• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENGAMATAN PEMBELAJARAN SENI KRIYA DI KELAS XI SMA NEGERI 2 LAMBU KABUPATEN BIMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN PENGAMATAN PEMBELAJARAN SENI KRIYA DI KELAS XI SMA NEGERI 2 LAMBU KABUPATEN BIMA"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PENGAMATAN PEMBELAJARAN SENI KRIYA DI KELAS XI SMA NEGERI 2

LAMBU KABUPATEN BIMA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana (SI) Pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh:

BURHAN

1054117409

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)
(3)
(4)

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : BURHAN

Stambuk : 10541 0174 09

Jurusan : Pendidikan Seni Rupa

Judul Skripsi : Pelaksanaan Pembelajaran Seni Kriya Di Kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima

Dengan ini menyatakan Perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai selesainya skripsi ini.

Saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuat oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi ini.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti yang tertera pada butir 1, 2, dan 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian surat perjanjian ini saya buat dengan sebanarnya dan penuh kesadaran.

Makassar, Januari 2015 Yang Membuat Perjanjian

BUARHAN

Nim :105 410 174 09 Mengetahui,

Ketua Prodi Pedidikan Seni Rupa

Andi Baetal Mukaddas, S.Pd.,M.Sn NBM: 431 879

(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : BURHAN

Stambuk : 10541 0174 09

Jurusan : Pendidikan Seni Rupa

Judul Skripsi : Pelaksanaan Pembelajaran Seni Kriya Di Kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Januari 2015 Yang Membuat Pernyataan

BURHAN

NIM:105 410 174 09

Diketahui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ali Ahmad Muhdy, M.Pd Drs.Yabu M, M.Sn

NIP : 195605041983031003 NIP : 195512011982121001

(6)

MOTTO

Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda, karna

kemenangan dan kesuksesan yang sesungguhnya merupakan

bangun kenbali dari setiap kali kita jatuh

Jangan kamu mempelajari ilmu pengetahuan itu, Lantaran kamu ingin menyaingi para ulama

Atau

Untuk bertengkar dengan orang-orang yang bodoh, Atau

Untuk menarik perhatian orang lain pada mu (Hadits)

Dengan kasih sayang dan tetesan jerih payahmu, mengantarkanku digerbang cita-citaku, kupersembahkan karya sederhan ini untuk ibunda dan ayahandaku tercinta,

serta saudaraku dan orang yang menyayangiku

.

(7)

ABSTRAK

BURHAN 2015. Pelaksanaan Pembelajaran Seni Kriya Di Kelas XI SMA Negeri 2Lambu Kabupaten Bima. Skripsi. Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui kurikulum apa yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran seni kriya di SMA Negeri 2 lambu Kabupaten Bima, 2)Untuk mengetahui bagaimana sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pembelajaran seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima, 3) Untuk mengetahui metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima, 4) Untuk mengetahui bagaimana sistem penilaian hasil belajar seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima, 5) Untuk mengetahui bagaimana latar belakang pendidikan guru seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu berusaha memberikan gambaran objektif sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Berdasarkan hasil penelitian tentang pelaksanaaan pembelajaran seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima adalah kurikulum 2013 (K 13). 2) Keadaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pembelajaran seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima kurang memadai sehingga menghambat kelancaran proses belajar mengajar. 3) Metode yang digunakan dalam pembelajaran seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima adalah metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan penugasan.

4) Sistem penilaian hasil belajar pendidikan seni kriya SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima yang digunakan adalah jenis tes praktik, penugasan dan tes lisan. 5) Latar belakang pendidikan guru seni kriya yang mengajar di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima adalah berlatar belakang Pendidikan S1 Pendidikan Kimia Fakultas MIPA di IKIP Mataram.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dengan judul skripsi“Pelaksanaan Pengalaman Pembelajaran Seni Kriya Kaligrafi Di Kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima” dapat diselesaikan dalam rangka memenuhi persyaratan akademik guna memperoleh gelar sarjana (S1) pada Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Tidak lupa pula penulis mengirimkan shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Rasul yang telah membimbing ummatnya dari jalan yang benar sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penulisan skripsi ini banyak kendala-kendala yang dihadapi oleh penulis, namun berkat bantuan dan dukungan dari beberapa pihak yang membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar, untuk itu penulis tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd.,Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum, dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Andi Baetal Mukaddas, S.Pd., M.Sn Ketua Program Studi Pendidikan Seni Rupa, FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

vi

(9)

4. Bapak Muh. Tahir, S.Pd Sekretaris Pendidikan Seni Rupa FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Bapak Drs. Ali Ahmad Muhdy, M.Pd pembimbing I 6. Bapak Drs.Yabu, M., M.Sn pembimbing II

7. Kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan semangat dan dorongan sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.

8. Rekan-rekan angkatan Sparta 09 yang selalu berkomitmen untuk menjaga solidaritas persaudaraan.

9. Kepada teman-teman HIMASSILA, Ibrahim, Adiyansyah, bung Thomi, Parlan, Sandi, dan yang tidak sempat saya sebut namanya satu persatu, yang selalu memberikan dorongan dan semangat perjuangan, dalam rangka menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sumbang saran dan kritik terhadap semua pihak demi kesempurnaan menyusun skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Makassar, 2015

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

MOTTO ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Pengertian Pembelajaran ... 6

2. Pengertian seni kriya ... 7

3. Sarana dan prasarana ... 10

4. Metode dalam pembelajaran ... 12

5. Sistem Penilaian dalam Pembelajaran ... 16

B. Kerangka Pikir ... 19

(11)

BAB III METODE PENELITIAN... 21

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 21

B. Variabel dan Desain Penelitian ... 22

C. Definisi Operasional Variabel . ... 24

D. Populasi dan sempel ... 25

E. Teknik Pengumpulan Data ... 25

F. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Penyajian Data ... 27

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Skema Kerangka Pikir ………. ……….……… 22

2. Peta Propinsi NTB……….……….……… 23

3. Peta SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima……….…… 24

4. Skema Desain Penelitian……….………... 25

5. Tabel . identifikasi kelayakan sarana pendukung seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu……….. 31

6. Tabel . identifikasi kelayakan prasarana pendukung seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu ………. 31

7. Tabel . Standar penilaian pembelajaran seni kriya………... 33

8. Tabel. Tabel Kegiatan Pembelajaran Seni Kriya SMA N 2 Lambu……….. 41

9. Tabel. Tabel Kegiatan Pembelajaran Seni Kriya SMA N 2 Lambu………. 43

10. Tabel . Aspek penilaian dalam pembelajaran seni kriya……. 45

11. Lokasi SMA Negeri 2 Lambu Kabupate Bima……… 62

12. Bangunan SMA N egeri 2 Lambu Kabupaten Bima………… 62

(13)

13.

14.

15.

16.

Keadaan ruangan SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima…..

Ruangan guru SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima……...

Suasana belajar mengajar di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima……….

Kegiatan wawancara dengan guru seni budaya………..

63 63

64 64

viii

(14)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Skema Kerangka Pikir………. 20

2. Skema Desain Penelitian ……… 25

3. Tabel . identifikasi kelayakan sarana pendukung seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu……….

31 4.

5.

6.

7.

8.

Tabel . identifikasi kelayakan prasarana pendukung seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu ……….

Tabel . Standar penilaian pembelajaran seni kriya………...

Tabel . Tabel Kegiatan Pembelajaran Seni Kriya SMA N 2 Lambu……….

Tabel. Tabel Kegiatan Pembelajaran Seni Kriya SMA N 2 Lambu……….

Tabel . Aspek penilaian dalam pembelajaran seni kriya……….

31 33

41

43

45

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pelajaran seni kriya dalam kurikulum seni budaya di kelas XI pada semester satu dapat menuntun siswa untuk memahami seni kriya. Seni kriya adalah salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum sekolah yang wajib diajarkan kepada siswa, termasuk di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

Berangkat dari itu maka yang menjadi objek penelitian di sini adalah pelaksanaan pembelajaran seni kriya. Pembelajaran seni kriya menuntun keterampilan tangan atau kerajinan yang membutuhkan ketelitian untuk setiap kedetailan karya yang dibuat selain itu, juga harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai agar dapat terlaksana di sekolah. Oleh karena itu yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah dalam pelakasanaan pembelajaran seni kriya sesuai dengan apa yang diharapkan.? Kalaupun tidak sesuai dengan yang diharapkan, mengapa bisa seperti itu?. Apakah sarana dan prasarana yang tidak mendukung.? Apakah metode yang digunakan kurang tepat.? Apakah proses penilaiannya yang tidak objektif.? Kemudian pengguna motode dalam hal ini seorang pelaksana pendidikan atau guru yang kurang memahaminya dalam pembelajaran seni kriya?

Dari beberapa pertanyaan di atas, maka tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan adalah kurikulum pendidikannya.

Karena pentingnya maka setiap kurun waktu tertentu kurikulum selalu dievaluasi

1

(16)

untuk kemudian disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan masyarakat. Kementrian Pendidikan Nasional juga secara teratur melakukan evaluasi terhadap peraturan yang berkaitan dengan kurikulum. Dalam dunia modern perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka metode belajar juga semakin lama semakin maju pesat. Begitupun pola pembiayaan pendidikan serta kondisi sosial, termasuk perubahan pada tuntutan profesi serta kebutuhan dan keinginan pelanggan.? Semua itu ikut memberikan dorongan bagi penyelenggara pendidikan untuk selalu melakukan proses perbaikan, modifikasi, dan evaluasi pada kurikulum yang digunakan.

Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari beberapa kurikulum yang telah diterapkan sebelumnya. Dengan menitikberatkan pada kemampuan sebuah badan pendidikan untuk mampu mengelola badan tersebut secara mandiri dan sesuai dengan kepentingan yang berlaku di sekitar badan tersebut. Kurikulum ini sangat penting untuk diterapkan secara menyeluruh, agar sebuah badan pendidikan mampu menghasilkan produk pendidikan yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Namun banyak sekolah yang tidak menerapkan kurikulum ini salah satunya di Sekolah SMAN 2 Lambu Kabupaten Bima yang saya observasi dalam rangka penelitian. Sebagian tenaga pengajar tidak memahami eksistensi Kurikulum 2013 itu sendiri sehingga mereka tidak menerapkannya. Dari fenomena yang ada di lapangan tidak bisa dipungkiri sarana dan prasarana juga kurang memadai dalam pelaksanaan pembelajaran seni kriya.

Salah satu yang mendorong saya juga untuk melakukan penelitian di Sekolah

(17)

tersebut. Berdasarkan hasil survei awal pada penelitian diperoleh informasi bahwa guru yang mengajarkan seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu adalah guru yang berlatarbelakang pendidikan S1 Kimia dapat dipertanyakan kompetensinya dalam mengajarkan seni kriya di sekolah tersebut.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penulis merasa terpanggil untuk mengadakan penelitian yang menyangkut masalah pelaksanaan pembelajaran seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:

1. Kurikulum apa yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran seni kriya di SMA Negeri 2 lambu Kabupaten Bima?

2. Bagaimana sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pembelajaran seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima?

3. Bagaimana strategi dan pendekatan belajar mengajar yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima?

4. Bagaimana sistem penilaian hasil belajar yang digunakan oleh guru?

5. Bagaimana latar belakang pendidikan guru seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran seni kriya di kelas XI

(18)

SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima. Tujuan umum tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kurikulum yang gunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

2. Untuk mengetahui sarana dan prasarana dalam proses pelaksanaan pembelajaran seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

3. Untuk mengetahui strategi yang digunakan dalam pembelajaran seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

4. Untuk mengetahui sistem penilaian hasil belajar seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

5. Untuk mengetahui latar belakang pendidikan guru seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Bertolak dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

1. Menjadi bahan masukan terhadap instansi tekait, dalam menggunakan sistim pelaksanaan pembelajaran yang baik di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

2. Memberikan masukan bagi guru-guru khususnya guru seni budaya (seni kriya) dalam berkonsentrasi pada bidang studi masing-masing

(19)

dalam meningkatkan pelaksanaan pembelajaraan seni kriya khususnya bagi siswa di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

3. Menjadi bahan masukan bagi instansi terkait, dalam hal menugaskan atau merekrut guru-guru yang akan mengajar suatu mata pelajaran, harus sesuai dengan latar belakang disiplin ilmu yang dimilikinya.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka

Pada bagian ini akan diketengahkan acuan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam melakukan penelitian. Teori yang akan dikemukakan pada bagian ini adalah merupakan dasar pemikiran untuk menemukan pemecahan masalah yang diteliti.

1. Pengertian Pembelajaran

Kata pembelajaran adalah berasal dari kata belajar. Dengan mendapat imbuhan “pem” dan akhiran “an” pada kata pembelajaran dikemukakan bahwa:

“Pembelajaran adalah merupakan upaya sadar yang disengaja oleh guru membuat siswa belajar melalui pengaktifan sebagai unsur dinamis dalam proses belajar siswa“ (Gredler, Bell, 1991: 16).

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara instruktur dan pembelajar dalam suatu kegiatan belajar mengajar (Daryanto. 2009:178)

(Menurut Sadiman, dkk. 2007: 11) dijelaskan bahwa kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai padanan kata bahasa Inggris instructio. Kata instruction mempunyai pengertian lebih luas daripada pengajaran, jika kata pengajaran ada dalam konteks pembelajaran-pembelajaran di kelas (ruang) formal, maka pembelajaran atau instruction mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri pembelajaran. Oleh karena dalam instruction yang ditekankan adalah proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi

6

(21)

sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri pembelajar, disebut pembelajaran.

Menurut Degeng & Miarso (dalam Haling, 2007: 12) bahwa:

Pembelajaran adalah suatu proses yang dilaksanakan sistematik dimana setiap komponen saling berpengaruh. Dalam proses secara implisit terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana membelajarkan pembelajar dan lebih menekankan pada cara untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

2. Pengertian Seni Kriya

Dalam Kamus Jawa Kuno kata kriya berasal dari bahasa Sansakerta yang artinya pekerjaan, tindakan, dan khususnya pekerjaan yang berkenaan dengan upacara keagamaan (Zoet Mulder 1995-520),

Seni kriya adalah karya seni yang unik dan punya karakteristik di dalamnya terkandung muatan-muatan nilai estetik, simbolik, filosofis dan sekaligus fungsional oleh karena itu dalam perwujudannya didukung craftmenship yang tinggi, akibatnya kehadiran seni kriya termasuk dalam kelompok seni-seni adiluhung (SP.Gustami, 1992:71) Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian kriya adalah;

kerja, pekerjaan, perbuatan, yang di dalamnya terkandung karakter muatan-muatan estetik,dan simbolik sebagai penciptaan karya seni yang didukung oleh keterampilan (skill) yang tinggi.

(22)

Adapun komponen kegiatan pelaksanaan pembelajaran dapat di kelompokkan menjadi: Kurikulum, guru, siswa, materi, metode, media dan evaluasi.

a. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum baru yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi.

Kurikulum pendidikan seni rupa menggunakan tiga kerangka tujuan dan pendekatan yaitu bagaimana mendidik anak melahirkan gagasan untuk seni, bagaimana ekspresi dituangkan dalam kualitas visual yang menggambarkan gagasan, serta bagaimana menggunakan media untuk menghasilkan kualitas visual yang menggambarkan gagasan dan ekspresi anak tersebut (Sobandi, 2008: 19-21).

Sobandi (2008: 30) mengatakan bahwa Seni rupa mencakup keterampilan dalam menghasilkan karya seni rupa murni dan terapan, di lanjutkan Sobandi (2008: 41) bahwa seni rupa mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak dan sebagainya

b. Guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat (2008: 469) guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinnya)

(23)

mengajar. Guru sangat berperan penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, karena guru adalah yang melaksanakan pembelajaran di kelas.

c. Siswa

Siswa adalah anak didik yang dikelolah dalam proses belajar mengajar dan diharapkan dapat memiliki sikap yang aktif, kreatif, dan dinamis. Dalam pelaksanaan ini siswa tidak hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek (Suryosubroto, 2009: 117).

d. Materi

Materi pelajaran pada hakikatnya adalah isi dari materi pelajaran yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Hal yang diperlukan dalam menetapkan materi adalah kemampuan guru memilih materi yang akan diberikan pada siswa atau peserta didik.

e. Metode

Metode berarti jalan atau cara yang tepat untuk melakukan sesuatu.

Dalam hal ini, metode adalah cara atau jalan yang harus ditempuh atau dilalui secara tepat dalam proses dan kegiatan pembelajaran (Mappanganro, 2010: 27).

f. Media

Media dalam mengajar memegang peran penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Metode dan media

(24)

merupakan unsur yang tidak bisa dilepas dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan. Dalam proses belajar mengajar media dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien (Suryosubroto, 2009:

40).

Media yang dipakai dalam pembelajaran Seni kriya di SMA dapat berupa: Contoh seni kriya/ kerajinan, Laptop/komputer, dan LCD.

g. Evaluasi (Penilaian)

Evaluasi ini perlu dilakukaan sebab untuk melihat sejauh manakah bahan yang diberikan guru kepada siswa dengan metode tertentu dan sarana yang telah ada, dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan (Suryosubroto, 2009: 149).

Dari tujuh komponen di atas yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah kurikulum, guru atau tenaga pengajar, siswa atau anak didik, metode atau cara dan evaluasi (penilaian).

3. Sarana dan Prasarana

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa sarana adalah apa saja yang digunakan untuk melaksanakan sesuatu, untuk memajukannya, atau untuk mencapai tujuan (Badudu, 1994: 1224)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi keempat (2002: 893) dijelaskan bahwa prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek dsb).

(25)

Hal kedua yang harus dimonitor dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran adalah sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan pembelajaran. Implementasi kurikulum yang berbasis kompetensi mesti didukung dengan berbagai sarana dan prasarana yang memadai. Di samping gedung untuk ruangan kelas, meja dan kursi yang sesuai dengan jumlah siswa dan guru, ruangan kantor, laboratorium, alat pembelajaran dan perpustakaan, diperlukan pula pengadaan prasarana penunjang seperti tempat ibadah, kebun percontohan, koperasi, perbengkelan, studio mini, dan lain-lain agar siswa dapat belajar melalui miniatur kehidupan yang sesungguhnya (Rusman, 2012: 123).

Di samping sarana di atas, diperlukan pula prasarana pembelajaran, yaitu berupa media pembelajaran. Produk-produk dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran. Teknologi informasi dan komunikasi ini dapat berupa media cetak maupun elektronika. Media cetak meliputi surat kabar, majalah, buku, brosur, poster dan sebagainya, sedangkan media elektronika meliputi komputer multimedia, TV, radio, internet (e-learning), multimedia interaktif berbasis komputer dan sebagainya. Melalui internet dapat diperoleh jutaan informasi aktual yang ditampilkan untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kompetensi siswa. (Rusman, 2012: 123).

4. Metode dalam Pembelajaran

Dalam buku ajar strategi pembelajaran seni rupa (Alimuddin, 2011: 37) dijelaskan bahwa metode dalam pembelajaran merupakan cara atau teknik dalam

(26)

penyajian materi ajar. Sebagai suatu cara penyajian yang diharapkan dapat mempunyai atau mencapai tujuan pembelajaran, maka seorang guru atau calon guru harus memilih dan menentukan metode yang digunakan. Oleh karena itu, penting memahami kedudukan dan jenis metode yang tepat untuk menjadi pilihan dalam penyajian materi ajar pada suasana dan kondisi yang sesuai pula dijelaskan bahwa:

a. Kedudukan metode dalam pembelajaran

Kegiatan pembelajaran yang melahirkan situasi interaksi, guru secara sadar melakukan pengaturan lingkungan agar siswanya bergairah sehingga sasaran pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang dimiliki guru dikucurkannya dalam mempersiapkan program pembelajaran secara baik dan dapat lebih sistematis.

Salah satu upaya yang dilakukan guru agar persiapan program pembelajaran dan dalam penyajiannya dapat berjalan dengan baik dan sistematis adalah pengguanaan metode.

1) Metode sebagai alat pemotivasi

Metode sebagai salah satu komponen dalam pembelajaran, seluruh aktivitas pembelajaran terkait dengan metode yang digunakan guru. Dalam metode pembelajaran seorang guru jarang menggunakan satu metode, karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kelebihan dan kelemahan masing-masing.

(27)

2) Metode sebagai strategi pembelajaran

Terlaksananya kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien tentu membutuhkan strategi atau cara sehingga dapat mendukung dan tercapainya suatu pembelajaran.

Pada pembelajaran dalam waktu tertentu tidak semua siswa mampu berkonsentrasi penuh dan relatif lama. Daya serap siswa terhadap materi ajar juga bermacam-macam, ada yang cepat, sedang, dan mungkin banyak yang lambat.

3) Metode sebagai alat pencapaian tujuan

Tujuan adalah salah satu cita-cita yang akan dicapai dalam pembelajaran. Jika tujuannya jelas maka pengidentifikasian dan penyeleksian sudah dapat dilakukan, mana kegiatan belajar yang harus dikerjakan dan mana yang diabaikan, atau mana harus didahulukan dan mana harus ditangguhkan.

Ketika tujuan dirumuskan agar siswa memiliki kemampuan keterampilan menempel, maka metode harus dipilih sesuai tujuan, yaitu metode latihan/penugasan.

b. Pemilihan dan penentuan metode

Menentukan dan memilih metode dalam suatu penyajian pembelajaran diperlukan berbagai pertimbangan, antara lain dengan bertolak pada efektivitas

(28)

penggunaan metode, pentingnya pemilihan dan penentuan metode dan faktor- faktor yang mempengaruhi pemilihan metode.

1) Efektivitas penggunaan metode

Efektivitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pembelajaran.

2) Pentingnya pemilihan dan penentuan metode

Tercapainya tujuan pembelajaran dalam setiap penyajian merupakan titik senteral. Perangkat program apapun yang digunakan dalam pembelajaran secara mutlak dituntut untuk menunjang tercapainya tujuan. Tentunya diharapkan guru untuk membelajarkan siswa dengan perangkat yang efisien dan efektif .

3) Faktor-Faktor yang mempengaruhi pemilihan metode

Pemilihan dan penentuan metode bagi guru didasarkan pada pertimbangan berbagai faktor. Sebagai suatu cara atau teknik maka metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Maka itu, siapapun yang menjadi guru harus mengenal dan memahaminya dan mempedomaninya ketika akan melakukan pemilihan dan penentuan metode.

c. Jenis-Jenis metode pembelajaran

Adapun jenis-jenis metode pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Metode ceramah

Metode ceramah adalah cara penyampaian materi ajar melalui komunikasi lisan. Metode ceramah praktis dalam menyampaikan materi ajar

(29)

yang sifatnya informasi dan pengertian. Pada pembelajaran seni rupa dan keterampilan kerajinan (sifatnya praktik) metode ini lazim digunakan dalam pengantar memasuki pembelajaran sebelum inti materi.

2) Metode tanya jawab

Format interaksi antara guru–siswa melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan respon lisan sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan baru pada diri siswa (Darmawang, 2008: 110).

3) Metode diskusi

Suatu cara penyajian informasi dalam PBM di mana peserta dihadapkan pada suatu masalah yang berupa pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama ( Daryanto. 2009: 400).

4) Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian informasi dalam PBM dengan mempertunjukkan tentang cara melakukan sesuatu disertai penjelasan secara visual dari proses dengan jelas (Daryanto. 2009: 403)

5) Metode eksperimen

Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru (Roestiyah,2001:80)

(30)

6) Metode penugasan

Metode penugasan adalah suatu format interaksi belajar-mengajar yang ditandai adanya satu atau lebih tugas dari guru untuk dikerjakan oleh siswa apakah secara perorangan atau perkelompok (Darmawang, 2008: 116).

7) Metode latihan

Metode latihan merupakan salah satu cara untuk menanamkan kebiasaan- kebiasaan atau mempermahir keterampilan (motorik) tertentu.

8) Metode kerja kelompok

Kerja kelompok adalah bekerjanya sejumlah siswa baik sebagai anggota kelas ataupun sebagai anggota kelompok guna mencapai tujuan tertentu. Kerja kelompok ditandai dengan adanya pembagian tugas kelompok dan adanya kerjasama antara anggota kelompok

(Darmawang, 2008: 114-115).

5. Sistem Penilaian dalam Pembelajaran a. Pengertian penilaian

Menurut arti katanya, penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui apakah tindakan yang telah dikerjakan sebelumnya cukup berharga atau tidak. Jadi pada dasarnya yang dievaluasi itu adalah program, yaitu suatu kegiatan yang direncanakan sebelumnya, lengkap dengan rincian tujuan tersebut. Aspek yang dinilai ada dua yaitu tingkat keberhasilan dan tingkat efisiensi pelaksanaan program. Penilaian terhadap tingkat efisiensi suatu program biasanya amat diperlukan pada program yang diulang-ulang pelaksanaannya. Program yang

(31)

terus menerus berulang biasanya disebut sistem. Ciri dari suatu program ialah adanya masukan awal (input), proses pelaksanaan mencapai tujuan program, dan hasil yang diperoleh (output) (Alimin Umar dkk, 2008: 5).

Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secera umum. Semua kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus selalu diikuti atau disertai dengan kegiatan penilaian. Kirannya merupakan suatu hal yang tidak lazim jika terjadi adanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang guru di kelas tanpa pernah diikuti oleh adanya suatu penilaian. Tanpa mengadakan suatu penilaian, guru tidak mungkin dapat menilai dan melaporkan hasil pembelajaran siswa secara objektif (Nurgiyantoro Burhan, 2010: 3).

Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah- langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi serta sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar pesesrta didik, pengolahan,dan penggunaan informasi tentang hasil peserta didik (Asep Jihad dkk. 2012: 94)

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penilain merupakan usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa.

b. Penilaian hasil belajar oleh guru

Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi secara objektif, berkelanjutan dan menyeluruh tentang proses dan

(32)

hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya. Hal ini berarti penilaian tidak hanya untuk mencapai target sesaat atau satu aspek saja, melainkan menyeluruh dn mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

(Asep Jihad, dkk. 2012: 54).

Dalam dunia pendidikan di Indonesia ada 3 jenis kegiatan yang sering dilakukan serupa dengan evaluasi, yaitu supervisi pendidikan, inspeksi dan evaluasi pembelajaran. Supervisi pendidikan adalah pengawasan yang dilakukan oleh supervisor (pengawas atau penilik) kepada pelaksana tugas operasional penyelenggara pendidikan seperti guru, kepala sekolah dan termasuk pengadministrasiannya dalam rangka pengawasan terhadap pengajaran.

Sedangkan inspeksi dalam bidang pendidikan adalah pemeriksaan dengan seksama atau kunjungan resmi oleh pihak ispektorat apakah peraturan dipatuhi, pekerjaan dilakukan sebagaimana mestinya atau kinerja penyelenggara pendidikan pada lembaga pendidikan. Kemudian evaluasi pembelajaran adalah mengadakan penilaian yang serangkaian dengan kegiatan proses belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah-sekolah (Alimuddin, 2007: 9).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh evaluator (guru) secara terencana pada objek yang belajar (siswa) dengan menggunakan instrument sebagai (alat ukur atau tes) yang tepat dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan. Jadi evaluasi hasil belajar tidak dilakukan secara spontan.

(33)

B. Kerangka Pikir

Adapun kerangka dalam penelitian ini adalah: SMA Negeri 2 Lambu merupakan salah satu sekolah yang ada di Kecamatan Lambu yang minim terkait tenaga pengajar khusus mata pelajaran Seni Budaya, dan bahkan tenaga pengajarnya bukan ahli dalam bidang seni, melainkan guru mata pelajaran lain seperti guru pengajar Kimia, ini yang sangat ironis sehingga membuat mutu pendidikan tidak berbobot, siswa untuk mempelajari seni budaya juga kurang berminat. Terkait dengan pelaksanaan pembelajaran Seni kriya khususnya tidak maksimal dikarenakan kurangnya fasilitas yang memadai.

Yang mendorong saya juga dalam penelitian ini adalah metode yang diterapkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran seni kriya tidak terlalu paham oleh siswa, SMA Negeri 2 Lambu juga memiliki mata pelajaran seni budaya sesuai dengan kurikulum pendidikan nasional yang diasimilasi dengan kebudayaan lokal Kabupaten Bima. untuk merespon hal tersebut, maka perlu adanya tenaga pendidik yang memiliki kualifikasi khusus dalam mata pelajaran seni budaya serta sarana dan prasarana yang menunjang dalam pelaksanaannya.

Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir dapat dilihat pada bentuk skema berikut ini:

(34)

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir BAB III

METODE PENELITIAN Kurikulum yang di gunakan dalam

pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

Sarana dan prasarana dalaam pembelajaran seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten bima.

Pelaksanaan pembelajaran

seni kriya di kelas XI SMA

Negeri 2 Lambu

Strategi yang digunakan dalam pembelajaran seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima

Hasil

Sistem penilaian hasil belajar seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu kabupaten Bima

Latar belakang pendidikan guru seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten

Bima Mata

pelajaran seni budaya dalam kurikulum sekolah SMA

Negeri 2 Lambu

(35)

A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yakni berusaha memberikan gambaran objektif sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima, yaitu terletak di jalan Dam Diwu Moro No. 396, Desa Simpasai Kecamatan Lambu Kabupaten Bima NTB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Peta Propinsi NTB (Sumber: http://www.bimakutanahku.com).

21

(36)

Gambar 2. Peta SMA N 2 Lambu Kabupaten Bima.

B. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

b. Sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pembelajaran seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

c. Strategi dan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

d. Sistem penilaian hasil belajar seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

(37)

e. Latar belakang pendidikan guru seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

2. Desain Penelitian

Untuk lebih memperjelas mengenai penelitian ini, perlu dibuatkan suatu desain penelitian sebagai berikut:

Gambar 2. Skema Desain Penelitia Kurikulum yang di

gunakan dalam

pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri 2 Lambu kabupaten Bima.

Sarana dan prasarana dalaam pembelajaran seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima Pengumpulan

Data (observasi, wawancara, dokumentasi)

Pengolahan dan analisis

data Strategi yang digunakan

dalam pembelajaran seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima

Kesimpulan

Sistem penilaian hasil belajar seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima

Latar belakang pendidikan guru seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu abupaten

Bima

(38)

C. Definisi Operasional Variabel

Untuk lebih memperjelas ruang lingkup setiap variabel, maka variabel ini perlu didefinisikan, yaitu sebagai berikut:

1. Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima adalah suatu sistem yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

2. Sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pembelajaran seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima adalah segala sesuatu yang menunjang pelaksanaan pembelajaran seni kriya.

3. Strategi dan pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima adalah suatu teknik yang dipilih oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran seni kriya.

4. Sistem penilaian hasil belajar seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima adalah sebagai umpan balik bagi seluruh proses belajar mengajar sebagai petunjuk keberhasilan pembelajaran seni kriya.

5. Latar belakang pendidikan guru seni kriya di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima adalah jenjang pendidikan yang sesuai dengan disiplin ilmu bidang studi guru seni kriya yang mengajar di kelas XI SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

(39)

D. Populasi dan sampel

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima. Dan sebagai sampel adalah guru siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memantau secara langsung objek yang diteliti dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran seni kriya di SMA Naegeri 2 Lambu Kabupaten Bima. Adapun beberapa hal yang diobservasi adalah keadaan sarana dan prasarana, metode yang digunakan, dan sistem penilaian. Dalam hal ini peneliti menggunakan instrumen penelitian yaitu panduan observasi.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dalam bentuk tanya jawab secara langsung atau tatap muka dengan guru seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

Adapun tujuan dalam wawancara ini adalah untuk mendapatkan data tentang latar belakang pendidikan guru, keadaan sarana dan prasarana, metode yang digunakan, dan sistem penilaian. Adapun insrumen yang digunakan dalam wawancara adalah panduan wawancara.

(40)

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa foto- foto maupun dokumen resmi dari pihak sekolah. Hal-hal yang didokumentasikan adalah proses pelaksanaan pembelajaran seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima. Instrumen yang digunakan adalah kamera digital.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik analisis deskriptif kualitatif adalah penggambaran apa adanya sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan berupa kata-kata atau non statistik. Keseluruhan data yang diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi, dianalisis secara deskriptif kualitatif.

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data

Dari hasil penelitian yang dilakukan sampai tanggal 27 September 2014 di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima, yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran seni kriya di sekolah tersebut, penulis memperoleh data sebagai berikut:

1. Kurikulum Yang Digunakan dalam Pelaksanaan Pembelajaran seni kriya di SMA N 2 Lambu Kabupaten Bima

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru seni budaya pada tanggal 16 September 2014, maka dengan penelitian ini SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima NTB sudah menggunakan kurikulum 2013.

Adapun karakteristik kurikulum 2013 sebagai berikut:

a) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;

b) Mekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana di mana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;

27

(42)

c) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

d) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

e) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;

f) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses

pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;

g) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

2. Keadaan Sarana dan Prasarana dalam Pelaksanaan Pembelajaran Seni Kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru seni budaya pada tanggal 16 September 2014 maka sarana dan prasarana sebagai penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan pembembelajaran seni kriya.

Adapun sarana dan prasarana sebagai berikut:

(43)

a. Sarana

Dari hasil penelitian ini maka sarana di sini ruangan atau gedung sekolah yang berjumlah 8 ruangan dan setiap kelas mempunyai 18 meja ditambah dengan 36 kursi sesuai dengan jumlah siswa dan ditambah dengan meja guru. Adapun kondisi dalam proses pelaksanaan pembelajaran cukup baik.

Tabel 1. identifikasi kelayakan sarana pendukung seni kriya di SMA N egeri 2 lambu kabupaten Bima.

No Sarana Kualitas kuantitas

1 8 ruangan belajar Cukup Cukup

2 18 meja tiap ruang belajar Cukup Cukup 3 36 kursi tiap ruang belajar Cukup Cukup Sumber data: hasil wawancara tanggal 16 september 2014 b. Prasarana

Adapun prasarana atau fasilitas di sekolah tersebut dalam hal ini laboratorium. LCD dan studio gambar, lukis dan kriya kurang memadai dalam pelaksanaan pembelajaran seni kriya, yang ada hanya buku-buku paket, spidol dan gambar atau foto yang dikumpulkan dalam bentuk klipping sebagai referensi. Untuk mendukung kelancaran pembelajran di sekolah tersebut, maka dari itu untuk tugas seni kriya hanya dikerjakan di luar sekolah.

Tabel 2. identifikasi kelayakan prasarana pendukung seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima.

(44)

No Prasarana Kualitas kuantitas

1 Laboratorium Kurang Kurang

2 LCD Cukup Cukup

3 Studio gambar Kurang Kurang

Sumber data: hasil wawancara tanggal 16 september 2014

3. Metode yang Digunakan dalam Pembelajaran Seni Kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru seni budaya pada tanggal 16 September 2014 maka dalam pembelajaran seni kriya. guru menggunakan metode yang dianggap praktis saling berkaitan satu sama lain, di antaranya adalah metode ceramah tanya jawab, penugasan, demonstrasi, serta latihan.

Mengenai metode ceramah dan tanya jawab, guru menerapkan secara beriringan, dalam artian pada saat guru menjelaskan materi atau bahan pengajaran juga menyisipkan pertanyaan-pertanyaan yang dianggap penting untuk diketahui siswa. Demikian pula sebaliknya, guru melakukan tanya jawab, guru juga mengiringi dengan ceramah, akan tetapi dalam pelaksanaan praktiknya metode mengajar ini tidak digunakan sendiri-sendiri, tetapi merupakan kombinasi dari berbagai fungsi metode mengajar lainnya seperti:

a. Metode ceramah, tanya jawab dan tugas b. Metode ceramah dan demonstrasi

(45)

4. Sistem Penilaian Hasil Belajar Pendidikan Seni Kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru seni budaya pada tanggal 16 September 2014 bahwa sistem penilaian hasil belajar seni kriya di SMA N egeri 2 Lambu Kabupaten Bima yaitu: tes praktik dan penugasan. Adapun jenis praktik yang diberikan guru yaitu: membuat kaligrafi dengan menggunakan tempurung kelapa. Dan jenis penugasan yang diberikan yaitu:

membuat sketsa kaligrafi dengan keinginan masing-masing siswa. Adapun aspek penilaian dalam pembelajaran seni kriya adalah:

a. Aspek kognitif ( kemampuan menganalisa) b. Aspek afektif (kemampuan mengapresiasi) c. Aspek psikomotorik (kemampuan daya cipta)

Tabel 3. Standar penilaian pembelajaran seni kriya.

No Skor Indikator

1 80 – 100 Sangat tuntas

2 60 – 70 Tuntas

3 40 -50 Tidak tuntas

Sumber Data: SMA Negeri 2 Lambu

Berdasarkan tabel di atas maka dikatakan mencapai standar KKM yaitu 70, apabila hasil belajar siswa dalam mata pelajaran seni kriya mencapai skor 60 sampai 70 dan tidak menutup kemungkinan ada yang mencapai melampaui standar KKM yang telah di tetapkan.

(46)

5. Latar Belakang Pendidikan Guru Seni Kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima

Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan seni budaya di lapangan maka guru yang bertugas sebagai guru bidang studi seni budaya kelas XI di SMA N egeri 2 Lambu Kabupaten Bima adalah guru dengan latar belakang Pendidikan Kimia S1 IKIP Mataram.

Selai dengan tugas pokoknya (berdasarkan SK) guru tersebut di tugaskan sebagai pengajar untuk mata pelajaran kimia, oleh karena di sekolah tesebut belum ada guru seni budaya sehingga beliau ditugaskan juga untuk mengajarkan mata pelajaran seni budaya sejak tahun 2012.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada penyajian hasil penelitian terdahulu, peneliti telah mengungkapkan analisis dan penelitian yang pada prinsipnya mencangkup lima persoalan pokok, yaitu: Kurikulum yang digunakan, keadaan sarana dan prasarana sebagai faktor pendukung dan penghambat, metode yang digunakan, sistem penilaian hasil belajar, latar belakang pendidikan guru dan akan terurai sebagai berikut:

1. Kurikulum yang digunakan dalam Pelaksanaan Pembelajaran seni kriya di SMA N 2 Lambu Kabupaten Bima

Untuk penggunaan sistem, maka pemerintah dapat memperhatikannya untuk menggunakan kurikulum di sekolah-sekolah dalam proses pelaksanaan pembelajaran.

(47)

Dari beberapa kurikulum yang digunakan selama ini maka selalu ada pergantian dan dievaluasi, untuk itu perlu diperhatikan bahwa kurikulum harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat luas untuk mengembangkan potensi dan semangat masyarakat dalam melaksanakan tugasnya masing- masing.

Adapun kurikulum yang digunakan di SMA Negeri 2 Lambu adalah kurikulum 2013 dimana kurikulum ini mengembangkan atau menerapkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan dimana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect.

Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang

(48)

dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan yang terjadi selama belajar di sekolah dan di luar dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler terjadi proses pembelajaran untuk mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan sikap.

2. Sarana dan Prasarana dalam Pelaksanaan Pembelajaran Seni Kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima

Realisasi dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan, pemerintahan dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional telah melakukan berbagai upaya antara lain: pembangunan dan pengadaan fasilitas pendidikan berupa sarana dan prasarana pembelajaran.

Salah satu yang menunjang terlaksananya proses belajar mengajar di sekolah dengan baik adalah didukung oleh sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah. Dalam proses pembelajaran seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima guru menggunakan sarana dan prasarana yaitu:

dengan ruangan yang mendukung untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan ukuran 8 x 10 meter persegi di tambah dengan 18 meja dan 36 kursi. Untuk kelancaran proses belajar mengajar tentu didukung juga dengan adanya prasarana yaitu: dengan fasilitas papan tulis, LCD,

(49)

spidol dan sebagainya. meskipun tidak ada studio gambar, lukis dan kriya tetapi masih lancar dalam pelaksanaannya dengan menggunakan ruangan yang sudah ada.

Penerapan materi pelajaran pada setiap pokok bahasan guru terlebih dahulu memperhatikan apa yang terkandung di dalam materi tersebut, baik berupa gambar maupun tulisan yang terdapat di dalamnya, kemudian dijelaskan dan diperagakan sesuai dengan pokok bahasan yang menjadi materi pembelajaran, selanjutnya siswa mempraktekan materi tersebut baik secara kelompok maupun perorangan.

Sumber pembelajaran yang sesungguhnya banyak terdapat di lingkungan sekitar, dan sumber belajar tersebut dapat dikelompokan menjadi: manusia, buku, media massa, alam lingkungan dan media pendidikan itu sendiri. Karena itu sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran tersebut ada untuk proses belajar seseorang.

Media pendidikan sebagai sumber belajar ikut membantu guru memperkaya wawasan siswa. Aneka macam bentuk dan jenis media pendidikan yang digunakan oleh tenaga pengajar menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi siswa. Dalam menerangkan suatu benda, tenaga pengajar dapat menghadirkan secara langsung ke hadapan siswa di dalam kelas,

(50)

dengan menghadirkan bendanya seiring dengan penjelasan mengenai benda tersebut dijadikan sebagai sumber belajar.

Pendidikan dimasa lalu, guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa sehingga dalam kegiatan proses belajar mengajar masih cenderung tradisional dikarenakan perangkat teknologi yang masih minim dan sangat terbatas dimana perangkat tersebut belum memasuki dunia pendidikan, tetapi berbeda dengan keadaan dalam dunia pendidikan sekarang dimana penyebaran perangakat pembelajaran terkombinasi dengan perangkat teknologi yang semakin mudah didapatkan di sekitar kita sehingga dengan mudah menjadi salah satu alat penunjang pendidikan disetiap sekolah-sekolah dan di kota-kota besar teknologi dalam berbagai bentuk dan jenisnya sudah diperagakan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang telah disepakati sebagai media itu tidak hanya sebagai alat bantu tetapi juga sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar.

Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu, auditif, visual dan audio visual. Penggunaan jenis-jenis media belajar tersebut harus disesuaikan dengan perumusan tujuan instruksional dan tentu saja dengan kompetensi tenaga pengajar itu sendiri sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya.

(51)

Anjuran agar menggunakan media dalam pengajaran sukar dilaksanakan di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima disebabkan sarana dan prasarana tidak mendukung, penyebabnya adalah masalah dana yang tidak mencukupi untuk pengadaan tersebut. Menyadari akan hal itu maka guru tidak bisa memaksakan kehendak kepada siswa untuk membelinya, tetapi cukup membuat atau mengadakan media yang sederhana yang sifatnya tradisional yang mudah didapatkan di sekitar lingkungan siswa, dan selanjutnya yang menjadi kendala adalah siswa tidak terlalu mengenal tentang seni kriya yang secara umum telah dipelajari oleh sekolah-sekolah lain.

Megenai ruangan khusus untuk pembelajaran seni kriya, itupun belum dimiliki sehingga sangat terasa kesulitan untuk menyeimbangkan antara pelajaran yang bersifat teoritis dengan pelajaran yang bersifat praktis. Untuk lebih lancarnya pelaksanaan pembelajaran seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima dengan baik, maka salah satu cara yang perlu dan harus diperhatikan adalah pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran seni kriya. Diantaranya adalah penambaan inventaris alat dan bahan seni kriya yang standar untuk dipelajari oleh siswa SMA, ruangan khusus untuk menyimpan alat dan bahan seni kriya tersebut dan pengadaan ruangan khusus untuk pembelajaran praktik seni kriya.

(52)

3. Metode yang Digunakan dalam Pelaksanaan Pembelajaran Seni Kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima

Untuk penggunaan metode-metode pengajaran, terkadang guru harus menyesuaikan dengan situasi siswa baik di dalam lingkungan sekolah ataupun di luar lingkungan sekolah.

Adapun metode yang digunakan yaitu metode yang umum digunakan seperti : metode ceramah, metode tanya jawab, metode penugasan dan metode demonstrasi. Dari keempat metode tersebut guru lebih banyak menerapkan metode penugasan dan demonstrasi. Siswa akan lebih tertarik dengan metode demonstrasi karena dapat melihat langsung dan menikmati cara penggunaan alat dan bahan yang diperagakan/diperlihatkan kemudian berlanjut dengan metode penugasan mempergunakan alat dan bahan tersebut sesuai kemampuan masing-masing siswa yang berhubungan dengan seni kriya. Di samping itu sekaligus memberikan latihan mental secara langsung kepada siswa agar tidak kaku dalam berhadapan langsung dengan orang banyak sekaligus memberikan kesempatan untuk membuat karya seni yang sesuai dengan kemampuan siswa dalam mengembangkan bakat dan minatnya masing-masing.

Mengenai praktik dengan cara menggunakan keempat metode mengajar ini, guru tidaklah menggunakannya satu persatu, akan tetapi guru

(53)

melakukannya dengan mengkombinasikannya dengan metode-metode mengajar lainnya.

a. Ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas

Mengingat metode ceramah banyak memiliki kekurangan- kekurangan maka penggunaannya harus didukung oleh alat dan media yang ada. Karena itu setelah guru memberikan ceramah, maka dipandang perlu untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya maupun sebaliknya. Pelaksanaan tanya jawab sesuai dengan materi yang dibahas untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap apa yang telah disampaikan. Tahap selanjutnya siswa diberi tugas, misalnya tugas membuat kesimpulan dari materi yang telah diajarkan, memberikan tugas pekerjaan rumah, materi diskusi dan sebagainya.

Berikut ini adalah gambaran kegiatan pelaksanaan dari jenis metode tersebut.

Table 4. Tabel Kegiatan Pembelajaran Seni Kriya SMA N 2 Lambu.

No Langkah Jenis kegiatan pembelajaran 1 Persiapan 1. Menciptakan kondisi belajar siswa.

(54)

2 Pelaksanaan 2. Penyajian, tahap guru menyampaikan bahan pelajaran (metode ceramah) Memberikan pengertian/penjelasan sebelum latihan dimulai (metode ceramah)

3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya (metode tanya jawab).

3 Evaluasi 4. Memberikan tugas kepada siswa (metode penugasan).

5. Megadakan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang telah diterimanya mengenai tes lisan dan tulisan atau tugas lain.

(55)

b. Ceramah dan demonstrasi

Demonstrasi di sini dimaksudkan untuk memperagakan suatu keterampilan yang akan dipelajari siswa, misalnya belajar menyeket dan membuat. Siswa sebelum berlatih meyeket dan membuat terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang fungsi-fungsi alat dan bahan sebelum mulai membuat karya, kemudian guru memberikan contoh dengan mempraktekan cara menggambar ataupun menyeket yang dimaksud. Setelah siswa memperhatikan demonstrasi tersebut kemudian barulah siswa melaksanakan latihan sesuai dengan petunjuk yang diberikan

Tujuan dari ceramah adalah untuk memberikan penjelasan kepada siswa mengenai bentuk keterampilan tertentu yang akan dilakukannya.

(56)

Table 5. Tabel Kegiatan Pembelajaran Seni Kriya SMA N 2 Lambu No Langkah Jenis kegiatan pembelajaran

1 Persiapan 1. Menyediakan peralatan yang diperlukan

2. Menciptakan kondisi anak untuk belajar

2 Pelaksanaan 3. Memberikan pengertian/penjelasan sebelum latihan dimulai (metode ceramah)

4. Mendemonstrasikan proses atau prosedur pelajaran itu oleh guru dan siswa mengamatinya

5. Siswa diberi kesempatan mengadakan pertanyaan

3 Evaluasi 6. Guru bertanya kepada siswa mengenai materi yang diajarkan.

Mengingat keterbatasan kemampuan siswa, maka guru mengambil inisiatif dengan menggunakan metode-metode pembelajaran seni rupa atau kriya berdasarkan keluasan yang diterapkan oleh kurikulum

(57)

berbasis kompetensi yang memberikan kewenangan kepada guru untuk memilih salah satu cabang pendidikan seni untuk diajarkan dan diterapkan kepada siswa di dalam kelas.

4. Sistem Penilaian Hasil Pembelajaran Seni Kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima

Adapun sistem penilaian hasil pembelajaran seni kriya yang dipergunakan di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima ini adalah guru menggunakan sistem yang sifatnya umum dalam artian sama dengan mata pelajaran yang lain yaitu dengan mengambil pedoman kepada tujuan pendidikan di sekolah-sekolah umum. Sistem penilaian hasil pembelajaran seni kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima ini guru menggunakan sistem penilaian pembelajaran sebagai umpan balik bagi seluruh proses belajar mengajar sebagai petunjuk keberhasialan apabila daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun secara kelompok, serta dapat dilihat pada diri siswa melalui aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik.

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan pembelajaran tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar.

Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian yang digunakan sebagai berikut :

(58)

a. Tes praktik

Tes praktik, juga bisa disebut tes kinerja, adalah teknik penilaian yang menuntut siswa mendemonsrasikan kemahirannya.

b. Penugasan

Penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut siswa menyelesaikannya di luar kegiatan pembelajaran di kelas.

Penugasan dapat diberikan dalam bentuk individual atau kelompok.

c. Tes lisan

Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap muka antara siswa dengan seorang atau beberapa penguji.

Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan dan spontan.

Adapun aspek yang dinilai dalam proses pembelajaran seni kriya: (1) Aspek kognitif (kemampuan menganalisa), (2) Aspek afektif (kemampuan mengapresiasi), (3) Aspek psikomotori (kemampuan daya cipta), untuk lebih jelasnya akan dipaparkan dalam bentuk table sebagai berikut:

Tabel 6. Aspek penilaian dalam pembelajaran seni kriya

No Aspek yang dinilai Skor

1 Aspek psikomotorik 80 – 100

2 Aspek kognitif 60 – 70

(59)

3 Aspek afektif 40 – 50

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dijelaskan bahwa yang lebih tinggi dalam penilaian proses pembelajaran seni kriya yaitu aspek psikomotorik ( kemampun daya cipta), karena dalam seni kriya siswa dituntut untuk memiliki kemampuan dalam berkariya.

5. Latar Belakang Pendidikan Guru Seni Kriya di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima

Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada siswa di sekolah. Guru adalah yang paling berkompeten dalam profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya guru dapat menjadikan siswa menjadi orang yang tidak tahu menjadi tahu.

Setiap guru mempunyai kepribadian masing-masing sesuai dengan latar kehidupan mereka masing-masing sebelum menjadi guru. Kepribadian guru diakui sebagai aspek-aspek yang tidak bisa dikesampingkan dari kerangka keberhasilan belajar mengajar untuk mengantarkan siswa menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan berkepribadian. Dari kepribadian itulah yang mempengaruhi pola kepemimpinan yang guru-guru perlihatkan ketika melaksanakan tugas mengajar di kelas.

Pandangan guru terhadap siswa akan mempengaruhi kegiatan mengajar guru di kelas. Guru yang memandang siswa sebagai makhluk individual dengan segala perbedaan dan persamaanya, akan berbeda dengan guru yang memandang siswa sebagai makhluk sosial yang perlu

(60)

pendekatan dengan cara bijaksana. Perbedaan pandangan dalam melihat siswa ini akan melahirkan pendekatan yang berbeda pula, tentu saja hasil proses belajar mengajarnyapun berlainan.

Dengan demikian dalam pelaksanaan pembelajaran seni kriya di SMA harus mengacu pada tujuan umum pendidikan seni kriya di sekolah- sekolah, maka seorang guru dituntut untuk :

a. Mengembangkan kepekaan artistik dan sensitivitas estetika siswa.

b. Mengembangkan kemampuan berfantasi dan kreativitas (daya hayal dalam rangka menunjang daya cipta ).

c. Memberikan fasilitas yang memadai untuk pengembangan ekspresi siswa.

d. Memberikan keterampilan dalam berkarya seni kepada siswa e. Membekali siswa dengan kemampuan psikologis dalam rangka

membentuk siswa menjadi manusia seutuhnya agar dapat berpartisipasi penuh dalam kehidupan bermasyarakat.

Oleh karena itu, guru perlu mempelajari dunia kesenian khususnya seni rupa atau kriya secara utuh sebagai bekal untuk mendidik. Diketahui bahwa siswa seusia siswa tingkat SMA berada pada fase pengembangan diri dalam perkembangan dan keintelektualitas, termasuk siswa di SMA Negeri 2 Lambu Kabupaten Bima berada pada tahapan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Investor sebaiknya tidak memperhatikan indikator EPS, PER, ROA, ROE, DER, DPR, suku bunga SBI dan inflasi sebelum melakukan investasi saham pada perusahaan- perusahaan

Berdasar hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh nilai signifikansi pengaruh interaksi antara penggunaan metode eksperimen dan demonstrasi

Dari simulasi tersebut nantinya akan digunakan untuk evaluasi tegangan lebih yang terjadi akibat backflashover terhadap model pentanahan menara saluran transmisi

Anggota direksi juga dapat diberhentikan sementara oleh dewan komisaris. Kewenangan dewan komisaris ini didasarkan pada rasio bahwa pemberhentian anggota direksi oleh

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan yang terbaik adalah penambahan kombinasi SN® dan SB® ke dalam media kultur udang vaname super intensif karena

Menurut Pasal 22 ini harus diatur dengan Peraturan Pemerintah supaya tidak merugikan kepentingan umum dan negara. Terjadinya hak milik atas tanah menurut hukum adat lazimnya

Saat ini kendala guru mengajarkan kepada siswa adalah merancang produk memanfaatkan teknologi agar pada waktu mengajar kepada siswa dapat tercapai, yaitu guru

Secara umum persepsi peternak sapi potong tentang IB menunjukkan perbedaan yang nyata antar lokasi penelitian, kecuali (a) indikator pelayanan inseminator dan kebija-