• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN NARSISTIK (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Angkatan 2016

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Marsela Mia Indrianti Ruing 161114081

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

i

TINGKAT KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN NARSISTIK (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Angkatan 2016

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Marsela Mia Indrianti Ruing 161114081

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(3)

ii

Motto

Tuhan tak akan pernah membiarkan setiap orang merasakan luka sepanjang hidupnya. Sebaliknya, ia adalah Pribadi yang sangat dekat kepada orang-orang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang yang remuk jiwanya. – Mazmur 34:18

Suatu hari nanti Yesus akan membasuh air matamu dan kamu akan melihat kemuliaan dari wajah-Nya. Segala air mata, ratap tangis atau dukacita akan

dihapuskan-Nya – Wahyu 21:4

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.

- (1 Petrus 5:7)

(4)

Karya ini saya pcrnt,nbahkan bagi

Allah Bapa Tri Tunggal Mahakudus sang pcmilik keiudupan dan !>emu:. orang yang kucintai. Yang sctia memberikal1 scmang:u scrta meru:maniku dalam Seliap

proses )"Jng dilolui.

,

Kep;1da kcdua orang tuaku!;Ct1a kakak dan adikku

Ayah tcrcinta yang tcramal lUll!" biasa Vinsensius Todc Ruing, Ibu I=yang Vinsensia Sulio:i, s~na kakakku Marcelinus Oky l. Ruing dan adikku Oionisisus Jamt."S Fd>ria,l Ruing }3nj!: tiada henti mcndoakan. l1>cmpt'ljuang:m scgola sesuaw

yang dibutuhkan. mcmbcrikan dukung:ln dan mernOOikan rasa cinla yang IUM biasa sejak awol mernulai srudi hingga akhir proses studi ini.

Program Stl.ldi Bimbingan dan Konsding Universitas Sanata Dhanna

Ternan-teman Birnbingan d:m Konscling angkatall 2016

Sma sc1uruh ternan-ternan dan sahabal yang SCTlantiasa membcrikan dukung;m sclama menjalani pcndidikan di Universitas Sanata Dharma

Tmma Kasih.

(5)

iii

Persembahan

Karya ini saya persembahkan bagi

Allah Bapa Tri Tunggal Mahakudus sang pemilik kehidupan dan semua orang yang kucintai. Yang setia memberikan semangat serta menemaniku dalam setiap

proses yang dilalui.

Kepada kedua orang tuaku serta kakak dan adikku

Ayah tercinta yang teramat luar biasa Vinsensius Tode Ruing, Ibu tersayang Vinsensia Suliati, serta kakakku Marcelinus Oky I. Ruing dan adikku Dionisisus James Febrian Ruing yang tiada henti mendoakan, memperjuangan segala sesuatu

yang dibutuhkan, memberikan dukungan dan memberikan rasa cinta yang luar biasa sejak awal memulai studi hingga akhir proses studi ini.

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Teman-teman Bimbingan dan Konseling angkatan 2016

Serta seluruh teman-teman dan sahabat yang senantiasa memberikan dukungan selama menjalani pendidikan di Universitas Sanata Dharma

Terima Kasih.

(6)

iiii

ABSTRAK

TINGKAT KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN NARSISTIK MAHASISWA ANGKATAN 2016 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN

KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA Marsela Mia Indrianti Ruing

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2020

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan tingkat kecenderungan kepribadian narsistik mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan (2) mendeskripsikan persentase perolehan skor masing-masing aspek pada mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingn dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Jenis penelitian adalah kuantitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 74 mahasiswa.

Pengumpulan data pada penelitian ini mengadopsi Narcissitic Personality Inventory yang dikembangkan Raskin, Hall & Terry (1988) yang berjumlah 40 item. Inventori disusun berdasarkan aspek kecenderungan kepribadian narsistik menurut Raskin, Hall & Terry. Nilai koefisisen reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpa Chronbach (α) sebesar 0,869. Tenik analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan kategorisasi sanggat tinggi, tinggi, sedang rendah dan sangat rendah.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki tingkat kecenderungan kepribadian narsistik sebagai berikut: 5 mahasiswa (6,75%) kategori sangat tinggi, 17 mahasiswa (22,97%) kategori tinggi, 46 mahasiswa (62,26%) kategori sedang , terdapat 8 mahasiswa (8,10%) kategori rendah, dan tidak ada (0%) mahasiswa yang memiliki kecenderungan kepribadian narsistik sangat rendah. Hasil analisis perolehan skor aspek-aspek narsistik menunjukan aspek Self-Sufficiency (kecakupan diri) memiliki presentase tertinggi (100%) dan aspek Vanity (kesombongan) memiliki presentase terendah (55,40%).

Kata Kunci: Narsistik, Mahasiswa, Konselor, Bimbingan dan Konseling

(7)

ivi

ABSTRACT

THE NARSISTIC PERSONALITY TENDENCY LEVEL OF 2016’S STUDENTS OF SANATA DHARMA UNIVERSITY GUIDANCE AND

COUNSELING STUDY PROGRAM Marsela Mia Indrianti Ruing

Sanata Dharma University Yogyakarta

2020

The study aimed to: (1) describe the narcissistic personality tendency level of 2016’s students of Sanata Dharma University Guidance and Counseling Study Program and (2) describe the percentage of the score of each aspect of the 2016’s students of Sanata Dharma University Guidance and Counseling Study Program.

The type of this research was descriptive quantitative. The research subjects were the 2016’s students of Sanata Dharma University Guidance and Counseling Study Program, with a total of 74 students.

The data collection technique used in this study adopted the Narcissistic Personality Inventory developed by Raskin, Hall & Terry (1988) that contains 40 items. The inventory was compiled based on narcissistic personality tendencies aspects according to Raskin, Hall & Terry. The instrument’s reliability coefficient value used the Alpa Chronbach formula (α) of 0.869. The data analysis technique used was descriptive statistics with the categorization of very high, high, medium- low, and very low.

The results of this study indicated that 2016’s students of Sanata Dharma University Guidance and Counseling Study Program have a narcissistic personality tendency level as follows. There were 5 students (6.75%) in the very high category, 17 students (22.97%) in the high category, 46 students (62.26%) in the moderate category, 8 students (8.10%) in the low category, and none (0%) in very low narcissistic personality tendency. The results of the score analysis of the narcissistic aspects showed that the Self-Sufficiency aspect had the highest percentage (100%) and the Vanity aspect (arrogance) had the lowest percentage (55.40%).

Keywords: Narcissistic, Students, Counselor, Guidance and Counseling

(8)

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviiii

BAB I: PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoritis: ... 9

2. Manfaat Praktis: ... 9

G. Batasan Istilah ... 10

(9)

vii

BAB II: KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Pengertian Narsistik ... 12

1. Narsistik ... 12

2. Ciri-Ciri Kepribadian Narsistik ... 13

3. Aspek-Aspek Narsistik ... 14

4. Faktor Penyebab Kepribadian Narsistik ... 15

5. Masalah-Masalah Narsistik ... 17

6. Dampak Kepribadian Narsistik Terhadap Perkembangan Perilaku ... 18

B. Hakikat Mahasiswa ... 18

1. Pengertian Mahasiswa ... 18

2. Ciri-Ciri Perkembangan Dewasa Awal ... 20

C. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling sebagai Calon Konselor 22 D. Kompetensi Kepribadian Konselor ... 23

E. Penelitian Relevan ... 25

F. Kerangka Pikir ... 26

BAB III: METODE PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

C. Subjek Penelitian ... 28

D. Variabel Penelitian ... 28

E. Teknik dan Instumen Pengumpulan Data... 29

(10)

viii

1. Teknik Pengumpulan Data ... 29

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 29

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 31

1. Validitas Instrumen ... 31

2. Reliabilitas Instrumen... 33

G. Teknik Analisis Data ... 35

1. Skoring ... 36

2. Tabulasi Data ... 36

3. Menghitung Uji Koefisisen Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 36

4. Kategorisasi ... 36

5. Deskripsi Analisis Aspek Variabel Penelitian... 38

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

1. Tingkat Kecenderungan Kepribadian Narsistik Mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ... 40

2. Analisis Capaian Skor Aspek Kecenderungan Kepribadian Narsistik ... 42

B. Pembahasan ... 44

(11)

viiii

BAB V: PENUTUP ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Keterbatasan Penelitian ... 49

C. Saran ... 49

1. Pihak Program Studi Bimbingan dan Konseling ... 49

2. Bagi Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling49 3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 54

(12)

ixi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Subjek Penelitian ... 28

Tabel 3.2 Skor Inventori Kepribadian Narsistik ... 30

Tabel 3.3 Kisi-kisi Inventori Kepribadian Narsistik ... 31

Tabel 3.4 Kisi-kisi Inventori Kepribadian Narsistik ... 31

Tabel 3.5 Reliabilitas ... 34

Tabel 3.6 Kriteria Guiford... 35

Tabel 3.7 Norma Kategorisasi Kecenderungan Kepribadian Narsistik ... 36

Tabel 3.8 Kategorisasi Kecenderungan Kepribadian Narsistik Mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ... 38

Tabel 3.9 Norma Kategorisasi Skor Aspek Kecenderungan Kepribadian Narsistik Mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ... 40

Tabel 4.1 Kategorisasi Tingkat Kecenderungan Kepribadian Narsistik Mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ... 40

Tabel 4.2 Perolehan Skor Analisis Aspek Tingkat Kecenderungan

(13)

xi

Kepribadian Narsistik Mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ... 42

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

Grafik 1.1 Indikasi Kepribadian Narsistik ... 6 Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikiran ... 26 Grafik 4.1 Kategorisasi Tingkat Kepribadian Narsistik Mahasiswa

Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan

dan Konseling Universitas Sanata Dharma ... 41 Grafik 4.2 Aspek Variabel Penelitian ... 43

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ... 55

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 56

Lampiran 3 Hasil Komputasi Uji Vaiditas Instrumen ... 60

Lampiran 4 Tabulasi Data Penelitian ... 64

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang

Sifat narsis ada dalam setiap manusia sejak lahir. Bahkan Morrison (1997) berpendapat bahwa dimilikinya sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan membuat seseorang memiliki persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang lain. Narsisisme memiliki sebuah peranan yang sehat dalam artian membiasakan seseorang untuk berhenti bergantung pada standar dan prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia. Namun apabila jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan kepribadian yang bersifat patologis.

Kelainan kepribadian atau bisa disebut juga penyimpangan kepribadian merupakan istilah umum untuk jenis penyakit mental seseorang, di mana pada kondisi tersebut cara berpikir, cara memahami situasi dan kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi normal. Kondisi itu membuat seseorang memiliki sifat yang menyebabkannya merasa dan berperilaku dengan cara-cara yang menyedihkan, membatasi kemampuannya untuk dapat berperan dalam

(17)

2

suatu hubungan. Seseorang yang narsis biasanya memiliki rasa percaya diri yang sangat kuat, namun apabila narsis yang dimilikinya sudah mengarah pada kelainan yang bersifat patologis, maka rasa percaya diri yang kuat tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk rasa percaya diri yang tidak sehat, karena hanya memandang dirinya lah yang paling hebat dari orang lain tanpa bisa menghargai orang lain.

Label narsis biasanya disematkan pada orang yang senang memuji diri sendiri dan egois. Dalam dunia psikologi, kepribadian narsistik merupakan sebuah gangguan yang memiliki spektrum luas, dari yang ringan sampai berat. Gangguan kepribadian narsistik (narcissistic personality disorder) atau cinta pada diri sendiri digambarkan sebagai orang yang memiliki rasa kepentingan diri yang melambung (gradiositas) dan dipenuhi khayalan-khayalan sukses bahkan saat prestasi biasa saja, jatuh cinta pada dirinya sendiri karena merasa mempunyai diri yang unik, selalu mencari pujian dan perhatian, serta tidak peka terhadap kebutuhan orang lain, malahan justru seringkali mengeksplorasinya.

Atkinson (1992) juga beranggapan bahwa dirinya spesial dan berharap mendapatkan perlakuan yang khusus pula. Oleh karena itu, mereka sangat sulit atau tidak dapat menerima kritik dari orang lain. Mereka selalu ingin mengerjakan sesuatu sesuai dengan cara yang sudah mereka tentukan dan seringkali ambisius serta mencari ketenaran. Sikap mereka ini mengakibatkan hubungan yang mereka miliki biasanya rentan (mudah pecah) dan mereka dapat membuat orang lain sangat marah karena

(18)

3

penolakan mereka untuk mengikuti aturan yang telah ada. Mereka juga tidak mampu untuk menampilkan empati, kalaupun mereka memberikan empati atau simpati, biasanya mereka memiliki tujuan tertentu untuk kepentingan diri mereka sendiri, atau dengan kata lain mereka bersifat self–absorbed.

Meski mereka berbagi ciri tertentu dengan kepribadian histrionik, seperti tuntutan untuk menjadi pusat perhatian, mereka memiliki pandangan yang jauh lebih membanggakan tentang diri mereka sendiri dan kurang melodramatik dibanding orang dengan kepribadian histrionik.

Berdasarkan Studi Twenge tentang kepribadian narsistik (2017) skor yang mengindikasiskan perilaku narsis meningkat di kalangan mahasiswa AS yang lahir setelah tahun 1980. Kemudian dilakukan penelitian lanjutan yang mengukapkan fakta bahwa tahun lahir mahasiswa yang lahir pada tahun 1990 an memiliki perilaku narsistik yang lebih tinggi daripada generasi di atas 1990 an.

Perilaku narsis sering dikaitkan dengan penggunaan sosial media yang tentunya merupakan bagian dari gaya hidup anak muda saat ini.

Pengguna sosial media yang didominasi oleh kaum muda akan mengalami suatu perubahan dan perkembangan kepribadian. Alzahrani & Bach (2014) mengatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan ketika menggunakan sosial media sebagai berikut: (1) memperkuat mencari perilaku popularitas, (2) meningkatkan kecemasan dan depresi, (3) standar penampilan yang tidak realistis, (4) muncul budaya popularitas. Beberapa hal tersebut dapat membentuk pribadi yang semakin ingin menonjol dan

(19)

4

dikagumi dengan menghalalkan segala cara agar mendapat popularitas yang berhujung pada perilaku narsistik. Perilaku narsistik di kalangan generasi muda cenderung dilakukan sebagai aktualisasi diri tentang eksistensi diri agar dilihat orang lain. Kecenderungan untuk dilihat orang lain tersebut biasanya dipublikasikan melalui media sosial. Generasi muda menjadi semakin show off atau menampilkan dirinya kepada khalayak atau orang lain melalui unggahan foto atau vidio pada media sosial mereka.

Sebagai seorang calon konselor (Guru Bimbingan dan Konseling) akan menjadi sebuah masalah apabila seorang konselor memiliki indikasi Kepribadian narsistik. Hal ini sangat bertolak belakang dengan tugas yang dilakukan seorang konselor di sekolah, yang mana nantinya akan bertemu dan berhadapan dengan para terdidik. Seorang konselor yang profesional merujuk pada Peraturan Menteri No.27 Tahun 2008 dan Rambu-rambu Penataan Konselor Profesional 2008. Dalam artikel ini dijelaskan bagaimana keberadaan konselor dalam dunia pendidikan serta tugas dan peran konselor dalam melaksanakan tugasnya. Kemudian standar kualifikasi akademik, dan kompetensi konselor yang harus disiapkan agar menjadi konselor yang professional baik dari segi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Berdasarkan hal tersebut, indikasi kepribadian narsistik pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang notabene akan menjadi seorang konselor tentu saja tidak dapat memenuhi peraturan yang sudah ditetapkan yang berdasarkan pada Undang-undang.

(20)

5

Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Masing-masing kualifikasi pendidik, termasuk konselor, memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja.

Standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor.

Berdasarkan penjelasan di atas, tentulah kepribadian narsistik merupakan hal yang berlawanan bagi seorang konselor yang profesional.

Selama proses perkulihan yang kurang lebih sudah berjalan tiga setengah tahun ini peneliti melihat terdapat indikasi kecenderungan kepribadian narsistik pada Mahasiswa angkatan 2016 Program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang mana peneliti mendapati beberapa kali mereka masih berfokus pada diri sendiri ketika sedang berdinamika dengan teman yang lainnya.

Berdasarkan masalah tersebut, peneliti membagikan angket sederhana yang dibagi kepada beberapa orang yang mewakili Mahasiswa angkatan 2016 Program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Beberapa orang yang dipilih oleh peneliti berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama berproses bersama di perkuliahan. Angket yang digunakan oleh peneliti merupakan penelitian sederhana.

(21)

6

Menurut Malkin (2015) untuk memberikan gambaran kasar mengenai seberapa narsis seseorang dengan pembagian aspek sebagai berikut: (1) Narsisme Ekstrem dengan rata-rata 9 (>10): biasanya orang yang egois dan manipulatif, suka menagih, dan sering kali arogan; (2) Narsisme Sehat dengan rata-rata 11 (>12): Tingginya tingkat narsisme sehat berarti anda orang yang empati, ambisius, peduli, dan percaya diri; (3) Echoisme dengan rata-rata 10 (>12): Echoisme yang tinggi berarti anda adalah orang yang punya perasaan takut membebani orang lain dan jarang mengejar hal yang anda butuhkan.

Dalam test tersebut terdapat 9 (sembilan) pernyataan responden hanya menyatakan setuju atau tidak setuju atas 9 pernyataan yang ada, sesuai dengan skala yang tertulis berikut ini: 1. Sangat Tidak Setuju 2. Tidak Setuju 3. Netral 4. Setuju 5. Sangat Setuju, dengan hasil tes sebagai berikut:

Grafik 1.1

Grafik Indikasi Kepribadian Narsistik

Dari angket sederhana tersebut peneliti memperoleh hasil bahwa terdapat indikasi memiliki kepribadian Narsistik pada 31 Mahasiswa

0 2 4 6 8 10 12 14 16

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35

Inisial Narsisme Ekstrem Narsisme Sehat Echoisme

(22)

7

angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Lebih dari setengah mahasiswa terindikasi memiliki kecenderungan kepribadian narsistik yang masuk kategori ekstrem, yang mana hal tersebut ditandai dengan tinginya sikap egois dan manipulatif, suka menagih, dan sering kali arogan. Dalam hal tersebut sebanyak 22 mahasiswa yang memiliki skor di atas rata-rata (>10) pada aspek narsisme ekstrem. Berdasarkan hasil dari penelitian sederhana peneliti ingin meneliti lebih dalam tingkat kecenderungan kepribadian narsistik Mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi beberapa permasalahan yang dialami oleh beberapa mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2016 Universitas Sanata Dharma sebagai berikut:

1.

Beberapa mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma berfokus pada diri sendiri ketika sedang berdinamika dengan teman yang lainnya.

2. Beberapa mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma lebih suka membicarakan diri sendiri.

(23)

10

2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa

Dengan penelitian ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui serta memahami dengan baik kepribadian narsistik agar tidak melampaui batasan dari bentuk narsisme yang dimaksudkan.

b. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Dengan penelitian ini diharapkan dapat mencegah terbentuknya kepribadian narsistik pada calon pendidik (konselor) dan juga menjadi sumbangan ilmu untuk membentuk calon Konselor yang profesional.

G. Batasan Istilah

Agar tidak menimbulkan bias dalam memahami permasalahan, maka peneliti membuat batasan istilah sebagai bahan acuan. Beberapa batasan istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Kepribadian Narsistik merupakan hal atau keadaan di mana seseorang mencintai diri sendiri secara berlebihan.

2. Narsis Ekstrem merupakan kondisi di mana seseorang memiliki sikap egois, suka menagih, dan sering kali arogan.

3. Narsis sehat merupakan kondisi di mana seseorang memiliki empati, ambisius, peduli, dan rasa percaya diri.

4. Echosisme merupakan kondisi seseorang yang mana memiliki perasaan takut membebani orang lain.

(24)

8

3. Beberapa mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma terindikasi lebih senang menerima pujian.

4. Terdapat beberapa mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma terindikasi memiliki sifat yang egois dan manipulatif, suka menagih, dan sering kali arogan.

5. Penggunaan media sosial dapat mempengaruhi perkembangan pribadi.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian yang dilakukan ini hanya berfokus pada beberapa permasalahan yang ingin diteliti. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Beberapa mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma terindikasi lebih senang menerima pujian.

2. Beberapa mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma terindikasi memiliki sifat yang egois dan manipulatif, suka menagih, dan sering kali arogan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

(25)

9

1. Seberapa tinggi tingkat kecenderungan kepribadian narsistik Mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.?

2. Aspek-aspek narsisme mana saja yang teridentifikasi presentase perolehan skornya tinggi pada mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah diajukan, maka penelitian ini bertujuan:

1. Mendeskripsikan tingkat kecenderungan kepribadian narsistik mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

2. Mendeskripsiskan presentase aspek-aspek narsisme yang teridentifikasi presentase perolehan skornya tinggi pada mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingn dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

F. Manfaat Penelitian

Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan pengetahuan khususnya bidang Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kepribadian narsistik.

(26)

11

5. Masa dewasa awal (mahasiswa) adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya.

6. Guru Bimbingan dan Konseling (BK) merupakan sebuah profesi di bidang pendidikan yang mana bertugas untuk membantu siswa dalam berbagai hal baik itu akademik maupun nonakademik.

7. Narsisme merupakan cinta kepada diri sendiri secara berlebihan;

Narsis merupakan orang yang mengalami gelaja narsisme; dan Nasistik merrupakan gangguan kepribadian dimana seseorang menganggap dirinya sangat penting.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini diparkan kajian teori yang relevan dan mendasari bangunan konseptual penelitian ini meliputi: narsisme, mahasiswa angkatan 2016 sebagai

(27)

12

dewasa awal, mahasiswa bimbingan dan konseling sebagai calon konselor, kajian penelitian yang relevan, dan kerangka pikir.

A. Pengertian Narsisme 1. Narsisme

Freud (Alwisol, 2011) menjelaskan narsisme adalah cinta kepada diri sendiri, sehingga cinta yang dibarengi kecenderungan narsisme menjadi mementingkan diri sendiri. Narcissism atau fase cinta diri sendiri atau fase ego formation (fase perhatian terhadap diri sendiri), orang yang narsis kagum terhadap dirinya sendiri, ia sering berdiri didepan kaca untuk memperhatikan kecantikannya atau kecakapannya.

Lebih lanjut Nevid (2005) menjelaskan orang dengan gangguan kepribadian nartistik (narscissistic personality disorder) memiliki rasa bangga atau keyakinan yang berlebihan terhadap diri mereka sendiri dan kebutuhan yang ekstreem terhadap pemujaan. Mereka membesar-besarkan prestasi dan berharap orang lain menghujani mereka dengan pujian.

Mereka mengharapkan orang lain melihat kualitas khusus yang mereka mimiliki, bahkan saat prestasi mereka biasa saja. Mereka menikmati bersantai dibawah sinar pemujaan, mereka kurang memiliki empati kepada orang lain, ingin menjadi pusat perhatian dan mereka memiliki pandangan yang jauh lebih membanggakan tentang diri mereka sendiri.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan narsisme adalah mencintai dan berpusat pada diri sendiri, mementingkan diri sendiri kemudian bermanifestasi pada tingkah lakunya.

(28)

13

Orang yang narsisme meminta pengaguman dan pemujaan mengenai kehebatannya.

2. Ciri-ciri Kepribadian Narsistik

Ciri-ciri narsisme menurut Nevid (2005) sebagai berikut:

a. Memiliki rasa bangga atau keyakinan yang berlebihan terhadap diri mereka sendiri.

b. Kebutuhan yang ekstreem terhadap pemujaan.

c. Mereka membesar-besarkan prestasi.

d. Berharap orang lain menghujani mereka dengan pujian.

e. Berharap orang lain melihat kualitas khusus mereka, bahkan saat prestasi mereka biasa saja.

f. Bersifat self-absorbed.

g. Kurang memiliki empati pada orang lain.

Campbell (2000) juga berpendapat bahwa seorang narsis juga mempunyai ciri-ciri, antara lain:

1. Konsep diri yang positif, menganggap bahwa dirinya adalah sosok yang baik dalam segala hal.

2. Egosentrisme. Tidak mau menerima pandangan orang lain dan hanya memikirkan dirinya sendiri.

3. Merasa menjadi Pribadi yang spesial dan unik.

4. Hubungan interpersonal yang kurang baik

3. Aspek-Aspek Narsisme

(29)

14

Aspek narsisme menurut Raskin, Hall & Terry (2006) yaitu :

1. Authority, yaitu kecenderungan kepribadian narsistik akan lebih terlihat mendominasi dapat terlihat sebagai perannya yang lebih senang memimpin atau yang lebih sering mengambil keputusan sendiri dibandingkan dengan orang lain. Hal ini ditandai dengan menganggap diri sendiri mampu menjadi pemimpin atau orang yang berkuasa.

2. Self-sufficiency, yaitu percaya diri serta keyakinan bahwa dirinya spesial dan unik. Pada aspek ini ditandai dengan anggapan bahwa dirinya dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri dengan kemampuan yang dimiliki.

3. Superiority, yaitu keinginan untuk selalu memimpin dan menunjukkan kekuasaannya. Pada aspek ini ditandai dengan anggapan menjadi angkuh dan merasa bahwa diri sendiri yang paling hebat dan penting.

4. Exhibitionism, yaitu lebih sering memperlihatkan penampilan fisiknya supaya mendapatkan pengakuan dari orang lain terhadap identitas dirinya. Pada aspek ini seseorang menyukai untuk menjadi pusat perhatian dan adanya kemauan untuk memastikan dirinya menjadi pusat perhatian.

5. Exploitativeness, yaitu dirinya akan menggunakan orang lain sebagai sarana untuk menaikkan harga dirinya. Seperti merendahkan orang lain untuk mendapatkan kekaguman dari orang lain. Seperti dengan

(30)

15

memamfaatkan orang lain untuk keberhasilan diri sendiri dengan mengekploitasi orang lain.

6. Vanity, yaitu perilaku angkuh dan arogan. Individu dengan kecenderungan narsis kurang dapat menerima sudut pandang atau masukan dari orang lain terhadapnya atau dapat dikatakan bahwa dirinya memiliki sikap sombong keras kepala dan angkuh.

7. Entitlement, yaitu akan lebih cenderung untuk memilih sesuai dengan kemauan dirinya tanpa memperhatikan lingkungan di sekitarnya meskipun itu akan membuatnya mendapat pertentangan dari orang sekitarnya.

4. Faktor-faktor Penyebab Kepribadian Narsistik

Secara sains tidak ditemukan faktor penyebab yang sifatnya mengungkap narsisme. Para peneliti mengidentifikasi faktor-faktor perkembangan masa anak-anak dan sikap orangtua yang mungkin mendukung terjadinya gangguan kepribadian narsisme antara lain (Durand 2006):

a. Temperamen yang sangat sensitif sejak lahir.

Ketika masih bayi, anak dihadapkan dengan kondisi di mana ketika popoknya basah bisa bereaksi menangis atau hanya terbangun sesaat lalu tertidur kembali. Setiap anak memiliki respon yang berbeda-beda. Gaya pengasuhan sejak bayi sangat membantu anak-anak dalam menavigasi

(31)

16

keunikan dan kepribadianya sehingga dapat membantu mereka dalam menurunkan level kecemasan atau mengatur emosi dan perilaku mereka.

b. Pujian dan penilaian yang berlebihan dari orang tua.

Pujian dan penilaian yang diberikan secara berlebihan dapat membuat anak merasa bahwa dirinya yang terbaik dan memandang rendah orang lain. Pujian dan penilaian dapat diberikan ketika memang anak pantas mendapatkannya namun tetap dengan kondisi dia yang sebenarnya tidak melebih-lebihkan.

c. Sanjungan yang berlebihan yang tidak pernah seimbang dengan kenyataan timbal balik.

Ketika seseorang terlalu menerima sanjungan yang berlebihan bahkan tidak sesuai dengan apa yang telah dilakukan, hal ini dapat menyebabkan dirinya merasa selalu benar.

d. Pemberian perhatian yang tidak terduga dari orang tua.

Perhatian memang dibutuhkan oleh anak, namun perhatian yang sesuai dengan kebutuhan dan porsi yang dibutuhkan oleh anak. Sehingga anak tetap dapat rendah hati terhadap orang lain.

e. Penyiksaan yang terlalu pada waktu kecil.

Penyiksaan yang berlebihan yang di terima anak pada waktu kecil dapat membentuk anak menjadi yang narsis karena ingin menguasai orang lain seperti yang pernah ia dapatkan pada waktu kecil.

5. Masalah-Masalah Narsisme

(32)

17

Coper dan Ronningstam (1992) mengungkapkan bahwa orang-orang dengan gangguan nartistik memiliki pandangan yang berlebihan mengenai kemampuan dan keunikan mereka. Mereka berfokus dengan berbagai fantasi kekuasaan dan keberhasilan besar, serta melihat dirinya lebih unggul dari orang lain. Narsisme dapat menjadi masalah ketika individu menjadi sibuk dengan diri sendiri, memiliki kekaguman berlebihan dengan persetujuan dari orang lain, sambil menunjukkan ketidakpedulian terhadap kepekaan orang lain. Jika individu narsis tidak menerima perhatian yang diinginkan, penyalahgunaan zat dan gangguan depresi mayor dapat berkembang. Individu narsis sering mendeskripsikan diri dengan kebesaran atau terlalu percaya kepada dunia, tetapi ini hanya untuk menutupi perasaan yang mendalam terkait ketidakamanan dan harga diri yang rapuh yang mudah memar oleh kritik. Sifat-sifat inilah menyebabkan para narsisis menemukan diri mereka dalam hubungan dangkal yang hanya melayani kebutuhan akan perhatian konstan. Ketika sifat narsis menjadi begitu jelas, mereka dapat menyebabkan kerusakan dengan menunjukkan adanya gangguan kepribadian narsistik.

6. Dampak Kepribadian Narsistik Terhadap Perkembangan Perilaku Bushman & Baumeister (1998) menyatakan narsisme mempunyai dimensi otoritas, superioritas dan harga diri yang tinggi di dalam dirinya. Mereka sangat sensitif terhadap umpan balik atau informasi yang negatif. Narsisis menganggap kehidupan sosial sebagai

(33)

18

perjuangan untuk menjadi dominan. Namun, sering kali di dalam kenyataannya banyak ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan, tentunya bagi seorang narsisis hal tersebut akan mengancam egonya, misalnya lingkungan kerja yang tidak mendukung seorang narsisis untuk menggunakan kemampuan dan motivasinya. Ancaman ego ini berupa emosi negatif atau rasa marah. tinggi pada tingkat narsisme cenderung lebih banyak stres dalam tingkat hidup.

B. Hakekat Mahasiswa

1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa merupakan individu dalam tahap dewasa awal.

Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja.

Santrock (2002) mengatakan masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya. Kenniston (dalam Santrock, 2002) mengemukakan masa muda (youth) adalah periode kesementaraan ekonomi dan Pribadi, dan perjuangan antara ketertarikan pada kemandirian dan menjadi terlibat secara sosial.

Periode masa muda rata-rata terjadi 2 sampai 8 tahun, tetapi dapat juga lebih lama. Dua kriteria yang diajukan untuk menunjukkan akhir masa muda dan permulaan dari masa dewasa awal adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan.

Mungkin yang paling luas diakui sebagai tanda memasuki masa

(34)

19

dewasa adalah ketika seseorang mendapatkan pekerjaan penuh waktu yang kurang lebih tetap (Santrock, 2002).

Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak.

Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa yang merupakan prinsip saling melengkapi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa ialah seorang peserta didik yang terdaftar dan menjalani pendidikannya di perguruan tinggi baik dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.

2. Ciri-ciri Perkembangan Dewasa Awal

Menurut Hurlock (1999) ciri-ciri umum perkembangan dewasa awal adalah :

a. Masa dewasa awal merupakan masa pengaturan, pada masa ini individu menerima tanggung jawab sebagai dewasa. Pada generasi-generasi terdahulu ada pandangan bahwa anak laki-laki dan perempuan yang telah mencapai usia dewasa, hari-hari kebebasannya telah berakhir.

b. Masa dewasa sebagai usia reproduktif, di mana seseorang yang menikah pada usia duapuhan maupun usia tiga puluhan akan berperan sebagai orang tua.

c. Masa dewasa merupakan masa bermasalah, dalam tahun-tahun pertama masa dewasa awal banyak masalah yang harus dihadapi

(35)

20

seseorang. Masalah baru ini berbeda dari segi masalah yang sudah dialami sebelumnya.

d. Masa dewasa awal sebagai ketegangan emosional, banyak orang dewasa muda mengalami kegagalan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan seperti persoalan jabatan, perkawinan, keuangan dan sebagainya.

e. Masa dewasa awal merupakan masa keterasingan sosial, dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan dewasa, yaitu karier, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya.

f. Masa dewasa awal sebagai masa ketergantungan, di mana ketergantungan pada masa ini akan berlanjut. Pada masa ini ketergantungan pada orang tua, lembaga pendidikan.

g. Masa dewasa awal sebagai masa perubahan nilai, perubahan terjadi karena adanya pengalaman dan hubungan sosial yang lebih luas dan nilai-nilai itu didapat dari kacamata orang dewasa.

h. Masa dewasa awal sebagai masa penyesuaian dengan cara hidup yang baru, masa ini individu banyak mengalami perubahan di mana gaya hidup yang paling menonjol di bidang perkawinan dan peran orang tua.

i. Masa dewasa awal sebagai masa kreatif, orang dewas tidak terikat lagi oleh ketentuan dan aturan orang tua maupun guru- gurunya sehingga bebas untuk berbuat apa yang diinginkan.

(36)

21

C. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling sebagai Calon Konselor

Eliasa (Traning Calon Konselor, 2011) menjelaskan bahwa ilmu Bimbingan dan Konseling dipelajari dalam perkuliahan dan secara praktek akan dikuatkan dalam praktikum. Kurikulum disusun untuk membekali mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling menjadi konselor yang profesional. Materi perkuliahan sangat sarat dengan ilmu yang mendasari Bimbingan dan Konseling, didukung oleh kontribusi ilmu Psikologi sebagai rumpun ilmu yang mempunyai objek yang sama, yaitu manusia dengan segala gejala tingkah lakunya untuk menjadi manusia yang berpribadi.

Nantinya para mahasiswa ini diharapkan dapat menjadi seorang konselor yang profesional di dunia kerja dan dapat menjalankan tugas seorang konselor sebagai ekspektasi kinerja konselor dalam menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengutamakan kepentingan konseli, dengan selalu mencermati dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan. Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan profesional sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi profesional, yang meliputi:

1. Memahami secara mendalam konseli yang dilayani.

2. Menguasai landasan dan kerangka teoritik bimbingan dan konseling

(37)

22

3. Menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan.

4. Mengembangkan Pribadi dan profesionalitas konselor secara berkelanjutan.

Unjuk kerja konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas keempat kompetensi di atas yang dilandasi oleh sikap, nilai dan kecenderungan Pribadi yang mendukung. Kompetensi akademik dan professional konselor secara terintegrasi membangun keutuhan kompetensi pedagogic, kepribadian, social dan professional. Pembentukan kompetensi akademik konselor ini merupakan proses pendidikan formal jenjang Strata satu (S-1) bidang Bimbingan dan Konseling, yang bermuara pada penganugerahan ijazah akademik Sarjana Pendidikan (S.Pd) bidang Bimbingan dan Konseling. Sedangkan kompetensi profesional merupakan penguasaan kiat penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang memandirikan, yang ditumbuhkan serta diasah melalui latihan menerapkan kompetensi akademik yang telah diperoleh dalam konteks otentik Pendidikan Profesi Konselor yang berorientasi pada pengalaman dan kemampuan praktik lapangan, dan tamatannya memperoleh sertifikat profesi bimbingan dan konseling dengan gelar profesi Konselor, disingkat Kons.

D. Kompetensi Kepribadian Konselor

Sebagai seorang konselor yang menjadi tauladan bagi siswa (konseli) tentunya harus memiliki kepribadian yang baik, bukan hanya baik

(38)

23

jika dipandang dari luar saja namun baik juga dari dalam. Karena kepribadian adalah penting bagi konselor untuk menjalankan tugasnya, yaitu untuk melihat bagaimana seorang konselor dapat menempatkan dirinya sebagai seseorang yang dapat memandang orang lain sama berharganya seperti dirinya sendiri.

Sosok utuh kompetensi konselor tercantum dalam Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kuialifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor yang mencangkup kompetensi akademik dan profesional dalam aspek kompetensi kepribadian mencangkup:

1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME.

a. Menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain.

c. Berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur

2. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih.

a. Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi.

b. Menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya.

(39)

24

c. Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya.

d. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya.

e. Toleran terhadap permasalahan konseli.

f. Bersikap demokratis.

3. Menunjukan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat.

a. Menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten).

b. Menampilkan emosi yang stabil.

c. Peka, bersikap empati, serta menghormati keragaman dan perubahan.

d. Menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stres dan frustasi.

4. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi.

a. Menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif.

b. Bersemangat, berdisiplin, dan mandiri.

c. Berpenampilan menarik dan menyenangkan.

d. Berkomunikasi secara efektif.

E. Penelitian Relevan

Berdasarkan penelitian Kristanto (2012) yang berjudul “Tingkat Nartistik Pengguna Facebook Mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu

(40)

25

Pendidikan Universitas Negeri Semarang”, didapatkan hasil bahwa kecenderungan nartistik pada pengguna facebook tergolong sedang, hal ini ditandai dengan kemampuan mahasiswa menghargai dirinya secara positif dan memahami segala kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya.

Relevansi pada penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah peneliti meneliti mengenai tingkat nartistik. Adapun perbedaan pada penelitian ini terletak pada tujuan penelitian yang dilakukan dan Subjek penelitian.

F. Kerangka Pikir

Pada bagian ini dipaparkan mengenai kerangka pikir peneliti.

Kepribadian Narsistik menurut Raskin, Hall & Terry (Ames, 2006) memiliki tujuh aspek. gambar 2.1 berikut ini

Asumsi Awal Kecenderungan Prilaku Narsisme Mahasiswa

Aspek-Aspek Narsisme 1. Authority 2. Exhibitionism 3. Exploitativeness 4. Entitlement 5. Vanity 6. Superiority 7. Self-susfficiency

Faktor-Faktor Perilaku Narsisme

a. Temperamen yang sangat sensitif sejak lahir.

b. Pujian dan penilaian yang berlebihan dari orang tua.

c. Penilaian orang tua sebagai tujuan untuk mengatur harga diri merekaberlebihan yang tidak pernah seimbang dengan kenyataan timbal balik.

d. Pemberian perhatian yang tidak terduga dari orang tua.

e. Penyiksaan yang terlalu pada waktu kecil.

f. Penyiksaan yang terlalu pada waktu kecil.

Narsisme

(41)

26

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikiran

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, Subjek penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, validasi dan reliabilitas penelitian, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode ini dapat disebut metode

Deskripsi Kecenderungan Prilaku Narsisme Mahasiswa

(42)

27

kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2013). Metode penelitian yang digunakan adalah survey, yaitu dengan memberikan kuesioner skala pengukuran kepada responden dalam setting pendidikan dan menganalisis hasilnya melalui skor jawaban yang sudah diberikan responden Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kecenderungan kepribadian narsistik mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti mulai menyusun proposal pada bulan Juli 2019. Pada bulan November sampai Desember 2019, peneliti menyusun instrumen penelitian.

Kemudian pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2019. Jadwal pengambilan data ini oleh masing-masing mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Tempat pelaksanaan pengambilan data ini adalah Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini termasuk penelitian dengan menggunakan populasi yang melibatkan seluruh mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Adapun jumlah mahasiswa angkatan 2016 adalah sebagai berikut.

(43)

28

Tabel 3.1

Jumlah Subjek Penelitian

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki 45 Orang

Perempuan 29 Orang

Total 74 Orang

D. Variable Penelitian

Variabel penelitian dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah kecenderungan kepribadian narsistik. Kepribadian narsistik menurut Nevid, J, Rathus, S. & Greene B (2005) menjelaskan orang dengan gangguan kepribadian nartistik (narscissistic personality disorder) memiliki rasa bangga atau keyakinan yang berlebihan terhadap diri mereka sendiri dan kebutuhan yang ekstreem terhadap pemujaan. Variable dalam penelitian ini memiliki 7 aspek yaitu, Authority, Self-sufficiency, Superiority, Exhibitionism, Exploitativeness, Vanity, Entitlement.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini tenik pengumpulan data yang digunakan adalah survei menggunakan angket atau kuesioner mengenai tingkat kecenderungan narsisme. Menurut Sugiyono (2016) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

(44)

29

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan instrumen angket atau kuesioner berupa inventori. Inventori Kepribadian Narsisme mengacu pada skala Likert. Dengan skala Likert, variabel penelitian yang akan diukur menjadi indikator variabel. Indikator variabel tersebut menjadi titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen memiliki gradiasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yaitu sebagai berikut Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Insrtumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk cheklist ataupun pilihan ganda Sugiyono (2012).

Tabel 3.2

Skor Inventori Kepribadian Narsisme

Alternatif Jawaban

Skor

favorable Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS)

1 4

Pengumpulan data, menggunakan Narcissistic Personality Inventori (NPI) yang dikembangkan oleh Raskin & Hall (1981). Peneliti menggunakan instrumen yang sudah ada dengan menyederhanakan beberapa item pernyataan. Item-item peryataan yang terdapat pada

(45)

30

kuesioner sudah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian tanpa menghilangkan keaslian makna dari setiap item. Narcissistic Personality

Inventory (NPI) bertujuan untuk mengukur dan mengetahui kepribadian narsistik secara umum. Kuesioner ini memiliki indikator dimensi, yaitu:

Authority (wewenang), Self-Sufficiency (kecukupan diri), Superiority (keunggulan), Exhibition (pemeran), Exploitativeness (eksploitasi), Vanity (kesombongan), Entitlement (hak) dengan jumlah pernyataan 40 item.

Berikut merupakan kisi-kisi instrumen untuk membuat pernyataan:

Tabel 3.3

Kisi-kisi Inventori Kepribadian Narsitik

F. Validitas dan Realibilitas Penelitian

No. Aspek Indikator Item Jumlah

F UF

1. Authority (wewenang)

Mendominasi orang lain dengan lebih senang memimpin atau mengambil keputusan.

1, 8, 11, 12, 33, 36

10, 32 8

2. Self-Sufficiency (kecukupan diri)

Percaya diri akan keyakinan bahwa dirinya spesial dan unik.

17, 21, 22, 31, 34, 39

6 3. Superiority

(keunggulan)

Keingininan untuk memimpin dan menunjukan kekuasaan.

4, 26, 37, 40 9 5

4. Exhibition (pemeran)

Memperlihatkkan penampilan fisiknya untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.

2, 3, 7, 20, 30, 38

28 7

5. Exploitativeness (eksploitasi)

Menggunakan orang lain sebagai sarana untuk menaikan harga dirinya.

6, 13, 16, 23, 35

5

6. Vanity

(kesombongan)

Perilaku angkuh, sombong dan arogan.

29 19, 15 3

7. Entitlement (hak) Mengharapkan bantuan khusus tanpa mempertimbangkan tanggung jawab timbal balik.

5, 14, 18, 24, 25, 27

6

Jumlah 34 6 40

(46)

31

1. Validitas

Menurut Azwar (2009) validitas berasal dari kata validity yang berarti ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tes tersebut. Item kuesioner dalam penelitian ini disusun berdasarkan tujuh karakteristik kepribadian narsistik yaitu, Authority, Self- sufficiency, Superiority, Exhibitionism, Exploitativeness, Vanity, Entitlement. Validitas uji sudah dikonsultasikan melalui profesional judgement.

Kemudian dalam penelitian ini terdapat profesional judgement yang dilaksanakan oleh Juster Donal Sinaga. M.Pd. selaku dosen pembimbing.

Penilaian yang dilakukan oleh profesional jugement berkaitan dengan isi dari setiap item peryataan agar sesuai dengan tujuan penelitian dan juga dapat dipahami oleh subjek penelitian . Setelah menggunakan uji validitas isi melalui penilaian ahli, validitas instrument diuji secara empiris menggunakan rumus kolerasi Pearson Product Moment.

Perhitungan uji validitas penelitian dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara masing-masing skor pernyataan. Rumus yang digunakan adalah rumus kolerasi Product Moment dengan menggunakan program IBM SPSS Statistic 20. Rumus kolerasi Pearson Product Moment adalah sebagai berikut:

(47)

32

Keterangan:

r: Korelasi Moment X: Nilai butir

Y: Nilai dari jumlah butir N: Jumlah Subjek Penelitian

XY: Hasil penelitian antara skor X dan Y

Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah jika r >

0,226. Bila korelasi dibawah 0,226 maka tidak valid. Untuk mengetahui validitas item pada Inventori Kepribadian Narsisme, peneliti dibantu dengan menggunakan program IBM SPSS statistics versi 20. Berdasarkan perhitungan validitas, diketahui 34 item yang valid dan 6 item yang tidak valid dengan menggunakan koefisien 0,226. Berikut tabel kisi-kisi Inventori Kepribadian Narsisme setelah uji validitas secara empiris:

( ( )

(

  ) ) ( ( ) ( )

)

= 2 2 2 2

) )(

(

Y Y

n X X

n

Y X XY

r n

(48)

33

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Inventori Kepribadian Narsisme

No. Aspek Indikator Item Jumlah

F UF

1. Authority (wewenang)

Mendominasi orang lain dengan lebih senang

memimpin atau

mengambil keputusan.

1, 8, 36 32 4

2. Self-Sufficiency (kecukupan diri)

Percaya diri akan keyakinan bahwa dirinya spesial dan unik.

17, 21, 22, 31, 34, 39

6

3. Superiority (keunggulan)

Keingininan untuk

memimpin dan

menunjukan kekuasaan.

4, 26, 37, 40

9 5

4. Exhibition (pemeran)

Memperlihatkkan

penampilan fisiknya untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.

3, 7, 20, 30, 38,

28 6

5. Exploitativeness (eksploitasi)

Menggunakan orang lain sebagai sarana untuk menaikan harga dirinya.

6, 13, 16, 23,

35

5

6. Vanity

(kesombongan)

Perilaku angkuh, sombong dan arogan.

29 19 2

7. Entitlement (hak)

Mengharapkan bantuan

khusus tanpa

mempertimbangkan tanggung jawab timbal balik.

5, 14, 18, 24,

25, 27

6

Total 30 4 34

(49)

34

2. Reliabilitas

Reliabilitas bisa disebut konsistensi, keterandalan, keterpercayaan, kestabilan, maupun keajegan (Azwar, 2013). Reliabilitas menjelaskan sejauh mana suatu proses pengukuran dapat dipercaya. Suatu pengukuran dikatakan memiliki reliabilitas yang baik apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek diperoleh hasil yang sama. Hasil yang ditunjukkan relatif sama walaupun terdapat perbedaan yang kecil.

Namun jika perbedaannya cukup besar maka pengukuran tersebut dikatakan tidak reliabel. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan internal consistency, yaitu pengujian dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekali saja, kemudian data yang diperoleh di analis (Sugiyono, 2015).

Untuk mengukur taraf realibilitas instrument penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis Alpha Cronback, dengan rumus koefisien realibilitas sebagai berikut:

Keterangan:

∝ : Reliabilitas skala





 − −

= 2

2 2 2

1 1

2

SX

S S

(50)

35

S12 dan S22 : Varians skor belahan 1 dan Varians skor belahan 2 𝑆𝑥2 : Varians skor skala

Dari uji yang dilakukan, maka diperoleh nilai reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.5 Realibilitas

Bersadarkan perhitungan reliabilitas Inventori Kepribadian Narsisme sebesar 0,869. Nilai tersebut dikonsultasikan pada tabel Kriteria Guilford untuk mengetahui kualifikasinya. Tabel Kriteria Guilford dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kriteria Guilford

No. Koefisien Korelasi Kualifikasi

1. 0,91-1,00 Sangat Tinggi

2. 0,71-0,90 Tinggi

3. 0,41-0,70 Cukup

4. 0,21-0,40 Rendah

5. <0,20 Sangat Rendah

Hasil kategorisasi menunjukan bahwa Inventori Kepribadian Narsisme sebesar 0,869 termasuk kedalam kriteria tinggi. Artinya Inventori ini dapat dipercaya dan kestabilannya dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.

G. Teknik Analisis Data

Cronbach's Alpha N of Items

,869 34

(51)

36

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis Subjek penelitian, mentabulasi data, dan menyajikan secara teliti (Sugiyono, 2015). Dikarenakan penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif, maka teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik. Jenis statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif. Berikut dijelaskan langkah-langkah yang telah dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini:

1. Skoring

Setelah pengambilan data, peneliti melakukan skoring pada setiap Skala Kecenderungan Kepribadian Narsistik dengan memberikan tanda bernilai 1-4 berdasarkan norma skoring yang berlaku. Proses ini dilakukan dengan melihat pernyataan favorable dan unfavorable.

2. Tabulasi Data

Peneliti kemudian membuat tabulasi data dan menghitung skor masing- masing Subjek penelitian sera jumlah skor item dengan menggunakan program Microsoft Exel 2013.

3. Menghitung Uji Koefisisen Validitas dan Reliabilitas Instrumen Peneliti dalam menghitung uji validitas menggunakan program IBM SPSS Statistic Version 20 dengan rumus Pearson Product Moment. Kemudian untuk menghitung uji reliabilitas menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach melalui program IBM SPSS Statistic Version 20.

4. Kategorisasi

(52)

37

Peneliti mengkategorisasikan kecenderungan kepribadian nasistik berdasarkan model distribusi normal. Adapun norma kategorisasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Norma Kategorisasi Kecenderungan Kepribadian Narsistik

Keterangan:

X maksimum : Nilai tertinggi X minimum : Nilai terendah

Standar deviasi (σ/sd) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam enam satuan deviasi sebaran.

Mean (µ) : Rata-rata dari skor maksimum dan minimum.

Peneliti menerapkan norma kategori di atas sebagai patokan dalam pengelompokan tingkat kecenderungan kepribadian narsistik pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Pengelompokan dilakukan berdasarkan jumlah item yang valid

Skor Kategorisasi

µ+1,5 σ <X Sangat Tinggi

µ+0,5 σ <X ≤ µ+1,5 σ Tinggi µ-0,5 σ <X ≤ µ+0,5 σ Sedang µ-1,5 σ <X ≤ µ-0,5 σ Rendah

X ≤ µ-1,5 σ Sangat Rendah

(53)

38

sebanyak 34 item. Kategori Subjek penelitian diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:

Skor maksimum teoritik : 34 x 4 = 136 Skor minimum teoritik : 1 x 34 = 34

Luas jarak : 136 – 34 = 102

Standar deviasi (σ/) : 102 ÷ 6 = 17

Mean teoritik (µ) : (136+ 34)÷2 = 85

Tabel 3.8

Kategorisasi Kecenderungan Kepribadian Narsistik Mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Kriteria Skor Interval Kategori

µ+1,5 σ <X 110,5 <X Sangat tinggi µ+0,5 σ <X ≤ µ+1,5 σ 94,5<X ≤ 110,5 Tinggi

µ-0,5 σ <X ≤ µ+0,5 σ 77,5 <X ≤ 93,5 Sedang µ-1,5 σ <X ≤ µ-0,5 σ 60,5 <X ≤ 76, 5 Rendah

X ≤ µ-1,5 σ X ≤ 59,5 Sangat Rendah

5. Deskripsi Presentase Capaian Skor Aspek Narsistik

Teknik analisis data untuk menjawab rumusan masalah nomor 2, yaitu dengan teknik presentasi masing-masing aspek dengan rumus: Total capaian empiris dibagi total maksimal teoritis dikali 100. Hasil perhitungan analisis aspek variabel penelitian data skor aspek berdasarkan Inventori kepribadian narsistik ditampilkan sesuai dengan norma kategorisasi item kecenderungan kepribadian narsistik pada Mahasiswa

Gambar

Grafik      1.1 Indikasi Kepribadian Narsistik ..............................................
Gambar 2.1   Skema Kerangka Pikiran
Tabel 3.5  Realibilitas
Grafik Perolehan Skor Aspek Narsistik Mahasiswa Angkatan 2016  Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Referensi

Dokumen terkait

Telur bebek juga bisa dijadikan telur asin dan permintaan pasar telur asin pun cukup banyak. Oleh karena itu, Bapak Eko Pujianto selaku keluarga pengusaha yang tinggal di Desa

Table 2 presented bivariate analysis results from various factors which were analysed in this study, such as: demographic factors (included age and marital status),

Laba-rugi bersih Rp.. Langkah Bertahap Langkah Bertahap Langkah Bertahap Langkah Bertahap Langkah Bertahap. Pada langkah bertahap, beban penjualan, beban umum dan

Intensitas mengikuti Pembinaan Agama Islam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat tinggi-rendahnya usaha pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo

The present study was designed to investigate the effects of G-90, as a stimulating factor agent, on the healing of the superfi cial digital fl exor tendon (SDFT) of rabbits after

Dimasa yang semakin maju seperti sekarang ini tentunya kita baik selaku personal maupun instansi tentunya dituntut untuk bisa melakukan berbagai perubahan menuju

Berdasarkan pada pengalaman kami dan informasi yang ada, diharapkan tidak ada efek yang membahayakan jika ditangani sesuai dengan rekomendasi dan tindakan pencegahan yang sesuai

Hal itu dikarenakan dengan adanya perputaran piutang yang semakin tinggi maka modal yang diinvestasikan dalam piutang akan semakin sedikit, sehingga perusahaan