BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
• Mengetahui komposisi penyusun batuan sedimen secara mikroskopis.
• Menggambarkan diagenesa batuan sedimen.
•Memberikan nama batuan sedimen berdasarkan klasifikasi After Dott (1964).
1.2 Tujuan
•Dapat mengetahui komposisi penyusun batuan sedimen secara mikroskopis.
•Dapat menggambarkan diagenesa batuan sedimen.
•Dapat memberikan nama batuan sedimen berdasarkan klasifikasi After Dott (1964).
1.3 Waktu dan Temapt Pelaksanaan Praktikum
Kegiatan praktikum Petrografi acara batuan sedimen siliklastik ini dilaksanakan pada :
hari : Kamis
tanggal : 26 April 2012
pukul : 20.00 WIB – 21.30 WIB
tempat : Lab. Petrografi Gedung Pertamina Sukowati, Teknik Geologi
BAB II DASAR TEORI
2.1 Batuan Sedimen
Istilah sedimen berasal dari kata sedimentum, yang mempunyai pengertian yaitu material endapan yang terbentuk dari proses pelapukan dan erosi dari suatu material batuan yang ada lebih dulu, kemudian diangkut secara gravitasi oleh media air, angin atau es serta diendapkan di tempat lain dibagian permukaan bumi.
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau dari hasil aktivitas kimia ataupun organisme, yang diendapakan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan (Pettijohn et al, 1904).
Berdasarkan ada tidaknya proses transportasi dari batuan sedimen dapat dibedakan menjadi 2 macam :
1. Batuan Sedimen Klastik
Yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari hancuran batuan lain.
Kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang selanjutnya mengalami diagenesis dan litifikasi.
2. Batuan Sedimen Non Klastik
Yaitu batuan sedimen yang tidak mengalami proses dari batuan lain.
Pembentukannya adalah kimiawi dan organis.
2.2 Penggolongan Batuan Sedimen
Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah dikemukakan oleh para ahli, baik berdasarkan genetis maupun deskriptif. Secara genetis disimpulkan dua golongan (Pettijohn et al, 1904 dan Huang, 1962), yaitu batuan sedimen klastik dan batuan sedimen non-klastik.
2.2.1 Batuan Sedimen Klastik
Merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf, atau batuan sedimen itu sendiri.
Batuan sedimen ini diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk di lingkungan darat maupun di lingkungan air (laut). Batuan berukuran besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunung api dan diendapakan di sekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapakan di lingkungan air seperti sungai, danau, atau laut. Konglomerat biasanya diendapkan di lingkungan sungai dan Batupasir dapat terjadi di lingkungan laut, sungai, danau, maupun delta. Semua batuan tersebut di atas termasuk dalam detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari Batulanau, serpih, Batulempung, dan napal. Batuan yang termasuk dalam golongan ini pada umumnya diendapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai ke laut dalam.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis (disintegrasi) maupun secara kimiawi (dekomposisi), kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan.
Setelah fragmentasi berlangsung sedimen mengalami diagenesa, yakni proses perubahan-perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses merubah sedimen menjadi batuan keras.
Proses diagenesa antara lain:
a. Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban di atasnya. Di sini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.
Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butir-butir sedimen satu dengan yang lain. Sedimentasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan (permeabilitas relatif) pada ruang antar butir semakin besar.
c. Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atau sbelumnya. Rekristalisai sangat umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat.
d. Autigenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel batu dalam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut: karbonat, silika, klorit, illite, gipsum, dan lain-lain.
e. Metasomatisme
Yaitu penggantian mineral sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal. Contoh: dolomitasi, dapat merusak bentuk suatu batuan karbonat atau fosil.
2.2.2 Batuan Sedimen Non-Klastik
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil kegiatan organism. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik (penggaraman unsur- unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal yang terpresipitasi dan replacement).
Menurut Koesoemadinata (1980), batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan utama, yaitu:
a. Golongan detritus kasar
Batuan sedimen ini diendapkan dengan proses mekanis.
Termasuk dalam golongan ini antara lain breksi, konglomerat, dan
Batupasir. Lingkungan tempat diendapkannya batuan ini dapat di lingkungan sungai, danau, atau laut.
b. Golongan detritus halus
Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya diendapkan di lingkungan laut dan laut dangkal sampai laut dalam.
Termasuk golongan ini antara lain Batulanau, serpih, Batulempung, dan napal.
c. Golongan karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae, foraminifera, atau lainnya yang bercangkang kapur.
Atau oleh proses pengendapan yang merupakan perombakan dari batu yang sudah terbentuk terlebih dahulu dan diendapkan di suatu tempat. Proses pengendapan biasanya pada lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan proses kedua diendapakan pada laut neritik sampai batial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali bergantung pada material penyusun misalnya: Batugamping pada terumbu terbentuk karena batuan tersebut disusun oleh material terumbu koral.
d. Golongan silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses kimiawi dan organik untuk lebih menyempurnakannya.
Termasuk golongan ini adalah rijang (chert), radiolarian, dan tanah diatome. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.
e. Golongan evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga sangat memungkinkan selalu terjadinya pengayaan unsur-unsur tertentu. Suatu contoh adalah larutan garam yang akan semakin
saluran pembuangannya. Dan faktor yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari lautan tersebut. Batuan-batuan yang termasuk ke dalam golongan ini adalah gip, anhidrit, batugaram, dan lain-lain.
f. Golongan batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organic yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Di mana sewaktu tumbuhan itu mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebal di atasnya sehingga tidak memungkinkan untuk terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentunya batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati atau tumbang tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
2.3 Tekstur Batuan Sedimen
Berdasarkan kejadiannya, batuan sedimen dibedakan menjadi batuan sediment klastik dan non klastik. Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari material – material hasil rombakan batuan yang telah ada sebelumnya.
Tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir serta susunannya. Butiran tersusun atau terikat oleh semen dan masih adanya rongga di antara butirnya. Pembentukannya di kontrol oleh media dan cara transportasinya. Pembahasan tekstur meliputi :
2.3.1. Ukuran Butir (Grain Size)
Pemilahan ukuran butir didasarkan pada skala Wenworth, 1922
Tabel 2.1 Klasifikasi Wenworth, 1922 Ukuran
Butir (mm)
Nama Butir Nama Batuan
> 256 Bongkah (Boulder) Breksi : jika fragmen 64-256 Berangkal (Couble) berbentuk runcing
4-64 Kerakal (Pebble) Konglomerat : jika
membulat
2-4 Kerikil (Gravel) fragmen berbentuk
membulat
1-2 Pasir Sangat Kasar
(Very Coarse Sand) 1/2-1 Pasir Kasar (Coarse Sand)
1/4-1/2 Pasir Sedang (Fine Sand) Batupasir
1/8-1/4 Pasir halus (Medium Sand) 1/16-1/8 Pasir Sangat Halus
( Very Fine Sand)
1/256-1/16 Lanau Batulanau
<1/256 Lempung Batulempung
2.3.2 Pemilahan (sorting)
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya, maka pemilahan semakin baik. Beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan batuan adalah:
Well sorted : terpilah baik Medium sorted : terpilah sedang Poor sorted : terpilah buruk 2.3.3 Kebundaran
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya butiran dimana sifat ini hanya bisa diamati pada batuan sedimen klastik kasar.
Kebundaran dapat dilihat dari bentuk batuan yang terdapat dalam batuan tersebut. Tentunya terdapat banyak sekali variasi dari bentuk
batuan, akan tetapi untuk mudahnya dipakai perbandingan sebagai berikut:
- well rounded (membundar baik)
Semua permukaan konveks, hampir equidimensional, dan sferodial - rounded (membundar)
Pada umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi-tepi butiran bundar
- subrounded (membundar tanggung)
Permukaan umumnya datar dengan ujung yang membundar - subangular (menyudut tanggung)
Permukaan pada umumnya datar dengan ujung-ujung yang tajam - angular (menyudut)
Permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam
Gambar 2.1 Klasifikasi Roundness 2.3.4 Shape
Shape adalah bentuk daripada butiran tersebut, dapat dibedakan menjadi 4 macam.
Golongan pertama : oblate/lobular Golongan kedua : equent/equiaxial Golongan ketiga : bladed/triaxial Golongan keempat : prolate/rod shaped 2.3.5 Porositas
Porositas suatu batuan adalah perbandingan seluruh permukaan poridengan volume dari batuan. Bila dijadikan dalam presentase adalah sebagai berikut:
% 100 an x
VolumeBatu mukaanPori SeluruhPer
Porositas= 2.3.6 Fragmen
Merupakan butiran penyusun suatu batuan sedimen yang berukuran lebih besar daripada pasir.
2.3.7 Matrik
Matrik adalah semacam butir (klastik), tetapi sangat halus sehingga aspek geometri tak begitu penting, tedapat diantara butiran sebagai massa dasar.
2.3.8 Semen
Semen bukan merupakan butir, tetapi material pengisi rongga antar butir, biasanya dalam bentuk amorf atau kristalin. Bahan-bahan semen yang lazim adalah: klasit, solomit, sulfat, karbonatan, silika, oksida, firit, lempung, silit, dan siderite
2.3.9 Kemas (fabric) Terbagi menjadi dua:
- kemas terbuka yaitu butiran tidak saling bersentuhan (mengambang dalam matriks)
- kemas tertutup yaitu butiran saling bersentuhan satu dengan yang lainnya