• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS BLENDED LEARNING PADA MASA PANDEMIC COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS BLENDED LEARNING PADA MASA PANDEMIC COVID-19"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN:2089-7472 EISSN: 2548-1711 | DOI: https://doi.org/10.32520/afkar.v9i2.354 72 MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS BLENDED LEARNING PADA

MASA PANDEMIC COVID-19

Nurmadiah1, Nur Komariah2*, Ali Murtopo3, Asmariani4, Maimunah5, Suryani6

*dr.nurkomariah@gmail.com

ABSTRAK

Menajemen pembelajaran sangat penting kedudukannya dalam rangka meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar, apalagi di masa darurat penyebaran Corona Virus Disease 19 (COVID-19) seperti yang kita alami saat ini. Berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan tetap mempertimbangkan protokol kesehatan sesuai dengan SKB 4 Mentri. Berbagai hambatan, kesulitan, dan keterbatasan dihadapi dalam proses belajar mengajar, mulai dari faktor peserta didik, keluarga peserta didik, maupun sarana dan prasarana yang kurang representatif, namun kementrian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud) tetap menginstruksikan seluruh pendidik di semua jenjang pendidikan agar dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dari rumah baik siswa maupun mahasiswa. Oleh karena itu, peran guru sangat dibutuhkan dalam memanage atau mengelola pembelajaran mulai dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan evaluasi (evaluating) dalam rangka meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar di masa pandemi covid 19 saat ini, baik implementasi pembelajaran jarak jauh (PJJ), dalam jaringan (daring), maupun luar jaringan (luring). Salah satu inovasi pembelajaran yang bisa dilakukan oleh madrasah/sekolah adalah pembelajaran berbasis Blended Learning yaitu pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, dan gaya pembelajaran, memperkenalkan berbagai pilihan media dialog antara fasilitator dengan orang yang mendapat pengajaran. Blended learning juga sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face- to-face) dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen dari interaksi sosial.

Kata kunci : Blended Learning; Pandemi Covid; Manajemen

ABSTRACT

Learning management is very important in its position in order to improve the effectiveness of the teaching and learning process, especially during the emergency period of the spread of Corona Virus Disease 19 (COVID-19) as we are currently experiencing. Various efforts were made to improve the quality of education while still taking into account the health protocols in accordance with the Ministerial Decree 4. Various obstacles, difficulties, and limitations are faced in the teaching and learning process, ranging from factors of students, students' families, as well as facilities and infrastructure that are less representative, but the Ministry of Education and Culture (Kemendikbud) continues to instruct all educators at all levels of education in order to create fun learning from home both students and college students. Therefore, the teacher's role is very much needed in managing or managing learning starting from planning (planning), organizing (organizing), implementing (actuating) and evaluating (evaluating) in order to increase the effectiveness of the teaching and learning process during the current covid 19 pandemic, both implementation of distance learning (PJJ), in the network (online), and outside the network (offline).

One of the learning innovations that can be done by madrasas/schools is Blended Learning-based learning, namely learning that combines various delivery methods, teaching models, and learning styles, introducing various choices of dialogue media between the facilitator and the person being taught. Blended learning is also a combination of face-to-face teaching and online teaching, but more than that as an element of social interaction.

Keywords: Blended Learning; Covid pandemic; Management

(2)

ISSN:2089-7472 EISSN: 2548-1711 | DOI: https://doi.org/10.32520/afkar.v9i2.354 73 A. PENDAHULUAN

Wabah corona virus disease 2019 (Covid-19) yang telah melanda 215 negara di dunia, sampai pada Era Tatanan Baru (New Normal) semua sendi kehidupan harus beradaptasi dengan Covid-19, pemerintah provinsi dan pemerintah daerah menyusun kebijakan baru dalam dunia pendidikan, sehingga harus mendapat solusi untuk menangani tantangan ini. Perguruan Tinggi dan tidak terkecuali jenjang SMA, SMP dan SD. Untuk melawan Covid-19 Pemerintah telah melarang untuk berkerumun, pembatasan sosial (social distancing) dan menjaga jarak fisik (physical distancing), memakai masker dan selalu cuci tangan. Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan disebagian kota provinsi pemerintah telah melarang perguruan tinggi untuk melaksanakan perkuliahan tatap muka (konvensional) dan memerintahkan untuk menyelenggarakan perkuliahan atau pembelajaran secara daring (Surat edaran Kemendikbud Dikti No. 1 tahun 2020).

Perguruan tinggi dituntun untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran secara daring atau on line.

Bentuk pembelajaran yang dapat dijadikan solusi dalam masa pandemi covid-19 adalah pembelajaran daring. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran. Semester genap di kalender akademik mulai dari bulan Januari-Juni, sedangkan virus corona terdeteksi Indonsesia semenjak Februari. Setengah pembelajaran telah dilakukan secara langsung (tatap muka) dan setengahnya lagi dilakukan secara daring. Kombinasi dari belajar tatap muka dan daring disebut dengan blended learning.

Pembelajaran dengan pendekatan teknologi adalah mengkombinasikan sumber- sumber belajar tatap muka dengan yang dimuat dalam media komputer, telpon seluler, saluran televisi, konferensi video, dan media elektronik lainnya. Siswa dan guru bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuan utama blended learning adalah memberikan kesempatan bagi berbagai karakteristik pebelajar agar dapat belajar mandiri, berkelanjutan, dan berkembang sepanjang hayat, sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik.

Blended Learning mengacu pada belajar yang mengkombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face) dan pembelajaran berbasis internet (online).

Blended Learning merupakan jenis pembelajaran yang menggabungkan pengajaran klasikal (face to face) dengan pengajaran online. Blended Learning menggabungkan aspek

(3)

ISSN:2089-7472 EISSN: 2548-1711 | DOI: https://doi.org/10.32520/afkar.v9i2.354 74 pembelajaran berbasis web/internet, streaming video, komunikasi audio synchronous dan asynchromous dengan pembelajaran tradisional tatap muka.

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Bleanded Learning

Secara etimologi istilah blended learning terdiri dari dua kata yaitu blended dan learning. Blend berarti “campuran atau gabungan, bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah baik”, atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau penyelarasan perpaduan. Sedangkan learning memiliki makna umum yakni belajar, dengan demikian sepintas mengandung makna pembelajaran yang mengandung arti pencampuran, atau penggabungan yakni antara satu pola dengan pola yang lainnya. Model blended learning pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap- muka dan secara virtual. Blended learning bukan hanya sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face) dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen dari interaksi sosial. Jadi, blended learning adalah kombinasi pembelajaran tradisional dan lingkungan pembelajaran elektronik. Blended learning adalah sebuah kemudahan pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, dan gaya pembelajaran, memperkenalkan berbagai pilihan media dialog antara fasilitator dengan orang yang mendapat pengajaran. Penerapan blended learning diharapkan siswa dapat memahami materi dengan lebih baik dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut Usman istilah manajemen berasal dari bahasa latin yaitu kata manus yang artinya tangan dan agere yang berarti melakukan. Penggabungan dua kata tersebut menjadi bentuk kata kerja manager yang artinya menangani managere diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi bentuk kata kerja yaitu to manage dengan kata benda adalah management dan manajer adalah orang yang melakukan aktivitas atau kegiatan manajemen. Akhirnya management diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.

Sedangkan menurut Malayu S.P. Hasibuan sebagaimana dikutip oleh Abdul Halik, Manajemen adalah suatu ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien yang berguna untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan menurut Prayudi dalam Abdul Halik bahwa manajemen adalah suatu pengendalian dan pemanfaatan dari semua faktor dan sumber daya berdasarkan perencanaan (planning) yang diperlukan untuk menyelesaikan dan mencapai suatu tujuan kerja tertentu. Berdasarkan pembahasan di

(4)

ISSN:2089-7472 EISSN: 2548-1711 | DOI: https://doi.org/10.32520/afkar.v9i2.354 75 atas, maka manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang agar suatu usaha dapat berjalan denga baik sesuai dengan yang diharapkan berdasarkan perencanaan, pengarahan, pemikiran, dan pengaturan serta mempergunakan dan mengikutsertaan semua potensi yang ada baik potensi personal maupun material secara efektif dan efisien.

Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses, proses yang bertujuan mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di lingkungan sekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong minat dan bakat peserta didik dalam melaksanakan proses belajar. Pembelajaran juga diartikan sebagai proses yang memberikan bimbingan atau bantuan kepada para peserta didik dalam melakukan proses belajar. Menurut Trianto, pembelajaran adalah aspek kegiatan yang kompleks dan tidak dapat dijelaskan sepenuhnya. Secara sederhana, pembelajaran dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pada hakikatnya, Trianto menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha sadar dari seorang guru untuk memberikan pelajaran kepada peserta didiknya dengan maksud agar tujuan dari belajar tersebut dapat tercapai. Dengan demikian, pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan yang terencana dalam mengkondisikan atau merangsang seseorang agar dapat belajar dengan baik, berdasarkan pada dua kegiatan pokok, yaitu bagaimana seseorang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar dan bagaimana seseorang melakukan tindakan penyampaian dan pemberian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar.

Perencanan pembelajaran merupakan aspek penting dalam suatu pembelajaran.

Bentuk RPP juga mengalami perubahan. Dalam perencanaan pembelajaran tentu memuat komponen-komponen yang dijabarkan dalam KI, KD dan Tujuan pembelajaran serta evaluasi maka perlu adanya penyusunan RPP masa covid agar guru tidak terkendala.

Manajemen pembelajaran berbasis Blended Learning di masa Pandemi Covid-19 pada lembaga pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat penting karena yang menjadi input, proses, dan output adalah peserta didik. Manajemen pembelajaran peserta didik yang bermutu berkontribusi pada adanya output pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, manajemen pembelajaran berbasis Blended Learning di masa Pandemi Covid-19 perlu dioptimalisasikan agar mendukung pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler (mata pelajaran), tujuan institusional (lembaga/satuan pendidikan), dan tujuan pendidikan nasional.

Karena model Blanded ini sangat dekat dengan Teknologi Informatika maka ada tiga komponen kunci yang mempengaruhi efektivitas integrasi TIK dalam pengajaran dan

(5)

ISSN:2089-7472 EISSN: 2548-1711 | DOI: https://doi.org/10.32520/afkar.v9i2.354 76 pembelajaran, yaitu pedagogik, interaksi sosial dan teknologi.” Namun,” selain dari ketiga komponen tersebut kemampuan manajemen juga merupakan keterampilan yang penting diperlukan dalam rangka melaksanakan pembelajaran berbasis TIK.”

Sebagai seorang manajer yang baik kepala sekolah wajib proaktif mencari solusi agar PBM tetap berjalan. Kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran adalah barometer manajemen pembelajaran. Jika dihubungkan dengan pemanfaatan model pembelajaran Blended Learning yang mengintegrasikan antara luring dengan daring, sudah barang tentu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran”

memliliki perbedaan. Adanya aturan tentang proses pembelajaran daring maka terjadi perubahan yang menyeluruh pada format RPP dan format penilaian.”Membuktikan bahwa guru atau yang berhubungan dengan PBM dituntut agar mempunyai kompetensi yang cukup di masa pandemi ini.”

Pembelajaran dengan Blanded learning berkorelasi dengan Teknologi Informasi ini akan memunculkan tantangan baru bagi peserta didik dan juga guru, hal ini wajar dan biasa karena perubahan pola pembelajaran yang tadinya dilaksanakan dengan tatap muka, kali ini harus dilakukan dengan sistem daring namun tetap harus mampu menjembatani ruang dan waktu.” Dimana siswa tetap belajar dari rumah sedangkan guru berada di tempat lain namun pembelajaran harus tetap berlangsung. Permasalahan ini dapat diatasi dengan memanfaatkan teknologi digital yaitu HP dan Komputer.”

Adapun kelebihan dari blended learning yang diungkapkan oleh Kusairi dalam Husamah yaitu:

a. Peserta didik leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandir dengan memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara online.

b. Peserta didik dapat berkomunikasi/berdiskusi dengan pendidik atau peserta didik lain yang tidak harus dilakukan saat di kelas (tatap muka).

c. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik di luar jam tatap muka dapat dikeloladan dikontrol dengan baik oleh pendidik.

d. Guru dapat menambahkan materi pengayaan melalui fasilitas internet.

e. Pendidik dapat meminta peserta didik membaca materi atau mengerjakan tes yang dilakukan sebelum pembelajaran.

f. Guru dapat menyelenggarakan kuis, memberikan balikan, dan memanfaatkan hasil tes dengan efektif. Peserta didik dapat saling berbagi file dengan peserta didik lainnya.

(6)

ISSN:2089-7472 EISSN: 2548-1711 | DOI: https://doi.org/10.32520/afkar.v9i2.354 77 g. Mengurangi aktivitas bermain-main siswa dengan cara mengisi hal-hal bermanfaat

yang dapat dilakukannya dengan gadgetnya yakni mengerjakan tugas secara online.

Selain kelebihan dan keunggulan model blanded ini, juga masih ada kekurangan- kekurangan. Adapun kekurangan menggunakan model pembelajaran Blended Learning adalah:

a. Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.

b. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet.

Padahal dalam Blended Learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online.

c. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi;

d. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet.

e. Menyenyabkan rasa malas karena sendirian tidak berada di ruang kelas

f. Siswa yang cenderung mempunyai minat belajar yang rendah kesulitan belajar secara mandiri dengan pembelajaran online ini.

Dari fenomena ini dapatlah disimpulkan bahwa sangat banyak kelebihan dari model pembelajaran blanded learning tergantung para guru bagaimana actionnya didalam PBM.

Pemodelan ini akan sukses jika proses dan pemilihan metode yang tepat dan terarah pada peserta didik. Sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Blanded Learning memiliki pengaruh yang positif terhadap pembelajaran, mulai dari proses belajar mengajar. Selain itu, model pembelajaran ini sangat cocok apabila digunakan sebagai model pembelajaran di era abad 21 dan masa depan.

Menyadari urgensi manajemen pembelajaran berbasis Blended Learning di masa Pandemi Covid-19 serta tugas pokoknya dalam mencetak peserta didik yang berkualitas, seluruh sekolah senantiasa melakukan upaya dalam memberikan layanan terbaik kepada peserta didik, baik melalui program-program yang dilaksanakan sekolah ataupun layanan bimbingan peserta didik lainnya. Pembelajaran berbasis Blended Learning di masa Pandemi Covid-19 dimanfaatkan dalam dunia pendidikan sebagai upaya menciptakan layanan pendidikan yang lebih baik, baik dalam aspek sarana prasarana, proses pembelajaran peserta didik, peningkatan profesionalisme sumber daya manusia pendidik (guru) maupun lulusan yang berkualitas.

(7)

ISSN:2089-7472 EISSN: 2548-1711 | DOI: https://doi.org/10.32520/afkar.v9i2.354 78 Sesuai dengan perkembangan sosialnya siswa pada saat ini sangat menggandrungi Gedget dan media sosial lainnya sehingga minat dan daya belajar mereka bisa mengalami peningkatan.

2. Metode Pembelajaran Model Blended Learning

Dalam pembelajaran model Blended tentu ada beberapa metode yang digunakan mengingat ini suatu kebiasaan baru dalam sistem pembelajaran. Selain metode yang sudah lazim dipakai maka salah satu metode yang sudah di uji ke efektivitasannya adalah metode Flipped Classroom.

Model pembelajaran Flipped Classroom ini hakikatnya merupakan salah satu metode penerapan blended learning itu sendiri. Dengan pendekatan Flipped Classroom, sebagian aktivitas pembelajaran yang biasanya diselesaikan di kelas, kini dapat diselesaikan di rumah terlebih dahulu secara mandiri oleh siswa sebelum akhirnya melakukan pembelajaran tatap muka lagi di kelas. Untuk menerapkan model pembelajaran ini pada konteks pembatasan pembelajaran tatap muka di semester baru, ada 6 langkah umum yang dapat Bapak/Ibu ikuti untuk memastikan pembelajaran tetap efektif.

Langkah Penerapan Flipped Classroom:

a. Bagi siswa menjadi 2 kelompok besar. Kelompok 1 akan melakukan pembelajaran tatap muka di periode pertama dan pembelajaran daring di periode selanjutnya, sementara Kelompok 2 akan melakukan pembelajaran daring di periode pertama dan pembelajaran tatap muka di periode selanjutnya.

b. Bagi materi ajar menjadi 2 kategori. Kategori A adalah materi yang dapat dipelajari siswa secara mandiri dan Kategori B yang perlu dipandu/didiskusikan dengan guru dan teman sebaya.

c. Untuk siswa Kelompok 1, periode pertama digunakan untuk pembelajaran tatap muka berfokus pada materi Kategori B yang lebih menekankan pada diskusi dan aktivitas pembelajaran yang dipandu oleh guru. Setelah itu, pada periode selanjutnya saat siswa belajar di rumah, guru dapat melakukan pembelajaran daring yang menekankan pada materi Kategori A.

d. Untuk siswa Kelompok 2, periode pertama digunakan untuk pembelajaran daring berfokus pada materi Kategori A yang lebih menekankan aktivitas penugasan mandiri yang dapat dilakukan siswa dari rumah. Setelah itu, pada periode selanjutnya saat

(8)

ISSN:2089-7472 EISSN: 2548-1711 | DOI: https://doi.org/10.32520/afkar.v9i2.354 79 siswa belajar di tatap muka, guru dapat berfokus pada materi Kategori B dengan mengadakan aktivitas diskusi dan pembelajaran aktif lainnya saat di kelas.

e. Pastikan Bapak/Ibu dapat mengatur waktu dengan baik agar jam pembelajaran siswa Kelompok 1 dan Kelompok 2 tidak saling bertabrakan. Sebagai contoh, pembelajaran tatap muka dapat dilakukan di pagi hari dan pembelajaran daring mandiri dapat dilakukan di siang hari.

f. Lakukan refleksi secara berkala untuk mengecek pemahaman siswa serta umpan balik mengenai kendala ataupun kesulitan yang dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran blended learning ini.

Pada langkah-langkah penerapan metode ini ada dua situasi yang di alami siswa.

yaitu tugas mandiri dikerjakan di rumah dan didiskusikan di sekolah. Begitu juga guru tidak sepenuhnya dapat mendampingi siswa disebabkan oleh keterbatasan waktu. Namun karena saat ini belajar dalam kebiasaan baru disinilah dituntut kreativitas seorang guru dalam merancang pembelajaran sehingga dapat menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran yang di harapkan.

Model pembelajaran Blended Learning memusatkan pembelajaran pada siswa, sehingga keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran bisa meningkatkan rasa tanggung jawab pada diri mereka. Pada pembelajaran berbasis Blended Learning, siswa dituntut untuk mencari materi pembelajaran secara mandiri. Salah satu bentuk pembelajaran pada model Blended Learning adalah belajar secara mandiri (individualized learning) dengan cara mengakses materi pelajaran secara online dari rumah.

Perencanaan pembelajaran yang pertama adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tugas utama seorang guru dalam proses pembelajaran ada tiga, yaitu membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan melakukan evaluasi pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan suatu proyeksi tentang apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah disusun secara absah dan bernilai.

Dengan kata lain, gambaran dari seluruh aktivitas pembelajaran di kelas sangat tergantung pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sedangkan hakikat dari RPP adalah upaya untuk memperkirakan tindakan apa yang akan dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran. Penyusunan RPP yang baik dimulai dengan penentuan tujuan pembelajaran yang tepat.

Perencanaan pembelajaran yang kedua adalah sarana dan prasaran. Sarana dan prasarana pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

(9)

ISSN:2089-7472 EISSN: 2548-1711 | DOI: https://doi.org/10.32520/afkar.v9i2.354 80 siswa. Sarana dan prasarana fisik sangat efektif untuk pembelajaran dan prestasi akademik siswa. Disadari atau tidak, sarana dan prasarana tersebut merupakan faktor penting yang tidak bisa dibiarkan begitu saja dalam proses pembelajaran. Kendati demikian, sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia masih memiliki banyak permasalahan, terutama sarana dan prasarana pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi. Setidaknya ada empat masalah yang bisa menjadi penghambat dalam pembelajaran daring, yaitu keterbatasan penguasaan teknologi informasi, sarana dan prasarana yang kurang memadai, akses internet yang terbatas, dan kurang siapnya penyediaan anggaran.

Model pembelajaran berbasis Blended Learning yang bagus tidak terlepas dari sejumlah permasalahan di atas. Oleh sebab itu, ketersediaan sarana prasarana pembelajaran yang menjadi faktor pendukung utama dalam proses pembelajaran berbasis Blended Learning berupa ruang kelas di sekolah atau, akses internet dan aplikasi pembelajaran daring, serta sarana lain yang menjadi pendukung efektivitas pembelajaran harus menjadi perhatian. Pembelajaran online dengan e-learning tidak akan terlepas dari internet, karena seluruh interaksi pembelajaran di e-learning selalu membutuhkan jaringan internet yang memadai. Jaringan internet yang tersedia akan sangat berpengaruh pada tugas guru dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran daring sangat membutuhkan perangkat komputer, baik dalam bentuk CPU ataupun laptop. Komputer dan teknologi yang serupa sudah mulai digunakan di dunia pendidikan dalam berbagai bentuk dan tujuan, yaitu pertama untuk mengajar, tugas menulis, dan lain-lain; kedua, untuk program simulasi belajar mandiri agar meningkatkan kemampuan berpikir kognitif; ketiga, untuk komunikasi melalui internet dan media komunikasi lainnya; dan keempat sebagai alat kerja yang produktif, seperti untuk database dan lain-lain.

Implementasi pembelajaran berbasis Blanded Learning yang pertama adalah pengelolaan waktu pembelajaran. Dalam penyusunan RPP, salah satu komponen yang dicantumkan adalah alokasi waktu belajar. Artinya, seorang guru harus merencanakan dengan tepat pembagian waktu untuk seluruh kegiatan belajar di kelas agar proses pembelajaran bisa berjalan secara efektif, sehingga hasil yang diperoleh pun bisa maksimal. Seorang guru dalam menentukan alokasi waktu belajar harus didasarkan pada estimasi kemampuan yang bisa dicapai siswa dalam waktu yang tersedia.

(10)

ISSN:2089-7472 EISSN: 2548-1711 | DOI: https://doi.org/10.32520/afkar.v9i2.354 81 C.

KESIMPULAN

Manajemen pembelajaran berbasis Blended Learning pada masa Pandemi Covid- 19 meliputi Manajemen, perencanaan model pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Pada tahap perencanaan, sekolah menyusun kurikulum khusus yang sesuai dengan masa Pandemi Covid-19 melalui model pembelajaran berbasis Blended Learning. Model pembelajaran ini menjadi solusi ditengah permasalahan pendidikan pada masa Pandemi Covid-19 yang sebelumnya menerapkan pembelajaran daring secara penuh yang menyusun jadwal pembelajaran dengan komposisi yang sama antara pembelajaran tatap muka dan daring, yaitu 60:40. Pada implementasinya, kegiatan belajar mengajar di sekolah memfokuskan pada kegiatan pembelajaran tatap muka dalam menjelaskan materi pembelajaran. Selebihnya belajar dari rumah dengan durasi lebih besar luring Jadwal pembelajaran tatap muka berdurasi 25 menit perjam tatap muka. Untuk menutupi kekurangan waktu dalam menjelaskan materi pelajaran pada pelajaran tatap muka, sekolah langsung beralih memanfaatkan e-learning satuan pendidikan untuk penguatan materi pelajaran melalui pemberian tugas kepada peserta didik. Sedangkan evaluasi pembelajaran dilakukan dalam dua bentuk, yaitu evaluasi luring melalui pengamatan dan penilaian sikap dan perilaku siswa, serta evaluasi daring berbasis website. Melalui evaluasi daring, nilai hasil evaluasi siswa bisa diolah dan dianalisa secara otomatis, sehingga guru dan siswa lebih mudah untuk mengetahui tingkatan. Dengan demikian, Aplikasi Rapor Digital (ARD) lebih memudahkan guru dalam mengolah dan melaporkan hasil belajar siswa, terutama wali kelas. Guru tidak perlu mengisi rapor dengan menulis angka-angka pada buku rapor secara manual. Selain itu, melalui ARD pekerjaan wali kelas dalam mengisi nilai di rapor menjadi lebih ringan, karena guru juga memiliki tugas untuk memasukkan nilai pengetahun (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik). Wali kelas hanya memiliki tugas untuk mengisi nilai sikap (afektif) dan spiritual, absensi siswa, serta kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh siswa. Hal ini berbeda dengan laporan hasil nilai akhir dalam bentuk rapor manual, dimana tugas pengisian nilai seluruhnya dibebankan kepada wali kelas.

(11)

ISSN:2089-7472 EISSN: 2548-1711 | DOI: https://doi.org/10.32520/afkar.v9i2.354 82 DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halik, S, Komunikasi Massa, Makassar: BUKU DARAS UIN ALAUDDIN, 2013

Aji Syah Halal Rizqon, Dampak Covid-19 pada Pendidikan Indonesia: Sekolah, Keterampilan dan Proses Pembelajaran, Jurnal Budaya Sosial dan Syar’I, Volume 07 Nomor 05, Jakarta: FSH UIN Syarif Hidayatullah, 2020

Akomolafe, Comfort O. dan Veronica O. Adesua, The Impact of Physical Facilities on Students’ Level of Motivation and Academic Performance in Senior Secondary Schools in South West Nigeria, Journal of Educationand Practice 7(4): 38- 42. 2016.

Anwar, S, Pemanfaatan TIK Sebagai Media Pembelajaran di Madrasah Aliyah.

Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2018.

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta: PT.Rineka cipta, 2002.

Badrudin, B, Manajemen Peserta Didik, Bandung PT Indeks, 2014.

Banggur, M. D. V., Situmorang, R., & Rusmono, R, Pengembangan Pembelajaran Berbasis Blended Learning Pada Mata Pelajaran Etimologi Multimedia.

JTP - Jurnal Teknologi Pendidikan, 20(2), 152–165.

https://doi.org/10.21009/jtp.v20i2.8629, 2018.

Dabas, N, Role of Computer and Information Technology in Education System, International Journal of Engineering and Techniques, 4(1), 570–574. 2018

Hasbullah, H, Blended Learning, Trend Strategi Pembelajaran Matematika Masa Depan, Jurnal Formatif, 4(1), (2014) 65–70. https://doi.org/http:// dx.doi.org/10.30998/

formatif.v4i1.140

Hayati, N., & Wijaya, M. (2018). Pengelolaan Pembelajaran melalui Blanded Learning dalam Meningkatkan Receptive Skill Peserta Didik di Pondok Pesantren.

Palapa, 6(2), 1–18. https://doi.org/10.36088 /palapa.v6i2.64

Husamah, Pembelajaran Pembauran (blended learning), Malang; prestasi pustaka, 2014

Inggriyani, F.-, Hamdani, A. R., & Dahlan, T, Minat Belajar Mahasiswa dengan Menggunakan Blended Learning melalui Google Classroom pada Pembelajaran Konsep Dasar Bahasa Indonesia SD. PEMBELAJAR: Jurnal Ilmu Pendidikan,

Keguruan, Dan

Pembelajaran,(2019).3(1)28.https://doi.org/10.26858/pembelajar.v3i1.8649 JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia)Vol. 6, No. 1, 2021, pp. 110-118

Riyan Maulana, Daiyul. Ma'ruf, T. (2020). Model. Media. Pembelajaran. R and D (Research and Development). Aplikasi Blended Learning berbasis Mobile. Jurnal tarbiyah stain sorong.

Trianto, model pembelajaran terpadu: konsep, strateginya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), Jakarta: Bumi Aksara, 2010

Yusuf Hadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Prenoda

Media, 2004

Referensi

Dokumen terkait

Mulyono (2008) prestasi non akademik adalah “Prestasi atau kemampuan yang dicapai siswa dari kegiatan yang diadakan di luar jam atau lebih dikenal dengan kegiatan

Hal ini bisa disamakan seperti mengirim pesan lewat email, (2) Menggunakan metode LMS (Learning Management System) yang merupakan sebuah perangkat lunak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemandirian belajar mahasiswa semester V Tahun Akademik 2020-2021 melalui model pembelajaran Blended Learning tipe Flipped

(4) siswa mendapatkan haknya untuk belajar materi keagamaan walau dalam keadaan pandemi Covid-19 yang tidak memungkinkan untuk belajar secara tatap muka; (5) secara tidak

Fenomena Covid-19 yang memberikan dampak serius terhadap dunia pendidikan dan pembelajaran semakin mempercepat kebutuhan model pembelajaran campuran (blended learning) yang

Agar pelaksanaan strategi pembelajaran e-learning ini sesuai maka upaya yang dilakukan sekolah supaya berjalan dengan baik, mengadakan beberapa kegiatan yang dilakukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas metode blended learning dan motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas dosen STIE Wira

Oleh karena itu, sekolah membutuuhkan manajemen waktu yang baik agar model ini dapat dimanfaatkan dengan maksimal.Pengabdian ini ditujukan untuk menerapkan model