1 Hubungan Pola Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Ibu Rumah Tangga Dengan
Tekanan Darah Tinggi Di Puskesmas Ngemplak Boyolali
1)Hanung Priyambada, 2)Anita Istiningtyas, 3)Galih Setia Adi 1) Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta 2),3) Dosen Prodi S1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta
Abstrak
Ibu rumah tangga merupakan profesi yang tidak bisa dianggap remeh. Sebagian besar rentan sekali mengalami stres. Beban fisik dan psikis yang berat akan mempengaruhi pola tidur. Pola tidur yang buruk akan mempengaruhi tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pola tidur dengan tekanan darah pada ibu rumah tangga dengan riwayat tekanan darah tinggi.
Penelitian ini menggunakan metode descriptif correlation dengan desain penelitian cross sectional. Teknik sampling menggunakan metode purposive sampling dengan responden sebanyak 76 orang. Teknik analisis menggunakan korelasi kendall Tau.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai pola tidur buruk sebanyak 46 responden (60,5%). Mayoritas responden mengalami pre hipertensi sebanyak 28 responden (36,8%). Ada hubungan yang kuat antara pola tidur dengan tekanan darah pada ibu rumah tangga dengan riwayat tekanan darah tinggi dengan nilai r sebesar 0,600 dengan p value (0,000<0,005).
Ada hubungan yang kuat antara pola tidur dengan tekanan darah pada ibu rumah tangga dengan riwayat tekanan darah tinggi di Puskesmas Ngemplak Boyolali.
Kata Kunci : Pola Tidur, Tekanan Darah, Ibu Rumah Tangga
Abstract
Housewife is a profession that can’t be underMost of them are very risk to get stress. High physical and psychological load can influence their sleep pattern. Bad sleep pattern can influence blood pressure. This research aims to analyse the relation between sleep pattern and blood pressure on housewife with high blood pressure history.
This research employed descriptive correlation with cross sectional design. Sampling technique employed purposive sampling76 people as respondent. Analysis technique used Kendall Tau Correlation.
The result showed that majority respondent had bad sleep pattern 46 respondent (60,5%).
Majority respondent felt pre hypertension 28 respondents (36,8%). There was strong relation between sleep pattern and blood pressure on housewife with hyprtension history with r 0,600 and p value (0,000<0,005).
There was strong relation between sleep pattern and blood pressure on house wife with high blood pressure history in Ngemplak Public Health Centre Boyolali.
Key words: sleep pattern, blood pressure, housewife.
2
PENDAHULUAN
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan sistolik adalah tekanan puncak yang terjadi saat ventrikel berkontraksi.
Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat (Smeltzer & Bare, 2005).
Tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.
Hipertensi merupakan penyebab terbesar dari kejadian stroke, baik tekanan darah sistolik maupun diastolic (Ode, 2012).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, sebagian besar kasus tekanan darah tinggi pada masyarakat belum terdiagnosis. Pengukuran tekanan darah pada usia lebih dari atau sama dengan 18 tahun didapatkan prevalensi tekanan darah tinggi sebesar 31,7%.
Sekitar 7,2% penderita sudah mengetahui dirinya terkena tekanan darah tinggi, atau sekitar 0,4 % kasus tekanan darah tinggi sudah minum obat. Ini menunjukan bahwa 76% kasus tekanan darah tinggi belum terdiagnosis.
Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi
tekanan darah tinggi lebih tinggi dari angka nasional. Kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun 2012 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi primer/esensial. Berdasarkan data profil kesehatan JawaTengah tahun 2012 prevalensi kasus hipertensi primer/esensial Jawa Tengah sebesar 1,6% menurun jika dibandingkan tahun 2011 sebesar 1,96% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2013).
Tekanan darah tinggi dapat terjadi karena beberapa faktor resiko yaitu keturunan, pola diit yang kurang baik ( tinggi garam ), kurang aktifitas, merokok, alkohol, pola tidur (Smeltzer & Bare, 2005).
Durasi dan kualitas tidur yang kurang baik akan lebih banyak memicu aktifitas sistem saraf simpatik dan menimbulkan stressor fisik dan psikologis ( Riyadi, &
Widuri, 2015 ).
Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidu seseorangr dalam jangka waktu relative menetap, mencakup kualitas dan kuantitas tidur. Kebutuhan tidur, durasi tidur dan kualitas tidur pada setiap individu dari semua kelompok usia sangat beragam. Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi semua orang. Gangguan tidur dapat menyebabkan atau memperburuk kondisi medis dan psikiatris seperti tekanan darah tinggi,
3 penyakit pembuluh darah otak, obesitas,
dan depresi. Keinginan membatasi tidur menjadi masalah besar karena peningkatan aktifitas dan kompleksitas kehidupan dan ketersediaan berbagai hiburan malam mendorong waktu tidur yang lambat.
Hasil penelitian sebelumnya mengenai hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada pasien tekanan darah tinggi di Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso menujukkan responden terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan (81,6%).
Perempuan juga mempunyai latar belakang profesi yang berbeda-beda, yang akan mempengaruhi aktifitas sehari-hari.
Ibu rumah tangga adalah seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga, atau ibu rumah tangga merupakan seorang isteri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor). Ibu rumah tangga merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan seorang wanita yang telah menikah serta menjalankan pekerjaan rumah tangga, merawat anak- anak, memasak, membersihkan rumah, dan tidak bekerja di luar rumah.Seorang ibu rumah tangga sebagai wanita menikah yang bertanggung jawab atas rumah tangganya (Suparyanto, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, ibu rumah tangga mempunyai tingkat stressor yang cukup tinggi. Profesi lain seperti PNS, guru, buruh, pedagang, swasta, dan lain- lain mempunyai tingkat stressor yang lebih tinggi. Dalam kehidupan sehari-hari tekanan darah antara individu yang satu dengan yang lain sangat bervariasi.
Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah.
Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Ngemplak Boyolali pada bulan Januari 2016, didapatkan data dari bulan Januari 2015 sampai dengan Desember 2015, penyakit tekanan darah tinggi masuk dalam urutan 10 besar penyakit di Puskesmas Ngemplak. Pada tahun 2015 jumlah penduduk usia 18 tahun ke atas 54848 jiwa, terdiri dari laki-laki 26980 jiwa, perempuan 27868 jiwa Selama tahun 2015 yang dilakukan pengukuran tekanan darah sebanyak 9466 jiwa (usia 18 tahun ke atas), terdiri dari laki-laki 3386 jiwa (35,77%) dan perempuan 6080 jiwa (64,23%). Dari jumlah itu yang terindikasi tekanan darah tinggi adalah 1127 jiwa (11,9%), atau laki-laki 295 jiwa (3,12%) dan perempuan 832 jiwa (8,79%). Jumlah penderita perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Penderita tekanan darah tinggi jika dihubungkan dengan aktifitas pekerjaan paling tinggi adalah ibu rumah tangga, yaitu 708 jiwa
4
(62,82%) dari total penderita hipertensi.
Berdasarkan usia ibu rumah tangga yang menderita tekanan darah tinggi paling banyak di atas 40 tahun yaitu 672 jiwa (94,92%). Ibu rumah tangga penderita tekanan darah tinggi dengan komplikasi sejumlah 34 jiwa (4,8%). Ibu rumah tangga penderita tekanan darah tinggi dengan gangguan jiwa sejumlah 7 jiwa (0,99%). Dari data tersebut bila dibuat rata-rata tiap bulannya adalah : penderita tekanan darah tinggi 94 jiwa, jumlah ibu rumah tangga yang menderita tekanan darah tinggi 59 jiwa, jumlah ibu rumah tangga dengan tekanan darah tinggi usia di atas 40 tahun 56 jiwa, jumlah ibu rumah tangga penderita tekanan darah tinggi dengan komplikasi 3 jiwa dan ibu rumah tangga penderita tekanan darah tinggi dengan gangguan jiwa 1 jiwa.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Tidur dan Tekanan Darah Pada Ibu Rumah Tangga Dengan Riwayat Tekanan Darah Tinggi Di Puskesmas Ngemplak Boyolali.
Tujuan penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisa hubungan antara pola tidur dengan tekanan darah pada ibu rumah tangga dengan riwayat tekanan darah tinggi di Puskesmas Ngemplak Boyolali.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini telah dilakukan pada 04 Juni 2016 sampai dengan 30 Juni 2016 di Puskesmas Ngemplak Boyolali. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif correlation yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variable atau lebih, tanpa melakukan perubahan tambahan, atau manipulasi data yang memang sudah ada. Penelitian menggunakan design penelitian cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan tekanan darah tinggi yang berobat ke Puskesmas Nggemplak Boyolali pada tahun 2015, yaitu 1127 orang, rata-rata perbulan 94 orang.
Pemilihan sampel dalam penelitian ini secara purposive sampling yaitu peneliti memilih responden berdasarkan pertimbangan subyektif, bahwa responden tersebut dapat memberikan informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan peneliti (Sugiyono, 2010). Besar sampel pada penelitian ini berjumlah 76 orang.
Instrumen yang dipakai dalam penelitian pola tidur menggunakan kuesionerbaku, yaitu kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Pola tidur baik skor ≤ 5,pola tidur buruk skor > 5.Skala Ordinal.
Dalam pelaksanaan pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter. Hasil pengukurannya adalah : normal < 120 / <
5 80, prehipertensi 120-139 / 80-89,
hipertensi stadium I 140159 / 90-99, hipertensi stadium II ≥ 160 / ≥ 100 ( JNC VIII ).
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi yang dinarasikan (Notoatmojo, 2010). Analisis data secara serentak dilakukan pada data yang diamati hanya memiliki satu variable dependen, (variable terikat).
Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan dua variabel (Notoatmojo, 2012). Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Data yang digunakan untuk pengujian hipotesis ini adalah berasal dari variabel pola tidur (X) dan variabel tekanan darah (Y) yang pengukurannya menggunakan skala ordinal.Taraf signifikansi yang digunakan dengan nilai adalah 95%
dengan nilai ݎ = 0,05. Apabila ݎ௦ hitung
<ݎ௦ tabel p value > 0,05 maka hipotesa nol (Ho) diterima dan H1 ditolak berarti pola tidur tidak mempunyai hubungan dengan tekanan darah. Apabila ݎ௦ hitung
>ݎ௦ tabel atau p value < 0,05 maka hipotesa nol (Ho) ditolak dan H1 diterima, berarti pola tidur mempunyai hubungan dengan tekanan darah.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANKarakteristik
responden
Tabel 1 Karakteristik IbuRumah Tangga dengan Riwayat Tekanan Darah Tinggi di Puskesmas Ngemplak
Boyolali (N=76)
No Usia f %
1 Dewasa Madya 68 89,5 2 Dewasa Tua 8 10,5
Total 76 100
No Pendidikan f % 1 Tdk Sekolah 24 31,6
2 SD 33 43,4
3 SLTP 14 18,4
4 SLTA 5 6,6
Total 76 100
Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat diketahui usia responden mayoritas pada tingkat perkembangan Dewasa Madya yaitu sebanyak 68 responden (89,47%).
Hasil penelitian ini menunjukkan responden mayoritas pada tingkat perkembangan usia dewasa madya yaitu sebanyak 68 responden (89,47%).
Berdasarkan Profil Puskesmas Ngemplak tahun 2015 jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak adalah 72214 jiwa. Jumlah penduduk pada kelompok usia 40 – 60 tahun sebanyak 23211 jiwa (32,14% ). Jumlah responden mayoritas pada tingkat perkembangan dewasa madya disebabkan responden yang diambil adalah usia 40 tahun ke atas, pada kelompok usia ini adalah masa dewasa madya dan masa dewasa tua, sedangkan jumlah penduduknya lebih
6
banyak pada tingkat perkembangan usia dewasa madya.
Usia mempengaruhi psikologi seseorang. Semakin bertambah usia seseorang, semakin banyak pula masalah dalam kehidupan yang akan berpengaruh pada tingkat kesehatan. (Perry & Potter, 2005). Perubahan dari tingkat perkembangan dewasa muda sampai dewasa tua disebut proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki dan mempertahankan fungsi normalnya.Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah, semakin tua seseorang semakin besar resiko terserang hipertensi. (Ode, 2015).
Dalam penelitian Hasurungan menemukan bahwa umur 50 – 59 tahun dibandingkan umur 60 - 64 tahun mempunyai resiko terserang hipertensi 2,18 kali, umur 65 - 69 tahun 2,45 kali, lebih dari 70 tahun 2,79 kali. (Rahajeng
& Tuminah, 2009). Hal tersebut terjadi karena semakin bertambah usia seseorang, arteri besar kehilangan kelenturan dan menjadi kaku, darah yang setiap denyut jantung dipaksa melalui pembuluh darah yang sempit dari biasanya sehingga menyebabkan naiknya tekanan darah (Sigarlaki, 2006).Usia mempengaruhi tekanan darah, tekanan
darah tinggi cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. (Palmer, 2007).
Berdasarkan pendidikan responden mayoritas adalah dengan tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 33 responden (43,4%).
Hasil penelitian ini menunjukan mayoritas responden dengan tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 33 responden (43,4%).
Menurut Profil Puskesmas Ngemplak tahun 2015, jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 22758 jiwa (31,51%). Banyaknya penduduk kecamatan Ngemplak dengan tingkat pendidikan SD disebabkan mereka beranggapan bahwa pendidikan menjadi tidak penting, sebab mereka lebih memilih untuk mencari pekerjaan dibandingkan untuk melanjutkan sekolah.
Status ekonomi juga menjadi faktor yang menyebabkan mereka tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan seseorang semakin tinggi, semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak.
Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan diperkenalkan. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup yaitu kebiasaan merokok, alkohol, pola makan,
7 dan aktifitas fisik, dengan demikian
tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah. (Wawan & Dewi, 2011) Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun
informasi dan nilai-nilai yang baru 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, menyatakan kejadian hipertensi cenderung tinggi pada tingkat pendidikan rendah dan menurun sesuai naiknya tingkat pendidikan. Tingginya resiko terkena hipertensi pada tingkat pendidikan rendah di sebabkan karena kurangnya pengetahuan seseorang terhadap kesehatan dan sulit atau lambat dalam menerima informasi atau penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan, sehingga berdampak pada pola hidup yang kurang sehat. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Nugroho, W (2008), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah dalam menerima informasi, sehingga seseorang dapat mencegah perilaku beresiko hipertensi.
Analisa univariat
Pola tidur responden
Tabel 2 Pola Tidur IbuRumah Tangga dengan Riwayat Tekanan Darah Tinggi
di Puskesmas Ngemplak Boyolali (N=76)
Kode Pola Tidur f %
1 Baik 30 39,5
2 Buruk 46 60,5
Total 76 100
Berdasarkan Tabel 2 pola tidur responden mayoritas pola tidur buruk yaitu sebanyak 46 responden (60,5%).
Berdasarkan hasil penelitian pola tidur ibu rumah tangga dengan riwayat tekanan darah tinggi di puskesmas Ngemplak Boyolali, mayoritas dengan pola tidur buruk yaitu sebanyak 46 responden (60,5%). Mayoritas responden dengan pola tidur buruk disebabkan respondennya adalah seorang ibu rumah tangga yang mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berat. Mereka harus bangun pagi-pagi untuk memasak mempersiapkan sarapan pagi, mempersiapkan perlengkapan kerja suami, mempersiapkan perlengkapan sekolah anak-anak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, belanja, mempersiapkan makan siang dan malam dan melakukan pekerjaan yang lain sampai malam.
Pola tidur merupakan fenomena yang sangat kompleks yang melibatkan berbagai domain, antara lain penilaian lama tidur, gangguan tidur, latensi tidur, disfungsi tidur pada siang hari, efisiensi tidur, kualitas tidur, penggunaan obat tidur.
Jadi apabila salah satu dari ketujuh domain tersebut terganggu maka akan mempengaruhi pola tidur seseorang, merujuk pada pola tidur buruk. (Alimul, 2006).
8
Ibu rumah tangga adalah individu dalam keluarga yang berperan dalam kegiatan melayani, seperti mendidik, mengatur, mengurus hal-hal untuk dinikmati orang lain. Profesi ibu rumah tangga tidak bisa dianggap remeh, ada 7 peran ibu rumah tangga sebagai : manager, guru, chef, perawat, ,accountant, design interior dan dokter (Suparyanto, 2011).
Penelitian yang melibatkan murni ibu rumah tangga, para ibu tersebut rentan sekali mengalami stress, mereka harus mengatasi segala permasalahan emosional, seperti sedih, marah, depresi dan lain-lain seorang diri. Hal ini jelas akan mempengaruhi pola tidur ibu rumah tangga yang merujuk pada pola tidur buruk (Prasaja, 2009).
Tekanan darah responden
Tabel 3 Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga dengan Riwayat Tekanan Darah Tinggi
di Puskesmas Ngemplak Boyolali
(N=76)
Kode Tekanan f %
1 Normal 5 6,6
2 Pre hipertensi 28 36,8 3 Hipertensi
Stadium I
20 26,3 4 Hipertensi
Stadium II
23 30,3
Total 76 100
Berdasarkan tabel 3 mayoritas tekanan darah pada ibu rumah tangga dengan riwayat tekanan darah tinggi di Puskesmas Ngemplak Boyolali adalah pre hipertensi sebanyak 28 responden (36,6%).
Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah ibu rumah tangga dengan riwayat tekanan darah tinggi di Puskesmas Ngemplak Boyolali mayoritas pre hipertensi yaitu sebanyak 28 responden (36,8%). Hal ini juga berkaitan dengan usia responden. Dalam penelitian ini mayoritas pada tingkat perkembangan dewasa madya (40 - 60 tahun) yaitu 89,5%, merupakan usia rawan seseorang mulai terkena hipertensi. Hanya sedikit responden pada tingkat perkembangan dewasa tua 8 responden yaitu 10,5%.
Hipertensi cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Tekanan darah tinggi lebih banyak pada wanita setelah berumur 50 tahun, sekitar 60% penderita tekanan darah tinggi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormone estrogen setelah menopause (Marliani, 2007). Dengan demikian usia antara 40 - 50 tahun merupakan awal seseorang mulai terkena hipertensi, sehingga mayoritas responden adalah pre hipertensi. Pendapat serupa, menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia maka tekanan darah juga meningkat, dimana setelah usia 45 tahun dinding arteri akan mengalami penebalan sehingga akan menyempit dan kaku, yang akan membuat tekanan darah meningkat (Anggraini dkk, 2009).
Pre hipertensi merupakan suatu tanda peringatan bahwa seseorang
9 mungkin memiliki tekanan darah tinggi
di masa yang akan datang. Pre hipertensi kemungkinan akan berubah menjadi hipertensi jika seseorang tidak merubah pola hidup, seperti olah raga yang teratur, makan yang teratur, istirahat yang cukup dan konsumsi garam tidak berlebihan.
Faktor-faktor resiko tekanan darah tinggi salah satunya yaitu jenis kelamin berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga.
Tekanan darah adalah tekanan yang di timbulkan pada dinding arteri. Tekanan sistolik adalah tekanan puncak saat ventrikel berkontraksi. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio antara tekanan sistolik terhadap tekanan diastolic (Smeltzer & Bare, 2005). Nilai dewasa normal menurut JNC VIII adalah
< 120/80. Kategori pre hipertensi yaitu ditandai tekanan sistolik 120 – 139 mmHg dan tekanan diastolik 80 – 89 mmHg, hiperiensi stadium I tekanan sistolik 140 – 159 mmHg dan tekanan diastolik 90 – 99 mmHg dan hipertensi stadium II tekanan sistolik ≥ 160 dan tekanan diastolik ≥ 100 mmHg.
Ibu rumah tangga rentan sekali mengalami stres, mereka harus mengatasi segala permasalahan emosional, seperti sedih, marah, depresi dan lain-lain seorang diri.
Hal ini akan meningkatkan produksi hormon adrenalin yang akan meningkatkan tekanan darah pada ibu rumah tangga.
Analisa bivariate
Hasil analisis dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang kuat antara pola tidur dengan tekanan darah pada ibu rumah tangga dengan riwayat tekanan darah tinggi di Puskesmas Ngemplak Boyolali.
Ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,000 dan p value 0,600.
Ibu rumah tangga adalah profesi yang tidak bisa dianggap remeh, banyak peran yang harus dimainkan ibu rumah tangga, peran ini akan berpengaruh terhadap perubahan fisik dan mental yang diikuti oleh perubahan pola tidur. Sebagian besar ibu rumah tangga beresiko tinggi mengalami gangguan tidur yang diakibatkan oleh faktor usia dan ditunjang oleh faktor-faktor penyakit yang akan merujuk pada pola tidur yang buruk. Pola tidur buruk yang berlangsung terus menerus dapat membawa pada perkembangan hipertensi, yaitu dengan cara meningkatkan stressor fisik dan psikis, yang akan menyebabkan perubahan fisiologis tubuh dimana system keseimbangan antara pengaturan saraf simpatis dan parasimpatis terganggu, mengakibatkan peningkatan system saraf simpatis yang akan memicu terjadinya hipertensi.
10
Hal ini sesuai dengan penelitian dari Lloyd- Jones et al(2010), bahwa hipertensi dapat terjadi akibat beberapa faktor resiko yaitu riwayat keluarga, pola hidup yang kurang baik, pola diit yang kurang baik dan pola tidur yang kurang baik. Pola tidur yang kurang baik akan lebih banyak memicu aktivitas system saraf simpatik dan menimbulkan stresorfisik danpsikologis pada ibu rumah tangga. Seseorang dikatakan mempunyai pola tidur yang buruk apabila memiliki awal tidur yang tidak baik , seperti insomnia, tidak lekas tidur meski sudah berbaring lama, sering terbangun dimalam hari, sering mimpi buruk, durasi tidur yang kurang, penggunaan obat tidur dan disfungsi aktifitas disiang hari.Pola tidur yang buruk akan berdampak buruk terhadap kesehatan, karena dapat menyebabkan kerentaan terhadap penyakit, stres, konfusi, disorientasi, gangguan mood, kurang fresh, menurunnya kemampuan berkonsentrasi, kemampuan membuat keputusan (Perry & Potter, 2005).
Dampak lebih lanjut adalah menurunnya kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang akan berujung pada penurunan kualitas hidup. Menurut Soeharto (2004), pola hidup seseorang mempunyai peranan yang penting terhadap timbulnya tekanan darah tinggi.
Obesitas, konsumsi banyak garam dapur, stress, kurang latihan dan pola tidur yang
buruk dapat mengakibatkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Seseorang yang mempunyai pola tidur yang buruk, akan memicu stress psikologi dan fisik, sehingga terjadi peningkatan kadar garam dalam darah, menekan ekskresi garam dalam ginjal selama 24 jam, akibatnya terjadi hipertrofi atrium dan ventrikel kiri kemudian meningkatkan kerja jantung sehingga terjadi peningkatan tekanan (Riyadi & Widuri, 2015).
Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan Yuni Widiyastuti (2015),dengan hasil ada hubungan Kualitas Tidur dengan Tingkat Kekambuhan pada Pasien Hipertensi di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo.
SIMPULAN
Umur responden berdasarkan hasil penelitian ini mayoritas pada tingkat perkembangan dewasa madya sebanyak 68 responden (89%) dan tingkat pendidikan responden mayoritas dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 33 responden (43,3%). Pola tidur responden berdasarkan hasil penelitian ini mayoritas dengan pola tidur buruk yaitu sebanyak 46 responden (60,5%).Tekanan darah responden berdasarkan hasil penelitian ini mayoritas dengan pre hipertensi yaitu sebanyak 28 responden (36,6%).Terdapat hubungan yang kuat antara pola tidur
11 dengan tekanan darah pada ibu rumah
tangga dengan riwayat tekanan darah tinggi di Puskesmas Ngemplak Boyolali.
Saran
Bagi ibu rumah tangga di Puskesmas Ngemplak Boyolali diharapkan dapat mengetahui tentang pola tidur yang baik pada ibu rumah tangga, mengetahui tekanan darah yang normal serta mengetahui hubungan pola tidur dengan tekanan darah pada ibu rumah tangga, sehingga ibu rumah tangga dapat mencegah terjadinya hipertensi yaitu dengan pola tidur yang baik.
Bagi perawat di Puskesmas Ngemplak Boyolali diharapkan dapat memberikan informasi dan penyuluhan mengenai hubungan pola tidur dengan tekanan darah pada ibu rumah tangga dengan riwayat tekanan darah tinggi, sehingga kejadian hipertensi dikalangan ibu rumah tangga di wilayah Puskesmas Ngemplak dapat dicegah.
Bagi instansi kesehatan Puskesmas Ngemplak Boyolali diharapkan lebih meningkatkan promosi kesehatan dan penyuluhan kepada masyarakat khususnya ibu rumah tangga dengan riwayat tekanan darah tinggi dalam rangka menanggulangipenyakit tidak
menular salah satunya hipertensi.
Bagiinstitusi pendidikandiharapkan dapat
menambah studi kepustakaan dan dapat bermanfaat menambah wawasan bagi mahasiswa Stikes Kusuma Husada Surakarta.
Bagi peneliti-peneliti
selanjutnyadiharapkan dapat menjadi dasar dan referensi mengenai hubungan pola tidur dengan tekanan darah bagi peneliti selanjutnya, dan diharapkan dapat melanjutkan untuk penelitian mengenai hubungan usia dengan tekanan darah pada ibu rumah tangga. Dalam penelitian ini mayoritas responden pada tingkat perkembangan dewasa madya dengan hasil tekanan darah mayoritas pre hipertensi. Bagaimana jika responden yang di ambil pada tingkat perkembangan dewasa, atau dewasa tua, apakah ada hubungan usia dengan tekanan darah pada ibu rumah tangga?
DAFTAR PUSTAKA
Alimul. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Anggraini, dkk. (2009). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008. Diakses 10 Agustus 2016 dari http://yayanakhyan.wordpress.com /2009/0/files-of-dismed-faktor- yang-berhubungan-dengan- kejadian-hipertensi. pdf.
12
Depkes RI (2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Lloyd-Jones, et al. (2010). Heart disease and stroke statistics update: a report from the American Heart Association. Circulation; Vol 2 No 1 : 121-146.
Ode. (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Palmer &William. (2007) .Simpel Guide Tekanan Darah Tinggi. Alih bahasa dr Elizabeth Yasmine.
Editor Rina Astikawati, Amalia Safitri. Jakarta: Erlangga.
Prasaja. (2009). Ayo Bangun Dengan Bugar Karena Karena Tidur yang Benar. Jakarta: Penerbit Hikmah.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan.
Jakarta : EGC
Riyadi & Widuri. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia: Aktivitas Istirahat Tidur : Diagnosis Nanda.
Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Smeltzer and Bare. (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volome 2. Jakarta: EGC.
Soeharto. (2004). Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suparyanto. (2011). Konsep Ibu Rumah Tangga. Diakses dari suparyanto.blogspot.com>2011/…
diakses tanggal 03 April 2016.
Widiyastuti. (2015). Hubungan Antara Kualitas Tidur Lansia Dengan Tingkat Kekambuhan Pada Pasien Hipertensi Di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo. Diakses dari digilib.stikeskusumahusada.ac.id/d ownload?id=1132, diakses tanggal 10 April 2016.
Wawan & Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika.