• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Tinjauan Pustaka

Kompetisi dan tuntutan akan standar internasional menyebabkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) menjadi isu global dan sangat penting. Banyak negara semakin meningkatkan kepeduliannya terhadap masalah K3 yang dikaitkan dengan isu perlindungan tenaga kerja dan hak asasi manusia serta kepedulian terhadap lingkungan hidup. Penerapan manajemen K3 sebagai bagian dari kegiatan operasi di perusahaan/instansi, merupakan syarat yang tidak dapat diabaikan untuk dapat mencapai efisiensi dan produktifitas yang dibutuhkan, guna meningkatkan daya saing.

2.1.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya perlindungan yang ditunjukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. (8)

K3 juga dapat diartikan sebagai semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada kesehatan dan keselamatan, juga merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja, salah satu nya di Laboratorium Rumah Sakit dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah petugas, pasien dan pengunjung sekitar tempat kerja tersebut.(3,9)

6

(2)

K3 dilakukan untuk memberikan jaminan kesehatan dan keselamatan pada para pekerja dengan cara pencegahan terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta menciptakan suasana yang aman dan nyaman dalam mencapai produktivitas, oleh karena itu K3 mutlak dilaksanakan pada setiap tempat kerja tanpa kecuali. Pelaksanaan K3, diharapkan dapat mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. (10)

Penerapan K3 memiliki beberapa tujuan dalam pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, sebagai berikut:

a) Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja.

b) Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.

c) Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.

2.1.2 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja pada laboratorium adalah suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di laboratorium.(11) K3 memegang peranan penting dalam upaya pencegahan kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. Penerapan SMK3 ini, membawa pengaruh yang baik bagi petugas di laboratorium.(12)

Tujuan dari manajemen K3 ini adalah terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan petugas di laboratorium.(13) Tujuan umum dari manajemen K3 adalah

(3)

mengembangkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di laboratorium untuk tercapainya kemampuan hidup sehat petugas di laboratorium. Sedangkan tujuan khususnya adalah:

a) Tersusunnya rencana kegiatan K3 laboratorium.

b) Terlaksananya kegiatan K3 laboratorium.

c) Terpantau dan terevaluasinya kegiatan K3 laboratorium.

Manfaat dari SMK3 laboratorium adalah sebagai berikut:

1. Bagi laboratorium:

a) Meningkatkan mutu pelayanan.

b) Mempertahankan kelangsungan operasional laboratorium.

c) Meningkatkan citra laboratorium.

2. Bagi petugas laboratorium:

a) Melindungi petugas dari Penyakit Akibat Kerja (PAK).

b) Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK).

3. Bagi pasien dan pengunjung:

a) Mendapat mutu pelayanan yang baik.

b) Memberikan kepuasan yang baik kepada pasien dan pengunjung.

Pimpinan laboratorium, merupakan pihak yang memiliki kemampuan dan tanggung jawab dalam mengendalikan seluruh lingkungan kerja di laboratorium, serta seluruh sumber daya yang digunakan. Sebagai konsekuensi dan tanggung jawab tersebut, aperlu ditetapkannya sebuah SMK3 yang melibatkan semua unsur yang ada pada laboratorium, baik pihak dari pimpinan, petugas, maupun kondisi dan lingkungan kerja, dalam suatu hubungan yang terintegrasi. (14)

(4)

2.1.3 Penerapan Standar Kegiatan K3 di Rumah Sakit Berdasarkan Kepmenkes N0. 1087 tahun 2010

1) Kebijakan K3

Kebijakan yang berada di rumah sakit harus meliputi pendanaan anggaran yang berkaitan dengan fasilitas K3RS, seperti safety sign, APAR, APD, serta sistem keamanan tanggap darurat rumah sakit seperti penggunaan alarm.

2) Pembudidayaan perilaku K3

Pelaksanaannya harus diawali dengan komitmen dari semua pihak, seluruh petugas dibekali pengetahuan dan kompetensi, serta pihak pimpinan membuka seluruh jaringan komunikasi untuk berdiskusi dan para petugas di tuntun bertanggung jawab, disiplin, proaktif, serta memiliki motovasi sebagai pendorongnya.

3) Pengembangan Sumber Daya Manusia K3

Upaya untuk meningkatkan konstribusi produktif tenaga kerja terhadap instansi rumah sakit yang dilakukan dengan berpegang pada prinsip dan melaksanakan fungsi administrative serta fungsi operasional.

4) Pembangunan pedoman K3RS

a) Penyusunan pedoman praktis ergonomic di Rumah Sakit b) Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja c) Penyusunan pedoman pelaksanaan keselamatan kerja

d) Penyusunan pedoman pelaksanaan tanggap darurat di RS

(5)

e) Penyusunan pedoman pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

5) Pemantauan dan Evaluasi K3 a) Pencatatan dan pelaporan K3

b) Inspeksi K3 di rumah sakit dilakukan secara berkala c) Melaksanakan audit K3

d) Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen 6) Pelayanan Kesehatan Kerja bagi Pekerja di RS

a) Melakukan pemeriksaan kesehatan b) Melakukan pelatihan K3

c) Melakukan pemeriksaan secara berkala dan pemeriksaan khusus d) Meningkatkan kesehatan rohani dan jasmani

e) Memberikan pengobatan serta rehabilitasi bagi pekerja yang mengalami sakit

7) Pelayanan Keselamatan Kerja

Pelayanan keselamatan kerja erat kaitannya dengan keselamatan fisik pekerja.

Maka perlu adanya rehabilitasi, pengobatan dan perawatan bagi pekerja yang mengalami sakit.

8) Pengembangan Program Pemeliharaan Pengelolaan Limbah Padat, Cair, dan Gas

a) Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah b) Pengelolaan limbah medis dan non medis

(6)

9) Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya

a) Pengelolaan bahan berbahaya perlu disertakan lembar data keselamatan material safety data sheet (MSDS)

b) Apabila terjadi kontaminasi bahan berbahaya dan beracun akibat pekerjaan, wajib dilakukan penanggulangan terhadap resiko yang mungkin terjadi dengan prosedur yang telah ditetapkan

10) Pengembangan Manajemen Tanggap Darurat

a) Manajemen K3RS merupakan upaya terpadu dari seluruh SDM RS, pasien, serta pengunjung atau pengantar orang sakit.

b) SMK3 adalah kegiatan dari sistem manajemen yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, prosedur, sember daya, dan tanggungjawab organisasi. Tujuan nya adalah menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat agar terciptanya tenaga kerja produktif disamping dalam rangka akreditasi rumah sakit itu sendiri.

11) Pengumpulan, Pengolahan, Dokumentasi, Data dan Pelaporan K3

a) Pencatatan dan pelaporan adalah pelaksanaan pendokumentasian kegiatan K3 oleh organisasi K3RS yang dikumpulkan dan dilaporkan / dikonfirmasikan oleh organisasi K3RS ke Direktur rumah sakit dan unit teknis terkait wilayah rumah sakit.

b) Pelaporan terdiri dari pelaporan berkala (bulanan, semester, dan tahunan) 12) Review Program Tahunan

(7)

a) Melakukan internal audit K3 b) Mengikuti akreditasi rumah sakit

2.1.3.1 Langkah-langkah Penyelenggaraan SMK3

Untuk memudahkan penyelenggaraan K3 di laboratorium,(11) maka perlu dilakukannya langkah-langkah penerapan K3, meliputi:

1. Tahap Persiapan

a) Menyatakan komitmen.

Komitmen harus dimulai dari pimpinan laboratorium. Pernyataan komitmen tidak hanya dalam kata-kata, tetapi juga harus dengan tindakan nyata, agar dapat diketahui, dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh petugas laboratorium.

b) Menetapkan cara penerapan K3.

Bisa menggunakan jasa konsultan atau tanpa menggunakan jasa konsultan jika laboratorium memiliki personil yang cukup mampu untuk mengorganisasikan dan mengarahkan petugasnya.

c) Pembentukan unit pelaksana K3

Pembentukan ini dilakukan untuk mempermudah dalam mengelompokan petugas yang berkompeten dalam masalah K3 dalam melakukan pelaksanaan K3 serta mengumpulkan data dalam melakukan evaluasi.

d) Pembentukan anggota unit pelaksana K3.

Anggota unit pelaksana K3 sebaiknya terdiri atas petugas yang berkompeten dalam masalah K3. Peran, tanggung jawab dan tugas anggota unit

(8)

pelaksana K3 perlu ditetapkan. Sedangkan mengenai jumlah anggota disesuaikan dengan kebutuhan laboratorium.

e) Menetapkan sumber daya yang diperlukan.

Sumber daya disini mencakup orang (mempunyai petugas K3), sarana, waktu dan dana.

2. Tahap Pelaksanaan

a) Penyuluhan K3 ke semua petugas laboratorium merupakan kegiatan yang dapat dilakukan melalui beberapa cara, misalnya dengan pernyataan komitmen dan kebijakan pimpinan, melalui ceramah, surat edaran, atau pembagian buku-buku yang terkait dengan Sistem Manajemen K3.(15)

b) Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kelompok di dalam organisasi laboratorium. Fungsinya memproses individu dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dari pelatihan.

c) Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku diantaranya:

1) Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala dan khusus).

2) Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja.

3) Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan.

4) Pengobatan pekerja yang menderita sakit.

5) Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur, melalui monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada.

6) Melaksanakan biological monitoring.

(9)

7) Melaksanakan surveilans kesehatan pekerja.

3. Tahap pemantauan dan Evaluasi

a) Pemantauan dan evaluasi meliputi:

1) Pencatatan dan pelaporan K3.

2) Pencatatan semua kegiatan K3.

3) Pencatatan dan pelaporan KAK.

4) Pencatatan dan pelaporan PAK.

b) Inspeksi dan pengujian.

Inspeksi K3 di laboratorium dilakukan secara berkala, terutama oleh petugas K3 RS sehingga kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan terhadap pekerja berisiko seperti biological monitoring (pemantauan secara biologis).

c) Melaksanakan audit K3.

Tujuan audit K3 adalah:

1) Untuk menilai potensi bahaya, serta gangguan kesehatan dan keselamatan.

2) Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai ketentuan.

3) Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial sebelum timbul gangguan atau kerugian.

d) Perbaikan dan pencegahan

(10)

Didasarkan atas hasil temuan dari audit, identifikasi, penilaian risiko direkomendasikan kepada pemimpin laboratorium.

e) Tinjauan ulang dan peningkatan

Di lakukan oleh pimpinan laboratorium secara berkesinambungan untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3.

2.1.3.2 Faktor – faktor Penerapan SMK3 A. Komitmen dan Kebijakan K3 Laboratorium

Komitmen ibarat energi yang menggerakkan roda kebijakan K3 organisasi yang menuntut manajemen menunjukan komitmennya terhadap pelaksanaan dengan menetapkan kebijakan terhadap SMK3.(16) Komitmen sebagai suatu keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keangotaannya dalam organisasi.(17)

Kebijakan K3 merupakan perwujudan dari komitmen puncak pimpinan yang memuat visi dan tujuan organisasi, komitmen dan tekad untuk melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja, kerangka dan program kerja. (18) Komitmen kebijakan K3 ditunjukkan melalui keberhasilan penerapan sistem manajemen K3.

(11) Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 laboratorium, perlu disusun strategi antara lain:

1) Sosialisai program K3.

2) Menetapkan tujuan program K3.

3) Pembentukan organisasi dan penugasan program K3.

(11)

4) Meningkatkan SDM professional di bidang K3.

5) Sumberdaya yang harus didukung oleh manajemen puncak.

6) Membuat kajian risiko.

7) Membuat program kerja K3 laboratorium.

8) Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala.

B. Keamanan Bekerja Laboratorium

Prosedur yang berkaitan dengan keamanan Standards Operation Procedure (SOP) wajib dilakukan. Prosedur itu antara lain adalah penggunaan

peralatan keamanan kerja. Fungsi utama dari peralatan keamanan kerja adalah melindungi dari bahaya kecelakaan kerja dan mencegah akibat lebih lanjut dari kecelakaan kerja. Pedoman dari International Labour Organization (ILO) menerangkan bahawa keamanan saat bekerja sangat penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pedoman itu antara lain:

a) Melindungi pekerja dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari pekerjaan dan lingkungan kerja.

b) Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.

c) Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun social para pekerja.

Alat K3 yang biasanya dipakai oleh tenaga kerja adalah helm, masker, kacamata, atau alat perlindungan telinga tergantung pada profesinya.(19)

C. Pendokumentasian Program K3 Laboratorium

Pendokumentasian merupakan unsur utama setiap system manajemen yang harus dibuat sesuai dengan kebutuhan laboratorium. Kegiatan

(12)

pendokumentasian dilakukan untuk pencatatan dan perekaman setiap pelaksanaan aktifitas program K3. Pembaharuan dalam pendokumentasian harus diperbaharui dan juga harus jelas agar pengendaliannya dapat berjalan secara efektif untuk proses dan prosedur dalam kegiatan laboratorium. Dengan adanya pendokumentasian ini diharapkan mampu mendorong dan mendukung kesadaran para pekerja atau pegawai dalam tercapainya tujuan utama dari SMK3.(3)

Dokumentasi sistem manajemen K3 harus mencakup :

1) Uraian lingkup sistem manajemen K3.

2) Kebijakan dan objektif K3.

3) Dokumen termasuk dalam rekaman yang disyaratkan OHSAS 18001.

4) Uraian elemen utama dari sistem manajemen K3, interaksi dan refensi untuk dokumen terkait.

5) Dokumentasi hendaknya proporsional dengan tingkat kerumitan, bahaya dan risiko yang ada dan dibuat seminimal mungkin untuk efektifitas dan efesiensi.

6) Dokumen termasuk dalam rekaman yang ditentukan dan di perlukan oleh laboratorium untuk memastikan perencanaan yang efektif terhadap operasi dan pengendalian proses yang berkaitan dengan manajemen resiko K3.

Laboratorium harus mengatur dan memelihara kumpulan ringkasan pendokumentasian yang akan bermanfaat untuk :

1) Menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran K3.

2) Menyatukan secara sistematik kebijakan, tujuan dan sasaran K3.

3) Mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan prosedur K3.

(13)

4) Menunjukkan bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai untuk laboratorium telah diterapkan.

5) Memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan menguraikan unsur- unsur lain dari sistem manajemen laboratorium.

Dalam membuat dokumen, harus mengacu pada criteria minimum yaitu tanggal terbit, tanggung jawab, persetujuan, judul dokumen, nomor dokumen, nomor revisi, tujuan pembuatan dokumen, ruang lingkup, referensi, definisi, halaman, dan uraian dokumen.

Dengan adanya pedokumentasian ini petugas laboratorium dapat memahami dan mengerti serta menyadari apa yang harus diperbuat untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik tanpa adanya kecelakaan, serta para petugas mengetahui apa yang ada di lingkungan dimana dia bekerja.(3)

D. Audit SMK3 Laboratorium

Sejak diberlakukan SMK3 ada beberapa kemajuan dimana jumlah laboratorium yang diaudit dari tahun ke tahun semakin meningkat. Selain karena tingkat kesadaran meningkat, tuntutan pasar turut mempengaruhi peningkatan tersebut.(3) Berdasarkan uraian tersebut, maka audit SMK3 bertujuan untuk:

1) Menilai secara kritis dan sistematis semua potensi bahaya pada kegiatan laboratorium.

2) Memastikan bahwa pengelolaan K3 di laboratorium telah benar-benar dilaksanakan sesuai ketentuan perundangan.

3) Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial sebelum timbul gangguan atau kerugian.

(14)

Audit SMK3 merupakan alat untuk mengukur besarnya keberhasilan pelaksanaan dan penerapan SMK3, secara sistematik dan independent.(20) Berdasarkan pelaksanaan audit SMK3, jenis-jenis audit dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:

1) Audit Internal

Penilaian dilakukan oleh rumah sakit terhadap laboratorium, yang bertujuan untuk menilai efektifitas penerapan SMK3 serta memberi masukkan kepada manajemen. Pelaksanaan internal audit, idealnya dilaksanakan 2 kali setahun.

Audit internal dilaksanakan oleh personil yang independent.

2) Audit External

Adalah audit yang dilaksanakan oleh pihak luar bertujuan untuk menunjukkan penilaian terhadap sistem manajemen K3 di laboratorium secara obyektif dan menyeluruh sehingga diperoleh pengakuan dari pemerintah atas penerapan SMK3. Fungsinya sebagai umpan balik untuk mendukung pertumbuhan serta peningkatan kualitas SMK3 rumah sakit tersebut. Pada audit eksternal, akan diberikan sertifikat dari Pemerintah.(20)

Elemen dan kriteria audit

a) Pembangunan dan pemeliharaan komitmen.

b) Strategi pendokumentasian.

c) Peninjauan ulang perencanaan.

d) Pengendalian dokumen.

e) Pembelian barang dan jasa.

f) Keamanan bekerja berdasarkan sistem manajemen K3

(15)

g) Standar pemantauan.

h) Pelaporan dan perbaikan keuangan.

i) Pengelolaan material dan perpindahannya.

j) Pengumpulan dan penggunaan data.

k) Audit sistem manajemen K3.

E. Monitoring K3 Laboratorium

Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3 adalah upaya yang harus dilakukan pihak laboratorium. Menurut William Travers Jerome, kegiatan monitoring dilakukan untuk mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan yang dilaksanakan dengan rencana yang telah di susun. Monitoring digunakan untuk memperbaiki kegiatan yang menyimpang dari rencana, mengkoreksi penyalahgunaan aturan dan sumber-sumber, serta untuk mengupayakan agar tujuan dicapai seefektif dan seefisien mungkin.

Peninjauan ulang sistem manajemn K3 mencakup:

1) Evaluasi kelayakan kebijakan K3.

2) Peninjauan ulang tujuan, sasaran dan kinerja K3.

3) Temuan audit sistem manajemen K3.

4) Evaluasi efektifitas sistem manajemen K3, kebutuhan perubahan dalam menghadapi:

a) Perubahan undang-undang.

b) Perubahan harapan dan pernyataan pihak yang berkepentingan.

c) Perubahan dalam produk atau kegiatan organisasi.

(16)

d) Perubahan terhadap struktur organisasi.

e) Kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemiologi.

f) Pelajaran yang didapat dari insiden K3.

g) Preferensi pasar.

h) Pelaporan dan komunikasi.

i) Umpan balik (khususnya pegawai).

2.1.4 Kondisi Lingkungan

Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang melakukan aktifitas kerjanya. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja. Kondisi lingkungan kerja yang aman dan nyaman dapat membantu dalam meningkatkan produktivitas pekerja. Namun pada umumnya di setiap tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang dapat mengancam K3 tenaga kerja. Hampir tidak ada tempat yang sama sekali bebas dari sumber bahaya. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, perlu dilakukan inspeksi tempat kerja untuk mendeteksi adanya sumber bahaya, kemudian diupayakan pengendaliannya agar tenaga kerja terlindungi dari bahaya potensial yang ada. (21)

Adapun sumber bahaya dilingkungan kerja yang sering terjadi adalah sebagai berikut:

1) Fisik, antara lain: ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin, bising dan kurang penerangan, getaran yang berlebihan, radiasa dan lain-lain. (22)

2) Kimia, berasal dari bahan-bahan yang digunakan maupun bahan yang dihasilkan selama proses. Bahan ini terhambur ke lingkungan, karena cara

(17)

kerja yang salah, kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses.

3) Biologi, disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun binatang lain yang ada di tempat kerja.

4) Faal kerja atau ergonomik, antara lain: beban kerja terlalu berat, peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan tenaga kerja.

5) Psikologis, antara lain karena keadaan sosial tempat kerja tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada pekerja, seperti tekanan darah meningkat, dan stress. (23)

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini, adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang berpengaruh terhadap penerapan SMK3 di Laboratorium Rumah Sakit Angkatan Udara Dr. M. Salamun.

Komitmen dan Kebijakan K3

Sistem Manajemen K3 Laboratorium Keamanan Bekerja

Berdasarkan SMK3

Pendokumentasian Program K3

Audit SMK3

Monitoring K3

(18)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian sehingga memerlukan bukti-bukti dan faktor-faktor untuk dapat dinyatakan kebenarannya. Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor Komitmen dan Kebijakan K3 berhubungan dengan penerapan SMK3 di Laboratorium Rumah Sakit Angkatan Udara Dr. M. Salamun.

2. Faktor Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3 berhubungan dengan penerapan SMK3 di Laboratorium Rumah Sakit Angkatan Udara Dr. M.

Salamun.

3. Faktor Pendokumentasian Program K3 berhubungan dengan penerapan SMK3 di Laboratorium Rumah Sakit Angkatan Udara Dr. M. Salamun.

4. Faktor Audit SMK3 berhubungan dengan penerapan SMK3 di Laboratorium Rumah Sakit Angkatan Udara Dr. M. Salamun.

5. Faktor Monitoring K3 berhubungan dengan penerapan SMK3 di Laboratorium Rumah Sakit Angkatan Udara Dr. M. Salamun.

(19)

2.4 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, definisi operasional yang saya gunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Komitmen dan Kebijakan Manajemn K3

Kebijakan K3 merupakan perwujudan dari komitmen puncak

pimpinan yang memuat visi dan tujuan organisasi

Wawancara Kuesioner 1. Ada jika nilai diatas mean 8.37 2.Tidak ada jika nilai di bawah mean 8.37

Ordinal

Keamanan Bekerja Berdasarkan

SMK3

Upaya untuk melindungi diri dari bahaya kecelakaan kerja

Wawancara Kuesioner 1. Ada jika nilai diatas median 9.00 2. Tidak ada jika nilai dibawah median 9.00

Ordinal

Pendokumentasian Program K3

Pencatatan dan perekaman setiap

pelaksanaan aktifitas

Wawancara Kuesioner 1. Ada jika nilai diatas median 9.00 2. Tidak ada jika nilai dibawah median 9.00

Ordinal

Auidt SMK3

Proses untuk mengukur pelaksanaan suatu program

Wawancara Kuesioner 1. Ada jika diatas median 8.00 2. Tidak ada jika dibaawah median 8.00

Ordinal

Peningkatan dan

Monitoring K3 Meninjau secara

teratur setiap Wawancara Kuesioner 1. Ada jika diatas

median 10.00 Ordinal

(20)

perkembangan program K3 yang telah dilaksanakan

2. Tidak ada jika dibawah median 10.00

Penerapan K3 Penilaian pekerja tentang sistem

Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang ditetapkan laboratorium sesuai dengan pedoman Permenkes

Wawancara Kuesioner 1. Tercapai jika nilai diatas median 19.00

2. Tidak tercapai jika nilai dibawah median 19.00

Ordinal

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa biji mentimun memiliki khasiat sebagai anthelmintik karena waktu kematian cacing 100% pada ekstrak biji

Lamun hirup urang geus di nu caang sakumaha Mantenna anu jadi Cahaya Caang, eta ciri diri urang geus beresih tina dosa ku karana getih Yesus Putra-Na, sarta bakal bisa hirup

Berpijak dengan ciri kekhususannya dengan dua gedung karena lokasi jalan raya, muncul juga ciri khas berikutnya, yaitu memiliki jembatan yang menghubungkan gedung utara dan

Carilah kegiatan di sekitar kalian yang berkaitan dengan pencerminan Diluar PBM selama satu minggu Penilaian untuk, sebagai, dan/atau pencapaian pembelajaran(a ssessment

Skup tematikal merupakan pembatasan agar tema dalam penulisan tidak keluar dari tema yang telah ditetapkan oleh penulis,tema yang diambil dalam penelitian ini

Dari hasil analisis data didapatkan bahwa nilai r = .476 (p< .001), yang berarti bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara empati dengan kepuasan

Uji lengos adalah suatu uji yang digunakan untuk mendeteksi polutan di ekosistem terestrial dengan menggunakan perilaku menghindar hewan uji terhadap polutan.. Perilaku

Standar JAS NO 232 for plywood (2003) nilai MOR minimal 204,08 kgf/cm 2 , nilai yang dihasilkan dari penelitian ini jauh lebih tinggi yaitu 102,71-287,69 kgf/cm 2 sehingga