SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
PERSEBARAN HOTSPOT PROPINSI KALIMANTAN TENGAH MENGGUNAKAN FRAMEWORK PMAPPER
INDRI PUSPITA SARI
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
ii
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
PERSEBARAN HOTSPOT PROPINSI KALIMANTAN TENGAH MENGGUNAKAN FRAMEWORK PMAPPER
INDRI PUSPITA SARI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
iii
ABSTRACT
INDRI PUSPITA SARI. Geographic Information System of Hotspot Distribution in The Province of Central Kalimantan Using Pmapper Framework. Under academic supervision of HARI AGUNG ADRIANTO.
There are several sites that provide information about hotspot distribution in Province of Central Kalimantan based on data up to December 2009, such as www.pkhl.or.id and www.geospasial.bnbp.go.id. However, these sites only provide information in the form of tables or static map (image in JPEG format) which is not displayed in a full and complete form. Another problem is that the information provided through this map is not informative enough and can not searching hotspot distribution by time interval. Therefore, the Geographic Information Systems of Hotspot Distribution in Province of Central Kalimantan is developed as the solution to these problems. This Geographic Information System of Hotspot Distribution in Province of Central Kalimantan is developed by using the GIS Development Guide published by the Department of Geography at Buffalo, on Microsoft Windows platform using Pmapper framework 3.2.0, PostgreSQL 8.3, PostGIS 1.2.1, and MS4W 2.3.1. The functions of this system are to zooming in/out the map, searching for locations, printing a map in the form of PDF or HTML, adding a new object and retrieving information related to the location. The Geographic Information Systems of Hotspot Distribution in Province of Central Kalimantan is developed as an improvement to Pmapper features, this research added facility to search hotspot by time interval, provides information about the locations of hotspot distribution in the Province of Central Kalimantan in full, web-based, dynamic and interactive form. The included informations are regional boundaries, contour line, roads, rivers, lakes, coastline, airport, and cities.
Keywords: Central Kalimantan, geographic information system, pmapper framework, hotspot
iv Judul : Sistem Informasi Geografis Persebaran Hotspot Propinsi Kalimantan Tengah
Menggunakan Framework Pmapper Nama : Indri Puspita Sari
NIM : G64104056
Menyetujui:
Dosen Pembimbing,
Hari Agung Adrianto, S.Kom., M.Si.
NIP 19760917 200501 1 001
Mengetahui:
Ketua Departemen,
Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc.
NIP 19601126 198601 2 001
Tanggal Lulus :
v
PRAKATA
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala curahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat, serta para pengikutnya. Karya tulis ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komputer di Departemen Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Judul dari karya ilmiah ini adalah Sistem Informasi Geografis Persebaran Hotspot Propinsi Kalimantan Tengah Menggunakan Framework Pmapper.
Penyelesaian penelitian ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1 Ayahanda Deddy Rohendi, S.H, M.H. dan Ibunda Yustini Artida Arief, serta ka’ Andri dan ka’
Indra, dan segenap keluarga besar penulis atas do’a, dukungan, semangat, kasih sayang, dan perhatiannya yang tidak pernah berhenti diberikan selama ini,
2 Bapak Hari Agung Adrianto, S.Kom, M.Si selaku pembimbing, Ibu Dr. Ir. Lailan Syaufina, M.Sc. dan Bapak Endang Purnama Giri S.Kom, M.Kom selaku dosen penguji, atas waktu, ilmu, kesabaran, nasihat, dan masukannya,
3 Ermaya Eka Aryadi Putra yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan semangat,
4 Hilmy Gauzan dan Ignatius Edo yang telah bersedia berbagi ilmu, waktunya dan pinjaman bukunya,
5 Teman-temanku di Ilmu Komputer 41, 42, dan 43, Restu, Tresna, Anna, Windy, Lutfi, Safar, Maul, Anggi, Ringga, Hadi, David, Bubu, Geti serta teman-teman lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas bantuan, motivasi, kebersamaan, serta semangat kepada penulis, 6 Departemen Ilmu Komputer, Bapak/Ibu Dosen dan Staf TU yang telah begitu banyak
membantu baik selama pelaksanaan penelitian ini maupun sebelumnya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sekiranya dapat digunakan untuk perbaikan. Segala kesempurnaan hanya milik Allah SWT, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat, Amin.
Bogor, Januari 2010
Indri Puspita Sari
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 3 November 1985 di Bandung. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Deddy Rohendi S.H., M.H. dan Yustini Artida Arief. Pada tahun 2004, penulis lulus dari SMA Negeri 1 Tambun Selatan Kota Bekasi dan pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Ilmu Komputer, Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut (USMI).
Semasa mengikuti perkuliahan, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Ilmu Komputer (HIMALKOM) di Divisi Dana Usaha periode tahun 2004-2006.
Penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan pada tanggal 3 Maret – 9 Mei 2008 di Divisi Program dan Evaluasi.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 1
Ruang Lingkup Penelitian ... 1
Manfaat Penelitian ... 2
TINJAUAN PUSTAKA Sistem Informasi Geografis... 2
Komponen SIG ... 2
Struktur Data Spasial ... 3
Web Mapping ... 3
Evolusi Web Mapping ... 3
MapServer ... 3
Pmapper Framework ... 4
Three Tier Architecture ... 5
Hotspot ... 5
METODE PENELITIAN Analisis Kebutuhan ... 6
Perancangan Konseptual ... 6
Survei Ketersediaan dan Pengumpulan Data ... 6
Survei Perangkat Keras dan Perangkat Lunak ... 6
Pengujian Kesesuaian Perangkat Keras dan Perangkat Lunak ... 6
Akuisisi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak ... 7
Perencanaan dan Perancangan Basis Data ... 7
Pembangunan Basis Data ... 7
Integrasi dan Perancangan Antarmuka Sistem ... 7
Pengembangan Sistem ... 7
Pengujian Sistem ... 7
Penggunaan dan Perawatan Basis Data ... 7
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kebutuhan ... 7
Deskripsi Sistem ... 7
Spesifikasi Pengguna ... 7
Kebutuhan Fungsional Perangkat Lunak ... 7
Perancangan Konseptual ... 8
Pemodelan Kebutuhan Fungsional ... 8
Survei Ketersediaan dan Pengumpulan Data ... 8
Survei Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Sistem ... 9
Pengujian Kesesuaian Perangkat Keras dan Perangkat Lunak ... 9
Akuisisi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak ... 10
Perencanaan dan Perancangan Basis Data ... 10
Perancangan Konseptual Basis Data ... 10
Identifikasi Jenis Data ... 10
Perancangan Logik Basis Data ... 10
Perancangan Fisik Basis Data ... 11
Pembangunan Basis Data ... 11
Pengolahan Data ... 11
Pengolahan Data pada ArcView ... 11
viii
Konversi Data ... 12
Pembangunan Basis Data pada PostgreSQL ... 12
Integrasi dan Perancangan Antarmuka Sistem ... 12
Arsitektur Sistem ... 12
Perancangan Antarmuka ... 13
Antarmuka halaman utama ... 13
Antarmuka halaman peta ... 14
Pengembangan Sistem ... 14
Pengujian Sistem ... 18
Penggunaan dan Perawatan Basis Data ... 18
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 18
Saran ... 19
DAFTAR PUSTAKA ... 19
LAMPIRAN ... 20
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Komponen-komponen SIG (Harmon&Anderson, 2003) ... 2
2 Evolusi Web Mapping (Peng ZR&Ming HT, 2003) ... 3
3 Arsitektur Mapserver (Prahasta, 2007) ... 4
4 Arsitektur Framework Pmapper ... 5
5 Three Tier Architecture (wikipedia) ... 5
6 Tahapan Penelitian (Department of Geography University at Buffalo 2004) ... 6
7 Diagram Konteks Sistem ... 8
8 Pembangunan Basis Data di PostgreSQL ...12
9 Arsitektur Sistem dengan Three Tier Architecture ...13
10 Antarmuka Halaman Utama ...13
11 Antarmuka Halaman Peta ...13
12 Modifikasi Antarmuka Halaman Peta ...14
13 Fungsi Penambahan Field Pada Menu Pencarian ...14
14 Pendefinisian Fungsi Interval Tanggal ...14
15 Struktur Paket MS4W ...15
16 Halaman Utama Sistem ...15
17 Struktur Umum Mapfile (Kropla, 2005) ...16
18 Pendefinisian Objek Layer yang Terintegrasi dengan Database ...16
19 Pendefinisian Objek Layer yang Tidak Terintegrasi dengan Database ...17
20 Halaman Peta ...17
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Contoh peta statis yang tersedia ...212 Input-Proses-Output ...22
3 DFD Level 1 SIG Persebaran Hotspot Propinsi Kalteng ...24
4 Diagram Keterhubungan Antar Tabel SIG Persebaran Hotspot Propinsi Kalteng...25
5 Desain Fisik SIG Persebaran Hotspot Propinsi Kalteng ...25
6 Diagram Hierarki Sistem ...28
7 Halaman Utama Sistem ...28
8 Diagram Hierarki Antarmuka Peta ...29
9 Halaman Peta ...29
10 Tampilan Proses Pencarian ...30
11 Tampilan Proses Auto Identity ...31
12 Tampilan Proses Print Map ...31
13 Tampilan Proses Identity ...32
14 Tampilan Proses Measure ...32
15 Tampilan Proses Pan ...33
16 Tampilan Proses Point of Interest ...33
17 Tampilan Proses Select ...34
18 Tampilan Proses Zoom In ...34
19 Hasil Pengujian Black-Box ...35
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Propinsi Kalimantan Tengah memiliki areal hutan yang sangat luas dengan vegetasi yang lengkap, dan merupakan wilayah terluas ketiga di Indonesia. Namun, akibat musim kering yang panjang (el nino ) pada tahun 2002 dan kegiatan pembukaan lahan dengan membakar hutan mengakibatkan kebakaran hutan di sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah. Kebakaran hutan merupakan masalah yang sangat serius, selain berdampak pada ekosistem yang ada juga mengakibatkan kerugian secara ekonomi, mengganggu kesehatan masyarakat, kehilangan nyawa, dan kerusakan harta benda. Oleh karena itu, pengendalian kebakaran hutan yang baik sangat diperlukan.
Salah satu pengendalian untuk menanggulangi masalah kebakaran hutan yaitu dengan pencitraan jarak jauh menggunakan satelit untuk mengetahui persebaran hotspot. Hotspot adalah titik-titik di permukaan bumi, dimana titik- titik tersebut merupakan indikasi adanya kebakaran hutan dan lahan (Arief dalam Ratnasari 2000).
Apabila lokasi hotspot telah diketahui maka dapat diambil langkah dini untuk mengendalikan kebakaran hutan. Sampai saat ini telah dibangun data warehouse persebaran hotspot menggunakan Palo 2.0 berbasis web (Hayardisi 2008). Namun informasi yang dihasilkan hanya dalam bentuk tabel dan grafik saja, dan tidak melibatkan data koordinat yang dibutuhkan untuk mendapatkan lokasi hotspot tersebut. Selain itu, untuk melakukan proses pencarian hotspot berdasarkan rentang waktu tertentu masih harus dilakukan secara manual melalui tabel, sehingga menyulitkan pengguna dan membutuhkan waktu yang lama. Sampai dengan bulan Desember 2009, terdapat beberapa situs dalam negeri yang menyajikan informasi tentang persebaran hotspot, seperti
www.geospasial.BNBP.go.id dan www.pkhl.or.id. Namun, situs-situs tersebut
hanya menyajikan informasi dalam bentuk peta statis. Informasi yang diberikan melalui peta tersebut tidak informatif, seperti hanya menampilkan hotspot tanpa dapat diketahui informasi lebih detail mengenai hotspot yang ditampilkan. Peta yang tersedia dapat dilihat di Lampiran 1.
Sebagai solusi dari permasalahan di atas, dapat digunakan teknologi aplikasi Sistem
Informasi Geografis berbasis web GIS yang dapat melakukan integrasi data spasial (peta vektor dan citra digital), atribut (tabel sistem basis data), dan elemen penting lainnya seperti audio maupun video, sehingga informasi yang dihasilkan lebih interaktif, mudah dipahami dan digunakan. Sistem yang dibangun juga dilengkapi dengan menu pencarian lokasi hotspot pada rentang waktu tertentu sehingga dapat menghasilkan informasi yang lebih cepat.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah terbentuknya suatu sistem berbasis web yang dapat menyajikan informasi geografis dari data rekaman lokasi persebaran hotspot.
Penyajian sistem dirancang agar dapat diakses dengan mudah oleh penggunanya melalui Internet. Dalam sistem ini pengguna dapat mengetahui atribut dari suatu lokasi dan mencari lokasi hotspot berdasarkan rentang waktu tertentu.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dibuat dengan batasan sebagai berikut:
1 Data yang digunakan adalah data rekaman persebaran hotspot Propinsi Kalimantan Tengah tahun 2000-2004 yang diperoleh dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) Bagian Penanganan Kebakaran Hutan.
2 Data sumber terdiri dari data koordinat, nama HPH (Hak Pengusahaan Hutan), HTI (Hutan Tanaman Industri), perkebunan, lithologi, jenis tanah, tanggal terjadinya hotspot, kabupaten, dan kecamatan.
3 Sistem akan memberikan informasi berupa lokasi hotspot beserta atributnya dan melakukan pencarian lokasi hotspot berdasarkan rentang waktu tertentu. Sistem juga menampilkan batas wilayah propinsi, garis kontur, sungai, jalan, garis pantai, kota, danau, ibukota propinsi dan bandar udara yang diperoleh dari BAKOSURTANAL.
Sistem dikembangkan dengan menggunakan platform Windows dengan aplikasi Mapserver menggunakan framework Pmapper dan basis data PostgreSQL.
2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dapat membantu pengguna untuk mengakses secara langsung data lokasi persebaran hotspot Propinsi Kalimantan Tengah dalam bentuk spasial dan melakukan pencarian lokasi hotspot pada rentang waktu tertentu.
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Informasi Geografis
Aronoff (1993) mendefinisikan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai suatu sistem berbasiskan komputer yang mempunyai kemampuan untuk menangani data geografis yaitu:
1 Pemasukan data
2 Manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data )
3 Pengolahan dan analisis data
4 Pengembangan produk dan pencetakan.
Kombinasi yang benar antar keempat komponen utama ini akan menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan sistem informasi geografis suatu organisasi.
Komponen SIG
Sistem Informasi Geografis untuk dapat beroperasi membutuhkan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) serta manusia yang mengoperasikannya (brainware). Secara rinci, agar SIG tersebut dapat beroperasi, dibutuhkan komponen- komponen sebagai berikut (Harmon &
Anderson 2003):
1 User (Pengguna)
Teknologi SIG membutuhkan user dalam menjalankan, mengelola, dan membangun perencanaan sistem yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Pengguna SIG yang menjalankan sistem adalah operator sistem, sedangkan yang mengelola dan membangun perencanaan sistem ini antara lain adalah pemasok SIG, perusahaan swasta, dan agen publik.
Seorang operator sistem bertanggung jawab terhadap kinerja kerja sistem, sedangkan pemasok SIG bertanggung jawab dalam penyediaan software pendukung dan update software terbaru, salah satu contohnya adalah Environmental Systems Research Institute, Inc (ESRI). Perusahaan swasta adalah organisasi yang bergerak di bidang SIG.
Agen publik pada dasarnya adalah agen
pemerintahan yang menyediakan data suatu negara dalam porsi besar, contohnya adalah Bakosurtanal untuk Indonesia.
2 Aplikasi
Aplikasi yang dimaksud adalah prosedur- prosedur yang digunakan untuk mengolah data.
3 Data
Dalam kerangka SIG, data secara logika dibagi menjadi dua kategori, data spasial, dan data tekstual (atribut). Data spasial merupakan data yang memiliki informasi lokasi atau data yang bereferensi geografis dan data atribut merupakan data yang memiliki informasi fitur spasial.
4 Software (Perangkat Lunak)
Elemen yang harus terdapat dalam komponen perangkat lunak SIG adalah:
Tools untuk melakukan input dan pengolahan data geografis.
Sistem Manajemen Basis Data (Database Management System).
Tools yang mendukung query, analisis, dan visualisasi data geografis.
Graphical User Interface (GUI) untuk memudahkan penggunaan SIG.
5 Hardware (Perangkat Keras)
SIG membutuhkan perangkat keras komputer untuk penyimpanan dan pemrosesan data. SIG membutuhkan spesifikasi perangkat keras yang lebih tinggi dibandingkan sistem informasi lainnya. Untuk melakukan proses analisis data geografis dibutuhkan prosesor yang cepat dan memori yang cukup besar, kartu grafik dan harddisk dengan spesifikasi yang tinggi untuk kualitas gambar yang dihasilkan dan kemampuan penyimpanannya.
Komponen-komponen SIG tersebut digambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Komponen-komponen SIG (Harmon & Anderson 2003).
3 Struktur Data Spasial
Tipe data spasial dalam SIG mengacu ke bentuk lapisan data atau bidang data. Dalam setiap lapisan akan terdiri dari tiga tipe data yaitu titik, garis, dan poligon atau bidang.
Data secara logika dibagi menjadi dua kategori, data spasial dan data tekstual (atribut). Data spasial merupakan data yang memiliki informasi lokasi atau data yang bereferensi geografis dan data atribut merupakan data yang memiliki informasi fitur spasial (Kang 2002).
Shapefile menyimpan lokasi geografis berupa informasi atribut titik (point), garis (line), dan poligon (polygon). Bentuk geometri yang tersimpan adalah dalam bentuk koordinat vektor. Format ini adalah format yang dikeluarkan oleh Environmental System Resource Institute (ESRI). ESRI shapefile terdiri atas :
1 Main file (.shp)
Menyimpan data nontopological geometry dan informasi atribut untuk kenampakan spasial dalam data set. Nontopological geometry adalah geometri yang tidak menyimpan relasi spasial antara kenampakan-kenampakan yang saling berhubungan atau berdekatan.
2 Index file (.shx)
Pada file indeks, tiap record terdiri atas proses cetakan offset yang berhubungan dengan record file utama.
3 Tabel dBASE (.dbf)
Pada tabel dBASE terdapat fitur atribut dengan record pada setiap fiturnya.
Web Mapping
Web mapping system adalah sebuah sistem yang digunakan untuk menampilkan peta secara digital. Peta digital adalah representasi fenomena geografik yang disimpan untuk ditampilkan dan dianalisis oleh komputer digital. Setiap objek pada peta digital disimpan sebagai sebuah atau sekumpulan koordinat (Mitchell 2005).
Evolusi Web Mapping
Menurut Peng dan Tsou (2003), teknologi web mengalami evolusi. Evolusi teknologi pada web mapping terdiri atas:
Static Map Publishing, mendistribusikan peta pada halaman web sebagai peta yang statis dalam format grafis seperti GIF atau JPEG. Peta biasanya merupakan bagian dari dokumen HTML untuk memperkaya
isi dari dokumen. Pengguna tidak dapat berinteraksi dengan peta atau merubah format tampilan dalam bentuk apapun.
Static Web Mapping, melibatkan penggunaan form HTML (HyperText Markup Language) dan CGI (Common Gateway Interface) untuk menghubungkan masukan dari pengguna pada web browser dengan GIS atau program pemetaan pada server. Pengguna membuat suatu permintaan dari pengguna menggunakan form HTML yang telah di-customize.
Interact Web Mapping, lebih interaktif dan cerdas dengan ditambahkan dari sisi web client dengan menggunakan script seperti dynamic HTML dan aplikasi client-side seperti Plug-ins, ActiveX control dan Java Applets.
Distributed GIServices, komponen dari GIS pada sisi web client dapat dikomunikasikan secara langsung dengan komponen GIS yang lain pada server tanpa melewati suatu server HTTP dan CGI-related middleware.
Evolusi teknologi web mapping dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Evolusi Web Mapping (Peng & Tsou 2003).
Map Server
Map Server adalah komponen penting pada web server yang melakukan query spasial, analisis spasial, membuat dan mengirimkan peta ke client berdasarkan permintaan client. Keluaran dari map server dapat berupa data yang diinginkan user untuk dimanipulasi atau berupa peta gambar dengan format grafik tertentu (Peng & Tsou 2003).
Sebuah aplikasi Mapserver sederhana mempunyai komponen sebagai berikut:
1 Mapfile, file konfigurasi yang berupa sebuah teks pada aplikasi Mapserver.
Mapfile menyimpan berbagai parameter konfigurasi untuk menggambarkan data
4 spasial dan data atribut dari shapefile ke
dalam bentuk halaman web (Mitchell 2005). Dalam hal ini, mapfile memberitahukan program Mapserver dimana keberadaan data dan gambar yang dihasilkan. Mapfile ini juga mendefinisikan layer peta, termasuk sumber data, proyeksi, dan simbol.
2 Data Geografis, Mapserver dapat menggunakan banyak jenis sumber data geografis. Umumnya, format yang digunakan adalah ESRI shapefile. Data juga tersimpan dalam basis data eksternal misalnya PostGIS.
3 Halaman HTML, antarmuka antara pengguna dan Mapserver. Dalam bentuk yang sederhana, Mapserver dapat dikatakan untuk menempatkan sebuah gambar peta statis pada halaman web.
Untuk membuat peta yang interaktif, gambar ditempatkan pada sebuah bentuk HTML.
4 Mapserver CGI, file biner dan executable yang menerima permintaan dan mengembalikan gambar dan data.
5 HTTP Server, menyajikan halaman HTML ketika diakses oleh pengguna browser.
Ilustrasi hubungan antarkomponen tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Arsitektur Komponen Mapserver (Prahasta 2006).
Pmapper Framework
Framework adalah sekumpulan pustaka yang diorganisasikan pada sebuah rancangan arsitektur untuk memberikan kecepatan, ketepatan, kemudahan dan konsistensi di dalam pengembangan aplikasi atau pemecahan suatu masalah.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan framework adalah:
1 Penggunaan komponen-komponen reusable, waktu pengembangan lebih
singkat, penerapan design patterns memudahkan dalam rancangan, pengembangan dan pemeliharaan sistem.
2 Stability dan reliability, aplikasi yang dibangun lebih stabil dan handal karena berbasis pada framework yang sudah teruji stabilitas dan kehandalannya.
3 Coding style konsisten, memudahkan dalam membaca kode dan dalam menemukan bugs.
4 Security concern, framework mengantisipasi dan memasang perisai terhadap adanya berbagai masalah keamanan yang mungkin timbul.
5 Dokumentasi, framework dapat mendisiplinkan pengembang aplikasi untuk menulis dokumentasi untuk apa yang dituliskan.
Pmapper framework menyediakan fungsi yang besar serta multiple konfigurasi untuk mengatur fasilitas pada aplikasi MapServer yang didasarkan pada PHP/MapScript.
Pmapper dibangun dengan bahasa PHP dan JavaScript. Fungsi yang termasuk di dalamnya antara lain:
DHTML (Dynamic HTML) zoom/pan, didukung browser: Mozilla/Firefox 1.+/Netscape 6.1+, IE 5/6, Opera 6.+, Konqueror 3.+ .
Pan/zoom dengan mouse, keyboard, slider, dan reference map.
Fungsi query (identify, select, dan search).
Hasil query ditampilkan dengan menggabungkan basis data dan hyperlinks.
Fungsi cetak dalam format HTML dan PDF.
Konfigurasi pada beberapa fungsi, tingkah laku dan tampilan menggunakan INI file.
HTML legenda.
Berbagai macam model untuk tampilan legenda dan tabel.
Penggunaan banyak bahasa antarmuka (yaitu: English, German, Italian, French, dan Swedish).
Pmapper bersifat open source dimana penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna yaitu dengan memodifikasi modul yang telah ada sebelumnya. Arsitektur pembangun framework pmapper dapat dilihat pada Gambar 4.
5 Gambar 4 Arsitektur Framework Pmapper.
Arsitektur Pmapper terdiri dari enam direktori, yaitu:
1 config : Berisi seluruh modul untuk konfigurasi. Konfigurasi yang lebih detail dapat ditambahkan pada file XML.
2 doc: Berisi file dokumentasi.
3 images : Berisi semua gambar dan simbol yang digunakan pada antarmuka aplikasi dan legenda.
4 incphp : Berisi keseluruhan modul pada sistem dalam bentuk file PHP.
5 javascript: Berisi keseluruhan modul pada sistem dalam bentuk file javascript.
6 templates : Antarmuka pada framework pmapper dibangun dengan menggunakan Cascading Style Sheet (CSS)
Three Tier Architecture
Arsitektur rancangan client-server yang efektif, dimana meningkatkan kinerja, fleksibilitas, kemudahan, perawatan, kemampuan untuk dapat digunakan ulang, dan skalabilitas. Umumnya, arsitektur aplikasi terdiri atas tiga lapisan atau disebut juga Three tier architecture yang dapat dilihat pada Gambar 5.
Three tier architecture terdiri atas:
presentation tier, merupakan level teratas dari three tier architecture yang merupakan user interface. Fungsi utama dari interface adalah menerjemahkan task dan menghasilkan sesuatu yang dipahami oleh pengguna.
logic tier, merupakan middle tier di mana proses dari sistem berjalan, selain itu juga dilakukan proses pemindahan data di antara dua layer di sekitarnya.
data tier, merupakan tempat penyimpanan dan ditemukan kembali informasi dari basis data atau sistem file.
Gambar 5 Three Tier Architecture (wikipedia)
Hotspot (titik panas)
Kebakaran hutan dan lahan dapat dipantau dengan menggunakan data AVHRR-NOAA (Advanced Very High Resolution Radiometer -
6 National Oceanic and Atmospheric
Administration ) yaitu melalui pengamatan hotspot. Hotspot merupakan titik-titik di permukaan bumi, dimana titik- titik tersebut merupakan indikasi adanya kebakaran hutan dan lahan (Arief dalam Ratnasari 2000).
Indikasi yang dimaksud adalah suhu panas hasil kebakaran hutan yang naik ke atas atmosfer dan ditangkap oleh satelit serta didefinisikan sebagai hotspot berdasarkan ambang batas suhu tertentu.
Satelit AVHRR-NOAA akan mendeteksi suatu objek di permukaan bumi yang memiliki suhu relatif lebih tinggi dibandingkan sekitarnya. Berdasarkan ambang batas yang dibuat oleh ASMC (ASEAN Specialised Meteorological Centre) suhu yang dideteksi berkisar antara 210 K (37 °C) untuk malam hari dan 315 K (42 °C) untuk siang hari.
Hotspot akan direpresentasikan dalam suatu pixel pada sebuah peta yang juga menunjukkan koordinat geografisnya.
METODE PENELITIAN
Metode pengembangan SIG bukan merupakan pembatasan atau penyusunan tahap yang dibutuhkan, melainkan tahapan apa saja yang harus dilengkapi agar sistem informasi geografis yang dibangun dapat sukses. Metode pengembangan SIG dapat dilihat pada Gambar 6.
Tahapan dalam pengembangan SIG adalah sebagai berikut:
1 Analisis Kebutuhan
Proses analisis dilakukan untuk merumuskan spesifikasi kebutuhan perangkat lunak, dimulai dari spesifikasi pengguna, kebutuhan antarmuka eksternal dan kebutuhan fungsional sistem.
2 Perancangan Konseptual
Perancangan konseptual meliputi perancangan konseptual basis data dan desain proses dari sistem. Perancangan basis data mengidentifikasikan data yang dibutuhkan.
Desain proses dibuat berdasarkan kebutuhan fungsional dan kebutuhan data. Aliran informasi dan data yang terjadi diilustrasikan dalam diagram konteks.
3 Survei Ketersediaan dan Pengumpulan Data
Setelah dilakukan identifikasi data, dilanjutkan dengan melakukan survei terhadap
1. Analisis Kebutuhan
2. Perancangan Konseptual
3. Survei Ketersediaan dan Pengumpulan Data
7. Perencanaan dan Perancangan Basis Data 4. Survei Perangkat Keras
dan Perangkat Lunak Sistem
6. Akuisisi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak
8. Pembangunan Basis Data
9. Integrasi dan Perancangan Antarmuka Sistem
10. Pengembangan Sistem
11. Pengujian Sistem
12. Penggunaan dan Perawatan Basis Data Sistem 5. Pengujian Kesesuaian
Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Sistem
Gambar 6 Tahapan penelitian [Buffalo]
(2004).
ketersediaan data. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi setiap sumber data yang potensial dalam pengembangan sistem dan dilanjutkan dengan pengumpulan data yang dibutuhkan
4 Survei Perangkat Keras dan Perangkat Lunak
Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui perangkat lunak dan perangkat keras yang sesuai untuk pengembangan sistem berdasarkan fungsionalitas sistem tersebut.
Perangkat keras yang dibutuhkan harus mampu menjalankan perangkat lunak yang dibutuhkan dengan baik
5 Pengujian Kesesuaian Perangkat Keras dan Perangkat Lunak
Pada tahapan ini dilakukan pengujian kesesuaian antara perangkat keras dan perangkat lunak yang didapatkan dari hasil survei sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh perangkat keras dan perangkat lunak yang sesuai dengan kebutuhan sistem yang akan dikembangkan.
7 6 Akuisisi Perangkat Keras dan Perangkat
Lunak
Pada tahap ini dilakukan pemilihan perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan untuk pengembangan sistem.
7 Perencanaan dan Perancangan Basis Data Pada tahapan ini dilakukan perancangan logik dan fisik dari basis data yang telah dibuatkan rancangan konseptualnya.
8 Pembangunan Basis Data
Berbagai tipe data yang telah diperoleh pada tahapan sebelumnya dimasukkan ke dalam perangkat lunak. Data tersebut berupa data spasial yang dilakukan proses digitasi terlebih dahulu.
9 Integrasi dan Perancangan Antarmuka Sistem
Berbeda dengan aplikasi komputer lainnya, aplikasi SIG bukanlah sistem yang plug and play. Beberapa komponen mungkin dapat berjalan dengan baik bila berjalan sendiri, tetapi belum tentu dapat berjalan baik bila telah dipadukan. Pada tahapan ini dilakukan integrasi antara data raster dengan data vektor sehingga dapat digunakan sebagai sebuah sumber data yang valid.
10 Pengembangan Sistem
Perencanaan yang telah dibuat pada tahapan sebelumnya diimplementasikan ke dalam kode-kode program. Dari proses ini didapatkan suatu sistem yang sesuai dengan analisis dan perancangan yang telah dibuat.
11 Pengujian Sistem
Pengujian terhadap sistem dilakukan dengan menggunakan metode black-box.
Pengujian ini dilakukan dengan cara memberikan masukan tertentu untuk memeriksa apakah keluaran yang dihasilkan sesuai dengan harapan.
12 Penggunaan dan Perawatan Basis Data Sistem yang telah selesai dibangun perlu dibuatkan dokumentasi dan prosedur formal yang nantinya dapat digunakan untuk keperluan perubahan maupun pengembangan sistem tersebut. Hal ini diperlukan karena mayoritas SIG mempunyai basis data yang memerlukan perawatan pada data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 Analisis Kebutuhan a. Deskripsi Sistem
SIG Persebaran Hotspot Propinsi Kalimantan Tengah adalah suatu Sistem Informasi Geografis berbasis web yang menyajikan pemetaan persebaran hotspot Propinsi Kalimantan Tengah yang dilengkapi dengan kemampuan pencarian hotspot berdasarkan rentang waktu tertentu. Sistem juga memberikan informasi mengenai batas wilayah propinsi, garis kontur, sungai, jalan, garis pantai, kota, danau, ibukota, dan bandar udara. Informasi tersebut diharapkan dapat digunakan dalam menganalisis data titik api sebagai pendeteksian dini kebakaan hutan serta rencana penanggulangannya.
b. Spesifikasi Pengguna
Pengguna sistem ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu administrator dan pengguna biasa. Penggolongan ini dilakukan berdasarkan tanggung jawab dan hak akses yang dimiliki masing-masing pengguna terhadap sistem.
c. Kebutuhan Fungsional Perangkat Lunak
Fungsi-fungsi umum yang dimiliki oleh sistem ini adalah :
1 Menampilkan informasi kebakaran hutan yang berisi tentang deskripsi, penyebab, zat hasil kebakaran, dampak, kerugian, pengendalian, dan tips dalam menghadapi kebakaran hutan, informasi sekilas tentang Propinsi Kalimantan Tengah, informasi tentang hotspot, informasi tentang satelit AVHRR-NOAA, dan menampilkan berita terkini tentang kebakaran hutan di Propinsi Kalimantan Tengah.
2 Pengelolaan basis data yang hanya dapat dilakukan oleh administrator.
Fungsi-fungsi operasi peta yang dimiliki sistem adalah :
1 Menampilkan peta wilayah administratif Propinsi Kalimantan Tengah.
2 Memilih layer aktif peta yang diinginkan pengguna.
3 Menampilkan menu legenda yang berisi simbol dan keterangan dari layer yang ingin ditampilkan.
4 Menampilkan menu navigasi, seperti Zoom to full extent, Back, Forward, Zoom in, Zoom out, Pan, Identity, Select, Auto
8 identity, Refresh map, Measure, add point
of interest.
5 Melakukan pencarian hotspot berdasarkan rentang waktu tertentu.
6 Dapat melakukan konversi peta dalam bentuk PDF maupun HTML.
7 Dapat melakukan print preview peta.
Deskripsi tentang proses masing-masing fungsi dapat dilihat pada Lampiran 2 (input- proses-output).
2 Perancangan Konseptual
Perancangan konseptual meliputi perancangan konseptual basis data dan desain proses dari sistem. Perancangan basis data mengidentifikasikan data yang dibutuhkan.
Desain proses dibuat berdasarkan kebutuhan fungsional dan kebutuhan data. Aliran informasi dan data yang terjadi diilustrasikan dalam diagram konteks.
Berdasarkan analisis kebutuhan sistem dapat disimpulkan bahwa data yang diperlukan berupa:
1 data spasial dan atribut wilayah Propinsi Kalimantan Tengah yang meliputi batas wilayah, jalan, sungai, danau, garis pantai, kota, ibukota, bandara, dan garis kontur.
2 data mengenai hotspot yang meliputi longitude, latitude, tanggal, kabupaten, kecamatan, nama HPH (Hak Pengusahaan Hutan), HTI (Hutan Tanaman Industri), perkebunan, lithology, dan jenis tanah.
3 data-data sekilas tentang Propinsi Kalimantan Tengah, informasi tentang hotspot, kebakaran hutan, dan satelit AVHRR-NOAA.
Analisis kebutuhan fungsional yang telah dilakukan sebelumnya akan menjadi acuan untuk melakukan pengembangan pemodelan kebutuhan fungsional.
2.1. Pemodelan Kebutuhan Fungsional Kebutuhan fungsional dimodelkan dengan menggunakan Data Flow Diagram (DFD).
DFD merepresentasikan proses aliran keluar dan masuknya data dalam sistem. Gambaran sistem secara umum dapat dilihat pada diagram konteks Gambar 7.
Gambar 7 Diagram Konteks Sistem.
Diagram konteks (DFD Level 0) dapat dikembangkan lagi menjadi DFD level 1.
Adapun DFD level 1 dapat dilihat pada Lampiran 3. DFD Level 1 memiliki informasi proses yang terjadi dalam sistem serta aliran data dari entitas ke sistem dan sebaliknya.
3 Survei Ketersediaan dan Pengumpulan Data
Survei ketersediaan dan pengumpulan data dilakukan berdasarkan perancangan konseptual yang telah dilakukan. Adapun hasil yang diperoleh dari proses ini adalah : 1 data hotspot Propinsi Kalimantan Tengah
dalam bentuk file excel yang diperoleh dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) Bagian Penanganan Kebakaran Hutan.
Informasi tersebut terdiri dari data koordinat, tanggal, kabupaten, kecamatan, nama HPH (Hak Pengusahaan Hutan), HTI (Hutan Tanaman Industri), perkebunan, lithology, dan jenis tanah.
2 data spasial dan atribut wilayah Propinsi Kalimantan Tengah yang meliputi batas wilayah, jalan, sungai, danau, garis pantai, kota, ibukota, bandara, dan garis kontur
yang diperoleh dari www.bakosurtanal.go.id dalam bentuk
format .arc dengan skala 1:1.000.000.
3 informasi sekilas tentang Propinsi Kalimantan Tengah, hotspot , kebakaran hutan, dan satelit AVHRR-NOAA yang diperoleh dari www.kalteng.go.id dan www.betang.com.
Selanjutnya dilakukan proses pengumpulan data sesuai dengan kebutuhan informasi tersebut.
9 4 Survei Perangkat Keras dan Perangkat
Lunak
Berdasarkan kebutuhan fungsional sistem, jenis perangkat lunak yang dibutuhkan untuk implementasi sistem adalah :
1 Perangkat lunak untuk membuat dan mengolah data spasial. Jenis perangkat lunak ini dibutuhkan untuk membuat data dengan format shapefile (*.shp) yang akan digunakan sebagai layer pada implementasi sistem. Perangkat lunak yang tersedia di antaranya ArcView, MapInfo, dan Quantum GIS.
Secara umum, ketiga perangkat lunak tersebut merupakan perangkat lunak yang mendukung antarmuka berbasis grafik (Graphical User Interface) sehingga memudahkan pengguna untuk bernavigasi dengan menggunakan elemen user interface seperti button, menu, toolbar, dan lain-lain. Selain itu, ketiganya juga dapat membantu pengguna untuk membuat data spasial dalam format shapefile yang nantinya akan digunakan sebagai data dalam perangkat lunak SIG berbasis web.
2 Perangkat lunak dengan pengembangan sistem berbasis web. Jenis perangkat lunak ini dibutuhkan untuk membangun sebuah sistem berbasis web yang sesuai dengan kebutuhan perangkat lunak. Perangkat lunak yang tersedia di antaranya Mapserver dan ArcIMS. Framework Mapserver yang tersedia di antaranya Pmapper, Chameleon, Kmap, dll.
3 Perangkat lunak sebagai Sistem Manajemen Basis Data (Database Management System, DBMS). Jenis perangkat lunak ini digunakan untuk membangun basis data yang berisi data dari SIG Persebaran Hotspot Propinsi Kalimantan Tengah. Perangkat lunak yang tersedia di antaranya MS SQL Server, MySQL dan PostgreSQL.
Pada tahapan survei perangkat keras, spesifikasi minimum yang dibutuhkan adalah:
Prosesor Intel® Pentium® III
Memori 128 MB
Harddisk 20 GB
Monitor dengan resolusi 1024x768 pixel 5 Pengujian Kesesuaian Perangkat Keras
dan Perangkat Lunak
Pada tahapan ini dilakukan pengujian antara spesifikasi kebutuhan minimum perangkat keras dengan perangkat lunak yang
akan digunakan dan telah disurvei pada tahapan sebelumnya.
Tahapan ini berguna untuk mendapatkan kesesuaian antara perangkat keras dan perangkat lunak yang akan digunakan dalam pengembangan sistem.
Pengujian yang dilakukan hanya berdasarkan kebutuhan minimum perangkat lunak yang dapat berjalan pada perangkat keras yang dimiliki.
Adapun perangkat lunak yang diuji yaitu : 1 ArcView 3.3 dan Quantum GIS 1.1.0 Pan
Unstable sebagai perangkat lunak untuk mengolah data spasial,
2 Mapserver sebagai perangkat lunak untuk mengembangkan sistem berbasis web, 3 PostgreSQL sebagai perangkat lunak
Sistem Manajemen Basis Data (Database Management System, DBMS).
Hasil pengujian perangkat lunak yang akan digunakan adalah :
1 Perangkat lunak untuk membuat data spasial.
Untuk pengujian perangkat lunak dalam membuat data spasial dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu kemampuan dan kinerja. Pengujian kemampuan dikatakan baik jika perangkat lunak dapat menjalankan tugas khusus seperti proses overlay, melakukan export ke .map, membuat file .sql dan lain-lain.
Untuk pengujian kinerja berhubungan dengan seberapa baik dan seberapa cepat perangkat lunak menjalankan tugas yang diminta. Secara umum ketiga perangkat lunak (ArcView, Quantum GIS, dan MapInfo) merupakan perangkat lunak yang mendukung antarmuka berbasis grafik (Graphical User Interface) sehingga memudahkan pengguna untuk bernavigasi.
Selain itu ketiganya juga dapat membantu pengguna untuk membuat data spasial dalam format shapefile. Hanya saja ArcView memberikan nilai patokan yang baik karena perangkat lunak ini dapat melakukan tugas khusus yang diminta berupa overlay, export ke .map yang lebih lengkap apabila dibandingkan dengan MapInfo dan Quantum GIS. Kemampuan yang baik akan memberikan nilai kinerja yang baik pula. Untuk Quantum GIS dalam penelitian ini digunakan untuk meng-export data .shp ke dalam postgreSQL.
10 2 Perangkat lunak dengan pengembangan
sistem berbasis web.
Untuk pengujian perangkat lunak dalam pengembangan sistem berbasis web, kriteria yang digunakan adalah ketersediaan pustaka yang mendukung interaksi antara peta dengan pengguna dan biaya lisensi dan perawatan. Secara umum kedua perangkat lunak (Mapserver dan ArcIMS) memiliki pustaka yang mendukung interaksi antara peta yang ada dengan pengguna sistem tersebut. Adapun perbedaan yang mendasar di antara keduanya adalah Mapserver merupakan perangkat lunak yang open source sedangkan ArcIMS merupakan perangkat lunak yang komersial. Perbedaan inilah yang memberikan nilai patokan yang baik untuk Mapserver dengan kelebihan yang dimiliki.
3 Perangkat lunak sebagai Sistem Manajemen Basis Data.
Untuk pengujian perangkat lunak sebagai Sistem Manajemen Basis Data dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu biaya lisensi dan perawatan dan kemampuan. Biaya lisensi dan perawatan dikatakan baik jika perangkat tersebut meminimalkan biaya dan kemampuan pengujian dikatakan baik jika perangkat lunak dapat menyimpan data spasial ke dalam suatu basis data relasional.
Perangkat lunak yang tersedia adalah MS SQL Server, MySQL dan PostgreSQL.
MS SQL Server mempunyai pustaka yang lebih banyak dibandingkan MySQL.
Hanya saja, tidak seperti MySQL yang bersifat open source, MS SQL Server merupakan perangkat lunak yang bersifat komersial. Nilai patokan yang baik dimiliki oleh PostgreSQL dalam Sistem Manajemen Basis Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan PostgreSQL merupakan perangkat lunak open source. Selain itu, PostgreSQL juga memiliki kemampuan untuk melakukan kueri secara spasial. Kemampuan PostgreSQL dalam menyimpan dan mengolah data spasial lebih unggul apabila dibandingkan dengan MySQL.
untuk meng-export data .shp ke dalam PostgreSQL, Mapserver sebagai perangkat lunak untuk pengembangan sistem berbasis web, dan PostgreSQL sebagai sistem manajemen basis data.
Perangkat keras yang dipilih disesuaikan dengan hasil survei yang telah dilakukan sebelumnya. Perangkat keras yang dipilih telah dianggap memenuhi syarat untuk pengembangan sistem, yaitu:
1 Prosesor Intel (R) Atom, 2 Memori 1 GB,
3 Harddisk 150 GB,
4 Monitor dengan resolusi 1024 x 768 pixel.
7 Perencanaan dan Perancangan Basis Data
Perancangan basis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap konseptual, logik, dan fisik. Pada tahap konseptual dilakukan identifikasi data yang dibutuhkan dan penyajian model data.
7.1 Perancangan Konseptual Basis Data 7.1.1 Indentifikasi Jenis Data
Jenis data yang digunakan yaitu data vektor. Salah satu format data vektor yang didukung Mapserver adalah shapefile sehingga semua data yang akan digunakan harus memiliki format shapefile (*.shp) untuk data spasial dan format dbaseIV (*.dbf) untuk data atribut. Format data ini dihasilkan menggunakan perangkat lunak ArcView GIS 3.3.
Bentuk data vektor yang digunakan dalam SIG Persebaran Hotspot Propinsi Kalimantan Tengah ini yaitu :
polygon, untuk danau dan ibukota,
line, untuk batas wilayah, garis kontur, sungai, jalan, dan garis pantai,
point, untuk hotspot, kota, dan bandara.
Data tersebut menjadi entity yang memiliki tipe entitas masing-masing dan saling berhubungan. Dalam basisdata spasial setiap entity dilengkapi dengan keterangan bentuk data spasial (point, line, polygon).
6 Akuisisi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak
Berdasarkan penilaian kinerja perangkat lunak berdasar fungsi khusus yang dilakukan dipilih ArcView sebagai perangkat lunak untuk mengolah data spasial dan QuantumGIS
7.1.2 Perancangan Logik Basis Data Perancangan logik basis data ditampilkan dalam diagram keterhubungan antartabel, dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel basis data dirancang sesuai dengan kebutuhan sistem. Daftar tabel basis data dapat dilihat pada Tabel 1.
11 Layer yang terbentuk dari hasil organisasi
data yaitu:
1 akalteng, berisi atribut batas wilayah dan panjang batas wilayah,
2 ckalteng, berisi atribut jenis kontur dan panjang garis kontur,
3 hkalteng, berisi atribut nama sungai, panjang sungai, dan ord sungai,
4 hotspotkalteng, berisi atribut longitude, latitude, tanggal, kabupaten, kecamatan, HPH, HTI, perkebunan, lithology, dan jenis tanah, berdasarkan data yang diperoleh dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) Bagian Penanganan Kebakaran Hutan,
5 kkalteng berisi atribut jenis jalan dan panjang jalan,
6 lkalteng berisi atribut panjang garis pantai, 7 nkalteng, berisi atribut nama kota yang
berada di Propinsi Kalimanatn Tengah, 8 pkalteng, berisi atribut nama danau, area,
perimeter, dan ord sungai,
9 skalteng, berisi atribut area dan perimeter Ibukota Propinsi,
10 zkalteng, berisi atribut nama bandara di Propinsi Kalimantan Tengah.
7.1.3 Perancangan Fisik Basis Data
Perancangan fisik dilakukan dengan menentukan tipe data dari tiap data atribut dan menyimpan data dalam bentuk yang dapat dengan mudah digunakan dalam sistem. Oleh karena itu, data spasial dan atribut disimpan dalam shapefile yang memiliki tiga format file
8 Pembangunan Basis Data
turunan yaitu *.shp, *.shx, *.dbf. Desain fisik berupa tabel tipe data dapat dilihat pada Lampiran 5.
8 Pembangunan Basis Data
Proses pembangunan basis data terdiri atas pengumpulan data spasial, pengolahan data, pengelompokan dan seleksi data, penambahan informasi, klasifikasi, konversi data shapefile ke dalam bentuk PostGIS, dan membuat database baru dalam PostgreSQL. Data spasial yang terkumpul untuk pengembangan sistem memiliki format vektor.
8.1. Pengolahan Data
8.1.1 Pengolahan Data pada ArcView Setelah dilakukan pengumpulan data atribut dan spasial Propinsi Kalimantan Tengah yang diperoleh dari Bakosurtanal dengan skala 1:1.000.000 dalam bentuk format .arc dan data hotspot yang diperoleh dari KLH Bagian Penanganan Kebakaran Hutan dalam format .xls, tahapan selanjutnya adalah mengolah data tersebut pada ArcView untuk mendapatkan data dalam format shapefile.
Untuk melakukan konversi format .arc ke format shapefile maka digunakan tools theme convert to shapefile. Untuk data hotspot yang diperoleh dalam format .xls maka file tersebut dikonversi menjadi format .dbf yang kemudian akan menjadi atribut dari format shapefile. Untuk mendapatkan format shapefile nya, data dbf yang merupakan hasil konversi sebelumnya dipanggil melalui tools add event theme yang kemudian di convert ke dalam format shapefile. Proses ini dilakukan
Nama Tabel Kegunaan
Akalteng Memberikan informasi mengenai batas-batas wilayah Ckalteng Memberikan informasi mengenai lokasi garis kontur Hkalteng Memberikan informasi mengenai sungai
Hotspotkalteng Memberikan informasi mengenai lokasi titik api Kkalteng Memberikan informasi mengenai jalan
Lkalteng Memberikan informasi mengenai garis pantai Nkalteng Memberikan informasi mengenai nama-nama kota Pkalteng Memberikan informasi mengenai danau
Skalteng Memberikan informasi mengenai lokasi ibukota propinsi Zkalteng Memberikan informasi mengenai lokasi bandara geometry_columns Identifikasi tabel yang memiliki atribut spasial spatial_ref_sys Referensi spasial dari kolom geometri Tabel 1 Basis Data SIG Persebaran Titik Api Propinsi Kalteng
12 sebelum konversi data shapefile ke format
SQL.
8.2 Konversi Data
Tahapan selanjutnya adalah memasukkan data shapefile ke database dengan melakukan konversi data shapefile ke basis data yang dipakai untuk pengembangan SIG, yaitu PostgreSQL terlebih dahulu. PostgreSQL bersifat open source yang mendukung PostGIS di dalamnya. PostGIS merupakan ekstensi PostgreSQL yang menawarkan kemampuan untuk mengelola data spasial.
Konversi data shapefile ke dalam PostGIS dilakukan dengan mengimport data. Proses import data dilakukan menggunakan QuantumGIS melalui plugin manager SPIT (Shapefile to PostgreSQL/PostGIS Import Tool). Hal ini akan mengkonversi bentuk data shapefile ke dalam bentuk tipe data PostgreSQL.
8.3 Pembangunan Basis Data pada PostgreSQL
Pembangunan basis data pada PostgreSQL diawali dengan membuat database kosong yang baru di PostgreSQL. Untuk proses pembuatan database di PostgreSQL dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Pembangunan basis data di PostgreSQL
Untuk pemasukan data ke dalam tabel basis data tidak perlu dilakukan lagi, karena pada saat melakukan import data shapefile ke format .sql pada QuantumGIS maka data tersebut sudah tersusun pada basisdata dengan nama tabel sesuai dengan nama format shapefile sebelumnya.
Setelah data spasial dimasukkan ke dalam basis data PostgreSQL langkah selanjutnya adalah memberikan gix index pada
masing-masing tabel. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses query. Untuk itu diperlukan suatu kolom yang unique pada suatu tabel geometri. Kemudian lakukan vacuum analyze untuk meng-update statistik geometri. Eksekusi perintah ini di menu SQL queries atau di Command Prompt PostgreSQL:
CREATE INDEX [tbl_name]_gist_index ON [tbl_name] USING GIST (the_geom GIST_GEOMETRY_OPS);
VACUUM ANALYZE [tbl_name]
(the_geom) ;
Kemudian dilanjutkan dengan membuat gid index pada masing-masing tabel.
CREATE INDEX [tbl_name]_gid ON [tbl_name] (gid);
Langkah CREATE INDEX GIST, VACUUM ANALYZE, dan CREATE INDEX GID tidak harus berurutan seperti yang dijelaskan di atas. Urutan pelaksanaannya tidak berpengaruh terhadap hasil keluarannya.
9 Integrasi dan Perancangan Antarmuka Sistem
9.1 Arsitektur Sistem
Perancangan arsitektur sistem didasarkan pada three tier architecture yaitu data tier, logic tier dan presentation tier. Arsitektur yang digunakan dalam pengembangan sistem dapat dilihat pada Gambar 9. Diagram hierarki Sistem Informasi Geografis Persebaran Hotspot Propinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7.
Pada Three Tier Architecture, Arsitektur paling bawah adalah server basis data itu sendiri (data tier). Pada lapisan ini terjadi konversi data dari data shapefile ke dalam PostGIS. Agar data pada DBMS PostgreSQL dapat ditampilkan pada aplikasi Mapserver, maka perlu dibuatkan mapfile (*.map) yang menyimpan konfigurasi untuk menampilkan data tersebut. Hasil konfigurasi mapfile tersebut dibangkitkan oleh Pmapper untuk menyajikan bentuk tampilan peta dengan menu navigasi yang interaktif dan dinamis.
Pada Mapserver terjadi konversi data shapefile ke tiff/jpeg sehingga Mapserver dapat menempatkan sebuah gambar peta statis pada halaman web. Gambar ditempatkan pada sebuah file dengan bentuk HTML. Proses dari tampilan Mapserver, konfigurasi mapfile pada Pmapper, dan penanganan komunikasi antara
13 client dan server terjadi pada lapisan logic
tier.
Pada presentation tier, lapisan ini bertanggung jawab dalam penyedia antarmuka ke pengguna yaitu web browser. Pada lapisan inilah client melakukan sebuah permintaan ke web server.
Keuntungan dari three tier architecture salah satunya adalah perubahan pada antarmuka pengguna tidak saling mempengaruhi satu sama lain, membuat suatu aplikasi mudah berevolusi untuk memenuhi kebutuhan baru.
Gambar 9 Arsitektur Sistem dengan Three Tier Architecture
9.2 Perancangan Antarmuka 9.2.1 Antarmuka halaman utama
Antarmuka halaman utama SIG Persebaran Hotspot Propinsi Kalimantan Tengah terdiri dari enam bagian, yaitu header, menu, form login, navigasi, content, berita, dan footer. Tampilan perancangan antarmuka halaman utama dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Antarmuka Halaman Utama 9.2.2 Antarmuka halaman peta
Antarmuka halaman peta terdiri dari delapan bagian yaitu header, search, tools, peta, navigasi, skala, layer dan legenda serta referensi. Pengguna dapat melakukan pemilihan layer dan informasi terkait pada bagian layer-legenda. Legenda berisi keterangan atau simbol dari peta. Pengguna dapat melakukan proses pencarian pada tombol search. Pada bagian tools terdapat pilihan download dan print peta. Bagian referensi berupa tampilan peta dasar.
Antarmuka pmapper memiliki default tampilan hanya satu field pada menu search.
Tampilan perancangan default antarmuka halaman peta digambarkan pada Gambar 11.
Gambar 11 Antarmuka Halaman Peta.
Berdasarkan kebutuhan untuk menampilkan peta persebaran lokasi hotspot perkabupaten berdasarkan rentang waktu tertentu maka dilakukan modifikasi pada
14 antarmuka default dengan menambahkan dua
field baru. Field pertama untuk kabupaten, field kedua untuk tanggal awal, dan field ketiga untuk tanggal akhir. Tampilan perancangan antarmuka halaman peta yang telah dimodifikasi digambarkan pada Gambar 12.
Gambar 12 Modifikasi Antarmuka Halaman Peta.
Fungsi pencarian pada default tool Pmapper hanya dapat melakukan pencarian dari suatu tabel pada satu field. Untuk mengubah default tool nya maka dilakukan modifikasi pada arsitektur pembangun framework Pmapper..
Modul-modul yang dimodifikasi berada pada direktori config dan direktori incphp.
Modul-modul tersebut adalah:
search.xml : merupakan modul yang berguna untuk menampilkan antarmuka pencarian pada halaman Pmapper.
search.php : modul ini merupakan fungsi yang diperlukan dalam aplikasi untuk proses pencarian.
Modifikasi yang dilakukan pada modul search.xml adalah dengan melakukan penambahan field pada antarmuka pencarian dengan menggunakan operator AND. Hasil modifikasi berupa tampilan tiga field pada menu pencarian yang terkoneksi dengan basis data. Modifikasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Fungsi Penambahan Field pada Menu Pencarian
Modifikasi yang dilakukan pada modul search.php adalah dengan membuat variabel baru yaitu $fc (field count) yang berfungsi untuk membangun fungsi pencarian berdasarkan interval tanggal yaitu tanggal awal dan tanggal akhir, dan kabupaten yang diinputkan pengguna. Modifikasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Pendefinisian Fungsi Interval Tanggal
10 Pengembangan Sistem
Komponen penting yang akan digunakan pada tahapan pengembangan ini adalah paket MapServer (MS4W) 2.3.1 yang dapat diunduh di www.maptools.org. Setelah berhasil men- download paket ms4w yang dikehendaki ekstraksi isinya ke direktori C:\ seperti pada Gambar 15. Kemudian eksekusi apache- install.bat untuk menginstal service Apache.
Apabila service sudah berjalan, maka akan terlihat proses httpd.exe pada jendela Task Header
Search
Na vig asi
Layer
&
Legenda
Referensi Peta
Skala
Tools Field 1 Field 2 Field 3
15 Manager Windows. Dapat dilihat dengan
membuka http://localhost pada web browser.
Gambar 15 Struktur paket MS4W.
Penambahan aplikasi baru ke dalam paket tersebut diletakkan di C:\ms4w\apps dalam satu folder baru, dan diperlukan konfigurasi ulang pada beberapa file di direktori C:\ms4w\apps\...\config, seperti file config.ini, php_config.php dan mapfile-nya, serta
penambahan file pada
C:\ms4w\Apache\htdocs dan C:\ms4w\httpd.d.
Setelah MapServer terinstal dan dapat menjalankan semua fiturnya dengan baik, dan semua data yang diperlukan dalam pengembangan sistem sudah lengkap, serta kebutuhan desain antarmuka sistem telah selesai, maka tahap penggabungan sistem dapat segera dilakukan. Halaman utama sistem yang dibangun dapat dilihat pada Gambar 16.
Menu-menu yang tersedia di dalam sistem ini dibuat dengan tujuan untuk mendukung dan melengkapi fasilitas SIG yang ada di dalamnya. Di bagian atas ada menu-menu utama yang terdiri atas Home, Buku Tamu, Kontak Kami dan Search. Halaman awal pada sistem ini adalah halaman Home yang berisi tentang Sekilas Kebakaran Hutan sebagai pembuka dan Berita.
Di sebelah kiri ada form login untuk administrator dan menu navigasi. SIG persebaran hotspot sendiri dapat di akses melalui submenu Peta Persebaran Hotspot pada menu Navigasi atau melalui link lihat peta persebaran hotspot di halaman Home.
Gambar 16 Halaman Utama Sistem
16 Submenu Kebakaran Hutan terdiri atas
Deskripsi, Penyebab, Zat Hasil Kebakaran Hutan, Dampak, Kerugian, Pengendalian, dan Tips. Submenu Sekilas Kalteng berisi tentang informasi wilayah Kalimantan Tengah.
Submenu Satelit AVHRR NOAA berisi tentang informasi satelit dalam peranan pengendalian kebakaran hutan. Submenu hotspot berisi tentang informasi hotspot yang menjadi objek deteksi dini dalam kebakaran hutan. Submenu Peta Persebaran Hotspot merupakan link menuju SIG Persebaran Hotspot Propinsi Kalimantan Tengah. Untuk menampilkan antarmuka halaman peta, data- data yang digunakan dikonversi dahulu ke format mapfile.
Struktur umum sebuah mapfile dapat dilihat pada Gambar 17. Mapfile secara umum terdiri atas pendefinisian objek map yang umumnya berisi tentang extension peta, size, dll, pendefinisian objek layer, pendefinisian objek class, pendefinisian objek style, dan pendefinisian objek label.
Gambar 17 Struktur umum mapfile (Kropla 2005).
Salah satu contoh pendefinisian objek layer dalam mapfile dengan tipe data polygon pada sistem yang terintegrasi dengan database dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18 Pendefinisian Objek Layer yang Terintegrasi Database Pendefinisian objek layer pada sistem yang terintegrasi dengan database PostgreSQL sedikit berbeda dengan pendefinisian objek layer pada sistem yang tidak terintegrasi dengan database yang datanya di-load langsung dari data shapefile-nya. Selain terdapat penambahan script CONNECTIONTYPE dan konfigurasi CONNECTION pada sistem yang terintegrasi dengan database, perbedaan lain juga terdapat pada penulisan script DATA.
Perbedaan lain yang tak kalah pentingnya, dan dapat mempengaruhi MapServer dalam menerjemahkannya adalah penulisan CLASSITEM dan RESULT_FIELD, pada sistem yang terintegrasi dengan database, CLASSITEM dan RESULT_FIELD ditulis dengan huruf kecil, sedangkan pada sistem yang tidak terintegrasi dengan database CLASSITEM dan RESULT_FIELD ditulis dengan huruf besar. Pendefinisian objek layer dalam mapfile dengan tipe data polygon pada system yang tidak terintegrasi dengan database dapat dilihat pada Gambar 19.
Perbedaan yang sederhana, namun mampu menimbulkan permasalahan dalam proses visualisasi yang dilakukan oleh MapServer.
Untuk sistem yang terintegrasi dengan database, apabila CLASSITEM dan RESULT_FIELD ditulis dengan huruf besar, maka MapServer tidak mampu memvisualisasikannya ke web browser untuk
MAP
… LAYER
…
CLASS
…
STYLE
…
END #AKHIR DEFINISI OBJEK STYLE
…
LABEL
…
END #AKHIR DEFINISI OBJEK LABEL
…
END #AKHIR DEFINISI OBJEK CLASS
…
END #AKHIR DEFINISI OBJEK LAYER
…
d t p t C d M d p t h t
disampaikan k tidak berhasi pengguna. U terintegrasi CLASSITEM dengan huruf k MapServer m dalam mapfil pengguna, nam tidak dapat b hanya memun tabel-tabel kos
Gambar 19 dengan T
kepada penggu il muncul d Untuk sistem
dengan dat dan RESULT kecil, tidak ter memvisualisas le untuk dita mun untuk fitur berjalan denga nculkan Query song.
9 Pendefinisian idak Terintegra
una, sehingga p di web brow m yang ti
tabase, apab T_FIELD dit rjadi masalah s
ikan kode-k ampilkan kep
r Identify(
an baik. Iden y Results den
n Objek Layer asi Database
Gamba peta wser dak bila tulis saat kode pada ) ntify ngan
A pada bagia pada 17.
Geog Kalim kateg 1 K K layer meng berbe 2 K K layer meng berbe 3 K K layer meng berbe 4 K K layer meng berbe
ar 20 Halaman
Antarmuka hal Gambar 2 an-bagian pada Lampiran 11 Pada halaman grafis Perseb mantan Teng gori layer, yaitu Kategori Peta B Kategori ini ter
r akalteng. L ggunakan le entuk line.
Kategori Garis K Kategori ini ter
r ckalteng. L ggunakan le entuk line.
Kategori Garis P Kategori ini ter r hkalteng. L ggunakan le entuk line berw Kategori Hotspo Kategori ini ter r hotspotkalten ggunakan le entuk point.
n Peta
laman peta d 0. Penjelasan a halaman peta
sampai deng n peta Sistem baran Hotspo
gah terdapat u:
atas Wilayah rdiri atas satu Layer pada egenda deng
Kontur rdiri atas satu Layer pada egenda deng
Pantai rdiri atas satu Layer pada genda deng warna biru.
ot
rdiri atas satu ng. Layer pada egenda deng
17 dapat dilihat n mengenai a dapat dilihat
an Lampiran m Informasi ot Propinsi t sembilan
u layer yakni kategori ini gan simbol
u layer yakni kategori ini gan simbol
u layer yakni kategori ini an symbol
u layer yakni a kategori ini gan simbol
18 Kategori ini terdiri atas satu layer yakni
layer hotspotkalteng. Layer pada kategori ini menggunakan legenda dengan simbol berbentuk point.
5 Kategori Jalan
Kategori ini terdiri atas satu layer yakni layer kkalteng. Jalan terdiri atas tiga jenis yaitu jalan arteri dua arah, jalan arteri, dan jalan kolektor. Ketiga jenis jalan ini disimpan dalam satu layer karena jalan saling berhubungan. Layer pada kategori ini menggunakan legenda dengan simbol berbentuk garis dengan warna abu.
6 Kategori Garis Pantai
Kategori ini terdiri atas satu layer yakni layer lkalteng. Layer pada kategori ini menggunakan legenda dengan simbol berbentuk line.
7 Kategori Kota
Kategori ini terdiri atas satu layer yakni layer nkalteng. Layer pada kategori ini menggunakan legenda dengan simbol berbentuk point.
8 Kategori Danau
Kategori ini terdiri atas satu layer yakni layer pkalteng. Layer pada kategori ini menggunakan legenda dengan simbol berbentuk polygon.
9 Kategori Ibukota
Kategori ini terdiri atas satu layer yakni layer skalteng. Layer pada kategori ini menggunakan legenda dengan simbol berbentuk polygon.
10 Kategori Bandara
Kategori ini terdiri atas satu layer yakni layer zkalteng. Layer pada kategori ini menggunakan legenda dengan simbol berbentuk point.
11 Pengujian Sistem
Secara fungsional, sistem dapat digunakan pada browser Internet Explorer 6, Mozilla Firefox 3.0 dan Safari 4. Administrator dan pengguna umum dapat menggunakan sistem ini sesuai dengan dengan hak akses dan tanggung jawab yang telah ditentukan. Sesuai dengan pembagian kategori pengguna, administrator mempunyai hak akses dan tanggung jawab melakukan manajemen basis data, hanya saja manajemen data spasial tidak dapat dilakukan secara langsung dalam sistem
ini dikarenakan batasan sistem. Untuk melakukan pengolahan dan pengeditan data spasial menggunakan perangkat ArcView.
Pengujian sistem dilakukan dengan menggunakan metode pengujian black-box.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah fungsi-fungsi yang ada dalam sistem berjalan dengan baik serta memeriksa terjadinya error pada saat sistem digunakan.
Pengujian ini dilakukan dengan memeriksa kesesuaian input dan output yang dihasilkan oleh sistem. Hasil pengujian yang didapat dari serangkaian pengujian yang dilakukan menyatakan bahwa sistem berhasil menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik.
Hasil pengujian selengkapanya dapat dilihat pada Lampiran 18.
12 Penggunaan dan Perawatan Basis Data Prosedur penggunaan sistem dibuat berdasarkan interaksi pengguna dengan sistem. Pada prosedur tersebut dijelaskan bagaimana interaksi antara pengguna dengan setiap halaman yang ada pada sistem.
Prosedur tersebut didokumentasikan dalam bentuk tulisan ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sistem Informasi Geografis Persebaran Hotspot Propinsi Kalimantan Tengah dikembangkan sebagai sistem yang menyediakan informasi mengenai lokasi persebaran Hotspot yang terdapat pada Propinsi Kalimantan Tengah, berbasi web, dinamis dan interaktif. Pengguna dapat memilih objek yang menjadi perhatian pengguna. Pengguna dapat mencari lokasi persebaran Hotspot perkabupaten berdasarkan interval waktu yang diinputkan pengguna.
Dikatakan dinamis karena dalam penyajiannya sistem ini dibangun menggunakan framework Pmapper yang menyediakan fungsi yang besar serta multiple untuk memanipulasi peta. Fungsi manipulasi peta yang tersedia yaitu mencari suatu lokasi persebaran Hotspot berdasarkan interval waktu tertentu, memperbesar dan memperkecil ukuran skala peta, melakukan cetak peta dalam bentuk PDF atau HTML, identifikasi layer secara automatis, melakukan pengukuran jarak, menambahkan objek baru dan mengambil informasi yang berkaitan dengan lokasi tersebut. Sistem ini berbasis