• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS DAFTAR PEMILIH TETAP PADA PEMILIHAN UMUM SERENTAK TAHUN 2019 DI KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KUALITAS DAFTAR PEMILIH TETAP PADA PEMILIHAN UMUM SERENTAK TAHUN 2019 DI KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS DAFTAR PEMILIH TETAP PADA PEMILIHAN UMUM SERENTAK TAHUN 2019

DI KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

TESIS

Oleh

EVLIN HELENA MANALU 197054007

MAGISTER ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan sesungguhnya bahwa:

1. Karya tulis ilmiah saya dalam bentuk tesis dengan judul Kualitas Daftar Pemilih Tetap Pada Pemilihan Umum Serentak Tahun 2019 Di Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Humbang Hasundutan adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain.

2. Tesis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain, kecuali ditulis dengan cara menyebutkan pengarang dan mencantumkannya pada Daftar Pustaka.

3. Di dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali ditulis dengan cara menyebutkan pengarang dan mencantumkannya pada Daftar Pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran di dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena tesis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku

Medan, Desember 2021 Yang Menyatakan

Evlin Helena Manalu

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK MAGISTER ILMU POLITIK

EVLIN HELENA MANALU (197054007)

KUALITAS DAFTAR PEMILIH TETAP PADA PEMILIHAN UMUM SERENTAK TAHUN 2019 DI KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Rincian Isi Tesis: 112 halaman, 13 tabel, 6 gambar, 27 buku, 9 jurnal, 7 Undang- undang dan Peraturan, 17 sumber online, 23 wawancara dengan informan.

ABSTRAK

Tesis ini diangkat peneliti karena ketertarikan peneliti terhadap kualitas daftar pemilih yang dihasilkan oleh KPU Kabupaten Humbang Hasundutan pada Pemilu Serentak 2019. Kita ketahui bersama bahwa keterlibatan banyak pihak dalam sistem pengerjaan, penyusunan dan penelitian daftar pemilih yang diatur oleh tahapan Pemilihan Umum 2019 terkadang membuat kualitas daftar pemilih menjadi berkurang. Hal ini dikarenakan sumber data yang tidak valid, sistem pencocokan dan penelitian yang dikerjakan secara manual dan tergesa-gesa.

Ditambah lagi dengan sumber daya manusia yang tidak bekerja dengan maksimal karena kurang pengawasan dan kontrol dari KPU nya sendiri. Yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah bagaimana kualitas daftar pemilih tetap pada Pemilu Serentak Tahun 2019. Selain itu apa saja faktor-faktor yan menjadi kendala dalam pemutakhiran data pemilih serta bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut.

Metode penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, dengan menyajikan fakta-fakta yang ditemukan secara komprehensif melalui analisa mendalam.

Sedangkan teknik analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian yang diperoleh, sistem pemutakhiran daftar pemilih di KPU Humbang Hasundutan belum berada pada titik maksimal, karena di KPU Kabupaten Humbang Hasundutan masih ditemukan sejumlah 4.418 pemilih yang masuk ke dalam pemilih khusus atau yang tidak terdaftar dalam DPT, sejumlah 949 elemen data NKK yang kosong, sejumlah 66 elemen data NIK yang kosong dan terdapat pemilih ganda sebanyak 380 pemilih. Keakuratan elemen data pemilih lainnya, yang tidak dapat dipastikan kebenarannya serta kurangnya pengawasan terhadap kinerja badan adhoc.

Selanjutnya penelitian ini merekomendasikan pelaksanaan daftar pemilih berkelanjutan, kontrol dan pengawasan terhadap kinerja badan adhoc juga terhadap seleksi penyelenggara yang diharapkan dapat berdasarkan kualifikasi sehingga pada saat melakukan pekerjaan pemutkahiran data dapat lebih bersinergi. Serta melakukan peningkatan terhadap aplikasi Sidalih agar lebih

(4)

memudahkan penyusunan daftar pemilih agar menghasilkan daftar pemilih yang berkualitas.

Kata kunci: Kualitas, Penyelenggara Pemilu, Pemutakhiran Daftar Pemilih

(5)
(6)
(7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS I LMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Pengesahan

Tesis ini telah dipertahankan di hadapan panitia penguji Tesis Magister Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Dilaksanakan pada:

Hari : Jumat

Tanggal : 24 Desember 2021 Pukul : 10.00 wib

Tempat : Dilakukan secara daring

Tim Penguji:

Ketua:

Drs. Hendra Harahap M.Si., Ph.D ( ) NIP. 196710021994031002

Anggota I:

Dr. Hatta Ridho, MSP ( ) NIP. 197105132006041001

Anggota II:

Prof. Subhilhar, MA, Ph.D ( )

NIP. 196207181987101001

Anggota III:

Dr. Tonny P. Situmorang, MSi ( )

NIP. 196210131987031004

(8)
(9)

Karya ini dipersembahkan untuk Orangtua, Suami dan Anak-Anak Saya Tercinta

(10)

Kata Pengantar

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bundaku Bunda Maria, karena atas seizinNya dan berkat-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini. Tesis ini dibuat dalam rangka melengkapi persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Politik yang ada pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini, karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi perbaikan dan kesempurnaan tesis ini sehingga lebih bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

Tanpa bermaksud untuk membeda-bedakan pihak manapun yang telah berjasa dalam mendukung penulisan tesis ini, penulis menghaturkan beribu rasa hormat dan terima kasih.

1. Terimakasih yang tidak terhingga penulis haturkan kepada dosen pembimbing, Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si., Ph.D. dan Bapak Dr.

Hatta Ridho, MSP yang sudah membimbing dan membantu penulis dengan sabar dalam menuliskan karya ilmiah tesis ini.

2. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Subhilhar MA., Ph.D dan Bapak Dr. Tonny P Situmorang, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukan yang konstruktif pada penulisan tesis ini sehingga tesis ini menjadi lebih baik dari sebelumnya.

3. Terima Kasih yang teramat sangat besar kepada keluarga tercinta, istimewa Suami (Jesmon J Barutu, S.S) dan ketiga jagoanku (Gomos, Maruarar, Doras) atas doa, dukungan dan pengertiannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini, penulis mencintai kalian. Juga kepada Sarda atas bantuannya menjadi perpanjangan tangan untuk membantu menjaga ketiga jagoan.

4. Teruntuk Bapak Tercinta, Op Salomo Doli (alm) yang tidak dapat menyaksikan penulis menyelesaikan penulisan tesis ini, penulis bangga menjadi anakmu, terimakasih untuk semuanya Pak. Terimakasih juga

(11)

penulis haturkan kepada keluarga besar Op Tonggi Barutu dan keluarga besar Op Salomo Manalu atas doa dan dukungannya yang tidak pernah berhenti, teristimewa abangku Pastor Selestinus Manalu, OFM.Cap.

5. Terimakasih sebesar-besarnya penulis haturkan kepada Komisioner, Sekretaris dan teman-teman di KPU Kabupaten Humbang Hasundutan yang telah membantu penulis untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penulisan tesis ini serta mendukung penulisan tesis ini sampai selesai.

6. Terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada seluruh dosen pengajar Program Studi Magister Politik Universitas Sumatera Utara yang sudah mengajarkan banyak ilmu yang berharga untuk kami pada saat perkuliahan demi menyelesaikan studi magister ilmu politik.

7. Terimakasih kepada kak Nina dan Pak Ilham yang sudah sangat baik dalam membantu dan mengerjakan setiap aspek administrasi penulis dalam menjalani masa studi.

8. Terimakasih juga buat teman-teman mahasiswa MIP 2019 yang dari awal semester sampai tingkat akhir perkuliahan selalu ada menemani dalam setiap perkuliahaan, teman berbagi cerita, teman berbagi duka, dan juga teman berbagi suka. Istimewa ketua kelas terbaik Almarhum Hendry Zones Sinaga, yang tidak pernah lupa memberikan semangat kepada penulis, berbahagialah di surga kawan.

9. Terimakasih kepada KPU RI yang telah memberikan beasiswa kepada penulis untuk melanjutkan Pendidikan Magister (S2) Konsentrasi Tata Kelola Pemilu, dan Mas Wilis Budi yang selalu membantu segala proses administrasi.

10. Terimakasih penulis haturkan kepada para informan dalam penulisan tesis ini yang bersedia meluangkan waktu untuk diwawancarai sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Terimakasih juga untuk bang Erifan, tempat bertanya dan selalu memberikan solusi. Kepada sahabatku Pak Chelsea yang memberikan banyak bantuan dan dukungan kepada penulis.

(12)

11. Dan yang terakhir terimakasih buat segala pihak yang telah banyak membantu dan menemani penulis dalam berkuliah hingga akhir kuliah yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terimakasih banyak atas pengalaman dan waktu yang sangat berharga.

Akhir kata, selayaknya penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa. Mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan saya dalam penulisan tesis ini. Semoga, tesis ini bisa berguna bagi penelitian selanjutnya atau bagi siapapun yang membacanya.

Medan, Desember 2021

Evlin Helena Manalu

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Penelitian Terdahulu ... 12

2.2 Kerangka Teori ... 14

2.2.1 Teori Kedaulatan Rakyat ... 14

2.2.2 Demokrasi ... 18

2.2.3 Hak Pilih ... 21

2.2.4 Kualitas ... 24

2.3 Alur Berpikir ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Lokasi Penelitian ... 33

3.3 Penentuan Informan ... 34

3.4 Objek Penelitian... 36

3.5 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.6 Teknik Analisis Data ... 40

3.7 Penarikan Kesimpulan ... 41

3.8 Sistematika Penulisan ... 41

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PROFIL LEMBAGA ... 43

4.1 Gambaran Umum... 43

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43

4.1.2 Gambaran Umum Pemilu Serentak Tahun 2019 di Kabupaten Humbang Hasundutan ... 46

(14)

4.2 Penyelenggara Pemilu Tahun 2019 di Kabupaten Humbang Hasundutan 48 4.2.1 Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Humbang Hasundutan 49

4.2.2 Adhoc di KPU Kabupaten Humbang Hasundutan ... 54

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemutakhiran Data Pemilih Pemilu Serentak Tahun 2019 di KPU Kabupaten Humbang Hasundutan ... 57

5.2 Analisis Kualitas Daftar Pemilih Tetap di KPU Kabupaten Humbang Hasundutan ... 84

5.2.1 Prinsip Komprehensif/Inklusif ... 88

5.2.2 Prinsip Akurat ... 89

5.2.3 Prinsip Mutakhir ... 91

5.3 Faktor-Faktor Yang Menjadi Kendala Dalam Pemutakhiran Daftar Pemilih Tetap di KPU Kabupaten Humbang Hasundutan ... 93

5.4 Upaya Yang Telah Dilakukan KPU Kabupaten Humbang HasundutanDalam Mengatasi Kendala Dalam Pemutakhiran Data Pemilih ... 101

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

6.1 Kesimpulan ... 104

6.2 Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA... 108

Daftar Lampiran ... 113 Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Hasil Uji Plagiat

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah DPT dan DPK ... 8 Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 35 Tabel 4.1 Daftar Nama Kecamatan di Kabupaten

Humbang Hasundutan ... 44 Tabel 4.2 Pembagian Divisi Anggota KPU Kabupaten

Humbang Hasundutan ... 54 Tabel 4.3 Daftar Jumlah Penyelenggara Badan Adhoc Pemilu 2019

KPU Kabupaten Humbang Hasundutan ... 56 Tabel 5.1 Rekapitulasi Daftar Pemilih Sementara (DPS) Pemilu 2019

Kabupaten Humbang Hasundutan ... 63 Tabel 5.2 Rekapitulasi Daftar Pemilih Sementara (DPS) Hasil Perbaikan

Pemilu 2019 Kabupaten Humbang Hasundutan ... 65 Tabel 5.3 Rekapitulasi Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan (DPSHP)

dan Penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2019 Kabupaten Humbang Hasundutan ... 68 Tabel 5.4 Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Hasil Perbaikan (DPTHP) Pemilu

2019 Kabupaten Humbang Hasundutan ... 71 Tabel 5.5 Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Hasil Perbaikan Kedua (DPTHP-

2) Pemilu 2019 Kabupaten Humbang Hasundutan ... 74 Tabel 5.6 Rekapitulasi dan Penetapan Daftar Pemilih Tetap Hasil Perbaikan

Kedua (DPTHP-2) Pemilu 2019 Kabupaten

Humbang Hasundutan ... 78 Tabel 5.7 Data Ganda Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2019 KPU

Kabupaten Humbang Hasundutan ... 90 Tabel 5.8 Kualitas Daftar Pemilih Tetap Pada Pemilu Serentak Tahun 2019 Di

KPU Kabupaten Humbang Hasundutan ... 93

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir... 31 Gambar 3.1 Analisis Data Model Miles dan Huberman ... 40 Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan ... 46 Gambar 4.2 Struktur Sekretariat KPU

Kabupaten Humbang Hasundutan... 52 Gambar 4.3 Struktur Komisioner KPU

Kabupaten Humbang Hasundutan... 53 Gambar 5.1 Alur Tahapan Penyusunan Daftar Pemilih Tambahan

(DPTb)... 80

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Demokrasi dan Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan dua bagian yang tidak bisa dipisahkan. Tidak ada negara yang demokratis, tanpa penyelenggaraan Pemilu, tentu dengan Pemilu yang tertib, berkualitas dan dilakukan secara periodik. Pemilu juga dapat disebut sebagai salah satu instrumen demokrasi yang mendasar atau fundamental. Demokrasi telah menjadi bagian penting dalam interaksi antar sesama manusia. Hampir dapat dipastikan tidak ada satupun negara di dunia ini yang sepi dari tuntutan demokrasi. Demokrasi telah menjadi salah satu media bagi masyarakat dunia untuk mengekspresikan kebebasan individu dan hak-haknya sebagai warga negara. Menurut Abraham Lincoln demokrasi yaitu suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.1

Indonesia merupakan sebuah negara yang menganut sistem demokrasi.

Partisipasi politik merupakan inti dari demokrasi dan salah satu ciri dari negara yang menganut sistem demokrasi adalah melaksanakan pemilihan umum untuk memilih para wakil rakyat yang akan duduk dalam lembaga pemerintahan dan struktur pemerintahan. Tentunya hal ini dilakukan dengan azas pemilu yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.2 Pemilu merupakan langkah nyata dalam mewujudkan demokrasi dan kedaulatan rakyat dengan terpilihnya wakil rakyat yang berkualitas menurut rakyat, dapat dipercaya dan dapat menampung aspirasi dari rakyat serta menjalankan roda pemerintahan.

Pemilu tahun 2019 merupakan pelaksanaan pemilihan umum serentak yang pertama kali diadakan di Indonesia, yaitu pelaksanaan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden serentak dengan pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD. Pelaksanaannya serentak yakni pada tanggal 17 April 2019.

Gagasan Pemilu serentak tahun 2019 merupakan hasil dari putusan Mahkamah

1 A. Ubaidillah dan Abdul Rozok, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Edisi Revisi, (Cet. VIII; Jakarta:Prenada Media, 2012), h. 65

2Pasal 2 UU No.7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

(18)

Konstitusi No. 14/PUU-XI/2013, mengenai pengabulan sebagian permohonan uji materi (judicial review) atas Undang-Undang No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Dengan putusan ini, ketentuan bahwa pemilihan umum presiden dan wakil presiden dilaksanakan setelah pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD adalah inkonstutisional, dan dalam diktum kedua amar putusan MK menegaskan bahwa putusan Pemilu serentak akan diterapkan pada Pemilu 2019.3

Pemilu merupakan suatu proses konversi suara rakyat menjadi kursi penyelenggara negara. Untuk itu diperlukan suatu sistem pemilu, proses tahapan pemilu, dan logistik pemilu.4 Salah satu tahapan pendukung yang sangat penting dan selalu menjadi bahan perhatian adalah tahapan pemutakhiran data. Sebagai lembaga yang sudah didaulat negara sebagai penyelenggara dan pengendali tahapan pemilu, KPU dan jajarannya dituntut harus mampu menyelenggarakan pemilu bukan hanya free dan fair namun juga berintegritas agar seluruh proses penyelenggaraan pemilu memenuhi unsur parameter pemilu yang demokratis.

Kata kualitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tingkat baik buruknya sesuatu; kadar; derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dan sebagainya); serta mutu.5 Maka kualitas daftar pemilih tetap berarti mutu, tingkat baik buruknya daftar pemilih tetap yang dihasilkan oleh Komisi Pemilihan Umum. Ada sedikitnya 5 (lima) pihak terkait dalam pembuatan daftar pemilih tetap yang berkualitas ini, Pemerintah dalam hal ini Kemendagri dan Disdukcapil, KPU beserta jajaran penyelenggara Pemilu, Peserta Pemilu yang dalam hal ini adalah Partai Politik peserta Pemilu, Pemilih yang terdiri atas semua unsur lapisan masyarakat yang sudah memenuhi syarat sebagai pemilih sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam PKPU6, dan Badan Pengawas Pemilu.

3 Mujiono Hafidh Prasetyo. 2009. Politik Hukum Dinamika Pemilu Di Indonesia (Menakar Efektifitas Pemilu Serentak 2019), Seminar PKn UNNES Vol.3 No.1 Hal 73-74.

4Surbakti, Ramlan dkk. 2011. Seri Demokrasi Elektoral Buku 11: Menjaga Kedaulatan Pemilih. Jakarta:

Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan. hal. 30

5https://kbbi.web.id/kualitas (diakses tanggal 14 februari 2021)

6 PKPU NO 37 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan KPU Nomor 11 Tahun 2018 Tentang Penyusunan Daftar Pemilih Di Dalam Negeri Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum

(19)

Sumber persoalan dalam hal ini adalah akurasi data yang dianggap tidak valid yang berakibat pada pemilih tidak dapat menggunakan hak pilihnya, masih terdapat masyarakat yang tidak memenuhi syarat memilih terdaftar dalam daftar pemilih (pindah, ganda, meninggal, status/TNI/Polri, dan sebagainya) dan tidak terdaftarnya pemilih yang memenuhi syarat memilih dalam daftar pemilih tetap.

Padahal partisipasi atau keikutsertaan pemilih dalam memberikan suara dalam pemilu merupakan faktor yang sangat penting. Semakin tinggi tingkat partisipasi politik mengindikasikan bahwa rakyat sudah mengikuti atau memahami serta melibatkan diri dalam kegiatan demokrasi.

Sebaliknya tingkat partisipasi politik yang rendah pada umumnya mengindikasikan bahwa rakyat kurang menaruh apresiasi atau minat terhadap masalah atau kegiatan pemilu. Seiring dengan sikap partisipatif pemilih yang menggunakan hak pilihnya, sikap golongan putih (golput) yang tidak partisipatif yang menggunakan hak pilihnya dalam pemungutan suara menjadi indikator dari tingkat keberhasilan pemilihan umum yang demokratis.7

Lalu mengapa muncul persoalan ada pemilih yang tidak terdaftar dalam daftar pemilih tetap sehingga ada pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya, ada beberapa kemungkinan faktor yang menjadi kendala dalam proses pemutakhiran data seperti kurang maksimalnya KPU dan jajarannya bekerja dalam memutakhirkan data pemilih, data kependudukan yang semrawut, kurangnya informasi atau Pendidikan Pemilu yang diterima oleh masyarakat, sosialisasi tentang jadwal atau tahapan pemutakhiran data pemilih tidak tersampaikan dengan jelas kepada pemilih sehingga pemilih tidak menaruh antusiasme dan berbagai macam penyebab lainnya.

Kisruh tentang persoalan daftar pemilih tetap bukan hanya ketika pemilu serentak 2019 akan dimulai, namun dari beberapa kali pemilu yang sudah dilaksanakan, persoalan ini selalu menguras tenaga karena sepertinya tidak pernah berkesudahan. Hal ini banyak dikeluhkan dan diungkap berbagai

7Orang-orang yang tidak Memberikan Hak Suaranya Dalam Pemilihan Umum, Jurnal, Soebagio, Implikasi Golongan Putih dalam Persfektif Pembangunan Demokrasi Indonesia, Tanggerang, 2008, h. 4

(20)

kalangan lapisan masyarakat atau organisasi di media, sehingga kisruh daftar pemilih ini menjadi trending topic dan isu politik nasional yang cukup serius, karena jika tidak segera diatasi maka banyak masyarakat yang berhak memilih namun tidak bisa menggunakan hak pilihnya. Tuduhan-tuduhan pun tidak bisa dihindari, isu yang paling gencar dilayangkan ke KPU adalah tuduhan bahwa KPU dengan sengaja menghilangkan hak pilih demi kepentingan politik.

Permasalahan klasik dan yang tidak dapat diselesaikan secara tuntas dari sekian penyelenggaraan pemilihan diantaranya tentang daftar pemilih.

Permasalahan tentang daftar pemilih ini selalu muncul selama proses pemutakhiran daftar pemilih maupun pada saat pemungutan suara. Pada proses pemutakhiran data pemilih permasalahan yang terjadi antara lain: masih banyak ditemukan pemilih yang memenuhi syarat tetapi tidak terdaftar dalam daftar pemilih; pemilih yang tidak memenuhi syarat tetapi masuk dalam daftar pemilih;

pemilih yang tidak jelas keberadaannya alias pemilih siluman; pemilih tercatat ganda; pemilih meninggal masih terdaftar dalam daftar pemilih; data kependudukan yang tidak lengkap.

Sedangkan permasalahan yang muncul pada saat pemungutan suara diantaranya banyaknya pemilih yang sudah terdaftar dalam daftar pemilih tetapi tidak dapat menggunakan hak pilihnya karena kekurangan logistik surat suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) tertentu serta permasalahan lain yang selalu saja muncul seperti sebab akibat yang saling terkait.

Ketua Bawaslu RI, Abhan mengatakan permasalahan DPT selalu menjadi persoalan dalam tahapan pemilu. Hal ini baginya disebabkan perbedaan data yang dimiliki kemendagri dan KPU. Akibatnya, ada pemilih yang tidak tercatat di TPS, ada pula pemilih yang sudah meninggal dunia justru namanya masuk dalam DPT. "Saya harap ke depannya tidak terjadi lagi persoalan DPT ganda dan semacamnya. Supaya tidak ada lagi pemilih yang kehilangan hak suaranya,"

ucapnya dalam Seminar Nasional Evaluasi Penyelenggaraan Pemilu Serentak

(21)

2019 di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (27/07/2019).8

Tidak jauh berbeda, Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini mengatakan, KPU dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) semestinya berada di garda terdepan untuk menjamin hak warga negara bisa menggunakan hak pilihnya. "Tidak mungkin ada pemilu berintegritas, kalau ada satu saja warga negara yang tereliminasi haknya untuk menggunakan hak pilih," kata Titi dalam diskusi di Kantor Bawaslu RI, Jakarta, Rabu (21/3/2018).9 Anggota DPD RI Fahira Idris juga mempunyai pendapat tentang daftar pemilih, beliau mengatakan, “DPT itu bisa jadi sumber masalah tetapi juga menjadi sumber atau kunci keberhasilan atau kesuksesan penyelenggaraan pemilu. Makanya, UU Pemilu begitu rinci mengatur soal daftar pemilih ini. Saya berharap tidak ada persoalan DPT pada Pemilu 2019 ini,” ujar Fahira Idris dalam keterangan tertulisnya, Republika.co.id Jumat (7/9).10

Pada tahapan penyelenggaran pemilu serentak tahun 2019, Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2019 pada 5 September 2018 dengan jumlah pemilih DPT pemilu serentak tahun 2019 sejumlah 185.732.8093 pemilih.11 KPU kabupaten Humbang Hasundutan sendiri telah menetapkan Daftar Pemilih Tetap sebanyak 128.547 pemilih yang tersebar di 10 kecamatan, 154 desa/kelurahan dan 642 TPS (tempat pemungutan suara).12 Namun setelah DPT Pemilu ini disahkan dalam rapat pleno di KPU RI, ada beberapa masukan dari partai politik serta badan pengawas pemilu yang

8https://bawaslu.go.id/en/berita/ketua-bawaslu-beberkan-sejumlah-catatan-masalah-dalam-pemilu-2019 (diakses tanggal 29 Februari 2021)

9Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Integritas Pemilu Terganggu jika Hak Pilih Warga Tidak Dijamin" https://nasional.kompas.com/read/2018/03/21/18175281/integritas-pemilu-terganggu-jika- hak-pilih-warga-tidak-dijamin (diakses tanggal 14 Februari 2021)

10https://www.republika.co.id/berita/penvie384/dpt-jangan-jadi-sumber-masalah-kesuksesan-pemilu (diakses tanggal 14 Februari 2021)

11https://pemilu.tempo.co/read/1155834/akhirnya-disahkan-kpu-berikut-liku-liku-dpt-pemilu- 2019/full&view=ok (diakses tanggal 15 Februari 2021)

12Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Humbang Hasundutan Nomor 59/PL.02.1- Kpt/1216/KPU-Kab/VIII/2018 tanggal 29 Agustus 2018

(22)

menyatakan bahwa ditemukannya data ganda dalam DPT dengan data tersebut dilampirkan.

KPU diberi waktu 10 hari untuk memvalidasi, mencocokkan kembali data ganda yang disebutkan, begitu juga dengan data ganda hasil temuan dari Bawaslu. Setelah semua data ganda yang disampaikan ke KPU divalidasi, KPU kemudian menetapkan daftar pemilih tetap hasil perbaikan pertama pada tanggal 16 September 2019 dan mengumumkan bahwa jumlah DPT berkurang, sehingga DPT menjadi 185.084.629 pemilih.13 KPU Humbang Hasundutan juga melakukan perbaikan pertama daftar pemilih tetap dengan hasil 128.561 pemilih.14

Dari hasil rapat pleno daftar pemilih tetap hasil perbaikan pertama diambil suatu keputusan agar KPU memperpanjang kembali proses perbaikan daftar pemilih selama 60 hari ke depan untuk menyempurnakan DPT.

Ditambah dengan hasil data pemilih baru data sejumlah 31 juta jiwa pemilih yang menurut Viryan Aziz selaku Komisioner KPU RI adalah data penduduk yang telah merekam e-KTP namun belum masuk ke dalam Daftar Pemilih Tetap yang sudah disahkan, data itu berasal dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementrian Dalam Negeri.

KPU dan jajarannya kembali melakukan pencocokan dan memutakhirkan kembali data yang sudah diterima dari Dirjen Kependudukan.

Setelah 60 hari dari waktu yang sudah ditentukan maka KPU kembali menetapkan DPT hasil perbaikan kedua, rapat pleno dilaksanakan pada tanggal 15 November 2018 dengan hasil daftar pemilih yang mengalami penambahan, jumlah DPT hasil perbaikan kedua berjumlah 190.770.329 pemilih. KPU Humbang Hasundutan juga melakukan rapat pleno penetapan daftar pemilih hasil perbaikan kedua dengan hasilnya penambahaan 1 TPS dari 642 menjadi

13https://pemilu.tempo.co/read/1155834/akhirnya-disahkan-kpu-berikut-liku-liku-dpt-pemilu- 2019/full&view=ok (diakses tanggal 15 Februari 2021)

14Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Humbang Hasundutan Nomor 61/PL.02.1- Kpt/1216/KPU-Kab/IX/2018 tanggal 13 September 2018

(23)

643 TPS dan pemilih sejumlah 129.471 pemilih.15 Tidak sampai disini, daftar pemilih tetap hasil perbaikan kedua ini pun direkomendasikan untuk diperbaiki kembali, dikarenakan Bawaslu merekomendasikan untuk diadakan kembali pemutakhiran data untuk pemilih berusia lanjut dan masih ada pemilih yang belum terdaftar. Maka kemudian KPU diberi waktu kembali untuk mengadakan perbaikan, dan daftar pemilih hasil perbaikan ketiga ditetapkan pada tanggal 15 Desember 2018 dengan hasil daftar pemilih sebanyak 190.779.969 pemilih.16 Dan di KPU Humbang Hasundutan sebanyak 129.415 pemilih.

Dari uraian proses di atas, meskipun sudah mengalami tiga kali perbaikan daftar pemilih tetap, namun masih ada juga yang masih belum terdaftar dalam daftar pemilih, atau masih ditemukannya daftar pemilih yang tidak memenuhi syarat. Hal ini terlihat pada jumlah daftar pemilih khusus (DPK) yaitu pemilih yang menggunakan e-KTP di TPS. KPU sendiri mencatat bahwa secara nasional jumlah Daftar Pemilih Khusus (DPK) ini mencapai kurang lebih sekitar 2% (dua persen) dari angka Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang telah ditetapkan. Hal ini tentunya dapat menunjukkan bahwa pendaftaran dan pemutakhiran data pemilih yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu masih belum dapat tercipta secara komprehensif/ inklusif, akurat dan mutakhir. Di Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai lokasi penelitian ini terdapat angka Daftar Pemilih Khusus (DPK) pada Pemilu 2019 yang mencapai jumlah sebanyak 3,41% dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang telah ditetapkan. Berikut tabel jumlah perbandingan DPT dan DPK pada Pemilu Tahun 2019.

15Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Humbang Hasundutan Nomor 90/PL.02.1- Kpt/1216/KPU-Kab/XI/2018 tanggal 12 November 2018

16https://nasional.kompas.com/read/2019/04/08/21501411/jumlah-pemilih-pemilu-2019-bertambah-jadi- 192866254 (diakses tanggal 17 Maret 2021)

(24)

Tabel 1.1

Perbandingan Jumlah DPT dan DPK

No Wilayah DPT DPK Persentase

1 Indonesia 190.779.969 5.492.613 2,87%

2 Humbang Hasundutan 129.415 4.418 3,41%

Sumber: Data Rekapitulasi KPU RI Tahun 2019 dan Formulir Model D-KWK KPU Kabupaten Humbang Hasundutan pada Pemilu Tahun 2019, diolah

peneliti

Mengapa hal ini bisa terjadi, mungkin ada beberapa faktor yang menjadi kendala dalam proses pemutakhiran data. Dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaannya, PPS (Panitia Pemungutan Suara) sebagai ujung tombak pengolahan data pemilih ini terkesan pasif dan tidak mau berperan aktif melaksanakan fungsinya, mungkin karena disebabkan PPS tersebut memiliki pekerjaan lain selain menjadi PPS. Juga terkait pada SDM dari PPS sendiri, pola rekrutmen PPS dimana yang menjadi petugas PPS itu itu saja, sehingga data yang dilaporkan berpatokan kepada data yang lama. Atau dari faktor basis data yang digunakan KPU yakni DP4 (Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu) yang tidak akurat.

Faktor yang lain dapat juga berasal dari pemanfaatan teknologi informasi dalam bentuk aplikasi yang masih belum maksimal membantu proses pemutakhiran data pemilih. Aplikasi yang dimaksud adalah SIDALIH (Sistem Informasi Data Pemilih) dimana aplikasi ini belum bisa menjawab tantangan yang muncul di lapangan, padahal dengan pemanfaatan teknologi KPU diharapkan telah berhasil mendorong sejumlah nilai, diantaranya; transparan, melayani pemilih, partisipatif.17 Faktor-faktor tersebut di atas merupakan satu

17Surbakti, Ramlan, dkk, Meningkatkan Akurasi Daftar Pemilih dan Mengatur Kembali Sistem Pemilih Pemutakhiran Daftar Pemilih, (t. Ed), (Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011)

(25)

dari sekian kendala dalam pelaksanaan tugas pemutakhiran data pemilih yang dilakukan secara langsung kepada masyarakat luas.

Dengan latar belakang inilah, penulis tertarik untuk meneliti kualitas Daftar Pemilih Tetap di KPU kabupaten Humbang Hasundutan. Bagaimana kinerja KPU dan jajarannya melalukan proses pencocokan dan penelitian daftar pemilih dalam proses pemutakhiran data pemilih. Serta bagaimana proses perekrutan dan seleksi, dan pengawasan yang dilakukan KPU Kabupaten Humbang Hasundutan kepada badan adhoc yang peneliti duga menjadi faktor yang menyebabkan permasalahan yang berakibat pada kualitas dan mutu Daftar Pemilih Tetap tersebut. Untuk menganalisis kualitas Daftar Pemilih Tetap penulis menggunakan teori kualitas menurut ACE dengan menerapkan standar kualitas dengan prinsip komprehensif/inklusif, akurat dan mutakhir.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan pemutakhiran data pemilih pada Pemilu 2019 di Kabupaten Humbang Hasundutan sesuai dengan penjelasan di atas dapat diidentifikasi karena beragam faktor. Dapat terjadi karena masalah kinerja penyelenggara yaitu kapasitas dan kemampuan sumber daya dalam menyusun dan memutakhirkan data pemilih, masalah lainnya kurangnya sosialisasi dan penjelasan mengenai data pemilih, adanya potensi basis data yang semrawut yang digunakan dalam proses pemutakhiran data pemilih, serta masalah penggunaan aplikasi.

Penyelenggara pemilu sangat diharapkan dapat menjadi pihak utama yang berada di barisan paling depan, yang harus memastikan hak pilih masyarakat karena mereka lah yang memiliki kewenangan penuh dalam mendaftarkan, menyusun dan memutakhirkan data pemilih.

Berdasarkan permasalahan dan fakta yang disampaikan pada latar belakang, maka peneliti ingin mencari lebih dalam lagi tentang apa saja faktor yang menjadi kendala dalam menyusun daftar pemilih sehingga daftar pemilih tersebut memenuhi prinsip kualitas yang komprehensif/inklusif, akurat dan mutakhir. Peneliti merumuskan pertanyaan penelitian yaitu:

(26)

1. Bagaimana kualitas daftar pemilih tetap pada Pemilu Serentak 2019 di KPU Kabupaten Humbang Hasundutan?

2. Apakah faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pemutakhiran daftar pemilih serta bagaimana upaya yang dilakukan KPU Humbang Hasundutan dalam mengatasi kendala dalam pemutakhiran daftar pemilih pada Pemilu Serentak Tahun 2019?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana kualitas daftar pemilih tetap pada Pemilu Serentak tahun 2019 di KPU Kabupaten Humbang Hasundutan.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor permasalahan yang menjadi kendala KPU Kabupaten Humbang Hasundutan dalam memutakhirkan data pemilih serta upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut sehingga dihasilkan daftar pemilih yang berkualitas dalam Pemilu serentak 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau kajian ilmiah bagi penelitian lanjutan yang membahas mengenai daftar pemilih dalam Pemilu.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang kualitas daftar pemilih dan hubungannya dengan jaminan hak pilih.

2. Manfaat praktis

Sebagai bahan pertimbangan dalam mendukung perbaikan kualitas daftar pemilih untuk Pemilu berikutnya. Juga memberikan sumbang pikiran kepada KPU RI secara umum dan KPU Kabupaten Humbang Hasundutan secara khusus terkait mengenai permasalahan dalam

(27)

meningkatkan kualitas daftar pemilih, sehingga terwujud daftar pemilih yang komperhensif, akurat dan mutakhir serta diharapkan memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan yang ditemui di lapangan.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Proses pemutakhiran dan penyusunan Daftar Pemilih Tetap merupakan rangkaian dari proses dalam rangka melindungi hak pilih warga negara agar setiap warga negara yang memenuhi syarat difasilitasi untuk masuk ke dalam daftar pemilih. Ada beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan dianggap relevan dengan judul. Hal ini digunakan sebagai bahan referensi untuk peneliti yang secara garis besar memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Penelitian sebelumnya dapat dilihat dan diuraikan sebagai berikut:

1. Ramlan Surbakti, Didik Supriyanto, Hasyim Asy‟ari (2011) dalam Buku Seri Demokrasi Elektoral Buku 9 “Meningkatkan Akurasi Daftar Pemilih:

Mengatur Kembali Sistem Pemilih Pemutahiran Daftar”. Dalam penelitian ini peneliti membahas mengenai isu-isu strategis dalam keterkaitannya dengan pemutakhiran data pemilih, bagaimana proses pemutakhiran data, siapa siapa saja pihak yang terkait, serta apa apa saja kendala yang dihadapi untuk menghasilkan data pemilih yang berkualitas dan evaluasi apa yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum dalam pemutakhiran data pemilih agar menghasilkan daftar pemilih yang berkualitas.18

2. Evi Juliansyah (2011) dalam jurnal dengan judul “Implementasi Kebijakan Pemutakhiran Administrasi Pemilih dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur”. Dalam penelitian, peneliti ini berfokus pada proses pemutakhiran data pemilih. Penelitian tersebut hanya melihat dari proses pemutakhiran data pemilih di lapangan dengan tidak membahas sistem yang dipakai untuk melakukan pemutakhiran data pemilih seperti adanya data

18Surbakti, Ramlan, dkk, Meningkatkan Akurasi Daftra Pemilih dan Mengatur Kembali Sistem Pemilih Pemutakhiran Daftra Pemilih, ([t. Ed]), (Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011)

(29)

pemilih ganda, adanya daftar pemilih yang telah meninggal dunia namun masih terdaftar sebagai daftar pemilu tetap.19

3. Delviani (2018), Jurnal Al-Dustur Volume 1 No 1 “Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Studi Terhadap Pemutakhiran Data Pemilih dalam Pemilukada di Kabupaten Bone)”.

Jurnal ini berfokus pada pemutakhiran data pemilih dimulai dari proses awal sampai menghasilkan DPT di dalam pemilukada kabupaten Bone.20

4. Gabriela Aprilia Kolamban, Daud Liando, Stefanus Sampe (2019) dalam Jurnal “Kinerja Komisi Pemilihan Umum Daerah Dalam Penyusunan Daftar Pemilih Tetap Pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Minahasa Tahun 2018” menjabarkan bahwa kualitas kinerja KPU dalam Menyusun daftar pemilih tetap sangat bagus dalam memaksimalkan penyusunan data yang ada serta KPU mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam penyusunan daftar pemilih tetap tepat pada waktunya serta menggunakan sumber -sumber organisasi yang membantu KPU dalam penyusunan daftar pemilih tetap di kabupaten Minahasa.21

5. Golonggom, Zulkifli et.al (2016), dalam jurnal “Manajemen Daftar Pemilih Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Legislatif di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2014” menjelaskan beberapa permasalahan-permasalahan yang ada dalam proses pemutakhiran data menuju daftar pemilih di Provinsi Sulawesi Utara, dalam hal ini dikaitkan dengan belum diterapkannya fungsi manajemen dalam pengelolaan daftar pemilih.22

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada fokus penelitian ini, dimana penelitian ini akan menganalisis tentang faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala serta upaya apa yang

19 Juliansyah, Evi (2011) dalam Jurnal, „’Implementasi Kebijakan Pemutakhiran Administrasi Pemilih dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur‟‟

20Delviani (2018) dalam Jurnal “Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Studi Terhadap Pemutakhiran Data Pemilih dalam Pemilukada di Kabupaten Bone)”

21 Gabriela A.Kolamban, Daud Liando, Stefanus Sampe (2019) Vol.3 No.3 Jurnal “Kinerja Komisi Pemilihan Umum Daerah Dalam Penyusunan Daftar Pemilih Tetap Pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Minahasa Tahun 2018”

22Golonggom, Zulkifli et.al (2016) Manajemen Daftar Pemilih Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Legislatif di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014, Jurnal Ilmiah Society, Vol 3 (20) hal 1-19.

(30)

dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut dalam proses pemutakhiran data, sehingga akan dihasilkan daftar pemilih yang berkualitas.

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Teori Kedaulatan Rakyat

Teori kedaulatan rakyat menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.23 Kedaulatan berada di tangan rakyat menjadi dasar dari negara- negara yang memilih sistem demokrasi. Maka dasar dari teori kedaulatan rakyat itu sangat sederhana, bahwa rakyatlah yang menjadi pemegang kekuasaan tertinggi di dalam suatu negara. Rakyat berkuasa secara merdeka atas dirinya sendiri.24 Secara etimologi kedaulatan dalam Bahasa Inggris disebut souvereignty berasal dari Bahasa Latin yaitu superanus yang mempunyai arti teratas.25 Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), kedaulatan berarti suatu hak eksklusif untuk menguasai suatu wilayah pemerintahan, masyarakat atau atas diri sendiri.26 Selanjutnya C.F Strong menyatakan bahwa kedaulatan berarti superioritas dalam konteks kenegaraan mengisyaratkan adanya kekuasaan untuk membuat hukum.27

Beberapa filsuf besar dalam teori kedaulatan rakyat salah satunya adalah Jean Jaques Rousseau (1712-1778). J.J. Rousseau menyebutkan untuk menciptakan dan memelihara tertib sosial, maka dibentuk suatu pemerintahan yang melaksanakan kewenangan berdasarkan kontrak sosial dan kepentingan umum. Dari situ muncul suatu pemerintah yang berdasarkan keinginan umum untuk menciptakan tertib sosial dan membawa masyarakat kembali ke suasana damai dan harmonis, kendati mustahil dapat menciptakan kembali kebebasan yang alamiah.28 Kembali menurut Rousseau raja memerintah hanya sebagai

23https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_kedaulatan_rakyat (diakses tanggal 15 Februari 2021)

24Hendra Nurtjahjo, 2006, Filsafat Demokrasi, Bumi Angkasa. Jakarta. Hlm 32-33

25Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes. 2002. Pengantar Hukum Internasional. Bandung. Alumni.

Hal. 16.

26https://id.wikipedia.org/wiki/Kedaulatan (diakses tanggal 15 Februari 2021)

27C. F. Strong. 2011. Konstitusi-konstitusi Politik Modern. Bandung. Nusa Media. Hal. 8

28Surbakti, Ramlan 2010. Memahami Ilmu Politik, Grasindo. Jakarta, hlm 36

(31)

wakil rakyat, sedangkan kedaulatan penuh berada di tangan rakyat dan tidak dapat dibagikan kepada pemerintah itu.29

J.J. Rousseau menggaungkan kekuasaan rakyat dalam bukunya Du Contral Social, yang didalamnya terdapat teori fiksi mengenai “perjanjian masyarakat” (kontrak sosial). Dia menyatakan dalam suatu negara natural liberty telah berubah menjadi civil liberty, dimana rakyat memiliki hak-haknya.

Kekuasaan rakyat sebagai level tertinggi melampaui perwakilan yang berdasarkan suara terbanyak dari suatu kehendak bersama (general will).

Rousseau menyatakan kedaulatan rakyat diswujudkan dalam bentuk pernyataan kehendak. Kehendak rakyat tersebut disampaikan dalam 2 (dua) cara yaitu:

1. Kehendak rakyat seluruhnya (Volunte De Tous). Hanya digunakan oleh rakyat pada saat negara dibentuk, yaitu melalui perjanjian sosial.

2. Kehendak Sebagian rakyat (Volunte Generale). Digunakan setelah negara berdiri dengan cara melalui sistem suara terbanyak.30

Berbeda dengan John Locke yang menyebutkan bahwa setiap manusia berhak mendapatkan hak milik pribadi karena manusia juga merupakan mahluk pencari milik pribadi, dan bahwa fungsi pemerintah adalah memelihara perdamaian, keselamatan serta kebaikan bersama bagi setiap warga masyarakat.31 Locke menyatakan pemerintah dibentuk berdasarkan persetujuan dari yang diperintah. Karena perintah yang dibentuk berdasarkan persetujuan warga masyarakat, maka dengan menaati hukum yang ditetapkan pemerintah sesungguhnya masyarakat menaati dirinya sendiri. Wujud dari persetujuan masyarakat terhadap tindakan pemerintah dilakukan oleh warga masyarakat sendiri atau melalui wakil-wakil mereka yang dipilih. Persetujuan mayoritas warga masyarakat adalah wujud persetujuan rakyat. Masing-masing individu harus dapat menyesuaikan diri dengan kehendak atau keinginan mayoritas.32

29Lili Rasjidi dan Liza Sonia Rasjidi, 2012 Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Citra Aditya Bakti.

Bandung. Hal 83

30Abdul Aziz Akim, Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, Cet 1, h 180-185

31Ramlan Surbakti. Op cit. hlm 34

32Ramlan Surbakti. Loc cit

(32)

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia menganut paham teori kedaulatan rakyat, dan hal ini dituang dalam konstitusi bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Dasar.33 Kedaulatan rakyat meliputi proses pengambilan keputusan di bidang legislatif atau pun ekeskutif. Karena itu rakyat mempunyai kekuasaan tertinggi untuk menjalankan serta mengawasi pelaksanaan ketentuan hukum yang telah dibuat.

Maka dalam teori kedaulatan rakyat ini pemegang kedaulatan adalah rakyat, pemilik kekuasaan tertinggi negara adalah rakyat. Kedaulatan tersebut dijalankan berdasarkan konstitusional.

Untuk masalah pengambilan keputusan yang melibatkan rakyat luas dan langsung, maka UUD 1945 telah mengakomodir keterlibatan rakyat secara langsung melalui Pemilihan Umum (Pemilu). Ketentuan pemilu dalam UUD 1945 merupakan konsekuensi dari perubahan rumusan-rumusan bahwa

“kedaulatan berada di tangan rakyat” dalam pasal 1 ayat (2). Dan dengan adanya perubahan rumusan tentang kedaulatan, aliran mandat kedaulatan yang dimiliki rakyat dapat mengalir langsung secara periodik kepada lembaga-lembaga perwakilan rakyat dan kepala pemerintahan (Presiden) melalui proses pemilihan umum (pemilu) yang langsung, umum, bebas dan rahasia.34

Prinsip teori kedaulatan rakyat ini dapat diaplikasikan melalui pelaksanaan sistem Pemilu tertentu, karena sistem pemilu dapat menjadi ukuran sejauh mana penyelenggara negara konsisten dengan prinsip kedaulatan rakyat sebagaimana tertuang dalam UUD 1945. Sebaliknya, jika sistem pemilu tersebut memberi ruang sempit bagi rakyat untuk menentukan pilihannya, maka sistem itu semakin jauh dari hakekat kedaulatan rakyat.35

Dari beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa inti pokok dari teori kedaulatan rakyat adalah bahwa prinsip kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi berada di tangan rakyat dan untuk menjalankannya harus dijamin

33Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat (2)

34Jimly Asshiddiqie, 2004. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Negara dalam UUD 1945, Fakulkas Hukum Universitas Islam Indonesia Press, hlm. 41

35 Khairul Fahmi, Prinsip Kedaulatan Rakyat dalam Penentuan Sistem Pemilihan Umum Anggota Legislatif. Jurnal Konstitusi, volume 7, Nomor 3, Juni 2010.

(33)

melalui konstitusi. Kedaulatan rakyat tersebut diberikan pada sekelompok orang atau organisasi yang disebut Pemerintah melalui pengambilan keputusan suara terbanyak dengan melibatkan masyarakat secara luas atau sering disebut Pemilu.

Atas prinsip tersebut maka pemerintahan oleh satu orang atau sekelompok elit ideologis tidak memiliki legitimasi yang sah.

Ramlah Surbakti dkk mengklasifikasikan rakyat berdaulat dalam beberapa tingkat yaitu:36

1. Tingkat pertama dan yang paling umum yaitu seluruh warga negara mulai dari bayi yang baru lahir sampai dengan nenek dan kakek yang berusia lanjut.

2. Tingkat Kedua adalah warga negara yang berhak memilih berdasarkan konstitusi. Undang-Undang tentang Pemilu di Indonesia menggolongkan memilih sebagai hak. Rakyat yang berhak memilih adalah warga negara yang telah berusia 17 tahun atau lebih, sudah atau pernah menikah, tidak sedang kehilangan hak pilih karena putusan pengadilan, dan tidak sedang hilang ingatan. Dalam kenyataan, tidak semua warga negara yang berhak memilih terdaftar sebagai pemilih dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), baik karena petugas lalai mendaftar warga tersebut maupun karena warga sendiri karena berbagai alasan tidak mendaftarkan diri.

3. Tingkat ketiga adalah warga negara yang berhak memilih dan terdaftar dalam DPT. Dalam hal pelaksanaannya juga menunjukkan mereka yang terdaftar sebagai pemilih dalam DPT karena berbagai alasan tidak semua menggunakan hak pilihnya.

4. Karena hal tersebut diatas maka muncullah rakyat berdaulat Tingkat keempat, yakni mereka yang terdaftar sebagai pemilih dalam DPT dan menggunakan hak pilihnya. Dari pengalaman pelaksanaan setiap Pemilu dimanapun di dunia ini, dapat pula disimpulkan bahwa tidak semua pemilih yang menggunakan hak pilihnya dapat dikategorikan sah.

36 Ramlan Surbakti, Didik Supriyanto, Hasyim Asy‟ari. 2011. Menjaga Kedaulatan Pemilih, Kemitraan, Jakarta, hlm. 1-2

(34)

5. Tingkat kelima. Suara yang dinyatakan sah lah yang akan dikonversi menjadi kursi dalam penyelenggara negara. Namun untuk tujuan tertentu serta yang sudah disepakati dalam Undang-undang, sejumlah negara demokrasi membuat ketentuan yang menyatakan hanya partai politik yang mencapai jumlah suara atau jumlah kursi tertentu saja yang dapat memasuki parlemen (parliamentary threshold). Ketentuan mengenai ambang batas seperti ini menyebabkan suara sah yang diberikan kepada parpol yang tidak mencapai ambang batas tidak dapat dikonversi menjadi kursi penyelenggara negara. Maka dengan demikian secara empirik terdapat rakyat berdaulat tingkat lima, yaitu suara pemilih yang dinyatakan sah dan diberikan kepada parpol yang mencapai ambang batas untuk masuk parlemen.

Dengan beberapa tingkatan rakyat berdaulat yang telah dijelaskan diatas, maka sangatlah penting setiap warga negara yang berhak memilih masuk ke dalam kategori rakyat berdaulat tingkatan paling tinggi. Namun karena pilihan politik dan batasan parliamentary threshold membuat sebagian pemilih tidak paripurna sebagai seorang pemilih yang berdaulat.

Yang terjadi dalam hal ini adalah ditemukannya pemilih yang masuk dalam tingkat kedua, yaitu pemilih yang memenuhi syarat untuk memilih namun tidak dapat menggunakan hak pilihnya karena tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap. Hal ini dapat mengurangi tingkat kedaulatan pemilih khususnya bagi warga yang tidak terdaftar. Sebagai penyelenggara, KPU diharapkan mampu memberikan jaminan kepada setiap pemilih yang memenuhi syarat memilih agar terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap, serta menggunakan hak pilihnya dengan suara sah dengan begitu makan rakyat disebut berdaulat.

2.2.2 Demokrasi

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara

(35)

langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan dan pembuatan hukum.37 Secara etimologi demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos dan cratein atau cratos, demos artinya rakyat dan cratein atau cratos artinya kekuasaan atau kedaulatan.38 Istilah demokrasi ini memiliki banyak pengertian, dari sejumlah pengertian yang ada, pernyataan yang paling sederhana dari Abraham Lincoln dapat menyimpulkan dalam artian praktis bahwa pengertian demokrasi secara umum yaitu “the government from the people, by the people, and for the people” yang artinya pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Robert A Dahl menyebutkan bahwa demokrasi mengandung dua dimensi yaitu kontestasi dan partisipasi. Bagaiman demokrasi bekerja, cukup dilakukan dengan dua ukuran, yang pertama adalah seberapa tinggi kontestasi, kompetisi atau persaingan yang memungkinkan sering disebut liberalisasi. Serta yang kedua adalah seberapa banyak warga negara memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam kompetisi politik (inclusiveness).39

Selanjutnya Robert A Dahl memberikan pendapat bahwa proses demokrasi sebagai suatu gagasan politik mengandung 5 kategori yaitu:

1. Partisipasi efektif, yaitu sebelum sebuah kebijakan digunakan oleh asosiasi maka seluruh anggota harus mempunyai kesempatan yang sama dan efektif untuk membuat pandangan mereka diketahui anggota-anggota lainnya sebagaimana seharusnya kebijakan itu dibuat.

2. Persamaan suara, yaitu setiap anggota harus mempunyai kesempatan yang sama dan efektif untuk memberikan suara dan seluruh suara harus dihitung semua.

3. Pemahaman yang cerah, yaitu dalam batas waktu yang rasional setiap anggota harus mempunyai kesempatan yang sama dan efektif untuk mempelajari kebijakan-kebijakan alternatif yang relevan dan konsekuensi- konsekuensi yang mungkin ada.

37https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi (diakses tanggal 15 Februari 2021)

38https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi (diakses tanggal 15 Februari 2021)

39Robert A. Dahl, 1992, Dilema Demokrasi Pluralis: Antara Otonomi dan Kontrol, Rajawali, Jakarta

(36)

4. Pengawasan agenda, yaitu setiap anggota harus mempunyai kesempatan eksklusif untuk memutuskan bagaimana dan apa permasalahan yang dibahas dalam agenda.

5. Percakapan orang dewasa, yaitu semua atau paling tidak sebagian besar orang dewasa yang menjadi penduduk tetap seharusnya memiliki hak kewarganegaraan penuh yang ditunjukkan oleh empat kriteria sebelumnya.40

Dalam pelaksanaannya, cara yang digunakan dalam demokrasi ada dua cara yaitu yang pertama demokrasi langsung (directe democratie) dimana apabila semua rakyat berkumpul bersama-sama untuk membuat Undang-undang.

Sistem ini yang masih dilaksanakan di Swiss dengan sistem referendum. Yang kedua adalah demokrasi perwakilan (representative democratie) dimana rakyat yang telah dewasa memilih wakil-wakilnya untuk duduk dalam Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) baik di pusat maupun di daerah, yang akan melaksanakan pemerintahan.41

Pandangan lain menyebutkan bahwa demokrasi sebagai suatu gagasan politik yang merupakan paham yang universal, sehingga demokrasi mengandung beberapa elemen yaitu sebagai berikut:

1. Penyelenggara kekuasaan berasal dari rakyat

2. Setiap pemegang jabatan yang dipilih oleh rakyat harus dapat mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yang hendak dan telah ditempuhnya

3. Diwujudkan secara langsung maupun tidak langsung

4. Rotasi kekuasaan dari seseorang atau kelompok ke orang atau kelompok lainnya, dalam demokrasi peluang akan terjadinya rotasi kekuasaan harus ada dan dilakukan secara teratur dan damai

5. Adanya proses pemilu karena dalam negara demokratis pemilu dilakukan secara teratur dalam menjamin hak politik rakyat untuk memilih dan dipilih.42

40Robert A. Dahl, 2001. Perihal Demokrasi: Menjelajahi Teori dan Praktek Demokrasi secara Singkat.

Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Hlm 52-53.

41Ramdlon Naning, 1982. Asas Ilmu Negara, Aneka Bina Ilmu, Jakarta. hlm. 52

42Afan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta. Pustaka pelajar. 2005

(37)

Berkaitan dengan teori demokrasi, Ramlan Surbakti memberikan pandangan dimana semua negara demokrasi di dunia ini menerapkan demokrasi perwakilan yaitu rakyat sebagai pemilik seluruh fungsi negara (pemegang kedaulatan) akan memilih pihak lain yang dipercaya untuk mewakili mereka.

Rakyat di negara yang mengadopsi bentuk pemerintahan parlementer hanya memilih anggota parlemen, dan para anggota parlemen kemudian akan memilih kepala pemerintahan dan anggota kabinetnya.43

2.2.3 Hak Pilih

Hak pilih dalam hal ini dapat dikaitkan ke dalam keseteraan warga negara dalam menentukan hak pilihnya dalam Pemilu. Keseteraan ini dalam artian bahwa semua warga negara yang sudah memenuhi syarat dalam memilih mempunyai hak untuk menentukan pilihannya dalam mewujudkan pesta demokrasi. Kesetaraan ini tidak membedakan kaya atau miskin, kaum elit atau kaum marginal, penggangguran atau bekerja, karena hal ini sudah diatur dalam pasal 27 UUD 1945 dimana “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjungjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”44

Bentuk kesetaraan warga negara dalam pesta demokrasi dapat diwujudkan dalam 3 bagian berikut ini;45

1. Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang ditandai oleh derajad cakupan, derajad kemutakhiran, derajad akurasi dan derajad transparansi pendaftaran atau pemutakhiran daftar pemilih yang tinggi,

2. Kesetaraan keterwakilan (equal representation)

3. Kesetaraan dalam proses pemungutan dan penghitungan suara (every vote count equally)

43Ramlan Surbakti, Op.Cit, hlm. 100

44UUD 1945 Pasal 27 ayat (1)

45 Ramlan Surbakti, Ahsanul Minan, Feri Amsari, Ferry Daud Liando, Fitra Arsil, Fitriyah, Hadi Subhan, Hasim Asyari, Khairul Fahmi, Mada Sumajati, Nurliah Nurdin, Radian Salman, Wahidah Suaib. 2015. Op.cit, hlm. 144

(38)

Hak warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum disebut sebagai hak pilih, hak pilih merupakan salah satu bentuk hak politik yang masuk ke dalam hak asasi manusia. Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki oleh manusia semata-mata karena ia manusia. Hak ini dimilikinya bukan karena diberikan oleh orang lain atau berdasarkan hukum positif, melainkan berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Meskipun manusia terlahir dalam kondisi dan keadaan yang berbeda-beda, berbeda jenis kelamin, agama, ras, suku, budaya dan keanekaragaman lainnya, namun tetap saja memiliki hak-hak tersebut dimana hak tersebut adalah universal dan tidak dapat dicabut oleh siapa pun dan kapan pun. Manusia yang satu dengan yang lain mempunyai hak asasi yang sama, keseteraan hak dalam segala hal, termasuk dalam hal kesetaraan politik yaitu ketika semua anggota masyarakat mempunyai kedudukan yang sama.

Hak pilih diatur dalam ketentuan hukum yang fundamental suatu negara dan biasanya ada di dalam Undang-Undang maupun Undang-Undang yang terkait, dan di dalam berbagai instrumen hukum internasional tentang hak asasi manusia.46 Hal ini tertuang dalam Universal Declaration of Human Right (UDHR) pasal 21 yang menyebutkan bahwa (1) Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan negaranya, secara langsung atau melalui wakil-wakilnya yang dipilih dengan bebas. (2) Setiap orang berhak atas kesempatan yang sama untuk diangkat dalam jabatan pemerintahan negaranya. (3) Kehendak rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah, kehendak ini harus dinyatakan dalam pemilihan umum yang dilaksanakan secara berkala dan murni, dengan hak pilih yang bersifat umum dan sederajat, dengan pemungutan suara secara rahasia ataupun dengan prosedur lain yang menjamin kebebasan memberikan suara.47

Dalam pasal 27 Undang-undang Dasar 1945 disebutkan “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan wajib

46International IDEA, Op.cit, hlm 7

47 European Commission, Compendium of International Standard for Election, Swedia, ISBN 978- 91-633-1479-7, hlm. 5

(39)

menjungjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”48 Maka dari itu setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam hal memilih atau dipilih, masing-masing warga negara jika sudah memenuhi syarat untuk memilih, maka penyelenggara diwajibkan untuk memfasilitasi tanpa membeda-bedakan. Karena prinsip kesetaraan hak yang menyebutkan semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama dalam hak politik.

Memilih ialah suatu aktifitas yang merupakan proses menentukan sesuatu yang dianggap cocok dan sesuai dengan keinginan seseorang atau kelompok, baik yang bersifat eksklusif maupun yang inklusif. Memilih merupakan aktifitas menentukan keputusan secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku memilih ialah keikutsertaan warga Negara dalam pemilihan umum merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan, yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum.49

Menurut C.S.T. Kansil (1986:2-5) hak pilih terdiri dari hak pilih aktif (hak memilih) dan hak pilih pasif (hak dipilih)

a. Hak memilih (hak pilih aktif)

Hak memilih adalah hak warga Negara untuk memilih wakilnya di dalam suatu pemilihan umum. Keikutsertaan warga Negara dalam pemilihan umum merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan, yaitu apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum (Ramlah Surbakti, 2007: 145).

Kedaulatan politik sebuah bangsa akan tampak dengan sendirinya di tangan rakyat pemilih melalui pemilihan umum (Gusdur dalam Khoirudin, 2004: 9).

b. Hak dipilih (hak pilih pasif)

Hak dipilih adalah hak warga Negara untuk dipilih menjadi anggota sesuatu Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat dalam suatu pemilihan umum.

Apabila dikaitkan dengan kualitas daftar pemilih maka seharusnya tidak ada pemilih yang tidak masuk ke dalam daftar pemilih, karena semua akan masuk dalam daftar pemilih. Meskipun pada kenyataannya di KPU Kabupaten

48UUD 1945 Pasal 27 ayat (1)

49Surbakti. Ramlan 1992. Memahami Ilmu Politik. PT.Grasindo. Jakarta. hal 15.

(40)

Humbang Hasundutan masih ada ditemukan sekitar 4.418 pemilih yang tidak terdaftar dalam daftar pemilih tetap.

2.2.4 Kualitas

Apa sebenarnya arti dari kualitas itu? Kata kualitas biasa digunakan pada hasil produksi baik barang dan jasa. Kualitas mengandung banyak makna dan arti yang berbeda karena orang yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan, seperti kesesuaian dengan persyaratan atau tuntutan, kecocokan untuk pemakaian perbaikan berkelanjutan, bebas dari kerusakan atau cacat, pemenuhan kebutuhan pelanggan, melakukan segala sesuatu yang membahagiakan.50

Kata kualitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna tingkat baik buruknya sesuatu; kadar; derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan dan sebagainya); mutu.51 Menurut Crosby (1979) kualitas adalah sebagai kesesuaian dengan persyaratan, sedangkan Kotler (1997) mendefinisikan kualitas sebagai keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang mendukung kemampuan untuk memuaskan kebutuhan. Kadir (2001) menyebutkan kualitas adalah tujuan yang sulit dipahami karena harapan para konsumen akan selalu berubah, setiap standar baru ditemukan maka konsumen akan menuntut lebih untuk mendapatkan standar yang baru dan lebih baik.52

Dari beberapa defenisi di atas, maka kualitas adalah kesesuaian dengan standar yang sudah ditentukan dengan harapan dapat memuaskan kebutuhan.

Terkait dalam data pemilih, kualitas yang dimaksud adalah kesesuaian daftar pemilih tetap dengan prinsip komprehensif, akurat dan mutakhir. Secara teknis bentuk jaminan pemilih untuk dapat menggunakan hak pilihnya adalah tersedianya daftar pemilih yang akurat. Hal ini mengingat persyaratan bagi pemilih untuk dapat menggunakan hak pilih adalah terdaftar dalam daftar pemilih. Apabila pemilih telah terdaftar dalam daftar pemilih, pada hari pemungutan suara mereka mendapat jaminan untuk dapat menggunakan

50Fandy, Tjiptono. 2004. Manajemen Jasa, Edisi Pertama, Yogyakarta, Andi Offset hal 2

51https://kbbi.web.id/kualitas (diakses tanggal 11 Maret 2021)

52https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-kualitas/ (diakses tanggal 11 Maret 2021)

(41)

hak pilihnya. Demikian pula sebaliknya, bila pemilih tidak terdaftar dalam daftar pemilih, mereka pun berpotensial akan kehilangan hak pilihnya.

Dalam teori ACE- The Electoral Knowledge Network disebutkan tujuan utama dari daftar pemilih adalah untuk mengkonfirmasi kelayakan individu untuk memilih baik dalam pemilihan Nasional dan/atau Provinsi, daerah atau lokal. Upaya pendaftaran menentukan kelayakan dalam menjelang Hari Pemilihan, sehingga otoritas manajemen Pemilu dapat mengelola pemilihan secara efisien.53

Dijelaskan kembali bahwa pendaftaran dan penyusunan daftar pemilih merupakan proses menetapkan kelayakan individu untuk memilih. Merupakan salah satu aspek yang mahal, aspek yang memakan waktu dan aspek yang lebih kompleks dari proses pemilihan, serta sering menyumbang sebagian besar anggaran, waktu penyelenggara dan wewenang sumber daya manajemen Pemilu.

Jika hal ini dilakukan dengan baik maka daftar pemilih memberikan legitimasi yang penting pada proses tersebut. Proses pemilihan dapat dianggap tidak sah jika sistem pendafataran data pemilih cacat dan tidak berkualitas.54

Melihat hal tersebut diatas, maka sangat penting untuk membuat daftar pemilih tetap itu menjadi berkualitas. Standard kualitas menurut ACE yang diadopsi di Indonesia dan mengandung beberapa prinsip yaitu:55

a. Prinsip komprehensif/inklusif adalah daftar pemilih diharapkan memuat semua Warga Negara Indonesia baik yang berada di dalam negeri maupun luar negeri yang telah memenuhi persyaratan sebagai pemilih agar dapat dimasukkan dalam daftar pemilih. Dalam kegiatan pemutakhiran pemilih tidak dibenarkan melakukan tindakan diskriminatif dalam rangka memasukkan atau menghapus nama-nama tertentu dalam daftar pemilih karena alasan politis, suku, agama, kelas atau alasan apapun.

b. Prinsip akurat adalah daftar pemilih diharapkan mampu memuat informasi tentang pemilih, meliputi nama, umur/tanggal lahir, status kawin, status

53 The ACE Encyclopaedia:Voter_Registration_2013.pdf (nigerianwomentrustfund.org) (diakses tanggal 16 November 2021)

54Ibid,

55Ibid,

Gambar

Gambar 1.1  Kerangka Berfikir
Tabel 3.1  Informan Penelitian  No  Nama  Kriteria  Informan  Jabatan  Keterangan  1  Binsar  P  Sihombing  Penyelenggara Pemilu  Ketua KPU Humbahas  Informan Kunci  2  Belta Sihite  Penyelenggara
Gambar 3.1 Analisis Data Model Miles dan Huberman
Tabel  berikut  akan  menunjukkan  jumlah  data  pemilih  yang  tidak  sesuai  dengan prinsip akurat dalam standar kualitas menurut ACE  yang diolah peneliti  berdasarkan hasil penelitian

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Setelah melakukan uji pendahuluan dengan variasi konsentrasi tersebut didapatkan hasil bahwa semua larva yang diuji mengalami kematian pada semua konsentrasi, hal

Untuk menjaga kualitas air yang didistribusikan oleh perusahaan penyedia Untuk menjaga kualitas air yang didistribusikan oleh perusahaan penyedia air minum agar air

Jawaban yang relatif sarna, adanya harapan yang tinggi, eiri-eiri subyek yang sarna (baik pekerjaan rnaupun status perkawinan), kesadaran menyediakan biaya untuk

Di samping itu, adanya aktivitas perusahaan besar yang masuk ke daerah setempat juga ikut merubah tipe penutupan lahan dalam skala yang lebih luas, seperti aktivitas pertambangan

507 LAURYN VICTORANG        SMA SANTA URSULA BSD DESAIN KOMUNIKASI VISUAL POTONGAN UANG PANGKAL 90% 508 VERREN WILLIAN         

Disetujui Oleh :…….. Diserahkan oleh :………. 1) Staf administrasi kantor atau sekretaris membuat permohonan pengisian dana kas kecil (mengisi formulir pengajuan dana

OCBC Bank Singapore adalah salah satu Bank tertua di Singapura yang didirikan tahun 1912 dan merupakan salah satu perusahaan keuangan terbesar di Asia, dengan aset grup usaha lebih

Purwakanthi guru swara vokal /a/ tersebut, bersumber dari kata becak, yang merupakan pokok bahasan utama pada bagian pertama. Dengan kata becak diturunkan menjadi