• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi Massa

Dalam proses komunikasi yang baik setidaknya terdapat lima unsur proses komunikasi yaitu komunikator, pesan, media, komunikan dan feedback. Dari kelima unsur komunikan atau penerima pesan dalam komunikasi massa dapat diartikan sebagai khalayak. Secara sederhana proses penyampaian sebuah pesan yang ingin ditujukan pada sejumlah orang yang dapat pula berupa khalayak besar dan dalam jangkauan yang luas inilah yang disebut komunikasi massa. Winarni (2003) dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Massa Suatu Pengantar menuliskan pengertian komunikasi massa menurut Rakhmat, yaitu sebuah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim, melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa setidaknya diperlukan sebuah media yang mampu menjangkau khalayak besar, yang disebut media massa. Komunikasi massa memiliki ciri-ciri seperti berikut (Nurudin, 2019:19):

1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga 2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen 3. Pesannya bersifat umum

4. Komunikasi berlangsung satu arah

5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan 6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis 7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper

Mulyana (2014: 156) menuliskan Istilah gatekeeper digunakan pada model komunikasi massa Westley dan MacLean, dalam model ini ditambahkan jumlah peristiwa, gagasan, objek dan orang yang tidak terbatas yang semuanya merupakan

“objek orientasi”. Menempatkan peran C diantara sumber (A) dan penerima (B), sebagai penyedia umpan balik. Peran gatekeeper inilah yang memungkin umpan balik dalam komunikasi massa terjadi meski tidak dapat secara langsung. Pada media massa dalam hal ini televisi gatekeeper yaitu seorang pimpinan redaksi,

(2)

10

maka setiap informasi yang diperoleh media harus melalui persetujuan pemimpin redaksi sebelum diubah dalam bentuk pesan media. Disini seorang pemimpin redaksi juga memiliki tanggung jawab moral pada khalayak dari pesan media yang disampaikan (Romli, 2017 : 12)

Komunikasi massa pada umumnya pesan yang diproduksi didistribusikan kepada khalayak untuk dikonsumsi dengan tujuan persuasi, mengubah pola pikir, hingga merubah perilaku khalayak dengan biaya jauh lebih murah dibandingkan kontek komunikasi lainnya (Purba, dkk. 2020: 36). Pesan yang disampaikan pada proses komunikasi massa menghadirkan efek atau dampak pada audiennya.

Terdapat tiga efek komunikasi massa yaitu, Kognitif merupakan bentuk efek yang berkaitan dengan peningkatan kesadaran, belajar dan pengetahuan yang bertambah.

Kedua terdapat efek Afektif yang berkaitan dengan perubahan emosi atau perasaan, serta efek Konatif yang berkaitan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu. Adanya bentuk komunikasi massa juga memiliki fungsi yang hadir sesuai dengan elemen dan bentuk komunikasi itu sendiri.

Terdapat fungsi dasar komunikasi massa seperti yang disampaikan Bonaraja Purba dalam bukunya Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar (2020: 36) yaitu:

1. Pengawasan, informasi yang disampaikan media dapat membangun kesadaran masyarakat tentang kondisi lingkungan yang mungkin mempengaruhi mereka

2. Korelasi, memaparkan keterkaitan dan menerjemahkan peristiwa menjadi informasi yang bermanfaat

3. Sosialisasi, media menunjukan ruang-ruang partisipasi dalam masyarakat dan sebagai saluran bagi warisan budaya dari tiap generasi 4. Hiburan, sumber informasi yang sifatnya menghibur

2.2. Media Massa

Pada pengertian secara sederhana media dapat diartikan sebagai wadah dan massa sendiri diartikan sebagai khalayak dalam jumlah relatif besar. Artian sederhana khalayak adalah orang-orang yang menggunakan media (Nasrullah, 2019 : 8). Dalam pengertian komunikasi massa khalayak bersifat tersebar, heterogen dan anonim, itu berarti khalayak merupakan target pesan media yang bersifat umum.

(3)

11

Bungin (2011:8) memaparkan media massa adalah media komunikasi dan informasi yang penyebaran informasinya dilakukan secara massal. Penggunaan media massa sebagai penyampaian pesan untuk khalayak luas mengartikan bahwa pesan tersebut memang sengaja dan ingin ditujukan untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi banyak orang. Media massa merupakan wadah untuk melakukan komunikasi massa. Media yang merupakan milik lembaga atau organisasi dapat dipengaruhi oleh pemilik media, atau dengan istilah monopoli media. Namun program televisi pada dasarnya tetap menjadi wadah informasi dan sarana edukasi khalayak.

Media massa saat ini berkembang sebagai alat pendistribusian informasi secara cepat dan gobal, dengan fungsinya yaitu memberi, menyajikan dan menyampaikan informasi (to inform), fungsi mendidik (to educate), fungsi memberi hiburan (to entertain) dan melakukan kontrol atau pengawasan sosial (social control) (Jurnal. Nurjamil, dkk. 2019. 1(1)). Media Massa dapat berupa media cetak antara lain buku, majalah dan koran. Terdapat media elektronik berupa radio dan televisi dan saat ini terdapat bentuk media online yang dalam aksesnya menggunakan sarana internet. Dengan adanya fungsi-fungsi media massa, khalayak juga bergantung pada media massa untuk mendapat informasi, hiburan dan pengetahuan. Dalam menggunakan media, khalayak harus mampu memahami bagaimana bentuk komunikasi media atau media itu sendiri, hal ini disebut dengan keterampilan melek media. Merupakan keterampilan untuk memahami dan menggunakan semua bentuk komunikasi bermedia secara efektif dan efisien (Baran, 2012 :26).

2.3. Efek Media

Pembahasan efek media berarti merujuk kepada perubahan yang ditunjukan sosok penerima pesan, komunikan, audien atau khalayak. Media sendiri bukan hanya sebagai wadah pembujuk, namun juga bisa membelokan pola perilaku atau sikap-sikap yang ada terhadap suatu hal (William. Rivers, et al, 2003 : 255). Pesan media massa mengandung nilai, norma, ide maupun simbol yang mewakili pola pikir, perasaan, pendapat, tindakan masyarakat tertentu (Winarni, 2003 : 140).

Khalayak dalam media massa bersifat heterogen dan tidak saling kenal kemudian

(4)

12

dipengaruhi oleh kehadiran media massa maupun terpaan pesan media massa yang bertubi-tubi sehingga merubah masyarakat memiliki sifat-sifat massa (Winarni, 2003 : 136). Pengaruh media dapat berdampak besar dan meluas, dapat berupa hal baik dan buruk yang mampu pula mendorong perubahan aksi atau sikap seseorang atau masyarakat yang mampu bersifat jangka panjang maupun pendek. Seperti yang disampaikan McQuail (Bungin, 2011:317) menjelaskan empat tipologi dalam efek media yaitu:

a. Efek direncanakan, artinya efek yang diharapkan dari media sebagai penyebar informasi bersifat baik

b. Efek tidak direncanakan, terjadi diluar kontrol media, atau terdapat pihak yang menggunakan media untuk mengontrol terjadinya sebuah efek media

c. Efek berlangsung dalam jangka pendek, bersifat cepat, instan dan keras dengan secara langsung mempengaruhi khalayak

d. Efek berlangsung dalam jangka panjang, mempengaruhi sikap-sikap adopsi inovasi, kontrol sosial, hingga perubahan lembaga dan persoalan budaya

Efek media berkaitan dengan bentuk media fisik, menurut M.Chaffee terdapat lima efek kehadiran media massa sebagai benda fisik (Winarni, 2003: 122) antara lain:

1. Efek Ekonomis, menggerakan dan menumbuhkan bidang usaha yang bergerak pada produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa 2. Efek Sosial, perubahan struktur dan interaksi sosial akibat media massa 3. Efek Penjadwalan Kembali Kegiatan Sehari-hari, penggunaan media

massa pada waktu tertentu

4. Efek Penyaluran atau Penghilangan Perasaan Tertentu, berkaitan dengan isi konten media yang mampu merubah perasaan

5. Efek Perasaan Orang Terhadap Media, berkaitan dengan perasaan yang diberikan khalayak untuk media massa

Peran media sebagai wadah untuk mempengaruhi khalayak luas tidak terbatas hanya dalam bentuk media. Seperti contoh pengalaman menonton film di bioskop, penonton akan bereaksi secara emosional pada peristiwa atau karakter pemain dalam film, pengalaman tersebut menggambarkan bagaimana sebuah

(5)

13

konten media dapat mempengaruhi (emosional) seseorang (Nasrullah, 2019 : 9).

Melalui contoh tersebut menjelaskan bahwa efek media juga dapat berasal dari konten media itu sendiri.

2.4. Terpaan Media Massa

Media massa merupakan wadah penyampaian pesan kepada khalayak yang bersifat umum. Menurut Effendy (2009:124) terpaan media adalah keadaan dimana audien terkena terpaan pesan-pesan yang disebarkan oleh media massa. Dengan demikian khalayak yang menerima terpaan dari media massa dapat memperoleh informasi, pengetahuan, serta wawasan yang luas. Terpaan media diartikan sebagai penggunaan jenis media, frekuensi penggunaan atau durasi penggunaan (Ardianto dan Erdinaya, 2005: 164). Frekuensi penggunaan media yaitu mengumpulkan data khalayak mengenai berapa kali mereka menggunakan media dalam periode, sedangkan durasi penggunaan media yaitu berapa lama khalayak mengikuti suatu program pada suatu media.

Sedangkan penggunaan jenis media dijelaskan menurut Rosengren (Rakhmat, 2005:66) sebagai jumlah waktu yang digunakan di berbagai media, jenis isi media dan hubungan antar individu dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media. Secara sederhana terpaan media diartikan sebagai seberapa besar atau banyaknya audien mendapat terpaan (informasi) dari sebuah media, yang dapat diukur dengan menggunakan aspek frekuensi, durasi dan atensi.

1. Frekuensi Penggunaan Media, mencari tahu rentan waktu yang terjadi tentang seberapa sering khalayak mengkonsumsi media dalam kurun waktu hari, minggu, bulan dan tahun

2. Durasi Penggunaan media, mencari tahu berapa lama waktu khalayak menggunakan media, berupa keterangan detik, menit dan jam

3. Atensi, mengukur bentuk perhatian khalayak pada sebuah media dan isinya

Sedangkan untuk mengukur terpaan media yang berkesinambungan dengan tema penelitian yaitu pengaruh berita media televisi terhadap tingkat kecemasan, dapat diukur dengan efek pesan media massa dimana media massa dapat mempengaruhi khalayak (Ardianto dkk, 2007: 52):

(6)

14

1. Efek Kognitif, berhubungan dengan pikiran dan penalaran. Contoh dari tidak tahu menjadi tahu

2. Efek Afektif, berhubungan dengan aspek perasaan dan emosional 3. Efek Behavioral, berhubungan dengan niat yang cenderung menjadi

bentuk tindakan dan perilaku nyata yang dihadapi dengan pola tindakan atau kebiasaan berperilaku

2.5. Karakteristik Audien

Dalam membahas media massa penjelasan mengenai keberadaan audien maka mengaitkannya pada ilmu pemasaran (komunikasi pemasaran) karena audien merupakan konsumen dari produk (program) media. Pengetahuan penting bagi sebuah media untuk mengetahui apa yang menjadi minat dan selera dari audien.

Kreativitas dan selera tinggi yang dimiliki pengolah program tidak menjamin bahwa program tersebut akan disukai oleh audien. Jadi dapat dikatakan bahwa selera audien merupakan pedoman utama dalam membuat sebuah program. Cara terbaik untuk mengetahui selera audien yaitu dengan melakukan penelitian terhadap audien itu sendiri. Setiap media dalam mencari audien memerlukan strategi merebut pasar audien, yang menurut Kottler (dalam Morissan, 2018: 174) menyebutkan tiga tahapan yaitu:

1. Segmentasi audien, berkaitan dengan strategi media untuk memahami struktur audien.

2. Targeting, berkaitan tentang bagaimana memilih, menyeleksi dan menjangkau audien.

3. Positioning, berkaitan dengan strategi untuk memasuki jendela otak audien, tahapan ini biasanya digunakan ketika persaingan didunia penyiaran sedang tinggi.

Membahas karakteristik audien, Djamal (2017: 56) dalam bukunya menyebutkan karakter audien atas media televisi dapat terbagi menjadi dua bagian yaitu: sangat agresif, pada audien yang begitu menggandrungi televisi mereka akan cepat merasa bosan pada sebuah program yang tidak dapat menarik perhatian mereka dalam waktu singkat. Sedangkan pada audien dengan karakter kurang agresif, mereka memerlukan waktu untuk menelaah sebuah acara, hingga mereka

(7)

15

merasa yakin untuk tetap bertahan atau berpindah saluran. Menentukan karakteristik audien dapat dilakukan melalui bentuk segmentasi audien. Media dalam menargetkan audien pada dasarnya harus mampu mengelompokkan atau membuat segmentasi audien. Dengan adanya segmentasi audien maka karakteristik dari audien yang perlu diketahui dapat terlihat. Kategori dalam segmentasi audien dapat dibagi sebagai berikut (Prasetyo, 2018: 61):

1. Demografi, meliputi usia, pekerjaan, pendidikan, ras, pendapatan, jenis kelamin, agama, dan kewarganegaraan

2. Geografi, meliputi benua, negara, bangsa, kota, desa, populasi, iklim 3. Psikografis, meliputi kelas sosial, gaya hidup, nilai yang dianut,

perilaku, minat, dan opini

4. Manfaat, fokus terhadap manfaat yang didapat audien dari suatu produk media

5. Kesetiaan, berupa sikap setia terhadap suatu produk, bagaimana penggunaannya dan pola penggunaannya

6. Situasi, meliputi lingkungan fisik, sosial, perspektif temporal, tujuan dan perilaku sebelum penggunaan

2.6. Media Televisi

Pada masa persiapan dunia pertelevisian Indonesia pemerintah membentuk Panitia Persiapan Televisi atau P2TV melalui SK Menpen No. 20/SK/M/61 tertanggal 25 Juli 1961 dengan tujuan untuk mengadakan medium televisi, P2TV bertugas di bawah Menteri Penerangan RI untuk mempersiapkan penyelenggaraan siaran TV di Indonesia (Djamal. Fachruddin, 2011 : 30). Keberhasilan P2TV dalam persiapan siaran ditunjukan melalui siaran HUT Proklamasi RI ke XVII dan Asian Games pada tahun 1962 melalui stasiun TVRI. Penggunaan Satelit Palapa untuk kebutuhan telekomunikasi dan siaran televisi diresmikan Presiden Soeharto pada 16 Agustus 1976 (Severin, et al. 2009: 37). Siaran televisi analog di Indonesia telah hampir memasuki usia 60 tahun mengudara, saat ini pemerintah menjalankan proses migrasi siaran televisi analog ke televisi digital yang disebut dengan ASO (Analog Switch Off), penggantian siaran ini dilakukan selambat-lambatnya sebelum 22 November 2022. Dengan ini televisi semakin memperkuat kehadirannya sebagai

(8)

16

salah satu bentuk media massa. Melansir dari laman resmi siaran digital milik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Indonesia memiliki 701 stasiun televisi pada tahun 2021 (siarandigital.kominfo.go.id).

Walaupun kehadiran media online mampu menyajikan fungsi yang sama dengan televisi. Dengan adanya program migrasi televisi analog ke digital, kedepannya televisi akan terus menjadi pilihan media massa khalayak yang dapat menyajikan konten-konten dengan lebih baik. Televisi sebagai salah satu media massa mampu menyediakan kebutuhan informasi, pendidikan dan hiburan bagi audiennya. Beberapa fungsi umum televisi yang disampaikan Effendy (2009) yaitu:

1. Fungsi Informasi, televisi sebagai sumber sekaligus penyebar informasi 2. Fungsi Pendidikan, menjadi sarana pendidikan masyarakat, melalui

sajian informasi dan program yang mendidik

3. Fungsi Mempengaruhi, pengaruh secara implisit terdapat pada tajuk, features, iklan, artikel dan lainnya

Televisi mampu menyajikan informasi dengan dukungan gambar, audio dan video yang membuat para audiennya dapat yakin dan percaya dengan peristiwa yang sedang diberitakan. Unde (2015: 112) dalam bukunya menjelaskan bahwa televisi pada hakikatnya juga berfungsi untuk memindahkan realitas dari satu tempat ke tempat lain, dengan ini penonton televisi dianggap seakan-akan terlibat secara langsung dalam suatu peristiwa atau fenomena yang terjadi di suatu tempat.

Pengalaman yang didapat dari menonton televisi bersifat kesinambungan dan terus menerus, karena siaran televisi tidak hanya satu tapi juga beragam. Inilah mengapa televisi dapat memberikan dampak atau pengaruh langsung terhadap bentuk sikap, perasaan dan tingkah laku atau perilaku audiennya.

Penyajian televisi dengan gambar, audio dan video juga cenderung dapat digunakan dan diterima oleh semua kalangan. Bagi audien tunaaksara, mereka mengandalkan gambar, audio dan video untuk memahami. Audien dengan tunarungu mengandalkan gambar dan video. Sedangkan untuk tunawicara mereka dapat mengandalkan gambar dan audio, atau dalam kasus tunawicara disertai tunarungu mereka mengandalkan gambar dan video. Saat ini setidaknya dalam program siaran penting (berita) setiap stasiun televisi memiliki penerjemah dengan bahasa isyarat. Pengguna televisi juga tidak berdasarkan syarat tertentu, beragam

(9)

17

usia, ras, etnis, kelompok sosial, ekonomi dan lainnya berhak menggunakan televisi asalkan bijak dalam memanfaatkannya.

Televisi menjadi media yang dapat mempengaruhi penontonnya paling banyak dibandingkan media lain (Jurnal. Nurjamil, dkk. 2019. 1(1)). Pemilihan televisi sebagai media massa tersebut dikarenakan akses penggunaan televisi yang mudah, cepat, murah dan utamanya ramah bagi audien yang belum mengenal benar teknologi modern atau media online. Berdasarkan hal tersebut peneliti memilih media televisi sebagai variabel X yang akan diteliti dalam penelitian “Pengaruh Terpaan Berita Televisi Terkait Kasus Kekerasan Seksual Herry Wirawan di tvOne Terhadap Orangtua Siswa Perempuan SMA Ar Rosyidah Boarding School Magetan”.

2.7. Berita Televisi

Berita dalam artian sederhana dapat diartikan sebagai sebuah laporan dari sebuah peristiwa seperti yang diartikan JB Wahyudi, berita yaitu laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodik (Fachruddin, 2012 : 47). Pesan atau informasi penting yang biasa disampaikan melalui televisi yaitu dalam bentuk program berita, atau disebut berita televisi.

Penyampaian berita era modern kini televisi juga memanfaatkan peran media online, dengan meluncurkan website atau aplikasi portal berita milik masing- masing stasiun televisi yang akrab didengar dengan berita online. Pada era media cetak koran, elektronik radio dan televisi penyampaian berita cenderung memerlukan proses panjang dan biaya yang tidak murah, setidaknya dengan perkembangan media online proses dan biaya tersebut dapat dipangkas. Berita sendiri terbagi dalam dua bentuk yaitu hard news yaitu berita yang bergantung pada aktualitas waktu dan soft news yang tidak terikat atau bergantung pada waktu (Junaedi, 2014: 7).

Secara lebih rinci Morissan (2010: 25) dalam bukunya menjelaskan jenis berita yang termasuk dalam hard news antara lain, berita langsung (straight news) berita singkat yang menyajikan informasi penting berdasar unsur who, what, where, when, why and how. Kemudian berita feature yang menyajikan berita ringan namun

(10)

18

menarik, dan jenis berita infotainment yang menyajikan informasi mengenai sosok terkenal yang bekerja di industri entertainment. Sedangkan dalam jenis berita soft news antara lain, current affair yang menyajikan berita penting yang telah ada sebelumnya namun dibahas secara lebih dalam dan lengkap. Berita magazine serupa dengan jenis berita feature namun durasi penyajiannya lebih panjang, selanjutnya berita dokumenter yang merupakan berita informasi dikemas dengan menarik untuk tujuan pendidikan dan pembelajaran, dan terakhir berita talk show dimana dalam program tersebut dipandu seorang pembawa acara dengan menampilkan seseorang atau lebih yang membahas topik tertentu.

Berita televisi menjadi salah satu konten media televisi yang utama, dikarenakan menyajikan informasi yang penuh dengan wawasan. Isi dari berita televisi wajib menyajikan fakta dari sebuah peristiwa di masyarakat secara faktual dan aktual diimbangi dengan ketepatan dan kecepatan liputan serta penyajiannya.

Dalam penulisan berita baik untuk media cetak atau televisi, sangat diperlukan menempatkan fakta atau pesan paling penting dari berita pada paragraf atau pembahasan awal, metode paling ideal yang digunakan yaitu struktur piramida terbalik. Fachruddin (2012:104) dalam bukunya menuliskan bentuk berita televisi dalam piramida terbalik yaitu:

1. Judul berita, pada berita televisi tidak mengenal judul, hanya menyampaikan pokok atau inti berita yang dibacakan pada awal kalimat 2. Date line, berupa keterangan sebagai petunjuk tempat dan kejadian, berdampingan terpampang di layar sebagai pelengkap informasi lokasi peristiwa

3. Teras berita, atau disebut pula lead yang merupakan alenia pertama atau kalimat pembuka yang merupakan inti penting dari keseluruhan berita 4. Tubuh berita, berisi latar belakang masalah dan penjelasan lebih lanjut

dari dari yang sudah disampaikan di teras berita

5. Tambahan, akhir berita setelah yang tidak penting ditambahkan dengan hal-hal lain (minor detail) yang masih berhubungan dengan keseluruhan berita

Berita televisi umumnya dapat berisi tentang informasi peristiwa sosial, budaya, ekonomi, politik, pendidikan, tentang pemerintah dan kriminal,

(11)

19

penyajiannya dapat bersifat informatif, edukatif atau mengandung kritikan. Namun tidak semua peristiwa yang terjadi di masyarakat dapat atau layak untuk menjadi sebuah berita. Terdapat kriteria tertentu untuk memutuskan peristiwa tersebut layak atau tidak untuk menjadi sebuah berita. Seperti yang dituliskan Junaedi (2014: 7) dalam bukunya, kriteria untuk sebuah berita antara lain:

1. Timeliness dan Immediacy, didasarkan pada kecepatan waktu berita dibuat setelah peristiwa terjadi

2. Proximity, didasarkan pada unsur kedekatan (geografis dan emosional) dengan khalayak

3. Conflict, didasarkan pada konflik fisik (perseteruan) dan non fisik (perbedaan opini) yang menarik khalayak

4. Eminence dan Prominence, didasarkan pada peristiwa yang menyangkut seseorang atau tokoh terkenal

5. Consequence dan Impact, didasarkan pada semakin besar konsekuensi yang muncul pada khalayak maka semakin besar perhatian khalayak pada berita

6. Human interest, didasarkan pada peristiwa yang menarik dan menyentuh bagi khalayak

Berita kriminal menjadi salah satu jenis berita yang selalu hadir dalam program siaran televisi. Kebutuhan masyarakat akan berita kriminal dapat diartikan sebagai alarm untuk waspada terhadap tindak kriminal yang sama yang mungkin dapat terjadi disekitar lingkungan masyarakat lainnya. Seperti yang telah dipaparkan peneliti sebelumnya, salah satu bentuk berita kriminal yaitu mengenai kekerasan pada anak dan perempuan, khususnya kasus kekerasan seksual pada anak menjadi salah satu berita yang mendapatkan perhatian khusus khalayak.

2.8. Stasiun Penyiaran tvOne

Secara lengkap berikut informasi terkait tvOne seperti yang dapat ditemui melalui laman resmi tvonenews.com. Stasiun penyiaran TV One menjadi stasiun televisi pertama di Indonesia dimana peresmiannya dilakukan langsung di Istana Kepresidenan Republik Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 14 Februari 2008. Sebelum menjadi tvOne stasiun penyiaran tersebut bernama

(12)

20

Lativi dibawah nama perusahaan PT Lativi Media Karya milik Abdul Latief, yang mengudara secara resmi pada tahun 2002. Hingga pada 2007 Bakrie Group mengakuisisi Lativi dan menjadi cikal bakal perubahan namanya menjadi tvOne yang berorientasi sebagai media penyiaran berita dan olahraga. TvOne saat ini dipimpin oleh Direktur Utama Ahmad R. Widarmana yang memegang jabatan tersebut dalam periode 2017 hingga saat ini.

Visi : Untuk mencerdaskan semua lapisan masyarakat yang pada akhirnya memajukan bangsa.

Misi :

1. Menjadi stasiun TV Berita & Olahraga nomor satu

2. Menayangkan program News & Sport yang secara progresif mendidik pemirsa untuk berpikiran maju, positif, dan cerdas

3. Memilih program News & Sport yang informatif dan inovatif dalam penyajian dan kemasan

TvOne menjadi stasiun televisi swasta yang berfokus pada program siaran yaitu News, Current Affairs dan Sports. Dengan tagline “Memang Beda”, tvOne menghadirkan penyajian berita dengan cara berbeda, yaitu program siaran berita pagi hari dengan nama program Apa Kabar Indonesia. Penyajian berita tersebut dikemas berbeda dan menarik dengan menghadirkan bentuk diskusi ringan untuk membahas topik hangat yang dibicarakan masyarakat. TvOne dapat dikatakan sebagai stasiun televisi berita tentunya memiliki deretan program berita, diantaranya hardnews tvOne yaitu program Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang, Kabar Malam, Kabar Utama dan Kabar Hari Ini. Sedangkan untuk program olahraga tvOne memiliki hak siar untuk musim 2021-2022 program Bundesliga, ada pula program Best World Boxing dan Big Fight Boxing. Lalu untuk program non berita dan olahraga tvOne menghadirkan program-proram gelar wicara ringan yang menarik seperti Rumah Mamah Dedeh, Coffee Break, E- Talkshow, Perempuan Bicara, Ngobrol Perihal Iman, Khazanah Islam dan Hidup Sehat. Hadirnya program-program diluar news dan olahraga membuktikan tvOnes tidak hanya ingin berhenti pada fokus utamanya, namun membuka kesempatan untuk diri mereka sendiri berkembang melebihi fokus mereka sebagai stasiun telvisi berita dan olahraga.

(13)

21

Selain situs resmi website tvonenews.com, bagi pembaca maupun penonton tvOne dapat mengikuti pemberitaan dan program lain tvOne melalui media sosial dan Youtube. Berdasar jumlah pengikut akun terbesar mencapai 9,3 juta pengikut yaitu pada media sosial Twitter dengan nama akun “tvOneNews”. Sedangkan untuk nama akun laman resmi yang sama dengan Facebook tvOne yaitu “tvOneNews”

memilik jumlah pengikut 2,8 juta pengikut. Laman media sosial untuk Instagram yaitu “tvonenews” memiliki jumlah pengikut 1,1 juta. TvOne juga memiliki channel Youtube resminya dengan nama yang sama yaitu “tvOneNews” dan memiliki total 7,59 juta subcriber. Semua media yang dimiliki oleh tvOne digunakan sebagai media penyiaran baik dalam berupa tulisan dan video, serta baik dalam penyajian program news, sport atau hiburan.

Dalam program siaran hardnews miliknya, tvOne secara aktif, up to date dan terdepan dalam menyampaikan berita terkini. Seperti contoh selama terjadinya bencana alam Gunung Semeru tahun 2022 melalui semua siaran program hardnewsnya tvOne mengabarkan setiap kondisi terkini sesuai dengan waktu di lapangan. Begitu pula ketika masyarakat dibuat ramai dengan kasus kriminal kekerasan seksual yang dilakukan oleh pemilih sekaligus pengajar sebuah pondok pesantren di Bandung. Berita tersebut merupakan kasus kekerasan seksual oleh tersangka Herry Wirawan terhadap 13 santrinya, hingga melahirkan 9 anak dari peristiwa tersebut. TvOne selaku media penyiaran berita menyajikan setiap perkembangan kasus dari Herry Wirawan. Pemberitaan kasus tersebut tidak hanya diberitakan melalui saluran resmi di televisi, namun juga melalui semua platform media tvOne. Melalui laman resmi tvonenews.com, media sosial mereka pada Facebook, Instagram, Twitter dan akun Youtube. Dengan ini pembaca dan penonton tvOne dapat dengan mudah melihat kembali perkembangan kasus dengan membaca dan meonton ulang pemberitaan sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti memilih stasiun penyiaran tvOne dikarenakan fokusnya sebagai televisi berita, yang dimana dalam pembahasan sebuah kasus disajikan secara berkala mengikuti jalannya waktu yang sesuai dengan kasus yang dibahas. Jadi audien tvOne akan mendapatkan informasi secara berkala yang sesuai dengan keadaan kasus saat itu. Namun saat ini berdasarkan indeks kualitas penyiaran berita menurut Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), tvOne menempati urutan 12 dengan hasil riset

(14)

22

indeks kualitas program pada angka 3.14 dari standar indek kualitas KPI yaitu 3.00 (www.kpi.go.id)

Gambar 2.1 Indeks Program Berita Berdasarkan Stasiun Tv, Riset 2 2021 Komisi Penyiaran Indonesia

2.8.1. Kasus Herry Wirawan

Melansir dari laman resmi tvonenews.com, nama Herry Wirawan mulai dikenal publik setelah kasus tindakan kekerasan seksual yang dilakukannya terhadap ke 13 santri di pondok pesantren miliknya mencuat ke publik. Kasusnya terkuak ke publik pada awal Desember 2021 dan proses pengadilannya dilakukan di Pengadilan Negeri Kelas 1A Bandung Jawa Barat. Dari tindakan tidak terpuji tersebut 8 orang santri hamil dan terdapat 9 orang anak yang lahir, diketahui selama proses persidangan bahwa anak yang lahir tersebut juga dimanfaatkan oleh Herry untuk mencari dana sumbangan. Pondok Tahfidz Al-Ikhlas, Yayasan Manarul Huda Antapani dan Madani Boarding School Ciburu, Bandung, Jawa Barat merupakan lembaga pendidikan yang didirikan tersangka tahun 2016 tanpa latar belakang pendidikan agama di Pondok Pesantren. Herry Wirawan sendiri

(15)

23

lahir pada 13 Mei 1985 di Garut, Jawa Barat memiliki latar pendidikan S1 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) di Cimahi.

Tindakan kekerasan seksual dilakukan Herry bahkan di lingkungan pendidikan, salah satunya di Pesantren Tahfidz Madani yang menjadi tempat menghafal Al-Qur’an. Herry memiliki kamar tersendiri yang berada di lantai bawah pesantren tersebut. Berkedok meminta bantuan untuk dipijat atau hanya untuk berbincang, Herry memanggil santriwatinya dengan bujuk rayu dan tak segan untuk memaksa santriwati tersebut menuruti nafsu bejatnya. Bukan hanya bujuk rayu dan paksaan, namun untuk menekan korban dalam jangka panjang Herry menggunakan doktrin pada korbannya yaitu “Guru itu Salwa Zahra Atsilah” yang berarti bahwa setiap murid atau santri untuk taat kepada setiap guru. Inilah yang digunakan Herry untuk menekan korban secara bertahap dengan memanfaatkan pemahaman tertentu yang disalah artikan. Diketahui pula para santri juga tidak memiliki pendamping atau pengurus yang mengurus kebutuhan pokok mereka.

Santriwati menyediakan kebutuhan makan dengan memasak sendiri, bahkan mereka bekerjasama mengurus bayi-bayi yang lahir akibat kekerasan seksual yang dilakukan Herry. Bayi-bayi tersebut disembunyikan dengan identitas sebagai anak yatim piatu yang diasus oleh yayasan Manarul Huda Antapani.

Melihat kasus Herry Wirawan menimbulkan pertanyaan mengenai seberapa banyak kasus kekerasan seksual yang dapat terjadi di lingkungan pendidikan dengan korban merupakan peserta didik. Bentuk lembaga pendidikan yang didirikan Herry Wirawan bahkan berupa pondok pesantren dan boarding school. Ini berarti Herry Wirawan dalam mendirikan lembaga pendidikannya siap untuk secara penuh bertanggungjawab dalam memonitor dan membantu perkembangan karakter, menjaga keamanan dan memberikan perlindungan penuh pada anak didiknya. Namun justru Herry memanfaatkannya sebagai lahan dalam mencari korban untuk nafsu seksualnya. Sekalipun lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan bukan merupakan tempat terjadinya bentuk kekerasan seksual, namun korban tetap dapat berstatus anak pada usia dibawah legal. korban Herry Wirawan yang

(16)

24

merupakan anak di bawah umur menimbulkan trauma besar. Bagi korban yang memiliki anak peristiwa tersebut memberikan dampak yang begitu berat, dimana mental mereka belum siap untuk membesarkan seorang anak.

Gambar 2.2 Korban Kekerasan Berdasar Pendidikan Sumber: kekerasan.kemenpppa.go.id

Dari hasil proses penyidikan Herry dituntut bersalah sesuai dengan Pasal 21 KUHP jis Pasal 27 KUHP jis Pasal 153 ayat (3) KUHP jis ayat (4) KUHP jis Pasal 193 KUHP jis Pasal 222 ayat (1) jis ayat (2) KUHP jis Pasal 241 KUHP jis Pasal 242 KUHP, PP Nomor 27 Tahun 1983. Serta Pasal 81 ayat (1), ayat (3) jo Pasal 76D, UU RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang perubahan atas undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak jo Pasal 65 Ayat (1) KUHP. Putusan sidang vonis yang digelar Selasa, 15 Februari 2022, selain didakwa sesuai dengan undang- undang perlindungan anak Herry diputuskan bersalah dengan hukuman penjara seumur hidup. Namun hasil putusan tersebut tidak diterima oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU). Jaksa Penuntut Umum tetap bersiteguh untuk mengajukan banding dengan isi tuntutan yaitu hukuman mati terhadap tersangka Herry Wirawan. Senin, 4 April 2022 Pengadilan Negeri Bandung mengabulkan tuntutan dari JPU untuk menghukum mati tersangka Herry Wirawan. Bayi yang dilahirkan para korban akan dirawat oleh Pemerintah Jawa Barat dibawah tanggungjawab Unit Pelaksanaan Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak, hingga korban siap untuk merawat kembali anak

(17)

25

mereka maka perawatannya akan dikembalikan pada pihak keluarga. Selain itu tersangka wajib membayar uang ganti rugi sebesar lebih dari Rp300 juta untuk diberikan pada para korban. Kejaksaan juga menuntut agar seluruh aset milik Herry disita kemudian dilelang, hasil lelang dan aset kekayaan Herry digunakan untuk biaya hidup para korban dan bayi yang dilahirkan korban.

2.9. Kekerasan Seksual Anak

Anak merupakan anugerah bagi orangtuanya, aset sumber daya manusia bagi masa depan masyarakat dan negara. Kekerasan seksual anak merupakan bentuk tindak praktik penyimpangan seks, disertai kekerasan dan bertentangan dengan ajaran agama, serta sebuah bentuk kekerasan dan penodaan harkat dan martabat seorang anak. Kekerasan seksual merupakan produk perilaku manusia yang kehilangan nurani kemanusiannya, dan membiarkan perilaku kebinatangannya (animal behaviour) menguasai dan mengendalikan dirinya (Wahid dan Irfan, 2001: 54). Dampak yang diterima korban kekerasan seksual terutama pada anak akan sangat mempengaruhi proses tumbung kembangya dalam bertindak dan berfikir. Dampak ini akan bersifat jangka panjang dan menjadi memori berat yang traumatis bagi anak.

Merujuk pada laman resmi SIMFONI PPA menunjukkan secara rinci grafik kekerasan yang menimpa anak dan perempuan. Jumlah kasus kekerasan anak dan perempuan pada tahun 2021 menurut waktu pelaporan terdapat 23.054 jumlah kasus, menurut rentan usia terdapat 14.754 korban merupakan anak-anak dan 9.581 kasus merupakan kekerasan dalam bentuk seksual. Total jumlah kasus menurut waktu pelaporan meningkat dibandingkan dari tahun 2020 yang memiliki total jumlah kasus sebesar 21.496 kasus, sedangkan pada tahun 2019 jumlah kasus berdasar waktu pelaporan sebesar 20.295 kasus. Besarnya angka kasus kekerasan seksual menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh lapisan sosial. Perlu adanya pula fokus mengenai penanganan dampak yang dimiliki korban, jangan sampai membiarkan korban semakin merasa tidak diterima oleh diri sendiri dan lingkungan sosial.

(18)

26

Gambar 2.3 Jumlah Kekerasan Berdasar Usia Sumber: kekerasan.kemenpppa.go.id

Gambar 2.4 Jenis Kekerasan Yang Dialami Korban Sumber: kekerasan.kemenpppa.go.id

Gambar 2.5 Jumlah Anak Korban Kekerasan Sumber: kekerasan.kemenpppa.go.id

(19)

27

Bagi korban kekerasan seksual pendampingan dalam hal psikis dapat dikatakan menjadi kebutuhan utama. Traumatis yang dirasakan oleh korban dapat berdampak besar bagi perkembangan psikis mereka kedepannya. Para penegak hukum dan lembaga perlindungan korban kekerasan seksual wajib mengutamakan kewaspadaan tinggi terhadap perubahan psikis korban. Setiap korban kekerasan seksual wajib dan berhak mendapatkan perlindungan dalam bentuk rasa aman terhadap diri secara fisik dan identitas pribadi serta keluarga mereka. Setiap elemen yang berhubungan dengan korban kekerasan seksual juga harus mampu bersikap sabar dan mengutamakan kestabilan psikis korban. Wahid dan Irfan (2001:82) dalam bukunya menyimpulkan dari pendapat para ahli tentang akibat kekerasan seksual, yaitu:

1. Penderitaan secara psikologis, menutup diri, kecemasan berulang, perasaan gelisah, tidak percaya diri, antipati, waspada dan merasa tidak lagi berharga di mata masyarakat, suami, calon suami atau pihak lain yang terkait dengan korban

2. Kehamilan yang kemungkinan terjadi, bayi yang lahir akibat kekerasan seksual tidak memiliki kejelasan status yuridis dan norma keagamaan 3. Penderitaan Fisik, seluruh luka fisik yang muncul akibat kekerasan

seksual

4. Tumbuh rasa kurang percaya pada aparat hukum, terjadi akibat terdapat ketidak seimbangan proses penangan perkara antara pelaku dan korban, dianggap terlalu fokus dan mendiskriminasi korban

5. Kemungkinan terjerumus pada prostitusi, akibat penderitaan psikologis dan adanya pemikiran balas dendam terhadap laki-laki.

2.10. Kecemasan

Kecemasan merupakan respon subjektif individu terhadap situasi, ancaman atau stimulus eksternal (Yuliandari, 2000: 18). Kecemasan dapat diartikan sebagai keadaan dimana rasa takut, khawatir, bingung muncul dengan atau tanpa sebab yang pasti, dapat dikarenakan rangsangan akan hal atau peristiwa kecil, sederhana, berat atau besar. Wiramihardja (2005:67) dalam bukunya menyampaikan makna kecemasan menurut Freud, anxiety atau kecemasan diartikan sebagai perasaan

(20)

28

umum, seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal wujudnya. Rasa cemas memang memberikan efek yang tidak nyaman pada perasaan dan pikiran, jika kecemasan tidak segera ditangani dapat berlanjut pada proses overthinking atau berpikir dan berprasangka secara berlebihan. Dalam tingkatan yang lebih berat, rasa cemas dapat berdampak pada perubahan perilaku yang sulit dikendalikan dan berpengaruh pada kesehatan psikis.

Perubahan perilaku tersebut merupakan bentuk perasaan panik, di situasi ini seorang individu sudah tidak mampu mengontrol tindakan diri sendiri. Ramaiah (2003: 27) dalam bukunya menuliskan kecemasan yang lazim ditemui antara lain:

1. Kejengkelan umum, dengan munculnya perasaan jengkel, gugup, panik, tegang dan mudah merasa lelah akibat pikiran yang terganggu 2. Sakit kepala, ketegangan otot yang timbul di daerah tengkuk dan tulang

punggung dapat memicu sakit kepala

3. Gemetaran, reaksi gemetar di sekujur tubuh atau khususnya pada lengan dan tangan

4. Aktivitas sistem otonomik yang meningkat, fungsi-fungsi tubuh seperti pernapasan, pencernaan dan denyut jantung meningkat dan berfungsi mandiri tanpa ada pengaruh dari luar

Hal yang wajar bagi seseorang untuk merasa cemas, karena banyak aspek kehidupan manusia yang dapat menjadi sumber kekhawatiran. Seperti aspek kesehatan, ekonomi, ujian, karir, hubungan dengan individu lain, lingkungan dan masih banyak hal. Setiap aspek tersebut sejatinya terjadi dalam keseharian seseorang yang bahkan dapat berupa pengulangan. Permasalahan yang timbul dari aspek-aspek tersebutlah yang memberikan andil besar bagi seseorang untuk merasa khawtir hingga menimbulkan kecemasan. Safaria dan Saputra (2012: 55) membahas aspek reaksi dari kecemasan menurut Calhoun dan Acocella antara lain:

1. Reaksi Emosional, berkaitan dengan persepsi individu terhadap pengaruh psikologis seperti khawatir, curiga, tegang, sedih, dan marah

2. Reaksi Kognitif, rasa ketakutan dan khawatir yang berpengaruh pada kemampuan untuk berpikir jernih

(21)

29

3. Reaksi Fisiologis, memiliki keterkaitan dengan sistem saraf yang mengendalikan otot, sehingga reaksi yang ditimbulkan berupa detak jantung yang tidak stabil, nafas sesak dan tekanan darah meningkat Sedangkan Abdul Hayat (2014, 12(1)) dalam jurnal penelitiannya menyampaikan jenis kecemasan sebagai berikut:

1. Kecemasan realita (reality anxiety), berhubungan dengan perasaan takut terhadap bahaya dari dunia luar, derajat kecemasan seperti ini sesuai dengan tingkat ancaman yang nyata

2. Kecemasan neurotik (neurotic anxiety), merupakan rasa takut terhadap insting yang mungkin keluar jalur dan menyebabkan seseorang melakukan tindakan dengan akibat mendapatkan hukuman

3. Kecemasan moral (moral anxiety), merupakan rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri.

2.11. Orangtua

Pengertian orangtua dapat dipahami sebagai sepasang laki-laki dan perempuan yang terikat secara hukum melalui pernikahan yang merubah status mereka menjadi Suami dan Istri, dan ketika memiliki anak status mereka berubah menjadi Ayah dan Ibu. Orangtua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam satu keluarga atau rumah tangga yang dalam sehari harinya lazim dengan ibu-bapak (Nasution, 1989:1). Orangtua merupakan sosok tertinggi dalam keluarga, bertanggung jawab atas segala aspek kebutuhan keluarga. Dalam suatu keluarga orangtua juga berperan sebagai guru bagi anak-anak mereka, karena inilah muncul istilah pendidikan keluarga.

Seperti apa orangtua mendidik anak mereka dapat tercermin pada bentuk perilaku, sikap dan pola pikir anak. Hubungan orangtua adalah hal yang penting untuk perkembangan anak. Pernikahan yang harmonis dan stabil menjadi resep yang paling utama dalam membina keluarga. Hatswick dalam penyelidikannya menyimpulkan bahwa ketegangan di dalam keluarga mampu menciptakan tingkah laku anak yang kurang baik, seperti ketakutan, rendah diri, rasa khawatir berkepanjangan dan sifat kejam (dalam Santoso, 2010 : 93). Dari kesimpulan Hatswick dapat dipahami bahwa hubungan suami istri sebagai orangtua memiliki

(22)

30

pengaruh besar. Menjadi keputusan bijak bagi orangtua untuk tidak menunjukan konflik sebagai pasangan di hadapan seorang anak, menjaga sikap dan kedekatan dengan anak. Sebelum anak mencapai usia legal secara hukum orangtua memiliki hak kendali penuh atas anak, namun bukan dalam arti orangtua membatasi kesempatan anak untuk “berpetualang”. Apabila keluarga adalah benteng istana untuk anak berlindung dari bentuk pelanggaran nilai dan norma masyarakat, sekaligus lingkungan sosial yang tidak sehat. Maka orangtua adalah perisa utama anak, dimana anak mendapat perlindungan akan rasa aman dan kenyamanan agar tumbuh kembang mereka berjalan dengan baik.

2.12. Pondok Pesantren dan Islamic Boarding School – SMA Ar-Rosyidah Magetan

Pondok pesantren menjadi salah satu lembaga pendidikan Islam tradisional yang mampu mencetak generasi pendakwah, kyai dan ulama. Lembaga pendidikan pesantren baru hidup pada 300-400 tahun yang lalu, dikembangkan dan berinovasi dari sistem pendidikan yang dikembangkan Agama Jawa (abad 8-9 M) yang merupakan kepercayaan animisme, hinduisme dan budhisme (Kusdiana, 2014: 5).

Ilmu agama dan pembentukan struktur kepribadian yang berlandaskan Islam menjadikan mereka lulusan pondok pesantren mampu membantu masyarakat dalam mentransmisikan dan mentransformasikan keilmuan Islam dalam rangka meningkat pemahaman keagaman di masyarakat (Kusdiana, 2014:6 ). Hal tersebut juga menjadikan pondok pesantren memiliki tempat di masyarakat. Lulusan pondok pesantren memiliki dasar fondasi kuat tentang nilai Islam dalam penerapan kehidupan sehari-hari. Dengan ini mereka mampu membentengi diri mereka dari hal-hal duniawi yang tidak sejalan atau melanggar nilai-nilai Islam. Disisi lain pondok pesantren juga dapat memberikan pengajaran disiplin ilmu lainnya, agar para santri tetap dapat berkembang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Hal ini menjadi salah satu landasan bagi keluarga muslim untuk menempatkan pendidikan anak-anak mereka di pondok pesantren.

Pada dasarnya penyebutan boarding school maupun pondok pesantren memiliki pengertian yang sama, yaitu sebagai sebuah lembaga pendidikan.

Boarding school pada dasarnya merupakan sekolah yang menerapkan sistem

(23)

31

asrama. Di Indonesia sistem sekolah berasrama juga dapat ditemui pada sekolah berbasis islam, sehingga menghadirkan istilah Islamic boarding school. Dalam penerapannya Islamic boarding school hampir serupa dengan sistem pondok pesantren, dimana para peserta didiknya juga bertempat tinggal di asrama. Pada Islamic boarding school siswa menjalankan proses belajar dengan dua model pendidikan, yaitu model pendidikan umum (kurikulum nasional) dan model pendidikan agama (kurikulum kepondokan/kepesantrenan) yang berfokus pada ilmu, nilai dan penerapan agama Islam. Dengan ini siswa yang menempuh pendidikan di Islamic boarding school memiliki keseimbangan kompetensi akademis dan ilmu agama. Dengan adanya konsep asrama proses pembentukan dan perkembangan perilaku anak juga dapat lebih mudah dan sesuai dengan nilai keislaman. Internalisasi nilai-nilai Islam dan pendidikan karakter dapat dengan mudah dilakukan, karena siswa tidak hanya mempelajarinya dalam bentuk teori, namun menerapkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan asrama (Zaenuri, 2021: 11).

Serupa tapi tak sama, Islamic boarding school dibangun di bawah sebuah yayasan, organisasi, lembaga pemerintah atau lembaga swasta, sedangkan pondok pesantren biasanya didirikan oleh perseorangan atau seorang kyai. Dalam sarana prasarana Islamic boarding school mengutamakan standar sarana dan prasarana yang mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Dimana fasilitas penunjang kegiatan kelas seperti ruang kelas, perpustakaan, laboratorium ilmiah, ruang seni, ruang komputer, tempat beribadah, tempat olahraga, instalasi daya dan lainnya tersedia sama dengan sekolah pada umumnya.

Bahkan keberadaan asrama atau pondok di lingkungan Islamic boarding school wajib memiliki standar yang baik yang mengutamakan kenyamanan dan keamanan.

SMA Ar-Rosyidah Boarding School Magetan menjadis salah satu Islamic boarding school yang berada di Kota Magetan. Dapat dijumpai banyak sekolah atau lembaga pendidikan berbasis Islam di wilayah Magetan, namun tidak banyak yang berupa boarding school. Disisi lain dapat dijumpai di Kota Magetan lembaga pendidikan berupa pondok pesantren. SMA Ar-Rosyidah Boarding School Magetan beroperasi pada tahun 2015 dengan membuka masing-masing satu kelas untuk setiap jenjang dan saat ini memiliki jumlah total 60 siswa atau santri. Sistem

(24)

32

pendidikan yang digunakan yaitu kurikulum nasional yang sesuai sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yaitu kurikulum 2013 (K13) dan Kurikulum Kepondokan. Jumlah penerimaan siswa didasarkan pada kuota yang telah ditetapkan, yaitu maksimal 30-35 siswa untuk setiap kelas. Hal tersebut bertujuan agar proses pembelajaran dan kontroling perkembangan akademik setiap siswa dapat berjalan secara maksimal. Karena berbasis asrama terdapat satu ustadz atau ustadzah yang bertanggung jawab terhadap setiap 5-7 siswa. Dengan ini keamanan dan kebutuhan setiap siswa dapat terjamin dan orangtua tidak perlu khawatir mengenai kondisi keseharian dan kebutuhan anak selama berada di asrama. Walaupun sekolah berasrama dengan kurikulum kepondokan, namun sekolah memberikan akses yang lebih fleksibel bagi orangtua siswa untuk bertemu dan berkunjung. Dimana di akhir pekan (sabtu) orangtua diberi kesempatan bertemu dengan anak di lingkungan sekolah. Orangtua juga diberikan kesempatan untuk mengajak siswa keluar dari lingkungan asrama atau pulang kerumah, dengan syarat siswa harus kembali ke asrama di hari minggu sebelum jam lima sore.

Dalam Kurikulum Kepondokan materi pembelajaran yang diberikan antara lain Nahwu, Shorof, Tafsir, Ulumul Qur’an, Fiqih, Imla’, Hadis, Adab, Aqidah, Sejarah Islam dan Bahasa Arab. Sedangkan untuk pembelajaran di asrama atau pondok berfokus dalam ilmu atau materi tahfidz (menghafal), yaitu Tahfidz Al- Qur’an atau proses menghafal Al-Qur’an dengan cara membaca atau mendengarkan berulang setiap ayat. Program yang terfokus dalam lingkungan pondok ini bertujuan untuk mencetak para santrinya sebagai seorang Hafidz atau Al-Hafidz, yaitu gelar untuk orang yang menghafal Al-Qur’an. Hal ini menjadi tujuan utama diterapkannya sistem boarding school di SMA Ar-Rosyidah Magetan. Meskipun menerapkan dua kurikulum pendidikan dengan jadwal harian siswa disesuaikan dengan kegiatan asrama, namun siswa tetap diberikan kesempatan untuk mengembangkan kegiatan non-akademik melalui ekstra kurikuler. Kegiatan ekstra kurikuler yang tersedia yaitu Pramuka, Muhadhoroh, Muhadatsah, Memanah, English Club, Programing dan Lughoh. Program unggulan yang terdapat di SMA Ar-Rosyidah Boarding School Magetan yaitu Tahfidz Qur’an, Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Akhlaqul Karimah.

(25)

33

Pondok pesantren milik Herry Wirawan yaitu Pesantren Manarul Huda Antapani dan Madani Boarding School (2016) dengan SMA Ar-Rosyidah Boarding School Magetan (2015) berdiri diwaktu yang tidak berselang jauh. Sekalipun menerapkan kurikulum kepondokan dan memilik pondok atau asrama siswa, namun SMA Ar-Rosyidah Boarding School merupakan islamic boarding school sesuai dengan namanya. Di Kota Magetan sendiri sekolah dengan bentuk islamic boarding school masih tergolong jarang. Umumnya berupa boarding school biasa, pondok pesantren atau yang banyak dijumpai sekolah negeri atau swasta berbasis islamic school. Dari pemaparan tersebut peneliti memilih SMA Ar-Rosyidah Boarding School Magetan sebagai acuan populasi dan sampel dalam penelitian.

Digunakan sebagai acuan karena data siswa oleh peneliti digunakan untuk menghitung populasi dan sampel orangtua siswa yang sesuai dengan indikator penelitian, yaitu orangtua siswa perempuan baik ayah atau ibu dan pernah menonton berita kasus Herry Wirawan melalui media penyiaran tvOne.

Sebagai lembaga pendidikan baik islamic boarding school maupun pondok pesantren sama-sama memiliki peran dalam proses perkembangan anak. Seperti yang disampaikan Santoso (2010: 95) dalam bukunya, bahwa sekolah berperan aktif dalam membentuk kepribadian dengan cara anak mempelajari kebiasaan, sikap individu lain, pengalaman baru dan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan.

Selain berperan dalam pembentukan karakter, sekolah juga berperan dalam proses belajar sosial anak seperti (Santoso, 2010: 97):

1. Sekolah dapat membantu anak dalam mengoreksi sikap dan tingkah laku kurang baik yang berkembang di dalam keluarga

2. Dalam menghadapi masa depan, sekolah membantu anak untuk menumbuhkan sikap dan tingkah laku sosial yang baru

3. Mengembangkan mental dalam arti akademis melalui proses belajar di sekolah

2.12.1. Kyai, Ustadz dan Ustadzah

Kyai merupakan sentral dari sebuah pondok pesantren, berperan sekaligus yaitu sebagai pemilik dan pemimpin. Dengan kewibawaan dan pengaruh kyai memiliki wewenang dalam mengatur dan mengontrol keberlangsungan, perkembangan dan pertumbuhan pondok pesantren.

(26)

34

Seorang kyai juga memiliki kharisma yang kuat melekat pada dirinya didukung ilmu keagaman yang mumpuni. Kepemimpinan, ilmu dan kharisma seorang kyai tidak dapat diremehkan, ketiga hal tersebut mampu membuat seorang kyai memiliki pengikut yang setia. Sosoknya dapat dengan sungguh-sungguh dijadikan panutan dan pedoman oleh para santri atau pengikutnya. Dalam mendirikan pondok pesantren seorang kyai memiliki tujuan untuk memajukan pendidikan serta menyebarkan agama Islam melalui dakwah yang disampaikan pada santri dan masyarakat (Zaenuri, 2021: 16).

Ustadz dan ustadzah merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut pengajar (guru) laki-laki dan perempuan. Pada dasarnya tugas utama ustadz, ustadzah dengan guru adalah sama, yaitu sebagai penyampai dan pemberi ilmu. Perbedaannya pada tempat penggunaan istilah tersebut, ustadz dan ustadzah digunakan pada lingkup pendidikan berbasis agama Islam, baik sekolah Islam atau pondok pesantren. Ustadz dan ustadzah juga berperan selayaknya pendakwah, mengajarkan nilai Islam dan menjadi contoh dalam berperilaku dan bertindak yang sesuai dengan ajaran agama.

Bertugas mengayomi, membina, membimbing dan mengajarkan pemahaman agama sekaligus sebagai panutan dalam mengamalkan Al- Qur’an dan hadis sebagai proses pembentukan akhlak. Maka dari itu sangat penting bagi sosok ustadz dan ustadzah untuk dapat menjaga sikap dan perilakunya, agar setiap tindakan dan perilaku yang dilakukan selaras dengan apa yang diajarkan.

2.13. Teori Jarum Hipodermik

Teori jarum hipodermik memiliki prinsip yang sama dengan efek dari jarum suntik. Teori hipodermik adalah proses penyampaian pesan yang sama dengan konsep menyuntikan obat pada pasien, dengan efek obat (pesan) langsung masuk dalam jiwa penerimanya (Morissan, 2013: 504). Teori ini menganggap bahwa komunikan dari komunikasi massa menerima pengaruh yang kuat dan terarah dari isi pesan media. Inilah mengapa teori jarum suntik hipodermik juga disebut dengan theory power effect, karena efek yang diberikan termasuk kuat. Asumsi dari teori

(27)

35

ini adalah media memiliki kemampuan yang lebih pintar untuk mempengaruhi khalayak, pengaruh pesan media massa digambarkan dapat mempengaruhi sebagian besar khalayak atau audien secara langsung dan sama. Isi pesan media dapat memberikan dampak pada perubahan opini, sikap atau secara psikologis seorang atau sekelompok audien media massa. Pada penelitian ini efek terpaan media komunikasi yang diteliti yaitu efek afektif, berhubungan dengan terjadinya perubahan perasaan atau emosi.

Penggunaan teori jarum hipodermik pada pembahasan terpaan media yang mempengaruhi audien terdapat pada efek afektif, yang berhubungan dengan terjadinya perubahan perasaan atau emosional dalam hal ini rasa kecemasan.

Dengan begitu teori ini digunakan sebagai acuan, dikarenakan disisi lain dalam teori ini khalayak bersifat pasif, pesan secara langsung tersampaikan pada audien, komunikasi juga terjadi hanya satu arah, sehingga media yang berperan aktif dalam mempengaruhi. Dengan ini teori tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk mengetahui dan mencari ada atau tidaknya pengaruh terpaan berita terhadap tingkat kecemasan yang diteliti.

2.14. Definisi Konsep dan Operasional Penelitian 2.14.1. Definisi Konsep

A. Terpaan Media

Terpaan media adalah keadaan dimana audien terkena terpaan pesan-pesan yang disebarkan oleh media massa. Dengan demikian khalayak yang menerima terpaan dari media massa dapat memperoleh informasi, pengetahuan, serta wawasan yang luas.

B. Berita Televisi

Berita televisi umumnya berisi tentang informasi sebuah fenomena atau peristiwa di masyarakat. Dapat pula penyajian informasinya berupa pesan edukatif atau mengandung kritikan. Jenis berita kriminal menjadi salah satu topik yang selalu disajikan oleh media penyiaran. Dimana berita kriminal menggambarkan situasi masyarakat yang nyata dan diperlukan audien sebagai informasi dan bentuk mawas diri pada lingkungan sosialnya.

(28)

36 C. Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual anak merupakan bentuk tindak kriminal praktik penyimpangan seks, yang bertentangan dengan nilai sosial, moral dan agama. Serta sebagai bentuk kekerasan dan penodaan harkat dan martabat seorang anak. Dampak kekerasan seksual pada anak berpotensi merusak perkembangan pertumbuhan anak, serta meninggalkan jejak traumatis berat yang terus melekat pada pertumbuhan psikologi anak.

D. Kecemasan

Kecemasan diartikan sebagai keadaan dimana munculnya sebuah perasaan dari suatu hal yang terkadang tidak dapat diketahui sebab pastinya. Dapat pula rasa cemas muncul dari sebuah rangsangan di luar diri seseorang dari sebuah peristiwa. Kecemasan yang diteliti berdasarkan dari efek pesan media massa yaitu efek afektif yang berkaitan dengan perasaan didapat dari mengkonsumsi pesan media. Rasa cemas dapat berlangsung dalam jangka pendek maupun panjang, yang dimana jika terjadi dampak berkepanjangan dapat menimbulkan reaksi di luar kendali pada diri seseorang.

2.14.2. Definisi Operasional

Menjelaskan mengenai variabel independen atau bebas merupakan variabel sebab atau yang mempengaruhi. Sedangkan variabel dependen atau terikat adalah variabel akibat atau variabel yang dipengaruhi.

A. Variabel Bebas (X)

Pengaruh Terpaan Berita Televisi Terkait Kasus Kekerasan Seksual Anak Herry Wirawan di tvOne. Indikator yang sesuai dengan terpaan berita yaitu:

1. Frekuensi responden dalam menonton berita televisi kasus kekerasan seksual anak Herry Wirawan di tvOne

2. Durasi lama waktu responden menonton berita televisi kasus kekerasan seksual anak Herry Wirawan di tvONe

(29)

37

3. Atensi atau tingkat perhatian responden menonton berita televisi kasus kekerasan seksual anak Herry Wirawan di tvOne

B. Variabel Terikat (Y)

Tingkat kecemasan orangtua siswa perempuan SMA Ar Rosyidah Boarding School Magetan. Tingkat kecemasan tersebut akibat efek yang diberikan dari menonton berita televisi kekerasan seksual, efek pesan media massa yang diukur yaitu efek afektif yang berhubungan dengan emosional perasaan. Kecemasan yang diteliti termasuk pada rality anxiety. Sigmund Freud dalam jurnal Abdul Hayat (2014) rality anxiety merupakan bentuk kecemasan berasal rasa takut bahaya dari luar yang sesuai dengan tingkat ancaman yang nyata. Orangtua yang berpikir bahwa berita kekerasan seksual tersebut dapat menjadi peristiwa ancaman nyata yang menimpa anak mereka, sehingga menimbulkan reaksi perasaan cemas.

Nevid dalam jurnal Muhammad Nurjamil (2019) menyampaikan komponen afektif kecemasan antaralain perasaan khawatir, kegelisaan, ketidaktenangan, kecurigaan, ketakutan, sangat waspada, mengingat secara berulang hal yang dianggap mengganggu, mudah terganggu (sensitive), merasa terancam akan orang lain atau peristiwa, merasa tidak dapat mengontrol pikiran, perasaan bingung yang tidak dapat diatasi, sulit berkonsentrasi dan fokus.

Tabel 2.1 Hubungan Antar Variabel Bebas dan Variabel Terikat

Jenis Variabel Sub Variabel Indikator Skala

Terpaan Berita Televisi Terkait Kasus

Kekerasan Seksual Anak

Frekuensi Seberapa sering responden menonton berita televisi kekerasan seksual anak kasus Herry Wirawan di tvOne

Skala Likert

(30)

38 Herry Wirawan

di tvOne

Durasi Berapa detik, menit, jam responden menonton berita televisi kekerasan seksual anak Herry Wirawan di tvOne

Skala Likert

Atensi Ketertarikan responden menonton berita televisi kekerasan seksual anak Herry Wirawan di tvOne

Skala Likert

Tingkat Kecemasan Orangtua Siswa Perempuan SMA Ar- Rosyidah

Boarding School Magetan

Komponen afektif (perubahan emosional atau perasaan)

Perasaan khawatir setelah menonton berita kekerasan seksual anak Herry

Wirawan

Skala Likert

Perasaan gelisah setelah menonton berita kekerasan seksual anak Herry

Wirawan

Skala Likert

Perasaan mudah terkejut ketika mendengar berita kekerasan seksual anak setelah menonton berita kekerasan seksual anak Herry Wirawan

Skala Likert

Perasaan curiga lingkungan sekolah anak yang tidak aman setelah menonton berita kekerasan seksual anak Herry Wirawan

Skala Likert

(31)

39

Perasaan waspada terhadap lingkungan sekolah anak yang tidak aman setelah menonton berita kekerasan seksual anak Herry

Wirawan

Skala Likert

Perasaan sensitif seperti mudah tersinggung atau perubahan emosional secara tiba-tiba, ketika mendengar berita kekerasan seksual setelah menonton berita kekerasan seksual Herry Wirawan

Skala Likert

Perasaan tidak percaya pada sekolah dan guru setelah menonton berita kekerasaan seksual anak Herry

Wirawan

Skala Likert

Perasaan takut bahwa anak dapat juga menjadi korban setelah menonton berita kekerasan seksual Herry Wirawan

Skala Likert

Perasaan panik ketika anak di luar jangkauan

pengawasan setelah

menonton berita kekerasan seksual anak Herry

Skala Likert

(32)

40 Wirawan

Perasaan mudah teringat- ingat kasus kekerasan seksual anak setelah menonton berita kekerasan seksual anak Herry

Wirawan

Skala Likert

Perasaan sedih saat

mendengar atau menonton kasus kekerasan seksual anak setelah menonton berita kekerasan seksual anak Herry Wirawan

Skala Likert

Perasaan kecewa setelah menonton berita kekerasan seksual anak Herry

Wirawan

Skala Likert

Sumber: Data diolah, 2022

2.15. Kerangka Berpikir

Media massa televisi masih dipilih masyarakat sebagai media yang memberikan asupan informasi yang mudah dimengerti. Salah satu konten media televisi adalah berita televisi, salah satu isi berita televisi adalah seputar kasus kriminal. Pemberitaan kriminal yang saat ini menjadi perhatian bagi masyarakat dan peneliti adalah kasus kekerasan seksual terhadap anak di lingkungan sekolah.

Indonesia sudah memiliki undang-undang perlindungan anak, peran mengawasi, menjaga dan melindungi dari orangtua, masyarakat dan pemerintah sudah dilakukan, namun kekerasaan seksual pada anak tak kunjung hilang. Terlebih lagi dalam tiga tahun terakhir kasus kekerasaan seksual anak terus meningkat. Hal ini tentunya menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran tidak hanya pada orangtua

(33)

41

tapi juga masyarakat dan negara. Melihat kasus pemberitaan kekerasaan seksual sepanjang tahun 2021 yang juga terjadi di lingkungan sekolah memberikan alasan bagi orangtua untuk merasa cemas.

Berdasarkan pengertian mengenai pengaruh terpaan berita dan tingkat kecemasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat ditentukan kerangka berpikir variabel pengaruh terpaan berita media televisi yang mempengaruhi tingkat kecemasan orangtua. Berikut adalah kerangka berfikir yang dijelaskan dalam gambar:

Gambar 2.6 Kerangka Berpikir Sumber: Data diolah, 2022 Keterangan:

X : variabel x : (Terpaan berita televisi terkait kekerasan seksual anak) Y : variabel y : (Tingkat Kecemasan)

: Mempengaruhi

2.16. Hipotesis Penelitian

Sugiyono (2015:70) mengartikan hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian yang harus dibuktikan kebenarannya, hipotesis digunakan untuk menanyakan hubungan antar dua variabel atau lebih. Bentuk jawaban sementara menandakan jawaban yang ada hanya berdasar teori, belum didasarkan fakta empiris yang didapatkan dari pengumpulan data. Peneliti menggunakan uji hipotesis untuk mengetahui hubungan atau korelasi dari dua

Pengaruh Terpaan Berita Kasus Kekerasan Seksual Anak Herry Wirawan di tvOne

Efek Afektif

Tingkat Kecemasan Orangtua Siswa Perempuan SMA Ar-Rosyidah Boarding

School Magetan

(34)

42

variabel yang akan diteliti. Melalui rumusan masalah Adakah pengaruh terpaan berita televisi terkait kasus kekerasan seksual anak Herry Wirawan di tvOne terhadap tingkat kecemasan orangtua siswa perempuan SMA Ar Rosyidah Boarding School Magetan, maka hipotesis peneliti yaitu:

H0 : Tidak terdapat pengaruh antara terpaan berita televisi terkait kasus kekerasan seksual anak Herry Wirawan di tvOne terhadap tingkat kecemasan orangtua siswa perempuan SMA Ar-Rosyidah Boarding School Magetan.

Ha : Terdapat pengaruh antara terpaan berita televisi terkait kasus kekerasan seksual anak Herry Wirawan di tvOne terhadap tingkat kecemasan orangtua siswa perempuan SMA Ar-Rosyidah Boarding School Magetan.

2.17. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Persamaan Perbedaan

Firda Meilita Wulandari

Universitas Pancasakti Tegal, 2021

Pengaruh Terpaan Berita Kekerasan Seksual Pada Anak Di Televisi Terhadap Tingkat Kecemasan Orang Tua Di Desa Bojongbata

- Pendekatan penelitian yang digunakan Kuantitatif - Variabel X dan

Y yang diteliti sama, yaitu berita televisi dan kecemasan - Uji validitas

menggunakan metode Korelasi Pearson dan reliabilitas - Jenis berita yang

diangkat sama

- Penelitian ini menggunakan teori Agenda Setting.

Sedangkan peneliti menggunakan teori jarum hipodermik - Responden

yang disetujui adalah orangtua (ibu) sedangkan penelitian ini responden dapat berupa ibu atau

(35)

43

berupa berita kekerasan seksual terhadap anak

ayah - Tingkat

Kecemasan yang diukur dalam komponen Afektif, Kognitif dan Konatif untuk melihat

besarnya tingkat kecemasan.

sedangkan fokus dalam penelitian ini pada komponen afektif, untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh terhadap tingkat kecemasan Iqbal Brian

Fadhilla

Universitas Muhammadiyah Malang, 2019

Pengaruh Terpaan Berita Kekerasan Seksual Anak Di Televisi

Terhadap Sikap Protektif Orangtua Kepada Anak (Studi Pada

- Pendekatan penelitian kuantitatif - Uji validitas

menggunakan metode Korelasi Pearson dan reliabilitas - Teori yang

digunakan yaitu

- Variabel terikat yang diteliti yaitu sikap protektif (efek konatif) sedangkan peneliti mencari ada tidaknya kecemasan

(36)

44 Orangtua Warga Kelurahan Dadaprejo Kota Batu)

teori jarum hipodermik

(efek afektif) - Responden

yang diteliti kepala keluarga, sedangkan peneliti memilih responden orangtua dapat ayah atau ibu Ega Tri

Widiantoro

Universitas Muhammadiyah Malang, 2018

Pengaruh Terpaan Berita Kejahatan Taxi Online Di Media Massa Terhadap Kecemasan Menggunakan Taxi Online (Studi Pada Mahasiswi Ilmu Komunikasi Angkatan 2017 FISIP UMM)

- Pendekatan penelitian Kuantitatif - Teknik analisis

data Regresi Linier Sederhana - Uji validitas

Reliabilitas - Variabel X dan

Y yang diteliti sama, yaitu televisi dan kecemasan

- Jenis penelitian eksplanatori, sedangkan peneliti menggunakan jenis penelitian analisis

Assosiatif - Populasi berupa

Mahasiswa, sedangkan peneliti populasi pada orangtua siswa Sekolah

Menengah Atas (SMA)

- Teori yang digunakan yaitu S-R (Stimulus- Response),

(37)

45

sedangkan peneliti Teori Jarum

Hipodermik Sumber: Data diolah, 2022

Penelitian terdahulu digunakan peneliti saat ini sebagai salah satu literasi oleh peneliti guna mempermudah mendapatkan gambaran tentang penelitian yang serupa. Pembahasan materi yang terdapat pada penelitian terdahulu digunakan peneliti sebagai acuan dan pembanding, yang dalam penggunaannya disesuaikan dengan penelitian milik peneliti. Penelitian terdahulu memberikan gambaran tentang langkah yang akan dilakukan oleh peneliti, dengan ini peneliti lebih mudah memahami bagaimana proses atau langkah yang harus dilakukan dalam penelitian.

Penelitian terdahulu juga dapat memberikan referensi materi pembahasan yang dapat peneliti saat ini gunakan atau hanya sebagai bahan literasi bacaan. Penelitian terdahulu juga dapat digunakan sebagai pembanding untuk menghindari kesamaan (plagiasi) dan agar penelitian yang saat dilakukan tidak melakukan kesalahan yang sama seperti penelitian terdahulu.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menghitung besarnya hujan rencana, dapat digunakan berbagai cara tergantung data hujan (dari hasil pengamatan) yang tersedia, karena tidak semua post pencatat

Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian terdahulu yakni perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchanges, sedangkan penelitian sekarang menggunakan

Tabel 2.1 merupakan contoh sebagian data baku Kementerian Kesehatan yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan status gizi balita berdasarkan berat badan menurut

Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index tahun 2009-2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sampel

terdahulu menggunakan metode sensus karena dilakukan pada seluruh populasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian terdahulu adalah.. metode

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Tehran dan periode yang digunakan adalah 2004-2011.Variabel independen yang digunakan

Untuk metode BPNN, metode yang digunakan adalah Mean Square Error, untuk menghitung rata-rata error antara output yang dikehendaki pada trainning data dengan output

2 Penelitian Terdahulu Penelitian Judul Dan Tujuan Fokus Penelitian Indikator/Variabel Teknik Analisis Hasil Penelitian Yang Digunakan Furi Sari Nurwulandari 2016