• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ATRIBUT PRODUK WISATA DAN ELECTRONIC WORD OF MOUTH (e-wom) TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG PADA OBJEK WISATA BUKIT SERIBU BESEK ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH ATRIBUT PRODUK WISATA DAN ELECTRONIC WORD OF MOUTH (e-wom) TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG PADA OBJEK WISATA BUKIT SERIBU BESEK ABSTRAK"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH ATRIBUT PRODUK WISATA DAN ELECTRONIC WORD OF MOUTH (e-WOM) TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG PADA OBJEK WISATA BUKIT

SERIBU BESEK Arifin

arifinariff90@gmail.com

Endah Pri Ariningsih, S.E., M.Sc.

Wijayanti, S.E., M.Sc.

Universitas Muhammadiyah Purworejo

ABSTRAK

Sektor pariwisata merupakan sektor yang menjadi primadona dan layak dikembangkan di Indonesia. Kondisi alam dan letak geografis Indonesia merupakan faktor utama semakin berkembangnya sektor pariwisata. Pariwisata merupakan suatu industri yang bergerak dibidang jasa. Objek wisata merupakan produk jasa yang ditawarkan suatu perusahaan jasa dengan harapan agar konsumen datang untuk berkunjung dan menikmati objek wisata yang ditawarkan. Diharapkan produk jasa yang yang ditawarkan dapat menimbulkan keputusan bagi konsumen yang ingin berkunjung. Perusahaan di bidang pariwisata terus melakukan berbagai upaya dalam meraih konsumen agar konsumen memutuskan untuk berkunjung, diantaranya dengan memberikan atribut produk wisata yang baik, karena atribut produk wisata memiliki peranan yang sangat penting terhadap keberlangsungan objek wisata. Objek wisata Bukit Seribu Besek dihadapkan persaingan dalam meraih pengunjung. Terdapat berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi keputusan berkunjung diantaranya yaitu atribut produk wisata dan electronic word of mouth (e-WOM). Penelitian ini bertujuan untuk menguji 1) pengaruh atribut produk wisata terhadap keputusan berkunjung dan 2) pengaruh electronic word of mouth (e-WOM) terhadap keputusan berkunjung.

Populasi penelitian ini adalah individu yang pernah melakukan kunjungan wisatawan di Bukit Seribu Besek Kabupaten Purworejo. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling dengan sampel sebanyak 120 responden. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) atribut produk wisata berpengaruh positif terhadap keputusan berkunjung dan 2) electronic word of mouth (e-WOM) berpengaruh positif terhadap keputusan berkunjung.

Kata Kunci : Atribut Produk Wisata, Electronic Word of Mouth (e-WOM), Keputusan Berkunjung

(2)

A. PENDAHULUAN

Sektor pariwisata merupakan sektor yang menjadi primadona dan layak dikembangkan di Indonesia. Kondisi alam dan letak geografis Indonesia merupakan faktor utama semakin berkembangnya sektor pariwisata. Hal ini diperkuat dengan hasil survei yang dilakukan Litbang Kompas terhadap 1200 responden di 33 provinsi di Indonesia yang menunjukkan mayoritas responden mengaku pernah berwisata. Pariwisata merupakan suatu industri yang bergerak dibidang jasa. Objek wisata merupakan produk jasa yang ditawarkan suatu perusahaan jasa dengan harapan agar konsumen datang untuk berkunjung dan menikmati objek wisata yang ditawarkan. Diharapkan produk jasa yang ditawarkan dapat memberikan pengaruh bagi konsumen yang ingin berkunjung. Dalam dunia pariwisata, keputusan pembelian diasumsikan sebagai keputusan berkunjung sehingga teori-teori mengenai keputusan pembelian juga digunakan dalam keputusan berkunjung. Pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya (Setiadi, 2008: 415). Menurut Pitana dan Gayatri (2005: 81) wisatawan mengunjungi suatu daerah tujuan wisata antara lain didorong oleh keinginan untuk mengenal, mengetahui atau mempelajari daerah dan kebudayaan masyarakat lokal. Jika dilihat dari sudut pandang statistik pariwisata, pariwisata mengalami perkembangan yang hebat, pariwisata mempunyai potensi yang besar secara alami (Muljadi dan Warman, 2009: 21). Agar banyak yang datang ke tempat wisata, perusahaan perlu melakukan pemasaran pariwisata. Pemasaran pariwisata merupakan usaha yang dilakukan organisasi pariwisata nasional atau organisasi pariwisata daerah untuk menarik wisatawan lebih banyak datang, lebih lama tinggal, dan lebih banyak membelanjakan uangnya pada destinasi wisata yang dikunjungi (Yoeti, 2002: 2). Dengan pemasaran pariwisata yang baik dan sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan wisatawan, maka wisatawan akan tertarik untuk melakukan kunjungan wisata dan lama tinggal di lokasi wisata (Sukoco, 2018:19).

(3)

Keputusan berkunjung memiliki peranan yang sangat penting terhadap keberlangsungan industri pariwisata, suatu produk yang laku dipasaran dalam hal ini diartikan suatu objek wisata yang ramai pengunjung memiliki kecenderungan memiliki produk wisata yang baik pula. Hal ini sependapat dengan Tjiptono (2008: 103) bahwa konsumen melihat unsur-unsur yang dianggap penting sebagai dasar pengambilan keputusan pembelian. Keputusan untuk melakukan perjalanan wisata pada umumnya ialah keputusan pembelian, yaitu mengeluarkan uang untuk mendapatkan kepuasan (Pitana dan Gayatri, 2005: 71).

Keputusan konsumen untuk mengunjungi suatu tempat wisata antara konsumen satu dengan konsumen lainnya tentu berbeda-beda. Dalam hal ini Yoeti (2008: 128) menyatakan bahwa ada banyak faktor yang perlu diperhatikan supaya tour yang kita ikuti dapat memuaskan, dapat merasakan uang yang kita bayarkan, dan memberikan kenikmatan bagi keluarga.

Kenyamanan mengunjungi tempat wisata dapat diperoleh dari melihat referensi berupa gambar maupun video yang diunggah di media sosial atau internet. Komentar-komentar dan ulasan-ulasan pelanggan yang dipublikasikan melalui internet dan dapat diakses oleh konsumen lainnya, karena hal tersebut diharapkan memiliki dampak yang signifikan terhadap keberhasilan penjualan dari sebuah barang atau jasa (Prasetyo dkk, 2018: 206), dalam hal ini yaitu signifikan terhadap keberhasilan menarik konsumen untuk berkunjung. Dalam beberapa tahun terjadi perubahan terjadi perubahan paradigma word of mouth karena hadirnya internet (Prasetyo dkk, 2018: 206). Menurut Shiffman dan Kanuk (2007) dalam Prasetyo dkk (2018:206) menyatakan bahwa word of mouth yang berlangsung secara online disebut dengan electronic word of mouth (e-WOM), dimana para konsumen saling memberikan informasi ke orang lain dengan perantara media internet. Dari sudut pandang (calon) wisatawan mempertimbangkan segala bentuk kunjungan, produk yang terdiri dari komponen berwujud atau tidak berwujud dan aktivitas di destinasi harus dapat dirasakan oleh wisatawan sebagai pengalaman yang bersesuaian dengan harga pasar (Hasan, 2015: 167). Menurut Muljadi dan Warman (2009: 102), terdapat tiga aspek penting dari produk pariwisata agar calon wisatawan

(4)

melakukan kunjungan yaitu daya tarik wisata, aksesbilitas, dan fasilitas. Ketiga aspek tersebut dapat dikemas sedemikian rupa sehingga dapat menjadi lebih menarik dan memberikan kenyamanan bagi calon wisatawan (Muljadi dan Warman, 2009: 103).

Menurut Hasan (2015: 130), atribut produk wisata adalah kombinasi produk inti, produk aktual dan produk tambahan yang muncul atau tampil memiliki pesan kunci dalam memperkuat pembedaan dirinya dari yang lain (pesaing). Wisatawan mengunjungi tempat wisata untuk memperoleh kepuasan. Prinsip utama kepuasan adalah perbandingan antara apa yang diharapkan dengan tingkat kinerja yang dirasakan oleh wisatawan (Suwena dan Widyatama, 2017: 75). Artinya kepuasan itu merupakan perbandingan antara kinerja dengan harapan, jika kinerja produk yang diharapkan lebih tinggi dari harapan maka wisatawan akan puas dan senang. Sebaliknya jika kinerja yang dirasakan lebih rendah dari harapan wisatawan akan kecewa atau tidak puas (Suwena dan Widyatama, 2017: 75). Wisatawan menggunakan media sosial sebagai sarana yang paling mudah dalam memberikan penilaian mengunjungi suatu tempat wisata.

Kegiatan masyarakat dalam membagi pengalaman mereka melalui media sosial merupakan kegiatan electronic word of mouth (e-WOM) (Mustikasari dan Widaningsih, 2016: 96). E-WOM menurut Thurau dkk, (2004: 39) merupakan bentuk komunikasi pemasaran yang berisi tentang pernyataan positif dan negatif yang dilakukan oleh konsumen potensial melalui media sosial internet.

Rekomendasi dari netizen lain biasanya lebih dipercaya daripada promosi dari perusahaan dan dapat mempengaruhi keputusan netizen lain untuk membeli dan tidak membeli, dalam hal ini untuk mengunjungi objek wisata maupun tidak (Sukoco, 2018: 163). Electronic word of mouth (e-WOM) mempunyai jangkauan yang lebih luas dan kecepatan informasi yang lebih baik untuk mempengaruhi konsumen maupun calon konsumen untuk membuat keputusan (Hasibuan dkk, 2020: 85).

Electronic word of mouth merupakan komunikasi pada web based opinion platforms dapat dimulai karena keinginan untuk membantu konsumen lain dengan keputusan pembelian mereka, dan untuk menyelamatkan orang lain

(5)

dari pengalaman negatif, atau keduanya (Thurau dkk, 2004: 42) Adanya electronic word of mouth akan memperluas pilihan konsumen dalam mengumpulkan informasi dari konsumen lainnya, karena informasi dapat tersebar secara luas, cepat, dan tersedia setiap saat. Mayoritas wisatawan lebih mendengarkan dan mempercayai yang lebih ahli atau berpengalaman dalam memutuskan untuk berkunjung.

Bukit Seribu Besek merupakan wisata alam pohon pinus di Purworejo, Tempat wisata yang berada di Dusun Kalipancer, Desa Guntur, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo yang berdiri di atas lahan Perhutani yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Seribu Besek. Pembangunannya didasari niat kuat Pokdarwis yang berusaha mengangkat wisata dengan konsep edukasi bernuansa kearifan lokal seperti uniknya pembuatan besek dan pengolahan sampah barang bekas sekaligus meningkat taraf ekonomi masyarakat sekitar. Maka kemudian dibuatlah destinasi wisata baru dengan nama Bukit Seribu Besek. Nama itu bukan bermakna di sini ada seribu buah besek, tetapi lebih bermakna kiasan, menunjukkan kawasan ini sebagai sentra pembuatan besek bambu terbesar di Kabupaten Purworejo. Konsep objek wisata Bukit Seribu Besek membuat pengunjung penasaran sebenarnya seberapa banyak besek yang tersedia dan apa saja fasilitas yang ada di tempat wisata tersebut.

Mengacu pada penjelasan tersebut, Bukit Seribu Besek sebagai salah satu tempat wisata yang ada di Kabupaten Purworejo dihadapkan pada persaingan dalam meraih pengunjung. Peneliti melihat persaingan dibidang pariwisata menuntut perusahaan berinovasi dalam pengembangan objek wisata salah satunya atribut produk wisata yang dapat menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung. Perusahaan dibidang pariwisata juga dapat memanfaatkan akses informasi yang mudah sebagai strategi pemasaran. Salah satunya dengan memanfaatkan media sosial atau internet. Dengan media sosial dapat menarik perhatian konsumen untuk berkunjung. Dengan media sosial akan timbul interaksi/komunikasi baik dari pengelola dengan pengguna media sosial atau sesama pengguna media sosial. Objek wisata Bukit Seribu Besek memiliki atribut produk wisata yang dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk

(6)

berkunjung. Selain itu objek wisata Bukit Seribu Besek sering direkomendasikan melalui berbagai media sosial sehingga memiliki tingkat pengunjung yang tinggi. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui apakah objek wisata alam Bukit Seribu Besek sering dipadati pengunjung karena nama besek dan fasilitas yang ada di Bukit Besek, ataupun hal lain seperti tempat selfie yang dapat di posting di media sosial untuk pamer dan membuat wisatawan ingin mengunjungi Bukit Besek tersebut. Faktor ini dinamakan faktor e-WOM. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti apakah ada pengaruh atribut produk wisata, dan e-WOM terhadap keputusan berkunjung pada objek wisata Bukit Besek di Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu:

1. Apakah atribut produk wisata berpengaruh positif terhadap keputusan berkunjung ke objek wisata Bukit Seribu Besek?

2. Apakah e-WOM berpengaruh positif terhadap keputusan berkunjung ke objek wisata Bukit Seribu Besek?

C. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR 1. Kajian Teori

a. Keputusan Pembelian

Menurut Schiffman dan Kanuk (2008: 485) keputusan merupakan seleksi atas dua atau lebih dari alternatif yang ada. Dalam hal ini, pilihan alternatif digunakan sebagai pembanding atau acuan ketika keputusan akan ditemukan. Keputusan berkunjung dalam penelitian ini digunakan dengan pendekatan perilaku keputusan pembelian, sehingga dapat dianalogikan keputusan berkunjung wisatawan sebagai keputusan pembelian atas produk atau jasa, karena sebelum seseorang memutuskan untuk berkunjung ke suatu tempat, berarti orang yang bersangkutan telah melakukan keputusan pembelian untuk menikmati segala fasilitas dari tempat tersebut (Yusuf dan Sulaeman, 2014: 83).

(7)

Menurut Tjiptono (2008: 21) keputusan pembelian adalah sebuah proses dimana konsumen mengenal masalahnya, mencari informasi mengenai produk atau merek tertentu dan mengevaluasi seberapa baik masing-masing alternatif tersebut dapat memecahkan masalahnya yang kemudian mengarah kepada keputusan pembelian.

b. Atribut Produk Wisata

Menurut Suwantoro (2004: 49), produk wisata adalah keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah dimana ia berangkat semula. Sedangkan menurut Hasan (2015: 130), atribut produk wisata adalah kombinasi produk inti, produk aktual dan produk tambahan yang muncul atau tampil memiliki pesan kunci dalam memperkuat pembedaan dirinya dari yang lain (pesaing). Produk wisata disini berprinsip segala sesuatu yang menjadi daya tarik tersendiri suatu kawasan wisata agar ramai untuk dikunjungi. Produk wisata yang dihasilkan tentunya harus mempunyai ciri khas dan mempunyai daya jual yang cukup, sehingga hal ini dapat memicu pengunjung atau wisatawan untuk mengunjungi tempat wisata tersebut.

c. Electronic Word of Mouth (e-WOM)

Menurut Thurau dkk (2004: 39) electronic word of mouth (e- WOM) adalah bentuk komunikasi pemasaran yang berisi tentang pernyataan positif atau negatif yang dilakukan konsumen potensial, maupun mantan konsumen tentang suatu produk, yang tersedia bagi orang banyak melalui media sosial internet. Menurut Hazibuan dkk (2020: 84) electronic word of mouth (e-WOM) merupakan persepsi dari konsumen dan dibagikan melalui media sosial, kecenderungan konsumen Indonesia ialah membagikan pengalaman mereka melalui media sosial, hal ini disampaikan biasanya mengenai pengalaman pembelian. Salah satu jenis electronic word of mouth yang memiliki peran penting saat ini adalah online review yang dinilai dapat

(8)

menyediakan informasi penting dan terpercaya (Sotiriadis dan Zyl, 2013 dan Teng dkk, 2014).

2. Kerangka Pikir

H1 + H1 +

H2+

D. PENGEMBANGAN HIPOTESIS

1. Hubungan atribut produk wisata dengan keputusan berkunjung

Atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dianggap penting dan dijadikan sebagai referensi dalam pengambilan keputusan pembelian (Tjiptono, 2008: 103). Selain itu, produk wisata sebagai layanan yang dapat dirasakan atau diperoleh oleh wisatawan dari dia pergi sampai mereka kembali (Suwantoro, 2004: 49). Menurut Muljadi dan Warman (2009: 102), terdapat tiga aspek penting dari produk pariwisata agar calon wisatawan melakukan kunjungan yaitu daya tarik wisata, aksesbilitas, dan fasilitas. Sedangkan menurut Hasan (2015: 167) dari sudut pandang (calon) wisatawan mempertimbangkan segala bentuk kunjungan, produk yang terdiri dari komponen berwujud atau tidak berwujud dan aktivitas di destinasi harus dapat dirasakan oleh wisatawan sebagai pengalaman yang bersesuaian dengan harga pasar.

Hasil penelitian Ariani (2016) dan Hapsari (2014) menunjukkan bahwa atribut produk wisata berpengaruh positif terhadap keputusan berkunjung. Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1: Atribut produk wisata berpengaruh positif terhadap keputusan berkunjung.

Atribut Produk Wisata (X1)

Electronic Word of Mouth (X2)

Keputusan Berkunjung (Y)

(9)

2. Hubungan electronic word of mouth (e-WOM) terhadap keputusan berkunjung

Electronic Wouth of Mouth (e-WOM) merupakan pemasaran dari netizen ke netizen lainnya yang bentuk pesannya bersifat rekomendasi (Sukoco, 2018: 163). Rekomendasi dari netizen lain biasanya lebih dipercaya daripada promosi dari perusahaan dan dapat mempengaruhi keputusan netizen lain untuk membeli dan tidak membeli, dalam hal ini untuk mengunjungi objek wisata maupun tidak (Sukoco, 2018: 163). Agar banyak konsumen yang mau berkunjung ke objek wisata perusahaan perlu melakukan strategi pemasaran yang dapat mempengaruhi dan menarik konsumen. Dengan menarik konsumen untuk melakukan kunjungan pada objek wisata perusahaan perlu melakukan pemasaran yang baik dan sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen (Sutiksno dkk, 2020: 19).

Electronic word of mouth (e-WOM) memiliki jangkauan yang luas dan kecepatan penyampaian informasi yang baik untuk mempengaruhi konsumen maupun calon konsumen untuk membuat keputusan yang tepat (Hasibuan dkk, 2020: 85). Hasil penelitian Ariani (2016), Hapsari (2014), Susilawati (2017), dan Nurrohman (2018), menunjukkan bahwa e- WOM berpengaruh positif terhadap keputusan berkunjung. Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H2 : E-WOM berpengaruh positif terhadap keputusan berkunjung

E. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan oleh peneliti ini adalah metode kuantitatif karena data yang diperoleh berupa angka yang berasal dari kuesioner, sedangkan pendekatan penelitian ini termasuk pada survei.

Penelitian survei adalah salah satu cara pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan pendapat tentang suatu hal dari responden penelitian (Sekaran, 2003: 250).

(10)

2. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini populasinya adalah pengunjung Bukit Seribu Besek di Purworejo. Sedangkan sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan purposive sampling sebanyak 120 responden, dengan pertimbangan: 1) pernah berkunjung ke objek wisata bukit seribu besek, 2) mempunyai kemampuan dalam memahami kuesioner yang diberikan yaitu minimal berusia 18 tahun (Kasali, 2003: 200), 3) memiliki media sosial dan dapat menggunakannya dengan baik.

3. Definisi Operasional Variabel a. Keputusan pembelian

Kotler dan Amstrong (2003: 224) mengemukakan pendapat bahwa pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai kegiatan konsumen memilih suatu produk atau jasa dalam melakukan keputusan pembelian. Indikator untuk mengukur keputusan berkunjung menurut Kotler dan Keller (2016: 187) yaitu, keputusan berdasarkan produk, keputusan berdasarkan mereknya, keputusan berdasarkan penjual, keputusan berdasarkan jumlah pembelian, keputusan berdasarkan waktu pembelian, dan keputusan berdasarkan cara pembayaran.

b. Atribut produk wisata

Menurut Hasan (2015: 130), atribut produk wisata adalah kombinasi produk inti, produk aktual dan produk tambahan yang muncul atau tampil memiliki pesan kunci dalam memperkuat pembedaan dirinya dari yang lain (pesaing). Indikator atribut produk wisata menurut Muljadi dan Warman (2009: 102) adalah atraksi, amenitas, dan aksesbilitas.

c. Electronic word of mouth (e-WOM)

Menurut Thurau dkk, (2004) electronic word of mouth adalah pernyataan positif ataupun negatif yang dilakukan oleh pelanggan potensial ataupun mantan pelanggan tentang produk atau perusahaan, yang ditujukan untuk banyak orang atau lembaga via internet. Indikator

(11)

e-WOM menurut Goyette dkk (2010) adalah: intensitas, valance of opinion, dan content.

4. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu proses dalam mengumpulkan data primer pada penelitian. Data primer adalah data yang diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original (Kuncoro, 2003: 127). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Sebuah kuesioner terdiri dari sekumpulan pertanyaan yang disajikan kepada responden untuk dijawab (Kotler, 2002: 126).

5. Pengukuran Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengukuran Skala Likert. Skala Likert dipakai untuk menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju seseorang mengenai berbagai pernyataan mengenai perilaku objek, orang, atau kejadian (Kuncoro, 2003: 157), yang terdiri dari lima pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS) diberi skor 5, Setuju (S) diberi skor 4, Netral (N) diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1.

6. Pengujian Instrumen a. Uji validitas

Pernyataan dikatakan valid apabila nilai signifikan dari korelasi antara masing-masing indikator terhadap total skor konstruk menunjukkan nilai person correlation (correlation product moment) lebih dari 0,3 (Ghozali, 2018: 52).

b. Uji reliabilitas

Suatu konstruk dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’t Alpha lebih dari 0,7 (Nunnaly dalam Ghozali, 2011: 48).

F. HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS

Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda.

Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, serta untuk menunjukkan arah hubungan antara

(12)

variabel terikat dengan variabel bebas (Ghozali, 2011: 96). Hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Variabel

Standardized Coefficients

(Beta)

Signifikansi

(p Value) Keterangan Atribut

Produk Wisata (X1)

0,387 0,000 Positif dan

signifikan Electronic

Word of Mouth (X2)

0,441 0,000 Positif dan

signifikan Sumber: Data primer diolah (2020)

Persamaan garis regresi dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y= 0,387 X1 + 0,441 X2

Persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. b1=0,387, artinya atribut produk wisata (X1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap keputusan berkunjung (Y), sehingga hasil ini menunjukkan bahwa atribut produk wisata memberikan dampak positif bagi pengunjung dalam melakukan kunjungan pada objek wisata Bukit Seribu Besek. Atribut produk wisata yang menarik akan meningkatkan keputusan berkunjung.

b. b2=0,441, artinya electronic word of mouth (X2) mempunyai pengaruh yang positif terhadap keputusan berkunjung (Y), sehingga hasil ini menunjukkan bahwa jika electronic word of mouth nya baik maka dapat memberikan dampak positif bagi pengunjung dalam melakukan kunjungan pada objek wisata Bukit Seribu Besek. Karena dengan adanya electronic word of mouth dapat memberikan informasi kepada calon pengunjung melalui media sosial maupun internet sehingga calon pengunjung melakukan kunjungan pada objek wisata Bukit Seribu Besek.

G. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Pengaruh atribut produk wisata terhadap keputusan berkunjung

Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai standardized coefficients (beta) atribut produk wisata (X1) sebesar 0,387 dengan nilai signifikan sebesar 0,000. Hal ini berarti atribut produk wisata berpengaruh

(13)

positif dan signifikan terhadap keputusan berkunjung. Adanya pengaruh positif dan signifikan atribut produk wisata terhadap keputusan berkunjung terjadi karena atribut produk wisata pada Bukit Seribu Besek menarik perhatian pengunjung. Atribut produk wisata pada objek wisata bukit seribu besek memiliki ciri khas yang berbeda, perpaduan kreativitas besek dengan paket pariwisata yang menarik. Terlebih pemanfaatan besek sangat mendukung program pemerintah dalam mengurangi sampah plastik.

Keputusan responden untuk berkunjung ke objek wisata Bukit Seribu Besek dengan adanya atribut produk wisata yang dianggap sesuai dengan kebutuhan, sehingga mampu menarik perhatian pengunjung untuk berkunjung ke objek wisata Bukit Seribu Besek. Oleh sebab itu, hipotesis yang menyatakan atribut produk wisata berpengaruh positif terhadap keputusan berkunjung, dapat diterima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Tjiptono (2008: 103) bahwa unsur-unsur produk yang dianggap penting dan dijadikan sebagai referensi dalam pengambilan keputusan pembelian. Menurut Muljadi dan Warman (2009: 102), bahwa terdapat tiga aspek penting dari produk pariwisata agar calon wisatawan melakukan kunjungan yaitu daya tarik wisata, aksesbilitas, dan fasilitas. Sedangkan menurut Hasan (2015: 167) bahwa dari sudut pandang (calon) wisatawan mempertimbangkan segala bentuk kunjungan, produk yang terdiri dari komponen berwujud atau tidak berwujud dan aktivitas di destinasi harus dapat dirasakan oleh wisatawan sebagai pengalaman yang bersesuaian dengan harga pasar.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ariani (2016) dan Hapsari (2014) diperoleh hasil bahwa atribut produk wisata berpengaruh positif terhadap keputusan berkunjung.

2. Pengaruh electronic word of mouth (e-WOM) terhadap keputusan berkunjung

Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai standardized coefficients (beta) electronic word of mouth (e-WOM) (X2) sebesar 0,441 dengan nilai signifikan sebesar 0,000. Hal ini berarti electronic word of

(14)

mouth (e-WOM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan berkunjung. Adanya pengaruh positif dan signifikan terjadi karena responden memiliki media sosial atau internet, sehingga dengan media sosial atau internet responden memperoleh informasi yang baik dari orang lain mengenai objek wisata Bukit Seribu Besek selain itu memperoleh informasi mengenai protokol kesehatan, karena dalam kondisi pandemi seperti ini responden diwajibkan memakai masker dan sebelum masuk ke objek wisata diwajibkan untuk cuci tangan dan cek suhu badan. Adanya protokol kesehatan dan sarana penunjang membuat responden merasa aman mengunjungi objek wisata. Selain itu responden memperoleh rekomendasi untuk berkunjung ke objek wisata Bukit Seribu Besek. Oleh sebab itu hipotesis yang menyatakan electronic word of mouth (e-WOM) berpengaruh positif, dapat diterima.

Dalam hal ini sejalan dengan pendapat Sukoco (2018: 163) yang menyatakan bahwa Elektronic Wouth of Mouth (e-WOM) merupakan pemasaran dari netizen ke netizen lainnya yang bentuk pesannya bersifat rekomendasi. Rekomendasi dari netizen lain biasanya lebih dipercaya daripada promosi dari perusahaan dan dapat mempengaruhi keputusan netizen lain untuk membeli dan tidak membeli, dalam hal ini untuk mengunjungi objek wisata maupun tidak (Sukoco, 2018: 163). Menurut Sutiksno dkk (2020: 19) agar banyak konsumen yang mau berkunjung ke objek wisata perusahaan perlu melakukan strategi pemasaran yang dapat mempengaruhi dan menarik konsumen. Dengan menarik konsumen untuk melakukan kunjungan pada objek wisata perusahaan perlu melakukan pemasaran yang baik dan sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen. Sedangkan menurut Hasibuan dkk (2020: 85) electronic word of mouth (e-WOM) memiliki jangkauan yang luas dan kecepatan penyampaian informasi yang baik untuk mempengaruhi konsumen maupun calon konsumen untuk membuat keputusan yang tepat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ariani (2016), Hapsari (2014), Susilawati (2017), dan

(15)

Nurrohman (2018), menunjukkan bahwa e-WOM berpengaruh positif terhadap keputusan berkunjung.

H. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa:

1. Atribut produk wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan berkunjung pada objek wisata Bukit Seribu Besek.

2. Electronic word of mouth (e-WOM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan berkunjung pada objek wisata Bukit Seribu Besek.

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa implikasi yang direkomendasikan oleh peneliti, yaitu:

1. Dilihat dari atribut produk wisata, perusahaan diharapkan dapat menentukan langkah yang akan diambil dalam meningkatkan atribut produk wisata yang lebih baik dan terus berinovasi dimasa yang akan datang, baik dari segi atraksi misalnya dengan melakukan inovasi dari spot- spot foto yang ada, aksesbilitas misalnya dengan melakukan perbaikan jalan menuju lokasi dan memberikan petunjuk arah untuk memudahkan pengunjung, maupun fasilitas misalnya dengan menambah akses internet (wifi) dan tempat penginapan, karena di objek wisata Bukit Seribu Besek terdapat beberapa fasilitas yang rusak akan tetapi tidak dilakukan inovasi.

Untuk itu dari pihak perusahaan perlu untuk melakukan inovasi atau upaya dalam perbaikan fasilitas tersebut. Selain itu perusahaan perlu memberikan petunjuk arah menuju ke objek wisata, karena untuk petunjuk arah objek wisata Bukit Seribu Besek saat ini belum ada, dengan petunjuk arah dapat memudahkan konsumen sampai ke objek wisata tersebut dan akan meningkatkan keputusan berkunjung wisatawan.

2. Dilihat dari electronic word of mouth (e-WOM), perusahaan diharapkan dapat lebih aktif dalam memberikan informasi melalui media sosial maupun internet, serta meningkatkan kualitas dalam menyampaikan informasi yaitu dengan menyampaikan informasi secara akurat untuk meminimalkan terjadinya kesalahan penyampaian informasi sehingga

(16)

wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Bukit Seribu Besek akan semakin meningkat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hasan (2015: 167) bahwa dari sudut pandang (calon) wisatawan mempertimbangkan segala bentuk kunjungan, produk yang terdiri dari komponen berwujud atau tidak berwujud dan aktivitas di destinasi harus dapat dirasakan oleh wisatawan sebagai pengalaman yang bersesuaian dengan harga pasar. Serta pendapat (teori) yang dikemukakan oleh Sukoco (2018: 163) yang menyatakan bahwa rekomendasi dari netizen lain biasanya lebih dipercaya daripada promosi dari perusahaan dan dapat mempengaruhi keputusan netizen lain untuk membeli dan tidak membeli, dalam hal ini untuk mengunjungi objek wisata maupun tidak. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Ariani (2016), Susilowati (2017), Hapsari (2014) dan Nurrohman (2018). Oleh sebab itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau pembanding dengan penelitian selanjutnya.

Selain itu penelitian ini juga dapat menambah pengetahuan tentang atribut produk wisata dan electronic word of mouth (e-WOM) dalam upaya meningkatkan keputusan berkunjung wisatawan. Penelitian ini ditekankan pada pentingnya atribut produk wisata dan electronic word of mouth (e- WOM) yang dirasa wisatawan sehingga dapat berpengaruh terhadap keputusan berkunjung.

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong dan Kotler. 2003. Dasar-dasar Pemasaran, Jilid 1. Edisi Kesembilan.

Jakarta. PT. Indeks Gramedia

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program program SPSS.

Semarang: Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi analisis multivariate dengan Program IBS SPSS 19 (Edisi 5). Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.

(17)

Goyette, I., Ricard, L., Bergeron, J., dan Marticotte, F. 2010. E-WOM Scale: Word of mouth Meusurement Scale for e-Services Context. Canadian Journal of Administrative scinces, 27.

Hasan, Ali. 2015. Marketing Tourism. Cetakan Pertama. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service).

Hazibuan, Abdurrozaq, Jamaludin, Yuliana Y, Sudirman A, Wirapraja A, Kusuma A, Napitupulu D, Afriany J, dan Simarmata J. 2020. E-bussines Implementasi, strategi, dan Inovasi. Cetakan 1. Yayasan Kita Menulis.

Kasali, Renald. 2003. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti.

Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Jilid 2. Jakarta: PT Prenhalindo

Kotler, P, dan Keller, K. L. 2016. Marketing Management 15th Edition : Global Edition. England: Person Education.

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Muljadi dan Warman A. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mustikasari A dan Widaningsih S. 2016. The Influence of e-WOM on the Decision Comes to the Tourism in Bandung. Jurnal Manajemen Indonesia. Vol 16 No 2.

Pitana, I Gde. dan Gayatri, Putu G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset.

Prasetyo, Bambang D, Febriyani N , Asmara W, Tamitiadini D, Destrity N, Avina D, dan Illahi A. 2018. Komunikasi Pemasaran Terpadu. Cetakan Pertama:

Malang.

Schiffman and Kanuk. 2008. Consumer Behavior. Indonesia: PT Jaya Cemerlang.

Sekaran, U. 2003. Research Methods for Business A Skill Building Approach. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Setiadi, Nugroho J. 2008. Perilaku Konsumen. Edisi Cetakan 4. Jakarta. Kencana.

Sotiriadis, Marios D dan Cinà van Zyl. 2013. Electronic Word-of-Mouth and Online Reviews in Tourism Services: the use of twitter by tourists. Electronic Commerres.

(18)

Sukoco, Sampir Andrean. 2018. Komunikasi Pemasaran, Jawa Timur: CV. Pustaka Abdi.

Sutiksno, Dian Utami, Revida E, Munsarif M, Hengki, Simarmata, Purnomo A, Sudirman A, Sisca, napitupulu, dan Purba S. 2020. Tourism Marketing.

Cetakan 1. Yayasan Kita Menulis.

Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset.

Suwena I, Widyatama I. 2017. Pengetahuan dasar Ilmu Pariwisata. Denpasar:

Pustaka Larasan

Teng, S,. Khong, K.W. dan Goh, WW. 2014. Persuasive Communication: A Comparison of major Attitude-Behaviour Theoris in a Social Media Context, International Conference on Emerging Trends in Scientific Research.

Publising Group, Kuala Lumpur, pp, 82-89.

Thurau, Hennig, Kevin Gwinner.,Gianfanco Wals., dan Dwayne Gremler. 2004.

Electronic Word of Mouth Via Consumer Opinion Platform: What Motivates Costumers To Articulate Themselves on The Internet. Journal of Interactive Marketing, 38-52.

Tjiptono, Fandi. 2008. Strategi Pemasaran. Edisi 3. Yogyakarta: Andi Offset.

Yoeti, Oka A. 2002. Perencanaan Strategi pemasaran Daerah Tujuan Wisata.

Cetakan 1.Bandung: Angkasa.

Yoeti, Oka A. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi.

Cetakan 2. Jakarta: Kompas.

Yusuf, Abdul dan Sulaeman, Eman. 2014 “Pengaruh Atribut Produk Wisata Terhadap Place Branding dan Implikasinya Terhadap Kepuasan Mengunjungi Destinasi Wisata Pantai (Survei Terhadap Wisatawan Nusantara di Kabupaten Karawang)”. Jurnal Ilmiah Solusi. Universitas Singa perbangsa Karawang. Vol. 1 No. 1.

Web

https://www.daerahkita.com/artikel/161/bukit-seribu-besek-wisata-alam-pohon- pinusdipurworejo

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahapan proses keputusan pembelian ini terdapat titik temu antara electronic word of mouth, motivasi berkunjung dan atribut produk wisata untuk di jadikan

Dari pengertian diatas maka sistem informasi manajemen (SIM) dapa t didefinisikan sebagai berikut Sistem Informasi Manajemen adalah serangkaian sub sistem informasi yang

(2012) yang menyatakan bahwa fertilitas terbaik pada itik didapatkan pada penambahan tepung kulit manggis 1 % karena pemberian antioksidan dengan kadar yang

Pada inkubator temperatur dan kelembaban inkubator merupakan parameter utama yang dibutuhkan oleh bayi di dalam inkubator.Untuk menjaga kestabilan temperature dan kelembaban

Angka Saturation Flow didefinisikan sebagai angka maksimum arus yang dapat melewati pendekatan pertemuan jalan menurut kontrol lalu lintas yang berlaku dan kondisi jalan Saturation

[C5] Mahasiswa mampu mengerjakan tugas ilmiah yang terdefinisi secara jelas dan mampu menjelaskan hasilnya secara lisan dan tulisan, pada bidang matematika murni atau

Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, 14 betapa lebihnya

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.. Somura,