• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 4.2. Peta Fisiografi Jawa (Van Bemmellen, 1949)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Gambar 4.2. Peta Fisiografi Jawa (Van Bemmellen, 1949)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

37 BAB IV

GEOLOGI

4.1. Regional

Daerah Istimewa Yogyakarta secara fisiografi menempati Zona Depresi Jawa Tengah.

Tepatnya zona ini dibatasi oleh Pegunungan Kulon Progo di sebelah Barat dan sebelah Timur oleh Gunung Api Kuarter. Sebagian besar daerah penelitian ditempati oleh endapan volkanik kuarter dari gunungapi Merapi Muda.

4.1.1. Fisiografi

Pembagian fisiografi Jawa Tengah menurut Van Bemmelen (1949) dapat dibagi menjadi zona-zona antara lain : Gunungapi Kuarter, Dataran Aluvial Jawa Utara, Antiklinorium Rembang-Madura, Antiklinorium Bogor-Serayu Utara-Kendeng, Pematang dan Dome pada Pusat Depresi, Depresi Tengah Jawa-Randublatung dan Pegunungan Selatan.

Gambar 4.2. Peta Fisiografi Jawa (Van Bemmellen, 1949)

Lokasi penelitian

(2)

38 4.2. Struktur Lokal

Struktur ini di bagi menjadi 3 satuan bagian yaitu : 1. Satuan Batuan breksi Dukuh

2. Satuan batuangamping Jonggrangan 3. Endapan Aluvial

Kemudian dari ketiga satuan tersebut dijabarkan sebagai berikut : 4.2.1. Satuan batu Breksi Dukuh

Semula formasi ini tercakup dalam Formasi Andesit Tua (Van Bemmelen, 1949). Lithologi formasi ini terdiri dari perselingan breksi, batupasir kerikilan, batugamping, dan batulempung.

Urut-urutan batuan ini berlapis baik, memperlihatkan perlapisan maupun laminasi sejajar terutama pada batulempung dan batupasirnya. Breksi berwarna coklat kehitaman, fragmen andesit (5 – 30 cm), menyudut tanggung, tertanam pada masa dasar pasir tufa. Tufa berwarna kuning kecoklatan, berbutir pasir sedang, agak padu. Anglomerat berwarna putih keabuan, fragmen andesit (5 – 20 cm), masa dasar pasir kasar, tanah pelapukan satuan ini berupa lempung lanauan hingga lanau pasiran, berwarna coklat hingga coklat keabuan, lunak hingga padat, plastisitas sedang hingga tinggi, retak – retak, tebal 0.5 – 4.75 meter. Sebarannya menempati di bagian utara, selatan, dan timur daerah penelitian mulai dari daerah Pringtali, Munggang.

Foto 4.1. Kenampakan Breksi Formasi Dukuh, Lokasi desa Pringtali , lensa kamera menghadap utara.

(3)

39 4.2.2. Satuan Batugamping Jonggrangan

Formasi Jonggrangan terdiri dari Konglomerat, Batupasir Gampingan, dan gamping terumbu. Konglomerat berwarna coklat keabuan, membulat hingga menyudut tanggung, agak padu. Gamping terumbu berwarna abu – abu kecoklatan, padu. Batupasir Gampingan berwarna kuning kecoklatan, berbutir sedang hingga kasar, padu. Tanah pelapukan berupa lanau lempungan hingga lempung pasiran, berwarna coklat kekuningan hingga kemerahan, agak lunak hingga agak padat, keras, dan retak – reta dalam keadaan kering, plastisitas sedang hingga tinggi, tebal 0.5 – 5 meter. Sebarannya menempati di sebelah barat pada daerah Formasi Jonggrangan dan setempat – setempat di daerah Kecamatan Girimulyo.

Foto 4.1.1. Kenampakan Batugamping Formasi Jonggrangan.Lokasi dusun Branti, lensa kamera menghadap utara.

(4)

40 Foto 4.2. Kenampakan Kalsit. Lokasi gardu pandang Goa Seplawan, Kec. Girimulyo,

Lensa kamera menghadap utara

4.2.3. Endapan Aluvial

Endapan aluvial merupakan material lepas yang berasal dari litologi sekitarnya maupun dari litologi lainnya yang tertransport pada daerah tertentu. Umumnya endapan aluvial ini terdiri dari material berukuran kerikil sampai bongkah.

4.3.1. Struktur Geologi Daerah Penelitian

Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian berupa sesar, kekar, dan bidang perlapisan.

Struktur sesar terdapat di sepanjang perbukitan Gunung Kelir yaitu pada batugamping Formasi Joggrangan, sedangkan struktur kekar terjadi pada batuan Breksi Formasi Dukuh.

Struktur bidang perlapiasan, dijumpai pada batupasir dan batulempung dari Formasi Jonggrangan.

(5)

41 Struktur bidang perlapisan, dijumpai pada batupasir dan batulempung dari Formasi Jonggrangan keterangan pada table dibawah ini. ( Gambar 4.2. )

Gambar 4.2. ,Sumber dari Regional

Gambar 4.3. , Kenampakan sesar pada foto lapangan

T E R S IE R

HOLOSEN

KUARTER MIOSENNEOGEN OLIGOSENPLIOSEN

PALEOGEN

SIMBOL

LITOLOGI KETERANGAN

SATUAN BATUAN KALA

ZAMAN ZONASI BLOW (1969)

ENDAPAN ALUVIAL

BATUGAMPING TERUMBU JONGGRANGAN

BREKSI DUKUH

Terdiri dari material lepas berukuran lempung sampai bongkah merupakan material hasil endapan sungai.

Terdiri dari litologi batugamping terumbu dengan sisipan batugamping fragmental dan batugamping pasiran

Tersusun oleh perselingan litologi breksi dan batupasir tufan dengan sisipan batupasir gampingan dan batulempung.

(6)

42 4.3.2. Stratigrafi Daerah Penelitian

Penamaan dan pengelompokan batuan berdasarkan pada peta geologi lembar Yogyakarta, skala 1 : 100.000 (Rahardjo dkk, 1995) sedang pemerian sifat fisik batuan dan tanah pelapukannya didasarkan dari hasil pengamatan di lapangan, yang dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) satuan batuan dari tua kemuda, adalah :

1. Satuan batu breksi Dukuh

2. Satuan batugamping Jonggranga.

3. Endapan Aluvial

Stratigrafi Pegunungan Kulonprogo sudah seringkali diteliti oleh para ahli geologi,dimana masing-masing secara umum mempunyai argumentasi yang berbeda-beda tetapi saling melengkapi mengenai stratigrafinya.

Van Bemmelen (1949),

Dengan urutan stratigrafinya dari tua ke muda :Eosen of Nanggulan,Old Andesite Formation yang berfasies volkanik, tidak selaras diatasnya diendapkan Djonggrangan Beds pada Miosen Awal dan Sentolo Beds pada akhir Miosen Akhir.

MARKS (1957),

Mengusulkan perubahan “Beds” menjadi “Formasi” pada Djonggrangan Beds dan Sentolo Beds menjadi Formasi Djonggrangan dan Formasi Sentolo, dimana kedua formasi tersebut tidak selaras terhadap Formasi Andesit Tua.

Sujanto dan Roskamil (1975),

Dengan urutan Formasi Nanggulan berumur Eosen, tidak selaras diatasnya Formasi Andesit Tua berumur Oligosen Akhir, menerus diendapkan Formasi Sentolo pada Miosen- Pliosen dan Formasi Sambipitu pada Miosen Awal, tidak selaras Formasi Sentolo tidak selaras diendapkan Formasi Wonosari pada Pliosen dan termuda berupa Endapan Vulkanik Muda.

Pringgopawiro dan purnamanigsih (1981),

Menambahkan Anggota Seputih pada Formasi Nanggulan yang disusun napal berumur Eosen Awal-Eosen Akhir, Formasi Andesit Tua tidak selaras diatasnya. Diatas Formasi Andesit Tua tidak selaras diendapkan Formasi Sentolo yang berselang –jari dengan Formasi Jonggrangan.

Kadar (1986),

Mengusulkan pada Formasi Sentolo dibagi menjadi tiga anggota, yaitu Anggota Kanyar- anyar, Anggota Genung, Anggota Tanjunggunung yang selaras diatas Formasi Andesit Tua.

(7)

43 Pringgopawiro dan Riyanto (1987),

Melakukan revisi Formasi Andesit Tua menjadi dua Formasi baru, yaitu Formasi Kaligesing berfasies darat dan Formasi Dukuh berfasies laut dalam, umur Oligosen Akhir- Miosen Awal. Formasi Kaligesing disusun oleh perselingan breksi vulkanik, lava, batupasir tufaan, dan endapan lahar, sedangkan Formasi Dukuh disusun oleh peselingan breksi vulkanik lava, batupasir tufaan, batulempung dan sisipan karbonat, dimana hubungan keduanya saling menjari atau kontak sesar.

Batuan yang tertyua tersingkap didaerah Kulonprogo adalah Formasi Kaligesing dengan lingkungan pengendapan laut dan endapan erosional. Formasi ini adalah merupakan satuan dari Formasi Kulonprogo. Formasi ini terletak secara tidak selaras dibawah Formasi Dukuh dan Formasi Jonggrangan. Sedangkan untuk stratigrafi Kulonprogo Barat, Formasi yang paling tua adalah Formasi Nanggulan yang berumur Eosen tengah- Eosen akhir. Sedangkan yang termuda adalah Formasi Sentolo, yang berumur Plestosen atas. Stratigrafi Zona Kulonprogo Barat secara berurutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut (Gambar 4.1) :

Formasi Nanggulan

Formasi ini mempunyai ciri khas berupa perselingan napal pasiran dan batulempung dengan sisipan Lignit Axinea yang mengandung foraminifera besar. Dimana pada Formasi ini dicirikan dengan lapisan napal dan batugamping. Formasi ini memiliki umur Eosen tengah-Eosen akhir (P12-P22),sedangkan batas bawahnya tidak diketahui dengan pasti keberadaanya .

Formasi Kaligesing

Formasi ini merupakan endapan dari breksi darat, lahar, breksi perselingan dengan lava, lapisan yang paling atas adalah endapan kipas bawah laut yang berumur Oligosen akhir (P22).

Formasi Dukuh

Formasi ini tercakup dalam Formasi Andesit Tua (Van Bemmelen, 1949). Lithologi formasi ini terdiri dari perselingan breksi, batupasir kerikilan, batugamping, dan batulempung. Urut-urutan batuan ini berlapis baik, memperlihatkan perlapisan maupun laminasi sejajar terutama pada batulempung dan batupasirnya.

Breksi berwarna coklat kehitaman, fragmen andesit (5 – 30 cm), menyudut tanggung, tertanam pada masa dasar pasir tufa. Tufa berwarna kuning kecoklatan, berbutir pasir sedang, agak padu. Anglomerat berwarna putih keabuan, fragmen andesit (5 – 20 cm), masa dasar pasir kasar, tanah pelapukan satuan ini berupa lempung lanauan hingga lanau pasiran, berwarna coklat hingga coklat keabuan, lunak hingga padat, plastisitas sedang hingga tinggi, retak – retak, tebal

(8)

44 0.5 – 4.75 meter. Sebarannya menempati di bagian utara, selatan, dan timur daerah penelitian mulai dari daerah Pringtali, Munggang.

(9)

45 4.3.3. Stratigrafi Regional

Gambar 4.1. Stratigrafi Kulon Progo Barat (Pringgoprawiro dan Rijanto, 1985)

(10)

46 4.4.1. Geomorfologi Daerah Penelitian

Kondisi geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi beberapa satuan, setiap satuan memiliki ciri dan kenampakan bentang alam yang khas mulai dari bentuk bukit, kemiringan lereng, dan pola aliran sungainya. Perbedaan bentang alam ini disebabkan oleh perbedaan kekerasan batuan, keseragaman batuan, kedudukan batuan, struktur geologi, dan vegetasi penutupnya. Batuan penyusunnya terdiri dari Batuan Vulkanik (breksi andesit, tuff, anglomerat), Batu Gamping, Napal Tufan berumur tersier. Batuan vulkanik telah mengalami pelapukan tingkat lanjut sehingga di bagian permukaan terdapat tanah yang tebal. Tanah yang telah lapuk tersebut berada diatas batuan yang kedap air misalnya batuan Vulkanik ataupun berada diatas Batu Lempung. Pada zona ini dijumpai struktur geologi seperti sesar maupun kekar –kekar yang intensif, seperti, kekar lembar (sheeting joint), kekar kolom (columnar joint), kekar gerus (shear fracture), kekar tarik (tension join), kekar penyerta (subsidiary fracture). Terjadi akibat akibat tektonik yang bekerja di masa lampau.

Secara umum keadaan bentang alam daerah penelitian merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan lereng terjal hingga sangat curam kearah barat, kemudian melandai ke arah selatan dan timur. Pada daerah ini mengalir sungai besar seperti Kali Pringtali, dan Kali Cereng berikut anak – anak sungainya yang memperlihatkan pola aliran dendritik.

4.4.2. Satuan Bentuk Lahan Dataran Aluvial (F1)

Dataran aluvial menempati 1 % dari daerah telitian. Pada daerah ini didominasi oleh material lepas yang berasal dari litologi sekitarnya. Topografi daerah ini relatif datar dan terdapat air sungai sebagai media transportasi material lepas. Umumnya daerah di sekitar dataran aluvial ini relatif subur, sehingga digunakan oleh penduduk sekitar sebagai pengairan untuk sawah dan untuk kebutuhan sehari-hari.

4.4.3. Satuan Bentuk Lahan Lereng Homoklin (S2)

Satuan bentuk lahan lereng homoklin menempati ± 60% dari daerah penelitian. Satuan lereng homoklin memiliki perbukitan dengan lereng sedang. Kemiringan lereng berkisar antara 10 – 15°, dengan litologi dominan penyusunnya adalah breksi, batupasir tufan, dan batupasir gampingan.

(11)

47 4.4.4. Satuan Bentuk Lahan Perbukitan Kars (K1)

Satuan bentuk lahan perbukitan kars menempati ± 39% dari daerah penelitian. Satuan perbukitan kars memiliki perbukitan dengan lereng menengah-curam. Kemiringan lereng berkisar antara 25 – 65°, dengan litologi dominan penyusunnya adalah batugamping terumbu dan batugamping fragmental.

Berdasarkan klasifikasi kemiringan lereng dan satuan morfologi menurut van Zuidam, 1979, bentuk bentang alam dan sudut lereng daerah penelitian terbagi atas 3 (tiga) satuan, yaitu :

4.5.1. Relief Agak Curam

Daerah dengan kemiringan lereng antara 14o-20o, menempati bagian utara, setempat – setempat di bagian tengah daerah penelitian, berada pada ketinggian 200-400 meter diatas permukaan laut. Umumnya dibentuk oleh Satuan batuan Breksi Dukuh.

4.5.2. Relief Curam

Daerah dengan kemiringan lereng antara 21o-55o, menempati sebagian besar daerah penelitian, berada pada ketinggian 400-681 meter diatas permukaan laut. Umumnya dibentuk oleh Satuan batugamping Formasi Jonggrangan, dan Satuan batuan Breksi Dukuh.

4.5.3. Relief Sangat CuramDaerah dengan kemiringan lereng lebih dari 56o, menempati bagian barat daerah penelitian, berada pada ketinggian 600-817 meter diatas permukaan laut.

Umumnya dibentuk oleh Satuan batugamping Formasi Jonggrangan.

Gambar

Foto 4.1. Kenampakan Breksi Formasi Dukuh,  Lokasi desa Pringtali , lensa kamera menghadap utara
Foto 4.1.1. Kenampakan Batugamping Formasi Jonggrangan.Lokasi dusun Branti, lensa kamera  menghadap utara
Gambar 4.2. ,Sumber dari Regional
Gambar 4.1. Stratigrafi Kulon Progo Barat (Pringgoprawiro dan Rijanto, 1985)

Referensi

Dokumen terkait