• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Modul

1. Pengertian Modul

Modul adalah sebuah paket program belajar alternatif yang terencana dan didesain guna menyokong peserta didik dalam menyempurnakan tujuan tertentu yang dapat dipelajari secara individu dengan bantuan terbatas dari guru atau orang lain sehingga mampu membuat peserta didik merasakan pembelajaran yang bermakna (Ramadhany & Prihatnani, 2020). Rahmawati dkk. (2019) menyatakan bahwa modul merupakan paket belajar mandiri yang berisi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Modul ialah bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, yang memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan dibuat untuk membantu peserta didik agar dalam menguasai tujuan belajar yang spesifik (Sormin & Sahara, 2019). Modul pembelajaran merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang memuat materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai tujuan pembelajaran (Harefa dkk., 2020).

Dari berberapa definisi yang telah diuraikan, dapat diambil kesimpulan bahwa modul merupakan sebuah paket program belajar alternatif yang dikemas secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami yang dapat dipelajari secara individu dengan bantuan terbatas dari guru atau orang lain guna membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan modul akan menjadikan pembelajaran lebih efisien, efektif, dan relevan (Sormin & Sahara, 2019). Selain itu, dengan adanya modul, peserta didik dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan mereka terhadap materi karena terdapat evaluasi didalamnya.

(2)

8 2. Karakteristik Modul

Dengan menggunakan modul, peserta didik diharapkan dapat melakukan pembelajaran mandiri secara tuntas. Setiap bahan ajar memiliki karakteristik yang membedakan bahan ajar satu dengan lainnya, termasuk modul. Modul yang baik hendaknya memenuhi karakteristik sebagai berikut: self instructional, self contained, stand alone, adaptive, dan user friendly (Harefa dkk., 2020; Rahmawati

dkk., 2019; F. N. Sari dkk., 2020).

a) Self instructional, modul diharapkan mampu membuat peserta didik belajar secara mandiri dan tidak terlalu bergantung pada guru maupun pihak lainnya.

Menurut Hamidah (2019), modul dikatakan memenuhi karakteristik self instructional jika memiliki komponen berikut; (1) tujuan dirumuskan dengan jelas, (2) materi diatur dalam beberapa sub-bagian untuk memudahkan pembelajaran, (3) adanya contoh dan ilustrasi yang menunjang kejelasan materi, (4) terdapat soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya yang digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan penggunanya, (5) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif, dan (6) Terdapat rangkuman materi pembelajaran.

b) Self contained, modul berisi keseluruhan materi yang akan dipelajari dari satu kompetensi atau satu sub kompetensi secara utuh.

c) Stand alone, modul tidak bergantung pada media lain atau dapat digunakan sendiri tanpa dibarengi dengan penggunaan media pembelajaran lainnya.

d) Adaptive, modul yang digunakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

e) User friendly, modul dapat digunakan dengan mudah oleh peserta didik.

Dengan kata lain, modul harus mudah dipahami sehingga memudahkan peserta didik untuk memahami isi modul.

3. Kelebihan Modul

Parmin menyebutkan bahwa modul memiliki ciri-ciri umum yaitu, terdapat tujuan/capaian pembelajaran, materi dalam modul disusun agar peserta didik dapat

(3)

9

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, dan terdapat sistem penilaian agar peserta didik dapat mengukur pemahamannya (Khalil dkk., 2020). Modul dipilih dalam pembelajaran karena memiliki beberapa kelebihan. Menurut Lasmiyati dan Idris menyatakan bahwa kelebihan pembelajaran dengan modul yaitu, a) dapat memberikan umpan balik kepada peserta didik, b) dapat membuat kinerja belajar peserta didik terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran, c) desainnya menarik, d) bersifat fleksibel, dan e) meminimalisisr persaingan antar peserta didik (Ramadhany & Prihatnani, 2020). Selain itu, menurut Rodeiro & Nádas, kelebihan modul diantaranya, 1) bersifat fleksibel, 2) meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik, 3) penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran, 4) terdapat umpan balik, dan 5) dapat dipelajari kembali (Khalil dkk., 2020).

4. Unsur-Unsur Modul

Modul memiliki 3 bagian yaitu, bagian awal, bagian isi, dan bagian penutup (As’ari, 2019). Menurut As’ari, bagian awal memuat halaman sampul, kata pengantar, pendahuluan, peta konsep, dan daftar isi. Bagian isi terdiri atas materi, soal latihan, dan ilustrasi yang mendukung soal-soal. Sedangkan pada bagian penutup memuat glosarium, indeks, daftar pustaka, dan kunci jawaban. Menurut Supeno dkk. (2021), modul setidaknya memiliki 8 unsur diantaranya, 1) petunjuk belajar, 2) kompetensi yang akan dicapai, 3) materi, 4) informasi pendukung, 5) latihan soal 6) lembar kerja, 7) evaluasi, dan 8) balikan terhadap hasil evaluasi.

Sedangkan menurut Prastowo (2011), modul paling tidak harus berisikan 7 unsur yakni judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, bahan latihan, petunjuk kerja, dan evaluasi. Dengan penjabarannya sebagai berikut:

a) Judul, berisi nama modul dan materi yang akan diajarkan.

b) Petunjuk, berisi penjelasan mengenai langkah-langkah penggunaan modul.

c) Kompetensi yang akan dicapai, berisi Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator dari pembelajaran yang ingin dicapai oleh peserta didik.

d) Informasi pendukung, berisi materi yang akan dipelajari oleh peserta didik.

e) Bahan latihan, berisi soal tes untuk peserta didik.

(4)

10

f) Petunjuk kerja atau LK, berisi pertanyaan atau masalah yang dapat merangsang peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dengan aktif.

g) Evaluasi, berisi soal-soal evaluasi untuk mengetahui seberapa paham mereka dengan materi yang telah dipelajari.

Dalam penelitian ini, modul akan memiliki 3 bagian. Bagaian awal yang berisi halaman sampul, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, dan peta konsep.

Pada bagian pendahuluan akan diisi dengan deskripsi, petunjuk penggunaan, KI dan KD, serta tujuan pembelajaran. Kemudian, pada bagian isi yang terdiri atas kegiatan belajar dan latihan mandiri. Sedangkan bagian akhir akan berisi rangkuman, kunci jawaban, dan daftar pustaka.

B. Pendekatan Problem Based Learning

Pendekatan Problem Based Learning (PBL) atau pendekatan pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan dengan berbasis masalah autentik yang disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari (Suprihatiningsih & Annurwanda, 2019).

Rahmawati (2019) mengatakan, dalam PBL permasalahan merupakan titik awal dari proses pembelajaran. PBL mengarahkan peserta didik dalam persoalan sebagai dasar dalam belajar sehingga peserta didik dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, mengembangkan keterampilannya, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kemantapan peserta didik (Ramadhany & Prihatnani, 2020). PBL menggunakan permasalahan yang ada pada kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari peserta didik dengan tujuan melatih keterampilan berfikir dan memecahkan masalah mereka (Simatupang dkk., 2019).

PBL menekankan pada keterlibatan peserta didik secara langsung sehingga memungkinkan pembelajaran menjadi lebih bermakna (Suprihatiningsih & Annurwanda, 2019). PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah meliputi tahap- tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Lestari dkk., 2020).

(5)

11

Modul dengan pendekatan PBL merupakan modul yang tidak hanya berisi sekumpulan materi, melainkan dalam penyajiannya menggunakan langkah-langkah model pembelajaran PBL yaitu, orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah (Sidik & Kartika, 2020). Dalam penyajiannya, modul dengan pendekatan PBL menyampaikan materi tidak secara langsung dituliskan kedalam modul, tetapi materi dikaitkan dengan permasalahan-permasalahan didunia nyata yang nantinya permasalahan tersebut dijadikan sebagai pijakan peserta didik dalam belajar.

C. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) 1. Pengertian

AKM merupakan salah satu bagian dari Assessmen Nasional yang ditujukan untuk peserta didik (Nurhikmah dkk., 2021). Mendikbud (2020) mengungkapkan bahwa AKM merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua peserta didik untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat (D. R. Sari dkk., 2021). AKM yang ditetapkan oleh pemerintah merupakan salah satu bagian dari target pemeritah untuk menyiapkan peserta didik dalam menghadapi abad-21, yaitu memiliki kecakapan Critical thinking, Creativity, Communication skills and Collaboratively (Sahari, 2021). Yang dimaksud dengan kemampuan mendasar di sini adalah kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik yaitu literasi membaca dan numerasi. Kedua kemampuan ini penting karena kemampuan literasi dan numerasi merupakan kompetensi mendasar yang dibutuhkan oleh peserta didik terlepas dari berbagai profesi dimasa depan (Winata dkk., 2021).

2. Pengukuran AKM

AKM digunakan untuk mengukur dua hal yaitu literasi membaca dan numerasi. Literasi membaca menguji kemampuan menemukan informasi, proses berfikir dan mengevaluasi (Nurhikmah dkk., 2021). Nurhikmah dkk., juga

(6)

12

menambahkan Numerasi menguji kemampuan mengembangkan proses berfikir atau proses kognitif yang meliputi knowing (pemahaman), applying (penerapan), dan resoning (pemikiran). Baik pada literasi membaca dan numerasi, kompetensi yang dinilai mencakup keterampilan berpikir logis-sistematis, keterampilan bernalar menggunakan konsep serta pengetahuan yang telah dipelajari, dan keterampilan memilah dan mengolah suatu informasi (Purwanto, 2021).

3. Model Soal AKM

Soal pada AKM merupakan soal yang tidak sekedar menguasai konten pembelajaran namun dapat mengajak peserta didik memahami berbagai konteks kehidupan yang diharapkan dapat diselesaikan oleh peserta didik di dunia nyata dengan kemampuannya (Meriana & Murniarti, 2021). Ada lima model soal yang digunakan oleh Mendikbud (2020) dalam AKM yaitu, pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian singkat, dan uraian. Rincian model soal AKM sebagai berikut,

a) Pilihan ganda, peserta didik hanya dapat memilih satu dari beberaa pilihan jawaban yang tersedia.

b) Pilihan ganda kompleks, peserta didik dapat memilih lebih dari satu jawaban yang tersedia, yang dianggap sesuai dengan jawaban pertanyaan.

c) Menjodohkan, peserta didik menjawab dengan cara menarik garis dari satu tiitk ke titik lainnya yang dianggap sebagai pasangan soal dan jawabannya.

d) Isian singkat, peserta didik menjawab pertanyaan dengan menuliskan bilangan atau kata ataupun jawaban pasti lainnya.

e) Uraian, peserta didik menjawab pertanyaan berupa jawaban panjang berisi kalimat-kalimat untuk membantu menjelaskan jawaban.

Dalam penelitian ini, kelima model soal AKM akan digunakan. Bentuk soal disesuaikan dengan data, bacaan, ataupun informasi yang disajikan dalam soal.

Soal AKM tersebut akan terintegrasi didalam modul khususnya pada bagian kegiatan belajar yaitu uraian permasalahan dan diskusi. Selain itu juga pada bagian contoh, latihan soal dan evaluasi yang menggunakan soal AKM. Hal ini dilakukan

(7)

13

agar peserta didik dapat mengukur sendiri pemahamannya setelah menggunakan modul.

4. Komponen AKM

Instrumen soal AKM tidak hanya berisi topik atau konten suatu materi tertentu melainkan mencakup konten, konteks dan proses kognitif yang harus dilalui oleh peserta didik (Rohim dkk., 2021). AKM ditinjau dari 3 komponen yaitu, konten, proses kognitif, dan konteks (Sahari, 2021). Pada literasi membaca, konten terdiri atas teks informasi dan sastra; proses kognitif terdiri atas menemukan, interpretasi dan integrasi, evaluasi, dan refleksi informasi; konteks terdiri atas personal, sosial, budaya, dan saintifik. Sedangkan pada numerasi, konten terdiri atas aljabar, bilangan, pengukuran, data dan ketidakpastian; proses kognitif terdiri atas pemahaman, penerapan, dan penalaran; serta konteks terdiri atas personal, sosial, budaya, dan saintifik.

5. Tingkatan AKM

Hasil AKM dimaksudkan untuk memaparkan informasi mengenai tingkat kemampuan yang dimiliki peserta didik (Rohim dkk., 2021). Hasil AKM digolongkan kedalam empat kelompok yang menggambarkan tingkat kompetensi yang berbeda yaitu, perlu intervensi khusus, dasar, cukup, dan mahir (Mendikbud, 2020). Tingkatan kompetensi yang paling rendah adalah perlu intervensi khusus.

Kemudian untuk tingkat kompetensi peserta didik paling tinggi yaitu pada tingkatan mahir. Penjelasan tiap tingkatan tersebut yaitu,

(8)

14

Tabel 1. Tingkatan Kompetensi Literasi Membaca Tingkatan Kompetensi Literasi Membaca Perlu Intervensi

Khusus

Peserta didik belum mampu menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang ada dalam teks ataupun interpretasi sederhana.

Dasar Peserta didik mampu menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang ada dalam teks serta membuat interpretasi sederhana.

Cukup Peserta didik mampu membuat interpretasi dari informasi implisit yang ada dalam teks; mampu membuat simpulan dari hasil integrasi beberapa informasi dalam suatu teks.

Mahir Peserta didik mampu mengintegrasikan beberapa informasi lintas teks; mengevaluasi isi, kualitas, cara penulisan suatu teks, dan bersikap reflektif terhadap isi teks.

(Mendikbud, 2020)

Tabel 2. Tingkatan Kompetensi Numerasi Tingkatan Kompetensi Literasi Membaca Perlu Intervensi

Khusus

Peserta didik memiliki pengetahuan matematika yang terbatas. Menunjukkan penguasaan konsep yang parsial dan keterampilan komputasi yang terbatas.

Dasar Peserta didik memiliki keterampilan dasar matematika:

komputasi dasar dalam bentuk persamaan langsung, konsep dasar terkait geometri dan statistika, serta menyelesaikan masalah matematika sederhana yang rutin.

Cukup Peserta didik mampu mengaplikasikan pengetahuan matematika yang dimiliki dalam konteks yang lebih beragam.

Mahir Peserta didik mampu bernalar untuk menyelesaikan masalah kompleks serta non-rutin berdasarkan konsep matematika yang dimilikinya.

(Mendikbud, 2020)

D. Modul Berbasis Pendekatan PBL dan AKM

Rosmalinda mengatakan bahwa modul berbasis PBL merupakan salah satu jenis modul yang mengadopsi ide pokok dalam pembelajaran berbasis masalah dengan mengedepankan permasalahan sebagai konteks serta daya penggerak bagi peserta didik untuk belajar baik pada pembelajaran secara teori maupun praktikum (Erna dkk., 2020). Modul berbasis PBL merupakan modul yang dirancang berdasarkan langkah langkah model pembelajaran PBL yaitu, orientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, membimbing

(9)

15

penyelidikan individual atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah (Sidik &

Kartika, 2020). Berikut langkah PBL serta penerapannya dengan menggunakan modul yang peneliti kembangkan:

1. Orientasi peserta didik pada masalah

Peserta didik diberitahu tujuan pembelajaran serta mempelajari permasalahan yang terdapat dalam modul. Permasalahan dalam modul dijadikan sebagai contoh bagi peserta didik dalam memahami materi yang dipelajari.

2. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

Peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan materi belajar yang digunakan dalam pemecahan masalah yang diberikan pada modul. Materi pembelajaran disajikan dalam solusi permasalahan.

3. Membimbing penyelidikan individu atau kelompok

Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok kecil untuk mendiskusikan pemahamannya serta menyelesaikan permasalahan baru yang diberikan secara berkelompok.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Peserta didik mempresentasikan karya mereka dengan teman sekelas.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu peserta didik dalam melakukan evaluasi terhadap proses serta hasil diskusi peserta didik.

Langkah-langkah PBL tersebut disatukan dengan soal AKM. Dalam bagian permasalahan, diskusi, dan evaluasi akan terintegrasi dengan soal-soal AKM.

Karena AKM dibuat untuk mendukung kemampuan abad 21, maka diharapkan dengan evaluasi yang terintegrasi dengan AKM dapat membantu peserta didik mengembangkan kemampuan pemecahan masalahnya. Selain itu, hal ini dilakukan agar peserta didik dan guru dapat mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik khususnya dalam kemampuan pemecahan masalah. Modul akan memuat lima model soal yang ada pada AKM mengenai masalah pada kehidupan sehari-hari yang diharapkan dapat membuat peserta didik mengalami berbagai variasi soal.

(10)

16

Perpaduan antara modul, PBL, dan AKM diharapkan membuat pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalahnya. Modul PBL dan AKM memiliki kelebihan dibandingkan modul biasa karena setiap materi, aktivitas, dan evaluasi terintegrasi dengan aspek kemampuan pemecahan masalah. Penyajian materi dan evaluasi dilengkapi dengan gambar yang jelas. Selain itu, modul disusun dengan komposisi warna dan grafik yang sesuai yang dapat memotivasi peserta didik untuk belajar.

E. Materi Statistika

Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan cara pengumpulan, penyajian, pengolahan analisis data serta teknik analisis data (Niasih dkk., 2019).

Statistika diajarkan pada tiap jenjang pendidikan, salah satunya pada saat kelas VIII SMP di semester II. Materi statistika meruakan materi yang mempelajari penyajian data berupa penyajian data tunggal dan penyajian data kelompok, pengolahan data, dan penyusunan data (Roliza dkk., 2018) . Pada statistika kelas VIII, peserta didik akan diajarkan mengenai macam macam data (data kuantitatif dan data kualitatif), penyajian data (tabel, diagram batang, dan diagram lingkaran), dan bagaimana cara mencari mean, modus, median, dan quartil. Selain itu, pada bab ini juga diajarkan mengenai penyebaran data. Data yang dibahas dalam statistika kelas VIII semester II adalah data tunggal. Dalam mempelajari statistika, peserta didik di tuntut untuk mampu menyajikan sebuah data dengan tujuan memudahkan dalam membaca, memahami dan menganalisis data (Harefa dkk., 2020).

Tabel 3. Kompetensi Dasar Statistika Kompetensi Dasar

3.10. Menganalisis data berdasarkan distribusi data, nilai rata-rata, median, modus, dan sebaran data untuk mengambil kesimpulan, membuat keputusan, dan membuat prediksi.

4.10. Menyajikan dan menyelesiakan masalah yang berkaitan dengan distribusi data, nilai rata-rata, median, modus, dan sebaran dtaa untuk mengambil kesimpulan, membuat keputusan, dan membuat prediksi.

(11)

17

Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data, penyajian data (mean, median, modus), dan penyebaran data. Data yang dibahas adalah data tunggal. Analisis data mempelajari tentang data tunggal dari berbagai bentuk data. Mean merupakan nilai rata-rata dari seluruh data. Median merupakan data tengah dari sekumpulan data setelah diurutkan. Modus merupakan data yang sering muncul atau data yang memiliki frekuensi terbanyak. Sedangkan penyebaran data mempelajari tentang seberapa jauh data-data menyebar dari titik pemusatannya.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan adanya hasil desain sistem komando dan komunikasi ini, diharapkan dapat memberikan masukan terhadap kebijakan dan SPO diberlakukan sebagai protap dalam

 Fasilitas yang ada yaitu 36 ruang kelas, beberapa ruang dibangun bertingkat, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang BK,

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 32 responden diperoleh hasil: “faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kesulitan belajar mahasiswa semester IV

Berdasarkan pedoman penulisan modul Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, (Lestari, 2013: 2) beberapa karakteristik bahan ajar. 1) Self instructional, menuntut

Dialog Antar Agama adalah sesuatu yang menuntut sikap terbuka dari pada defensif, semangat untuk belajar satu sama lain disertai dengan sikap rendah hati dari pada perasaan

Faktor-faktor yang terkait adalah hubungan yang baik antar karyawan, karyawan bekerja secara kohesif dalam kelompok lebih memperlihatkan keterlibatan kerja lebih