• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

 

BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 Data Biofisik

4.1.1 Kondisi Umum Tapak

Penelitian dilakukan di kawasan Bukit Cimanggu City yang terletak di kota Bogor, Kecamatan Tanah Sereal dan Bogor Barat, Kotamadya Bogor. Secara geografis, terletak pada 06.53°LS-06.56°LS dan 106.47°BT -106.78°BT. Kawasan ini dibatasi oleh Jalan Soleh Iskandar atau dikenal dengan Jalan Baru di bagian selatan, di selatan dibatasi Jalan Cilebut dan Desa Sukadamai, di bagian barat berbatasan dengan Desa Sukadamai sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Mekarwangi dan Cibadak. Kawasan ini terdiri dari area perumahan, area komersil, fasilitas umum, fasilitas sosial, prasarana serta lahan kosong yang masih dalam tahap pembangunan.

Kawasan Bukit Cimanggu City memiliki dua tipe zona permukiman (Gambar 20). Zona pertama yaitu permukiman yang berada di Bukit Cimanggu Villa sedangkan zona kedua yaitu permukiman yang berada di Green Land. Titik merah pada gambar merupakan batas pemisah antara dua zona permukiman sedangkan warna biru tua merupakan batas perumahan Bukit Cimanggu City.

Bukit Cimanggu City menerapkan sistem cluster berdasarkan kesamaan desain arsitektur pada bangunan rumah. Jenis-jenis cluster yang diidentifikasi pada perumahan Bukit Cimanggu Villa adalah Cluster Mediterania, Rafflesia, Royal Lakeside, Tropical Garden, Taman Permata, Taman Chrysant, Taman Bunga, dan Cluster Bali. Sedangkan cluster yang berada di Greenland Residence, yaitu Cluster River Park View, Valley Park View, Hills Park View dan Cluster Raya Kencana.

Kawasan permukiman Bukit Cimanggu Villa sudah selesai dibangun sementara permukiman Greenland masih dalam tahap pembangunan. Oleh karena itu, studi difokuskan pada Bukit Cimanggu Villa (Gambar 21).

 

(2)

 

Judul Penelitian

PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU EKOLOGIS DI KAWASAN

PERUMAHAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

Judul Gambar

Batas Perumahan Bukit Cimanggu City

Dibuat Oleh

Dian Khaerunnisa A44062918

Orientasi Dibimbing Oleh

Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si No Gambar 20 Legenda

Greenland

Bukit Cimanggu Villa

Batas

BUKIT CIMANGGU  VILLA 

GREENLAND 

Sumber : Pihak Pengembang Perumahan Bukit Cimanggu City

(3)

 

Judul Penelitian

PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU EKOLOGIS SEBAGAI HABITAT BURUNG DI KAWASAN

PERUMAHAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Judul Gambar

Peta Batas Penelitian Dibuat Oleh

Dian Khaerunnisa A44062918

Orientasi Dibimbing Oleh

Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si

No Gambar 21

Skala Legenda

Batas kawasan studi

Sumber Peta

QUICKBIRD 2006

Jalan Soleh Iskandar Desa Sukadamai

Desa Mekarwangi

(4)

4.1.2 Kondisi Biofisik Tapak 4.1.2.1 Bukit Cimanggu City

Bukit Cimanggu City dahulu dikenal sebagai Bukit Cimanggu Villa, dikembangkan oleh PT Perdana Gapura Prima (PGP) mulai tahun 1990. Luas areal kawasan ini 1.295.514 m² atau ±129 hektar dengan kisaran elevasi (ketinggian tanah dari permukaan laut) 194 m dari permukaan laut dengan slope kemiringan lahan 0-5

%. Kawasan perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) dahulu berada pada daerah yang berbukit dengan curah hujan per tahun mencapai 3500-4000 mm dan suhu rata- rata berkisar antara 23-30º C (Monografi Kelurahan Mekarwangi, 2009).

Menurut Mackinnon (1995), daratan pulau Jawa bagian barat merupakan penyedia ekosistem terestrial tropis dengan kelimpahan jenis burung yang tinggi yaitu 340 jenis bila dibandingkan dengan pulau Jawa bagian tengah dan timur yaitu 316 jenis dan 299 jenis. Daratan pulau Jawa bagian barat dikunjungi burung migran pada saat belahan bumi bagian utara mengalami musim dingin. Hal ini dikarenakan berada di kawasan tropis yang subur sehingga menjadi penyedia sumber daya pakan yang berlimpah dengan suhu yang hangat sepanjang tahun. Oleh karena itu, tapak yang berada di daratan pulau Jawa bagian barat memiliki potensi sebagai penyedia sumber daya pakan yang berlimpah untuk habitat burung.

4.1.2.2 Alokasi Ruang dan Lahan Tapak

Rencana umum pembangunan kawasan BCC terdiri dari pembangunan kawasan perumahan yang didukung oleh fasilitas-fasilitas publik. Apartemen, Driving range, shopping mall, pusat bisnis dan masih banyak pembangunan dari pengembangan lain di Bukit Cimanggu City, baik residensial, fasilitas umum dan sosial, commercial dan high rest project.

Batas kawasan tapak dalam rencana pengembangan kawasan terbangun oleh pengembang membentuk pola batasan kawasan yang memanjang (Gambar 22).

(5)

   

Judul Penelitian

PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU EKOLOGIS SEBAGAI HABITAT BURUNG DI KAWASAN

PERUMAHAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Judul Gambar

Peta Eksisting Bangunan

Dibuat Oleh

Dian Khaerunnisa A44062918

Orientasi Dibimbing Oleh

Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si

No Gambar 22

Skala Legenda

bangunan

Sumber Peta

QUICKBIRD 2006

(6)

Jumlah keluarga dalam tiap cluster dapat mencapai 20 hingga 50 keluarga.

Alokasi penggunaan lahan pada Bukit Cimanggu City tersaji pada Tabel 14.

 

Tabel 14. Penggunaan Lahan pada Bukit Cimanggu City

Tata Guna Lahan Luas (m2) Penggunaan (%) Perumahan Bukit Cimanggu City

a. Bukit Cimanggu Villa 915.644 70,7

b. Greenland 379.870 29,3

Jumlah 1.295.514 100%

Sumber : Master Plan Bukit Cimanggu City, Bogor

Tabel 15. Klasifikasi Tata Guna Lahan Bukit Cimanggu City

Klasifikasi Luas (m2) Penggunaan (%) Kavling Perumahan Efektif 527.876 39,0

Area Komersil 36.901 2,2

Prasarana Jalan & Fasos-Fasum 629.427 51,4

Rencana Pengembangan 101.310 7,4

Jumlah 1.295.514 100,0%

Sumber : Master Plan Bukit Cimanggu City, Bogor

Menurut wawancara dengan pihak pengembang, umumnya penghuni di perumahan lebih menyukai area taman atau ruang-ruang terbuka lainnya. Taman- taman kantung (vest pocket park) dan taman lingkungan dibentuk untuk menjawab kebutuhan tersebut. Taman-taman tersebut berfungsi untuk tempat berkumpul dan sebagai area terbuka hijau.

   Gambar 23 tersaji peta tata guna lahan kawasan Bukit Cimanggu City sedangkan pada Tabel 16 tersaji alokasi jenis ruang dan lahan untuk pemukim yang telah direncanakan oleh pihak pengembang. Berdasarkan fungsinya, peta tata guna lahan ruang dibagi menjadi tujuh ruang sedangkan jenis ruang yang direncanakan oleh pengembang terbagi menjadi tiga yaitu ruang bermukim, fasilitas umum dan infrastuktur. Selain jenis ruang dan alokasi lahan, pada tabel juga terdapat lokasi tiap- tiap ruang.

 

(7)

 

Judul Penelitian

PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU EKOLOGIS SEBAGAI HABITAT BURUNG DI KAWASAN

PERUMAHAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Judul Gambar

Peta Tata Guna Lahan

Dibuat Oleh

Dian Khaerunnisa A44062918

Orientasi Dibimbing Oleh

Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si No Gambar 23

Skala Legenda

Permukiman Ruang Terbuka Hijau

Area komersil

Area rekreasi

Masjid Kebun

Saluran drainase terbuka

(8)

Tabel 16. Alokasi Jenis Ruang dan Lahan untuk Pemukim yang Direncanakan Oleh Pengembang

Jenis Ruang Alokasi Lahan Lokasi ruang

Ruang bermukim Bangunan rumah

Taman Rumah

Menyatu dalam lingkungan cluster

Menyesuaikan dengan luas bangunan

Fasilitas Umum • Jalan

• RTH

a. Taman Lingkungan

b. Taman Ketetanggaan

c. Jalur Hijau

• Mesjid

• Areal Rekreasi Olahraga

• Kawasan Komersial

Menghubungkan

kelompok cluster pemukiman

Lokasi tersebar dengan jarak aksesibilitas yang tidak merata di tepi jalan ramai dan luas tidak konsisten sama

Lokasi tersebar dengan luas yang tidak merata dengan satu taman untuk per dua RT

Lebar rata-rata 1 hingga 2 meter

Lokasi ada di tepi jalan dengan aksesibilitas kurang terjangkau bagi pemukim

Lokasi berada di tengah pemukiman dan cukup mudah untuk diakses oleh pemukim

Lokasi berada di tengah pemukiman dan cukup mudah untuk diakses oleh pemukim

(9)

 

Infrastruktur • Pos satpam

• Jaringan kabel listrik dan telepon

• Saluran air bersih

• Saluran air drainase dan saluran air kotor

Lokasi tersebar pada pintu masuk tiap cluster dan fasilitas pemukiman Peletakan jaringan kabel listrik dan telepon di atas udara

Peletakan pipa air bersih ditanam di bawah tanah Saluran pembuangan air drainase terbagi menjadi dua yaitu terbuka dan tertutup

Sumber : Hasil Survey

Beberapa Ruang Terbuka Hijau yang terdapat pada kawasan permukiman Bukit Cimanggu City antara lain taman ketetanggaan, taman rumah, taman komunitas dan jalur hijau jalan (Gambar 24).  

   

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 24. RTH Permukiman: (a) Taman Ketetanggaan, (b) Taman Rumah, (c) Taman Komunitas, dan (d) Jalur Hijau Jalan

Tabel 16. Lanjutan

(10)

4.1.2.3 Iklim

Iklim yang digunakan pada penelitian berasal dari Badan Metereologi dan Geofisika (BMG) Balai Besar Wilayah II Stasiun Klimatologi Klas I, Dramaga Bogor. Data iklim diambil dalam kurun waktu sepuluh tahun yaitu dari tahun 1996- 2006. Data iklim kota Bogor dari tahun 1996-2006 terdapat pada Gambar 25.

Sumber : Data Klimatologi BMG

Gambar 25. Data Iklim kota Bogor Tahun 1996-2006

0 40 80 120 160 200 240 280 320 360 400

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Rata‐rata Bulanan Iklim Kota Bogor 1996‐2006

curah hujan (mm) kelembapan (%) suhu (C)

(11)

 

4.1.2.4 Saluran Drainase

Sistem drainase di Bukit Cimanggu City (BCC) dilengkapi dengan sistem drainase terbuka dan drainase tertutup (Gambar 26). Kanal-kanal air berfungsi sebagai tempat mengalirkan air yang berasal dari air hujan, saluran rumah tangga dan Marcopolo Water Park menuju ke kolam resapan atau danau. Kawasan BCC terdapat situ atau danau yang berfungsi sebagai daerah resapan air yang dapat menampung air dalam kapasitas yang cukup besar. Area danau ini terletak di Casa Grande. Luas area danau mencapai lebih kurang 7.360 m². Selain berfungsi sebagai area resapan air, situ tersebut dijadikan sebagai objek rekreasi.

Gambar 26. Aliran Drainase Permukiman BCC

4.1.2.5 Vegetasi

Vegetasi prasarana jalan dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berada di kawasan Bukit Cimanggu City dapat diidentifikasi berdasarkan letak cluster-cluster yang berada di kawasan perumahan. Pada kawasan Bukit Cimanggu Villa (BCV) terdapat 8 cluster sedangkan pada Green Land terdapat 6 cluster. Vegetasi pohon yang terdapat di Bukit Cimanggu Villa pada umumnya telah mengalami pertumbuhan yang optimal dan dapat diidentifikasi (Tabel 17) sedangkan vegetasi yang terdapat di Greenland sebagian besar masih dalam tahap pembangunan.

Tabel 17. Vegetasi Pohon di Bukit Cimanggu Villa

No. Cluster Vegetasi Pohon Nama Latin Pohon 1 Mediterania Cemara cunninghamii (Araucaria cunninghamii)

Palem raja (Roystonea regia)

Kamboja kuburan (Plumeria rubra)

(12)

2 Rafflesia Cemara norflok (Araucaria heterophilla)

Pinang (Areca catechu)

Biola cantik (Ficus lyrata)

3 Royal Lakeside Palem sadeng (Livistona chinensis)

Tabibuya (Tabebuya sp)

Chinese jupiter (Juniperus chinensis) 4 Tropical Garden Palem merah (Cyrtostachis renda)

Dadap merah (Erythrina cristagalli) 5 Taman Permata Palem botol (Mascarena lagenicaulis)

Cemara kipas (Thuja orientalis) 6 Taman Chrysant Palem putri (Veitchia merilii)

Kayu manis (Cinnamomun burmanii) Kerai payung (Felicium decipiens)

Krisan (Chrysanthemum sp.)

7 Taman Bunga Palem ekor tupai (Wodyetia bifurcata)

Kenanga (Cananga odorata)

Sikat botol (Callistemon cifrinus)

8 Bali Pisang hias (Heliconia sp)

Cempaka (Michelia champaca)

Ketapang (Terminalia catappa)

Kelapa (Cocos nucifera)

Sumber : Pihak Pengembang Perumahan Bukit Cimanggu City

Vegetasi semak dan penutup tanah yang banyak ditemukan di RTH publik pada kawasan BCC (Gambar 27) adalah Kana (Canna generalis), Ruelia tegak (Ruellia brittoniana), Sutra bombay (Portulaca grandiflora), Kucai (Carex morrowii), Lili paris (Chlorophytum sp), Siklok (Agave attenuate), Agave (Agave angustifolia), dan Rumput gajah (Axonopus compressus). Pada Gambar 28 tersaji peta persebaran vegetasi kawasan BCC.

Gambar 27. Beberapa Jenis Vegetasi di RTH Publik BCC  Tabel 17. Lanjutan

(13)

Legend

Sumber I

 

da Pohon Semak Groundcove Gabungan

r Peta

Interpretasi visua QUICKBIRD 2

er

al citra 2006

Judul Penelitian PERENCANA HIJAU EK HABITAT BU PE

DEPARTEMEN FAKUL INSTITUT

n

AAN RUANG T KOLOGIS SEBA

URUNG DI KA ERUMAHAN

ARSITEKTUR L LTAS PERTANIA T PERTANIAN BO

2011

ERBUKA AGAI AWASAN

LANSKAP AN

OGOR

J

D

O D

S

Judul Gambar P

Dibuat Oleh Dia

Orientasi Dibimbing Oleh

Ir. Qodari

Skala

Peta Vegetasi

an Khaerunnisa A44062918

ian Pramukanto, M No Gamb

M.Si bar 28

(14)

4.1.2.6 Topografi dan Tanah

Kawasan Bukit Cimanggu City (BCC) memiliki kemiringan yang pada umumnya datar yaitu berkisar 0%-5% . Kemiringan tersebut menjadikan kawasan BCC bebas dari bahaya erosi atau longsor. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (2004) tentang kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan kemiringan lereng, kedua kawasan perumahan tersebut telah memenuhi kriteria yaitu untuk lahan permukiman dibangun pada lahan dengan kemiringan 0-15%.

Menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor (dalam, Saputra, 2010) jenis tanah yang teridentifikasi di kawasan Bukit Cimanggu City merupakan jenis tanah Latosol.

Mahasiswa tidak melakukan uji lab terhadap tanah di daerah ini.

4.1.2.7 Kondisi Satwa

Data kondisi satwa yang diperolah melalui wawancara kepada orang yang berada di RTH dan memiliki intensitas tinggi di RTH. Pada taman ketetanggaan memiliki fasilitas pos satpam. Dari beberapa satpam dan penghuni yang telah diwawancara, diketahui jenis burung yang sering terlihat pada pemukiman.

Jenis burung berdasarkan hasil wawancara tersebut antara lain:

- Burung gereja (Passer montanus), - Burung emprit (Lonchura puntulata), - Burung kutilang (Pycnonotus aurigaster), - Burung merpati (Columba oenas),

- Burung perkutut (Geopelia striata), biasanya pada pagi hari - Burung sriti/walet rumah (Collocalia esculanta) ,

- Burung ciblek/prenjak jawa (Prinsa familiaris), setiap pagi dan - Burung hummingbird.

4.2 Analisis

4.2.1 Analisis Kebutuhan RTH untuk permukiman

Berdasarkan fungsinya, ruang terbuka hijau permukiman akan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu taman lingkungan, taman ketetanggaan (RT) dan halaman

(15)

 

rumah. Luas sampel dibandingkan dengan standard kebutuhan RTH dari PU (Tabel 18). Gambar 29 merupakan sampel taman ketetanggaan Bukit Cimanggu City sedangkan luas taman ketetanggaan/RT dan perbandingan dengan standard Menteri Pekerjaan Umum (2008) terdapat pada Tabel 19.

Tabel 18. Standard Kebutuhan RTH menurut PU

No Unit Tipe RTH Luas minimal

/unit (m²) Luas minimal

/unit (m²) Lokasi 1 250 jiwa Taman RT 250 1,0 di tengah 2 2500 jiwa Taman RW 1.25 0,5 di pusat kegiatan 3 30000 jiwa Taman 9 0,3 dikelompokan

4 120000 jiwa Taman 24 0,2 dikelompokan Pemakaman Disesuaikan 1,2 tersebar

5 480000 jiwa

Taman kota 144 0,3 di pusat wilayah/

Hutan kota Disesuaikan 4,0 di dalam/ kawasan Untuk fungsi-

fungsi tertentu

Disesuaikan 12,5 disesuaikan dengan kebutuhan Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.5 Tahun 2008

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 29. Sampel Taman Ketetanggaan / RT: (a) Sampel 1, (b) Sampel 2, (c)Sampel 3, dan (d) Sampel 4

(16)

Tabel 19. Luas Beberapa Sampel Taman Ketetanggaan

Taman

Ketetanggaan/RT Luas (m²) Keterangan Kebutuhan Ruang minimal berdasarkan PU

menjadi 250 m²/ unit Sampel 1 367.9493 - Satu taman untuk dua RT

- Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau = Luas minimal PU x Jumlah RT

E>S

Sampel 2 223.5442 E<S

Sampel 3 787.5076 E>S

Sampel 4 972.0216 E>S

Ket : E = Eksisting ; S = Standard

Berdasarkan hasil perbandingan, diketahui bahwa pada sampel 2 luas eksisting tidak mencukupi standard PU. Pada 2, luas eksisting RTH tidak mencukupi 26,4558 m² sehingga diperlukan adanya penambahan luas taman ketetanggaan untuk memenuhi standard PU. Gambar 30 merupakan gambar Taman Lingkungan Bukit Cimanggu City.

(a) (b)

(c)

Gambar 30. Taman Lingkungan: (a) Taman 1, (b) Taman 2, dan (c) Taman 3

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008, pada Tabel 20 tersaji hasil perhitungan luas RTH taman lingkungan kawasan Bukit Cimanggu City.

(17)

 

Tabel 20. Luas RTH taman lingkungan kawasan

Taman

Lingkungan Luas (m²) Keterangan Kebutuhan Ruang

minimal PU adalah 9000 m² Taman 1 2249.5346 BCC memiliki kurang dari 3000

KK

Jumlah penduduk kurang dari 30000 jiwa

Taman 2 2130.9228 Taman 3 3888.1305

8268.5879 E<S Ket : E = Eksisting ; S = Standard

Kawasan BCC memiliki jumlah penduduk kurang dari 30000 jiwa maka luas RTH taman lingkungan minimal yang harus dimiliki adalah sebesar 9000 m². RTH taman lingkungan yang dimiliki oleh BCC tersebar menjadi beberapa macam fungsi seperti taman olahraga, taman mesjid dan hijauan danau. Jumlah luas RTH taman lingkungan seluruhnya mencapai 8268,5879 m² sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa RTH taman lingkungan kawasan BCC belum memenuhi standard dari PU. Di kawasan BCC diperlukan penambahan luas taman lingkungan sebesar 731,4121 m² untuk memenuhi standard PU.

Pada tabel perbandingan dapat diketahui perlu adanya penambahan luas RTH.

Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan adanya kavling-kavling kosong tak terbangun atau tanah kosong secara permanen menjadi RTH dengan fungsi sebagai area sink (Gambar 31). Peta persebaran sampel RTH terdapat pada Gambar 32.

Gambar 31. Lokasi tempat usulan penambahan RTH

(18)

Judul Penelitian

PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU EKOLOGIS SEBAGAI HABITAT BURUNG DI KAWASAN

PERUMAHAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

Judul Gambar

Peta Sebaran Sampel RTH

Dibuat Oleh

Dian Khaerunnisa A44062918

Orientasi Dibimbing Oleh

Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si No Gambar 32 Legenda

RTH komunitas

RTH ketetanggaan

Halaman rumah

Bagian I Bagian II Bagian III

(19)

 

4.2.2 Analisis Kesesuaian Lahan untuk Bersarang

Luas RTH yang dibutuhkan oleh satwa burung untuk bersarang menggunakan teori dari The University of Montana (2010). Berdasarkan hasil perhitungan dibutuhkan area minimum seluas 401.3 meter² untuk keseluruhan area perlindungan penampung. Luas area perlindungan penampung (sink) didapatkan dengan menghitung luas area dengan menggunakan rumus lingkaran, sebagai berikut:

22

7 11.3 401.3 ²

Jari-jari lingkaran merupakan lingkaran terluar dari area perlindungan yaitu 11.3 meter. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka masing-masing RTH publik dapat dikelompokkan menjadi tipe-tipe habitat burung ideal.

Tabel 21. Jenis RTH dan Fungsi area yang dapat dikembangkan Jenis RTH Luas

(m²)

Perimeter

(m) L/2√A Fungsi Area Taman lingkungan 1 2640.2 596.3 3.3 Area perlindungan

(penampung) Taman lingkungan 2 2521.6 203.4 1.1 Area perlindungan

(penampung) Taman lingkungan 3 3885.3 274.7 1.2 Area perlindungan

(penampung) Sampel ketetanggaan 1 367.9 110.5 1.6 Koridor Sampel ketetanggaan 2 223.5 81.5 1.5 Koridor Sampel ketetanggaan 3 878.7 126.1 1.2 Area perlindungan

(penampung) Sampel ketetanggaan 4 1037.5 136.5 1.2 Area perlindungan

(penampung)

Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui bahwa kawasan Bukit Cimanggu City tidak memenuhi kriteria luas area perlindungan sebagai sumber (source). Dari tujuh sampel RTH taman, dua diantaranya tidak memenuhi luas sebagai area perlindungan penampung. Semakin besar nilai ratio maka semakin banyak edges yang tersedia.

Berpengaruh pada implikasi penyebaran tanaman dan pergerakan hewan, namun semakin besar edges maka gangguan yang akan diterima akan semakin banyak.

(20)

Koridor berfungsi untuk menyambungkan antar area perlindungan dan antara area perlindungan dan sumber (source). Semakin tinggi kerapatan vegetasi maka tingkat pergerakan burung akan semakin tinggi.

Pada Gambar 33 terlihat keterkaitan antar RTH yang dihubungkan oleh koridor. Koridor dapat berupa jalur pepohonan, semak atau berupa sungai kecil untuk burung air dan rawa.

Koridor yang ada pada kawasan BCC adalah koridor buatan. Menurut Bennett (1999), koridor buatan seperti tanaman pertanian, windbreaks atau shelterbelts, umumnya merupakan tanaman introduksi (non-indigenous atau eksotik). Tanaman yang ada bukan merupakan tanaman habitat asli kawasan BCC namun merupakan hasil penanaman dari pembukaan lahan permukiman. Beberapa lokasi di kawasan koridor terputus (tidak rapat) karena adanya koridor gangguan berupa jalan raya.

Jalur masuk ke kawasan BCC berada di bagian atas, bawah dan bagian kanan lokasi. Hal ini dikarenakan bagian kiri BCC didominasi oleh kawasan perumahan.

Arah masuk lokasi terdapat gangguan berupa tempat penampungan sampah (Gambar 34) sehingga dapat mengganggu pergerakan burung ke arah dalam BCC.

Gambar 34. Tempat penampungan sampah

4.2.3 Analisis Biofisik 4.2.3.1 Analisis Tanah

Berdasarkan data yang telah diperoleh, jenis tanah pada tapak adalah tanah latosol. Karakter jenis tanah latosol tersaji pada Tabel 22.

(21)

Legend

 

da

Koridor Hija Koridor biru Sumber RTH sampel Jalur masuk b Batas permuk au

burung kiman BCC

Judul Penelitian PERENCANA HIJAU EK HABITAT BU PE

DEPARTEMEN FAKUL INSTITUT

n

AAN RUANG T KOLOGIS SEBA

URUNG DI KA ERUMAHAN

ARSITEKTUR L LTAS PERTANIA T PERTANIAN BO

2011

ERBUKA AGAI AWASAN

LANSKAP AN OGOR

J

D

O D

S

Judul Gambar

Dibuat Oleh Dia

Orientasi Dibimbing Oleh

Ir. Qodari

Skala

Koridor

an Khaerunnisa A44062918

ian Pramukanto, M No Gamb

M.Si ar 33

(22)

Tabel 22. Karakter jenis tanah latosol

Jenis karakter Latosol

A. Karakter fisik 1. Bahan induk 2. Proses pembentukan 3. Corak

a.warna

b.ketebalan (solum) c.horizon 4. Struktur 5. Tekstur 6. Konsistensi 7. Sifat kepekaan erosi

Tuf volkan dan Volkan Laterisasi

Merah 1.5-10 Terselubung (tidak nyata) Remah sampai gumpal lemah

Liat berpasir Gembur dan homogeny (tetap)

Rendah B. Karakter Kimia

1. Kemasaman (pH) 2. Kandungan BO (%) 3. KB (%)

4. KTK (me/100 g) 5. Daya absorbs 6. Mineral liat penyusun 7. Kandungan unsur hara 8. Permeabilitas 9. Kejenuhan Al(%)

Masam (pH 4) 1.0 (sedang) 65 (sedang)

40 (tinggi) 15-25 (m.s) (sedang)

Kaolinit Sedang Tinggi 20 (rendah) C. Karakter Biologi

Aktivitas biologi Baik

D. Tipe vegetasi Hutan tropis

Sumber: Soepraptohardjo, 1961

Pada Tabel 22 disebutkan bahwa jenis tanah latosol berdasarkan karakter fisiknya dari bahan induk tuf volkan dan volkan menyediakan mineral hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Struktur, tekstur, dan konsistensinya mempunyai sifat yang baik untuk aerasi udara tanah bagi akar tanaman. Kepekaan yang rendah menunjukan tanah dapat ditanami dengan semua karakter fisik tanaman. Berdasarkan karakter kimianya tanah tergolong subur dengan ketersediaan ion-ion mineral yang penting.

Kesuburan tanah akan semakin baik dengan usaha pengapuran dan penambahan bahan organik. Kemampuan serap dan resap tanah yang tinggi diimbangi permeabilitasnya yang tinggi. Karakter biologinya menunjukan aktivitas biologi yang menunjang kesuburan tanah dan vegetasi yang cocok dengan tanah tersebut adalah vegetasi hutan hujan tropis.

Kemiringan yang relatif datar memudahkan usaha pengembangan kawasan permukiman. Kondisi kemiringan yang cukup datar meminimalkan terjadinya erosi tanah sehingga vegetasi pengisi RTH yang direncanakan dapat dihadirkan dari jenis yang beragam.

(23)

 

4.2.3.2 Analisis Vegetasi

Berdasarkan data yang telah diperoleh, data vegetasi akan dibagi menjadi tiga jenis RTH yaitu RTH taman lingkungan, RTH taman ketetanggaan dan RTH halaman rumah.

4.2.3.2.1 Taman lingkungan a. Casa Grande

Jenis RTH taman lingkungan Casa Grande (Gambar 35) adalah taman yang mengelilingi danau atau situ resapan air buatan. Casa Grande dibatasi oleh Cluster Victoria di sebelah utara, di sebelah selatan berbatasan dengan Marcopolo Water Park sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan perkampuan desa Sukadamai.

Casa Grande memiliki luas ±1,2 ha. Alokasi pemakaian untuk RTH sebesar 2249.5346 meter², danau sebesar 7360 meter² dan sisanya dipakai untuk lain-lain.

Gambar 35. Taman lingkungan Casa Grande

(24)

Berdasarkan Tabel 23, taman didominasi oleh tanaman penghasil pakan berupa biji-bijian. Tanaman-tanaman penghasil biji tersebut diantaranya cemara norflok (Araucaria heteropylla), Chinese Jupiter (Juniperus chinensis), trembesi (Samanea saman), Ruelia tegak (Ruellia brittoniana), kucai (Allium schoenoprasum), lili paris (Chlorophytum camosum), kacang-kacangan (Arachis pintoi), dan rumput gajah (Axonopus compressus). Hal ini berarti jenis burung pemakan biji seperti burung gereja, perkutut, emprit/pipit dan merpati berpotensi untuk dikembangkan dalam kawasan Bukit Cimanggu City.

Tabel 23. Jumlah ragam tanaman berdasarkan kriterianya

Lokasi Taman

Danau

Lapangan Tenis

Taman Masjid

Jumlah ragam tanaman 16 5 24

Jenis pakan yang dihasilkan

Biji 8 5 10

Buah 2 6

Penarik serangga 1 1 10

Nektar 6 4

Tipe arsitektural

Nezeran 2 2 5

Roux 2 1

Rauh 3 1 6

Altim 5

Tinggi tanaman (Strata ke-)

1 7 2 3

2 2 3

3 4 1 8

4 2 6

5 2 2 5

Tipe arsitektural pohon yang terdapat pada taman lingkungan danau ada tiga macam yaitu nezeran, roux dan rauh. Tipe arsitektural roux terdapat lebih banyak dibanding tipe arsitektural lain. Rosana (2005) menyatakan bentuk tajuk tipe roux yang tertutup dan tipe percabangan yang kontinyu pada batang utama menyebabkan tipe ini lebih sering digunakan burung untuk bertengger. Tipe rauh memiliki tipe

(25)

 

percabangan sekunder dengan bentuk tajuk tertutup digunakan sebagai tempat bersarang sedangkan tipe nezeran yang terbuka kurang disukai oleh burung.

Handayani (1995) mengelompokkan tinggi tanaman ke dalam beberapa strata yaitu strata 1 (0 - 0,6 m), strata 2 (0,6 - 1,8 m), strata 3 ( 1,8 – 4,5 m), strata 4 (4,5 – 15 m) dan strata 5 ( >15 m). Taman lingkungan Casa Grande memiliki ketinggian beragam yang berarti memiliki fungsi bermacam-macam. Taman ini didominasi oleh oleh strata 1 yaitu dengan tinggi tanaman 0- 0,6 meter sehingga taman ini lebih sering digunakan untuk bermain dan mencari pakan. Jenis burung yang menggunakan strata 1 dan 2 adalah prenjak, kutilang dan burung gereja. Strata 3 dan 4 digunakan untuk istirahat, bersarang dan bersembunyi.

Taman lingkungan Casa Grande memiliki keragaman jenis tanaman yang beragam yaitu pohon, semak dan pohon. Tipe arsitektural pohon dan tinggi tanaman yang ada pada taman lingkungan Casa Grande memiliki keragaman yang cukup tinggi dengan dominasi pakan yang dihasilkan berupa biji-bijian. Oleh karena itu, taman lingkungan Casa Grande dapat dikembangkan untuk habitat burung jenis pemakan biji.

b. Lapangan Tenis

Lapangan tenis Bukit Cimanggu City terletak bersebelahan dengan Marcopolo Water Park. Taman lingkungan yang berbentuk lapangan tenis dibuat untuk digunakan oleh penghuni Bukit Cimanggu City. Luas lapangan tenis adalah sebesar 2130.9228 meter². Secara umum, bentuk taman lingkungan lapangan tenis terdapat pada Gambar 36.

Taman lingkungan lapangan tenis memiliki luas RTH sekitar 70-80% dari luasnya sedangkan sisanya berupa perkerasan, bangunan dan pedestrian. Pada Gambar 36 diketahui bahwa tanaman taman lingkungan lapangan tenis didominasi oleh tanaman pinus dan penutup tanah. Daftar klasifikasi tanaman yang ada di lapangan tenis terlampir.

(26)

Gambar 36. Lapangan Tenis

Berdasarkan Tabel 23, jenis pakan yang dominan dihasilkan adalah tanaman biji-bijian. Semua tanaman yang ada di RTH taman ini merupakan penghasil biji- bijian. Tipe arsitektur yang dimiliki adalah tipe nezeran dan rauh. Tipe rauh memiliki tipe percabangan sekunder dengan bentuk tajuk tertutup digunakan sebagai tempat bersarang sedangkan tipe nezeran yang terbuka kurang disukai oleh burung.

Tinggi pohon yang dimiliki oleh taman ini kurang beragam karena hanya memiliki dua strata yaitu strata satu dan lima. Strata ke-satu memiliki fungsi untuk tempat bermain burung dan mencari pakan sedangkan strata 5 banyak digunakan oleh jenis burung yang menyukai tajuk pohon, baik mencari makan, bersarang maupun beristirahat.

Keragaman tanaman yang dimiliki oleh RTH taman lingkungan lapangan tenis dinilai kurang beragam karena hanya memiliki dua jenis tanaman yaitu pohon

(27)

 

dan penutup tanah. Tipe percabangan yang dimiliki yaitu rauh, mendominasi tanaman yang ada di tapak, menjadikan taman lingkungan dapat dikembangkan sebagai tempat bersarang habitat burung. Tanaman yang dimiliki RTH taman ini merupakan penghasil biji-bijian sehingga dapat mengundang burung pemakan biji. Oleh karena itu, RTH di taman ini lebih cocok digunakan sebagai habitat burung, singgah dan bertengger burung pemakan biji-bijian.

c. RTH Taman Masjid

RTH Taman masjid bersebelahan dengan masjid di sebelah timur, kantor polisi di sebelah utara, taman ketetanggaan di sebelah barat dan sungai di selatan.

Luas yang dimiliki taman masjid adalah sebesar 3888.1 meter². Taman ini merupakan taman pasif karena 90% dari wilayahnya merupakan ruang terbuka hijau dan jarang diadakan kegiatan aktif didalamnya. Berdasarkan papan penunjuk/informasi, status lahan ini sudah dikembalikan ke Pemda kota Bogor. Gambar 37 merupakan gambar eksisting tanaman di taman masjid.

Vegetasi yang dimiliki oleh taman masjid paling beragam bila dibandingkan dengan ragam vegetasi di RTH taman lain. Jumlah ragam vegetasi yang dimiliki ada 24 (dua puluh empat) jenis tanaman. Pakan yang dominan dihasilkan pada taman ini adalah pakan biji-bijian dan penarik serangga sehingga dapat menarik beragam jenis burung.

Tipe arsitektural rauh dan altim membuat taman ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai area bersarang burung. Bentuk tajuk yang tertutup dengan percabangan sekunder dapat menjadi sarang yang paling bagus untuk burung beristirahat dan bersarang. Strata tanaman yang dimiliki didominansi oleh tanaman dengan strata 3 yang biasa digunakan untuk istirahat bersarang dan sembunyi.

Sedangkan banyaknya penutup tanah berupa alang-alang sangat disukai oleh jenis burung prenjak, kutilang dan burung gereja.

(28)

Gambar 37. RTH Taman Masjid

(29)

 

4.2.3.2.2 Taman Ketetanggaan/ Taman RT

Rata-rata tanaman yang ada berupa penghasil pakan biji-bijian dan buah- buahan. Tanaman penghasil biji-bijian pohon pinus (Pinus merkusii) dan tanaman buah-buahan pohon mangga (Mangifera indica) banyak terdapat di taman RT.

Pada 2 (dua) taman sampel, arsitektural pohon yang dimiliki didominasi oleh tanaman nezeran dan rauh. Jenis arsitektural nezeran yang terbuka, membuat taman dapat digunakan sebagai tempat bertengger sedangkan tipe arsitektural rauh membuat taman dapat digunakan sebagai tempat bersarang.

Oleh karena itu, ada beberapa taman RT yang dapat dikembangkan sebagai area perlindungan burung penampung. Hal ini dapat terlaksana bila tanaman yang dimiliki oleh taman RT lebih beragam. Pakan yang dihasilkan membuat jenis taman dapat dikembangkan untuk 2 (dua) jenis burung yaitu burung pemakan biji dan buah.

Gambar 38- 41 merupakan gambar sampel eksising taman RT.

a. Sampel 1

Gambar 38. Sampel RT-1

Pohon kayu manis   (Cinnamomun burmanii) Pohon nangka   (Artocarpus heterophyllus)

Pohon tanjung  (Mimusops elengi) Pohon ketapang  (Terminalia catappa) Cemara cunninghamii  (Araucaria cunninghamii)

Pohon pepaya  (Carica papaya)

Pohon kamboja  (Plumeria sp.)  Pohon mangga  (Mangifera indica L.) 

Alang‐alang  (Imperata cylindrica)  Pos satpam 

(30)

b. Sampel 2

5.1.3.3 Analisis Iklim

Gambar 39. Sampel RT-2

c. Sampel 3

Gambar 40. Sampel RT-3

Pohon mangga  (Mangifera indica L.)  Pohon kersen  (Muntingia calabura.)  Pohon nangka   (Artocarpus heterophyllus)  Pohon tanjung  (Mimusops elengi) 

Alang‐alang  (Imperata cylindrica) 

Cemara norflok  (Araucaria heteropylla) 

Pohon dadap merah  (Erythrina cristagalli) 

Soka  (Ixora sp.) 

Melati costa  (Jasminum sp.) 

Hanjuang  (Cordyline sp.) 

Palem raja  (Roystonea regia) 

Teh‐tehan  (Acalypha macrophylla) 

Pos kesehatan  Rumput gajah  (Axonopus compressus) 

(31)

 

d. Sampel 4

Gambar 41. Sampel RT-4

4.2.3.2.3 Taman Halaman Rumah

Lokasi sampel halaman rumah terbagi dalam 3 (tiga) wilayah dengan masing- masing bagian terdiri dari tiga sampel rumah. Sampel taman rumah yang diperoleh terdiri dari 2 (dua) rumah kecil, 4 (empat) rumah besar dan 3 (tiga) rumah sedang.

Rumah dengan tipe kecil hanya memiliki satu hingga dua pohon yang berjenis pohon penghasil buah-buahan yaitu pohon mangga dan pohon ceri. Bahkan pada salah satu sampel rumah tidak terdapat ditemukan tanaman didalamnya. Luas taman yang terbatas membuat tipe rumah kecil hanya dapat dijadikan koridor.

Pada tipe rumah sedang, tanaman yang ditemukan rata-rata didominasi oleh jenis penutup tanah dan semak. Jenis pakan yang dihasilkan tiap rumah sampel berbeda. Pada sampel W5-19, tanaman yang dominan adalah tanaman berbunga sedangkan pada sampel V4-10, tanaman didominasi jenis tanaman berbiji.

Tipe rumah besar memiliki keragaman tanaman yang cukup tinggi. Pada sampel A3-9 dan R3-1, tanaman yang dominan adalah jenis penghasil buah yaitu

Cemara norflok  (Araucaria heteropylla)  Pohon kersen  (Muntingia calabura) 

Teh‐tehan  (Acalypha macrophylla)  Pohon kayu manis   (Cinnamomun burmanii) 

Pohon tanjung  (Mimusops elengi)  Pohon pinus  (Pinus merkusii) 

Bugenvil  (Bougainvillea sp.) 

Palem raja  (Roystonea regia) 

Sengon 

(Paraserianthes falcataria) 

Batu 

(32)

tanaman mangga dan pohon ceri sedangkan sampel H16 dan N8-9 didominasi oleh tanaman penghasil biji-bijian yaitu pinus.

Jenis-jenis tanaman yang ada pada halaman rumah dipengaruhi oleh besarnya luas rumah sehingga tanaman yang ada kebanyakan berupa penutup tanah dan semak.

Pohon-pohon yang ditanam rata-rata adalah tanaman penghasil buah-buahan agar dapat dikonsumsi oleh pemilik rumah. Ketersediaan tanaman dianggap kurang memiliki manfaat bila tidak dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Hal ini membuat minimnya luas halaman rumah dan banyaknya perkerasan.

Terbatasnya luas area taman dan jenis tanaman pada rumah, membuat area rumah hanya dapat dikembangkan sebagai koridor. Pada Tabel 24 terdapat jumlah ragam jenis tanaman dengan kriterianya yang berada di RTH halaman rumah.

Tabel 24. Ragam jenis tanaman dengan kriteria di RTH halaman rumah

Lokasi A3-9 H16 R3-1 M3-23 L4-07 N8-9 W5-19 T6-7 V4-10

Jumlah ragam tanaman 9 4 4 4 8 4 6 3 5

Jenis pakan yang dihasilkan

Biji 2 1 2 1 3 1 1 3

Buah 4 1 1 1 2 1 1 1

Penarik serangga

2 1 2 1 4 1 1 1 1

Nektar 2 1 2 1 1 1 2

Tipe arsitektural

Nezeran 2 2 2 1 2 1 2

Roux

Rauh 1 1 1 1 1

Altim 2 1 1 1 1 1

Tinggi tanaman (Strata ke-)

1 3 1 3 2 2

2 2 1 1

3 2 1 1 1

4 2 1 2 1 2 1

5 3 3 1 2 2

(33)

 

a. Segment I

Bagian I terdapat di bagian selatan tapak. Lokasi sampel RTH di bagian I terdapat pada Gambar 42. Pada gambar 43, 44 dan 45 merupakan contoh sampel halaman rumah. Berikut adalah gambar ilustratif sampel RTH Halaman Rumah Bagian I.

Gambar 42. Segment 1 Master plan

Gambar 43. Sampel Blok A3-9

Pohon mangga  (Mangifera indica L.)  Pohon kersen  (Muntingia calabura)  Pohon dadap merah  (Erythrina cristagalli)  Pohon saputangan  (Maniltoa grandiflora) 

Pohon pepaya Iris  (Iris sp.)  Pohon saputangan  (Maniltoa grandiflora) 

Teh‐tehan  (Acalypha macrophylla) 

H16  R3‐1 

A3‐9 

(34)

Gambar 44. Sampel Blok H16

Gambar 45. Sampel Blok R3-1

b. Segment II

Segment II terdapat di bagian selatan tapak. Lokasi sampel RTH di segment II terdapat pada Gambar 46. Pada Gambar 47, 48 dan 49 merupakan contoh sampel halaman rumah.  Berikut adalah gambar ilustratif sampel RTH Halaman Rumah Bagian II.

Gambar 46. Segment 2 Master plan

Cemara norflok  (Araucaria heteropylla) 

Palem putri  (Araucaria heteropylla)  Pohon mangga  (Mangifera indica L.) 

Agave

Palem raja  (Roystonea regia)  Cemara angin  (Casuarina equisetifolia) 

Pohon belimbing  (Averrhoa carambola L.)  Palem merah  (Cyrtostachys lakka Becc.) 

M3‐34  L4‐07  N8‐9 

(35)

 

Gambar 47. Sampel Blok M3-23

Gambar 48. Sampel Blok L4-07

Gambar 49. Sampel Blok N8-9

Pohon kersen  (Muntingia calabura) 

Agave

Pohon mangga  (Mangifera indica L.)  Pohon nangka  

(Artocarpus heterophyllus)  Pinus

(Pinus merkusii.) 

Teh‐tehan (Acalypha macrophylla)  Soka

(Ixora sp.) 

Pohon mangga  (Mangifera indica L.) 

Palem raja  (Roystonea regia) 

Cemara norflok  (Araucaria heteropylla) 

Teh‐tehan  (Acalypha macrophylla)  Pohon jambu air 

( Syzgium aqueum) 

Bugenvil (Bougenvillea sp.) 

Pohon rambutan  (Nepheliium lappaceum)   

(36)

c. Segment III

Segment III terdapat di bagian selatan tapak. Lokasi sampel RTH di segment III terdapat pada Gambar 50. Pada gambar 51, 52 dan 53 merupakan contoh sampel halaman rumah. Berikut adalah gambar ilustratif sampel RTH Halaman Rumah Bagian III.

Gambar 50. Segment 3 Master plan

Gambar 51. Sampel Blok W5-19

Gambar 52. Sampel Blok T6-7

Pohon mangga  (Mangifera indica L.)  Pohon mangga 

(Mangifera indica L.) 

Pohon tabebuya  (Tabebuia aurea) 

Pohon kupu‐kupu  (Bauhinia purpurea)  Teh‐tehan  (Acalypha macropyhlla) 

Kucai 

(Allium scoenoprasum)  Teh‐tehan  (Acalypha macropyhlla) 

W5‐19  T6‐7  V4‐10 

Soka  (Ixora sp.) 

(37)

 

Gambar 53. Sampel Blok V4-10 4.2.3.3 Iklim

4.2.3.3.1 Suhu

Rata-rata suhu selama sepuluh tahun dari tahun 1996 hingga tahun 2006 adalah 26 ºC. Suhu udara untuk burung di daerah tropis bertahan berkisar 25 – 30º C.

Hal ini menunjukan bahwa suhu pada tapak memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi RTH ekologis untuk burung. Berdasarkan grafik temperatur di atas dapat diketahui terjadi peningkatan suhu beberapa tahun terakhir. Penambahan satu kanopi pohon sebesar 1 meter persegi dapat menurunkan suhu sebesar 0.06 ºC. Hal ini menunjukan perlunya penambahan pohon untuk menghindari kenaikan suhu yang dapat berpengaruh pada populasi burung.

4.2.3.3.2 Curah Hujan

Berdasarkan data BMG Dramaga, rata-rata curah hujan selama sepuluh tahun dari 1996 hingga 2006 memiliki rata-rata 321 mm/tahun. Banyaknya curah hujan mempengaruhi intensitas burung untuk migrasi, makan, bertelur dan berkembang biak. Berdasarkan Van Hoeve (1989), burung dapat bertahan pada suhu yang beragam, namun waktu burung keluar dari sarang adalah saat bulan kering. Curah hujan yang rendah menandakan keadaan dimana burung dapat keluar dari sarangnya untuk makan, migrasi dan berkembang biak. Hal ini terjadi pada bulan Agustus hingga September dimana debit air hujan mengalami penurunan dibanding bulan lainnya. Sedangkan bulan lainnya memiliki debit air hujan yang cukup tinggi dan

Pohon mangga  (Mangifera indica L.)  Palem putri  (Araucaria heteropylla)  Cemara norflok  (Araucaria heteropylla)  Teh‐tehan  (Acalypha macropyhlla) 

Kucai 

(Allium scoenoprasum) 

(38)

tidak mengalami perubahan yang signifikan disebut juga bulan basah yang menandakan keadaan dimana burung sedang berteduh dan jarang keluar dari sangkarnya. Dapat disimpulkan bahwa bulan Agustus hingga September adalah bulan yang paling berpotensi untuk melihat burung di kawasan ini.

Schmidt-Fergusson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim. Iklim pada tapak sesuai dengan teori Schmidt-Fergusson yaitu tipe iklim A (sangat basah) dan jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis. Oleh karena itu jenis vegetasi yang sesuai dengan keadaan iklim di tapak adalah jenis vegetasi hutan hujan tropis.

4.2.3.3.3 Kelembaban

Kelembaban rata-rata adalah 84%. Hal ini berarti kelembapan pada kawasan Bukit Cimanggu City sudah sesuai untuk habitat burung yang memerlukan kelembaban tinggi.

4.2.3.4 Analisis Drainase

Berdasarkan penelitian Wiens dan Rottenberry (2008), burung-burung di alam mempunyai perilaku mendekati air bersih yang tergenang. Oleh karena itu, ketersediaan air bersih untuk mandi dan minum merupakan hal yang penting. Saluran drainase (Gambar 54) berupa saluran air terbuka yang dangkal untuk daerah perlindungan dan transisi burung menyediakan aliran air bagi satwa burung. Burung- burung dapat memanfaatkan aliran air terbuka tersebut untuk kebutuhan hidupnya akan air sesaat setelah turun hujan. Selain itu, saluran air terbuka dengan bentuk konstruksi yang permukaannya merupakan hamparan rumput dan bukan dengan perkerasan beton dapat memungkinkan terjadinya peresapan air ke tanah. Pada daerah yang tinggi intensitas penggunaannya, drainase tertutup lebih diutamakan karena lebih aman, nyaman dan lebih efisien dalam penggunaan ruang. Pada lingkungan permukiman, penggunaan drainase tertutup dapat digunakan pada bagian bawah pedestrian yang berdampingan dengan jalur hijau.

(39)

 

Judul Penelitian

PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU EKOLOGIS SEBAGAI HABITAT BURUNG DI KAWASAN

PERUMAHAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Judul Gambar

Peta Saluran Drainase

Dibuat Oleh

Dian Khaerunnisa A44062918

Orientasi Dibimbing Oleh

Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si

No Gambar 54

Skala Legenda

Saluran drainase terbuka Primer

Saluran drainase terbuka Sekunder

Saluran drainase terbuka tersier

Danau

Batas permukiman BCC

(40)

4.3 Sintesis

Kawasan Bukit Cimanggu City dapat dikembangkan sebagai area perlindungan penampung (sink). Menurut Wiens dan Rotenberry (1981), lokasi RTH yang direncanakan dianggap sebagai suatu ruang dengan populasi penampung (sink population). Populasi sumber (source population) merupakan populasi yang menempati habitat yang sesuai untuk berkembang biak. Dalam hal ini ukuran populasi penampung dipertahankan dengan perpindahan-perpindahan dari populasi sumber dan sebaliknya individu-individu dari populasi penampung dapat berpindah mengisi kekosongan-kekosongan yang terjadi pada habitat populasi sumber di dekatnya. Ruang habitat burung secara horizontal terdiri dari daerah perlindungan, daerah transisi dan koridor. Daerah perlindungan merupakan daerah dengan sedikit gangguan dan mencakup wilayah cukup luas dan aman bagi burung. Gambar 55 merupakan teori sink dan source satwa burung Wiens dan Rotenberry yang diterapkan pada tapak.

Gambar 55. Teori area penampung-sumber (sink-source) Wiens dan Rotenberry yang diterapkan pada BCC

Pada gambar di atas, kawasan permukiman Bukit Cimanggu City adalah area perlindungan penampung (sink) burung yang berpindah dari area perlindungan sumber (source). Ini merupakan bentuk sistem RTH ekologis secara makro sedangkan untuk skala mikro, bentuk sistem RTH ditekankan ke dalam RTH permukiman Bukit Cimanggu City.

Bukit  Cimanggu 

City

Penamp

Sumber  Sumber 

Sumber 

(41)

 

Kesesuaian lahan permukiman dapat dikembangkan menjadi 3 (tiga) yaitu kurang sesuai, sesuai dan cukup sesuai. Peta kesesuaian lahan merupakan hasil dari proses analisis. Mengenai kriteria kesesuaian lahan, masing-masing akan dijelaskan pada Tabel 25.

Tabel 25. Tingkat kesesuaian lahan BCC sebagai habitat burung Tingkat

Kesesuaian Lahan

Ketentuan*

Sesuai

Luas memenuhi syarat sebagai area penampung

Taman yang memiliki jenis vegetasi beragam (pohon, semak, penutup tanah)

Aktivitas semi aktif (daerah dengan sedikit gangguan)

Cukup sesuai

Berupa RTH, kebun, jalur hijau jalan atau saluran drainase terbuka

Untuk RTH luas tidak memenuhi syarat sebagai penampung Jenis vegetasi kurang beragam

Aktivitas aktif sampai dengan pasif Kurang sesuai Berupa bangunan dan perkerasan

Aktivitas aktif

* Kriteria luas dari The University of Montana (2010)

* Kriteria jenis tanaman dari Hails et al. (1990)

* Tingkat dan jenis aktivitas teori Leedy (1978)

Ketentuan kesesuaian lahan dibuat berdasarkan dari kriteria-kriteria habitat burung pada proses analisis. Lahan yang sesuai memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai area perlindungan penampung (sink). Lahan cukup sesuai dapat dikembangkan sebagai koridor untuk pergerakan burung sedangkan lahan yang kurang sesuai mayoritas merupakan bangunan perumahan.

Lahan yang sesuai dapat dikembangkan untuk bersarang, bertelur, mencari makan, dan bermain sedangkan lahan cukup sesuai dikembangkan sebagai tempat singgah, mencari makan dan bermain.

Gambar 56 merupakan overlay dari peta tematik. Peta kesesuaian lahan pada Gambar 57 merupakan hasil dari overlay peta-peta analisis yang digabung dengan tingkat kesesuaian lahan pada Tabel 25.

(42)

Peta Komposit

Gambar 56. Overlay Peta

Pada Gambar 57 diketahui lahan yang sesuai terdiri dari 9 (sembilan) RTH taman dan satu rekomendasi RTH. Taman tersebut terdiri dari 5 (lima) taman sampel dan 4 (empat) taman yang diusulkan untuk dikembangkan. Rekomendasi atau usulan RTH sebelumnya berbentuk sebagai lahan kosong tak terbangun sehingga dapat dikembangkan menjadi RTH ekologis. Lokasi usulan pengembangan ini didukung dengan ketersediaan vegetasi liar yaitu semak dan groundcover (penutup tanah). Hal ini berarti, konsep sistem RTH pada permukiman tidak dapat dilakukan namun konsep Hails et al. (1990) mengenai ruang yang dibutuhkan habitat burung di

Peta Vegetasi

Peta Hidrologi

Peta Bangunan

Peta Infrastruktur Jalan

(43)

 

perkotaan dapat diterapkan dalam penelitian ini. Menurut Hails et al. (1990), tipe habitat yang diperlukan untuk membentuk habitat burung di perkotaan adalah:

- Daerah alami yang merupakan “sumber burung”.

- Taman yang dapat dikembangkan sebagai area burung berkembang biak atau area penampung. Daerah perlindungan burung merupakan daerah yang cukup luas dengan sedikit gangguan dan aman bagi habitat burung.

- Daerah transisi merupakan kawasan sekitar daerah perlindungan disebut sebagai “edge” (tepi habitat).

- Koridor tanaman merupakan ruang penghubung perpindahan atau sirkulasi spesies burung ke daerah-daerah perlindungannya. Koridor berfungsi sebagai habitat burung untuk mencari makan, tidur, kawin, bersarang dan berkembang biak.

Area RTH di sekitar tapak dianggap sebagai area potensi sumber karena dianggap memiliki peran penting dalam ketersediaan jenis burung. Area potensi sumber (source) berada di luar kawasan permukiman karena luas yang dimiliki tapak hanya cukup bila difungsikan sebagai area perlindungan penampung (sink). Jalur hijau dan koridor air/saluran drainase terbuka difungsikan sebagai koridor penghubung antara area sumber dan penampung. Selain untuk koridor, RTH yang ada juga berfungsi sebagai sumber pakan.

Jenis tanah tapak tergolong subur sehingga sangat potensial untuk pengembangan RTH yang direncanakan. Vegetasi yang potensial dikembangkan pada tapak sesuai dengan jenis tanahnya yaitu vegetasi hutan hujan tropis yang merupakan penyedia pakan melimpah bagi burung. Sedangkan jenis pakan yang dominan dihasilkan tanaman adalah jenis biji-bijian sehingga jenis burung yang berpotensi dikembangkan adalah burung pemakan biji yaitu gereja dan pipit/emprit. Jenis burung pemakan biji atau pemakan serangga banyak mencari makan di tipe rumput sehingga penggunaan tanaman berstrata rendah disarankan dalam pengembangannya.

Menurut hasil analisis, diperlukan penambahan pohon unuk mengurangi terjadinya peningkatan suhu. Oleh karena itu diperlukan usaha penanaman tanaman dengan menggunakan stratifikasi yang beragam.

(44)

Legendda

Kurang Sesu Sesuai Cukup sesua

uai

ai

Judul Penelitian PERENCANA HIJAU EK HABITAT BU PE

DEPARTEMEN

 

n

AAN RUANG T KOLOGIS SEBA

URUNG DI KA ERUMAHAN

ARSITEKTUR L

ERBUKA AGAI AWASAN

LANSKAP J

D

O D

Judul Gambar Peta K Dibuat Oleh

Dia A

Orientasi Dibimbing Oleh

Ir. Qodari

Kesesuaian Lahan

an Khaerunnisa A44062918

ian Pramukanto, M No Gamb

n

M.Si ar 57

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diatas, maka dalam penelitian ini berjudul “Peningkatan Unjuk Kerja Sistem Transmisi Komunikasi Digital Pada Penerima

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan Rahmat, Taufik dan juga Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Jika kita membaca sebuah riwayat dari salah seorang imam, maka kita tidak tahu apakah sang imam mengucapkan sabdanya dalam keadaan taqiyah atau tidak hal ini penting

Mengingat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta baru disahkan dan diundangkan pada tanggal 16 Oktober 2014, dimana di dalam

Penelitian ini menggunakan penginderaan jauh dalam pengumpulan data-data yang berkaitan dengan variabel potensi penyebab banjir, dan didukung oleh Sistem Informasi

Walaupun elektroda GOD/EPKT pada penelitian ini memiliki kinerja optimum pada suhu tinggi dengan nilai energi aktivasi yang cukup baik, elektroda GOD/EPKT tersebut

8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) khususnya mengenai pelaksanaan hak-hak konsumen belum dapat terealisasi secara keseluruhan, utamanya berkaitan

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa keragaman genetik populasi Gunung Bunga, Kalbar lebih tinggi (0,2560) dibanding- kan keragaman genetik populasi Bukit Baka, Kalteng