• Tidak ada hasil yang ditemukan

PIMPINAN DPRD PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DPRD PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2020 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PIMPINAN DPRD PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DPRD PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2020 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PIMPINAN DPRD PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DPRD PROVINSI KALIMANTAN BARAT

NOMOR 1 TAHUN 2020 TENTANG

TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PIMPINAN DPRD PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan fungsi, tugas, wewenang, hak dan kewajiban Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta hak dan kewajiban Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, perlu disusun Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Barat dalam suatu Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

b. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib Dewan perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota menegaskan perlunya ditetapkan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Barat tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia;

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah-daerah Otonom Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1106);

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

(2)

5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6057);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6197);

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 157).

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DPRD TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan DPRD ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Kalimantan Barat;

2. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Barat;

3. Gubernur adalah Gubernur Kalimantan Barat;

4. Wakil Gubernur adalah Wakil Gubernur Kalimantan Barat;

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Barat yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Provinsi Kalimantan Barat;

6. Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat Pimpinan DPRD adalah Ketua dan Wakil-wakil Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Barat;

7. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut Anggota DPRD adalah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Barat;

8. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat;

9. Alat Kelengkapan DPRD adalah Alat Kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Barat yang terdiri atas Pimpinan DPRD, Badan Musyawarah, Komisi-Komisi, Badan Pembentukan Peraturan Daerah, Badan Anggaran, Badan Kehormatan, dan Alat Kelengkapan lainnya yang dibentuk oleh Rapat Paripurna;

(3)

10. Fraksi adalah pengelompokan Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan konfigurasi partai politik hasil pemilihan umum;

11. Badan Musyawarah adalah Badan Musyawarah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Barat;

12. Komisi adalah P engelompokan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah secara fungsional berdasarkan tugas-tugas yang ada di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Barat;

13. Badan Pembentukan Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Bapemperda adalah alat kelengkapan DPRD Provinsi Kalimantan Barat yang bersifat tetap yang khusus menangani bidang Perda;

14. Badan Anggaran adalah Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Barat;

15. Badan Kehormatan adalah Badan Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Barat;

16. Panitia Khusus yang selanjutnya disebut Pansus adalah Panitia yang dibentuk dalam rapat paripurna untuk menangani hal-hal yang bersifat khusus.

17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD Provinsi Kalimantan Barat adalah rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan dengan Perda;

18. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur yang selanjutnya disebut LKPj;

19. Pokok-Pokok Pikiran DPRD yang selanjutnya disebut POKIR;

20. Hak keuangan dan administratif adalah hak keuangan dan administratif Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Barat;

21. Tata Tertib DPRD adalah Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Barat;

22. Kebijakan Umum Anggaran selanjutnya disebut KUA;

23. Prioritas Plafon Anggaran Sementara selanjutnya disebut PPAS;

24. Kode Etik DPRD yang selanjutnya disebut Kode Etik adalah norma yang wajib dipatuhi oleh setiap Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Barat selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD;

25. Autentifikasi adalah salinan produk hukum daerah sesuai aslinya;

26. Hak interplasi adalah hak DPRD Provinsi untuk meminta keterangan kepada Gubernur mengenai kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara;

27. Hak angket adalah hak DPRD Provinsi untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

28. Hak menyatakan pendapat adalah hak DPRD Provinsi untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan Gubernur atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di Daerah Provinsi disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindaklanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket;

29. Reses atau masa reses adalah masa dimana DPRD melakukan kegiatan diluar sidang, terutama di luar gedung DPRD, serta melakukan komunikasi dua arah antara legislatif dengan konstituen secara berkala;

30. Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Perda adalah Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat;

(4)

31. Sekretariat DPRD adalah Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Barat;

32. Sekretaris DPRD adalah Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Barat;

33. Hari adalah hari kerja.

BAB II

FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG Bagian Kesatu

Fungsi Paragraf 1

Umum Pasal 2 DPRD Provinsi mempunyai fungsi;

a. Pembentukan Perda;

b. Anggaran; dan c. Pengawasan.

Paragraf 2

Fungsi Pembentukan Perda Pasal 3

Fungsi pembentukan Perda dilaksanakan dengan cara:

a. menyusun program pembentukan Perda bersama Gubernur;

b. membahas bersama Gubernur dan menyetujui atau tidak menyetujui Rancangan Perda; dan

c. mengajukan usul Rancangan Perda.

BAB III

PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERDA Pasal 4

(1) Program Pembentukan Perda ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan skala prioritas pembentukan Rancangan Perda.

(2) Program pembentukan Perda ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara DPRD dan Gubernur.

(3) Penyusunan Program Pembentukan Perda dilakukan setiap tahun sebelum penetapan Rancangan Perda tentang APBD.

(4) Penyusunan Propemperda antara DPRD dan Pemerintah Daerah disepakati menjadi Propemperda dan ditetapkan dalam rapat paripurna melalui Keputusan DPRD.

Pasal 5

Penyusunan dan Penetapan Propemperda mempertimbangkan realisasi propemperda dengan perda yang ditetapkan setiap tahun dengan penambahan paling banyak 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah Rancangan perda yang ditetapkan pada tahun sebelumnya.

(5)

Bagian Kesatu

Penyusunan Propemperda Oleh DPRD Pasal 6

(1) Penyusunan Propemperda oleh DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dikoordinasikan oleh Bapemperda.

(2) Bapemperda sebagaimana dimaksud ayat (1) menyampaikan rencana penyusunan Propemperda kepada Pimpinan DPRD.

(3) Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meminta kepada anggota DPRD, komisi dan/atau gabungan komisi untuk melakukan identifikasi/inventarisasi kebutuhan Peraturan Daerah.

Pasal 7

(1) Bapemperda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 melakukan kompilasi usulan Propemperda yang berasal darin usulan anggota DPRD, komisi dan/atau gabungan komisi.

(2) Bapemperda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan AKP hasil kompilasi usulan Propemperda.

(3) AKP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan oleh Tim yang dibentuk dengan Keputusan DPRD.

Pasal 8

(1) AKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dilakukan dengan cara mengkaji/menelaah Propemperda usulan anggota DPRD, komisi dan/atau gabungan komisi disinergikan dengan:

a. Perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;

b. Rencana pembangunan daerah;

c. Penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan;

d. Kebutuhan dunia usaha; dan e. Aspirasi masyarakat

(2) Penentuan skala prioritas Propemperda dan pembobotan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Bapemperda menyampaikan hasil AKP kepada Pimpinan DPRD.

(4) Dalam hal AKP dilaksanakan oleh Tim, hasil AKP disampaikan kepada Pimpinan DPRD melalui Bapemperda.

Bagian Kedua

Penyusunan Propemperda Oleh Gubernur Pasal 9

(1) Penyusunan Propemperda oleh Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan oleh perangkat daerah dikoordinasikan Biro Hukum.

(2) Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) melakukan identifikasi/inventarisasi Propemperda sesuai kebutuhan.

(3) Identifikasi/inventarisasi Propemperda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Biro Hukum.

Pasal 10

(1) Biro Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 melakukan kompilasi usulan Propemperda yang berasal dari usulan perangkat daerah.

(6)

(2) Biro Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan AKP hasil kompilasi usulan Propemperda.

(3) AKP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan oleh Tim yang dibentuk dengan Keputusan gubernur.

Pasal 11

(1) AKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dilakukan dengan cara mengkaji/menelaah Propemperda usulan perangkat daerah disinergikan dengan:

a. Perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;

b. Rencana pembangunan daerah;

c. Penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan;

d. Kebutuhan dunia usaha; dan e. Aspirasi masyarakat

(2) Penentuan skala prioritas Propemperda dan pembobotan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Penetuan skala prioritas propemperda dan pembobotan sebagaimana dimaksud ayat (2) hasilnya disampaikan kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

(4) Gubernur menyampaikan hasil penyusunan Propemperda kepada Bapemperda melalui Pimpinan DPRD.

Bagian Ketiga Penetapan Propemperda

Pasal 12

(1) Penetapan Propemperda provinsi berasal dari hasil AKP yang dilakukan oleh DPRD dan Gubernur.

(2) Penetapan Propemperda provinsi sebagimana dimaksud pada ayat (1) mempertimbangkan realisasi Propemperda dengan Perda yang ditetapkan tahun berkenaan dengan penambahan paling banyak 25%

(dua puluh lima persen) dari jumlah Propemperda yang ditetapkan pada tahun sebelumnya.

(3) Selain pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penetapan propemperda provinsi perlu mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya dalam pembentukan perda.

(4) Dalam hal propemperda provinsi yang akan ditetapkan tidak sesuai dengan ketersediaan sumberdaya yang ada maka DPRD bersama Gubernur melakukan pencermatan untuk memperoleh jumlah propemperda sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 13

(1) Propemperda provinsi sebelum ditetapkan dapat dikonsultasikan ke Kementerian Dalam Negeri cq. Direktorat Jenderal Otonomi Daerah.

(2) Penetapan Propemperda dilakukan setiap tahun sebelum penetapan rancangan Perda tentang APBD.

(3) Hasil penyusunan Propemperda provinsi antara DPRD dan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disepakati menjadi Propemperda dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRD.

Pasal 14

(1) Rancangan Perda dapat berasal dari DPRD atau Gubernur.

(7)

(2) Rancangan Perda yang berasal dari DPRD atau Gubernur disertai penjelasan atau keterangan dan/atau Naskah Akademik.

(3) Rancangan Perda diajukan berdasarkan Program Pembentukan Perda atau di luar Program Pembentukan Perda sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Rancangan Perda yang berasal dari Gubernur diajukan dengan surat Gubernur kepada Pimpinan DPRD.

Pasal 15

(1) Ruang lingkup Pembentukan Perda terdiri dari proses Perencanaan, penyusunan, Pembahasan, Pengesahan, dan pengundangan.

(2) Hubungan kerja antara DPRD dan Gubernur dalam Pembentukan Perda didasarkan atas kemitraan yang sejajar.

(3) RancanganPerda yang disertai penjelasan dan/atau Naskah Akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), dikecualikan dalam hal Rancangan Perda mengenai :

a. APBD;

b. Pencabutan Perda; atau

c. Perubahan Perda yang hanya terbatas mengubah beberapa materi, disertai dengan penjelasan atau keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur.

(4) Rancangan Perda yang disertai Naskah Akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) telah melalui pengkajian dan penyelarasan, yang terdiri atas:

a. Latar belakang dan tujuan penyusunan;

b. Sasaran yang akan diwujudkan;

c. Pokok pikiran, ruang lingkup, atau objek yang akan diatur; dan d. Jangkauan dan arah pengaturan.

(5) Naskah Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dengan sistematika sebagai berikut :

1. Judul;

2. Kata Pengantar;

3. Daftar isi terdiri dari:

a. Bab I b. Bab II c. Bab III d. Bab IV e. Bab V f. Bab VI g. Bab VII h. Bab VIII

: : : : : : : :

Pendahuluan

Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait

Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis

Jangkauan arah pengaturan dan ruang lingkup materi muatan Perda

Penutup

Daftar Pustaka

Lampiran Rancangan Perda

(6) Dalam keadaan tertentu, DPRD atau Gubernur dapat mengajukan Rancangan Perda diluar Program Pembentukan Perda.

Pasal 16

(1) Rancangan Perda yang berasal dari DPRD dapat diajukan oleh Anggota DPRD, Komisi, gabungan Komisi, atau Bapemperda yang dikoordinasasikan oleh Bapemperda.

(2) Rancangan Perda yang diajukan oleh Anggota DPRD,Komisi, gabungan Komisi, atau Bapemperda disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan DPRD disertai dengan:

(8)

a. Penjelasan atau keterangan dan/atau Naskah Akademik; dan b. Daftar nama dan tanda tangan pengusul.

(3) Rancangan Perda berserta Penjelasan atau keterangan dan/atau Naskah Akademik disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Bapemperda untuk dilakukan pengkajian dalam rangka pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Perda.

(4) Rancangan Perda yang telah dikaji oleh Bapemperda disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada semua Anggota DPRD paling lambat 7 (tujuh) Hari sebelum Rapat Paripurna.

(5) Hasil pengkajian Bapemperda disampaikan oleh Pimpinan DPRD dalam Rapat Paripurna.

(6) Dalam Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (5):

a. pengusul memberikan penjelasan;

b. Fraksi dan anggota DPRD lainnya memberikan pandangan; dan

c. pengusul memberikan jawaban atas Pandangan Fraksi dan Anggota DPRD lainnya.

(7) Keputusan Rapat Paripurna atas Usulan Rancangan Perda berupa:

a. persetujuan;

b. persetujuan dengan pengubahan; dan c. penolakan.

(8) Dalam hal persetujuan dengan pengubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf b, DPRD menugaskan Komisi, gabungan Komisi, atau Bapemperda untuk menyempurnakan Rancangan Perda.

(9) Rancangan Perda yang telah disiapkan oleh DPRD disampaikan dengan surat Pimpinan DPRD kepada Gubernur.

Pasal 17

(1) Rancangan Perda yang berasal dari DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) merupakan Rancangan Perda hasil pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi yang di koordinasikan oleh Bapemperda.

(2) Rancangan Perda yang berasal dari Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) merupakan Rancangan Perda hasil pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi yang di koordinasikan oleh perangkat daerah yang menangani bidang hukum.

(3) Dalam pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat melibatkan instansi vertikal kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang hukum.

Pasal 18

Apabila dalam 1 (satu) masa sidang, DPRD dan Gubernur menyampaikan Rancangan Perda mengenai materi yang sama, yang dibahas adalah Rancangan Perda yang disampaikan oleh DPRD dan Rancangan Perda yang disampaikan oleh Gubernur digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.

Pasal 19

(1) Rancangan Perda yang berasal dari DPRD atau Gubernur dibahas oleh DPRD dan Gubernur untuk mendapatkan persetujuan bersama.

(2) Pembahasan Rancangan Perda dilakukan melalui pembicaraan tingkat I dan pembicaraan tingkat II.

(9)

(3) Pembicaraan tingkat I meliputi kegiatan:

a. Dalam hal Rancangan Perda berasal dari Gubernur:

1) 2) 3)

Penjelasan Gubernur dalam Rapat Paripurna mengenai Rancangan Perda;

Pemandangan Umum Fraksi terhadap Rancangan Perda; dan Tanggapan dan/atau Jawaban Gubernur terhadap Pemandangan Umum Fraksi.

b. Dalam hal Rancangan Perda berasal dari DPRD:

1)

2) 3)

penjelasan pimpinan Komisi, pimpinan gabungan Komisi, pimpinan Bapemperda, atau pimpinan panitia khusus dalam Rapat Paripurna mengenai Rancangan Perda;

pendapat Gubernur terhadap Rancangan Perda; dan

tanggapan dan/atau jawaban Fraksi-Fraksi terhadap pendapat Gubernur.

c. Pembahasan dalam rapat Komisi, gabungan Komisi, atau panitia khusus yang dilakukan bersama dengan Gubernur atau pejabat yang ditunjuk untuk mewakili.

d. Penyampaian pendapat akhir Fraksi dilakukan pada akhir pembahasan antara DPRD dan Gubernur atau pejabat yang ditunjuk untuk mewakili.

e. Khusus Penyampaian Laporan Badan Anggaran dilaksanakan dalam Rapat Paripurna internal mengenaihasil pembahasan raperda tentang APBD.

(4) Pembicaraan tingkat II meliputi kegiatan:

a. Pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna yang didahului dengan:

1) penyampaian laporan yang berisi proses pembahasan, pendapat Fraksi, dan hasil pembicaran tingkat I oleh pimpinan Komisi, pimpinan gabungan Komisi, atau pimpinan panitia khusus;

2) permintaan persetujuan secara lisan pimpinan rapat kepada anggota dalam Rapat Paripurna; dan

3) Pendapat akhir Gubernur.

b. Dalam hal pembicaraan tingkat II terhadapPembahasan Rancangan Perda tentang APBD, sebelum pengambilan persetujuan dan keputusan DPRD didahului dengan pendapat akhir Fraksi-fraksi DPRD;

c. Dalam hal persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2 tidak dapat dicapai secara musyawarah untuk mufakat, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak;

d. Dalam hal Rancangan Perda tidak mendapat persetujuan bersama antara DPRD dan Gubernur, Rancangan Perda tersebut tidak dapat diajukan lagi dalam persidangan DPRD masa sidang yang sama.

Pasal 20

(1) Rancangan Perda dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh DPRD dan Gubernur.

(2) Penarikan kembali Rancangan Perda oleh DPRD dilakukan dengan keputusan pimpinan DPRD dengan disertai alasan penarikan.

(3) Penarikan kembali Rancangan Perda oleh Gubernur disampaikan dengan suratGubernur disertai alasan penarikan.

(4) Rancangan Perda yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali berdasarkan persetujuan bersama DPRD dan Gubernur.

(5) Penarikan kembali Rancangan Perda hanya dapat dilakukan dalam Rapat Paripurna yang dihadiri oleh Gubernur.

(10)

(6) Rancangan Perda yang ditarik kembali tidak dapat diajukan lagi pada masa sidang yang sama.

Pasal 21

(1) Rancangan Perda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Gubernur disampaikan Pimpinan DPRD kepada Gubernur untuk ditetapkan menjadi Perda.

(2) Penyampaian Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.

Pasal 22

Rancangan Perda tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, APBD, Perubahan APBD, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan tata ruang daerah yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Gubernur dalam Rapat Paripurna dapat ditetapkan dan diundangkan setelah dilakukan evaluasi oleh Menteri.

Pasal 23

(1) Dalam hal hasil evaluasi Menteri atas Rancangan Perda tentang APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, untuk dilakukan penyempurnaan,Rancangan Perda disempurnakan oleh Gubernurbersama dengan DPRD melalui Badan Anggaran.

(2) Hasil penyempurnaan Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Pimpinan DPRD.

(3) Keputusan Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar penetapan Perda tentang APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD olehGubernur.

Pasal 24

(1) Pemerintah Daerah dan DPRD wajib melibatkan perancang peraturan perundang-undangan dalam pembentukan Perda.

(2) Pembentukan Perda melibatkan partisipasi masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 3 Fungsi Anggaran

Pasal 25

(1) Fungsi anggaran DPRD diwujudkan dalam bentuk pembahasan untuk persetujuan bersama terhadap Rancangan Perda tentang APBD yang diajukan oleh Gubernur.

(2) Fungsi Anggaran dilaksanakan dengan cara:

a. Membahas kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran sementara yang disusun oleh Gubernur berdasarkan rencana kerja Pemerintah Daerah;

b. Membahas Rancangan Perda tentang APBD;

c. Membahas Rancangan Perda tentang perubahan APBD; dan

d. Membahas Rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

(11)

Pasal 26

(1) Pembahasan kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran sementara dilaksanakan oleh DPRD dan Gubernur setelah Gubernur menyampaikan kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran sementara disertai dengan dokumen pendukung.

(2) Pembahasan rancangan kebijakan umum APBD dilaksanakan oleh Badan Anggaran DPRD dan tim anggaran Pemerintah Daerah untuk disepakati menjadi kebijakan umum APBD.

(3) Kebijakan umum APBD menjadi dasar bagi Badan Anggaran DPRD bersama tim anggaran Pemerintah Daerah untuk membahas rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara.

(4) Badan Anggaran melakukan konsultasi dengan Komisi untuk memperoleh masukan terhadap program dan kegiatan yang ada dalam rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara.

(5) Pembahasan rancangan kebijakan umum APBD, rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara dan konsultasi dengan Komisi dilaksanakan melalui rapat DPRD.

(6) Kebijakan Umum APBD dan Prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah mendapat persetujuan bersama ditandatangani oleh Gubernur dan Pimpinan DPRD dalam Rapat Paripurna.

Pasal 27

(1) Pembahasan Rancangan Perda tentang APBD dilaksanakan oleh DPRD dan Gubernur setelah Gubernur menyampaikan Rancangan Perdatentang APBD beserta penjelasan dan dokumen pendukung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pembahasan Rancangan Perda tentang APBD dibahas Gubernur bersama DPRD dengan berpedoman pada rencana kerja Pemerintah Daerah, kebijakan umum APBD, dan prioritas dan plafon anggaran sementara untuk mendapat persetujuan bersama.

(3) Pembahasan Rancangan Perda tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh Badan Anggaran DPRD dan tim anggaran Pemerintah Daerah.

(4) Pembahasan Rancangan Perda tentang APBD dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 19.

Pasal 28

Ketentuan mengenai pembahasan Rancangan Perda tentang APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 berlaku secara mutatis mutandis terhadap pembahasan Rancangan Perda tentang perubahan APBD.

Pasal 29

(1) Badan Anggaran membahas Rancangan Perda tentang pertanggungiawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf d.

(2) Rancangan Perdase bagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Gubernur dengan dilampirkan laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

(3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit meliputi:

a. laporan realisasi anggaran;

(12)

b. laporan perubahan saldo anggaran lebih;

c. neraca;

d. Iaporan operasional;

e. laporan arus kas;

f. laporan perubahan ekuitas; dan g. catatan atas laporan keuangan.

(4) Dalam hal daerah memiliki badan usaha milik daerah, catatan atas laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf g harus dilampiri dengan ikhtisar laporan keuangan badan usaha milik daerah.

(5) Pembahasan Rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 19.

Pasal 30

Jadwal pembahasan dan Rapat Paripurna kebijakan umum APBD, prioritas dan plafon anggaran sementara, Rancangan Perda tentang APBD, Rancangan Perda tentang perubahan APBD, dan Rancangan Perda tentang pertanggungiawaban APBD ditetapkan oleh badan musyawarah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pengelolaan keuangan daerah.

Paragraf 4 Fungsi Pengawasan

Pasal 31

(1) Fungsi pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap:

a. pelaksanaan Perda dan Peraturan Gubernur;

b. pelaksanaan peraturan perundang-undangan lain yang terkaitdengan penyelenggaraan pemerintahan daerah; dan

c. pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dapat dilaksanakan melalui:

a. rapat kerja Komisi dengan Pemerintah Daerah;

b. kegiatan kunjungan kerja;

c. rapat dengar pendapat umum; dan d. pengaduanmasyarakat.

(3) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dilaksanakan oleh Bapemperda melalui kegiatan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan Perda, Peraturan Gubernur, dan pelaksanaan peraturan perundang- undangan yang lain.

(4) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan kepada Pimpinan DPRD dan diumumkan dalam Rapat Paripurna.

(5) DPRD berdasarkan keputusan Rapat Paripurna dapat meminta klarifikasi atas temuan laporan hasil pemeriksaan laporan keuangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

Pasal 32

(1) Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, DPRD dapat memberikan rekomendasi terhadap laporan keterangan pertanggungjawaban Gubernur yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, produktivitas, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan daerah.

(2) Pemberian rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(13)

Bagian Kedua Tugas dan Wewenang

Pasal 33 DPRD mempunyai tugas dan wewenang :

a. membentuk peraturan daerah bersama Gubernur;

b. membahas dan memberikan persetujuan Rancangan Perda tentang APBD Provinsi yang diajukan oleh Gubernur;

c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan APBD;

d. memilih Gubernur dan Wakil Gubernur atau Wakil Gubernur dalam hal terjadi kekosongan jabatan untuk meneruskan sisa masa jabatan lebih dari 18 (delapan belas) bulan;

e. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Gubernur dan Wakil Gubernur kepada Presiden melalui Menteri untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan pemberhentian;

f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah Provinsi terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;

g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah;

h. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Gubernur dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

i. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah;

dan

j. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan;

Pasal 34

(1) Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur atau Wakil Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf d diselenggarakan dalam Rapat Paripurna.

(2) Hasil Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan DPRD.

(3) Mekanisme pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur atau Wakil Gubernur diatur dalamtata cara pemilihan paling sedikit memuat ketentuan:

a. tugas dan wewenang panitia pemilihan;

b. tata cara pemilihan dan perlengkapan pemilihan;

c. persyaratan calon dan penyampaian kelengkapan dokumen persyaratan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

d. jadwal dan tahapan Pemilihan;

e. hak Anggota DPRDdan Pemilihan;

f. penyampaian visi dan misi para calon Gubernur dan Wakil Gubernurdalam Rapat Paripurna.

g. jumlah, tata cara pengusulan, dan tata tertib saksi;

h. penetapan calon terpilih;

i. pemilihan suara ulang; dan

j. larangan dan sanksi bagi calon Gubernur dan Wakil Gubernur atau calon Wakil Gubernur yang mengundurkan diri sejak ditetapkan sebagai pasangan calon atau calon.

(4) Berdasarkan hasil pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam Rapat Paripurna Pimpinan DPRD mengumumkan:

(14)

a. pengangkatan Gubernur dan Wakil Gubernur; atau b. pengangkatan Wakil Gubernur.

Pasal 35

Pimpinan DPRD Provinsi menyampaikan usulan pengesahan pengangkatan dan pemberhentian Gubernur dan Wakil Gubernur kepada Presiden melalui Menteri.

Pasal 36

(1) Pemberian persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf g ditetapkan dalam Rapat Paripurna.

(2) Keputusan Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Gubernur untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan- undangan yang mengatur mengenai kerja sama daerah.

BAB IV

KEANGGOTAAN DPRD Pasal 37

(1) Anggota DPRD berjumlah 65 (enam puluh lima) orang.

(2) Masa jabatan anggota DPRD adalah 5 (lima) tahun dan berakhir bersamaan saat anggota DPRD yang baru mengucapkan sumpah/janji.

(3) Keanggotaan DPRD Provinsi diresmikan dengan Keputusan Menteri.

(4) Keputusan peresmian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan pada laporan Komisi Pemilihan Umum Provinsi.

(5) Anggota DPRD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama dalam rapat paripurna yang dipandu olehketua pengadilan tinggi.

(6) Dalam hal ketua pengadilan tinggi berhalangan, pengucapan sumpah/janji anggota DPRD dipandu wakil ketua pengadilan tinggi atau hakim senior yang ditunjuk dalam hal wakil ketua pengadilan tinggi berhalangan.

(7) Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dipimpin oleh Pimpinan DPRD periode sebelumnya atau dipimpin oleh Anggota DPRD yang paling tua dan/atau paling muda periode sebelumnya dalam hal Pimpinan DPRD periode sebelumnya berhalangan hadir.

(8) Anggota DPRD Provinsi yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji bersama-sama mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Pimpinan DPRD.

Pasal 38

(1) Pengucapan sumpah/janji Anggota DPRD dilaksanakan pada tanggal berakhirnya masa jabatan 5 (lima) tahun Anggota DPRD yang lama periode sebelumnya.

(2) Dalam hal tanggal berakhirnya masajabatan Anggota DPRDselama jatuh pada hari libur atau hari yang diliburkan, pengucapan sumpah/janji dilaksanakan hari berikutnya sesudah hari libur atau hari yang diliburkan.

(15)

Pasal 39

(1) Dalam hal calon Anggota DPRD terpilih ditetapkan menjadi tersangka pada saat pengucapan sumpah/janji, yang bersangkutan tetap melaksanakan pengucapan sumpah janji menjadi Anggota DPRD.

(2) Dalam hal calon Anggota DPRD terpilih ditetapkan menjadi terdakwa pada saat pengucapan sumpah/janji, yang bersangkutan tetap melaksanakan pengucapan sumpah/janji menjadi Anggota DPRD Provinsi dan saat itu juga diberhentikan sementara sebagai Anggota DPRD.

(3) Dalam hal calon Anggota DPRD terpilih ditetapkan menjadi terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap pada saat pengucapan sumpah/janji, yang bersangkutan tetap melaksanakan pengucapan sumpah/janji menjadi Anggota DPRD dan saat itu juga diberhentikan sebagai Anggota DPRD.

(4) Tata cara pengucapan sumpah/janji anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (5), ayat (6), ayat (7) dan ayat (8) sesuai ketentuan perundang-undangan;

(5) Anggota DPRD yang akan mengucapkan sumpah/janji menempati tempat sesuai dengan agama masing-masing didampingi rohaniawan masing-masing;

(6) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah sebagai berikut:

“Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji:

bahwa saya, akan memenuhi kewajiban saya sebagai Anggota/Ketua/Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan bekerja dengan sungguh-sungguh demi tegaknya kehidupan demokrasi serta mengutamakan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi, seseorang, atau golongan;

bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Pada waktu pengucapan Sumpah/Janji, untuk penganut Agama Islam didahului dengan kata “Demi Allah“, untuk penganut Agama Kristen Protestan/Katolik diakhiri kata “Semoga Tuhan Menolong Saya“, untuk penganut Agama Hindu didahului kata “Om Atah Paramawisesa“, untuk penganut Agama Budha didahului kata “Demi Sanghyang Adi Budha “.

BAB V

ALAT KELENGKAPAN DPRD Bagian Kesatu

Umum Pasal 40 (1) Alat kelengkapan DPRD terdiri atas:

a. pimpinan;

b. badan musyawarah;

(16)

c. Komisi;

d. badan pembentukan Perda;

e. badan anggaran;

f. badan kehormatan; dan

g. alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk berdasarkan Rapat Paripurna.

(2) Alat kelengkapan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf f bersifat tetap.

(3) Alat kelengkapan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g berupa panitia khusus yang bersifat tidak tetap.

(4) Dalam menjalankan tugasnya, alat kelengkapan DPRD dibantu oleh sekretariat dan dapat dibantu oleh kelompok pakar atau tim ahli.

(5) Kelompok pakar atau tim ahli sebagaimana Ayat (4), bersifat tidak tetap.

(6) Badan Musyawarah, Komisi, Bapemperda, Badan Anggaran, dan Badan Kehormatan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD.

(7) Pembentukan alat kelengkapan DPRD ditetapkan dengan Keputusan DPRD.

Pasal 41

Pimpinan alat kelengkapan DPRD tidak boleh merangkap sebagai pimpinan pada alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap lainnya kecuali Pimpinan DPRD yang merangkap sebagai pimpinan pada badan musyawarah dan Badan Anggaran.

Bagian kedua Pimpinan DPRD

Pasal 42

(1) Pimpinan DPRD terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 3 (tiga) orang wakil ketua.

(2) Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari partai politik berdasarkan urutan perolehan kursi terbanyak di DPRD.

(3) Ketua DPRD ialah anggota DPRD yang berasal dari partai politik yang memperolah kursi terbanyak pertama di DPRD.

(4) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ketua DPRD ialah anggota DPRD yang berasal dari partai politik yang memperoleh suara terbanyak.

(5) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh suara terbanyak sama sebagaimana dimaksud pada ayat (4), penentuan ketua DPRD dilakukan berdasarkan persebaran perolehan suara partai politik yang paling merata urutan pertama.

(6) Dalam hal terdapatlebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (4), wakil ketua DPRD ialah Anggota DPRD yang berasal dari partai politik yang memperoleh kursi terbanyak kedua, ketiga.

(7) Apabila masih terdapat kursi wakil ketua DPRDyang belum terisi sebagaimana dimaksud pada ayat (6), maka kursi wakil ketua DPRD diisi oleh Anggota DPRD yang berasal dari partai politik yang memperoleh kursi terbanyak kedua.

(17)

(8) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) Partai politik yang memperoleh kursi terbanyak kedua sama, wakil ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (7), ditentukan berdasarkan urutan hasil perolehan suara terbanyak.

(9) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) Partai Politik yang memperoleh kursi terbanyak kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (7), penentuan Wakil Ketua DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dilakukan berdasarkan persebaran wilayah perolehan suara partai politik yang lebih luas secara berjenjang.

Pasal 43

(1) Proses penetapan Pimpinan DPRD dilaksanakan sesuai dengan Undang- Undang mengenai pemerintahan daerah.

(2) Dalam hal Pimpinan DPRD belum terbentuk, DPRD dipimpin oleh pimpinan sementara DPRD yang ditetapkan sesuai dengan Undang- Undang mengenai pemerintahan daerah.

(3) Pimpinan Sementara DPRD bertugas:

a. Memimpin rapat-rapat DPRD;

b. Memfasilitasi pembentukan Fraksi;

c. Memfasilitasi penyusunan rancangan Peraturan DPRD tentang Tata tertib DPRD; dan

d. Memproses penetapan Pimpinan DPRD defenitif.

(4) Pimpinan Sementara DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 1 (satu) orang Wakil Ketua yang berasal dari 2 (dua) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama dan kedua di DPRD.

(5) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak sama, Ketua dan Wakil Ketua Sementara DPRD ditentukan secara musyawarah oleh wakil partai politik bersangkutan yang ada di DPRD.

(6) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak tercapai kesepakatan, Ketua dan Wakil Ketua Sementara DPRD berasal dari partai politik berdasarkan urutan perolehan suara dalam pemilihan umum.

Pasal 44

(1) Partai politik yang berhak mengisi kursi Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2), hanya berhak mengajukan 1 (satu) orang calon Pimpinan DPRD kepada Pimpinan Sementara DPRD untuk diumumkan dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRD sebagai calon Pimpinan DPRD.

(2) Pimpinan Sementara DPRD menyampaikan nama calon Pimpinan DPRD kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk diresmikan pengangkatannya.

Pasal 45

(1) Pimpinan DPRD, sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji di Gedung DPRD menurut agama masing-masing yang dipandu oleh Ketua Pengadilan Tinggi.

(2) Dalam hal mengucapkan sumpah/janji di Gedung DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karena alasan tertentu tidak dapat dilaksanakan, pengucapan sumpah/janji Pimpinan DPRD dapat dilaksanakan di tempat lain yang representative.

(18)

(3) Dalam Ketua Pengadilan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhalangan, pengucapan sumpah/janji Pimpinan DPRD dipandu oleh Wakil Ketua Pengadilan Tinggi.

(4) Dalam hal Wakil Ketua Pengadilan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berhalangan, pengucapan sumpah/janji Pimpinan DPRD dipandu oleh Hakim Senior pada Pengadilan Tinggi yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Tinggi.

(5) Bunyi sumpah/janji sebagaimana dimaksud ayat (1), adalah sebagaimana tercantum dalam Pasal 39 ayat (6).

(6) Setelah Pimpinan DPRD mengucapkan sumpah/janji, maka Pimpinan Sementara menyerahkan jabatan Pimpinan kepada Pimpinan DPRD yang diumumkan dalam Rapat Paripurna.

Pasal 46

(1) Pimpinan DPRD mempunyai tugas dan wewenang:

a. memimpin rapat dan menyimpulkan hasil rapat untuk mengambil keputusan;

b. menyusun rencana kerja Pimpinan DPRD;

c. menetapkan pembagian tugas antara ketua dan wakil ketua dan disampaikan pada fraksi-fraksi;

d. melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan pelaksanaan agenda dan materi kegiatan dari alat kelengkapan DPRD;

e. menjadi juru bicara DPRD;

f. mewakili DPRD dalam berhubungan dengan lembaga/instansi lainnya;

g. menyelenggarakan konsultasi/koordinasi dengan Pemerintah, Gubernur dan pimpinan lembaga/instansi vertikal lainnya;

h. mewakili DPRD di pengadilan;

i. melaksanakan Keputusan DPRD tentang penetapan sanksi atau rehabilitas Anggota DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

j. menyampaikan laporan kinerja Pimpinan DPRD dalam Rapat Paripurna DPRD yang khusus diadakan untuk itu;

k. mengkoordinir pokok-pokok pikiran DPRD;

l. menyusun rencana anggaran DPRD bersama Sekretariat DPRD;

m. Melaksanakan koordinasi dalam menyusun rencana kerja dengan Badan Anggaran, badan musyawarah, badan pembentukan peraturan daerah, badan kehormatan, Komisi dan fraksi;

n. Menyampaikan Rancangan Perda yang disusun anggota DPRD, Komisi, gabungan Komisi, atau Badan Pembentukan Perda untuk dilakukan pengkajian;

o. Menyampaikan pengkajian Perda dalam Rapat Paripurna DPRD setelah dijadualkan oleh badan musyawarah.

(2) Pimpinan DPRD dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat:

a. Menentukan kebijaksanaan kerjasama antar DPRD;

b. Mengadakan koordinasi terhadap pelaksanaan tugas Komisi serta alat kelengkapan DPRD yang lain;

c. Mengadakan konsultasi dengan Pimpinan Fraksi apabila dipandang perlu;

d. Mengawasi pelaksanaan tugas dan kewajiban yang dilakukan oleh Sekretariat DPRD; dan

(19)

e. Mengadakan rapat pimpinan DPRD sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan dalam rangka melaksanakan tugasnya.

Pasal 47

Pimpinan DPRD merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolegtif dan kolegial.

Pasal 48

(1) Masa jabatan pimpinan DPRD terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/ janji pimpinan dan berakhir bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan keanggotaan DPRD;

(2) Pimpinan DPRD berhenti dari jabatannya sebelum berakhir masa jabatannya karena :

a. meninggal dunia;

b. mengundurkan diri sebagai pimpinan DPRD;

c. diberhentikan sebagai anggota DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; atau

d. diberhentikan sebagai pimpinan DPRD.

(3) Pimpinan DPRD diberhentikan sebagai Pimpinan DPRD dalam hal:

a. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik DPRD berdasarkan keputusan Badan Kehormatan; atau

b. partai politik yang bersangkutan mengusulkan pemberhentian yang bersangkutan sebagai Pimpinan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Dalam hal ketua DPRD berhenti dari jabatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2), para wakil ketua menetapkan salah seorang diantara untuk melaksanakan tugas ketua sampai dengan ditetapkannya ketua pengganti yang definitif.

(5) Dalam hal ketua dan para wakil ketua DPRD berhenti dari jabatannya dan tersisa 1 (satu) wakil ketua, wakil ketua yang bersangkutan melaksanakan tugas ketua DPRD sampai dengan ditetapkannya ketua pengganti definitif.

Pasal 49

(1) Usul pemberhentian Pimpinan DPRD dilaporkan dalam Rapat Paripurna oleh Pimpinan DPRD lainnya.

(2) Pemberhentian Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRD.

(3) Pemberhentian Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan DPRD.

Pasal 50

(1) Pimpinan DPRD menyampaikan Keputusan DPRD tentang usulan pemberhentian Pimpinan DPRD disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk peresmian pemberhentiannya paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung sejak ditetapkan dalam Rapat Paripurna.

(2) Gubernur menyampaikan Keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Menteri paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung sejak diterimanya keputusan DPRD.

(20)

(3) Keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan berita acara Rapat Paripurna.

Pasal 51

(1) Pengganti Pimpinan DPRD yang berhenti berasal dari partai politik yang sama dengan Pimpinan DPRD yang berhenti.

(2) Calon pengganti Pimpinan DPRD yang berhenti diusulkan oleh Pimpinan partai politik untuk diumumkan dalam Rapat Paripurna dan ditetapkan dengan keputusan DPRD.

(3) Pimpinan DPRD mengusulkan peresmian pengangkatan calon pengganti Pimpinan DPRD kepada Menteri melalui Gubernur.

Pasal 52

(1) Dalam hal ketua DPRD sedang menjalani masa tahanan atau berhalangan sementara, Pimpinan DPRD lainnya melaksanakan musyawarah untuk menentukan salah satu Pimpinan DPRD untuk melaksanakan tugas ketua DPRD yang sedang menjalani masa tahanan atau berhalangan sementara.

(2) Hasil musyawarah Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Pimpinan DPRD.

(3) Pimpinan DPRD sementara yang melaksanakan tugas ketua DPRD sebagaimana dimaksud ayat (1) berhenti bersamaan dengan ketua DPRD yang berhenti sementara melaksanakan tugas kembali.

Pasal 53

(1) Dalam hal salah seorang Pimpinan DPRD sedang menjalani masa tahanan atau berhalangan sementara lebih dari 30 (tiga puluh) Hari, pimpinan partai politik asal pimpinan DPRD yang berhalangan sementara mengusulkan kepada Pimpinan DPRD salah seorang Anggota DPRD yang berasal dari partai politik tersebut untuk melaksanakan tugas Pimpinan DPRD yang sedang menjalani masa tahanan atau berhalangan sementara.

(2) Usulan Pimpinan partai politik sebagaiman dimaksud pada ayat (1) diumumkan dalam Rapat Paripurna dan selanjutnya ditetapkan dengan keputusan DPRD.

Pasal 54

(1) Dalam hal seluruh Pimpinan DPRD sedang menjalani masa tahanan atau berhalangan sementara, pimpinan partai politik asal pimpinan DPRD mengusulkan Anggota DPRD dari partai politiknya untuk melaksanakan tugas Pimpinan DPRD yang sedang menjalani masa tahanan atau berhalangan sementara.

(2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada DPRD paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak seluruh Pimpinan DPRD manjalani masa tahanan atau berhalangan sementara.

(3) Usulan pimpinan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diumumkan dalam Rapat Paripurna dan selanjutnya ditetapkan dengan keputusan DPRD.

(4) Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipimpin oleh Anggota DPRD paling tua dan/atau paling muda.

(21)

(5) Paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak diterimanya keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), keputusan DPRD disampaikan Kepada menteri melalui Gubernur oleh Pimpinan DPRD bagi pelaksana tugas Pimpinan DPRD.

(6) Gubernur menyampaikan usulan pelaksana tugas Pimpinan DPRD paling lama 7 (tujuh) Hari kepada Menteri terhitung sejak diterimanya keputusan DPRD.

Pasal 55

(1) Pelaksana tugas Pimpinan DPRD melaksanakan tugas dan wewenang Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46.

(2) Pelaksana tugas Pimpinan DPRD ditetapkan dengan keputusan Menteri.

(3) Pelaksana tugas Pimpinan DPRD mendapatkan hak protokoler Pimpinan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pasal 56

Dalam hal Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 dan Pasal 53 terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap Pimpinan DPRD melakukan rehabilitasi melalui pengumuman dalam Rapat Paripurna untuk disampaikan kepada Menteri untuk mengaktifkan kembali sebagai anggota DPRD dan/atau pimpinan DPRD.

Bagian Ketiga Badan Musyawarah

Pasal 57

(1) Anggota badan musyawarah paling banyak 1/2 (satu perdua) dari anggota DPRD berdasarkan perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi.

(2) Susunan keanggotaan Badan Musyawarah ditetapkan dalam Rapat Paripurna setelah terbentuknya Pimpinan DPRD, Fraksi,Komisi, danBadan Anggaran.

(3) Pimpinan DPRD karena jabatannya juga sebagai pimpinan badan musyawarah dan merangkap anggota badan musyawarah.

(4) Sekretaris DPRD karena jabatannya juga sebagai Sekretaris Badan Musyawarah dan bukan sebagai anggota badan musyawarah.

(5) Perpindahan anggota DPRD dalam badan musyawarah ke alat kelengkapan DPRD lainnya hanya dapat dilakukan setelah masa keanggotaannya dalam badan musyawarah paling singkat 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan berdasarkan usul Fraksi.

Pasal 58

(1) Badan Musyawarah mempunyai tugas dan wewenang:

a. Mengoordinasikan sinkronisasi penyusunan rencana kerja tahunan dan 5 (lima) tahunan DPRD dari seluruh rencana kerja alat kelengkapan DPRD;

(22)

b. menetapkan agenda DPRD untuk 1 (satu) tahun sidang, sebagian dari suatu masa sidang, perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah, dan jangka waktu penyelesaian suatu masalah, dan jangka waktu penyelesaian Rancangan Perda;

c. memberikan pendapat kepada pimpinan DPRD dalam menentukan garis kebijakan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan wewenang DPRD;

d. meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan DPRD yang lain untuk memberikan keterangan atau penjelasan mengenai pelaksanaan tugas masing-masing;

e. menetapkan jadwal acara rapat DPRD;

f. memberi saran atau pendapat untuk memperlancar kegiatan DPRD;

g. merekomendasikan pembentukan panitia khusus;dan

h. melaksanakan tugas lain yang diputuskandalamRapat Paripurna;

(2) Agenda DPRD yang telah ditetapkan oleh badan musyawarah hanya dapat diubah dalam Rapat Paripurna.

(3) Setiap anggota badan musyawarah wajib :

a. berkonsultasi dengan Fraksi masing-masing sebelum pengambilan keputusan dalam rapat badan musyawarah; dan

b. menyampaikan hasil rapatbadan musyawarah kepada fraksi.

Bagian Keempat Komisi Pasal 59

(1) Setiap anggota DPRD, kecuali Pimpinan DPRD, menjadi anggota salah satu Komisi.

(2) Jumlah Komisi dibentuk berjumlah 5 (lima)Komisi.

(3) Jumlah keanggotaan setiap Komisi ditetapkan dengan mempertimbangkan perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi dan pemerataan jumlah anggota antar Komisi.

(4) Keanggotaan dalam Komisi diputuskan dalam Rapat Paripurna atas usul Fraksi pada awal tahun anggaran.

(5) Ketua, Wakil Ketua, dan Sekretaris Komisi dipilih dari dan oleh anggota Komisi dan dilaporkan dalam Rapat Paripurna DPRD.

(6) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan sekretaris Komisi ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan.

(7) Dalam hal terdapat penggantian ketua, wakil ketua, dan/atau sekretaris Komisi, dilakukan kembali pemilihan ketua, wakil ketua, dan/atau sekretaris Komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) (8) Masa jabatan pengganti ketua, wakil ketua, dan/atau sekretaris

Komisi meneruskan sisa masa jabatan yang digantikan.

(9) Perpindahan Anggota DPRD antarKomisi dapat dilakukan setelah masa keanggotaannya dalam Komisi paling singkat 1 (satu) tahun berdasarkan usul Fraksi.

(10) Anggota DPRD pengganti antar waktu menduduki tempat anggota Komisi yang digantikan.

Pasal 60 (1) Komisi mempunyai tugas dan wewenang:

(23)

a. memastikan terlaksananya kewajiban daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan kewajiban lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. melakukan pembahasan Rancangan Perda;

c. melakukan pembahasan rancangan keputusan DPRD sesuai dengan ruang lingkup tugas Komisi;

d. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda sesuai dengan ruang lingkup tugas Komisi;

e. membantu Pimpinan DPRD dalam penyelesaian masalah yang disampaikan oleh Kepala Daerah dan/atau masyarakat kepada DPRD;

f. menerima, menampung dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi masyarakat;

g. mengupayakan peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah;

h. melakukan kunjungan kerja Komisiatas persetujuan Pimpinan DPRD;

i. mengadakan rapat kerja dan rapat dengar pendapat;

j. mengajukan usul kepada Pimpinan DPRD yang termasuk dalam ruang lingkup bidang tugas Komisi;

k. Memberikan usulan dan masukan kepada badan anggaran dalam pembahasan KUA/PPAS.

l. memberikan laporan tertulis kepada Pimpinan DPRD tentang hasil pelaksanaan tugas Komisi.

Pasal 61 (1) Komisi-Komisi dalam DPRD terdiri dari :

a. Komisi I : Bidang Pemerintahan dan Hukum;

b. KomisiII : Bidang Perekonomian;

c. Komisi III : Bidang Keuangan;

d. Komisi IV : Bidang Pembangunan;

e. Komisi V : Bidang Kesejahteraan Rakyat.

(2) Pembidangan tugas masing-masing Komisi, meliputi :

a. Komisi I, Bidang Pemerintahan, Hukum dan HAM, meliputi : a. Sekretariat Daerah;

b. Pemerintahan;

c. Kepegawaian;

d. Perencanaan Pembangunan;

e. Komunikasi dan informatika;

f. Sekretariat DPRD;

g. Satuan Polisi pamong praja;

h. Pengembangan Sumber daya Manusia;

i. Badan penghubung;

j. Pertahanan dan Keamanan;

k. Pertanahan;

l. Media/Pers;

m. Hukum dan HAM;

n. Keimigrasian;

o. Perizinan;

p. Kesatuan Bangsa dan Politik;

q. Organisasi Masyarakat;

r. Hubungan Internasional dan Perbatasan;

(24)

s. Badan Pengawas Pemilu;

t. Komisi Pemilihan Umum;

u. Pengelola Perbatasan Daerah.

b. Komisi II, Bidang Perekonomian meliputi : a. Kelautan dan Perikanan;

b. Koperasi, usaha kecil dan menengah;

c. Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura;

d. Perkebunan;

e. Perindustrian dan Perdagangan;

f. Peternakan dan kesehatan Hewan;

g. Ketahanan Pangan;

h. Kepelabuhan;

i. Kepabeaan;

j. Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

c. Komisi III, Bidang Keuangan meliputi : a. Inspektorat;

b. Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu satu Pintu;

c. Badan Keuangan dan Aset Daerah;

d. Pendapatan Daerah;

e. Perbankan;

f. BUMD;

g. Instansi Vertikal bidang Keuangan dan Pajak.

d. Komisi IV, Bidang Pembangunan, meliputi : a. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;

b. Perumahan Rakyat, Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya;

c. Perhubungan;

d. Energi dan Sumber Daya Mineral;

e. Penelitian dan Pengembangan.

e. Komisi V, Bidang Kesejahteraan Rakyat, meliputi : a. Agama;

b. Pendidikan dan Kebudayaan;

c. Pendidikan Tinggi;

d. Kesehatan;

e. Sosial;

f. Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

g. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

h. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana;

i. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;

j. Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata;

k. Perpustakaan dan Kearsipan;

l. Penanggulangan Bencana.

(3) Komisi-Komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bermitra dengan badan perencanaan pembangunan secara mikro.

(4) Komisi dapat melakukan rapat kerja dengan perangkat daerah selain mitra kerja Komisi setelah memberitahukan secara tertulis kepada Pimpinan DPRD untuk melengkapi data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan kinerja Komisi terkait.

Pasal 62

(1) Pembahasan Rancangan Perda oleh Komisi dapat melibatkan Komisi lain dan/atau Alat Kelengkapan DPRD terkait berdasarkan keputusan DPRD.

(2) Pembagian ruang lingkup tugas Komisi sesuai dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang merupakan kewenangan daerah.

(25)

Bagian Kelima

Badan Pembentukan Perda Pasal 63

(1) Anggota Bapemperda ditetapkan dalam Rapat Paripurna menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi dan pemerataan anggota Komisi.

(2) Jumlah Anggota Bapemperda paling banyak sejumlah anggota Komisi yang terbanyak.

(3) Pimpinan Bapemperda terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 1 (satu) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Bapemperda;

(4) Sekretaris DPRD karena jabatannya juga sebagai sekretaris Bapemperda bukan sebagai anggota Bapemperda.

(5) Masa jabatan pimpinan Bapemperda selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan.

(6) Perpindahan Anggota DPRD dalam Bapemperda ke alat kelengkapan DPRD lain dapat dilakukan setelah masa keanggotaannya dalam Bapemperda paling singkat 1 (satu) tahun berdasarkan usul Fraksi.

Pasal 64 Bapemperda mempunyai tugas dan wewenang:

a. menyusun rancangan program pembentukan Perda yang memuat daftar urutan Rancangan Perda berdasarkan skala prioritas pembantukan Rancangan Perda disertai alasan untuk setiap tahun anggaran di lingkungan DPRD;

b. mengoordinasikan penyusunan program pembentukan Perda antara DPRD dan Pemerintah Daerah;

c. menyiapkan Rancangan Perdayang berasal dari DPRD yang merupakan usulan Bapemperda berdasarkan program prioritas yang telah ditetapkan;

d. melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Perda yang diajukan anggota, Komisi atau gabungan Komisi sebelum Rancangan Perda disampaikan kepada pimpinan DPRD;

e. mengikuti pembahasan Rancangan Perda yang diajukan oleh DPRD dan Pemerintah Daerah;

f. melakukan sosialisasi terhadap perda yang telah selesai pembahasannya;

g. melakukan sosialisasi terhadap program pembentukan perda tahun berjalan dan menyerap aspirasi terhadap rencana program pembentukan perda tahun berikutnya;

h. memberikan pertimbangan terhadap usulan penyusunan Rancangan Perda yang diajukan oleh DPRD dan Pemerintah daerah di luar program pembentukan Perda;

i. memberikan pertimbangan kepada Pimpinan DPRD terhadap Rancangan Perda yang berasal dari Pemerintah daerah;

j. mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap pembahasan materi muatan Rancangan Perda melalui koordinasi dengan Komisi dan/atau panitia khusus;

k. memberikan masukan kepada pimpinan DPRD atas Rancangan Perda yang ditugaskan oleh Badan Musyawarah;

l. melakukan kajian Perda; dan

m. membuat laporan kinerja pada masa akhir keanggotaan DPRD dan menginventarisasi permasalahan dalam pembentukan Perda sebagai bahan bagi Komisi pada masa keanggotaan berikutnya.

(26)

Bagian keenam Badan Anggaran

Pasal 65

(1) Anggota Badan Anggaran diusulkan oleh masing-masing fraksi dengan mempertimbangkan keanggotaannya dalam tiap-tiap Komisi dan paling banyak 1/2 (satu perdua) dari jumlah anggota DPRD.

(2) Ketua dan Wakil Ketua DPRD juga sebagai Pimpinan Badan Anggaran dan merangkap anggota Badan Anggaran.

(3) Badan Anggaran merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada permulaan masa jabatan keanggotaan DPRD;

(4) Susunan keanggotaan, Ketua, Wakil Ketua Badan Anggaran ditetapkan dalam Rapat Paripurna;

(5) Sekretaris DPRD karena jabatannya juga sebagai Sekretaris badan anggaran dan bukan sebagai Anggota;

(6) Perpindahan Anggota DPRD dalam Badan Anggaran ke alat kelengkapan DPRD lain dapat dilakukan setelah masa keanggotaannya dalam Badan Anggaran paling singkat 1 (satu) tahun berdasarkan usul Fraksi.

Pasal 66

Badan Anggaran mempunyai tugas dan wewenang:

a. memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD kepada Gubernur dalam mempersiapkan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah sebelum peraturan Gubernur tentang rencana kerja Pemerintah Daerah ditetapkan.

b. melakukan konsultasi yang dapat diwakili oleh anggotanya denganKomisi terkait untuk memperoleh masukan dalam rangka pembahasan rancangan kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran sementara;

c. menyelenggarakan rapat kerja dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah sebelum pengajuan RAPBD dalam rangka menampung pokok-pokok pikiran DPRD didalam penyusunan RKPD, KUA dan PPAS;

d. memberikan saran dan pendapat kepada Gubernur dalam mempersiapkan Rancangan Perda tentang APBD, Rancangan Perda tentang perubahan APBD, dan Rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

e. melakukan penyempurnaan Rancangan Perda tentang APBD, Rancangan Perda tentang perubahan APBD, dan Rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berdasarkan hasil evaluasi Menteri Dalam Negeri;

f. melakukan pembahasan bersama tim anggaran pemerintah daerah terhadap rancangan kebijakan umum APBD dan rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara yang disampaikan oleh Gubernur; dan

g. memberikan saran kepada pimpinan DPRD dalam penyusunan anggaran belanja DPRD.

Pasal 67

(1) Dalam hal memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD sebagaimana dimaksud Pasal 66 huruf a, harusdisampaikan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum musrenbang RKPD.

(27)

(2) Musrenbang RKPD dilaksanakan untuk penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan terhadap rancangan RKPD.

(3) Penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup:

a. program dan kegiatan prioritas pembangunan daerah dengan arah kebijakan, prioritas dan sasaran pembangunan nasional serta usulan program dan kegiatan hasil musrenbang kabupaten/kota;

b. usulan program dan kegiatan yang telah disampaikan masyarakat kepada pemerintah daerah pada musrenbang RKPD kabupaten/kota dan/atau sebelum musrenbang RKPD dilaksanakan;

c. indikator dan target kinerja program dan kegiatan pembangunan;

d. prioritas pembangunan daerah serta rencana kerja dan pendanaan;

dan

e. sinergi dengan RKP.

(4) Pimpinan atau anggota DPRD, pejabat dari kementerian/lembaga ditingkat pusat, pejabat SKPD atau dari unsur lain terkait, dapat diundang menjadi narasumber musrenbang RKPD.

(5) Hasil musrenbang RKPD dirumuskan ke dalam berita acara kesepakatan dan ditandatangani oleh yang mewakili setiap unsur yang menghadiri musrenbang.

(6) Pelaksanaan musrenbang RKPD dilaksanakan paling lama minggu ketiga bulan April.

(7) Berita acara hasil kesepakatan musrenbang RKPD dijadikan sebagai bahan penyusunan rancangan akhir RKPD.

(8) Program dan kegiatan pembangunan daerah yang perlu diintegrasikan dengan program dan kegiatan pembangunan yang menjadi kewenangan pemerintah sesuai dengan berita acara kesepakatan musrenbang RKPD.

Bagian Ketujuh Badan kehormatan

Pasal 68

(1) Badan Kehormatan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap yang dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan DPRD.

(2) Anggota Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berjumlah 5 (lima) orang dipilih dari dan oleh Anggota DPRD dalam Rapat Paripurna.

(3) Pimpinan Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas 1 (satu) orang Ketua dan 1 (satu) orang Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh anggota badan kehormatan.

(4) Anggota Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRD berdasarkan usulan dari masing-masing Fraksi.

(5) Masing-masing Fraksi berhak mengusulkan 1 (satu) orang calon anggota badan kehormatan.

(6) Perpindahan Anggota DPRD dalam badan kehormatan ke alat kelengkapan DPRD lain dapat dilakukan setelah masa keanggotaannya dalam badan kehormatan paling singkat 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan berdasarkan usul Fraksi.

Pasal 69 (1) Badan kehormatan mempunyai tugas:

(28)

a. memantau dan mengevaluasi disiplin dan/atau kepatuhan terhadap moral, kode etik, dan/atau peraturan tata tertib DPRD dalam rangka menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD;

b. meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD terhadap peraturan tata tertib dan/atau kode etik DPRD;

c. melakukan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan pimpinan DPRD, anggota DPRD, dan/atau masyarakat;

d. melaporkan keputusan Badan Kehormatan atas hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf c kepada Rapat Paripurna DPRD.

(2) Tugas badan kehormatan dilaksanakan untuk menjaga moral, martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD.

(3) Dalam melaksanakan penyelidikan, verifikasidan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf cbadan kehormatan dapat meminta bantuan dari ahli independen.

Pasal 70

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, badan kehormatan berwenang:

a. memanggil anggota DPRD yang diduga melakukan pelanggaran sumpah/janji dan Kode Etik untuk memberikan klarifikasi atau pembelaan atas pengaduan dugaan pelanggaran yang dilakukan;

b. meminta keterangan pelapor, saksi, dan atau pihak-pihak lain yang terkait, termasuk untuk meminta dokumen atau bukti lain;

c. menjatuhkan sanksi kepada anggota DPRD yang terbukti melanggar sumpah/janji dan Kode Etik.

Pasal 71

(1) Pimpinan DPRD, Anggota DPRD, dan/atau masyarakat menyampaikan Pengaduan dugaan pelanggaran oleh Anggota DPRD secara tertulis kepada pimpinan DPRD dengan tembusan kepada badan kehormatan disertai identitas pelapor yang jelas dengan dan bukti dugaan pelanggaran.

(2) Pimpinan DPRD wajib meneruskan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada badan kehormatan paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak tanggal pengaduan diterima;

(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pimpinan DPRD tidak meneruskan pengaduan kepada badan kehormatan, badan kehormatan menindaklanjuti pengaduan tersebut;

Pasal 72

(1) Setelah menerima pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, Badan Kehormatan melakukan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasidengan cara:

a. meminta keterangan dan penjelasan kepada pengadu, saksi, teradu, dan/atau pihak lain yang terkait, dan/atau

b. memverifikasi dokumen atau bukti lain yang terkait.

(2) Hasil penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita acara penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Multimodal analgesia adalah penggunaan lebih dari satu macam obat analgetik yang memiliki mekanisme yang berbeda guna mendapatkan efek aditif dan sinergis dalam upaya menurunkan

(2) Keputusan rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Bupati untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan

(2) Keputusan Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Bupati untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan

(2) Keputusan rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada walikota untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan

Dalam rangka memenuhi kebutuhan dunia pendidikan nasional akan tenaga pendidik bahasa Mandarin yang kompeten, Pahoa melangkah maju lagi dengan mendirikan Pahoa College Indonesia

Ketika kita berdoa memohon karunia Roh—dan kita hendaknya melakukannya—salah satu yang saya mohon adalah agar saya dapat memiliki motif yang murni, untuk menginginkan apa yang

MBD adalah dampak dari ketidakseimbangan kalsium dan fosfor dalam tubuh yang menyebabkan melemahnya struktur rangka serta tulang pada reptil.. MBD dapat menyebabkan

(2) Keputusan rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Bupati untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan