• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDAFTARAN TIGA GENRE TARI TRADISI BALI DALAM DAFTAR ICH UNESCO TERHADAP KEHIDUPAN KOMUNITAS BUDAYA DI BIDANG SOSIAL DAN EKONOMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENDAFTARAN TIGA GENRE TARI TRADISI BALI DALAM DAFTAR ICH UNESCO TERHADAP KEHIDUPAN KOMUNITAS BUDAYA DI BIDANG SOSIAL DAN EKONOMI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDAFTARAN TIGA GENRE

TARI TRADISI BALI DALAM DAFTAR ICH UNESCO TERHADAP KEHIDUPAN KOMUNITAS BUDAYA

DI BIDANG SOSIAL DAN EKONOMI

Sampai saat ini Indonesia telah berhasil mendaftarkan sembilan WBTB ke dalam daftar ICH UNESCO, salah satunya Tiga Genre Tari Tradisi Bali pada tahun 2015. Tiga genre tersebut mencakup Wali, Bebalih, dan Balih-balihan. Wali merupakan kategori tari sakral yang hanya bisa dipentaskan di halaman dalam pura (mandala utama) sebagai bagian dari upacara keagamaan/adat. Tari tradisi Bali yang termasuk ke dalam kategori ini, antara lain Rejang, Sanghyang Dedari, dan Baris Upacara.

Sedangkan Bebalih merupakan kategori tari yang biasanya dipentaskan di halaman tengah pura (madya mandala). Tari tradisi Bali yang termasuk ke dalam kategori ini, antara lain Topeng Sidhakarya, Dramatari Gambuh, dan Dramatari Wayang Wong. Sementara itu, Balih-balihan adalah kategori tari pertunjukan yang berfungsi sebagai tari pergaulan atau hiburan yang biasanya ditampilkan di luar pura atau tempat-tempat pertunjukan lainnya. Tari tradisi Bali yang termasuk ke dalam kategori ini, di antaranya adalah Joged Bumbung, Legong Kraton, dan Barong Ket Kuntisraya.

Keberhasilan pelaksanaan rencana tindak dalam melindungi WBTB yang masuk daftar ICH UNESCO dapat dilihat dari pengaruh pendaftaran WBTB terhadap kehidupan komunitas budaya, baik secara sosial maupun ekonomi.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (i) implementasi rencana tindak (action plan) yang diajukan saat pendaftaran tiga genre tari tradisi Bali ke dalam daftar ICH UNESCO; dan (ii) pengaruh pendaftaran tersebut terhadap kehidupan sosial dan ekonomi penari tari tradisi Bali.

P

PENDAHULUAN

11

adalah pendaftaran WBTB Indonesia ke dalam daftar Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO.

emerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi UNESCO 2003: Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage pada tanggal 5 Juli 2007. Oleh karenanya Indonesia memiliki kewajiban untuk melaksanakan berbagai upaya dalam rangka pelindungan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Salah satu upaya tersebut

(2)

Sosialisasi rencana tindak belum dilakukan secara maksimal oleh pemerintah pusat, sehingga sebagian besar pemangku kepentingan di daerah tidak mengetahui adanya rencana tindak yang terdapat dalam berkas penominasian Tiga Genre Tari Tradisi Bali.

1.

Penelitian dilakukan di lima kabupaten/kota yang berada di Provinsi Bali yakni Kota Denpasar, Kab. Gianyar, Kab. Karangasem, Kab. Jembrana, dan Kab. Buleleng. Penelitian dilakukan melalui FGD dan wawancara yang melibatkan para pejabat Dinas Kebudayaan, pengelola sanggar, dan 242 penari tradisi Bali. Penari tradisi Bali ini terdiri dari responden wanita sebanyak 191 orang dan responden laki-laki sebanyak 51 orang. Mereka berada di Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Jembrana

Pada saat tiga genre tari tradisi Bali didaftarkan ke dalam daftar Intangible Cultural Heritage (ICH), pemerintah telah menyusun rencana tindak sebagai acuan dalam pelestarian Tari Tradisi Bali, yaitu:

1. inventarisasi (pencatatan) tari tradisi Bali;

2. penyusunan bahan ajar Tari Tradisi Bali dalam bentuk buku dan video;

3. memasukkan tari tradisi Bali ke dalam kurikulum sekolah sebagai muatan lokal atau ekstrakurikuler;

4. workshop dan pelatihan bagi pelatih Tari Tradisi Bali; dan

5. pertunjukan Tari Tradisi Bali pada Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Kabupaten/Kota dan Provinsi serta Pekan Kesenian Bali (PKB).

Secara umum dapat dinyatakan bahwa sebagian besar rencana tindak tersebut telah dilaksanakan oleh para pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun daerah (lihat tabel 1). Meskipun demikian, berdasarkan analisis terhadap pelaksanaan rencana tindak tersebut ditemukan bahwa:

PELAKSANAAN RENCANA TINDAK

Tabel 1. Pelaksana Rencana Tindak

Pelaksana Rencana Tindak ( Action Plan )

Rencana Tindak ( Action Plan )

Inventarisasi Penyusunan bahan ajar:

buku dan video

Muatan lokal dan ekstrakulikuler

Pertunjukan tari tradisi Bali dalam

Porseni dan PKB Workshop

dan TOT

(Training of Trainer) Dit. Warisan &

Diplomasi Budaya BPNB Bali Pemprov Bali ISI Denpasar Kota Denpasar Kab. Gianyar Kab, Karangasem Kab. Jembrana Kab. Buleleng

2

(3)

PENGARUH SOSIAL EKONOMI TERHADAP KOMUNITAS BUDAYA

Masing-masing pemangku kepentingan di tingkat daerah telah melaksanakan hampir semua butir yang tercantum dalam rencana tindak. Bukan atas dasar pengetahuan mengenai adanya rencana tindak, namun sebagai bagian dari kegiatan rutin mereka.

Akibatnya, pelaksanaan butir-butir dalam rencana tindak tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan ICH UNESCO, seperti di antaranya:

• Pelaksanaan inventarisasi Tiga Genre Tari Tradisi Bali belum diperbaharui secara berkala.

• Bahan ajar, muatan lokal dan ekstrakurikuler masih bersifat umum, hanya memuat teknik menari secara umum, belum secara spesifik memuat materi tentang Tiga Genre Tari Tradisi Bali.

• Belum terdapat kegiatan workshop dan TOT yang dilaksanakan secara terencana dan sistematis untuk meningkatkan keterampilan pelatih Tiga Genre Tari Tradisi Bali. Kegiatan workshop dan TOT selama ini dilaksanakan secara sporadis dan reaktif.

2.

3.

Tari tradisi Bali merupakan bagian dari identitas budaya masyarakat Bali. Hal ini membuat apresiasi masyarakat Bali terhadap tari tradisi mereka cukup tinggi. Ini terbukti dalam survei BPS pada 2018 yang menunjukkan bahwa sebanyak 60% masyarakat Bali masih menonton pertunjukan tari tradisi mereka. Apresiasi terhadap seni tradisional ini memang tidak setinggi apresiasi terhadap kesenian populer modern seperti film dan musik.

Namun, jika dibandingkan secara nasional, apresiasi masyarakat Bali terhadap tari tradisi ini jauh di atas rata-rata apresiasi masyarakat di seluruh provinsi (21%).

Apresiasi terhadap tari Bali yang tinggi selaras dengan motivasi para penari Bali itu sendiri. Penelitian ini menemukan bahwa sebanyak 51% responden beralasan menjadi penari karena ingin melestarikan tari tradisi Bali, sementara 43% menyatakan alasan mereka menjadi penari kare hobi. Tidak ada responden yang menjadi penari karena faktor ekonomi.

Grafik 1. Apresiasi Penduduk Bali terhadap Pertunjukan Seni Film

Musik Tari Tradisi Teater Lainnya Sastra Seni Rupa

0 20 40 60 80 100

83%

66%

60%

18%

11%

9%

8%

3

sumber: BPS, 2018

(4)

Grafik 2 Alasan penari Bali menjadi penari

Meskipun demikian di antara tiga genre tari tradisi, jenis Balih-balihan adalah yang paling populer.

Berdasarkan hasil wawancara dan DKT diperoleh informasi bahwa generasi muda semakin sedikit yang berminat mempelajari tarian sakral dan semi sakral karena tingkat kesulitan dari tarian tersebut.

Menyikapi hal itu, saat ini pemerintah daerah sedang melakukan rekonstruksi/revi talisasi tarian sakral yang hampir punah, misal nya tari Sanghyang di Kabupaten Karangasem, Dramatari Gambuh di Kabupaten Gianyar, dan Dramatari Wayang Wong di Kabupaten Buleleng.

Melestarikan Tari

57%

Tradisi Bali

43%

Hobi

4

Alasan Menjadi Penari

Rendahnya motif ekonomi sebagai penari menyebabkan tari tradisi tidak menjadi ladang penghasilan

utama para penari. Sebanyak 54% responden memiliki rata-rata penghasilan berada di bawah Rp

500.000. Bahkan, ada juga yang tidak memperoleh penghasilan. Filosofi ngayah masih mengakar kuat

dalam budaya masyarakat Bali yang menganggap menari sebagai persembahan kepada Tuhan. Namun

demikian, tentu saja terdapat para penari profesional yang memperoleh pendapatan cukup besar dari

aktivitas menari. Salah satu responden, misalnya mengaku berpendapatan sebesar Rp 15 juta per bulan.

(5)

Grafik 3 Rata-rata penghasilan penari per bulan

Untuk menguji seberapa besar pengaruh sosial ekonomi dari pendaftaran Tiga Genre Tari Bali tersebut, kami menggunakan metode statistik Structural Equation Modelling Partial Least Square (SEM-PLS). Enam butir rencana tindak menjadi indikator bagi variabel-variabel laten yang terdiri dari upaya pengenalan, upaya peningkatan keterampilan, dan upaya apresiasi. Variabel-variabel tersebut menjadi variabel bebas. Sedangkan variabel sosial dan ekonomi merupa kan variabel bergantung.

Variabel sosial diturunkan ke dalam indikator-indikator peningkatan keterampilan, partisipasi masyarakat, pengetahuan, dan rasa memiliki. Sementara variabel ekonomi diturunkan ke dalam indikator peningkatan penghasilan. Model yang dihasilkan adalah sebagaimana tergambar dalam diagram di bawah ini.

<500.000 Tidak ada 500.000 - 1.000.000 1.000.001 - 1.500.000 1.500.001 - 2.000.000 >3.000.000 2.500.0001 - 3.000.000

54% 24%

3%

1% 2%

1%

15%

5

Rata Rata Penghasilan dalam Sebulan

(6)

Berdasarkan model di atas diketahui bahwa upaya pengenalan, upaya peningkatan keterampilan, dan upaya apresiasi yang merupakan tindak lanjut dari pendaftaran Tiga Genre Tari Bali dalam ICH UNESCO secara bersama-sama mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi penari. Jika ditelaah lebih jauh, upaya apresiasi melalui pelaksanaan PKB merupakan yang paling besar pengaruhnya secara sosial. PKB menjadi ajang bagi para seniman tari tradisi Bali untuk mengekspresikan diri. Sementara itu, secara ekonomi, upaya peningkatan keterampilan melalui kegiatan workshop memiliki pengaruh paling besar terhadap peningkatan penghasilan para penari. Workshop bukan hanya menjadi ajang bagi para penari untuk semakin mahir, sehingga meningkatkan prestise sosial ekonomi mereka. Namun juga membuat jaringan mereka lebih luas dan menjadikan mereka terekspos dalam peluang-peluang baru secara ekonomi.

Diagram 1. Model Pengaruh Sosial Ekonomi Terdaftarnya 3 Genre Tari Tradisi Bali dalam ICH UNESCO

6

(7)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 2013 tentang Warisan Budaya TakBenda Indonesia.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2007 tentang Pengesahan Convention for The Safeguarding of The Intangible Cultural Heritage (Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya TakBenda).

UNESCO. 2018. Basic Texts of the 2003 Convention for Safeguarding of The Intagible Cultural Heritage. France.

UNESCO. 2015. National Inventory of Three Genre of Balinese Dance.

UNESCO. 2015. Nomination File No. 00617 For Inscription in 2015 On the Representative List of The Intagible Cultural Heritage of Humanity Tenth Session. Original English.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Penelitian ini mengajukan sejumlah catatan rekomendasi yang perlu ditindaklanjuti para pemangku kepentingan tari tradisi Bali. Beberapa rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut:

Pemerintah Pusat perlu melakukan sosialisasi secara lebih intensif kepada para pemangku kepentingan, khususnya di daerah, mengenai rencana tindak pelestarian Tiga Genre Tari Tradisi Bali yang tercantum dalam formulir pendaftaran ICH UNESCO.

Pemerintah Pusat perlu melakukan monitoring dan evaluasi secara berjenjang dan berkala terhadap pelaksanaan rencana tindak yang tercantum dalam formulir pendaftaran ICH UNESCO .

Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan pembaruan data secara berkala terkait perkembangan Tiga Genre Tari Tradisi Bali.

Pemerintah Pusat perlu mendampingi pemerintah daerah dalam menyusun bahan ajar yang secara spesifik membahas Tiga Genre Tari Tradisi Bali.

1.

2.

3.

4.

Pemerintah daerah perlu menetapkan kebijakan terkait kurikulum muatan lokal dan kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan bahan ajar Tiga Genre Tari Tradisi Bali.

Pemerintah Pusat bersama dengan pemerintah daerah perlu menyelenggarakan workshop dan TOT secara terencana, berkala, sistematis, dan berkesinambungan untuk meningkatkan keterampilan penari.

Pemerintah daerah perlu mengembalikan ajang Porseni dan mengikutsertakan tiga genre tari tradisi Bali dalam ajang tersebut.

5.

6.

7.

REKOMENDASI

DAFTAR RUJUKAN

7

(8)

Risalah Kebijakan ini merupakan hasil dari penelitian/

kajian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan pada tahun 2020.

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Pusat Penelitian Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kompleks Kemdikbud, Gedung E, Lantai 19 Jl. Jenderal Sudirman-Senayan, Jak a 10270 Telp. 021-5736365, 5713827.

website: puslitjakdikbud.kemdikbud.go.id.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Tim Penyusun:

Damardjati Kun Marjanto Herman Hendrik

Ihya Ulumuddin Kaisar Julizar Imelda Widjaja

Gambar

Tabel 1. Pelaksana Rencana Tindak
Grafik 1. Apresiasi Penduduk Bali terhadap Pertunjukan Seni Film Musik Tari Tradisi Teater Lainnya Sastra Seni Rupa 0 20 40 60 80 10083%66%60%18%11%9%8% 3sumber: BPS, 2018
Grafik 2 Alasan penari Bali menjadi penari
Grafik 3 Rata-rata penghasilan penari per bulan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti merasa penelitian ini penting dilakukan, karena seperti yang telah dijabarkan diatas bahwa proses hijrah bukanlah hal yang mudah, berbagai halangan dan rintangan, cibiran,

Bahan material bangunan yang diterapkan pada bangunan resort harus menyesuaikan dengan iklim dan cuaca yang panas dan lembab (hujan), sehingga tetap dapat

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi bermain tebak gambar dengan penurunan kecemasan pada anak usia toddler yang

Dalam bidang kebudayaan perempuan di Minangkabau menjadi tonggak utama dalam pelestarian budaya yang mengandung rangkaian pengetahuan lokal (indigenous knowledge)

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : ³Apakah penerapan strategi pembelajaran inkuiri

Kesimpulan : Pemberian sari buah belimbing wuluh dengan dosis 2 ml/200gramBB/hari selama 14 hari berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah secara signifikan pada tikus yang

Pada saat dihentikan kerusakan di zona sendi plastis hanya sampai tahap terjadi perubahan warna pada resin dan kondisi permukaan benda uji sudah tidak merata yang

sekolah terhadap siswa antara Kabupaten Mamasa dengan Kabupaten Polman Tahun 2006-2010 menunjukkan bahwa Kabupaten Mamasa memiliki kemampuan (tingkat) daya tampung sekolah