Bidang Studi Fisika
Naskah disiapkan untuk materi acuan pada
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di PSG Rayon 15 Universitas Negeri Malang
Oleh: Lia Yuliati
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BIDANG STUDI FISIKA
KEGIATAN BELAJAR 1
I. PENGANTAR
Kegiatan belajar 1 merupakan kegiatan diskusi dan penyamaan persepsi tentang konsep dasar penelitian tindakan kelas (PTK). Kegiatan belajar dapat dilakukan secara berkelompok atau diskusi kelas yang membahas hakekat PTK, pentingnya dalam peningkatan kualitas pembelajaran di kelas, dan penggunaan PTK sebagai salah satu upaya peningkatan profesionalisme guru.
II. TUJUAN
1. Menjelaskan hakekat dan tujuan penelitian tindakan kelas 2. Membedakan PTK dengan penelitian lain
3. Menjelaskan langkah-langkah PTK
4. Mengembangkan proposal PTK untuk diimplemetasikan di kelas
III. URAIAN MATERI
Peningkatan kompetensi guru merupakan tanggung jawab moral bagi para guru di sekolah. Peningkatan kompetensi guru mencakup empat jenis, yaitu (1) kompetensi pedagogi (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi kepribadian. Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PPRI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan UURI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, peningkatan kompetensi guru menjadi isu strategis dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Bahkan menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 tersebut pada pasal 31 ditegaskan, bahwa selain kualifikasi, guru sebagai tenaga pendidik juga dituntut untuk memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian yang diajarkannya.
Upaya peningkatan keempat kompetensi merupakan upaya peningkatan profesionalisme guru. Peningkatan profesionalisme dapat dicapai oleh guru dengan cara melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara berkesinambungan. Praktik pembelajaran melalui PTK dapat meningkatkan profesionalisme guru (Ahmar, 2005; Jones & Song, 2005; Kirkey, 2005; McIntosh, 2005; McNeiff, 1992).
APAKAH PTK ITU?
Istilah PTK dideferensiasi dari pengertian- pengertian berikut.
tentang upaya meningkatkan mutu praktik pendidikan oleh sekelompok masyarakat melalui tindakan praktis yang dilakukan dan merefleksi hasil tindakannya (Hopkins 1993).
• Action research as a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their on social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations in which practices are carried out. Kemmis (1992):
• action research is a term which refer to a practical way of looking at your own work to sheck that it is you would like it to be. Because action research is done by you, the practitioner, it is often referred to as practitioner based research; and because it involves you thinking about and reflecting on your work, it can also be called a form of self-reflective practice. McNeiff (2002).
PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan. Tindakan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas sehari-hari, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktik-praktik pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan dalam proses berdaur (cyclical) yang terdiri dari empat tahapan, planing, action, observation/evaluation, dan reflection.
APAKAH KARAKTERISTIK PTK?
Karakteristik PTK yang sekaligus dapat membedakannya dengan penelitian formal. Karakteristik PTK meliputi: (1) dirancang untuk mengatasi permasalahan nyata, (2) diterapkan secara kontekstual, (3) terarah pada peningkatan kinerja guru di kelas, (4) bersifat fleksibel, (5) data diperoleh langsung dari pengamatan atas perilaku dan refleksi, (6) bersifat situasional dan spesifik (Natawidjaya 1997).
1. PTK merupakan prosedur penelitian di kelas yang dirancang untuk menanggulangi masalah nyata yang dialami Guru berkaitan dengan siswa di kelas itu. Ini berarti, bahwa rancangan penelitian diterapkan sepenuhnya di kelas itu, termasuk pengumpulan data, analisis, penafsiran, pemaknaan, perolehan temuan, dan penerapan temuan. Semuanya dilakukan di kelas dan dirasakan oleh kelas itu.
2. Metode PTK diterapkan secara kontekstual, dalam arti bahwa variabel-variabel yang ditelaah selalu berkaitan dengan keadaan kelas itu sendiri. Dengan demikian, temuan hanya berlaku untuk kelas itu sendiri dan tidak dapat digeneralisasi untuk kelas yang lain. Temuan PTK hendaknya selalu diterapkan segera dan ditelaah kembali efektivitasnya dalam kaitannya dengan keadaan dan suasana kelas itu.
arti bahwa hasil atau temuan PTK itu adalah pada diri Guru telah terjadi perubahan, perbaikan, atau peningkatan sikap dan perbuatannya. PTK akan lebih berhasil jika ada kerja sama antara Guru-Guru di sekolah, sehingga mereka dapat sharing permasalahan, dan apabila penelitian telah dilakukan, selalu diadakan pembahasan perencanaan tindakan yang dilakukan. Dengan demikain, PTK itu bersifat kolaborasi dan kooperatif.
4. PTK bersifat luwes dan mudah diadaptasi. Dengan demikian, maka cocok digunakan dalam rangka pembaharuan dalam kegiatan kelas. Hal ini juga memungkinkan diterapkannya suatu hasil studi dengan segera dan penelaahan kembali secara berkesinambungan.
5. PTK banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung atas refleksi diri peneliti. Pada saat penelitian berlangsung Guru sendiri dibantu rekan lainnya mengumpulkan informasi, menata informasi, membahasnya, mencatatnya, menilainya, dan sekaligus melakukan tindakan-tindakan secara bertahap. Setiap tahap merupakan tindakan lanjut tahap sebelumnya.
6. PTK bersifat situasional dan spesisifik, yang pada umumnya dilakukan dalam bentuk studi kasus. Subyek penelitian sifatnya terbatas, tidak representatif untuk merumuskan atau generalisasi. Penggunaan metoda statistik terbatas pada pendekatan deskriptif tanpa inferensi.
APAKAH TUJUAN PTK?
Tujuan utama PTK adalah melakukan perbaikan dan peningkatan layanan profesional Guru dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis kondisi, kemudian mencoba secara sistematis berbagai model pembelajaran alternatif yang diyakini secara teoretis dan praktis dapat memecahkan masalah pembelajaran. Dengan kata lain, guru melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan evaluasi, dan refleksi.
Selain itu, PTK bertujuan untuk melakukan pengembangan keteranpilan Guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai persoalan aktual yang dihadapinya terkait dengan pembelajaran. Tujuan ini dilandasi oleh tiga hal penting, (1) kebutuhan pelaksanaan tumbuh dari Guru sendiri, bukan karena ditugaskan oleh kepala sekolah, (2) proses latihan terjadi secara hand-on dan mind-on, tidak dalam situasi artifisial, (3) produknyas adalah sebuah nilai, karena keilmiahan segi pelaksanaan akan didukung oleh lingkungan.Tujuan tambahan PTK adalah menumbuh kembangkan budaya meneliti di kalangan Guru.
APA PERBEDAAN PTK DENGAN PENELITIAN LAIN?
ketat untuk mengetahui dampak suatu variabel bebas (misalnya metode pembelajaran X) terhadap variabel kontrol (misalnya hasil belajar). Pada kasus itu, peneliti menggunakan beberapa kelas sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen. Bila hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol berarti metode yang diterapkan lebih efektif dibandingkan dengan metode yang digunakan sebagai kontrol. Lebih lanjut akan direkomentasikan bahwa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dapat digunakan metode pembelajan X. Penerapan penelitian eksperimen seperti ilustrasi singkat di atas tidak bergantung pada masalah yang ada di kelas. Peneliti dapat memilih kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian secara acak sesuai dengan rancangan penelitiannya.
Berbeda dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), guru sebagai peneliti harus memilih kelas yang benar-benar mempunyai masalah yang segera harus diatasi agar masalah tersebut tidak semakin kompleks. Guru tidak perlu mencari kelas lain sebagai kontrol atau pembanding karena kelas lain akan mempunyai masalah yang berbeda dengan kelas yang akan digunakan guru. Masalah yang berbeda akan memerlukan tindakan yang berbeda pula. Oleh sebab itu, karakteristik PTK dengan penelitian non-PTK berbeda seperti dijelaskan pada Tabel berikut.
ASPEK PENELITIAN NON PTK PTK
Pelaksana Penelitian
Dilakukan oleh orang luar Dilakukan oleh guru, guru
kontrol
Sifat Tidak kolaboratif dan individual Kolaboratif dan kooperatif
Guru yang akan melakukan PTK tidak perlu mencari tempat penelitian lain sekolah. Tempat meneliti yang paling baik bagi PTK adalah di kelas sendiri. Pelaksana PTK adalah guru itu sendiri secara individu atau berkolaborasi dengan guru lain atau dosen. Kolaborasi diperlukan untuk memantapkan perencanaan pemecahan masalah, tukar pengalaman mengimplementasikan tindakan, pemantapan pelaksanaan tindakan. Tim kolaborasi bekerja bersama sejak identifikasi masalah, perencanaan dan pelaksanaan tindakan, observasi, analisis data dan refleksi, dampai dengan membut laporan. Bila ada yang bertugas hanya untuk membantu peneliti sebagai observer maka orang tersebut bukan tim peneliti. Hal ini berbeda dengan penelitian non-PTK pada umumnya berasal dari luar sekolah. Guru yang mempunyai kelas hanya bersifat membantu pelaksanaan penelitian. Masalah yang diteliti ditetapkan berdasarkan kajian hasil-hasil penelitian sebelumnya atau masalah umum bukan dari dalam kelas.
Pada PTK lebih mengutamakan validitas isi. Misalnya alat yang digunakan adalah RPP, bahan ajar, lembar observasi, dan tes. Masing-masing alat tersebut dapat divalidasi oleh teman sejawat atau antar tim peneliti untuk mengetahui kesesuaian antara isi (urutan, keluasan, dan kedalaman) dengan tujuan yang ingin dicapai. Sangat jarang instrumen PTK harus diujicobakan dulu untuk mengetahui validitas eksternalnya. Hal sebalikanya pada validitas penelitian sangat menentukan kualitas hasil penelitian non PTK. Validasi diperlukan agar instrumen yang digunakan dalam penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam membuat alat instrumen, penelitian non-PTK akan sangat rinci memeriksa kesahihan isi, konstruk, dan butir. Dalam hal ini diperlukan validator yang berkompeten pada bidangnya..
pembelajaran dapat menuntun pelaksana PTK tentang langkah-langkah yang dilakukan pada implementasi tindakan.
BAGAIMANA PROSEDUR PTK?
PTK merupakan proses pengkajian suatu masalah pada suatu kelas melalui sistem daur ulang dari berbagai kegiatan, seperti yang ditunjukkan pada Bagan berikut.
Model Kemmis & Taggart
TAHAP REFLEKSI AWAL
Masalah adalah suatu keadaan dimana terjadi kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Pada proses pembelajaran, guru selalu berharap bahwa materi yang diberikan pada siswa dapat dipahami dengan baik dan mudah oleh siswa serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada kenyataannya, sering dijumpai bahwa ketika diajar siswa hanya diam. Kita belum yakin apakah mereka sudah memahami penjelasan guru atau belum. Kemudian setelah dilakukan penilaian diperoleh hasil yang kurang memuaskan. Bila hal itu terjadi maka telah terjadi kesenjangan antara harapan guru dengen kenyataan atau telah terjadi masalah dalam pembelajaran tersebut. Apakah Anda pernah mengalami keadaan seperti itu? Bila ya, berarti kita telah biasa berhadapan dengan masalah di kelas. Masalah tersebut perlu kita atasi, salah satunya dengan PTK.
(a) Merasakan adanya masalah
dari hari ke hari, bulan ke bulan, sampai tahun ke tahun. Guru telah cukup puas dengan hasil belajar siswa bila semua siswa telah dapat lulus ujian dan naik kelas. Guru hafal benar dengan siswa-siswa yang pintar dan yang kurang cakap.
Bila keadaan demikian terjadi, maka guru tersebut belum menggali potensi yang dimiliki siswa. Guru belum memberdayakan siswa agar belajar atau terdorong untuk memenuhi rasa ingin tahunya sehingga mereka ingin belajar walau tidak disuruh oleh gurunya. Dengan kata lain, guru belum merasakan adanya masalah dalam pembelajaran yang dilakukannya. Kekurangpekaan ini dapat menyebabkan guru tidak melakukan perubahan strategi atau metode mengajar sehingga siswa akan menjadi bosan. Bila siswa telah bosan mengikuti pelajaran di kelas, maka dia tidak akan suka dengan pelajaran tersebut. Akibatnya, tingkat pemahaman siswa terhadap materi ajar akan rendah.
Untuk merasakan apakah pembelajaran di kelas telah berjalan dengan baik atau belum guru perlu bertanya pada diri sendiri tentang kualitas pembelajaran yang dicapai selama ini. Pertanyaan tersebut dapat diarahkan antara lain pada:
• Apakah perangkat pembelajaran yang telah disiapkan dapat terlaksana dengan baik?
• Apakah pembelajaran yang diterapkan telah dapat membelajarkan siswa sehingga mereka terlibat aktif dalam pembelajaran?
• Apakah metode yang digunakan sudah efektif dari segi waktu dan hasil belajar?
Keadaan yang sering terjadi adalah guru tidak merasa bahwa di kelasnya telah terjadi masalah. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya waktu bagi guru untuk melakukan “perenungan” terhadap apa yang telah dilakukan selama proses pembelajaran. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, setiap selesai mengajar sebaiknya guru menjawab dengan jujur keempat pertanyaan tersebut di atas sebagai bahan renungan agar proses pembelajaran selanjutnya lebih baik dibandingkan hari ini.
(b) mengidentifikasi masalah
akar masalah diharapkan masalah siswa tidak aktif, hasil belajar yang rendah, dan salah konsep dapat diatas secara simultan.
(c) Analisis Masalah
Setelah sejumlah masalah ditemukan, langkah berikutnya adalah menganalisis masalah untuk memilih dan menentukan masalah yang akan diteliti. Masalah yang perlu dipilih adalah yang sangat strategis, mendesak untuk segera diatasi, bisa dilaksanakan oleh guru, dan sesuai dengan prioritas program sekolah. Jika guru mengalami kesulitan menganalisis masalah, gunakanlah pertanyaan berikut sebagai panduan!
• Apa yang Saya prihatinkan?
• Mengapa Saya memprihatinkannya?
• Menurut Saya, apa yang dapat Saya lakukan untuk mengatasi hal itu?
• Bukti-bukti apa yang Saya perlukan untuk menilai apa yang terjadi?
• Bagaimana Saya mengumpulkan bukti-bukti tersebut?
• Bagaimana Saya mengecek kebenaran dan keakuratan apa yang terjadi?
(d) Perumusan Masalah
Setelah menetapkan masalah dan menganalisisnya, kegiatan selanjutnya adalah merumuskan masalah secara jelas, spesifik, dan operasional. Masalah penelitian merupakan titik awal sebuah proses penelitian. Tidak akan ada proses penelitian tanpa adanya masalah yang dapat diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas. Masalah biasanya dirumuskan dengan kalimat tanya atau kalimat negatif.
Dengan dirumuskannya masalah yang (mungkin) diikuti dengan hipotesis, peneliti dapat melakukan langkah-langkah penelitian selanjutnya. Permasalahan penelitian PTK itu sendiri tidak dapat terlepas dari latar belakang dan konteks yang terjadi di kelas. Berkaitan dengan PTK, masalah pembelajaran pada umumnya berkisar pada rendahnya kualitas proses dan hasil belajar. Berikut disajikan contoh rumusan masalah PTK. Contoh lainnya dapat dikembangkan oleh guru sesuai dengan masalah yang dihadapi pada kelas tersebut.
• Bagaimanakah menerapkan model pembelajaran Direct Instruction untuk meningkatkan kualitas proses belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pelita dalam mempelajari materi kesetimbangan benda?
• Bagaimanakah menerapkan model pembelajaran Direct Instruction untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pelita dalam mempelajari materi kesetimbangan benda ?
(e) Perumusan Hipotesis Tindakan
dikembangkan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Hipotesis yang baik harus dapat diuji secara empiris, artinya dampak tindakan yang dilakukan dapat diukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Contoh rumusan hipotesis tindakan: Jika dalam mempelajari kesetimbangan benda siswa diajarkan dengan model pembelajaran Direct Instruction maka lebih dari 75% siswa pada kelas tersebut akan mencapai ketuntasan belajar dengan SKM 65.
TAHAP PERENCANAAN TINDAKAN
Rencana tindakan berupa langkah-langkah tindakan secara sistematis dan rinci. Rencana tindakan meliputi: materi (bahan ajar), metode atau teknik mengajar, teknik dan instrumen observasi dan evaluasi, kendala yang mungkin timbul pada saat implementasi, dan alternatif pemecahannya. Untuk membantu penyusunan rencana tindakan, gunakanlah pertanyaan berikut: apa (yang akan dilakukan beserta rasionalnya), di mana, kapan, dan bagaimana sebagai panduan.
Pada tahap perencanaan tindakan guru (peneliti) harus menyiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan tersebut. Perangkat yang diperlukan antara lain: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), alat evaluasi, lembar observasi, bahan ajar, media pembelajaran, dan perangkat lain yang diperlukan dalam pembelajaran.
TAHAP PELAKSANAAN TINDAKAN
Setelah menyusun rencana tindakan, kegiatan berikutnya adalah mengimplementasikan tindakan dan mengamati hasilnya (aktivitas pengajar, siswa, dan suasana kelas). Pada tahap inilah pengajar berperan ganda, yaitu sebagai praktisi (pelaksana pembelajaran) dan sekaligus sebagai peneliti (pengamat). Pelaksanaan tindakan harus mengacu pada RPP yang telah disiapkan sebelumnya.
TAHAP PENGAMATAN TINDAKAN
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, data-data tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran dikumpulkan dengan bantuan instrumen pengamatan yang dikembangkan. Pengajar boleh dibantu oleh pengamat dari luar (teman sejawat atau pakar pendidikan). Kehadiran pengamat pembantu ini menjadikan PTK bersifat kolaboratif.
TAHAP REFLEKSI TERHADAP TINDAKAN
dengan teori yang digunakan (kerangka konseptual). Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan siklus berikutnya.
Refleksi memegang peran penting dalam menentukan keberhasilan PTK. Melalui refleksi yang tajam dan terpercaya akan diperoleh masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan tindakan berikutnya. Kadar ketajaman refleksi ditentukan oleh tingkat ketajaman dan keragaman instrumen observasi yang digunakan.
Guna mendapatkan hasil refleksi yang optimal, beberapa pertanyaan berikut dapat dimanfaatkan sebagai pemandu.
• Bagaimana persepsi Anda (guru, siswa, pengamat lain) terhadap tindakan yang dilakukan ?
• Apakah efek tindakan tersebut?
• Isu kependidikan apa saja yang muncul sehubungan dengan tindakan yang dilakukan?
• Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tindakan? Mengapa kendala tersebut muncul?
• Apakah terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran?
• Perlukah perencanaan ulang?
• Jika “ya”, alternatif tindakan manakah yang paling tepat?
• Jika “ya” apakah diperlukan siklus berikutnya?
KEGIATAN BELAJAR 2
A. Pengantar
Kegiatan belajar 2 merupakan praktek penyusunan proposal PTK yang dikemas dalam bentuk workshop. Sistematika proposal yang disusun dalam kegiatan PLPG ini disesuaikan dengan format yang disediakan. Proposal PTK tersebut dapat digunakan sebagai langkah awal melakukan kegiatan penelitian di sekolah masing-masing dan selanjutnya dapat disusun laporan penelitiannya yang dapat digunakan sebagai bukti kinerja guru dalam bidang penelitian, kenaikan pangkat atau kebutuhan lainnya.
B. Kegiatan Workshop
Kegiatan utama workshop adalah menyusun proposal PTK. Susunlah proposal PTK dengan menggunakan kertas bergaris yang disediakan oleh panitia dan ditulis tangan. Selama penyusunan proposal, Anda dapat berdiskusi dengan teman sejawat atau berkonsultasi dengan instruktur. Proposal yang Anda susun harus dikumpulkan kepad instruktur di akhir kegiatan workshop.
C. Praktik Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Refleksi awal untuk menentukan masalah yang akan digunakan PTK
PTK dimulai dengan refleksi awal, yaitu guru merefleksikan masalah-masalah yang ada di kelasnya. Kegiatan ini meliputi: identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah, dan perumusan hipotesis tindakan. Sebagaimana suatu kegiatan penelitian, maka refleksi dilakukan dengan “merasakan” apakah pembelajaran yang dilakukan telah berhasil atau belum. Keberhasilan pembelajaran dapat ditinjau dari hasil belajar siswa, tingkat penguasaan kompetensi, keaktifan siswa, efektivitas penggunaan waktu, tingkat miskonsepsi, dan sebagainya. Untuk merasakan apakah pembelajaran di kelas telah berjalan dengan baik atau belum Anda perlu bertanya pada diri sendiri tentang kualitas pembelajaran yang dicapai selama ini. Pertanyaan tersebut dapat diarahkan antara lain pada:
1. Apakah perangkat pembelajaran yang telah disiapkan dapat terlaksana dengan baik? 2. Bagian mana dari RPP yang dibuat terlaksana dengan baik dan bagian mana yang
belum terlaksana dengan baik?
4. Apakah metode yang digunakan sudah efektif dari segi waktu dan hasil belajar? 5. Apakah Anda mendorong mahasiswa untuk bekerja (hands-on) dalam kegiatan
belajar?
6. Apakah hasil belajar sudah cukup baik sehingga sebagian besar siswa memperoleh nilai di atas Standar Ketuntasan Belajar minimum (SKBM)?
7. Apakah pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal yang ada pada ranah kognitif penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi dapat dikerjakan oleh sebagian besar siswa?
8. Apakah ada indikasi kesalahan konsep pada pemahaman siswa?
9. Apakah ada siswa yang mengalami kesulitan menggunakanatau memperoleh bahan ajar?
10. Apakah siswa termotivasi untuk belajar?
Mengidentifikasi Masalah dan Analisis Masalah di Kelas
Keadaan yang sering terjadi adalah guru tidak merasa bahwa di kelasnya telah terjadi masalah. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya waktu bagi guru untuk melakukan “perenungan” terhadap apa yang telah dilakukan selama proses pembelajaran. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, setiap selesai mengajar sebaiknya guru menjawab dengan jujur pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas sebagai bahan renungan agar proses pembelajaran selanjutnya lebih baik dibandingkan hari ini.
Masalah yang ada di kelas mungkin banyak sehingga anda bingung menetapkan masalah mana yang akan dipilih untuk PTK. Untuk mengatasi keadaan tersebut, anda dapat mengidentifikasi masalah yang paling penting atau paling pokok yang menyebabkan pembelajaran Anda belum efektif.
Setelah merasakan adanya masalah pembelajaran di kelas, maka Anda perlu mengidentifikasi masalah yang sangat merisaukan atau yang menyebabkan kualitas pembelajaran masih rendah. Untuk identifikasi ini, Secara garis besar, masalah tersebut dapat kita klasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu masalah rendahnya kualitas proses pembelajaran dan rendahnya kualitas hasil belajar. Kualitas proses belajar akan berdampak pada hasil belajar. Bila kualitas proses pembelajaran baik maka hasil belajar akan diharapkan baik pula.
Kualitas proses pembelajaran dapat diidentifikasi dari beberapa indikator seperti: (1) partisipasi aktif siswa seperti bertanya, menjawab pertanyaan, menjelaskan, dan mengerjakan tugas; (2) motivasi dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran; (3) ketepatan menyelesaikan tugas, dan lain-lain.
adalah “mengobati” akar masalah tersebut misalnya dengan mengubah metode mengajar guru menjadi inovatif. Dengan memberikan tindakan pada akar masalah diharapkan masalah siswa tidak aktif, hasil belajar yang rendah, dan salah konsep dapat diatas secara simultan.
Sebagai latihan mengidentifikasi masalah, cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini.
1. Deskripsikan proses pembelajaran satu bagian materi atau satu Kompetensi dasar (KD) yang anda rasakan paling sulit untuk memahamkan siswa Anda!
2. Konsep-konsep apa saja yang sulit dipelajari siswa dan dibelajarkan guru kepada siswa?
3. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa ketika proses pembelajaran materi tersebut berlangsung?
4. Bagaimanakah hasil belajar siswa (kognitif, afektif dan psikomorik) berdasarkan tes yang dilakukan? Apakah sudah mencapai kompetensi/target yang ditetapkan?
5. Apa yang menyebabkan hasil belajar siswa seperti jawaban no 5? Apakah karena pembelajaran yang dilakukan membosankan, tidak variasi belajar, atau yang lainnya) 6. Jelaskan metode yang anda gunakan dan perangkat pembelajaran yang anda siapkan
ketika membelajarkan materi tersebut!
7. Tetapkan masalah yang akan anda pecahkan pada PTK ini!
Menetapkan Tindakan dan membuat judul PTK
Setelah menentapkan masalah penelitian, langkah berikutnya adalah menetapkan “tindakan” untuk memecahkan masalah tersebut. Tindakan merupakan upaya-upaya yang dilakukan guru untuk memecahkan masalah belajar siswa. Tindakan yang dimaksudkan adalah tindakan yang terkait dengan pembelajaran. Dalam menetapkan tindakan, perhatikan hal-hal berikut ini.
1. Tindakan yang dipilih harus relevan dengan masalah yang dihadapi oleh siswa. Misalnya siswa yang pasip maka tindakan yang diambil adalah menerapkan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa seperti diskusi, kerja kelompok, belajar kooperatif, dan sebagainya.
2. Tindakan yang dipilih adalah yang mungkin dilakukan oleh guru dan guru sudah memahami langkah-langkah pembelajaran yang akan diterapkan. Bila guru menggunakan tindakan yang benar-benar baru maka disarankan harus ada kolaborasi antara guru dengan guru lain atau dosen yang telah memahami cara menerapkan tindakan tersebut.
3. Tindakan yang dipilih harus lebih inovatif dibandingkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan sebelumnya.
Hubungan antara masalah yang akan diteliti dengan tindakannya dapat digambarkan pada contoh berikut.
berisi konsep-konsep yang abstrak yang tidak mudah dipahami siswa yang belum memiliki kemampuan berpikir formal.
Tindakan yang diambil guru harus bertolak dari karakteristik materi atau konsep materi X yang dibelajarkan. Bila siswa tidak pernah bertanya maka siswa akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak kreatif dan cenderung tidak berpikir. Oleh karena itu, akan lebih baik jika melatih kemampuan bertanya siswa dengan model pembelajaran yang melatihkan kemampuan bertanya dan berpikir. Model pembelajaran yang dapat melatihkan kemampuan bertanya dan berpikir siswa adalah model inquiry training atau pelatihan inkuiri. Dengan demikian, tindakan yang diambil guru adalah: Penggunaan model inquiry training untuk meningkatkan kemampuan bertanya dan hasil belajar Fisika siswa Kelas XI SMA “B” dalam mempelajari materi X.
Setelah anda menetapkan masalah dan tindakan pemecahan amasalah, anda sudah dapat membuat judul PTK yang adan anda lakukan. Langkah-langkah untuk membuat judul PTK adalah:
(a) Judul PTK menunjukkan hubungan antara masalah dan tindakan (b) Jumlah kata dalam judul maksimal 20 kata
(c) Menggambarkan tempat pelaksanaan penelitian
Judul Penelitian
Judul penelitian mencerminkan permasalahan yang akan dipecahkan dengan tindakan yang dipilih. Judul penelitian sebaiknya mengandung masalah, tindakan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, dan tempat pelaksanaan penelitian. Judul yang baik berupa pernyataan deklaratif, singkat dan spesifik dengan jumlah kata 8-20 kata.
Contoh:
Penggunaan model inquiry training untuk meningkatkan kemampuan bertanya dan hasil belajar Fisika siswa kelas X-A SMAN XX Malang.
Tindakan penelitian yang dipilih Permasalahan yang akan diselesaikan
Latar Belakang
Secara keseluruhan, latar belakang PTK berisi uraian tentang konteks permasalahan, pentingnya masalah penelitian, upaya penyelesaian masalah, alasan pemilihan masalah, dan manfaat yang diharapkan dari temuan penelitian jika pelaksanaannya telah selesai. Uraian latar belakang dapat berisi poin-poin berikut.
• Uraikan secara umum tentang mata pelajaran yang diampu dan karakteristiknya.
• Uraikan faktor-faktor yang diduga menyebabkan kesulitan tersebut . Uraikan juga upaya-upaya yang sudah dilakukan guru untuk menyelesaikan kesulitan tersebut, dan deskripsikan hasilnya.
• Uraikan alternatif-alternatif tindakan lain yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan/kesulitan tersebut. Pilihlah satu tindakan untuk menyelesaikan kesulitan tersebut disertai penjelasan jika permasalahan tersebut tidak diselesaikan atau tidak diberi tindakan.
• Uraikan alasan pemilihan tindakan. Deskripsikan kelebihan tindakan yang dipilih didukung pustaka atau hasil penelitian lain yang sejenis.
• Uraikan pentingnya penyelesaian masalah yang dilakukan dalam PTK baik bagi siswa maupun guru.
Berikut contoh Latar Belakang Masalah:
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan adalah mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran siswa yang aktif dalam pengembangan dirinya. Pada Pasal 1 ayat 1 telah jelas bahwa sistem pendidikan di Indonesia menuntut kerja aktif dari peserta didik. Untuk memenuhi hal tersebut, maka perlu adanya pengembangan kurikulum yang sesuai, yaitu seperti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sudah diimplementasikan sekarang ini. Sesuai dengan panduan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tentang panduan pengembangan kurikulum, salah satu tujuan dari pengembangan kurikulum adalah memberi kesempatan peserta didik untuk belajar membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
KTSP yang dikembangkan sekarang ini, mengamanatkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah, guru bertindak sebagai agen yang harus mampu menyajikan proses pembelajaran yang dapat melibatkan langsung peserta didik secara aktif (student centre). Guru harus menyajikan suatu pembelajaran yang dapat melibatkan siswa berperan aktif. KTSP menghendaki suatu pembelajaran yang semestinya tidak hanya mempelajari konsep, teori, dan fakta, tetapi juga mempelajari aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari (Triyanto, 2007:3). Materi yang tersusun merupakan materi kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi, dan kreasi. KTSP tersebut menuntut seorang guru harus dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yaitu proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru (teacher centre), tetapi proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centre).
menunjukkan bahwa SMAN XX merupakan salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang bertujuan menghasilkan lulusan unggul dan dapat bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan SMAN XX Malang adalah dengan menerapkan Kurikulum SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) yakni KTSP yang diadopsi dari Cambridge curriculum mengingat statusnya sebagai RSBI untuk meraih pengakuan internasional dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.
Pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung di SMAN XX Malang adalah guru telah berusaha mengajak siswa untuk aktif di setiap kegiatan pembelajaran. Selain itu, di SMAN XX Malang juga telah diadakan kelas khusus untuk siswa yang memiliki kemampuan bahasa Inggris dan seni yang lebih. Siswa yang memiliki kemampuan bahasa Inggris dan seni, khususnya seni tari mendapatkan tambahan jam pelajaran untuk mengembangkan diri siswa sesuai dengan kelebihan bakatnya. Implementasi KTSP di SMAN XX Malang juga didukung oleh kualitas guru, siswa, dan fasilitas yang baik.
Berdasarkan fakta yang diperoleh dari observasi di SMAN XX Malang pada kelas X A dan wawancara langsung dengan guru bidang studi fisika, didapat bahwa dari 37 siswa, mayoritas (>75%) siswa sangat aktif di kelas dan masih ada beberapa siswa yang kurang aktif. Pada saat pembelajaran berlangsung, ada 10 siswa (27,03%) yang aktif mengajukan pertanyaan pada guru, tetapi ketika diberi tugas oleh guru, siswa yang sangat aktif masih melakukan kegiatan-kegiatan sendiri. Kegiatan-kegiatan dari siswa tersebut mengakibatkan kesulitan bagi guru untuk mengendalikan pembelajaran.
Data hasil tes yang diperoleh dari guru tampak dari 37 siswa, ada 30 siswa telah mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditentukan sekolah yaitu 70, sedangkan ada 7 siswa yang masih belum mencapai KKM. Nilai tertinggi untuk fisika 96 diperoleh 1 siswa dan ada 1 siswa yang memperoleh nilai terendah, yaitu 52. Rentang nilai siswa yang telah mencapai KKM yaitu dari 72 hingga 96, sedangkan yang belum mencapai KKM mempunyai rentang nilai dari 52 hingga 68. Berdasarkan data-data tersebut, dapat diketahui bahwa persentase jumlah siswa yang telah mencapai nilai KKM di kelas X A adalah 81,08% dengan nilai rata-rata kelas 80,54. Berdasarkan data dari guru, ada 3 siswa yang memperoleh nilai mendekati batas tuntas KKM, yaitu nilai 72 diperoleh 2 siswa dan ada 1 siswa yang memperoleh nilai 76. Oleh karena persentase ketuntasan nilai siswa yang tuntas KKM belum mencapai 85%, maka kelas X A ini belum dapat dikatakan tuntas dalam pembelajarannya, terutama dalam pencapaian ketuntasan pemahaman konsep siswa.
kegiatan pembelajaran terkesan teacher centre. Guru juga sering merencanakan kegiatan praktikum untuk siswa, tetapi karena kendala jumlah laboratorium yang terbatas dan jumlah siswa yang banyak, maka fasilitas laboratorium tidak dapat dioptimalkan penggunaannya dalam pembelajaran.
Model pembelajaran yang masih kurang variatif, frekuensi kegiatan praktikum siswa kurang, dan fekuensi kegiatan aktif siswa dalam bertanya kurang, merupakan kendala yang ada dalam kelas X A. Masalah-masalah yang diperoleh berdasarkan fakta yang terjadi di SMAN XX Malang, khususnya yang terdapat pada kelas X A ini perlu segera diatasi karena jika tidak, maka pembelajaran yang dilaksanakan tidak akan mengalami perbaikan atau dengan kata lain pembelajaran menjadi kurang efektif.
Pembelajaran konstruktivistik merupakan salah satu dari pembelajaran yang efektif. Pembelajaran konstruktivistik menuntut siswa untuk dapat menyusun pengetahuannya sendiri sesuai konsep materi yang akan disajikan di setiap proses pembelajarannya. Contoh pembelajaran konstruktivistik adalah pembelajaran inkuiri. Inkuiri itu sendiri dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan.
Seperti halnya yang pernah dilakukan oleh guru fisika yang mengajar di kelas X A SMAN XX Malang dalam penelitian sebelumnya, yaitu penelitian untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kinerja ilmiah dengan model inqury training model. Hasil yang diperoleh adalah pemahaman konsep pada ranah kognitif siswa telah mencapai nilai KKM yang ditentukan sekolah, yaitu 72 dan untuk kinerja ilmiah dengan 5 komponen yang diteliti telah mengalami peningkatan (Respati, 2008:5). Menurut Respati (2008:7), hasil penelitian yang menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman konsep siswa ditunjukkan dari nilai rata-rata 71,7 menjadi 76,6. Persentase ketuntasan yang dicapai hanya 69,8% dengan KKM yang ditentukan saat itu adalah 72. Kriteria pencapaian peningkatan kinerja ilmiahnya masih kurang, terutama pada komponen penyampaian pertanyaan tentang objek yang diteliti, yang jawabannya “ya” atau “tidak” secara lisan dan tertulis. Sekalipun hasil yang diperoleh sudah mengalami peningkatan, tetapi peningkatannya belum sesuai dengan harapan yang ingin dicapai, yaitu persentase pemahaman konsep siswa tuntas KKM hanya 69,8% dan kriteria kinerja ilmiahnya masih kurang baik, terutama pada pengajuan pertanyaan secara lisan maupun tertulis.
pikiran siswa menjadi terpecahkan, siswa yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu dan akhirnya paham terhadap konsep yang dipelajari dengan baik. Beberapa contoh model-model yang berbasis inkuiri adalah inqury training model-model, 5-E learning cycle, dan direct instruction model. Pembelajaran yang menerapkan inqury training model, 5-E learning cycle, dan direct instruction model ini melatih siswa untuk aktif dalam kegiatan intelektualnya, baik kegiatan dalam bertanya maupun kegiatan berpikir siswa untuk mencapai pemahaman konsep materi yang dipelajari.
Salah satu model berbasis inkuiri yang juga dapat mendukung dalam pemahaman konsep siswa adalah model inqury training). Model inqury training ini merupakan salah satu bentuk penerapan suatu model dengan pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri. Dengan menggunakan model inqury training ini, maka siswa akan terlatih untuk berpikir dengan membuat hipotesis serta kesimpulan suatu konsep yang diperoleh berdasarkan contoh-contoh yang disajikan. Dengan mengajukan pertanyaan dengan jawaban ya dan tidak, siswa dilatih mengajukan pertanyaan dan siswa diajak mempelajari tentang konsep itu sendiri. Jika siswa telah berhasil mengajukan pertanyaan dan membedakan konsep satu dengan konsep yang lain, maka siswa akan mengetahui jawaban pertanyaan dan kemudian membentuk suatu konsep sesuai penemuan yang dilakukan siswa (Joyce, dkk terjemahan Fawaid dan Mirza, 2009:129).
Indikator dari kemampuan berpikir siswa adalah kemampuan siswa untuk aktif bertanya. Selain itu, model seperti ini dapat meningkatkan rasa ingin tahu sehingga siswa akan lebih aktif bertanya. Semua itu mengindikasikan bahwa konsep-konsep yang diterima oleh siswa akan menjadi lebih jelas dari konsep yang telah didapatkan. Tahap pembelajaran model inquiry trainning terdiri dari Fase Konfrontasi dengan Masalah, Fase Pengumpulan dan Verifikasi Masalah, Fase Pengumpulan Data – Eksperimentasi, Fase Mengorganisas dan Merumuskan Penjelasa, dan Fase Menganalisis Proses Inkuiri
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Penggunaan model inquiry training untuk meningkatkan kemampuan bertanya dan hasil belajar Fisika siswa kelas X-A SMAN XX Malang”
Rumusan Masalah
Buatlah rumusan masalah minimal 2 (dua) rumusan. Perumusan masalah biasanya dalam bentuk kalimat pertanyaan yang secara eksplisit menggambarkan,diagnosis masalah, tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah, proses pelaksanaan tindakan dan gambaran keberhasilan tindakan yang diambil.
Contoh:
• Bagaimanakah keterlaksanaan pembelajaran Fisika dengan menggunakan model inquiry training dalam upaya meningkatkan kemampuan bertanya dan hasil belajar Fisika siswa kelas X-A SMAN XX Malang?
• Apakah pembelajaran Fisika dengan menggunakan model inquiry training dapat meningkatkan kemampuan bertanya dan hasil belajar Fisika siswa kelas X-A SMAN XX Malang?
Tujuan Penelitian
Buatlah tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah. Tujuan penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pernyataan.
Contoh:
• Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Fisika dengan menggunakan model inquiry training dalam upaya meningkatkan kemampuan bertanya dan hasil belajar Fisika siswa kelas X-A SMAN XX Malang.
• Meningkatkan kemampuan bertanya dan hasil belajar Fisika siswa kelas X-A SMAN XX Malang dengan menggunakan pembelajaran model inquiry training.
Kajian Pustaka
Kajian pustaka disusun untuk membantu peneliti mengembangkan pengertian serta wawasan yang mendalam tentang hal-hal yang telah dikerjakan serta kecenderungan-kecenderungan yang terjadi. Hal yang diharuskan ketika menyusun kajian pustaka ada membaca literaur atau buku atau hasil penelitian lain tentang aspek-aspek yang kita teliti.
Misal untuk contoh judul di atas, aspek yang harus dibaca adalah tentang model kompetensi materi yang teliti, model inquiry tarinning, kemampuan bertanya, hasil belajardan karakteristik siswa yang diteliti.
1. Paparkan karakteristik materi atau kompetensi dasar yang digunakan sebagai obyek dalam PTK ini. Jelaskan konsep-konsep yang dibelajarkan, karakteristik konsep, dan strategi pembelajaran yang relevan untuk membelajarkan konsep tersebut.
2. Paparkan kajian teoritis dari tindakan yang digunakan. Mulailah dengan menjelaskan apa tindakan yang anda gunakan, bagaimana sintaks (langkah-langkah pembelajarannya), mengapa tindakan tersebut relevan untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi.
3. Paparkan bagaimana membelajarkan materi X dengan tindakan yang dipilih.
4. Alasan-alasan lain mengapa anda yakin bahwa penggunaan tindakan tersebut dapat memecahkan masalah. Dapat disajikan hasil-hasil penelitian yang telah dipublikasikan sebelumnya untuk memperkuat tindakan yang Anda ambil
Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan penjelasan tentang prosedur penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Bagian ini bukan tempat untuk mengutip atau menjelaskan definisi kegiatan penelitian tetapi merupakan tempat untuk menguraikan cara-cara penelitian dilakukan oleh peneliti. Ada beberapa aspek yang muncul pada bagian metode penelitian, yaitu:
1. Desain penelitian
Pada bagian ini dipaparkan desain atau model penelitian yang digunakan, dalam hal ini penelitian tindakan kelas
2. Subyek penelitian
Pada bagian ini dipaparkan secara rinci siswa, kelas dan sekolah tempat PTK dilaksanakan. Selanjutnya dikemukakan alasan pemilihan kelas yang diteliti dengan penjelasan yang logis.
3. Instrumen Penelitian
Pada bagian ini dipaparkan data dan sumber data yang akan dikumpulkan selama penelitian serta intrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut. Instrumen penelitian terdiri dari 1) instrumen pelaksanaan pembelajaran, yaitu RPP dan perangkatnya yang digunakan peneliti dalam melaksanakan tindakan yang dilengkapi dengan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran; dan 2) instrumen pengukuran penelitian, yaitu instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian sesuai permasalahan yang diteliti.
4. Prosedur Penelitian
Pada bagian ini dipaparkan uraikan kegiatan penelitian sesuai desain penelitian yang digunakan. Uraian kegiatan dirinci menjadi siklus1 dan siklus berikutnya.
5. Teknik Analisis Data
pembelajaran. Analisis data tersebut biasanya berupa analisis data kualitatif. Analisis data kuantitatif berupa angka merupakan pendukung data penelitian.
6. Indikator Keberhasilan Penelitian
Pada bagian ini dipaparkan kriteria yang menjadi penunjuk keberhasilan penelitian untuk menentukan jumlah siklus PTK yang digunakan.
Berikut contoh uraian Metode Penelitian; 1. Desain penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas Kemmis & Mc Taggart. Model rancangan PTK ini terdiri atas siklus-siklus dimana tiap siklus mencakup empat langkah kegiatan yaitu: (1) planning (perencanaan), (2) acting (pelaksanaan), (3) observing (pengamatan) dan (4) reflecting (refleksi).
Siklus PTK Kemmis & Mc Taggart (Sumber: Suhardjono, 2009:74)
2. Subyek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas X a SMAN XX Malang. Kelas X A tahun ajaran 2010/2011 merupakan kelas yang terdiri dari 37 siswa. Kelas X A ini merupakan kelas yang dirancang untuk ketercapaian menjadi SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) yang hendak dicapai oleh sekolah, di hari tertentu setiap minggunya, proses belajar mengajarnya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pembelajarannya. Siswa di kelas X A ini merupakan siswa-siswa yang sangat aktif, tetapi susah untuk
Penarikan Kesimpulan
Perencanaan tindakan I
Permasalahan Pelaksanaan
tindakan I
Refleksi I Pengamatan/
Pengumpulan data I
Perencanaan tindakan II
Pelaksanaan tindakan II
Refleksi II Pengamatan/
dikendalikan. Penelitian dilakukan pada saat pembelajaran mata pelajaran fisika di kelas X A berlangsung, yaitu setiap hari selasa untuk setiap minggunya selama proses pengambilan data dilakukan.
3. Instrumen Penelitian
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah, kemampuan bertanya siswa dan pemahaman konsep siswa.Sumber data kemampuan bertanya siswa berasal dari pertanyaan siswa yang diajukan secara lisan maupun tertulis. Pertanyaan dicatat oleh peneliti pada lembar observasi pertanyaan. Data kemampuan bertanya siswa yang dimaksud adalah jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan di setiap pertemuan pembelajaran fisika yang dilakukan selama proses penelitian serta jenis pertanyaan lisan maupun tertulis yang diajukan siswa yang akan dinilai tentang kualitas, relevansi, dan bahasa yang digunakan. Sumber data hasil belajar fisika siswa diperoleh dari hasil tes pada setiap akhir siklus. Peningkatan hasil belajar siswa dapat diketahui dari peningkatan jumlah siswa di kelas yang dapat menuntaskan nilai kompetensi sesuai dengan KKM yang ditentukan sekolah dengan nilai keseluruhan kelas dapat mencapai 85% dari jumlah siswa yang tuntas KKM (berdasarkan indikator keberhailan penelitian)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Instrumen Pembelajaran
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP pada siklus I terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan pertama siklus I membahas tentang rumus kalor karena perubahan suhu. Pertemuan kedua siklus I membahas tentang kalor karena perubahan wujud zat (menguap dan mendidih).
Siklus II terdiri dari dua kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas tentang kalor lebur dan asas Black. Pertemuan kedua membahas tentang perpindahan kalor dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
RPP dibuat sesuai dengan tahapan pembelajaran yang terdapat pada pembelajaran inkuiri yang dikembangkan dengan model pencapaian konsep yang memasukkan kegiatan praktikum di setiap kali pertemuannya.
2) Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS disusun oleh peneliti yang terdiri dari 4 LKS. Setiap pertemuan terdiri dari 1 LKS. Siklus I terdapat 2 LKS tentang tentang rumus kalor karena perubahan suhu dan tentang kalor karena perubahan wujud zat (menguap dan mendidih), sedangkan siklus II terdapat 2 LKS tentang kalor lebur dan asas Black, dan perpindahan kalor dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Instrumen Pengukuran Penelitian
Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran digunakan untuk mengukur keterlaksanaan guru dalam melaksanakan pembelajaran model inquiry trainning pada mata pelajaran fisika di kelas. Lembar observasi ini berisi penilaian terhadap keterlaksanaan pembelajaran inkuiri. Aspek yang diobservasi adalah pelaksanaan guru dalam tahap pembukaan, inti, maupun penutup pembelajaran yang sesuai dengan pola pembelajaran inkuiri training untuk pelajaran fisika pada materi kalor.
2) Lembar Observasi Kemampuan Bertanya
Lembar Observasi Kemampuan Bertanya digunakan untuk mengukur keterlaksanaan indikator kemampuan bertanya siswa dengan mencatat pertanyaan lisan dan tertulis yang diajukan siswa, selanjutnya dihitung berapa jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan dan menganalisis pertanyaan siswa. Lembar observasi ini dilengkapi dengan rubrik penilaian kemampuan bertanya.
3) Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar yang digunakan adalah intrumen perangkat tes untuk mengukur hasil belajar fisika selam penelitian dilakukan. Soal tes yang diberikan pada siswa berbentuk uraian dengan skor maksimal 100. Tujuan tes adalah untuk mengukur hasil belajar siswa, sehingga tes yang diberikan meliputi remember (C1), understand (C2), apply (C3), dan analyze (C4). Tes dilakukan di setiap akhir siklus. Soal untuk tes siklus I tentang rumus kalor karena perubahan wujud zat dan kalor karena perubahan wujud zat (menguap dan mendidih), sedangkan soal untuk tes siklus II tentang kalor lebur, asas Black, dan perpindahan kalor dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Prosedur Penelitian
• Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai materi tentang kalor yang dibahas dengan menggunakan pembelajaran inkuiri dengan model pencapaian konsep. Pada siklus I membahas tentang rumus kalor karena perubahan suhu pada pertemuan pertama dan tentang kalor karena perubahan wujud zat (menguap dan mendidih) pada pertemuan kedua. Pada siklus II materi kalor yang dibahas adalah tentang kalor lebur dan asas Black pada pertemuan ketiga dan pada pertemuan keempat membahas tentang perpindahan kalor dan penerapannya dalam kehidupan sehari hari. Pelaksanaan pembelajaran dipandu dengan LKS yang disesuaikan dengan tahap-tahap inkuiri. Setiap kali pertemuan pembelajaran terdapat satu buah LKS sesuai materi yang dibahas pada setiap pertemuannya.
siklusnya. Tes I di akhir siklus I tentang rumus kalor karena perubahan suhu dan kalor karena perubahan wujud zat (menguap dan mendidih), sedangkan tes II di akhir siklus II tentang kalor lebur, asas Black, serta perpindahan kalor dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Tes I dilaksanakan di akhir siklus I, yaitu pada awal pertemuan ketiga dan tes II dilaksanakan di akhir siklus II, yaitu pada awal pertemuan kelima.
• Melakukan pencatatan mengenai hal yang tidak terdapat dalam lembar observasi, sebagai catatan lapangan.
Secara khusus rincian operasional yang dilakukan dalam dua siklus adalah sebagai berikut.
a. Siklus I
1) Perencanaan I
a) Mendiskusikan materi siklus I tentang rumus kalor karena perubahan suhu, untuk pertemuan pertamanya, dan kalor karena perubahan wujud zat (menguap dan mendidih) untuk pertemuan keduanya dengan guru lain/ teman sejawat.
b) Membuat RPP sesuai tahap-tahap inkuiri dengan model pencapaian konsep serta LKS praktikum tentang rumus kalor karena perubahan suhu untuk pertemuan pertama dan LKS diskusi tentang kalor karena perubahan wujud zat (menguap dan mendidih) untuk pertemuan kedua pada siklus I bersama teman sejawat.
c) Mempersiapkan dan merancang alat dan bahan praktikum rumus kalor karena perubahan suhu untuk pertemuan pertama, serta alat dan bahan demonstrasi tentang kalor karena perubahan wujud zat (menguap dan mendidih) pada pertemuan kedua siklus I.
d) Menyusun kisi-kisi soal untuk penyusunan tes pada pokok bahasan rumus kalor karena perubahan suhu dan kalor karena perubahan wujud zat (menguap dan mendidih). Soal yang disusun dalam bentuk soal pilihan ganda dan soal uraian.
e) Menyusun tes pokok bahasan rumus kalor karena perubahan suhu dan kalor karena perubahan wujud zat (menguap dan mendidih).
f) Mempersiapkan format lembar observasi pelaksanaan pembelajaran inquiry trainning dan catatan lapangan.
g) Mempersiapkan format lembar observasi kemampuan bertanya siswa dalam pelaksanaan pembelajaran inquiry trainning.
h) Mempersiapkan kamera untuk merekam.
2) TindakanI
3) Pengumpulan dataI
a) Melakukan pengamatan secermat mungkin mengenai proses pembelajaran dan memberikan penilaian tentang aktivitas belajar siswa sesuai indikator yang telah dibuat sebelumnya.
b) Membuat catatan lapangan mengenai penerapan pembelajaran inkuiri dan segala sesuatu yang terjadi diluar hal yang telah tercantum dalam format observasi.
c) Memberikan penilaian berupa tes di akhir siklus I, yaitu pada awal pertemuan ketiga tentang rumus kalor karena perubahan suhu dan kalor karena perubahan wujud zat (menguap dan mendidih) yang hasilnya akan digunakan untuk menilai pemahaman konsep siswa.
4) RefleksiI
Hasil dari siklus I dikaji ulang, sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan selama pelaksanaan tindakan I. Refleksi yang dilakukan ini juga menyangkut pelaksanaan pembelajaran dan pengalaman belajar siswa pada siklus I. Pelaksanaan pembelajarannya tentang ketidaksempurnaan keterlaksanaan semua tahap pembelajaran yang seharusnya terjadi di setiap pertemuan pada siklus I.
RPP yang sudah dibuat tidak ada perubahan, tetapi dalam pelaksanaannya terdapat perbaikan manajemen kelas terutama pada pengendalian kegiatan siswa, yaitu tentang bagaimana mengkondisikan siswa agar waktu pembelajaran dapat lebih efektif. Waktu yang tidak efektif pada siklus II ini disebabkan oleh kegiatan-kegiatan siswa tidak dikontrol oleh waktu, sehingga perlu adanya informasi pembatasan waktu di setiap tahap-tahap pembelajaran yang dilakukan guru maupun siswa.
Pengalaman belajar siswa yang dilihat adalah hasil ujian masih memerlukan perbaikan pada soal ujiannya. Soal yang diujikan perlu memperhatikan kemampuan siswa, selain dari acuan indikator yang telah ditentukan. Ketuntasan nilai yang dicapai merupakan ketercapaian pemahaman siswa pada materi rumus kalor karena perubahan suhu dan kalor karena perubahan wujud zat (menguap dan mendidih), sehingga materi pembelajaran setelah siklus I merupakan kelanjutan dari materi rumus kalor karena perubahan suhu dan kalor karena perubahan wujud zat (menguap dan mendidih). Refleksi siklus I ini digunakan sebagai bahan perencanaan pada pembelajaran di siklus selanjutnya.
b. Siklus II
Prosedur penelitian pada siklus II sama dengan prosedur siklus I yang dimulai dengan perencanaan II, tindakan II, observasi II, dan refleksi II. Jika hasil refleksi II belum memenuhi kriteria keberhasilan penelitian maka penelitian dilanjutan pada siklus III.
5. Teknik Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini bersifat kualitatif (berupa kata atau kalimat) dan kuantitatif (berupa angka). Analisis data ini dilakukan setelah proses penelitian telah mendapatkan data sesuai tujuan penelitian. Analisis data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu dengan mereduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data dilakukan setelah data dari hasil wawancara dan observasi. Tujuan dari melakukan reduksi data adalah memfokuskan penelitian. Fokus penelitian ini adalah kemampuan bertanya dan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran pada materi kalor. Data yang telah disederhanakan selanjutnya disajikan dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk paparan sehingga didapatkan kesimpulan sementara yang berupa temuan penelitian tentang peningkatan kemampuan bertanya dan pemahaman konsep fisika siswa dengan penerapan pembelajaran inkuiri. Temuan penelitian ini selanjutnya diverifikasi atau dilakukan pengecekan keabsahan temuan sehingga didapatkan hasil penelitian. Berdasarkan paparan data, ditarik suatu kesimpulan, sehingga didapatkan temuan tentang keterlaksanaan pembelajaran, peningkatan kemampuan bertanya, dan pemahaman konsep fisika siswa dengan penerapan pembelajaran inkuiri. Hasil kesimpulan akhir tersebut dipakai sebagai hasil akhir dari penelitian.
Analisis data keterlaksanaan pembelajaran dilakukan dengan mencatat ada atau tidaknya aspek-aspek di setiap tahap pembelajaran yang sudah ditentukan sebelumnya dalam lembar observasi. Jumlah terlaksananya aspek-aspek dalam setiap tahap akan dijumlah di setiap siklus. Nilai ketercapaian diperoleh dengan cara membagi jumlah aspek setiap tahapan yang terlaksana dalam satu siklus dengan jumlah aspek maksimum setiap tahapan dalam satu siklus. Jika persentase keterlaksanaan mencapai nilai minimal 80%, maka ketercapaian pelaksanaan pembelajaran dapat dikatakan berhasil.
% =( + )× 100%
% keterlaksanaan : persentase keterlaksanaan pembelajaran
: jumlah aspek terlaksana tiap tahapan pada pertemuan I suatu siklus
: jumlah aspek terlaksana tiap tahapan pada pertemuan II suatu siklus
: jumlah aspek maksimum setiap tahapan pada seluruh pertemuan suatu siklus
menghitung jumlah pertanyaan yang diajukan setiap pembelajarannya. Persentase jumlah siswa yang bertanya diperoleh dari perbandingan jumlah siswa yang bertanya dengan jumlah siswa yang ada di kelas sehingga dapat diketahui berapa persen siswa yang bertanya. Persentase penambahan jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan dapat dihitung dengan cara:
% = × 100%
% siswa bertanya : persentase jumlah siswa yang bertanya
B1 : jumlah siswa yang bertanya
B2 : jumlah siswa dalam kelas
Pada setiap akhir siklus dihitung berapa persentase jumlah siswa yang bertanya, kemudian dibandingkan nilai persentase jumlah siswa yang bertanya di akhir siklus I dan di akhir siklus II. Kemampuan bertanya siswa dikatakan berhasil jika persentase jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan mencapai nilai 50%.
Analisis data kemampuan bertanya siswa untuk aspek kualitas, relevansi, dan bahasa dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut,
1) Memberi skor pada setiap pertanyaan siswa berdasarkan kualitas, relevansi, dan bahasa siswa untuk bertanya.
2) Menjumlahkan skor bertanya yang diperoleh setiap siswa kemudian dihitung persentasenya.
ℎ % ! " = ℎ !
ℎ ! × 100%
Jumlah Skor Maks : Jumlah aspek yang dinilai × Skor maks
Jumlah aspek yang dinilai : 3 aspek (kualitas, relevansi, dan bahasa)
Skor maks : 4 (dilihat dari rubrik kemampuan bertanya siswa)
Tingkat keberhasilan kemampuan bertanya untuk aspek kualitas, relevansi, dan bahasa mengacu pada jumlah persentase skor pertanyaan minimal mencapai nilai 20%. Jika nilai persentase skor pertanyaan telah mencapai nilai minimalnya, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan bertanya siswa berhasil mencapai ketercapaian indikator kemampuan bertanya.
.
6. Indikator Keberhasilan Penelitian
yang telah mencapai nilai KKM, maka belajar siswa di kelas dapat dikatakan berhasil dan telah mengalami peningkatan
Aspek Indikator
Keterlaksanaan pembelajaran Persentase ketercapaian pelaksanaan pembelajaran
mencapai nilai 80%
Hasil belajar fisika Persentase nilai tuntas KKM kelas mencapai 85%
Jadwal Penelitian
Berisi jadwal atau matrik kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, elaksanaan dilapangan dan penyusunan laporan.
Contoh:
Kegiatan Bulan ke
1 2 3 4 5 6 Penyusunan Proposal Penelitian
Penyusunan instrumen penelitian Pelaksanaan penelitian
Analisis data Pelaporan
Daftar Rujukan
Contoh penulisan Daftar Pustaka dari buku:
Yuliati, L. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Panduan Pelaksanaan PLPG Rayon 15 Universitas Negeri Malang. Malang: Universitas Negeri Malang.
Contoh penulisan Daftar Pustaka dari Jurnal dan makalah:
Renner, J. W., Abraham, M. R., Birnie, H. H. 1988. The necessity of each phase of the learning cycle in teaching high school physics. Journal of Research in Science Teaching. Vol 25(1), pp. 39-58.