMK DIY tidak berpengaruh

terhadap jumlah mahasiswa baru PTS DIY.

Ha =Jumlah lulusan SMA/SMK DIY berpengaruh terhadap

jumlah mahasiswa baru PTS DIY.

b. Menentukan level of significant(α ) = 5% dengan nilai level of

confidance sebesar 95% dengan degree of freedom (df) = n-k-1.

c. Menentukan daerah penerimaan dan penolakan hipotesis

Ho tidak dapat ditolak jika = t hitung < (t table) t α n-k

Ho ditolak jika = t hitung > (t table) t α n-k

d. Menentukan T hitung dengan rumus ;

) (bi Se

(57)

Keterangan

bi = koefisien regresi variabel independent

Se = standart eror

n = Jumlah pengamatan

k = jumlah variabel bebas

e. Menarik kesimpulan dengan cara membandingkan hasil dari t hitung

dan t tabel kemudian tentukan daerah penerimaan dan penolakannya.

Apabila Ho ditolak jumlah mahasiawa baru PTN DIY, jumlah

program studi PTN DIY, biaya kuliah PTS DIY dan jumlah lulusan

SMA/SMK DIY, berpengaruh secara individual dan signifikan

(58)

42

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Keadaan Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

1. Letak Geografis

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak pada 7' 15 - 8' 15

Lintang Selatan dan garis 110' 5 - 110' 4 Bujur Timur, dengan batas

wilayah sebagai berikut : Sebelah Barat Kabupaten Purworejo (Jawa

Tengah). Sebelah Barat Laut Kabupaten Magelang (Jawa Tengah).

Sebelah Timur Laut Kabupaten Klaten (Jawa Tengah). Sebelah Timur

Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah). Sebelah Selatan Samudera Indonesia.

Luas Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu 3.185,80 km2 yang

terdiri atas Kota Yogyakarta 32,50 km2. Kabupaten Sleman 574,82 km2 ,

Kabupaten Bantul 506,85 km2 ,Kabupaten Kulon Progo 586,27

km2,Kabupaten Gunung Kidul 1485,36 km2 (www.gudeg.net).

2. Iklim dan Keadaan Alam

Temperatur rata-rata di DIY berkisar antara 26,6' C samapi 28.8' C

sedangkan temperatur minimum 18' C dan maximum 35' C. Kelembaban

udara rata-rata 74% dengan kelembaban minimum 65 % dan maximum 84

%. Sedangkan curah hujan di DIY bervariasi antara 3 mm sampai 496

mm. Curah hujan diatas 300 mm terjadi pada bulan Januari, Pebruari,

(59)

hujan terendah 3mm samapi 24 mm terjadi pada bulan Mei sampai

Oktober. Curah hujan tahunan rata-rata 1855 mm.

Keadaan alam di DIY yaitu dibagian utara seluas lebih kurang 4 %

tanah miring (kelanjutan dari gunung berapi) dengan sifat-sifat: wilayah

hujan, kaya akan mata air dan sangat subur. Dibagian selatan/barat seluas

lebih kurang 7 % dari barat ke arah selatan dengan ketinggian semakin

rendah berakhir pada daratan pantai alluvial dengan sifat tanah: wilayah

hujan, banyak mata air. Dibagian tengah seluas 41 % merupakan tanah

datar/ngarai dengan sifat tanah cukup subur, jaringan pengairan baik

dengan penduduk yang padat.

B. Sejarah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah provinsi yang

berdasarkan wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan

Kadipaten Pakualaman. Selain itu ditambahkan pula mantan-mantan

wilayah Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Praja Mangkunagaran yang

sebelumnya merupakan enklave di Yogyakarta. Status Yogyakarta sebagai

Daerah Istimewa berkenaan dengan runtutan sejarah Yogyakarta, baik

sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan

Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam

pengangkatan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi DIY dari

Presiden RI, selanjutnya pada tanggal 5 September 1945 beliau

(60)

daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari

Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945.

Pada tanggal 30 Oktober 1945, beliau mengeluarkan amanat kedua

yang menyatakan bahwa pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa

Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri

Paduka Paku Alam VIII bersama-sama Badan Pekerja Komite Nasional

Meskipun Kota Yogyakarta baik yang menjadi bagian dari Kesultanan

maupun yang menjadi bagian dari Pakualaman telah dapat membentuk

suatu DPR Kota dan Dewan Pemerintahan Kota yang dipimpin oleh kedua

Bupati Kota Kasultanan dan Pakualaman, tetapi Kota Yogyakarta belum

menjadi Kota Praja atau Kota Otonom, sebab kekuasaan otonomi yang

meliputi berbagai bidang pemerintahan masih tetap berada di tangan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta yang meliputi

daerah Kasultanan dan Pakualaman baru menjadi Kota Praja atau Kota

Otonomi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947, dalam

pasal I menyatakan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang meliputi

wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari Kabupaten

Bantul yang sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo

ditetapkan sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri. Daerah tersebut dinamakan Haminte Kota Yogyakaarta.

Untuk melaksanakan otonomi tersebut Walikota pertama yang

dijabat oleh Ir.Moh Enoh mengalami kesulitan karena wilayah tersebut

(61)

belum dilepas. Hal itu semakin nyata dengan adanya Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, di

mana Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Tingkat I dan Kotapraja

Yogyakarta sebagai Tingkat II yang menjadi bagian Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Selanjutnya Walikota kedua dijabat oleh Mr.Soedarisman

Poerwokusumo yang kedudukannya juga sebagai Badan Pemerintah

Harian serta merangkap menjadi Pimpinan Legislatif yang pada waktu itu

bernama DPR-GR dengan anggota 25 orang. DPRD Kota Yogyakarta baru

dibentuk pada tanggal 5 Mei 1958 dengan anggota 20 orang sebagai hasil

Pemilu 1955. Dengan kembali ke UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5

Juli 1959, maka Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 diganti dengan

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok

Pemerintahan di Daerah, tugas Kepala Daerah dan DPRD dipisahkan dan

dibentuk Wakil Kepala Daerah dan badan Pemerintah Harian serta sebutan

Kota Praja diganti Kotamadya Yogyakarta.

Atas dasar Tap MPRS Nomor XX

Gambar

Tabel V.I Pengujian Normalitas Masing-Masing Variabel Penelitian
Tabel V.2 Descreptive Statistic
Tabel V.3 Pengujian Linearitas
Tabel V.4 Rangkuman Hasil Pengujian Multikolinearitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program kemitraan masyarakat di Kecamatan Bukal Tahun 2018 yang telah dilaksanakan adalah pengembangan kegiatan produktif masyarakat yang dilaksanakan pada tahun

dapat disebut meninggal dunia jika dapat dibuktikan dengan tanpa diperlukan dengan putusan hakim maka harta yang ditinggalkan tersebut dapat dibagikan kepada para

(2011) menyatakan perusahaan dengan pelanggan yang puas memiliki kesempatan yang baik untuk mengkonversi pelanggan tersebut menjadi loyal yang diharapkan membeli barang atau

ini untuk mengetahui hubungan lama dan posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah pada penjahit baju di Pasar Sentral Polewali Dan Pasar Wonomulyo Kabupaten Polewali

(2011) pada penelitiannya yang berjudul Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Resiko Bisnis terhadap Struktur Modal bahwa

Penuntun praktikum ini dibuat dengan mengikuti langkah inkuiri terbimbing karena menurut Wartono (1999) mengungkapkan dalam proses belajar mengajar dengan

Mendasar pada uraian di atas maka peneliti melakukan penelitian untuk mereplika penelitian Rendi (2012) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi minat

Dahil sa ganitong pagkakataon, napipilitang  humiram ng salita mula sa isang wika sapagkat hindi komon ang salita sa kultura ng