• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN CUKA APEL DAN CUKA SALAK TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI GULA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN CUKA APEL DAN CUKA SALAK TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI GULA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN CUKA APEL DAN CUKA SALAK TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET

TINGGI GULA

The Influence of Apple and Snakefruit Vinegar on Blood Glucose Levels of Male Wistar Rats Fed with High-Sugar Diet

Elok Zubaidah

Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran – Malang 65145, Telp 0341-580106/Fax. 0341-568917

Penulis Korespondensi: email elzoeba@yahoo.com

ABSTRAK

Cuka merupakan cairan yang diproduksi oleh bahan yang mengandung pati dan gula melalui dua tahap fermentasi alkoholik dan asetat. Cuka umumnya dibuat dari buah-buahan diantaranya adalah cuka apel dan cuka salak. Cuka apel dan salak mengandung senyawa antioksidan alami yang dapat membantu menetralkan radikal bebas hasil proses oksidasi dalam tubuh serta menanggulangi penyakit degeneratif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek cuka salak dan apel terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus Wistar jantan yang diberi diet tinggi gula, dan membandingkan efektivitas penurunan kadar glukosa darah antara cuka apel dengan cuka salak. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan desain Post Test Only Control Group Design. Tikus dibagi dalam empat kelompok perlakuan yaitu diberi diet normal, diet tinggi gula, diet tinggi gula + cuka apel, dan diet tinggi gula + cuka salak. Cuka apel dan cuka salak dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus yang diberi diet tinggi gula sampai mendekati batas normal. Kelompok perlakuan diet tinggi gula (211.0 mg/dL) memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelompok perlakuan diet normal (156.3 mg/dL), diet tinggi gula + cuka apel (146.3 mg/dL) dan diet tinggi gula + cuka salak (132.7 mg/dL).

Kata kunci: cuka apel, cuka salak, diet tinggi gula ABSTRACT

Vinegar is a liquid that produced from starch and sugar-contained material by alcoholic and acetic fermentation. Usually, vinegar is made from fruits including apple and snakefruit. Apple and snakefruit vinegar contains natural antioxidants that able to neutralize free radicals from oxidation reactions therefore prevents degenerative deseases. This study was objected to know the effect of apple and snakefruit vinegar to reduce blood glucose levels on male Wistar rats fed a high-sugar diet, and to compare the effectivity of apple vinegar and snakefruit vinegar on blood glucose decline. This study is a laboratory experimental with Post Test Only Control Group Design. Rats were divided into four groups (normal diet, high-sugar diet, high-sugar diet + apple vinegar, and high-sugar diet + snakefruit vinegar. The result showed that apple vinegar and snakefruit vinegar lowered blood glucose levels near to normal. High sugar-diet group (211.0 mg/dl) revealed a significant glucose level difference compared to normal diet (156.3 mg/dL), high sugar-diet + apple vinegar (146.3 mg/dL), and high sugar-diet + snakefruit vinegar group (132.7 mg/dL).

Keywords: apple vinegar, snakefruit vinegar, high sugar-diet

PENDAHULUAN

Cuka telah dikenal sejak ribuan tahun lalu, merupakan cairan yang diproduksi oleh bahan yang mengandung pati dan gula

melalui dua tahap fermentasi alkoholik dan asetat, dan yang paling sedikit mengandung 4% (b/v) asam asetat. Salah satu cuka yang berasal dari buah-buahan adalah cuka apel.

Cuka apel mengandung senyawa antioksidan

▸ Baca selengkapnya: percobaan telur dan cuka

(2)

alami yang dapat membantu menetralkan radikal bebas hasil proses oksidasi dalam tubuh (Anonymous, 2005). Penelitian terbaru menyimpulkan bahwa cuka apel memiliki banyak khasiat medis secara internal dan eksternal, diantaranya mampu mengontrol dan menormalkan berat badan dan menanggulangi penyakit degeneratif (Johnston et al., 2004). Selain cuka yang berasal dari buah apel, terdapat cuka yang berasal dari buah salak. Buah salak segar merupakan sumber penyedia serat dan mineral bagi tubuh, antioksidan dan vitamin.

Saat ini cuka apel dikenal masyarakat sebagai minuman kesehatan yang berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif.

Penyakit degeneratif semakin meningkat di kota-kota besar salah satunya adalah diabetes mellitus. Penyakit ini ditandai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dicirikan oleh kadar gula dalam darah (hiperglikemia) dan dalam urin (glukosuria) yang tinggi. Menurut Abu-Zaiton (2011) cuka apel telah banyak digunakan untuk pengobatan pasien diabetes melitus di Jordania.

Namun, sejauh mana pengaruh cuka apel dan cuka salak terhadap pencegahan diabetes mellitus terutama dalam menurunkan kadar glukosa darah masih perlu dikaji. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian cuka apel dan cuka salak terhadap penurunan kadar glukosa darah terhadap tikus wistar jantan yang diberi diet tinggi gula.

BAHAN DAN METODE Bahan dan alat

Bahan yang digunakan adalah Cuka apel merk Tahesta dan cuka salak merk Vinegar, pakan standar tikus dan pakan diet tinggi gula Tabel 1), anti koagulan heparin/EDTA, dan reagen GOD-PAP.

Hewan coba yang digunakan adlah tikus putih Rattus Novergicus Strain Wistar, dewasa yang berumur 2-3 bulan, berat badan 120-170 gram dengan kondisi sehat yang ditandai dengan gerakannya aktif.

Metode Percobaan

Desain penelitian yang digunakan adalah True Experimental: Post Test Only

Control Group Design. Pemilihan obyek penelitian untuk pengelompokkan dan pemberian perlakuan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 kelompok perlakuan yaitu:

Kontrol negatif (P0) : diet normal Kontrol positif (P1) : diet tinggi gula

Perlakuan 1 (P2) : diet tinggi gula + cuka apel Perlakuan 2 (P3) : diet tinggi gula + cuka salak Persiapan Hewan Percobaan

Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang yang berbeda.

Sebelum perlakuan tikus diadaptasikan pada kondisi laboratorium selama 1 minggu dengan tujuan untuk menyesuaikan dengan lingkungan. Selain adaptasi, juga diberikan diet normal (standar).

Penentuan Besar Dosis Perlakuan

Dosis cuka apel yang biasa dipakai oleh manusia adalah 3 x 2 sdm = 2 sdm cuka apel

= 10 cc. Dosis pemakaian untuk tikus dapat dihitung dengan mengkalikan dosis pemakaian pada manusia tersebut dengan faktor konversi manuasia ke tikus yaitu 0.0027, sehingga didapat dosis pemakaian untuk tikus dengan berat 150 g sebagai berikut:

0.0027 cc/g BB tikus x 150 g = 0.4 cc/ekor/hari Cuka diberikan dengan pengenceran 2 mL akuades pada setiap dosis pemberian.

Pengenceran cuka dilakukan setiap hari.

Pengukuran Kadar Glukosa Darah

Pengukuran kadar glukosa darah semua tikus wistar dilakukan pada akhir perlakuan atau pada hari ke-28. Plasma darah dimasukkan ke dalam tabung vial yang sudah diberi koagulan EDTA dengan perbandingan darah dengan EDTA 1:1. Sampel ditambah

Pakan Komposisi %

Pakan Standar Comfeed PAR-S Tepung terigu Air secukupnya

53.87 26.9

Pakan Tinggi Gula Comfeed PAR-S Tepung terigu Gula

Minyak hewani Air secukupnya

20 10 65 5

Tabel 1. Komposisi pakan standar dan pakan tinggi gula

(3)

reagen uji dan dimasukkan inkubator 25 °C selama 20 menit atau 10 menit pada suhu 37

°C. Setelah itu diukur absorbansi standar (A-std) dan sampel (A-spl) terhadap blanko reagen (RB) dengan panjang gelombang 500 nm. Perhitungan kadar glukosa:

Kadar glukosa (mg/dL) = A-spl/A-std x konsentrasi standar

HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Cuka Salak dan Cuka Apel

Cuka apel dan cuka salak yang dihasilkan merupakan hasil fermentasi buah salak buah apel menjadi asam asetat.

Komposisi cuka apel dan cuka salak dapat dilihat pada Tabel 2.

Kadar glukosa darah pada diet tinggi gula lebih tinggi daripada diet normal. Pada diet tinggi gula kadar glukosa darahnya sebesar 211.0 mg/dL sedangkan pada diet normal sebesar 156.3 mg/dL. Fenomena yang sama terjadi pada penelitian Tsalissavrina (2006) bahwa kadar glukosa darah pada diet tinggi gula adalah 293.5 mg/dL, lebih tinggi daripada diet normal (184.8 mg/dL).

Menurut Bresnahan (2004), kadar glukosa serum pada tikus normal adalah 50-135 mg/dL. Tingginya kadar glukosa darah pada kelompok diet tinggi gula menunjukkan paparan diet tinggi gula yang diberikan berpengaruh terhadap peningkatan glukosa darah secara signifikan. Menurut Marks et al. (2000), faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar glukosa darah adalah konsentrasi glukosa darah itu sendiri dan hormon, terutama insulin dan glukagon.

Pada saat kadar glukosa darah meningkat setelah makan, peningkatan konsentrasi glukosa darah tersebut merangsang sel b pankreas untuk mengeluarkan insulin. Dalam hal ini, hati Komposisi Cuka Apel Cuk a Salak

Total Asam (% ) 4.53 4.62

Alkohol (%) 0.13 1.5

pH 3.21 2.90

TPT (Brix) 3.67 3.33

Aktivitas Anti- oksidan (% )

58.93 67.06

Fenol (mg/L) 132.55 197.77

Pektin (%) 0.75 0.57

Gambar 1. Kadar glukosa darah tikus pada akhir percobaan (hari ke-28)

P er la ku an K a d a r G lu kosa D a ra h

D iet N or m al 1 5 6.3 0

D iet T in ggi G u la 2 1 1.0 0 D iet T i ng gi Gu la +

C u ka A p el

1 4 6.3 0

D iet T i ng gi Gu la + C u ka S a la k

1 3 2.7 0

Tabel 3. Kadar glukosa darah tikus diet tinggi gula dengan perlakuan yang berbeda pada hari ke-28

Kadar asam asetat cuka salak lebih besar daripada kadar asam asetat cuka apel.

SNI 01-3711-1995 standar asam asetat mencantumkan syarat mutu kadar asam asetat cuka makanan adalah minimum 4%.

Cuka salak dan cuka apel memenuhi standar dengan kadar asam asetat cuka salak 4.62%

dan kadar asam asetat cuka apel 4.53%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa total fenol pada cuka salak lebih tinggi daripada cuka apel. Buah salak yang digunakan sebagai medium fermentasi lebih banyak mengan- dung polifenol dibandingkan dengan apel.

Selain itu senyawa polifenol yang banyak terdapat pada salak adalah tanin yang larut dalam air. Hal ini selaras dengan aktivitas antioksidan buah dimana aktivitas antioksi- dan cuka salak lebih tinggi daripada aktivitas antioksidan cuka apel.

Pengaruh Diet terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus

Terdapat perbedaan kadar glukosa darah dari masing-masing kelompok Tabel 2. Komposisi cuka apel dan cuka salak

perlakuan (Gambar 1). Kadar glukosa darah tertinggi ditunjukkan pada kelompok diet tinggi gula (211.0 mg/dL) dan yang terendah pada kelompok diet tinggi gula + cuka salak (132.7 mg/dL).

(4)

berfungsi sebagai suatu sistem penyangga glukosa darah yang sangat penting, artinya saat glukosa darah konsentrasinya tinggi, maka kecepatan sekresi insulin juga meningkat, sebanyak dua pertiga dari seluruh glukosa yang diabsorbi dari usus dalam waktu singkat akan disimpan dalam hati dengan bentuk glikogen. Lalu selama beberapa jam berikutnya, bila konsentrasi glukosa darah dan kecepatan sekresi insulin menurun, maka hati akan melepaskan glukosa kembali kedalam darah (Guyton, 1997).

Namun pada kelompok diet tinggi gula ini keadaan tersebut tidak terjadi karena kadar glukosa darah tetap berada di batas atas normal (hiperglikemia). Hal ini diduga karena pemberian proporsi gula hingga 65%

pada ransum diet tinggi gula akan terus- menerus merangsang produksi insulin, sebagai akibatnya kadar insulin selalu tinggi dalam darah (hiperinsuline-mia).

Apabila sel β pankreas tidak sepenuhnya sehat, maka sel β pankreas dalam menghadapi tantangan resistensi insulin yang menuntut produksi insulin yang berlebih, suatu ketika akan menurun kemampuannya sehingga terjadilah gangguan toleransi terhadap glukosa. Dengan adanya resistensi insulin maka glukosa tidak dapat dimasukkan ke dalam sel, dan sebagai akibatnya glukosa akan menumpuk dalam darah sehingga kadarnya meninggi (hiperglikemia).

Pada kelompok diet tinggi gula + cuka salak mendapatkan kadar glukosa terendah.

Hal ini diduga cuka salak mempunyai kemampuan pencegahan peningkatan glukosa darah dalam mencegah metabolisme dan penyerapan glukosa selain itu juga meningkatkan sensitifitas reseptor insulin sehingga peningkatan kadar glukosa darah dapat ditekan sampai batas normal.

Perlakuan diet tinggi gula memberikan pengaruh yang nyata terhadap perlakuan diet normal. Diduga komposisi zat gizi karbohidrat pada diet tersebut yaitu penambahan tepung dan gula yang tentunya akan mempengaruhi terhadap kadar glukosa darah. Menurut Tsalissavrina (2006), pemberian diet tinggi gula menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah yang cepat, peningkatan glukosa darah ini atau yang sering disebut hiperglikemia akan menyebabkan keadaan hiperinsulinemia, kondisi ini lama-kelamaan akan menyebabkan

resisten insulin sehingga berakibat timbulnya penyakit diabetes mellitus.

Pemberian cuka apel dan cuka salak bersamaan dengan diet tinggi gula yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah yang dapat ditekan sampai mendekati batas normal. Ridhi (2008) dalam penelitiannya mengenai pengaruh pemberian sari buah apel terhadap kadar glukosa darah pada tikus wistar yang diberi diet anterogenik, sari buah apel dosis 3 mL/hari dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus yang diberi diet anterogenik menjadi 141.6 mg/dL.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian cuka salak lebih efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah sampai mendekati batas normal dibandingkan dengan sari buah apel.

Pengaruh Cuka Apel dan Cuka Salak terhadap Glukosa Darah Tikus Diet Tinggi Gula

Dari kedua perlakuan diet tinggi gula dengan penambahan cuka buah, yang memberikan pengaruh pencegahan paling baik adalah kelompok perlakuan diet tinggi gula + cuka salak. Hal ini disebabkan karena cuka salak mengandung antioksidan lebih tinggi dibandingkan cuka apel. Menurut Zubaidah dan Kurniawan (2010), kandungan antioksidan pada cuka salak lebih tinggi daripada cuka apel disebabkan karena cuka salak memiliki total asam yang lebih tinggi dan pH yang lebih rendah dibandingkan dengan cuka apel.

Hal ini selaras dengan total fenol buah dimana total fenol cuka salak lebih tinggi daripada total fenol cuka apel, sehingga pada cuka salak lebih dapat menekan peningkatan kadar glukosa darah sampai mendekati batas normal dan dapat mencegah kerusakan pankreas disebabkan oleh senyawa radikal bebas yang merusak sel-sel pada pankreas sehingga tidak dapat berfungsi untuk menghasilkan insulin. Hanna et al. (2006) menyatakan bahwa salak (Salacca edulis Reinw)mengandung senyawa bioaktif dalam hal ini senyawa antioksidan yang tinggi

Cuka buah juga memiliki kandungan serat larut air yang disebut pektin. Kadar pektin pada cuka apel lebih tinggi dibandingkan kadar cuka salak. Pada cuka salak kadar pektin yang dihasilkan sebesar 0.57% sedangkan pada cuka apel sebesar

(5)

0.75%. Diduga pektin tersebut yang dapat menimbulkan rasa kenyang pada hewan percobaan serta menurunkan kadar glukosa darah dan respon insulin. Konsumsi serat larut dapat menurunkan efisiensi penyerapan karbohidrat. Penurunan ini menyebabkan turunnya respon insulin. Penurunan respon insulin menyebabkan kerja pankreas semakin ringan sehingga dapat memperbaiki fungsi pankreas dalam menghasilkan insulin.

Dalam hal ini serat pangan terutama pektin mempunyai peran dalam meningkatkan viskositas. Meningkatnya viskositas akan menurunkan mobilitas gula sehingga jumlah glukosa yang diserap oleh usus juga akan berkurang. Dengan demikian, kadar glukosa darah juga akan menurun. Karena respon insulin tubuh berkorelasi dengan kandungan glukosa darah, maka penurunan glukosa darah akan mengurangi produksi insulin dari pankreas.

Selain itu, cuka apel dan cuka salak telah mengalami serangkaian proses fermentasi yang dapat menghasilkan senyawa-senyawa metabolit sekunder yang berperan dalam pencegahan peningkatan glukosa darah.

Umumnya, senyawa metabolit tersebut berupa asam-asam organik, terutama asam asetat.

Total asam asetat pada perlakuan cuka salak (4.62%) lebih tinggi daripada mengguna- kan cuka apel (4.53%). Menurut penelitian Johnston dan Buller (2004), asam asetat dalam cuka apel dapat menghambat enzim yang mencerna pati sehingga molekul karbohidrat tidak dapat diserap dan dibuang sebagai kotoran. Asam asetat yang terkandung dalam cuka memiliki kemampuan untuk melambat- kan kinerja metabolisme karbohidrat dan dapat menurunkan gula darah sampai 30%.

Asam asetat dapat berfungsi sebagai penghambat enzim amylase sehingga menghambat proses metabolisme glukosa darah (Liljeberg dan Bjorck, 1994). Menurut Shishebor et al. (2008), Cuka apel mengandung komponen asam asetat yang mampu menurunkan indeks glikemik makanan yang dikonsumsi. Selanjutnya Hlebowicz (2007) menyatakan bahwa pemberian cuka pada manusia mampu menurunkan kadar gula darah. Abu-Zaiton (2011) menyatakan bahwa cuka apel telah digunakan untuk pengobatan pasien diabetes melitus di Jordania.

Selanjutnya ditambahkan pula bahwa mekanisme asam asetat dalam menurunkan

kadar gula darah dengan cara menghambat ensim disakaridase dalam menghidrolisis pati, serta meningkatkan aktivitas otot dalam mengoksidasi glukosa.

Pengaruh Diet terhadap Berat Badan Tikus Penimbangan berat badan tikus di- lakukan setiap 7 hari sekali. Kelompok tikus diet normal (P0) selalu mengalami peningka- tan berat badan yang cukup besar setiap min- ggunya. Pada diet gula (P1) mengalami peningkatan berat badan walaupun sedikit, tsedangkan pada kelompok tikus diet normal (P0) peningkatan berat badannya sangat be- sar. Pada kelompok perlakuan diet tinggi gula + cuka apel (P2) dan perlakuan diet tinggi gula + cuka salak (P3) berat badan tikus mengalami penurunan. Adanya perbe- daan berat badan dari masing-masing kel- ompok perlakuan dapat disebabkan oleh perbedaan dari asupan energi yang dihasil- kan dari masing-masing perlakuan.

Peningkatan berat badan terbesar terjadi pada kelompok tikus diet normal. Hal ini diduga disebabkan jumlah asupan energi paling banyak pada kelompok diet normal menyebabkan kenaikan berat badan yang paling tinggi dibandingkan kelompok diet lainnya. Tsalissavrina (2006) dalam penelitiannya mengenai pengaruh pemberian diet tinggi karbohidrat dibandingkan diet tinggi lemak terhadap kadar trigliserida dan HDL darah, besarnya asupan energi ini yang kemudian akan disimpan sebagai lemak dan akhirnya berpengaruh terhadap penambahan berat badan dari hewan coba.

Glukosa dalam pencernaan akan diserap dalam pembuluh darah menjadi gula darah. Kemudian hormon insulin akan membawa gula darah masul ke sel otot, hati, ginjal dan adiposa. Sebagian akan dibakar menjadi energi dan panas dan sebagian besar (2/3) akan disimpan di dalam otot dan selebihnya di dalam hati sebagai glikogen.

Menurut Baraas (2003), konsumsi diet yang kaya akan karbohidrat akan menyebabkan peningkatan jumlah lemak yang terdeposit pada jaringan adiposa terutama yang berada di bawah kulit dan di rongga perut. Jadi, setiap jumlah karbohidrat makanan yang berlebih dan tidak langsung digunakan akan disimpan di jaringan adiposa dalam bentuk trigliserida.

(6)

Dalam hal ini jaringan otot memiliki kapasitas dalam menyimpan cadangan makanan berupa glikogen, sementara jaringan adiposa tidak memiliki batasan kapasitas dalam menyimpan cadangan lemak. Oleh karena itu, ketika terjadi kelebihan energi glukosa sementara jaringan otot tidak mampu lagi dalam mengubahnya menjadi glikogen, maka kelebihan glukosa terebut akan dikonversi menjadi cadangan lemak. Kelebihan cadangan lemak inilah yang selanjutnya dapat meningkatkan berat badan tikus secara signifikan.

Pada kelompok perlakuan diet tinggi gula, hewan coba mengalami kenaikan berat badan yang rendah. Hal ini diduga tikus mulai menderita penyakit diabetes mellitus karena kadar glukosa darah yang tinggi (211.0 mg/dL) dan pertumbuhan berat badannya rendah. Menurut Bresnahan (2004), kadar glukosa serum pada tikus normal adalah 50-135 mg/dL. Apabila kadar glukosa terus menerus meningkat setelah makan, konsentrasi glukosa yang tinggi dapat menyebabkan keluarnya air dari jaringan akibat proses osmotik glukosa. Jaringan akan mengalami dehidrasi dan fungsinya akan terganggu (Marks et al., 2000).

Adanya pengurangan masuknya glukosa ke dalam jaringan perifer dan peningkatan pelepasan glukosa ke dalam sirkulasi dari hati sehingga volume urine akan meningkat. Maka selanjutnya akan menimbulkan dehidrasi, bertambahnya rasa haus dan gejala banyak minum. Sehingga menyebabkan kehilangan kalori yang cukup besar, kehilangan ini, kalau ditambah lagi dengan deplesi jaringan otot dan adiposa, akan mengakibatkan penurunan berat badan yang hebat kendati terdapat peningkatan selera makan dan asupan-kalori yang normal atau meningkat.

Sementara pada kelompok perlakuan cuka apel dan cuka salak mengalami penurunan berat badan. Penurunan berat badan pada diet yang ditambahkan cuka apel lebih tinggi daripada diet yang ditambahkan cuka salak. Hal ini diduga karena hewan coba telah mengalami diabetes mellitus akibat penambahan glukosa dalam jumlah yang besar yaitu 75% serta kandungan serat larut terutama pektin dalam cuka apel lebih besar daripada cuka salak. Serat dalam cuka buah memberikan rasa kenyang yang lebih lama,

sehingga memperlambat munculnya rasa lapar, serta mencegah penumpukan lemak dan air dalam tubuh.

SIMPULAN

Pemberian cuka apel dan cuka salak dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus yang diberi diet tinggi gula sampai mendekati batas normal. Kelompok perlakuan diet tinggi gula memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelompok perlakuan diet normal, diet tinggi gula + cuka apel dan diet tinggi gula + cuka salak. Sedangkan kelompok perlakuan diet tinggi gula + cuka apel tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diet tinggi gula + cuka salak.

Kandungan cuka apel dan cuka salak yang diduga dapat menurunkan kadar glukosa darah dan respon insulin antara lain asam asetat, aktifitas antioksidan, dan pektin.

Kelompok tikus diet normal selalu mengalami peningkatan berat badan yang cukup besar setiap minggunya. Pada diet gula mengalami peningkatan berat badan, tetapi pada kelompok tikus diet normal peningkatan berat badannya sangat besar. Sedangkan pada kelompok tikus perlakuan diet tinggi gula + cuka apel dan perlakuan diet tinggi gula + cuka salak mengalami penurunan.

DAFTAR PUSTAKA

Abu-Zaiton AS. 2011. Effect of apple vinegar on physiological state of pancreas in normal and alloxan induced diabetic rats. World Journal of Zoology 6(1):7-11 Anonymous. 2005. Production of Vinegar.

Dilihat 27 September 2009.

<www.pubmedcentral.nih.gov >

Baraas F. 2003. Mencegah Serangan Penyakit Jantung dengan Menekan Kolesterol.

Kardia Iqratama. Jakarta

Bresnahan. 2004. Biological and Physiological Data on Laboratory Animal. Kansas State University, USA

Guyton. 1997. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.

Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta Hlebowicz J, Darwiche G, Bjorgell O, and

Olof L. 2007. Effect of apple cider vinegar on delayed gastric emptying in patients with type I diabetes mellitus:

a pilot study. BMC Gastroenterology 7-46

(7)

Johnston C, Kim C, and Buller A. 2004.

Vinegar improves insulin sensitivity to a high-carbohydrate meal in subjects with insulin resistance or diabetes.

Diabetes Care 27:281-282

Hanna L, Leontowicz M, Drzewiecki J, Haruenkit R, Poovarodom S, Park Y, Jung S, Kang S, Trakhtenberg S, and Gorinstein S. 2006. Bioactive properties of snake fruit (Salacca edulis Reinw) and mangosteen (Garcinia mangostana) and their influence on plasma lipid profile and antioxidant activity in rats fed cholesterol. Eur Food Res Technol 223:697–703

Liljeberg H and Bjorck I. 1998. Delayed gastric emptying rate may explain improved glycaemia in healthy subjects to a starchy meal with added vinegar.

European Journal of Clinical Nutrition 52:368-371

Marks AD, Marks DB, and Smith CM. 2000.

Biokimia Kedokteran Dasar Berbagai Pendekatan Klinis. J Suyono (ed). Egc, Jakarta

Ridhi RB. 2008. Pengaruh Pemberian Sari Buah Apel terhadap Kadar Glukosa Anterogenik. Skripsi. Jurusan Gizi Kesehatan. Fakultas Kedokteran.

Universitas Brawijaya. Malang

Shishehbor F, Mansori A, Sarkakhi AK, and Latifi SM. 2008. Apple cider vinegar attenuates lipid profile in normal and diabetic rats. Pakistan Journal of Biological Science II 23:2634-2638 Tsalissavrina I, Wahono D, dan Handayani

D. 2006. Pengaruh Pemberian Diet Tinggi Karbohidrat Dibandingkan Diet Tinggi Lemak terhadap Kadar Trigliserida dan HDL Darah Pada Rattus norvegicus Galur Wistar. Jurusan Gizi Kesehatan. Fakultas Kedokteran.

Universitas Brawijaya. Malang

Zubaidah E dan Kurniawan Y. 2010.

Pengaruh Konsentrasi Ragi Roti (Dry Instant Yeast) terhadap Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Cuka Salak (Salacca zalacca) dan Cuka Apel (Malus sylvestris). Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum tahapan penelitian terdiri dari (a) persiapan penelitian yang meliputi persiapan bahan, alat dan rangkaian alat, (b) karakterisasi bahan baku yang terdiri dari

Sehingga kajian ini berupa penerapan konsep hemat energi pada gedung asrama kampus II UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan difokuskan pada Jurusan Arsitektur dalam

Bambang : Sistem usaha tani mina padi ikan mas studi kasus di desa Totap Majawa kecamatan tanah Jawa kabupaten Simalungun, 2003 USU e-Repository © 2008... Bambang : Sistem usaha

|jejakseribupena.com, Soal dan Solusi Simak UI Matematika Dasar, 2012

Papillary Hurthle cell car- cinoma are characterized by papillary architecture lined by oncocytic cells with nuclear features of papillary carcinoma but they usually lack

Salah satu model pembelajaran yang biasa digunakan adalah Project Based Learning (PjBL). Pada PjBL, peserta didik melewati proses inkuiri yang lebih luas guna merespon

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Masyhurrosyidi di Malang Jawa Timur Tahun 2013 tentang pengaruh kompres hangat rebusan jahe terhadap penurunan skala

Para pakar di atas, mengemukakan pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan penyajian masalah kontekstual untuk mendorong