• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN STUDI KASUS PADA IBU DENGAN POST PARTUM NORMAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN STUDI KASUS PADA IBU DENGAN POST PARTUM NORMAL"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN STUDI KASUS PADA IBU DENGAN POST PARTUM NORMAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Program Studi Profesi Ners Pada STIKes YPIB Majalengka

LIA MARIA ULFA NIM . 19149012053

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB

MAJALENGKA 2020

(2)

i

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN STUDI KASUS PADA IBU DENGAN POST PARTUM NORMAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Studi Profesi Ners Pada STIKes YPIB Majalengka

LIA MARIA ULFA NIM . 19149012053

Majalengka, Agustus 2020

Menyetujui, Pembimbing

Arni Wianti.,S.Kep.,Ners.,M.Kes NIK. 17.02.10.08.083

Mengetahui, Ka. Prodi Profesi Ners

Heni, S.Kep.,Ners.,M.Kep NIK. 17.02.03.05.047

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disetujui dan dipertahankan

Pada Sidang Komprehensif Prodi Profesi Ners STIKes YPIB Majalengka

JUDUL : LAPORAN STUDI KASUS PADA IBU DENGAN POST PARTUM NORMAL

PENYUSUN : LIA MARIA ULFA NIM : 19149012053

Penguji I Penguji II

Rina Nuraeni, S.Kep.,Ners.,M.Kes Arni Wianti.,S.Kep.,Ners.,M.Kes NIK. 17.02.02.03.025 NIK. 17.02.10.08.083

Mengetahui, Ka. Prodi Profesi Ners STIKes YPIB Majalengka

Heni,S.Kep.,Ners.,M.Kep NIK. 17.02.03.05.047

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan ini. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners dalam bidang keperawatan. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr Wawan Kurniawan.,SKM.,M.Kes.,Selaku Ketua STIKes YPIB Majalengka.

2. Heni,S.Kep.,Ners.,M.Kep., Selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Ners STIKes YPIB Majalengka.

3. Arni Wianti,S.Kep.,Ners.,M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan laporan ini;

4. Rina Nuraeni, S.Kep.,Ners.,M.Kes, selaku penguji yang telah memberikan arahan dalam penyusunan laporan ini;

5. Kepada kedua Orang Tuaku, Suami,Kaka Kiki, Keke ( Anak-anakku) yang tercinta yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral; dan 6. Sahabat- sahabatku yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan

Laporan ini.

Akhir kata, saya berharap semoga Alloh SWT berkenan membalas segala kebaikan dan bantuan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Majalengka, Agustus 2020

Penulis

(5)

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

LAPORAN STUDI KASUS PADA IBU DENGAN POST PARTUM NORMAL ... 1

DAFTAR REFERENSI

(6)

2

LAPORAN STUDI KASUS PADA IBU DENGAN POST PARTUM NORMAL

KASUS SOCA

Seorang wanita 22 tahun P1A0. Melahirkan pervagina spontan perempuan BB 3,2 Kg dengan episiotomi midline 5 jam yang lalu pendarahan + 350 cc.

Pasien merencanakan menyusui. Saat ini Fundus Uteri keras dan Lochea rubra.

TTV adalah S 37,8 0C TD 110/70 P 88x/mnt dengan Inf D5% 20 tts/mak. Pasien dan suaminya bahagia atas kelahiran bayinya. 2 jam kemudian hasil pengkajian TFU 3 cm dibawah pusar lunak dan pasien juga mengeluh sakit pada luka episiotomy

Pertanyaan :

1. Apakah Pengkajian selanjutnya

2. Apakah Masalah keperawatan pada kasus tersebut ? 3. Apakah Intervensi pada kasus tersebut dan rasionalnya ?

4. Apakah Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada kasus tersebut ?

(7)

3

LAPORAN STUDI KASUS PADA IBU DENGAN POST PARTUM NORMAL

JAWABAN

1. Pengkajian keperawatan

a. Mengkaji kondisi pasien post partum, dengan mengkaji adanya nyeri pada perineum. Dimana tanda-gejala dapat diukur dengan menggunakan skala REDDA. REDNESS , tidak ada kemerahan , Edema: tidak ada odema.

Echyanosis : Ada bercak pendarahan, Discaharge : pengeluaran darah +350 cc, Aproximation: belum ada penyatuan luka.

b. Mengkaji keadaan umum pasien termasuk observasi Tanda-Tanda Vital dimana Tanda-Tanda Vital : S 37,8 0C TD 110/70 N 88x/mnt

c. Mengkaji dengan Skala PQRST dimana

P: Nyeri karena tindakan episiotomy

Q: Seperti ditusuk-tusuk

R: didaerah Perineum

S: Skala nyeri 7

T: nyeri dirasakan saat darah keluar dari jalan lahir dan ketika mengejan, nyeri hilang saat darah tidak keluar, tidak mengejan dan tidak banyak bergerak.

(8)

4

d. Observasi pendarahan tentang banyaknya pengeluaran darah

e. Observasi cara menyusui yang benar pada ibu

f. Mengkaji keadaan Luka akibat episiotomy

2. Masalah Keperawatan

a. Ketidaknyamanan Post Partum berhubungan dengan trauma perineum selama persalinan Ditandai dengan :

Ds : Ibu mengatakan tidak nyaman

Ibu Mengatakan nyeri diperineum akibat persalinan

Do : Terdapat luka jahitan di perineum akibat episiotomy

b. .Resiko Infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan

Ds : Ibu mengatakan terdapat luka episiotomy

Do : terdapat luka episiotomy 5 jam yang lalu

c. Resiko Pendarahan berhubungan dengan atonia uteri

Ds: Ibu mengatakan keluar darah dari vagina

Do : Pendarahan pervagina + 350 cc

Terdapat bercak pendarahan pervagina

(9)

5

d. Menyusui efektif berhubungan dengan adanya dukungan dari keluarga

Ds : Ibu mengatakan akan menyusui pada bayinya

Do : Suami dan keluarga tampak bahagia

(10)

2 3. Intervensi Keperawatan :

DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL

Ketidaknyamanan Post Partum berhubungan dengan trauma perineum selama persalinan

a. Kaji skla nyeri

b. Anjurkan ibu agar menggunakan tehnik relaksasi dan distraksi rasa nyeri

c. Motivasi untuk mobilisasi sesuai indikasi d. Kolaborasi dalam pemberian analgetik

a. Mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat

b. Untuk mengalihkan pertahanan ibu dan rasa nyaman nyeri yang dirasakan

c. Memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involus dan mengurangi nyeri secara bertahap

d. Melonggarkan sytem saraf perifer sehingga nyeri berkurang

Resiko Infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan

a. Kaji kondisi keluaran yang keluar,jumlah warna dan bau

b. Lakukan perawatan vulva

c. Berikan perawatan pada luka episiotomy d. Anjurkan untuk cuci tangan sebelum dan

sesudah kontak dengan pasien atau

a. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada dishart misalnya adanya warna yang lebih gelap dan bau yang tidak enak

b. Inkubasi kuman pada area genetalia yang relative cepat dapat menyebabkan infeksi c. Dengan melakukan perawatan resiko infeksi

(11)

3 lingkungan pasien

e. Ajarkan cara cuci tangan

dapat dihindari

d. Mencegah terjadinya infeksi menular terhadap organ tubuh yang lain

e. Untuk mengetahui cara cuci tangan yang baik dan benar dan untuk mencegah terjadinya kontaminasi yang berlebihan

Resiko Pendarahan

berhubungan dengan atonia uteri

a. Observasi pendarahan b. Raba Fundus uteri

a. Untuk memonitor terjadinya pendarahan b. Untuk mengetahui deteksi dini pendarahan

Menyusui efektif

berhubungan dengan adanya dukungan dari keluarga

a. Kaji keadaan payudara ibu

b. Ajarkan kepada ibu cara menyusui yang baik dan benar

c. Berikan dukungan kepada ibu dalam menyusui dini

a. Untuk mengetahui kondisi keadaan payudara ibu terutama pada saat menyusui dengan kondisi areola payudara atau putting susu b. Mengetahui tehnik, cara, indikasi dalam

menyusui

c. Untuk memberikan dukungan moril kepada ibu dalam memberikan asi ekslusip pada bayi yang baru lahir.

(12)

4 4. Pendidikan kesehatan :

a. Selalu jaga kebersihan area perineum.

b. Lakukan latihan Pelvic Floor (senam Kegel)

c. Angin - anginkan jahitan luka perineum

d. Ajarkan cara cuci tangan yang baik dan benar

e. Ajarkan cara menyusui yang baik dan benar

(13)

5

SATUAN ACARA PENYULUHAN CARA MENYUSUI YANG BENAR

Pokok bahasan : Post Natal Care (PNC) Sub Pokok bahasan : Cara Menyusui yang Benar

Waktu : 30 menit

Tempat : Ruang Dahlia RSUD Majalengka

Hari/Tanggal : -

Jumlah sasaran : 15 orang

Penyuluh : Lia Maria Ulfa

I. Tujuan umum

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta dapat menjelaskan cara menyusui yang benar.

II. Tujuan Khusus

Setelah diberikan penyuluhan selama, sasaran dapat :

a. Menjelaskan pengertian cara menyusui yang benar b. Menjelaskan persiapan menyusui

c. Menjelaskan waktu untuk melakukan pemberian Asi d. Menjelaskan manfaat menyusui yang benar

e. Menjelaskan posisi menyusui yang benar f. Menjelaskan tanda bayi menyusu dengan benar g. Mempraktikan langkah menyusui yang benar III. Pokok Bahasa

“Post Natal Care (PNC) IV. Sub Pokok Bahasa

a. Pengertian cara menyusui yang benar b. Persiapan menyusui

(14)

6 c. Waktu untuk melakukan pemberian Asi d. Manfaat menyusui yang benar

e. Dampak tidak menyusui yang benar f. Posisi menyusui yang benar

g. Langkah menyusui yang benar h. Tanda bayi menyusu dengan benar V. Media dan Alat Bantu

Leaflet VI. Metode

Ceramah dan Tanya jawab

KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan klien Metode Pendahuluan 5 Menit - Memberi salam

- Memperkenalkan diri - Menjelaskan tujuan

penyuluhan dan pokok materi yang akan disampaikan

- Menggali pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang perawatan luka episiotomy, perawatan perineum dan vulva hygiene

- Menjawab salam - Mendengarkan

dan

memperhatikan - Menjawab

pertanyaan

Ceramah dan tanya jawab

penyajian 10 Menit 1. Menjelaskan definisi cara menyusui yang benar

- Mendengarkan dan

memperhatikan

Ceramah dan tanya jawab

(15)

7 2. Menjelaskan persiapan

menyusui

3. Menjelaskan waktu untuk memberikan asi 4. Menjelaskan manfaat menyusui yang benar 5. Menjelaskan posisi

menyusui yang benar 6. Menjelaskan langkah menyusui yang benar 7. Menjelaskan tanda bayi

menyusu dengan benar

- Mengajukan pertanyaan

Penutup 5 Menit - Penegasan materi - Memberikan pertanyaan

pada pendengar tentang materi yang telah disampaikan - Menutup acara - Mengucapkan salam

- Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh

- Membalas salam

Tanya Jawab

DAFTAR PUSTAKA

Gigant, D.P, Victoria, C.G, Barros, Fernando.C.2000.Breast.Feeding Has a Limited Long Term effect on Antropometry And Body Composition Of Brazilian Mothers. The Journal of Nutriont. http// www. Jn nutrition.org. diakses September 2012

Saleho,S.2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

(16)

8

MATERI PENYULUHAN CARA MENYUSUI YANG BENAR

A. Pengertian Cara Menyusui yang Benar

Cara Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).

B. Persiapan Menyusui

Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :

1. Membersihkan putting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.

2. Putting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.

3. Bila putting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu.

C. Waktu untuk Melakukan Pemberian ASI

Dalam pemberian ASI sebaiknya tidak dijadwal pemberian ASI harus sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5–7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusu dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1–2 minggu kemudian.

D Manfaat Menyusui yang Benar

Manfaat dari teknik menyusui yang benar yaitu:

1. Putting susu tidak lecet

2. Perlekatan menyusu pada bayi kuat 3. Bayi menjadi tenang

4. Tidak terjadi gumoh

(17)

9 E. Dampak Tidak Menyusui dengan Benar

Dampak yang sering terjadi pada ibu dan bayi jika ibu tidak menyusui dengan benar yaitu:

1. Putting susu menjadi lecet

2. ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI 3. Bayi enggan menyusu

4. Bayi menjadi kembung F. Posisi Menyusui yang Benar

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring. adalah dengan duduk, berdiri

Gambar 1.Posisi menyusui sambil duduk dan berdiri yang benar (Perinasia, 1994)

(18)

10

Gambar 2.Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 1994)

Gambar 3.Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Perinasia, 1994)

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar.

Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.

(19)

11

Gambar 4.Posisi menyusui balita pada kondisi normal (Perinasia, 1994)

Gambar 5.Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan (Perinasia,2004)

Gambar 6.Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah (Perinasia, 2004)

(20)

12

Gambar 8.Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia, 2004) G. Langkah Menyusui yang Benar

• Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.

Gambar 9. Cara meletakan bayi (Perinasia, 2004)

Gambar 10. Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)

(21)

13

Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi keputing susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbukalebar.

Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi (Perinasia, 2004)

• Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikianrupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah putting susu.

Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayit erbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.

Gambar 12.Perlekatan benar (Perinasia, 2004)

(22)

14 Gambar 13.Perlekatan salah (Perinasia, 2004)

Setelah selesai menyusui, masukkan jari kelingking disudut mulut bayi dan keluarkan puting susu ibu.

• Keluarkan sedikit ASI dan oleskan pada daerah puting dan areola

• Biarkan puting kering dahululaluibumerapikandiri

• Sendawakan bayi

H. Tanda Bayi Menyusu denganBenar

1. Bayi tampak tenang.

2. Badan bayi menempel pada perut ibu.

3. Mulut bayi terbuka lebar.

4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu.

(23)

15

5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk.

6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.

7. Putting susu tidak terasanyeri.

8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

9. Kepala bayi agak menengadah.

Gambar 14.Teknik menyusui yang benar (Perinasia, 2004)

(24)

2

KONSEP DASAR PERSALINAN NORMAL (PARTUS)

A. Konsep Persalinan Normal 1. Pengertian

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Mansjoer, 2000 : 291).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2007 : 100).

2. Fisiologis Persalinan

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang sebab terjadinya persalinan:

a. Teori Penurunan Progesteron

Penuaan plasenta telah dimulai sejak usia kehamilan 30-60 minggu sehingga terjadi penurunan konsentrasi progesteron dan estrogen pada saat hamil, terjadi perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron yang menimbulkan kontraksi Braxton Hicks, yang selanjutnya akan bertindak sebagai kontraksi persalinan. Kenyataan menunjukkan bahwa saat menjelang persalinan, tidak terjadi penurunan konsentrasi progesteron.

(25)

3 b. Teori Oksitosin

Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot rahim sehingga mudah terstimulasi saat disuntikkan oksitosin dan menimbulkan kontraksi. Diduga bahwa oksitosin dapat meningkatkan pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung terus atau minimal melakukan kerjasama.

c. Teori Keregangan Otot Rahim

Induksi persalinan dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban sehingga keregangan otot rahim makin pendek dan kekuatan untuk berkontraksi makin meningkat.

d. Teori Janin

Sinyal yang diarahkan pada maternal sebagai tanda bahwa janin telah siap lahir, belum diketahui dengan pasti. Kenyataan menunjukkan, bila terdapat anomaly hubungan hipofisis dan kelenjar supraneal, persalinan akan menjadi lebih lambat. Diduga bahwa keutuhan hipofisis dan glandula suprarenal sangat penting walaupun bentuk diketahui bentuk sinyalnya.

e. Teori Prostaglandin

Menjelang persalinan, diketahui bahwa prostaglandin sangat meningkat pada cairan amnion dan desidua. Diperkirakan bahwa terjadinya penurunan progesterone dapat memicu interleukin -1 untuk

(26)

4

melakukan “hidrolisis gliserofosfolofid” sehingga terjadi pelepasan dari asam arakidonat menjadi prostaglandin, PGE2, dan PGF2 alfa.

Terbukti pula bahwa saat mulainya persalinan terdapat penimbunan dalam jumlah besar asam arakidonat dan prostaglandin dalam cairan amnion. Selain itu, terjadi pembentukan prostasiklin dalam miometrium desidua dan korion leave. Prostaglandin dapat melunakkan serviks dan merangsang kontraksi bila diberikan dalam bentuk infuse, per os, atau secara intra vaginal. Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa proses mulainya persalinan merupakan proses yang kompleks dan paling dominant, tetapi merupakan inisiasi pertama yang masih belum diketahui dengan pasti.

3. Tanda Menjelang Persalinan

a. Untuk primigravida kepala janin telah masuk PAP pada minggu 36 yang disebut lightening

b. Rasa sesak di daerah epigastrum makin berkurang.

c. Masuknya kepala janin menimbulkan sesak dibagian bawah dan menekan kandung kemih.

d. Dapat menimbulkan sering kencing atau polakisuria e. Pada Pemeriksaan :

1) Tinggi fundus uteri semakin turun; Serviks uteri mulai lunak, sekalipun terdapat pembukaan Braxton Hicks dimana Kontrasepsi frekuensi yang Sifatnya ringan, pendek, tidak menentu jumlahnya

(27)

5

dalam 10 menit Pengaruhnya terhadap effescement dan pembukaan serviks dapat mulai muncul. Kadang-kadang pada multigravida sudah terdapat pembukaan. Dengan stripping selaput ketuban akan dapat memicu his semakin frekuensi dan persalinan dapat dimulai.

4. Tanda Mulai Persalinan

a. Timbulnya his persalinan dengan ciri : 1) Fundul dominant

2) Sifatnya teratur makin lama intervalnya makin pendek

3) Terasa nyeri dari abdomen dan menjalar ke pinggang Menimbulkan perubahan progresif pada serviks berupa perlunakan dan pembukaan Dengan aktivitas his persalinan makin bertambah (Manuaba, 2007 : 314). Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.

Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.T

b. Tanda dan Gejala Inpartu termasuk :

1) Penipisan dan pembukaan serviks dimana Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).

2) Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina (Waspodo, 2007 : 37).

(28)

6 B. Berlangsungnya Persalinan Normal

a. Persalinan dibagi menjadi 4 kala:

1. Kala I (Kala Pembukaan)

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :

1) Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lembab sampai mencapai ukuran diameter 3 cm

2) Fase Aktif : Dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :

- Fase Akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm Fase Dilatasi Maksimal : Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

- Fase Deselerasi : Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.

2. Kala II

Kala II disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi (Waspodo, 2007 : 75).

(29)

7

a. Gejala dan Tanda Kala II Persalinan adalah :

1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau vaginanya

3) Perineum menonjol

4) Vulva vagina dan sfingter ani membuka

5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah

b. Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah :

1) Pembukaan serviks telah lengkap

2) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina

Pada kala II, his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Oleh karena biasanya kepala janin sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada rectum dan hendak buang air besar. Perineum menonjol menjadi lebih besar dan anus membuka. Labia membuka dan tak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila panggul sudah lebih berelaksasi kepala tidak masuk lagi di luar his. Dengan kekuatan mengejan maksimal kepala lahir dengan suboksiput dibawah simphisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat

(30)

8

sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Para primgravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata- rata 0,5 jam.

3. Kala III

Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.

Kala III berlangsung sampai 6 sampai 15 menit setelah janin dikeluarkan.

4. Kala IV

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.

Harus diperharikan 7 pokok penting 1) Kontraksi uterus harus bagus; 2) Tidak ada perdarahan dari vagina atau alat genetalia lainnya; 3) Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap; 4) Kandung kencing harus kosong; 5) Luka-luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada hematoma; 6) Bayi dalam keadaan baik; 7) Ibu dalam keadaan baik. Nadi dan tekanan darah normal, tidak ada pengaduan sakit kepala atau enek.

Adanya frekuensi nadi yang menurun dengan volume yang baik adalah suatu gejala baik.

(31)

9 C. Penatalaksanaan Persalinan Normal

1. Anamnesa

Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai, meliputi : a. Nama, umur, dan alamat

b. Gravida dan para

c. Hari pertama haid terakhir

d. Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu) e. Riwayat alergi obat-obat tertentu

f. Riwayat kehamilan yang sekarang dan sebelumnya

g. Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung, berkemih, dan lain-lain)

h. Riwayat medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri epigastrum bagian atas)

2. Pemeriksaan Fisik

Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta kenyamanan fisik ibu bersalin, meliputi; pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :

a. Menentukan tinggi fundus uterus b. Memantau kontraksi usus

(32)

10 c. Memantau denyut jantung janin d. Menentukan presentasi

e. Menentukan penurunan bagian terbawah janin 3. Pemeriksaan Dalam

Pemeriksaan dalam diperlukan untuk menilai :

a. Vagina, terutama dindingnya, apakah ada bagian yang menyempit b. Keadaan serta pembukaan serviks

c. Kapasitas panggul

d. Ada atau tidak adanya penghalang (tumor) pada jalan lahir

e. Sifat fluor albus dan apakah ada alat yang sakit umpamanya bartholmitis, urethritis, sistitis, dan sebagainy

f. Pecah tidaknya ketuban g. Presentasi kepada janin

h. Turunnya kepala dalam ruang panggul i. Penilaian besarnya kepala terhadap panggul

j. Apakah partus telah mulai atau sampai dimanakah partus telah berlangsung (Prawirohardjo, 2006 : 193)

Mendokumentasikan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik kedalam patograf meliputi: informasi tentang ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, jam dan waktu, kontraksi uterus, obat-obatan dan cairan yang diberikan, kondisi ibu dan asuhan serta pengamatan klinik, mencatat dan mengkaji hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik (Waspodo, 2007 : 38-44)

(33)

11 D. Mekanisme Persalinan

Timbulnya His dimana His adalah salah satu kekuatan pada ibu seperti telah dijelaskan- yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin kebawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul.

Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan pintu atas panggul. Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada mekanisme turunnya kepala dengan asinklitismus posterior karena ruangan pelvis di daerah posterior adalah lebih luas dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah anterior. Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu lebih mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala yang akan menurun, menyebabkan bahwa kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul dengan ukuran yang paling kecil, yakni dengan diameter suboksipitobregmatikus (9,5 cm) dan dengan sirkumferensia suboksipitobregmatikus (32 cm). Sampai didasar panggul kepala janin berada didalam keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterine disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala

(34)

12

mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Di dalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun kecil akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul ubun-ubun kecil berada di bawah simfisis. Dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.

Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan, berturut- turut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi luar.

Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.

Didalam rongga panggul, bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga didasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terebih dahulu baru kemudian bahu belakang.

Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya (Prawirohardjo, 2006:188-190). Lama persalinan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh paritas, interval kelahiran, status psikologis, presentasi dan posisi janin, bentuk dan ukuran pelvik maternal, serta karakteristik kontraksi uterus (Fraser, 2009 : 432).

(35)

13

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK – KR.

Affandi, Biran. 2003. Buku Acuan Persalinan Normal Bersih dan Aman. Jakarta : JNPK – KR.

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

(36)

14

DAFTAR REFERENSI

Cuningham,F.G,Norman,F.G Kenneth,J.L, Larry, C.G, John, C.H. & Katharine , D.W. 2006. Obstetri Wiliiams, Volume I .Jakarta: EGC

Dewi,V.N.L & Tris.2011. Asuhan Kebidanan pada ibu nifas. Jakarta Salemba Medika

Siswosudarmo ,R & Ova,E.2000.Obstetri Fisiologi. Yogyakarta : Pustaka Cendekia

Gambar

Gambar 2.Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 1994)
Gambar 5.Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan   (Perinasia,2004)
Gambar 8.Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia, 2004)  G.  Langkah Menyusui yang Benar
Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi (Perinasia, 2004)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kesulitan dalam menegakkan diagnosis ini adalah karena pada hemoptoe selain terjadi vasokonstriksi perifer, juga terjadi mobilisasi dari depot darah, sehingga kadar Hb tidak selalu

menun!ukkan !umlah sel darah putih yang banyak atau sedikit, dan !umlah aktor pembekuan yang menurun. #ika ter!adi gagal gin!al, kadar hasil buangan metabolik %seperti

Dengan kualitas kerja yang baik diharapkan setiap karyawan mendapatkan kepuasan terhadap hasil kerja mereka, sehingga mereka dapat memberikan loyalitas yang tinggi

Optimasi metode yang digunakan antara lain laju alir, panjang gelombang dan komposisi eluen, untuk mendapatkan kondisi optimum KCKT untuk pemisahan senyawa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk kinerja keuangan antara Bank Umum Syariah Devisa dan Bank Umum Syariah Non

Investor dapat mengabaikan ROA secara maksimal membuat manajemen menjadi tidak termotivasi untuk melakukan manajemen laba dengan menggunakan variabel tersebut serta

Hasil dari pengujian hipotesis penelitian menunjukan bahwa variabel CSR berpengaruh positif signifikan terhadap citra perusahaan dengan nilai koefisien jalur 0,939,

Tidak lupa guru memberi masukan kepada siswa untuk banyak berlatih berbicara terutama berbicara pewara dengan bahasa Jawa, dan guru memberitahukan bahwa minggu depan masih